Anda di halaman 1dari 11

MODUL 3.

16

ANALISIS DATA HASIL PENGEBORAN

KOMPETENSI DASAR
3.16 Menganalisis data hasil pengeboran
4.16 Membuat laporan hasil analisis data pengeboran
A. DATA HASIL PENGEBORAN EKSPLORASI

Secara umum jenis atau macam pemboran akan ditentukan sesuai dari tujuan
yang akan dicapai, termasuk pemboran yang dilakukan dalam rangka pengambilan data.
Peralatan yang akan dipergunakan pun akan berbeda-beda sesuai dengan tujuan
pemboran itu sendiri. Adapun tujuan dari pemboran tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pemboran Inti, yaitu suatu pemboran yang bertujuan untuk memperoleh contoh
batuan dalam bentuk inti (core), dari kedalamn 0 sampai kedalaman tertentu.
Pemboran inibiasa disebut dengan diamond drilling.
b. Pemboran Stratigrafi, bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai urutan
stratigrafi suatu daerah. Di perminyakan pemboran semacam ini biasa disebut
dengan pemboran lubang kecil (slimhole drilling) karena biasanya diameter
lubangnya kecil.
c. Pemboran Struktur, bertujuan untuk mendapatkan gambaran struktur geologi
suatu tempat.
d. Pemboran Eksplorasi (Wildcat Drilling), yaitu pemboran uji untuk menguji apakah
suatu formasi mengandung bahan galian atau tidak. Pemboran semacam ini
adalah fase yang paling mendebarkan dalam pencarian minyak bumi ataupun
mineral.
e. Pemboran Peledakan, pemboran yang dilakukan untuk membuat lubang isian
bahanpeledak.
f. Pemboran Air Tanah, pemboran yang bertujuan untuk mengetahui kondisi akuifer
maupun untuk keperluan konstruksi sumur bor.
Dari hasil pengamatan geologi dan geologi teknik dapat ditentukan untuk metode
penyelidikan lapangan yang terbaik agar diperoleh hasil rekaman bawah permukaan
dengan baik. Adapun Metode penyelidikan lapangan yang akan digunakan adalah Metode
Pengeboran inti vertical dan Metode Geofisika dengan menggunakan seismic refraksi.
a). Metode pemboran inti vertical dengan kedalaman disesuaikan untuk kebutuhan. Dalam
pelaksanaan pemboran perlu ditentuk beberapa kriteria pengujian dan pengamatan,
seperti hasil inti yang terambil (core recovery) harus tidak kurang dari 80%, dilakukan uji
Standard Penetration Test (SPT), uji permeabilitas, uji pecker dan pengamatan muka air
tanah. Inti (core) diharapkan utuh sehingga mencerminkan bidang diskontinuitas yang
sebenarnya yang desebabkan karena kekar, sesar atau bidang perlapisan dan akan
dicerminkan dengan nilai RQD. Semakin baik hasil pengambilan inti, maka gambaran
bawah permukaan akan semakin jelas. Hal ini akan lebih mempermudah perencanaan
dalam menentukan alat penggalian, kedalaman penggalian, kelas massa batuan,
informasi jenis pondasi, daya dukung tanah/batuan dan jenis penanganan. Selain uji
lapangan juga dilakukan uji laboratorium dengan menggunakan inti (core) baik itu untuk
contoh yang terganggu
(disturb sample) atau contoh yang tidak terganggu (undisturb sample).
b). Metoda Geofisika.
Dalam pelaksanaannya metode geofisika ini dengan menggunakan metode seismic
efraksi ini sangat cocok untuk mengetahui rekaman bawah permukaan yang tidak terlalu
dalam. Pada umumnya pengukuran dengan menggunakan seismic refraksi ini sangat
membantu untuk mengetahui kondisi bawah permukaan antara titik bor. Dari data hasil
interpretasi seismic refraksi diperoleh informasi tingkat pelapukan batuan, struktur geologi
berupa kekar atau sesar, letak batuan keras dan lain sebagainya. Hasil seismic refraksi ini
juga sangat membantu dalam korelasi antar titik bor dengan memandu material yang akan
dikorelasikan.mDisamping itu hasil interpretasi seismic refraksi dapat melengkapi data-
data yang tidak terekam oleh pemboran inti.

A.1. PENGEBORAN EKSPLORASI BATUBARA

Kegiatan eksplorasi batubara, khususnya pada tahapan eksplorasi umum dan


eksplorasi rinci erat kaitanya dengan aktivitas pengeboran. Kegiatan pengeboran dalam
ekplorasi batubara ini secara umum bertujuan untuk mengetahui data geologi bawah
permukaan (subsurface) nya, diantaranya urutan stratigrafi batuan, posisi kedalaman
batubara, ketebalan batubara, untuk mendapatkan sampel batubara untuk kemudian
dianalisis kualitasnya, termasuk untuk kajian tertentu seperti geologi teknik ataupun
geohidrologi yang bertujuan untuk mendapatkan data geologi teknik dan muka air tanah.
Tujuan lain dari kegiatan pengeboran ini adalah untuk menambah titik informasi yang
berguna untuk meningkatkan kelas sumberdaya dan cadangan serta menambah
keyakinan geologi.

Kita akan membahas metode pengeboran yang sering digunakan dalam eksplorasi
batubara, berdasarkan cara pengambilan sampelnya. Metode tersebut adalah Open Hole,
Full core, dan Touch Core.
a. Open Hole, merupakan teknik pengeboran dengan melubangi area tertentu
sampai kedalaman yang telah direncanakan. Pengambilan sampelnya
berdasarkan hasil potongan batuan dari tiap gerusan mata bor per Run atau per
pipa bor biasanya per 1,5 meter yang biasa disebut cutting (gambar 1). Cutting
akan di bawa naik ke atas dengan media air bercampur lumpur pengeboran.
b. Full Core, merupakan teknik pengeboran yang dilakukan sampai kedalaman yang
direncanakan dengan mengambil sampel berupa inti (core) batuan tanpa dilakukan
pengeboran open hole. Sampel inti batuan (gambar 2) ini bentuknya seperti
tabung atau jika kita analogikan pada makanan yaitu seperti lemang dengan
ukuran sesuai dengan pipa pengeboran yang digunakan. Pengambilan sampel ini
pun biasanya per 1,5 meter atau 3 meter tergantung panjang pipa yang digunakan.
c. Touch Core, merupakan teknik pengeboran yang awalnya dilakukan dengan teknik
open hole dan ketika mata bor menyentuh lapisan batubara, yang terindikasi dari
lubang bor dengan keluarnya sample cutting batubara dan air pengeboran
berwarna coklat tua-hitam (gambar 3) akibat batubara tergerus, maka pomboran
akan distop putaran bornya. Selanjutnya, stang bor diangkat dan mata bor akan
diganti dengan jenis mata bor seperti pada full core untuk pengambilan sample inti
batuan.
Pada kegiatan eksplorasi batubara yang membutuhkan banyak titik pengeboran, teknik
pengeboran yang paling banyak dilakukan adalah teknik open hole dikarenakan selain
lebih murah dari segi biaya, teknik inipun tergolong lebih cepat dibanding dengan teknik
yang lainnya. Akan tetapi penentuan posisi kedalaman dan ketebalan lapisan batubara
dengan teknik open hole kurang akurat jika dibandingkan teknik full core. Untuk lebih
meningkatkan akurasi posisi kedalaman dan ketebalan lapisan batubara, kegiatan
pengeboran open hole dalam eksplorasi batubara biasa dibarengi dengan kegiatan
logging geofisika
Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi telah melakukan kegiatan
pengeboran untuk ekplorasi batubara dan Gas Metana Batubara (GMB) atau Coal bed
Methane (CBM) di berbagai wilayah. PSDMP memiliki peralatan pendukung pengeboran
diantaranya Koken SD-3C (Kapasitas 50 meter), Koken OE - 8 BH 1 (Kapasitas 100
meter), Jacro TDZ 200 (kapasitas 150 Meter), Atlas Copco CS 10 (kapasitas 800 meter)
dan Atlas Copco CS 14 (Kapasitas 1000 meter).
Gambar 1. Sampel cutting dari pengeboran open hole. (sumber gambar :
www.mintecabadi.com)

Gambar 2. Sampel inti (core) batuan hasil pengeboran full core. (hasil pengeboran pada
kegiatan Eksplorasi Umum Batubara daerah Kuala Kuayan)

Gambar 3. Air lumpur pengeboran berwarna coklat tua-hitam yang menandakan mata bor telah menyentuh
lapisan batubara (berwarna hitam karena bercampur dengan gerusan dan cutting batubara),
dalam Eksplorasi GMB/CBM ini merupakan tanda agar tim bersiap-siap untuk mengambil

sampel inti batuan untuk dilakukan pengukuran kandungan gasnya.


LOGGING GEOFISIKA PADA EKSPLORASI BATUBARA

Kegiatan logging geofisika biasa dilakukan berbarengan dengan kegiatan


pengeboran sebagai koreksi atau data pembanding hasil pengeboran. Alat logging
geofisika antara lain RG 2000 yang terdiri dari Density Gamma Probe, High Resolution
Acoustic Televiewer, Electric Log Probe, dan 3-Arm Caliper Probe yang biasa digunakan
dalam kegiatan eksplorasi batubara dan Gas Metana Batubara (Coalbed Methane / CBM).
Logging geofisika pada prinsipnya merupakan pengukuran variasi kedalaman sifat fisik
batuan sekitar dengan menggunakan alat pengukuran geofisika pada lubang bor. Secara
umum Informasi geologi yang dibutuhkan dalam eksplorasi batubara yang dapat diberikan
oleh Logging geofisika adalah sifat fisik batuan pada lubang bor yang dapat menghasilkan
data antara lain :
 Posisi kedalaman dan ketebalan lapisan batubara, termasuk adanya parting dalam
lapisan batubara.
 Kedalaman dan ketebalan lapisan batuan pengapit (roof, floor, parting dan
interburden).
Data hasil logging geofisika biasanya ditampilkan melalui data grafis seperti gambar 1.
Logging Geofisika yang umum digunakan dalam kegiatan eksplorasi batubara adalah log
gamma ray (merah), log caliper (hijau), density (biru dan hitam). Prinsip kerja logging
geofisika adalah sebagai berikut:
o Logging gamma-ray menerima sinyal radioaktif yang secara alami terdapat pada
batuan. Sinyal gamma-ray diterima oleh detektor dan dikirim ke alat perekam di
permukaan.
o Logging density yang juga sering disebut logging gamma-gamma, sangat sensitif
terhadap perubahan diameter lubang bor. Pada pengukuran logging density,
sumber radioaktif akan melepas sinyalnya (sinar gamma) ke dinding lobang bor
dan sinar gamma dari batuan tersebut dideteksi kembali oleh detektor. Detektor
terdekat dengan sumber akan mengirim sinyal short spacing density, sedangkan
detektor yang jauh dari sumber akan melaporkan long spacing density. Hasil
korelasi kedua log ini dapat mengidentifikasi keberadaan lapisan batuan termasuk
batubara.
o Logging Caliper digunakan untuk mengetahui perubahan diameter lobang bor.
Prinsip kerja sederhananya adalah dengan cara probe kaliper megembang dan
menutup mengikuti diameter lubang bor.
Data grafis langsung dapat diinterpretasikan sesuai dengan sifat-sifat atau respon batuan
dinding bor terhadap pengukuran radioaktifitas (gamma-ray dan gamma-gamma) di dalam
casing seperti :
 lapisan batu lempung atau serpih (shale): gamma-ray tinggi dan density tinggi.
 lapisan batupasir kuarsa: gamma-ray rendah dan density tinggi.
 lapisan batubara: gamma-ray rendah dan density rendah.
Setiap hasil interpretasi logging geofisika harus dikorelasi/direkonsiliasikan dengan data
pencatatan litologi dari pengeboran.
Gambar 1. Contoh Data Grafis Logging Geofisika Untuk Mengetahui Ketebalan dan
Kedalaman Batubara.

Sumber http://psdg.bgl.esdm.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=1257&Itemid=610

2. DATA HASIL PEMBORAN AIR TANAH DALAM

Air tanah merupakan sumber daya air baku yang paling banyak digunakan oleh
penduduk, baik di desa maupun perkotaan untuk memenuhi kebutuhan air sehari-
hari.Beberapa daerah akuifer dangkal (akuifer bebas) yang dapat dieksploitasi
dengan sumur gali tidak dijumpai atau dijumpaisangat terbatas sehingga sumur
menjadi kering pada musim kemarau. Dalam kondisi demikian maka dilakukan
pemboran sumur dalam hingga mencapai akuifer dalam (akuifer tertekan) untuk
mendapatkan air tanah tersebut. Dalam hal eksploitasi air tanah dengan sumur bor
dalam, keadaan menjadi lebih rumit dengan biaya yang lebih mahal dibandingkan
dengan pembuatan sumur gali.
Metode pengukuran electricalloggingsistem potensial dan tahanan jenis
(resistivitas) merupakan salah satu metode geofisika yang biasadigunakan untuk
melihat potensi penyebaran lapisan tanah dan atau batuan secara vertikal yang
merupakan lapisan pembawa air tanah (akuifer) atau bukan lapisan pembawa air.
Pengukuran dengan electricalloggingdimungkinkan karena lapisan batuan yang terisi
oleh air mudah mengalirkan arus listrik atau bersifat konduktif dan
mempunyainilai potensial yang dialirkan (Ilyas, 2009)
Metode pengukuran logging geofisika merupakan metode geofisika yang biasa
digunakan untuk melihat potensi penyebaran lapisan tanah atau batuan secara vertikal
yang merupakan lapisan pembawa air tanah (akuifer) atau bukan lapisan pembawa air
yang dilakukan setelah kegiatan pemboran. Tujuannya yaitu untuk mengetahui gambaran
vertikal sekitar lubang bor dari hasil pengukuran logging geofisika.
Metode logging geofisika yang digunakan yaitu metode electrical logging baik itu
metode resistvitas (tahanan jenis) maupun self potential (SP). Alat yang digunakan dalam
pengukuran electrical logging yaitu mini logger Naniura Model ND 112 P. Adapun data-
data yang digunakan yaitu nilai tahanan jenis (resistivitas) dan nilai potensial dari material
sekitar lubang bor yang hasil akhirnya menunjukkan kurva kuantitas dari nilai tahanan
jenis dan potensial. Dari kurva tersebut maka dapat diinterpretasi lapisan tanah dan
batuan sekitar lubang

Data yang diperolah terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer
terdiri atas koordinat lokasi penelitian, hasil pengukuran electrical logging (logSP dan log
resistivitas), hasil cutting pemboran dan dokumentasi kegiatan sedangkan data
sekunder terdiri atas kondisi geologi dan kondisi administratif daerah penelitian.
Log resistivitas adalah suatu alat yang dapat mengukur tahanan batuan
formasi beserta isinya. Tahanan ini tergantung pada porositas efektif,
salinitas air, formasi, dan banyaknya hidrokarbon dalam pori-pori batuan (Harsono,
1997).Setiap material jika diberikan arus listrik akan mempunyai tahanan yang
berbeda-beda. Suatu batuan memiliki jenis batuan yang berbanding terbalik
dengan daya penghantarnya. jika suatu batuan memiliki tahanan jenis besar maka
batuan tersebut mempunyai daya hantar yang kecil begitupun sebaliknya,
sehingga kita dapat mengetahui kandungan fluida yang berada di dalam batuan
tersebut.Tahanan jenis batuan berbanding terbalik dengan daya hantarnya
(konduktivitasnya), jika tahanan jenis batuannya besar maka batuan tersebut
mempunyai daya hantar yang kecil (Munadi, 2001).
Log SP adalah rekaman perbedaan potensial listrik antara elektroda di permukaan
dengan elektroda yang terdapat di lubang bor yang bergerak naik dan turun. Supaya SP
dapat berfungsi maka lubang harus diisi dengan lumpur konduktif(Haryoko, 2003).
Pengukuran dimulai dari dasar lubang bor hingga ke permukaan tanah.
Pengukuran dilakukan pada tiap meterhingga mencapai permukaan tanah. Tiap
meter akan diukur nilai potensial dan resistivitasnya, baik itu short resistivity
maupun long resistivity sehingga didapatkan informasi tentang nilai resistivitas dan
potensial lapisan tiap meter.Nilai potensial dan resistivitas baik itu short
resistivitymaupun long resistivityyang didapatkan dari pengukuran dicatat pada tabel
catatan lapangan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Setelah itu dianalisis, maka
didapatkan nilai resistivitas dan potensial dari dasar sumur hingga ke permukaan
tanah (Darwis, 2010).
Data-data yang diporoleh dari pengukuran electrical logging geofisika di
lapangan berupa nilai resistivitas dan potensial padakedalaman titik
pengamatan. Data-data tersebut selanjutnya diolah dengan software tertentu
(microsoft exel) yang hasilnya berupa kurva hubungan antara nilai resistivitasdengan
kedalaman. Kurva ini yang akan dianalisis dan diinterpretasi untuk mendapatkan
informasi mengenai litologi yang berada di sekitar lubang bor.

Hasil interpretasi kondisi litologi dari nilai resisitivitas dan potensial lapisan
dikorelasikan dengan kondisi cutting hasil pemboran pada sumur untuk
menghasilkan data analisis yang lebih akurat.

Contoh hasil pengolahan data:


Gambaran vertikal sekitar lubang bor menunjukkan bahwa
 kedalaman 0-2 m merupakan lapisan tanah penutup (top soil),
 kedalaman 2-11m merupakan lapisan pasir lanauan,
 kedalaman 11-18m merupakan lapisan lempung pasiran,
 kedalaman 18-22m merupakan lapisan pasir lempungan,
 kedalaman 22-35m merupakan lapisan tufa pasiran,
 kedalaman 35-39m merupakan lapisan tufa agak halus,
 kedalaman 39-49m merupakan lapisan tufa pasiran,
 kedalaman 49-53m merupakan lapisan tufa kasar,
 kedalaman 53-61m merupakan lapisan tufa,
 kedalaman 61-68m merupakan lapisan tufa

Sumber https://jurnal.teknologiindustriumi.ac.id/index.php/JG/article/view/133/115

3. DATA HASIL PEMBORAN BATUAN/STRUKTUR BATUAN

Dihasilkan data berikut


HASIL ANALISIS DATA

Sumber https://www.osti.gov/etdeweb/servlets/purl/20966996

Anda mungkin juga menyukai