Anda di halaman 1dari 110

ESTIMASI CADANGAN BIJIH NIKEL LATERIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE

INVERSE DISTANCE WEIGHT (IDW) DAN KRIGING DI PIT B3 PADA PT. ADHI
KARTIKO PRATAMA DESA LAMERURU KECAMATAN LANGGIKIMA
KABUPATEN KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Dalam Mencapai Gelar Program Sarjana Strata Satu (S1)
Pada Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Sembilanbelas November Kolaka

OLEH

ABDAN SYAKURA
C1A2 14002

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER
KOLAKA
2020
ESTIMASI CADANGAN BIJIH NIKEL LATERIT DENGAN
MENGGUNAKAN METODE INVERSE DISTANCE WEIGHT (IDW) DAN
KRIGING DI PIT B3 PADA PT. ADHI KARTIKO PRATAMA
DESA LAMERURU KECAMATAN LANGGIKIMA
KABUPATEN KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

ABDAN SYAKURA
C1A214002

ABSTRAK

PT. Adhi Kartiko Pratama merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan
mineral. Wilayah IUP Operasi Produksi PT. Adhi Kartiko Pratama berada berada di Desa
Lameruru, Kecamatan Langgikima, Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara.
Penelitian ini dilaksanakan di Pit B3 yang memiliki luas 17 Ha.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui estimasi cadangan di lokasi Pit B3,
berapa volume dan tonnase endapan nikel laterit dan berapa selisih cadangan nikel laterit dengan
menggunakan metode Inverse Distance Weight dan metode kriging. Data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini adalah data assay, collar, geology dan survey menggunakan Software Surpac 6.3.

Dari data yang diperoleh yaitu estimasi cadangan dengan menggunakan metode Inverse
Distance Weight adalah sebesar 318.903,75 ton dan volume 193.275 m3, dengan kadar 1,5%-1,7%
atau low grade ore 69.135 ton, kadar 1,7%-1,9% atau medium grade ore sebesar 68.928,75 ton,
kadar > 1,9% atau hight grade ore sebesar 180.840 ton sedangkan hasil estimasi cadangan
menggunakan metode Kriging sebesar 323.977,5 ton dan volume 196.350 m3, dengan kadar 1,5%-
1,7% atau low grade ore sebesar 82.293,75 ton, kadar 1,7%-1,9% atau medium grade ore sebesar
76.518,75 ton dan kadar > 1,9% atau hight grade ore sebesar 164.340,05 ton. Berdasarkan hasil
Estimasi cadangan terdapat perbedaan selisih cadangan antara metode Inverse Distance Weight
dan metode Kriging yaitu, untuk cadangan kadar 1,5%-1,7% atau low grade ore sebesar 13.158,75
ton, kadar 1,7%-1,9% atau medium grade ore sebesar 7.590 ton, dan kadar > 1,9% atau hight
grade ore sebesar 16.499,95 ton.

Kata Kunci : Nikel Laterit, Inverse Distance Weight, Kriging dan Cadangan

v
ESTIMATION OF LATERITE NICKEL USING INVERSE DISTANCE
WEIGHT (IDW) AND KRIGING METHODS IN PIT B3 IN PT. ADHI
KARTIKO PRATAMA LAMERURU VILLAGE KECAMATAN
LANGGIKIMANORTH KONAWE DISTRICT
SOUTHEAST SULAWESI PROVINCE

ABDAN SYAKURA
C1A214002

ABSTRACT

PT. Adhi Kartiko Pratama is a company engaged in mineral mining. Production


Operation IUP area of PT. Adhi Kartiko Pratama is located in Lameruru Village, Langgikima
District, North Konawe Regency, Southeast Sulawesi Province. This research was conducted in Pit
B3 which has an area of 17 hectares.
The purpose of this study is to determine the estimated reserves at the Pit B3 location,
what is the volume and tonnage of laterite nickel deposits and what is the difference between
laterite nickel reserves using the Inverse Distance Weight method and the kriging method. The
data needed in this study are data assay, collar, geology and survey using Surpac 6.3 Software.

From the data obtained namely estimated reserves using the Inverse Distance Weight
method amounted to 318.903,75 tons and volume 193.275 m3, with levels of 1,5%-1,7% or low
grade ore 69.135 tons, levels of 1,7%-1,9% or medium grade ore 68.975 tons, levels of >1,9% or
hight grade ore 180.840 tons while the results of estimated reserves using the method Kriging of
323.977,5 tons and volume of 196.350 m3, with levels of 1,5%-1,7% or low grade ore of 82.293,75
tons, levels of 1,7%-1,9% or medium grade ore 765.18,75 tons and levels of >1,9% or hight grade
ore 164.340,05 tons. Based on the results of estimated reserves there are differences in reserve
differences between the Inverse Distance Weight method and the Kriging method, namely, for with
levels of 1,5%-1,7% or low grade ore reserves of 13.158,75 tons, levels of 1,7%-1,9% or medium
grade ore of 7.590 tons, and levels of >1,9% or hight grade ore of 16.499,95 tons.

Keywords: Nickel Laterite, Inverse Distance Weight, Kriging and Reserve

vi
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Pencipta


seluruh alam semesta yang telah memberikan segala rahmat dan karunianya
kepada kita semua sehingga penulisan Skripsi yang berjudul “Estimasi Cadangan
Bijih Nikel Laterit menggunakan Metode Inverse Distance Weight (IDW) dan
Kriging di Pit B3 pada PT. Adhi Kartiko Pratama Desa Lameruru Kecamatan
Langgikima Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara” dapat
diselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.
Adapun pembuatan Skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu
persyaratan wajib yang harus dilaksanakan untuk menyelesaikan studi pada
Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Sembilanbelas November Kolaka.
Terselesaikannya Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan yang
tulus hati dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih khususnya pada:
1. Orang tua tercinta Laode Asrun Azis R. dan Alm. Djurianti Achmad & Isna
Satika yang telah memberikan doa dan dukungannya baik secara materi
maupun moral
2. Untuk saudaraku L.M. Alqodri dan Laode Firdan Rafif Kareem yang selalu
memberikan dukungan dan motivasi
3. Untuk Keluarga Besar Laode Abdul Azis Raafi dan Keluarga Besar Achmad
Rumanda
4. Bapak Dr. Azhari, S. STp.,M.Si, selaku Rektor Universitas Sembilanbelas
November Kolaka.
5. Bapak Fachryano. ST.,MT. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Sembilanbelas November Kolaka.
6. Bapak Ir. Sahrul, ST.,MT,. IPP. selaku pembimbing I dalam penyusunan
Skripsi dan selaku Ketua Program Studi Teknik Pertambangan Universitas
Sembilanbelas November Kolaka.

vii
7. Bapak Ir. Arif, ST.,MT. selaku pembimbing II dalam penyusunan Skripsi.
8. Bapak Adrianto Setiadi, ST. selaku pembimbing lapangan I dalam
penyusunan Skripsi.
9. Bapak Arsyi Maulidin, ST. selaku pembimbing lapangan II dalam
penyusunan Skripsi.
10. Pihak perusahaan PT. Adhi Kartiko Pratama yang telah memberikan kami
sarana dan prasarana untuk melakukan Skripsi.
11. Untuk teman-teman MAN Kolaka Angkatan 2014
12. Untuk Senior-senior ka Sopis, ka Bambang, Ka Maryam, ka Sufi serta
Senior-senior dan Junior Teknik
13. Untuk saudara-saudaraku Idul, Izal, Asni, Wawan, Yusran, Ismail, Firman,
Rahmansya, Resyani, Rian, Heriyl dan khususnya mahasiswa Teknik
Pertambangan angkatan 2014 USN Kolaka yang selalu memberikan
Dukungan, serta kepada semua pihak yang terkait dan yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.
14. Untuk Asma Khumaira nama terakhir yang ingin kutulis dalam Skripsi ini.
Kami sebagai penulis tentunya tidak luput dari kekhilafan dan kekeliruan
dan sadar bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan-
kekurangan dan masih sangat jauh seperti yang diharapkan, untuk itu segala kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. namun berkat
petunjuk dari Tuhan Yang Maha Esa, serta bimbingan yang saya dapatkan, serta
seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan semangat dan bantuan
materi serta doa, sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis berharap Skripsi
ini dapat bermanfaat untuk semua pihak.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmatnya dan ilmu
pengetahuan buat kita semua. Amin Yarobbal Alamin.

Kolaka, Agustus 2020

Abdan Syakura

viii
DAFTAR ISI

Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3. Batasan Masalah.................................................................................... 2
1.4. Hipotesis................................................................................................ 2
1.5. Tujuan Penelitian .................................................................................. 3
1.6. Manfaat Penelitian ................................................................................ 3
1.7. Kerangka Pikir Penelitian ..................................................................... 3

BAB II TINJAUAN UMUM ............................................................................... 5


2.1. Profil Perusahaan ................................................................................ 5
2.2 . Lokasi Penelitian ................................................................................. 5
2.3. Luas Wilayah IUP dan Fasilitas Penunjang diluar IUP (Projec Area) 6
2.4. Persetujuan Dokumen Lingkungan Hidup .......................................... 6
2.5. Area Penambangan............................................................................... 7
2.6. Lokasi Kesampaian Daerah.................................................................. 9
2.7.Geologi Regional................................................................................... 9
2.7.1. Statigrafi...................................................................................... 9
2.7.2. Struktur dan Tektonik ................................................................. 9
2.8. Geologi Daerah Penelitian ................................................................... 11
2.8.1. Geomorfologi ............................................................................. 11
2.8.2. Litologi........................................................................................ 11
2.8.3. Struktur Geologi.......................................................................... 12
2.9. Topografi Daerah Penelitian ................................................................ 13
2.10. Iklim ................................................................................................... 15

ix
BAB III LANDASAN TEORI ............................................................................. 16
3.1. Pengertian Nikel ................................................................................. 16
3.2. Kegiatan Eksplorasi............................................................................. 19
3.3. Tahap-Tahap Kegiatan Eksplorasi ....................................................... 20
3.4. Preparasi Sampel ................................................................................. 23
3.5. Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan .................................. 23
3.5.1. Sumber Daya (Resurces)............................................................. 23
3.5.2. Cadangan Bijih (Ore Reserves)................................................... 25
3.6. Estimasi Perhitungan Sumberdaya Terukur ......................................... 26
3.7. Dasar-Dasar Perhitungan Cadangan..................................................... 28
3.8. Metode Estimasi Cadangan .................................................................. 28
3.9. Aplikasi Software Surpac 6.3 .............................................................. 33

BAB IV METODOLOGI DAN HASIL PENELITIAN .................................... 35


4.1. Metode Penelitian................................................................................. 35
4.1.1. Metode Kuantitatif....................................................................... 35
4.2. Tahap-tahap Penelitian......................................................................... 36
4.2.1. Studi Literatur............................................................................... 36
4.2.2. Observasi Lapangan ..................................................................... 36
4.2.3. Penelitian Lapangan ..................................................................... 36
4.2.4. Pengolahan Data ........................................................................... 37
4.2.5. Analisa Data ................................................................................. 37
4.2.6. Hasil.............................................................................................. 37
4.2.7. Kesimpulan................................................................................... 37
4.3. Tahapan Estimasi Cadangan pada Software Surpac 6.3 ...................... 40
4.4. Hasil Penelitian .................................................................................... 53
4.4.1. Titik Bor Pit B3 ............................................................................ 53
4.4.2. Data Log Bor ................................................................................ 53
4.4.3. Sayatan Drillhole.......................................................................... 58
4.4.4. Ore Body (3D) .............................................................................. 58
4.4.5. Countoring (Kontur)..................................................................... 59
4.4.6. Block Model Estimasi .................................................................. 59
4.4.7. Analisis penampang...................................................................... 61
4.4.8. Analisis statistik dasar .................................................................. 63
4.4.9. Analisis Geostatistik ..................................................................... 64
4.5. Hasil Estimasi Cadangan Menggunakan Metode Inverse Distance
Weight (IDW) dan Metode Kriging...................................................... 65
4.5.1. Metode Inverse Distance Weight (IDW) ...................................... 65
4.5.2. Metode Kriging ............................................................................ 66
4.6. Perbedaan Estimasi Cadangan Menggunakan Metode Inverse
Distance Weight (IDW) dan Metode Kriging....................................... 67

x
BAB V PEMBAHASAN ....................................................................................... 68
5.1. Analisis Statistik dasar ........................................................................ 68
5.2. Analisis Geostatistik............................................................................. 68
5.3. Hasil Estimasi Cadangan Menggunakan Metode Inverse Distance
Weight (IDW) dan Metode Kriging...................................................... 71
5.3.1. Estimasi Cadangan Dengan Inverse Distance Weight (IDW) ...... 71
5.3.2. Estimasi Cadangan Dengan Kriging............................................. 72
5.3. Perbedaan Estimasi Cadangan Menggunakan Metode Inverse
Distance Weight (IDW) dan Metode Kriging....................................... 73

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 75


6.1. Kesimpulan........................................................................................... 75
6.2. saran ..................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... xv
LAMPIRAN- LAMPIRAN

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian ................................................................. 4
Gambar 2.1 Peta IUP PT. Adhi Kartiko Pratama ................................................. 5
Gambar 2.2 Situasi Bukaan TambangIUP PT. Adhi Kartiko Pratama ................ 7
Gambar 2.3 Peta Kesampaian daerah ................................................................... 8
Gambar 2.4 Peta Geologi ..................................................................................... 10
Gambar 2.3 Peta Topografi .................................................................................. 13
Gambar 3.1 Penampang tegak endapan nikel laterit ............................................ 17
Gambar 3.2 Profil Nikel Laterit ........................................................................... 19
Gambar 3.3 Klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan minera ................... 24
Gambar 3.4 Semivariogram .................................................................................. 31
Gambar 3.5 Semivariogram Teoritis ...................................................................... 32
Gambar 3.6 Range ................................................................................................ 32
Gambar 3.7 sill ...................................................................................................... 32
Gambar 3. 8 Nugeet effect ..................................................................................... 33
Gambar 4.1 Bagan Alir Metodologi Penelitian Tugas Akhir .............................. 38
Gambar 4.2 Data Assay ........................................................................................ 40
Gambar 4.3 Load Data Table ............................................................................... 41
Gambar 4.4 Sayatan Drillhole Tiga Dimensi (3D) .............................................. 42
Gambar 4.5 Zone Thickness and Depth ................................................................ 43
Gambar 4.6 Lapisan saprolit ................................................................................. 43
Gambar 4.7 Contour DTM File............................................................................. 44
Gambar 4.8 Composite Downhole ........................................................................ 45
Gambar 4.9 Craeting New Block Model Definition .............................................. 46
Gambar 4.10 Constrain Saprolite ......................................................................... 47
Gambar 4.11 Add Attribute ................................................................................... 47

xii
Gambar 4.12 Variogram Map Calclation ............................................................. 48
Gambar 4.13 Variogram Modelling...................................................................... 49
Gambar 4.14 Ellipsoid Visualer............................................................................ 50
Gambar 4.15 Block Model Report......................................................................... 52
Gambar 4.16 Peta Titik Bor pada Pit B3 .............................................................. 53
Gambar 4.17 Sayatan Drillhole Tiga Dimensi (3D) ............................................ 58
Gambar 4.18 Solid Ore Body ............................................................................... 58
Gambar 4.19 Countoring (kontur) ....................................................................... 59
Gambar 4.20 Block Model Estimasi ..................................................................... 60
Gambar 4.21 Ore Block Model Metode Inverse Distance Weight ....................... 60
Gambar 4.22 Ore Block Model Metode Kriging .................................................. 61
Gambar 4.23 Penampang Saprolit Metode Inverse Distance Weight .................. 62
Gambar 4.24 Penampang Saprolit Metode Kriging.............................................. 62
Gambar 4.25 Tabulasi Histogram ......................................................................... 64
Gambar 4.26 Variogram Modelling Zona Saprolit ............................................... 64
Gambar 5.1 Varigram Map Primer ...................................................................... 68
Gambar 5.2 Varigram Map Sekunder .................................................................. 69
Gambar 5.3 Model Varigram Sumbu Major ........................................................ 70
Gambar 5.4 Model Varigram Sumbu Semi-Major ............................................... 70
Gambar 5.5 Model Varigram Sumbu Minor ........................................................ 71
Gambar 5.6 Grafik Volume dan Tonasse Cadangan Metode IDW....................... 72
Gambar 5.7 Grafik Volume dan Tonasse Cadangan Metode Kriging .................. 73
Gambar 5.8 Grafik Perbandingan Estimasi Cadangan IDW dan Kriging............ 73

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Pembagian Blok Pertambangan ............................................................ 6

Tabel 2.2 Luasan Pit Aktif Tahun 2017 ................................................................ 7

Tabel 2.3 Curah Hujan Tahun 2014-2018 ............................................................ 14

Tabel 4.1 Data Assay Pada Pit B3......................................................................... 54

Tabel 4.2 Data Collar Pada Pit B3........................................................................ 55

Tabel 4.3 Data Geology Pada Pit B3..................................................................... 56

Tabel 4.4 Data Survey Pada Pit B3 ....................................................................... 57

Tabel 4.5 Jumlah Statistik Zona Saprolit .............................................................. 63

Tabel 4.6 Hasil Variogram modeling Zona Saprolit............................................. 65

Tabel 4.7 Data Hasil Perhitungan Cadangan Saprolit Menggunakan

Metode Inverse Distance Weight (IDW) .............................................. 66

Tabel 4.8 Data Hasil Perhitungan Cadangan Saprolit Menggunakan

Metode Kriging .................................................................................... 66

Tabel 4.9 Perbedaan estimasi cadangan menggunakan metode Inverse Distance

Weight (IDW) dan Metode Kriging ......................................................67

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan akan nikel semakin besar seiring meningkatnya penggunaan
unsur nikel tersebut dalam pembangunan. Selain itu terdapat pula kendala saat ini
dimana semakin berkurangnya cadangan nikel yang merupakan sumber daya alam
yang tidak dapat diperbaharui, maka dari itu salah satu cara untuk menyelidiki
cadangan nikel yang lebih banyak, diperlukan suatu metode eksplorasi yang lebih
akurat dan sesuai. Kegiatan eksplorasi merupakan hal yang sangat penting dalam
suatu industri pertambangan, dimana pekerjaan ini bertujuan untuk menentukan
kadar, penyebaran, besarnya cadangan mineral berharga yang ditemukan serta
sifat-sifat dari endapan.
Estimasi bijih nikel berperan penting dalam menentukan jumlah, kualitas,
dan kemudahan dalam eksplorasi secara komersial dari suatu endapan. Sebab dari
hasil estimasi bijih nikel yang baik dan akurat yang sesuai dengan keberadaannya
di lapangan dapat menentukan investasi yang akan ditanam oleh perusahaan
pemilik IUP sebagai penanaman modal dalam usaha penambangan, penentuan
kerja produksi, cara penambangan yang akan dilakukan, bahkan dalam
memperkirakan waktu yang akan dibutuhkan oleh perusahaan dalam
melaksanakan usaha penambangannya.
Ada beberapa metode yang sering digunakan untuk mengestimasi bijih
nikel laterit diantanya yaitu dengan metode inverse distance weight (IDW) dan
kriging. Estimasi cadangan menggunakan metode inverse distance weight
merupakan suatu cara penaksiran yang telah memperhitungkan adanya hubungan
letak ruang (jarak) dan merupakan kombinasi linier atau harga rata-rata
tertimbang (weighting everage) dari titik-titik data yang ada disekitarnya. Metode
estimasi ini mempunyai batasan pada jarak saja dan belum memperhatikan efek
pengelompokan data, sehingga data dengan jarak yang sama, namun mempunyai
pola sebaran yang berbeda masih akan memberikan hasil yang sama atau dengan

1
kata lain metode ini belum memberikan korelasi ruang antara titik data dengan
titik data yang lain (Haris,2005).
Sedangkan estimasi cadangan dengan menggunakan metode kriging
adalah teknik untuk melakukan penaksiran pada lokasi-lokasi tersampel
disekitarnya. Penggunaan metode kriging dilakukan dalam dua tahap, yakni tahap
pertama menghitung nilai variogram atau semivariogram dan fungsi covarians.
Tahap kedua adalah melakukan penaksiran pada lokasi tak tersampel.
Pada lokasi penelitian yakni di Pit B3 yang belum diketahui estimasi
cadangannya, dibutuhkan gambaran estimasi untuk memprediksi cadangan yang
ada pada Pit B3 sehingga layak atau tidak untuk ditambang, maka penulis
mencoba untuk mengistimasi cadangan bijih nikel dengan menggunakan metode
Inverse Distance Weight (IDW) dan Kriging untuk mengetahui volume dan
tonnase di Pit B3 pada PT. Adhi Kartiko Pratama Desa Lameruru Kecamatan
Langgikima Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Berapa volume dan tonase cadangan nikel laterit dengan menggunakan
metode Inverse Distance Weight (IDW) dan Kriging di Pit B3?
2. Berapa perbedaan cadangan nikel laterit dengan menggunakan metode
Inverse Distance Weight (IDW) dan Kriging di Pit B3?

1.3 Batasan Masalah


Batasan dalam penelitian tugas akhir adalah mengetahui volume dan
tonnase cadangan terkira bijih nikel laterit menggunakan metode Inverse Distance
Weight (IDW) dan Kriging dari data 24 titik bor dengan bantuan software Surpac
6.3 di Pit B3 seluas 17 Ha.

1.4 Hipotesis
Hasil estimasi dengan menggunakan metode inverse distance weight dan
metode kriging memiliki hasil estimasi yang berbeda. Perbedaan hasil estimasi
kedua metode ini disebabkan karna adanya perbedaan nilai kadar Ni dan tebal Ni.
Estimasi cadangan metode kriging yang diproses yaitu kadar Ni dan tebal Ni,

2
sedangkan estimasi cadangan metode inverse distance weight hanya kadar yang
diproses (Muhammad Amril Asy’ari 2012).

1.5 Tujuan Penelitian


Adapun yang menjadi tujuan penulis adalah:
1. Untuk mengetahui berapa jumlah volume dan tonase endapan nikel laterit
menggunakan metode Inverse Distance Weight (IDW) dan Kriging Pit B3.
2. Mengetahui perbedaan estimasi cadangan nikel laterit dengan menggunakan
metode Inverse Distance Weight (IDW) dan Kriging di Pit B3.

1.6 Manfaat Penelitian.


Manfaat yang diharapkan pada penelitian tugas akhir ini meliputi :
1. Manfaat bagi mahasiswa
a. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan informasi untuk
estimasi cadangan yang berperan penting menentukan jumlah kualitas
dan kemudahan dalam eksplorasi secara komersial dengan metode
estimasi yang sesuai dengan kondisi geologi, genesa, dan mineralisasi
pada daerah penelitian.
b. Untuk menyesuaikan antara metode estimasi yang didapat pada
perusahaan dengan metode yang digunakan pada penelitian ini.

2. Manfaat bagi perusahaan


Diharapkan menjadi bahan masukan bagi perusahaan yang bergerak
dibidang pertambangan sumberdaya mineral khususnya PT. Adhi Kartiko
Pratama untuk melakukan langkah–langkah perbaikan guna mencapai
produktivitas yang optimal.

1.7 Kerangka Pikir Penelitian


Yang perlu dikaji dalam menyusun kerangka pikir yaitu yang
meneterbelakangi yang diikuti oleh permasalahan dalam penelitian ini, setelah
menemukan gejala-gejala yang menjadi objek permasalahan kemudian melakukan

3
langkah penyelesaian dengan cara menganalisa data untuk menjawab
argumentasi-argumentasi yang melahirkan suatu hasil penelitian.

Latar Belakang
Kebutuhan akan nikel semakin besar seiring meningkatnya penggunaan unsur
nikel tersebut dalam pembangunan. Selain itu terdapat pula kendala saat ini
dimana semakin berkurangnya cadangan nikel yang merupakan sumber daya
alam yang tidak dapat diperbaharui, maka dari itu salah satu cara untuk
menyelidiki cadangan nikel yang lebih banyak, diperlukan suatu metode
eksplorasi yang lebih akurat dan sesuai untuk menghitung suatu cadangan.
Daerah penelitian ini berada di lokasi Pit B3 PT. Adhi Kartiko Pratama yang
memiliki luas 17 Ha.

Masalah
1. Berapa volume dan tonase endapan nikel laterit dengan menggunakan
metode Inverse Distance Weight (IDW) dan Kriging di Pit B3
2. Berapa perbedaan estimasi cadangan nikel laterit dengan menggunakan
metode Inverse Distance Weight (IDW) dan Kriging di Pit B3

Langkah Penyelesaian

Data-data hasil penelitian yang telah Mengestimasi cadangan dengan


diperoleh yaitu : Assay, Collar, metode IDW dan metode kriging
Geology dan Survey kemudian diolah menggunakan Software Surpac 6.3 untuk
berdasarkan analisis data mengetahui model endapan nikel laterit
menggunakan program Microsoft serta jumlah volume dan cadangan yang
Excel. dapat di tambang.

Analisa Data
1. Parameter estimasi cadangan dengan metode IDW
2. Parameter estimasi cadangan dengan metode KRIGING

3. Hasil
Estimasi cadangan menggunakan
4. Perhitungan metode
parameter IDW
dengan
dan Estimasi cadangan menggunakan metode KRIGING

Laporan

Gambar 1.1
Kerangka Pikir Penelitian

4
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Profil Perusahaan

PT Adhi Kartiko Pratama merupakan perusahan Penanaman Modal Dalam Negeri


(PMDN), bergerak di bidang pertambangan Mineral, berkedudukan di Kota Kendari,
beralamat di Jl. Sorumba No. 80, RT 12, RW 04, Kelurahan Anaiwoi, Kecamatan
Kadia, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara.

2.2 Lokasi Penelitian


Wilayah IUP Operasi Produksi PT Adhi Kartiko Pratama seluas 1.975 Ha, secara
administratif berada di Desa Lameruru, Kecamatan Langgikima, Kabupaten
Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara geografis terletak pada
koordinat 122o 13’ 25,29” sampai dengan 122o 18’ 30,16” Bujur Timur dan 03o
15’ 00,97” sampai dengan 03o 16’ 24,10” Lintang Selatan
.

Sumber : Pengolahan Arcgis 10.3, Abdan Syakura 2019


Gambar 2.1
Peta IUP dan Lokasi Penelitian Pit B3 PT Adhi Kartiko Pratama

5
2.3 Luas Wilayah IUP dan Fasilitas Penunjang di Luar IUP (Project Area)
Luas wilayah IUP Operasi Produksi PT Adhi Kartiko Pratama adalah 1,975 Ha,
dan untuk wilayah IPPKH seluas 594.46 Ha. Aktivitas operasi produksi dilakukan di
wilayah IPPKH, yang terbagi dalam 3 (tiga) blok, yaitu:
Tabel 2.1
.Pembagian Blok Pertambangan
Pembagian wilayah Luas Keterangan
Blok A 292.20 Ha Belum dilakukan
penambangan
Blok B 282.10 Ha Areal penambangan
aktif
Blok C 20.16 Ha Fasilitas penunjang
(Kantor, mess, nursery,
stockpile akhir)
Jumlah 594.46 Ha
Sumber : PT. Adhi Kartiko Pratama

Untuk tahun 2017 PT. Adhi Kartiko Pratama belum merencanakan


pembukaan lahan baik untuk area tambang maupun area lain. Disamping
pembukaan lahan yang dilakukan PT. Adhi Kartiko Pratama terdapat juga
pembukaan lahan yang dilakukan perusahaan tambang yang ada disekitar IUP PT
Adhi Kartiko Pratama yaitu jalan yang akan digunakan untuk mengangkut bijih
nikel (hauling).

2.4 Persetujuan Dokumen Lingkungan Hidup


PT Adhi Kartiko Pratama telah mendapatkan Persetujuan Kelayakan Lingkungan
Hidup berdasarkan Surat Keputusan Bupati Konawe Utara yang mencakup:
a. Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) penambangan;
b. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) penambangan bijih nickel;
c. Analisisi Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Penambangan;
d. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RPL) penambangan bijih nickel;
e. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) penambangan bijih nickel

6
Situasi Bukaan Tambang PT. AKP

Sumber : PT. Adhi Kartiko Pratama

Gambar 2.2
Situasi Bukaan Tambang PT Adhi Kartiko Pratama

2.5 Area Penambangan


Wilayah Pertambangan PT. Adhi Kartiko Pratama secara administratif
berada di Desa Lameruru, Kecamatan Langgikima, Kabupaten Konawe Utara,
Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara geografis terletak pada koordinat 122o 13’
25,29” sampai dengan 122o 18’ 30,16” Bujur Timur dan 03o 15’ 00,97” sampai
dengan 03o 16’ 24,10” Lintang Selatan. Luasan pit aktif PT Adhi Kartiko Pratama
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.2
Luasan Pit Aktif tahun 2017
No. Pit Aktif Luas (Ha)
1 Pit Aktif AKP 1 1.85
2 Pit Aktif AKP 2 2.17
3 Pit Aktif Beta 1 1.12
4 Pit Aktif Beta 3 0.41
Total 5.55
Sumber : PT. Adhi Kartiko Pratama

7
Sumber : Pengolahan Arcgis 10.3, Abdan Syakura 2019
Gambar 2.3
Peta kesampaian daerah

8
2.6 Lokasi Kesampaian Daerah
Lokasi kesampaian daerah perusahaan PT. Adhi Kartiko Pratama berada di
Desa Lameruru Kecamatan Langgikima Kabupaten Konawe Utara Provinsi
Sulawesi Tenggara. Jarak dari Kabupaten Kolaka - Kabupaten Konawe
Utara, sejauh ± 400 km dan dapat ditempuh dengan enggunakan kendaraan roda
2 atau roda 4 selama kurang lebih 8 jam.
2.7 Geologi Regional
2.7.1 Stratigrafi
Batuan yang tersingkap di daerah ini berumur mulai dari paleozoikum
sampai kuarter. Secara posisi stratigrafinya mulai dari tua ke muda terdiri atas :
batuan terobosan, batuan ofiolit, batuan malihan paleozoikum, Formasi Tokala,
Formasi Meluhu, Formasi Matano, Formasi Salodik, Formasi Pandua, Formasi
Alangga, terumbu koral kuarter dan alluvium. Di daerah sekitar Kuasa
Pertambangan sebaran batuannya terdiri batuan ofiolit, Formasi Matano, Formasi
Salodik, Formasi Pandua dan alluvial.
Batuan ofiolit terdiri dari peridotit, harzburgit, dunit, serpentinit dan gabro.
Formasi Matano terdiri dari kalsilutit bersisipan dengan serpih dan rijang, Formasi
Salodik terdiri dari kalsilutit dan batugamping ofiolit. Formasi Pandua terdiri
konglomerat, batupasir dan batulempung, sedangkan alluvial disusun oleh
material lepas kerikil, kerakal, pasir dan lempung.
2.7.2 Struktur dan Tektonik
Struktur geologi regional yang berkembang di daerah penelitian terdiri dari
sesar, lipatan dan kekar. Sesar dan kelurusan umumnya berarah baratlaut-tenggara
searah dengan Sesar Lasolo. Sesar Lasolo adalah sesar geser jurus mengiri yang
diduga masih aktif hingga kini.
Jenis lipatan pada batuan di daerah ini berupa lipatan tertutup, setempat
lipatan rebah, lipatan pirau dan lipatan terbalik. Lipatan pada batuan tersier
termasuk jenis lipatan terbuka berupa lipatan yang landai dengan kemiringan
antara 15o dan 30o. Struktur kekar terdapat pada semua jenis batuan, pada
batugamping kekar ini tampak teratur yang membentuk kelurusan seperti jelas
pada foto udara. Sedangkan struktur kekar pada batuan beku pada umumnya
menunjukkan arah tak beraturan.

9
Sumber : Pengolahan Arcgis 10.3, abdan Syakura 2019
Gambar 2.4
Peta Geologi

10
2.8 Geologi Daerah Penelitian
2.8.1 Geomorfologi
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan aspek-aspek kuantitatif,
bentang alam daerah penyelidikan secara umum dapat dikelompokan menjadi 4
satuan geomorfologi, yaitu satuan geomorfologi datar, satuan geomorfologi
perbukitan landai, satuan geomorfologi perbukitan terjal, dan satuan geomorfologi
perbukitan sangat terjal. Satuan geomorfologi datar menempati luasan sekitar 15%
dari daerah penyelidikan dengan kemiringan 00 – 50, berada di sebagian barat daya
dan sebagian timur daerah penyelidikan Secara genetis batuan daerah ini tersusun
oleh batuan hasil pelapukan tingkat lanjut, mempunyai kekerasan lunak sampai
sedang dengan struktur yang relatif homogen. Satuan geomorfologi perbukitan
landai dengan kemiringan 50 – 150 menempati luasan sekitar 55% dari daerah
penyelidikan, dengan penyebaran pada bagian bawah sampai tengah dari
perbukitan pada masing-masing daerah penyelidikan. Secara genetis batuan
daerah ini terbentuk oleh satuan batuan keras sampai sedang dengan tingkat erosi
yang intensif. Satuan geomorfologi perbukitan terjal menempati sekitar 25% dari
seluruh luas daerah penyelidikan dengan kemiringan lereng 150 – 250, menempati
pada bagian lereng tengah sampai dekat puncak perbukitan. Secara genetis batuan
satuan ini tersusun oleh batuan dengan kekerasan sedang sampai tinggi serta
proses denudasional dan erosi yang intensif. Satuan geomorfologi perbukitan
sangat terjal mempunyai kemiringan lebih besar 250 dan menempati sekitar 25%
dari seluruh luasan daerah penyelidikan, terutama pada bagian lereng dekat
perbukitan dan puncak perbukitan Secara genetis batuan satuan ini tersusun oleh
batuan tingkat kekerasan tinggi sampai sangat tinggi, dengan proses denudasional
sangat tinggi dibuktikan oleh ditemukannya banyak singkapan dan erosi yang
sangat intensif.
2.8.2 Litologi
Daerah penyelidikan eksplorasi secara umum tersusun oleh batuan
ultramafik berupa varian peridotit dan serpentinit yang sebagian besar telah
mengalami proses lateritisasi. Peridotit berupa golongan dimungkinkan harzburgit
berwarna hijau sampai kehitaman pada kondisi segar dan hitam kemerahan pada
kondisi lapuk, tekstur fanerik equigranular, struktur masif setempat melembar dan

11
fibrous pada zona yang terubahkan, unserpentinised sampai serpentinisasi kuat,
seringkali infill fracture terisi oleh silica hidrous mineral krisopras dan garnierit
Serpentinit terbentuk oleh adanya pengaruh struktur geologi sehingga batuan
peridotit akan terubah menjadi serpentinit, yang mana serpentinit ini kaya akan
mineral serpentin yang merupakan ubahan tingkat lanjut dari mineral olivin dan
piroksen. Di lapangan serpentinit seringkali ditemukan berwarna kehijauan, abu-
abu, hitam agak mengkilap, masif-brittle, lapuk–segar, biasanya ditemukan
mineral chrysotil, dan asbes pada fill in fracture Di daerah penyelidikan selain
tersusun oleh adanya batuan ultramafik yang sebagian besar sudah terlateritisasi,
tersingkap juga adanya sedimen berupa rijang (chert) dengan penyebaran
melensa, lapuk, berwarna kuning kecoklatan sampai kemerahan, tidak ditemukan
perlapisan yang baik.
2.8.3 Struktur Geologi
Struktur geologi dominan berkembang di daerah penyelidikan terutama
berupa struktur sekunder yang disebabkan oleh gaya regangan akibat stress
tektonik dan temperatur. Struktur sekunder yang ada terdiri dari kekar (fractures)
berupa joint, shear fractures, slikenside, vein, fault, fold, cleavage, foliasi, dan
lineasi Dengan makin berkembangnya struktur kekar secara intensif pada batuan
ultramafik baik yang tertutup maupun terbuka sangat menguntungkan terhadap
masuknya air di zona lemah ini, sehingga akan membantu proses pelapukan dan
enrichment kandungan nikel yang ada.
Laterit adalah hasil residu pelapukan kimiawi dari batuan pada
permukaan bumi yang berkomposisi mineral primernya tidak stabil pada kondisi
basah, pecah, terlarutkan, dan kemudian terbentuk mineral baru yang lebih stabil
pada lingkungan tersebut. Laterit nikel adalah hasil lateritisasi batuan ultramafik
yang kaya akan Mg yang mengandung Ni primer sebesar 0,2%-0,4% (Golightly,
1981). Batuan ultamafik tersebut antara lain dunit, harzburgit, dan peridotit yang
umumnya terdapat pada daerah ophiolite.
Konsentrasi bijih nikel disebabkan proses pelapukan yang
berkepanjangan dimana bagian-bagian batuan dasar berupa beberapa unsur dan
senyawa (bed rock) akan terlarutkan menghasilkan residual enrichment dari unsur
nikel yang tidak mudah larut. Proses pencucian dan pelarutan menyebabkan

12
berkurangnya unsur Al dan Ca dalam batuan asal, sedangkan kadar Fe, Cr, Ni, Co
meninggi. Dalam proses pelapukan unsur Ni larut bersama unsur Mg dalam
batuan, kemudian diendapkan kembali dan membentuk mineral hidrosilikat antara
lain garnierit (H4 (MgNi)3 SiO4). Mineral-mineral bentukan baru ini kemudian
mengisi rekahan-rekahan dalam batuan seperti garnierit dan krisopras.

2.9 Topografi daerah penelitian


Topografi mulai dari datar sampai bergunung-gunung. lklim dikawasan ini
merupakan lklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 3.500 – 4.500 mm /
tahun.

Sumber : Pengolahan Arcgis 10.3, abdan Syakura 2019

Gambar 2.5
Peta Topografi

13
Tabel 2.3
Curah Hujan Tahun 2014-018

NO TAHUN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES

Hari Hujan 7.0 12.0 11.0 8.0 6.0 15.0 9.0 5.0 0 1.0 4.0 12.0

1 2014 Curah Hujan 305.0 276.0 265.5 149.5 144.5 429.0 305.5 107.5 0 10.0 69.5 361.0

Hari Hujan 11.0 13.0 12.0 10.0 14.0 17.0 11.0 3.0 1.0 1.0 0 5.0

2 2015 Curah Hujan 310.5 361.5 392.5 272.5 449.5 448.6 226.5 13.0 3.0 5.0 0 0

Hari Hujan 8.0 16.0 14.0 8.0 10.0 13.0 14.6 10.0 8.0 8.0 9.0 8.0

3 2016 Curah Hujan 174.5 514.4 275.8 177.5 286.9 285.0 378.5 172.8 115.6 120.5 105.5 199.9

Hari Hujan 8.0 6.0 3.0 2.0 4.0 4.0 3.0 6.0 3.0 0 3.0 7.0

4 2017 Curah Hujan 192.1 147.8 195.5 25.5 132.5 66.0 190.8 124.0 22.0 0 67.0 102.0

Hari Hujan 3.0 5.0 6.0 11.0 10.0 5.0 7.0 6.0 3.0 0 2.0 2.0

5 2018 Curah Hujan 29.8 72.8 77.8 165.5 125.5 129.8 96.5 69.0 24.5 0 71.6 64.5

Sumber : Badan Meteorology Klimatologi Dan Geofisika,2019

14
2.10 Iklim
Secara umum daerah Konawe Utara beriklim tropis dimana setiap tahunnya
dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim
kemarau terjadi pada bulan April sampai dengan bulan Juni sedangkan musim
hujan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2019 Wilayah PT. Adhi
Kartiko Pratama memiliki suhu maksimum 33°C dan suhu minimum 12°C
dengan suhu rata-rata 24°C sampai 28°C.
Berdasarkan data curah hujan bulanan tertinggi di periode tahun 2014
sampai dengan 2018 adalah sebesar 449.5 di bulan Mei tahun 2015. sedangkan
untuk rata – rata jumlah curah hujan adalah sebesar 165.1 yang dapat dilihat
pada tabel 2.3 curah hujan tahun 2014-2018.

15
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Pengertian Nikel

Endapan nikel laterit merupakan bijih yang dihasilkan dari proses pelapukan
batuan ultrabasa yang ada di atas permukaan bumi. Istilah Laterit sendiri diambil
dari bahasa Latin “later” yang berarti batubata merah, yang dikemukakan oleh M.
F. Buchanan (1807).
Nikel ditemukan oleh A. F. Cronstedt pada tahun 1751, merupakan logam
berwarna putih keperak-perakan yang berkilat, keras dan mulur, tergolong dalam
logam peralihan, sifat tidak berubah bila terkena udara, tahan terhadap oksidasi
dan kemampuan mempertahankan sifat aslinya di bawah suhu yang ekstrim
(Cotton dan Wilkinson, 1989). Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel
periodik yang memiliki simbol Ni dan nomor atom 28 dan juga bersifat magnetis.
Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni, nikel bersifat lembek,
tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya, dapat membentuk
baja tahan karat yang keras. Perpaduan nikel, krom dan besi menghasilkan baja
tahan karat (stainless steel).
Endapan nikel laterit dapat dijabarkan menjadi beberapa zona seperti halnya
endapan nikel laterit di lokasi-lokasi lainnya. Dari hasil analisa terhadap unsur-
unsur logam dan jenis mineral yang terkandung, dapat dilakukan pembagian
zonasi endapan laterit menjadi zona limonit, saprolit dan bedrock. Selain dari hasil
analisa kimia, pembagian zonasi laterit didasarkan atas deskripsi hasil pemboran
inti secara langsung di lapangan, yang mencakup kenampakan fisik material dari
tekstur, warna dan mineralisasi.
Adapun pembagian zonasi laterit di bagi kedalam tiga (3) zona yaitu:
1. Zona Limonit
Secara kimiawi zona limonit umumnya ditentukan atas kelimpahan unsur-
unsur yang tidak mudah larut (residual) seperti Fe, Al, Cr, Ti, Mn dan Co, akan
tetapi dalam hal ini unsur yang paling sering dipakai adalah Fe karena biasanya

16
Sumber : Golightly, 1979 dalam Hasanuddin dkk, 1992

Gambar 3.1

Penampang tegak endapan nikel laterit

berasosiasi dengan mineral utama yang dijumpai pada zona limonit seperti geotit,
mangan oksida (asbolit), oksida besi limonit dan hematit. Pada zona limonit unsur
Mg dijumpai dalam jumlah kecil karena Mg biasanya berasosiasi dengan mineral
olivin, piroksen dan serpentin yang tidak dijumpai di zona ini.Sedangkan unsur Ni
biasanya dijumpai dalam jumlah yang tidak terlalu tinggi. Hal ini disebabkan Ni
memiliki tingkat kelarutan yang terbatas (limited solubility) yang menyebabkan
unsur Ni akan terbawa oleh air tanah ke zona yang lebih dalam dan sebagian kecil
tertahan di zona limonit. Unsur Ni pada limonit biasanya dijumpai dalam mineral
geotit dan Mn oksida (asbolit). Dasar klasifikasi zona limonit berdasarkan unsur
kimia adalah klasifikasi Golightly (1981) yaitu: Fe (> 25 %), MgO (< 5 %), dan
Ni (<1.5 %). Pada daerah penelitian kadar Fe pada zona limonit bervariasi dari
15%-55%. Sedangkan dari hasil deskripsi lapangan zona limonit dicirikan oleh
kenampakan fisik berupa warna coklat kemerah-merahan sampai coklat tua,
ukuran butir lempung-lanau dengan tekstur yang lunak, dijumpai mineral seperti
magnetit, limonit dan gothit. Diatas lapisan limonit dijumpai adanya lapisan

17
material overburden dengan ketebalan yang bervariasi dari 1-3 meter namun pada
umumnya kurang dari 1 meter.

2. Zona Saprolit
Secara kimiawi zona saprolit ditandai dengan kelimpahan unsur Mg dan
Ni serta berkurangnya unsur Fe. Hal tersebut disebabkan Mg dan Ni biasanya
terakumulasi dalam mineral hydrous silica yang berasal dari leaching mineral
primer penyusun batuan ultramafik.Unsur Ni pada zona saprolit biasanya
berasosiasi dengan mineral olivin, serpentin dan mineral hydrous silica seperti
garnierite dan krisopras.Unsur yang bersifat immobile seperti Fe biasanya
berkurang pada zona ini karena Fe biasanya terakumulasi sebagai residual
enrichment pada zona limonit.
Dasar klasifikasi zona saprolit berdasarkan unsur kimia adalah klasifikasi
Golightly (1972) yaitu : Fe (< 25 %), MgO (> 5 %), dan Ni (> 1.5 %). Seperti
halnya pada zona limonit klasifikasi ini tidak dapat diterapkan sepenuhnya dalam
pembagian zonasi menurut unsur kimia karena banyak dijumpai anomali di
lapangan sehingga diperlukan sedikit penyesuaian. Hal ini disebabkan tiap daerah
memiliki karakteristik yang khas namun tidak menyimpang terlalu jauh dari
model umumnya. Dari hasil deskripsi lapangan pada titik bor (logging) zona
saprolit dicirikan oleh kenampakan fisik berupa warna coklat kekuning-kuningan
sampai kuning kecoklat-coklatan, ukuran butir pasir halus – kerakal dengan
tekstur yang lunak hingga kasar, mulai dijumpai adanya fraksi material yang lebih
kasar yang merupakan hasil pelapukan yang belum sempurna seperti bongkah
batuan dasar, biasanya dijumpai mineral seperti serpentin, talk, olivin, garnierit,
krisopras dan mineral-mineral hydrous silica lainnya. Pada umumnya saprolit
pada daerah penelitian merupakan rocky saprolite yaitu zona saprolit yang kaya
akan fragmen batuan dasar yang masih tersisa.

3. Zona Bedrock
Secara kimiawi zona bedrock merupakan zona yang memiliki
komposisi kimiawi yang masih sama dengan batuan dasar yang masih fresh.

18
Batuan dasar dari endapan nikel laterit pada daerah penelitian adalah didominasi
oleh Dunit dan Lherzolit. Batuan tersebut umumnya mengalami serpentinisasi
dengan intensitas lemah sampai tinggi. Unsur yang umum dijumpai dalam
konsentrasi yang tinggi adalah Mg, sedangkan unsur Ni dan Fe semakin menurun
konsentrasinya. Mineral yang umum dijumpai adalah mineral primer penyusun
batuan tersebut yaitu olivin, piroksen dan serpentin. Secara megaskopis zona
bedrock dicirikan oleh batuan yang masih segar dengan tingkat pelapukan
maupun serpentinisasi yang rendah dengan tekstur yang keras karena masih dalam
keadaan bongkah (boulder), kompak, dan masif, masih memperlihatkan struktur,
tekstur, dan komposisi asli dari batuan tersebut.

Sumber : Elias, 2000

Gambar 3.2

Profil nikel laterit

3.2 Kegiatan Eksplorasi


Sesuai dengan undang-undang no.4 tahun 2009 tentang pertambangan
mineral dan batubara, eksplorasi didefinisikan sebagai tahapan kegiatan usaha
pertambangan untuk memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang
lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas dan sumber daya terukur dari bahan
galian, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup. Seluruh

19
kegiatan eksplorasi pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan potensi
sumberdaya mineral (resources) yang terdapat dibumi menjadi cadangan terukur
yang siap untuk ditambang (mineable reserve).
Tujuan melakukan kegiatan eksplorasi adalah untuk mengetahui
penyebaran bijih, jumlah cadangan dan kadar dari suatu endapan bahan galian
serta untuk mengetahui posisi atau letak bijih dan lapisan batuan sekelilingnya
(country rock). Hasil dari kegiatan eksplorasi ini kemudian dapat berguna untuk
menentukan nilai ekonomi dari suatu endapan bijih, menentukan metode dan
sistem penambangan serta umur tambang dari suatu kegiatan penambangan
endapan bahan galian tersebut.
Dalam tahap ekplorasi, penentuan kadar bijih nikel merupakan bagian
yang terpenting dimana kadar bijih nikel yang perlu diketahui adalah cut of grade
(COG), yang ditetapkan sehingga dari kadar rata-rata tiap meter perkedalaman
lubang bor dapat ditentukan nilai lubang bor tersebut. Untuk mengetahui besarnya
kadar yang diperoleh dari hasil pemboran, dilakukan analisa kimia di
laboratorium.

3.3 Tahap-tahap Kegiatan Eksplorasi


Tahap eksplorasi (Exploration Stages) adalah urutan penyelidikan geologi
yang umumnya dilaksanakan melalui 4 tahap sebagai berikut : Survei tinjau,
Prospeksi, Eksplorasi Umum dan Eksplorasi Rinci. Tujuan penyelidikan geologi
ini adalah untuk mengidentifikasi pemineralan (mineralization), menentukan
ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitas dari pada suatu endapan mineral
untuk kemudian dapat dilakukan analisa kajian kemungkinan dilakukannya
investasi.

a. Survey Tinjau (Reconnaissance)


Adalah tahap eksplorasi untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang
berpotensi bagi keterdapatan mineral pada skala regional terutama berdasarkan
hasil studi geologi regional, di antaranya pemetaan geologi regional, pemotretan
udara dan metoda tidak langsung lainnya, dan inspeksi lapangan pendahuluan

20
yang penarikan kesimpulannya berdasarkan ekstrapolasi. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi daerah-daerah anomali atau mineralisasi yang prospektif untuk
diselidiki lebih lanjut. Perkiraan kuantitas sebaiknya hanya dilakukan apabila
datanya cukup tersedia atau ada kemiripan dengan endapan lain yang mempunyai
kondisi geologi yang sama.

b. Prospeksi (Prospecting)
Adalah tahap eksplorasi dengan jalan mempersempit daerah yang
mengandung endapan mineral yang potensial. Metoda yang digunakan adalah
pernetaan geologi untuk mengidentifikasi singkapan, dan metoda yang tidak
langsung seperti studi geokimia dan geofisika. Paritan yang terbatas, pemboran
dan pencontohan mungkin juga dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi suatu endapan mineral yang akan menjadi target eksplorasi
selanjutnya. Estimasi kuantitas dihitung berdasarkan interpretasi data geologi,
geokimia dan geofisika.

c. Eksplorasi Umum (General Exploration)


Adalah tahap eksplorasi yang merupakan deliniasi awal dari suatu endapan
yang teridentifikasi. Metode yang digunakan termasuk pemetaan geologi,
pencontohan dengan jarak yang lebar, membuat paritan dan pemboran untuk
evaluasi pendahuluan kuantitas dan kual~tas dari suatu endapan. lnterpolasi bisa
dilakukan secara terbatas berdasarkan metoda penyeledrkan tak langsung.
Tujuannya adalah untuk menentukan gambaran geologi suatu endapan mineral
berdasarkan indikasi sebaran, perkiraan awal mengenai ukuran, bentuk, sebaran,
kuantitas dan kualitasnya. Tingkat ketelitian sebaiknya dapat digunakan untuk
menentukan apakah studi kelayakan tambang dan eksplorasi rinci diperlukan.

d. Eksplorasi Rinci (Detailed Exploration)


Adalah tahap eksplorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalam 3 dimensi
terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari pencontohan singkapan,
paritan, lubang bor, shaffs dan terowongan. Jarak pencontohan sedemikian rapat

21
sehingga ukuran, bentuk, sebaran , kuantitas dan kualitas dan ciri-ciri yang lain
dari endapan mineral tersebut dapat ditentukan dengan tingkat ketelitian yang
tinggi. Uji pengolahan dari pencontohan ruah (bulk sampling) mungkin di
perlukan.

e. Laporan Eksplorasi (Exploration Report)


Adalah dokumentasi mutakhir dari setiap tahap eksplorasi yang
menggambarkan ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitas endapan mineral.
Laporan tersebut memberikan status mutakhir mengenai surnber daya mineral
yang dapat digunakan untuk menentukan tahap eksplorasi berikutnya atau studi
kelayakan tambang
Di dalam pekerjaan eksplorasi, pemboran inti merupakan suatu metoda
pengambilan conto yang sangat penting. Sampel yang diperoleh bisa berupa inti
(core) dan sludge. Inti merupakan sampel yang tidak terganggu dengan demikian
dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan mineralisasi dari
endapan, sedangkan sludge merupakan sampel yang terdiri dari hancuran-
hancuran batuan yang diangkat ke permukaan oleh fluida bor. Sampel merupakan
satu bagian yang representatif atau satu bagian dari keseluruhan yang bisa
menggambarkan berbagai karakteristik untuk menunjukkan bukti-bukti kualitas,
dan merupakan sebagian dari populasi statistik dimana sifat-sifatnya telah
dipelajari untuk mendapatkan informasi keseluruhan.

Proses pengambilan sampel ini jika ditinjau secara umum dimaksudkan


untuk mengambil sebagian dari massa (sampel) yang cukup representatif untuk
mewakili keseluruhan daerah yang diwakilinya. Pengambilan sampel eksplorasi
yang di lakukan adalah dengan cara pemboran. Dari pemboran ini diharapkan
dapat mengidentifikasi lebih teliti penyebaran bijih nikel secara vertikal,
sedangkan penyebaran endapan secara horisontal dapat dilakukan dengan
menggabungkan beberapa titik bor.

Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi pada proses pengambilan


sampel, antara lain :

22
1) Salting, yaitu peningkatan kadar pada sampel yang diambil sebagai
akibat masuknya material lain dengan kadar tinggi kedalam sampel.
2) Dilution, yaitu pengurangan kadar akibat masuknya waste kedalam
sampel.
3) Erratic high assay, yaitu kesalahan akibat kekeliruan dalam penentuan
posisi (lokasi) sampling (pengambilan sampel) karena tidak
memperhatikan kondisi geologi
4) Kesalahan dalam analisa kimia, akibat sampel yang diambil kurang
representatif.

3.4 Preparasi Sampel


Setelah sampel diperoleh, kemudian dibawa ke laboratorium untuk
dilakukan assay (analisis kadar). Karena yang dianalisis tersebut hanya sebagian
kecil dari sampel, maka diperlukan preparasi (persiapan) sampel, agar bagian
sampel yang dianalisis masih representatif terhadap kondisi sebenarnya. Dalam
proses preparasi sampel, hasil akhir yang diperoleh (tujuan preparasi itu sendiri)
yaitu sampel dengan ukuran 200 # (mesh).

3.5 Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan


3.5.1 Sumber Daya Mineral (Mineral Resource)
Adalah endapan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara
nyata. Sumber daya mineral dengan keyakinan geologi tertentu dapat berubah
menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan
memenuhi kriteria layak tambang. Sumber daya mineral dikelompokkan lagi
berdasarkan tingkat keyakinan geologinya, ke dalam kategori sumber daya tereka,
sumber daya tertunjuk dan sumber daya terukur. Bagian dari cebakan yang tidak
memiliki prospek yang beralasan yang pada akhirnya dapat diekstraksi secara
ekonomis tidak bleh disebut sebagai sumber daya mineral. Jika penilaian ‘‘pada
akhirnya dapat diekstraksi secara ekonomis’’ bersandar pada hal-hal yang belum
teruji atau berdasar pada asumsi , ini adalah hal penting dan harus diungkapkan
dalam laporan.

23
Sumber : Kode KCMI, 2017).
Gambar 3.3
Klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan mineral

a. Sumber Daya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resource)


Sumber daya mineral tereka adalah sumber daya yang kuantitas dan
kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap prospeksi. Hal ini didasarkan pada
hasil eksplorasi dan informasi pengambilan dan pengujian sampel yang
didapatkan melalui teknik yang tepat dari lokasi-lokasi mineralisasi seperti
singkapan, paritan uji, sumuran uji, ‘’terowongan uji’’ ataupun lubang bor.
Sumberdaya mineral tereka memiliki tingkat keyakinan lebih rendah dalam
penerapannya dibandingkan dengan sumberdaya mineral terunjuk.

b. Sumber Daya Mineral Tertunjuk (Indicated Mineral Resources)


Sumber daya mineral tertunjuk adalah sumber daya mineral yang kuantitas
dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap eksplorasi umum. Lokasi
pengambilan data masih terlalu jarang atau spasinya belum tepat untuk
memastikan kemenerusan geologi dan/ atau kadar, tetapi secara meruang cukup
untuk mengasumsikan kemenerusannya. Sumberdaya mineral tertunjuk memiliki
tingkat keyakinan yang lebih rendah penerapannya dibanding dengan sumberdaya

24
mineral terukur, tetapi memiliki tingkat keyakinan yang lebih tinggi penerapannya
dibanding dengan sumberdaya mineral tereka.

c. Sumber Daya Mineral Terukur (Measured Mineral Resources)


Sumber daya mineral terukur adalah sumber daya mineral yang kuantitas
dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap eksplorasi rinci. Dalam hal ini
sumberdaya mineral yang tonase, densitas, bentuk fisik, karakteristik, kadar, dan
kandungan mineralnya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang
tinggi. Hal ini didasarkan pada eksplorasi rinci dan dapat diandalkan, sampling
dan pengujian informasi yang dikumpulkan melalui teknik yang sesuai dari lokasi
seperti singkapan, parit, lubang, kerja dan lubang bor. Lokasi berjarak cukup
dekat untuk mengkonfirmasi kontinuitas geologi dan kadar. Kategori ini
memerlukan tingkat keyakinan yang tinggi dalam pemahaman geologi dan
pengontrol cebakan mineral. Tingkat keyakinan dalam estimasi harus cukup untuk
menerapkan parameter keteknikan dan keekonomian, dan memungkinkan
dilakukannya suatu evaluasi kelayakan ekonomi yang memiliki tingkat kepastian
lebih tinggi dibandingkan dengan evaluasi yang berdasarkan atas sumberdaya
mineral tertunjuk.

3.5.2 Cadangan Bijih (Ore Reserve)


Cadangan bijih adalah bagian dari sumberdaya mineral terukur dan/ atau
tertunjuk yang dapat ditambang secara ekonomis. Hal ini termasuk tambahan
material dilusi ataupun ”material hilang”, yang kemungkinan terjadi ketika
material tersebut ditambang. Pada klasifikasi ini pengkajian dan studi yang tepat
sudah dilakukan, dan termasuk pertimbangan dan modifikasi dari asumsi yang
realistis atas faktor-faktor penambangan, metalurgi, ekonomi, pemasaran, hukum,
lingkungan, sosial dan pemerintahan. Pada saat laporan dibuat, pengkajian ini
menunjukkan bahwa ekstraksi telah dapat dibenarkan dan masuk akal. Cadangan
bijih dipisahkan berdasar naiknya tingkat keyakinan menjadi cadangan bijih
terkira dan cadangan bijih terbukti.

25
1. Cadangan Bijih Terkira (Probable Ore Reserves)
Adalah sumber daya mineral terunjuk dan sebagian sumberdaya mineral
terukur yang tingkat keyakinan geologinya masih lebih rendah, yang berdasarkan
studi kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga
penambangan dapat dilakukan secara ekonomis. Pengkajian dan studi yang tepat
harus sudah dilaksanakan, dan termasuk pertimbangan dan modifikasi mengenai
asumsi faktor-faktor yang realistis mengenai penambangan, metalurgi, ekonomi,
pemasaran, hukum, lingkungan, sosial dan pemerintahan. Pada saat laporan
dibuat, pengkajian ini menunjukkan bahwa ekstraksi telah dapat dibenarkan dan
masuk akal. Cadangan bijih terkira memiliki tingkat keyakinan yang lebih rendah
dibanding dengan cadangan bijih terbukti, tetapi sudah memiliki kualitas yang
cukup sebagai dasar membuat keputusan untuk pengembangan suatu cebakan.

2. Cadangan Bijih terbukti (Proved Ore Reserves)


Cadangan bijih terbukti adalah sumber daya mineral terukur yang
berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi,
sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomis. Pengkajian dan studi
yang tepat harus telah dilaksanakan, dan termasuk pertimbangan dan modifikasi
mengenai asumsi faktor-faktor yang realistis mengenai penambangan, metalurgi,
ekonomi, pemasaran, hukum, lingkungan, sosial dan pemerintahan. Pada saat
laporan dibuat, pengkajian ini menunjukkan bahwa ekstraksi telah dapat
dibenarkan dan masuk akal. Cadangan bijih terbukti mewakili tingkat keyakinan
tertinggi dari estimasi cadangan. Jenis mineralisasi atau faktor-faktor lainnya
dapat menyebabkan cadangan bijih terbukti tidak dapat ditetapkan untuk beberapa
cebakan tertentu.

3.6 Estimasi Perhitungan Sumberdaya Terukur


Parameter-parameter yang penting dalam estimasi perhitungan
sumberdaya meliputi:

26
1. Ketebalan endapan
Ketebalan endapan dapat diukur dari hasil pengamatan langsung,
perhitungan skala pada peta dan penampang, data pemboran dan
logging atau perhitungan yang kemudian ditentukan rata-ratanya.
2. Berat jenis
Berat jenis sangat berpengaruh pada perhitungan tonase. Semakin
besar beratjenis, maka semakin besar pula yang akan didapat
sumberdaya dengan tonase dalam jumlah besar, akan tetapi tetap
memperhatikan apakah berat jenis yang digunakan adalah berat jenis
pada saat material basah(wet tonage factor) atau material kering(dry
tonage factor).
3. Kadar
Penentuan kadar suatu endapan bijih merupakan kegiatan yang kritis
dan penting, sehingga memerlukan banyak pertimbangan karena
kandungan kadar suatu endapan mineral tidak selalu sama. Dalam
estimasi dan perhitungan cadangan diperhitungkan kadar rata-ratanya
yang diperoleh dibandingkan dengan cut off grade yang berlaku.
4. Variabilitas kadar endapan
Keanekaragaman kadar pada bijih akan mempengaruhi distribusi
kadar, semakin tinggi proporsi mineralnya, maka homogenitas kadar
semakin rendah. Dengan kata lain tidak ada endapan berkadar tinggi
dengan variasi tinggi. Besar variabilitas dari nilai produk sampel besar,
standar deviasi dapat memberi harga tinggi terhadap koefisien variasi.
5. Faktor Looses
a. Geological Looses, yaitu faktor kehilangan pada saat eksplorasi/
pemetaan akibat adanya variasi ketebalan, struktur.
b. Mining Looses, yaitu faktor kehilangan akibat teknis penambangan,
ataupun dari lokasi penambangan ke pabrik pengolahan seperti faktor
alat, faktor safety, dll.

27
c. Processing Looses, yaitu faktor kehilangan (recovery) akibat proses
atau kehilangan pada proses lanjut seperti pada proses peleburan
(furnace).

3.7 Dasar-dasar Estimasi Cadangan


Pada dasarnya estimasi cadangan suatu endapan bahan galian,
merupakan penentu dimensi atau ukuran endapan bahan galian tersebut. Selain
ukuran, kualitas bahan galian harus diperhatikan dalam perhitungan cadangan
tersebut. Untuk menghitung cadangan suatu endapan bahan galian dibutuhkan
beberapa parameter-parameter antara lain : ketebalan, luas, kadar dan density
bijih.
Untuk endapan bijih nikel yang memiliki bentuk dan kemiringan tidak
teratur biasanya sangat sulit untuk mendapatkan ketebalan sebenarnya dari
pemboran. Sedangkan untuk semua metode perhitungan sangat memerlukan data
ketebalan yang sebenarnya. Untuk mendapatkan data ketebalan sebenarnya dari
data ketebalan semu yang diperoleh dari pemboran terlebih dahulu harus
digambarkan penampang tubuh bijih yang ditembus lubang bor. Melalui
penampang pemboran tersebut, ketebalan sebenarnya dapat diperoleh dengan cara
mengukur tegak lurus dari endapan bijih yang menembus lubang bor tersebut.
Apabila ketebalan endapan bijih tersebut tak beraturan maka ketebalan tersebut
dirata-ratakan. Untuk menghitung kadar rata-rata dari suatu endapan bahan galian,
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah : density, ketebalan dan
daerah pengaruh.

3.8 Metode Estimasi Cadangan


Dalam melakukan metode estimasi cadangan haruslah ideal dan sederhana,
cepat dalam pengerjaan dan dapat dipercaya sesuai dengan keperluan dan
kegunaan. Metode perhitungan harus dipilih secara hati-hati dan rumusan yang
dipilih harus sederhana dan mempermudah perhitungan sehingga dapat
menghasilkan tingakat ketepatan yang sama dengan metode yang komplek. Maka
tingkat kebenaran perhitungan cadangan tergantung pada ketepatan dan

28
kesempurnaan pengetahuan atas endapan mineral seperti asumsi-asumsi yang
digunakan untuk menginterprestasikan variabel pada batas-batas endapan.
Aspek atau metode-metode penaksiran model blok (grid) yang sering
digunakan di dalam perhitungan cadangan adalah:

1. Metode Inverse Distance Weighting ( IDW)


Prinsip dasar metode seperjarak adalah menentukan bobot sampel sebagai
fungsi dari jarak sampel terhadap blok yang ditaksir. Metode ini merupakan suatu
cara penaksiran yang telah memperhitungkan adanya hubungan letak ruang (jarak)
dan merupakan kombinasi linier atau harga rata-rata tertimbang (weighting
average) dari kadar titik-titik data yang ada disekitar blok. Inverse distance
weighting merupakan suatu cara penaksiran dimana harga rata-rata suatu blok
merupakan kombinasi linier atau harga rata-rata berbobot dari lubang bor disekitar
blok tersebut, data didekat blok memperoleh bobot lebih besar sedangkan data
yang jauh dari blok lebih kecil. Bobot ini berbanding terbalik dengan jarak data
dari blok yang ditaksir.
Untuk mendapatkan efek penghalusan (pemerataan) data dilakukan faktor
pangkat. Pilihan dari pangkat yang digunakan (ID1, ID2, ID3...) berpengaruh
terhadap hasil taksiran. Semakin tinggi pangkat yang digunakan, hasilnya akan
semakin mendekati metode poligon sampel terdekat dan metode ini masih umum
digunakan. Metode inverse distance dapat dibagi menjadi tiga bagian antara
lain yang didefinisikan sebagai berikut :

Untuk ID pangkat 1 : = …………………………………...…3.1


Untuk ID pangkat 2 : Wj = ……………………………………….3.2


Untuk ID pangkat n : Wj = ……………………………………….3.3


Maka, hasil taksiran (Z*) : Z* = ∑ . ……………………………3.4

Keterangan :

29
Z* = kadar yang ditaksir
d = Jarak titik yang ditaksir
Zi = Titik Data
Wi = Faktor Pembobotan
n = jumlah data
i = kadar ke-i (i=1,.....,n)
di = jarak antar titik yang ditaksir dengan titik ke-i yang
menaksir (m)
2. Metode Kriging

a. Geostatistik
Geostatistik merupakan cabang ilmu statistik yang digunakan untuk
menganalisis dan memprediksi variabel (nilai) yang berkaitan dengan karasteristik
spasial atau spasio-temporal suatu fenomena. Jadi geostatistik mengintegrasikan
dimensi atau koordinat spasial (dan kadang juga temporal) data yang dianalisis.

b. Kriging
Kriging adalah teknik untuk melakukan prediksi atau penaksiran pada
lokasi-lokasi tersampel disekitarnya. Penggunaan metode kriging dilakukan dalam
dua tahap, yakni tahap pertama menghitung nilai variogram atau semivariogram
dan fungsi covarians. Tahap kedua adalah melakukan prediksi pada lokasi tak
tersampel.

c. Pemodelan Semivariogram
Semivariogram menggambarkan selisih rata-rata antara harga titik conto
yang terpisah oleh jarak pada arah tertentu atau titik-titik yang dipisahkan oleh leg
tertentu. Menurut Armstrong (1998) Semivariogram eksperimental adalah
semivariogram yang diperoleh dari data hasil pengukuran. Semivariogram
eksperimental dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :
∑ [ ( ) ( )]
ɣ(h) = ..…………………...…………………...3.5
( )

Dimana :
y(h) = Semivariogram untuk arah tertentu dari jarak h

30
h = jarak antara conto atau lag semivariogram
z(xi) = nilai variabel
z(xi+h) = nilai variabel yang terpisah sejauh h
N(h) = jumlah pasangan data

Untuk melakukan analisa geostatistik perlu dilakukan pencocokan antara bentuk


semivariogram eksperimental dengan semivariogram teoritis yang mempunyai bentuk
kurva paling mendekati. Terdapat tiga model semivariogram teoritis yang sering
digunakan sebagai pembanding dengan semivarigram eksperimental, yaitu : model
spherical, model Gaussian dan model eksponensial. Dari analisis variogram akan
diperoleh nilai parameter nugget (Co), range (a) dan sill (C).

Sumber: Alfiana 2010


Gambar 3.4 Semivariogram

1. Range
Range adalah jarak dimana variogram telah mencapai titik yang memiliki
bentuk grafik yang datar. Jarak yang dimaksud adalah jarak dimana variogram
mencapai nilai sill.
2. Sill
Sill adalah masa stabil suatu variogram dalam mencapai range. Variogram
menjadi grafik yang berbentuk datarkarenavariansnyasudah tidak mengalami
perubahan. Saat variogram telah mencapai nilai sill, dapat dikatakan bahwa pada
range tersebut data sudah tidak memiliki korelasi spasial.

31
Sumber: Alfiana 2010
Gambar 3.5 Semivariogram Teoritis

Sumber : Surpac v 6.1, 2008


Gambar 3. 6 Range

Sumber : Surpac v 6.1, 2008


Gambar 3.7 sill

32
3. Nugget effect
Pada umumnya nilai variogram pada h = 0 adalah 0. Berbagai faktor
seperti kesalahan pada proses sampling atau variansi data pada sebaran bijih yang
sangat tinggi dapat menyebabkan nilai variogram pada titik awal ini tidak sama
dengan nol. Loncatan nilai variogram pada titik awal ini disebut dengan nugget
effect. Perbandingan antara nugget effect terhadap sill biasa disebut dengan
relative nugget effect dan dinyatakan dalam persen.

Sumber : Surpac v 6.1, 2008


Gambar 3.8 Nugeet effect

3.9 Aplikasi Software Surpac 6.3

Surpac adalah salah satu perangkat lunak yang popular di bidang geologi
dan perencanaan tambang yang mendukung operasi tambang dan proyek-proyek
eksplorasi di lebih dari 90 Negara. Perangkat lunak ini memberikan efisiensi dan
akurasi melalui kemudahan penggunaan, grafis tiga dimensi yang baik dan alur
kerja otomatis yang dapat disesuaikan dengan proses khusus perusahaan dan data
yang di input (Surpac Minex Group, 2006).
Surpac 6.3 adalah perangkat lunak yang dikeluarkan oleh Gemcom.inc,
yang berguna dalam hal manajemen pertambangan baik operasi tambang terbuka
dan bawah tanah. Perangkat lunak ini dapat memberikan kenampakan 3D
(3Dimensi) yang tentunya dengan pertimbangan dari aspek keakurasian dan
keefisienan. Surpac 6.3 Gemcom menyediakan beberapa fasilitas untuk

33
penggambaran lengkung horizontal dan lengkung vertikal, desain pit,
perhitungan volume, dan pencetakan rancangan akhir (plotting design).

34
BAB IV
METODOLOGI DAN HASIL PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu proses penyelidikan secara sistematis, dengan


menggunakan pemikiran yang kritis, teliti dan dalam waktu yang relatif lama serta
menggunakan metode yang bersifat beraturan. Metode penelitian ini menunjukan
proses dan cara yang digunakan untuk mengumpulkan serta menganalisis data
yang bertujuan untuk memudahkan penulis dalam pelaksanaan penelitian
sehingga hasil dari penelitian tersebut bisa bermanfaat.
Metode penelitian yang diterapkan adalah deskriptif kuantitatif yang
bersifat pembuktian dengan memadukan beberapa data yang meliputi kajian
pustaka, data lapangan, data pengeboran, dan data hasil estimasi cadangan.
Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan solusi atas permasalahan
yang ada dalam menghitung berapa besar tonase nikel laterit pada setiap blok
yang disimulasikan dengan menggunakan metode Inverse Distance Weight dan
Kriging. Penelitian ini dilakukan pada PT. Adhi Kartiko Pratama, Desa Lameruru,
Kecamatan Langgikima, Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Adapun tahapan penelitian ini antara lain yaitu:

4.1 Metode Penelitian


4.1.1 Metode Kuantitatif.
Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional atau biasa
disebut sebagai metode penelitian positivistik digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel. pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang diteliti. Metode kuantitatif digunakan karena data
penelitian berupa angka-angka seperti, data pemboran dan analisis
menggunakan statistik.

35
4.2 Tahap-tahap Penelitian

4.2.1 Studi Literatur


Pengumpulan referensi tentang Nikel, Estimasi, Cadangan, Metode
estimasi IDW dan Kriging serta data dari perusahaan berupa data analisis kadar,
peta topografi, peta geologi, dan peta sebaran endapan nikel data hasil eksplorasi.

4.2.2 Observasi Lapangan


Melihat secara langsung lokasi penelitan PT. Adhi Kartiko Pratama di Pit
B3 tahap awal seperti posisi lokasi, keadaan lokasi, serta luasan lokasi yang akan
diteliti.

4.2.3 Pengambilan Data Lapangan


Melaksanakan aktivitas-aktivitas lapangan yang meliputi pengambilan
data dan pengumpulan data mengenai objek penelitian yang terkait dengan judul
penelitian di lapangan. Adapun data yang diambil yakni Data sekunder, yaitu data
dari dokumentasi perusahaan, seperti lokasi dan kesampaian daerah, kondisi
geologi, iklim dan curah hujan, vegetasi dan topografi maupun data-data yang
diperoleh langsung dari perusahaan seperti :
1. Data Titik Bor
Yaitu kadar, koordinat, kedalaman setiap titik bor, pola
pemboran yang dilakukan, cara pengambilan sampel, jarak antara
titik bor, jumlah titk bor.
2. Peta Penyebaran Titik Bor (Tabel koordinat titik bor dan peta titik
bor)
Dengan melihat model penyebaran titik bor dapat diketahui
secara visual model dan arah dari penyebaran endapannya.
3. Data CoG (Cut off Grade)
Yaitu kadar rata-rata minimum nikel yang ekonomis, dimana
besarannya ditentukan oleh perusahaan.
4. Density Bijih
Sebagai salah satu data sekunder yang menjadi variabel
penentuan tonase cadangan.

36
5. Elevasi Titik Bor
Ketinggian topografi setiap titik bor dari hasil pengukuran.
6. Peta Lokasi Eksplorasi
Peta lokasi eksplorasi juga dibutuhkan dalam melengkapi
data-data yang diperlukan dalam melengkapi perhitungan cadangan.

4.2.4 Pengolahan Data


Data-data hasil penelitian yang telah diperoleh kemudian diolah
berdasarkan analisis data dalam penelitian ini yang diinput dalam bentuk
angka/tabel yang kemudian diolah menggunakan rumus-rumus metode Inverse
Distance Weight dan Kriging pada Software Surpac 6.3 untuk mendapatkan data
yang dapat mewakili hasil penelitian.

4.2.5 Analisa Data


Analisa data merupakan kegiatan pengelompokan data, menggunakan
rumus-rumus yang telah ada dan menyusun urutan hasil penelitian sehingga
mudah dibaca. Analisa yang dilakukan terhadap data-data yang diambil tersebut
diantaranya analisa geologi, topografi, analisa data hasil pemboran seperti kadar,
ketebalan dan penyebarannya endapan cadangan bijih nikel.

4.2.6 Hasil
Dengan mengadakan pengolahan dan analisa data terhadap data-data
tersebut maka dapat diketahui kadar, ketebalan dan penyebarannya dari setiap
sampel pemboran maka dapat diketaui besarnya jumlah cadangan bijih nikel
laterit menggunakan metode Inverse Distance Weight dan Kriging yang dibuat
dalam laporan Tugas Akhir.

4.2.7 Kesimpulan
Dari hasil penelitian akan diperoleh jumlah estimasi cadangan bijih nikel
dari dua metode yaitu Inverse Distance Weight dan Kriging berdasarkan data-data
dari hasil penelitian.

37
Adapun bagan alir dari metodologi penelitian tugas akhir adalah
sebagai berikut :

Studi Literatur

Observasi Lapangan

Pengambilan Data

Data Sekunder

Data titik bor berupa data assay,


collar, geology dan survey serta peta
penyebaran titik bor, Profil
perusahaan, data COG, peta
kesampaian daerah, density bijih,
peta WIUP, elevasi titik bor, peta
lokasi eksplorasi

Pengolahan Data
Rumus Metode IDW

Z* =

Rumus Metode Kriging


ɣ(h) =

38
A

Analisa Data
1. Estimasi cadangan dengan metode IDW
2. Estimasi cadangan dengan metode
KRIGING

Hasil
1. Estimasi cadangan menggunakan metode IDW
2. Estimasi cadangan menggunakan metode
KRIGING

Kesimpulan

Gambar 4.1

Bagan alir metodologi penelitian Tugas Akhir

39
4. 3 Tahapan Estimasi Cadangan pada Software surpac 6.3
1. Membuat Database
Database merupakan basis data yang diperlukan program surpac
6.3 dan dibuat dalam bentuk CSV. Data yang dibutuhkan adalah data assay,
data collar, data geology dan data survey. Langkah pembuatan Database :
a. Membuka program excel pada laptop
b. Membagi data log bor menjadi 4 data yaitu data assay, data collar, data
geology dan data survey dalam bentuk format CSV
c, Simpan Database kedalam satu folder

Gambar 4.2
Data Assay

2. Membuat Sayatan Drillhole


Pembuatan Drillhole merupakan program surpac 6.3, yang
dirancang untuk mendesain kenampakan lubang bor. Untuk membuat
sayatan drillhole langkahnya sebagai berikut :
a. Buka aplikasi surpac 6.3, untuk membuat database terlebih dahulu.
b. Cari folder tempat penyimpanan data Assay, Collar, Geology dan Survey
yang telah di simpan dalam folder melalui aplikasi surpac 6.3. Pilih
folder tersebut, Pilih set as work directory. agar data tersebut terbaca di
aplikasi surpac 6.3.
c. Pilih menu database, pilih database, open view. Isilah database dan
apply.

40
d. Pilih Database di menu surpac, pilih database, Pilih import data.
e. Pada format file name, tulis nama data sesuai yang diinginkan dan pada
menu report file name, tulis ulang nama data yang kamu sudah tulis di
menu format file name lalu Pilih apply.
f. Hilangkan tanda centang pada menu translation dan styles pada table
include. Lalu pilih apply.
g. Pada tabel collar, ganti nilai collumn sesuai dengan urutan data tabel
collar pada excel. Seperti data x diganti dengan angka 2 dan y diganti
dengan 3, sesuai dengan data tabel excel pada collar, begitupun dengan
assay, geology dan survey, kemudian Pilih apply lagi.
h. Pada table name untuk collar, pilih tanda panah bawah pada text file
name, lalu pilih Collar.csv sesuai dengan table name yang ingin di input
lalu pilih open, begitupun dengan assay, geology dan survey.

Gambar 4.3
Load Database Table

i. Pilih Database di menu surpac, pilih display, pilih import drillholes.


j. Pada collumn trace style, untuk table pilih geology dan untuk field
pilih lithotype. Setelah selesai Pilih menu collar styles.
k. Pada collar styles , untuk label orientation pilih contered. Dan untuk
field pilih hole_id . setelah selesai pilih labels.
l. Untuk collumn labels, untuk menu table no 1 pilih assay, untuk no 2
pilih geology.Uuntuk field no 1 pilih ni dan untuk no 2 pilih lithotype.

41
Untuk position no 2 pilih left. Lalu untuk alignment no 2 pilih right.
Untuk offset no 1 dan 2 tulis angka 3, lalu untuk size no 1 dan 2 tulis
angka 0.3. Setelah selesai Pilih depth markers.
m. Pada menu depth markers , pada display depth marker diberikan tanda
centang pilih apply, Setelah itu muncul gambar dari titik bor
eksplorasi.

Gambar 4.4
Sayatan drillhole Tiga Dimensi (3D)

3. Membuat Ore Body (3D)


Ore body adalah bentukan atau kenampakan lapisan endapan bijih
nikel pada surpac. Langkah-langkah untuk pembuatan ore body adalah
sebagai berikut :
a. Pilih menu database lalu pilih extract , lalu pilih zone thickness and
depth, untuk membuat string (garis) lapisan saprolit, pada collumn
location tulis bottom_sap untuk membuat lapisan bawah saprolit, copy
tulisan tersebut ke report file name. Pilih multiple zone , dan berikan
tanda centang pada use true thickness lalu pilih bottom, lakukan ini
pada top_saprolite untuk mendapatkan zone thickness and depth,
setelah itu pilih apply.
b. Pilih menu surfaces, pilih DTM file functions, pilih create DTM from
string file, untuk membuat string (garis) 3 dimensi.

42
Gambar 4.5
zone thickness and depth

c. Pada location Pilih tanda panah bawah, lalu pilih bottom_sap.str lalu
Pilih open. Setelah itu pilih apply, lakukan hal ini juga pada
top_saprolit untuk membuat string (garis) 3 dimensi.
d. Cari bottom_sap.dtm dan top_sap.dtm di navigator kemudian pilih
open.
e. Pilih menu surfaces, pilih clip or intersect dtms, pilih create solid by
intersecting 2 dtm, untuk menggabungkan 2 lapisan dtm top dan bottom
pada saprolit, maka akan tampil graphics layer name, tulis nama lapisan
gabungan yang diinginkan lalu Pilih apply.
f. Pilih lapisan bawah dan pilih lapisan atas dari lapisan saprolit untuk
menggabungkan lapisan top dan bottom saprolit.

Gambar 4.6
Lapisan saprolit

43
4. Pembuatan Contouring (Kontur)
Kontur adalah garis yang menghubungkan arah ketinggian yang
sama. Langkah-langkah membuat kontur adalah sebagai berikut :

a. Buka file top_lim.dtm yang telah terbentuk dengan cara drag file
tersebut ke lembar kerja atau Pilih kanan dan pilih open.
b. Dari menu surface pilih contouring kemudian Pilih contour DTM file.
Maka akan tampil lagi windows extract contour from DTM. Centang
create index contour line untuk membuat indeks konturnya pilih lokasi
file indeks disimpan dan tentukan index value/indeks konturnya. Pilih
apply

Gambar 4.7
Contour DTM file

c. Kemudian drag file kontur.str dan indeks kontur.str. untuk mengubah


menjadi satu warna pada kontur, Pilih renumber range of strings, isi
string range from 1,999 dan string range to sesuai yamg diinginkan,
pilih apply
d. Kemudian pilih smooth a string, isi string range, segment range dan
number of line per segment Pilih apply

5. Composite
Composite adalah garis yang termasuk dalam kadar sampel data bor.
Adapun langkahnya adalah :

44
a. Pilih menu database, pilih composite lalu downhole, muncul
windows composite downhole

Gambar 4.8
Composite downhole

b. Isi kolom Location sesuai yang diinginkan, missal comp_abdan


c. Kolom ID Number tetap 0, String ubah menjadi 30003
d. Isi Field Name Ni lalu apply

6. Block Model
Block model adalah bentuk kubus atau kotak yang terbentuk dari
dari titk koordinat maximum dan minimum. Adapun langkahnya sebagai
berikut :
a. Ketik GDHL pada kolom kerja, centang drillhole collar pada layer,
pilih menu inquire lalu pilih report layer extents untuk memunculkan
titik koordinat lapisan bor pada layer status bar, maka akan muncul
data titik koordinat lapisan titik bor pada status bar.
b. Pilih menu block model, pilih block model lalu pilih new/open, untuk
membuat blok model suatu lapisan titik bor.
c. Pada model name tulis nama block model sesuai yang diinginkan , misal
abdan_block lalu Pilih apply, maka akan tampil creating new block
model definition.

45
d. pada coordinate extents, nilai dari minimum coordinates berupa x , y , z
dan nilai dari maximum cordinates berupa x, y, z , copy nilai dari layer
status bar dengan cara blok satu persatu titik coordinat , tekan ctrl+c
lalu tekan ctrl+v di coordinate extents pada masing -masing nilai
kordinat. Setelah semua selesai isi coordinate extents nya maka tulis
nilai user block size nya misal y = 10, untuk sub blocking pilih standard
dan untuk minimum block size pilih sesuai nilai yang ada, setelah semua
selesai Pilih apply.

Gambar 4.9
creating new block model definition

e. Jika ikon block model sudah muncul pada menu bar, Pilih block model
pada menu bar , lalu pilih constrains, lalu newconstrains file untuk
menampilkan block model berdasarkan lapisan yang diinginkan,
f. Pada countraint type pilih dtm, lalu pada dtm file pilih top_sap.dtm, pilih
open, Pilih add pada countraint values dengan tanpa mencentang
abave, setelah itu pada dtm file pilih lagi bottom_sap, pilih open,
centang pada above, lalu Pilih add lagi pada countraint value. Lalu save
countraint to, tulis nama yang ingin di simpan, misal countrains_sap ,
lalu Pilih apply.
g. Pilih kiri pada block, lalu pilih display untuk menampilkan blok model.
h. Cari countrains_sap.con di navigator, lalu Pilih kanan, lalu Pilih open
maka akan tampil block model saprolit.

46
Gambar 4.10
Constrain saprolite

i. Pilih menu Block Model, lalu Pilih attributes untuk mengisi nilai dari
blok-blok blok model, pilih new, akan muncul windows add attributes

Gambar 4.11
Add attributes
j. isi attribute name dengan Ni yang menandakan bahwa kadanr yang akan
ditampilkan nilainya adalah nilai Ni, isi Type dengan real dan decimal
angka 2 lalu apply

6. Geostatistik
Geostatistik digunakan untuk memodelkan baik kecenderungan
spasial (spasial ternd) maupun korelasi (sapasial correlation). Adapun
langkahnya adalah :

47
a. Pilih menu block model lalu geostatistik, pilih variogram modelling, lalu
muncul lembar kerja variogram modelling
b. Pilih menu variogram map, pilih new variogram map dan muncul
windows variogram map calculation

Gambar 4.12
Variogram map calculation

c. Pada bagian Basic Isi locatin dengan Pilih tanda panah kebawa, cari data
composite dan open, untuk string tidak diisi karna otomatis mengikuti
dan string range diisi 30003
d. Isi awal plange dip = 0, dip direction = 0, number of variograms = 24
e. isi spreed = 15, spreed limit tidak ada, lag 50, maximum distance 100
f. isi output report file name sesuai yang diinginkan dan output report file
format isi dengan not-surpac not file
g. Pada advanced, untuk minimum dan maximum otomatis terisi sedangkan
increment diisi 0.2 atau sesuai keinginan lalu apply
h. Pada lembar kerja akan muncul variogram modelling, lalu mencari arah
yang cocok berdasarkan trend yang paling baik dengan Pilih arah yang
sudah tersedia pada lembar kerja
i. Pilih model variogram untuk menambahkan variogram model yakni
spherical,

48
Gambar 4. 13
Variogram modelling

49
j. Pilih select direction of maximum countinuity, lalu geser garis merah
sejajar dengan garis warna hitam, lalu apply.
k. Pilih show second variogram map, lalu mencari arah yang cocok
berdasarkan trend yang paling baik dengan Pilih arah yang sudah
tersedia pada lembar kerja
l. Pilih select direction of maximum countinuity, lalu geser garis merah
sejajar dengan garis warna hitam, lalu apply.
m. Pilih extract experimental variograms along anisotropy ellipsoid axes,
Pilih major pada layar, lalu mencari arah yang cocok berdasarkan trend
yang paling baik dengan Pilih arah yang sudah tersedia pada lembar
kerja
n. Pilih model variogram untuk menambahkan variogram model yakni
spherical.
o. Pilih semi-major pada layar, lalu mencari arah yang cocok berdasarkan
trend yang paling baik, begitupun minor
p. Pilih create anisotropy, lalu isi output report file name sesuai yang
diinginkan pada anisotropy ellipsoid report
q. Pilih ellipsoid visualiser untuk menampilkan visual ellipsoid

Gambar 4. 14
Ellipsoid visualer

50
r. Pilih menu file, lalu save, lalu pilih eksperimental variogram and model,
isi eksperimental variogram dan variogram model pada windows save
variogran dan apply

7. Block Model Estimation (Estimasi Blok Model)


Estimasi Block Model adalah blok yang telang memiliki nilai
kadar. Untuk mengestimasi blok model adalah sebagai berikut :
a. Untuk estimasi metode idw, pilih menu block model, lalu pilih
estimation, lalu Pilih inverse distance.
b. Kemudian pada location Pilih tanda panah bawah, lalu pilih
com_sap.str lalu Pilih open
c. Pada layer data source spesification, untuk attribute to fill pilih ni,
lalu Pilih apply, isi collumn search parameters kemudian Pilih apply.
d. Untuk estimasi metode Kriging, pilih menu block model, lalu pilih
estimation, lalu Pilih ordinary kriging, isi attribute name dengan Ni
pada select attribute to model lalu apply
e. Kemudian pada location Pilih tanda panah bawah, lalu pilih
com_sap.str lalu Pilih apply pada data search spesification
f. Isi kolom kriging parameter sesuai data yang telah ada, lalu apply
g. Untuk menampilkan hasil estimasi, Pilih menu block model, lalu pilih
block model , lalu Pilih report, untuk menampilkan data perhitungan
cadangan.
h. Pada format file name, tulis nama file cadangan, lalu pada output
report file name tulis ulang nama file cadangannya, lalu pada output
report file format pilih format csv, untuk menampilkan data cadangan
dalam bentuk excel. Setelah itu Pilih apply.
i. Kemudian pada report attributes tulis Ni, lalu pada attribute pilih
value dan isi angka density, pada grouping attributes pilih Ni, untuk
numeric range, tulis angka kadar nikel yang ingin di hitung
cadangannya, namun di wajibkan memakai tanda ; sebagai pengganti
tanda koma , misal 1.2 , 1,5 menjadi 1.2 ; 1.5. jika sudah pilih apply

51
Gambar 4.15
Block model report

j. Pada countraints file, pilih countrains_sap.con lalu pilih open di


windows enter constraist, Pilih add, lalu Pilih apply.
k. Untuk hasil perhitungan akan dimuat dalam bentuk CSV.

52
4.4 Hasil Penelitian
4.4.1 Titik Bor Pit B3

Penelitian yang dilakukan pada PT. ADHI KARTIKO PRATAMA


khususnya di Pit B3 dengan Luas area 17 Ha yang orientasinya adalah melakukan
estimasi cadangan dengan jumlah titik bor sebanyak 24 data titik bor, dengan
tujuan untuk mengetahui berapa volume, tonase dan kadar dari suatu bahan galian
(ore).

Sumber : Pengolahan Arcgis 10.3, Abdan Syakura, 2020


Gambar 4.16
Peta Titik Bor Pada Pit B3

4.4.2 Data Log Bor


Data log bor merupakan data yang sangat diperlukan dalam
mengaplikasikan sofeware surpac 6.3, Dimana data log bor sebanyak 24 titik
dengan jarak 50 x 50 yang akan dibuat menjadi 4 data yang terdiri dari data :

53
a. Assay merupakan data yang terdiri dari data kadar endapan beserta kedalam
yang telah bor.
Tabel 4.1
Data Assay pada Pit B3
Hole_ID From (m) To (m) Ni % Fe %
B3_2535 0 1 1,29 23,11
B3_2535 1 2 0,84 11,13
B3_2535 2 3 0,82 8,79
B3_2535 3 4 1,81 9,91
B3_2535 4 5 2,43 9,54
B3_2535 5 6 1,63 9,33
B3_2535 6 7 0,68 7,8
B3_2535 7 8 0,44 7,38
B3_2535 8 9 0,54 6,97
B3_2535 9 10 0,55 6,23
B3_2535 10 11 1,75 14,83
B3_2535 11 12 0,32 6,39
B3_2535 12 13 0,3 5,55
B3_2535 13 14 1,12 10,61
B3_2535 14 15 0,54 6,25
B3_2535 15 16 0,26 6,06
B3_2535 16 17 0,26 6,11
B3_2624 0 1 0,99 36,57
B3_2624 1 2 0,94 40,59
B3_2624 2 3 1,23 41,11
B3_2624 3 4 1,18 40,09
B3_2624 4 5 0,42 15,26
B3_2624 5 6 1,33 35,13
B3_2624 6 7 1,31 36,08
B3_2624 7 8 1,28 27,34

Sumber : PT. Adhi Kartiko Pratama , 2020


Keterangan :
Hole_ID : Nama Titik Bor
From : Dari (kedalaman) (m)
To : Ke (kedalaman) (m)
Ni : Kadar Ni %
Fe : Kadar Fe %

54
b. Collar merupakan data koordinat pada lokasi beserta kedalaman akhir pada
tiap-tiap lubang bor.
Tabel 4.2
Data Collar pada Pit B3

Hole_ID Y (m) X (m) Z (m) Depth (m)


B3_2535 9.639.598,64 421.036,19 253,84 17,00
B3_2624 9.639.448,65 421.046,97 237,85 20,00
B3_2626 9.639.499,67 421.069,13 239,68 17,00
B3_2630 9.639.599,32 421.062,52 256,82 11,00
B3_2733 9.639.546,23 421.082,14 250,91 25,00
B3_2824 9.639.453,47 421.104,60 234,42 15,00
B3_2826 9.639.500,65 421.099,64 239,73 14,00
B3_2830 9.639.599,19 421.098,23 266,06 28,00
B3_2833 9.639.546,06 421.106,09 251,21 16,00
B3_3024 9.639.456,70 421.149,99 235,59 16,00
B3_3026 9.639.500,52 421.149,48 240,28 12,00
B3_3028 9.639.549,76 421.149,23 248,92 23,00
B3_3030 9.639.596,47 421.148,60 252,02 10,00
B3_3224 9.639.452,12 421.251,81 213,23 15,00
B3_3224B 9.639.468,52 421.197,77 230,75 26,00
B3_3226 9.639.500,93 421.205,31 236,28 19,00
B3_3228 9.639.549,64 421.250,44 218,58 22,20
B3_3228B 9.639.550,01 421.199,95 232,03 8,00
B3_3230 9.639.598,97 421.201,49 232,94 17,00
B3_3426 9.639.498,91 421.250,57 220,17 35,00
B3_3430 9.639.595,81 421.249,96 220,11 11,00
B3_3626 9.639.499,99 421.300,01 210,28 21,20
B3_3628 9.639.548,27 421.297,34 212,98 23,00
B3_3630 9.639.600,74 421.302,94 215,07 17,00

Sumber : PT. Adhi Kartiko Pratama, 2020


Keterangan :
Hole_ID : Nama Titik Bor
X : Arah Horizontal (Easthing) (m)
Y : Arah Vertikal (Northing) (m)
Z : Elevasi/ketinggian (m)
Depth : Total Kedalaman (m)

55
c. Geology merupakan data zona lapisan nikel laterit yang terdiri dari Limonite,
Saprolite dan Badrock yang disertai pula dengan kedalaman tiap lubar bor.
Tabel 4.3
Data Geology pada Pit B3
Hole_ID From (m) To (m) Lithology
B3_2535 0 1 LIM
B3_2535 1 2 LIM
B3_2535 2 3 LIM
B3_2535 3 4 SAP
B3_2535 4 5 SAP
B3_2535 5 6 SAP
B3_2535 6 7 SAP
B3_2535 7 8 SAP
B3_2535 8 9 SAP
B3_2535 9 10 SAP
B3_2535 10 11 SAP
B3_2535 11 12 SAP
B3_2535 12 13 SAP
B3_2535 13 14 SAP
B3_2535 14 15 BRK
B3_2535 15 16 BRK
B3_2535 16 17 BRK
B3_2624 0 1 LIM
B3_2624 1 2 LIM
B3_2624 2 3 LIM
B3_2624 3 4 LIM
B3_2624 4 5 LIM
B3_2624 5 6 LIM
B3_2624 6 7 LIM
B3_2624 7 8 LIM

Sumber : PT. Adhi Kartiko Pratama, 2020


Keterangan :
Hole_ID : Nama Titik Bor LIM : Limonit
From : Dari (kedalaman) (m) SAP : Saprolit
To : Ke (kedalaman) (m) BRK : Bedrock
Lithology : karakteristik fisik

56
d. Survey merupakan data arah kemiringan yang disertai dengan kedalaman tiap
lubang bor.

Tabel 4.4
Data Survey pada Pit B3
Hole_ID Depth (m) Dip (0) Azimuth (0)
B3_2535 17 -90 0
B3_2624 20 -90 0
B3_2626 17 -90 0
B3_2630 11 -90 0
B3_2733 25 -90 0
B3_2824 15 -90 0
B3_2826 14 -90 0
B3_2830 28 -90 0
B3_2833 16 -90 0
B3_3024 16 -90 0
B3_3026 12 -90 0
B3_3028 23 -90 0
B3_3030 10 -90 0
B3_3224 15 -90 0
B3_3224B 26 -90 0
B3_3226 19 -90 0
B3_3228 22,2 -90 0
B3_3228B 8 -90 0
B3_3230 17 -90 0
B3_3426 35 -90 0
B3_3430 11 -90 0
B3_3626 21,2 -90 0
B3_3628 23 -90 0
B3_3630 17 -90 0

*(-) : Kedalaman/Vertikal kebawah


Sumber : PT. Adhi Kartiko Pratama, 2020
Keterangan :
Hole_ID : Nama Titik Bor
Depth : Total Kedalaman (m)
Dip : Kemiringan (0)
Azimuth : Arah (0)

57
4.4.3 Sayatan Drillhole

Sayatan drillhole sering disebut dengan irisan atau sayatan. Gambar 4.17
merupakan sayatan drillhole atau model batang bor dengan data sebanyak 24 titik
bor, yang mana dari setiap warna mewakili dari setiap lapisan nikel laterit. Warna
kuning adalah lapisan limonit, warna hijau adalah lapisan saprolit dan warna
merah adalah lapisan bedrock. Angka B3_2733 adalah Hole_id atau nama titik
bor, angka yang berada disebelah kiri batang bor adalah angka kedalaman bor dan
angka yang berada disebelah kanan adalah angka kadara dari Fe dan Ni.

Sumber : : Pengolahan Surpac 6.3, Abdan Syakura, 2020

Gambar 4.17
Sayatan drillhole Tiga Dimensi (3D)
4.3.4 Ore Body (3D)

Keterangan :
: Grid
: Limonit
: Saprolit
: Bedrock

Sumber : : Pengolahan Surpac 6.3, Abdan Syakura, 2020

Gambar 4.18
Solid Ore Body

58
Secara umum parameter dimensional dari suatu ore body (badan bijih)
yaitu ukuran, bentuk (pola) sebaran dan keberadaanya merupakan akibat dari
variasi dan distribusi kadar mineral bijih. Pada gambar 4.18 menunjukan lapisan
ore body (badan bijih), yang mana dari setiap warna mewakili dari lapisan nikel
laterit. warna kuning adalah lapisan limonit, warna hijau adalah lapisan saprolit
dan warna merah adalah lapisan bedrock. sedangkan ukuran untuk grid adalah 25
m
4.4.5 Contouring (kontur)
Contouring (kontur) adalah salah satu fungsi utama dari surpac 6.3, yaitu
membuat peta kontur dari data koordinat. Garis-garis kontur merupakan cara yang
banyak dilakukan untuk melukiskan bentuk permukaan tanah dan ketinggian pada
peta, karena memmberikan ketelitian yang lebih baik. Pada gambar 4.19
merupakan kontur daerah penelitian, yang mana warna hijau adalah garis kontur
biasa dengan jarak 1 m antara kontur, warna biru adalah garis kontur indeks
dengan jarak 5 m antara kontur sedangkan warna kuning adalah titik bor

Keterangan :

: Kontur Biasa

: Kontur Indeks

: Titik bor

Sumber : : Pengolahan Surpac 6.3, Abdan Syakura, 2020

Gambar 4.19
Contouring (kontur)

4.4.6 Block Model Estimation


Blok model adalah bagian-bagian berbentuk kubus/kotak yang dimodelkan
dan dibuat secara dinamis sesuai dengan perintah dan data yang ada. Pada gambar
4.20 memperlihatkan bentuk Block Model lapisan saprolit, yang mana block

59
model ini belum memiliki nilai kadar dari Fe dan Ni. Ukuran untuk tiap block
adalah panjang 10 m, lebar 10 m dan tinggi 2 m.

Keterangan :

10 m : Block Model
10 m

Sumber : : Pengolahan Surpac 6.3, Abdan Syakura, 2020

Gambar 4.20
Block Model estimasi

Keterangan :

: 0,0-1,4%
: 1,5-1,6%
: 1,6-1,7%
: 1,7-1,8%
: 1,8-1,9%
: 1,9-2,0%
: >2,0%

Sumber : : Pengolahan Surpac 6.3, Abdan Syakura, 2020

Gambar 4.21
Ore Block Model Saprolit Metode Inverse Distance Weight

Pada gambar 4.21 adalah Block Model Saprolit Metode Inverse Distance
Weight dengan tiap block sudah memiliki kadar masing-masing yang diwakili dari
setiap warna. Warna abu-abu memiliki kadar 0,0%-1,4%, warna biru tua
memilikim kadar 1,5%-1,6%, warna biru muda memiliki kadar 1,6%-1,7%, warna

60
hijau memiliki kadar 1,7%-1,8%, warna kuning memiliki kadar 1,8%-1,9%, warna
merah memiliki kadar 1,9%-2,0% dan warna merah muda >2,0%.

Keterangan :
: 0,0-1,4% : 1,8-1,9%
: 1,5-1,6% : 1,9-2,0%
: 1,6-1,7% : >2,0%
: 1,7-1,8%

Sumber : : Pengolahan Surpac 6.3, Abdan Syakura, 2020

Gambar 4.22
Ore Block Model Saprolit Metode Kriging

Pada gambar 4.22 adalah Block Model Saprolit Metode Kriging dengan
tiap block sudah memiliki kadar masing-masing yang diwakili dari setiap warna.
Warna abu-abu memiliki kadar 0,0%-1,4%, warna biru tua memilikim kadar
1,5%-1,6%, warna biru muda memiliki kadar 1,6%-1,7%, warna hijau memiliki
kadar 1,7%-1,8%, warna kuning memiliki kadar 1,8%-1,9%, warna merah
memiliki kadar 1,9%-2,0% dan warna merah muda >2,0%.

4.4.7 Analisis penampang


Analisis penampang adalah penggambaran potongan irisan bagian endapan
nikel tegak lurus terhadap sumbu endapan nikel, yang menunjukan ketebalan
endapan nikel. Pada gambar 4.23 adalah Penampang Saprolit Metode Inverse
Distance Weight, yang mana penampang ini memiliki kadar masing-masing yang
diwakili dari setiap warna. Warna abu-abu memiliki kadar 0,0%-1,4%, warna biru
tua memilikim kadar 1,5%-1,6%, warna biru muda memiliki kadar 1,6%-1,7%,

61
warna hijau memiliki kadar 1,7%-1,8%, warna kuning memiliki kadar 1,8%-1,9%,
warna merah memiliki kadar 1,9%-2,0% dan warna merah muda >2,0% serta
ukuran grid adalah 20 m.

Keterangan :
: Grid
: 0,0-1,4%
: 1,5-1,6%
: 1,6-1,7%
: 1,7-1,8%
: 1,8-1,9%
: 1,9-2,0%
: >2,0%

Sumber : : Pengolahan Surpac 6.3, Abdan Syakura, 2020

Gambar 4.23
Penampang Saprolit Metode Inverse Distance Weight

Keterangan :
: Grid
: 0,0-1,4%
: 1,5-1,6%
: 1,6-1,7%
: 1,7-1,8%
: 1,8-1,9%
: 1,9%-2,0
: >2,0%

Sumber : : Pengolahan Surpac 6.3, Abdan Syakura, 2020

Gambar 4.24
Penampang Saprolit Metode kriging

Pada gambar 4.24 adalah Penampang Saprolit Metode kriging, yang mana
penampang ini memiliki kadar masing-masing yang diwakili dari setiap warna.

62
Warna abu-abu memiliki kadar 0,0%-1,4%, warna biru tua memilikim kadar
1,5%-1,6%, warna biru muda memiliki kadar 1,6%-1,7%, warna hijau memiliki
kadar 1,7%-1,8%, warna kuning memiliki kadar 1,8%-1,9%, warna merah
memiliki kadar 1,9%-2,0% dan warna merah muda >2,0% serta ukuran grid
adalah 20 m.

4.4.8 Analisis statistik dasar


Berikut adalah hasil analisis statistik yang bertujuan untuk merencanakan,
mengumpulkan, menganalisis, menyajikan menginteprestasi dan menarik
kesimpulan berdasarkan data yang ada. Analisis statistic di gunakan untuk
mendekskripsikan dan menyimpulkan data, baik secara numeric (missal
menghitung rata-rata dan standar deviasi). Pada tabel 4.5 merupakan jumlah
statistic zona saprolit yang mana sampel yang digunakan sebanyak 185 data
dengan kadar terendah adalah 0,3 % dan kadar tertinggi adalah 3,75%.

Table 4.5
Jumlah statistik zona saprolit.

Ni %
Variabel

Total Sampel 185


Nilai min. 0.3 %
Nilai max. 3.27 %

Sumber : Abdan Syakura, 2020

Pada gambar 4.25 adalah gambar tabulasi histogram yang berasal dari data
statistik zona saprolit. Pada gambar ini memiliki garis biru disebut cumulative
frequency yang merupakan jumlah sampel, yang mana semakin kekanan semakin
tinggi dari total sampel yakni 185 sampel. Sedangkan batang berwarna merah
adalah frequency yang merupakan kadar dari sampel yang terbagi kedalam 20
bagian.

63
Sumber : : Pengolahan Surpac 6.3, Abdan Syakura,2020
Gambar 4.25
Tabulasi Histogram

4.4.9 Analisis Geostatistik


Geostatistik digunakan untuk memodelkan baik kecenderungan spasial
(spasial ternd) maupun korelasi (sapasial correlation). Setiap nilai data
berhubungan dengan lokasinya. Prinsip data geostatistika adalah bahwa area yang
saling berdekatan cenderung memiliki bobot nilai yang tidak jauh berbeda jika
dibandingkan dengan data yang berjauhan.

Sumber : : Pengolahan Surpac 6.3, Abdan syakura , 2020


Gambar 4.26
variogram modelling zona saprolit

64
Pada gambar 4.26 merupakan variogram modeling zona saprolit yang
berasal dari penggambaran geostatistik. Garis hitam pada gambar variogram
modeling adalah garis yang terbentuk dari data sampel zona saprolit yang disebut
variogram esperimental, garis merah adalah garis model variogram yakni
variogram spherical yang disebut variogran teoritis yang mana garis ini harus
didekatkan pada garis warna hitam untuk memperoleh data yang diinginkan dan
garis hijau adalah varians data adalah 1. Dari penggambaran variogram modeling
ini menghasilkan data sill, nugget effect, range, azimuth, plunge, dip, major/semi-
major dan major-minor yang dapat dilihat pada tabel 4.6

Tabel 4.6
Hasil variogram modelling zona saprolit

Model Variogram Spherical


Sill 0,906472
Nugget Effect 0,246074

Range 51,488
Azimuth 75o
Plunge 0o
Dip -15o
Major/Semi-Major 1
Major/Minor 5,86
Sumber : Abdan syakura , 2020

4.5 Hasil Estimasi Cadangan Menggunakan Inverse Distance Weight (IDW)


dan Kriging
4.5.1 Metode Inverse Distance Weight (IDW)
Dari hasil estimasi cadangan menggunakan metode Inverse Distance
Weight (IDW) di Pit B3 dengan jumlah titik bor sebanyak 24 titik bor yang
dibatasi dengan CoG 1,65 yang menghasilkan volume dan tonnase serta kadar
Ni% sebagaimana diuraikan pada tabel 4.7 berikut ini.

65
Tabel 4.7
Data hasil estimasi cadangan saprolit menggunakan metode Inverse Distance
Weight (IDW)

Ni Idw % Volume (m3) Tonase (ton) Ni Idw %


1,5 – 1,6 21.750,00 35.887,50 1,55
1,6 – 1,7 20.150,00 33.247,50 1,65
1,7 – 1,8 19.875,00 32.793,75 1,75
1,8 – 1,9 21.900,00 36.135,00 1,85
1,9 – 2,0 16.300,00 26.895,00 1,95
2,0 – 3,2 93.300,00 153.945,00 2,36

Grand Total 193.275,00 318.903,75 2,04

Sumber : Abdan Syakura, 2020

4.5.2 Metode Kriging


Dari hasil estimasi cadangan menggunakan metode Kriging di Pit B3
dengan jumlah titik bor sebanyak 24 titik bor yang dibatasi dengan CoG 1,65
yang menghasilkan volume dan tonnase serta kadar Ni% sebagaimana diuraikan
pada tabel 4.8 berikut ini.

Tabel 4.8
Data hasil estimasi cadangan saprolit menggunakan metode Kriging

Ni Ok % Volume (m3) Tonase (ton) Ni Ok %


1,5 – 1,6 25.150,00 41.497,50 1,55
1,6 – 1,7 24.725,00 40.796,20 1,65
1,7 – 1,8 24.200,00 39.930,00 1,75
1,8 – 1,9 22.675,00 37.413,75 1,85
1,9 – 2,0 22.175,00 36.588,75 1,95
2,0 – 3,2 77.425,00 127.751,30 2,31

Grand Total 196.350,00 323.977,50 1,97


Sumber : Abdan Syakura, 2020

66
4.6 Perbedaan Estimasi cadangan menggunakan metode Inverse Distance
Weight (IDW) dan metode Kriging

Tabel 4.9
Perbedaan Estimasi cadangan menggunakan metode Inverse Distance Weight
(IDW) dan metode Kriging

LGO (ton) MGO (ton) HGO (ton)


IDW 69.135 68.928,75 180.840
KRIGING 82.293,75 76.518,75 164.340,1

Selisih 13.158,75 7.590 16.499,95

Sumber : Abdan Syakura, 2020

Keterangan : - LGO : Low Grade Ore (kadar rendah)


- MGO : Medium Grade Ore (kadar sedang)
- HGO : Hight Grade Ore (kadar tinggi)

Pada tabel 4.9 adalah tabel perbandingan estimasi cadangan menggunakan


metode metode Inverse Distance Weight (IDW) dan metode Kriging yang terbagi
kedalam tiga bagian yaitu LGO, MGO dan HGO. LGO berada pada kadar 1,5%-
1,7%, MGO berada pada kadar 1,7%-1,9% sedangkan HGO berada pada kadar
>1,9%. Sehingga selisih cadangan antara metode IDW dan metode Kriging yaitu,
untuk cadangan kadar low grade ore sebesar 13.158,75 ton, medium grade ore
sebesar 7.590 ton, dan hight grade ore sebesar 16.499,95 ton.

67
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Analisis statistik dasar


Berdasarkan Tabulasi Histogram pada Gambar 4.25, data bor untuk
kadar nikel zona saprolit pada pit B3 memiliki nilai yang paling kecil 0,3% dan
besar 3,27% dari total 185 sampel yang terbagi dalam 20 frekuensi, dan data ini
adalah data yang digunakan untuk mengestimasi cadangan dengan metode inverse
distance weight dan metode kriging.
5.2 Analisis Geostatistik
Hasil variogram modeling pada gambar 4.26 pada arah 75o menunjukkan
bahwa variogram modeling pada arah 75o memiliki sebaran data kadar yang baik
dibandingkan arah yang lain. Pada gambar 5.1 adalah Variogram map primer
yang terbentuk dari dari hasil penggambaran variogram modeling dan garis hitam
yang melintang pada arah 750 adalah garis yang menunjukan daerah estimasi
cadangan yang terbaik. Warna pada Variogram map primer adalah varians data
atau keberagaman data kadar, yang mana warna biru adalah kadar terendah
dengan nilai Ni 0,3191% dan warna merah adalah kadar tertinggi dengan nilai Ni
2,1780%. Variogram map primer ini adalah kenampakan sebaran data kadar dari
atas.

Sumber : Pengolahan Surpac 6.3 Abdan Syakura, 2020


Gambar 5.1
Variogram map primer

68
Pada gambar 5.2 adalah gambar variogram map sekunder atau
kenampakan sebaran data kadar dari samping atau kedalaman yang tegak lurus
dengan variogram map primer dengan dip -150 yang ditunjukan pada garis hitam
yang merupakan garis estimasi yang terbaik. Warna pada gambar 5.2 adalah
varians data atau keberagaman data kadar. Warna biru adalah kadar terendah
dengan nilai Ni 0,4545% dan warna merah adalah kadar tertinggi dengan nilai Ni
4,1764%.

Sumber : Pengolahan Surpac 6.3, Abdan Syakura, 2020


Gambar 5.2
Variogram map sekunder.

Penentuan faktor anisotropi atau arah sebaran yang baik dibandingkan arah
yang lain dilakukan dengan cara membuat model variogram untuk sumbu mayor
atau sumbu utama (Sumbu X), semi-mayor atau sumbu yang memotong sumbu
mayor (Sumbu Y), dan minor atau sumbu tegak lurus dari sumbu mayor (Sumbu
Z). Model variogram yang dibuat harus memiliki nilai sill yang sama. Faktor yang
membedakan antara ketiga variogram tersebut adalah nilai range masing-masing
variogram. Nilai faktor anisotropi menunjukkan perbandingan dari nilai range
masing-masing sumbu.

69
Sumber : Pengolahan Surpac 6.3, Abdan Syakura, 2020
Gambar 5.3
Model variogram sumbu mayor
Pada gambar 5.3 adalah gambar variogram untuk sumbu mayor pada
sudut 750 yang merupakan sumbu utama. Adapun nilai sill atau Nilai Varians
tidak mengalami perubahan secara signifikan yang dihasilkan adalah 0,906472
dan nilai range atau Jarak dimana nilai mencapai sill adalah 51,488

Sumber : Pengolahan Surpac 6.3, Abdan Syakura, 2020


Gambar 5.4
Model variogram sumbu semi-mayor

Pada gambar 5.4 adalah gambar variogram untuk sumbu semi-mayor pada
sudut 1650 yang merupakan sumbu tegak lurus terhadap sumbu utama atau sumbu
mayor. Adapun nilai sill atau Nilai Varians tidak mengalami perubahan secara

70
signifikan yang dihasilkan adalah 0,906472 dan nilai range atau Jarak dimana
nilai mencapai sill adalah 51,488

Sumber : Pengolahan Surpac 6.3, Abdan Syakura, 2020


Gambar 5.5
Model variogram sumbu minor

Pada gambar 5.5 adalah gambar variogram untuk sumbu minor pada sudut
3450 yang merupakan sumbu tegak lurus dari mayor dan semi-mayor. Adapun
nilai sill atau Nilai Varians tidak mengalami perubahan secara signifikan yang
dihasilkan adalah 0,906472 dan nilai range atau Jarak dimana nilai mencapai sill
adalah 8,816

5.3 Hasil Estimasi Cadangan Menggunakan Metode Inverse Distance Weight


(IDW) dan Kriging

Hasil penelitian yang telah didapatkan selama melakukan penelitian tugas


akhir di PT. Adhi Kartiko Pratama, terkhusus di Pit B3 terdiri atas data hasil
pemboran seperti data titik bor dengan jumlah sebanyak 24 titik bor, peta
penyebaran titik bor, data cut off grade dengan nilai 1,5%, density dengan nilai
1,65%, elevasi titik bor dan peta lokasi penelitian. Data pemboran tersebut diolah
dengan bantuan software surpac 6.3 dan metode yang digunakan yakni metode
Inverse Distance Weight (IDW) dan metode Kriging.

71
5.3.1 Estimasi Cadangan Dengan Inverse Distance Weight (IDW)

Estimasi cadangan nikel laterit dibatasi dengan Cut of Grade (CoG) untuk
Nikel saprolit dan dibagi kedalam tiga bagian yaitu low grade ore kadar 1,5% -
1,7%, medium grade ore kadar 1,70% - 1,9%, high grade ore kadar >1,9%. Hasil
Estimasi cadangan dengan metode IDW sebesar 318.903,75 ton dengan kadar low
grade ore 69.135 ton, kadar medium grade ore 68.928,75 ton, kadar hight grade
ore180.840 ton.

Grafik Volume dan Tonase


120000 200000
180000
100000 160000
80000 140000
120000

Ton
60000 100000

80000
40000 60000
20000 40000
20000
0 0
LGO MGO HGO
Volume (m³) 41900 41775 109600

Tonase (ton) 69135 68928.75 180840

Volume (m³) Tonase (ton)

Sumber : Abdan Syakura, 2020


Gambar 5.6
Grafik Volume Dan Tonase Cadangan Metode IDW

5.3.2 Estimasi Cadangan Dengan Kriging

Estimasi cadangan nikel laterit dibatasi dengan Cut of Grade (CoG) untuk
Nikel saprolit low grade ore kadar 1,5% - 1,7%, medium grade ore kadar 1,7% -
1.9%, hight grade ore kadar >1,9%. Hasil Estimasi cadangan menggunakan
metode Kriging sebesar 323.977,5 ton, dengan kadar low grade ore 82.293,75 ton,
kadar medium grade ore 76.518,75 ton, kadar hight grade ore 164.340,05 ton.

72
Grafik Volume dan Tonase
120000 180000
100000 160000
140000
80000 120000
100000

Ton
60000

80000
40000 60000
20000 40000
20000
0 0
LGO MGO HGO
Volume (m³) 49875 46875 99600

Tonase (ton) 82293.75 76518.75 164340.05


Volume (m³) Tonase (ton)

Sumber : Abdan Syakura, 2020


Gambar 5.7
Grafik Volume Dan Tonase Cadangan Saprolit Metode Kriging

5.4 Perbedaan Estimasi cadangan dengan metode Inverse Distance Weight


(IDW) dan metode Kriging

Grafik Perbandingan Estimasi Cadangan (Ton)

200000
180000
160000
140000
120000
Ton

100000
80000
60000
40000
20000 ..
0
LGO MGO HGO
IDW (ton) 69135 68928.75 180840
KRIGING (ton) 82293.75 76518.75 164340.05
Selisih (ton) 13158.75 7590 16499.95

Sumber : Abdan Syakura, 2020

Gambar 5.8
Grafik Perbandingan Estimasi Cadangan Metode IDW dan Kriging

73
Dari gambar 5.3 data yang diperoleh berdasarkan jumlah hasil estimasi
tonase cadangan saprolit menggunakan software surpac 6.3 metode Inverse
Distance Weight (IDW) dan Kriging menghasilkan jumlah tonase yang berbeda.
Selisih cadangan antara IDW dan Kriging yaitu, untuk cadangan kadar low grade
ore kadar 1,5% - 1,7% sebesar 13.158,75 ton, medium grade ore kadar 1,7% -
1.9% sebesar 7.590 ton, dan hight grade ore kadar >1,9% sebesar 16.499,95 ton.

74
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Estimasi cadangan dengan menggunakan Inverse Distance Weight dan
Kriging perhitungannya dapat disimpulkan bahwa Hasil Estimasi cadangan
dengan metode IDW sebesar 318.903,75 ton dengan kadar 1,5%-1,7% atau
low grade ore 69.135 ton, kadar 1,7%-1,9% atau medium grade ore
68.928,75 ton, kadar >1,9% atau hight grade ore 180.840 ton. Hasil estimasi
cadangan menggunakan metode Kriging sebesar 323.977,5 ton, dengan
kadar 1,5%-1,7% atau low grade ore 82.293,75 ton, kadar 1,7%-1,9% atau
medium grade ore 76.518,75 ton dan kadar >1,9% atau hight grade ore
164.340,05 ton.
2. Berdasarkan hasil Estimasi cadangan terdapat perbedaan selisih cadangan
antara IDW dan Kriging yaitu, untuk cadangan kadar 1,5%-1,7% atau low
grade ore sebesar 13.158,75 ton, 1,7%-1,9% atau medium grade ore sebesar
7.590 ton, dan kadar >1,9% atau hight grade ore sebesar 16.499,95 ton.

6.2 Saran

1. Mengingat penyebaran bijih yang tidak merata maka, untuk meningkatkan


tingkat kepercayaan terhadap data hasil estimasi maka spasi bor
ditingkatkan ke spasi 25 meter.
2. Untuk meminimalisir jatuhnya penentuan kadar hasil eksplorasi perlu di
pertimbangkan beberapa hal seperti berikut :
a. Diharapkan hasil pemboran inti (core) core recovery 100 %.
b. Standar Operasional Prosedur yang diterapkan pada saat preparasi.

75
DAFTAR PUSTAKA

Amstrong,M., (1998). Basic Linear Geostatistic. Spinger-Verlag Berlin


Heidelberg. New York

Arif, I., 2018. Nikel Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Arifin, M 2015. Proses Pembentukan Nikel Laterit. Prenada Media. Medan

Asy’ari, M.A., 2012. Geologi dan Estimasi Sumberdaya Nikel Laterit dengan
Metode IDW (Inverse Ditance Weight) dan Kriging : no 1

Bakri, H, 2016. Estimasi Sumberdaya Bijih Nikel Laterit dengan Menggunakan


Metode IDW : vol 04, no 1

Buchanan, F, 1807. A journey from Malebar throught the countries of


Mysore,Canara and Malabar

Cotton, F.A., Wilkinson, G., 1989, Kimia Anorganik I, Jakarta, Universitas


Indonesia.

Gerberding, J,L., 2005, Toxicological Profil For Nickel, Atlanta, Georgia,


Argency For Toxic Subtances And Disease Registry, Devision Of
Toxicology

Haris, 2005. Modul Tersuspensi 323, Metode Perhitungan Cadangan

KCMI, 2017. Komite Pelaporan Hasil Eksplorasi, Sumberdaya Mineral dan


Cadangan Mineral Indonesia

Priono, A, 1986. The indenesian mining Industry its Present and feature. The
Indonesian Mining Assocition. PT. Timah Jakarta

Pramono, GH., ( 2008). Akurasi Metode IDW dan Kriging Untuk Interpolasi
Sebaran Sedimen Tersuspensi di Maros, Sulawesi Selatan

Purnomo, H. & Sumarjono, E,. Geologi dan Estimasi Sumberdaya Nikel Laterit
menggunakan Metode Ordinary Kriging di Blok R

Sukandar, Rumidi., (2007). Geologi Mineral Logam, Fakultas Teknik, UGM.


Yogyakarta.
Undang-undang No.4 Tahun 2009, 2009. Pertambangan Mineral dan Batubara,
Jakarta.

xv
LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. LAMPIRAN I DATA ASSAY

2. LAMPIRAN II DATA COLLAR

3. LAMPIRAN III DATA GEOLOGI

4. LAMPIRAN IV DATA SURVEY

5. LAMPIRAN V HASIL ESTIMASI METODE INVERSE DISTANCE WEIGHT


(IDW)

6. LAMPIRAN VI HASIL ESTIMASI METODE KRIGING


LAMPIRAN I Hole_ID From To Ni Fe
TABEL DATA ASSAY B3_2626 2 3 1 38,27
B3_2626 3 4 1,11 40,23
B3_2626 4 4,5 1,35 38,02
Hole_ID From To Ni Fe B3_2626 4,5 5 1,72 36,45
B3_2535 0 1 1,29 23,11 B3_2626 5 6 1,66 29,27
B3_2535 1 2 0,84 11,13 B3_2626 6 7 2,31 26,41
B3_2535 2 3 0,82 8,79 B3_2626 7 8 2,3 15,46
B3_2535 3 4 1,81 9,91 B3_2626 8 9 1,59 7,89
B3_2535 4 5 2,43 9,54 B3_2626 9 10 2,51 14,71
B3_2535 5 6 1,63 9,33 B3_2626 10 11 2,58 15,03
B3_2535 6 7 0,68 7,8 B3_2626 11 11,5 3,08 15,71
B3_2535 7 8 0,44 7,38 B3_2626 11,5 12 3,54 20,99
B3_2535 8 9 0,54 6,97 B3_2626 12 13 0,46 5,25
B3_2535 9 10 0,55 6,23 B3_2626 13 14 2,35 15,83
B3_2535 10 11 1,75 14,83 B3_2626 14 15 2,3 14,97
B3_2535 11 12 0,32 6,39 B3_2626 15 16 0,65 7,23
B3_2535 12 13 0,3 5,55 B3_2626 16 17 0,38 6,91
B3_2535 13 14 1,12 10,61 B3_2630 0 0,5 1,06 41,87
B3_2535 14 15 0,54 6,25 B3_2630 0,5 1,2 0,91 34
B3_2535 15 16 0,26 6,06 B3_2630 1,2 2,15 1,18 29,93
B3_2535 16 17 0,26 6,11 B3_2630 2,15 3 1,77 18,08
B3_2624 0 1 0,99 36,57 B3_2630 3 4 1,39 13,37
B3_2624 1 2 0,94 40,59 B3_2630 4 5 0,92 10,22
B3_2624 2 3 1,23 41,11 B3_2630 5 5,5 0,79 7,07
B3_2624 3 4 1,18 40,09 B3_2630 5,5 6 1,03 10,11
B3_2624 4 5 0,42 15,26 B3_2630 6 7 1,81 10,02
B3_2624 5 6 1,33 35,13 B3_2630 7 8 3,22 19,16
B3_2624 6 7 1,31 36,08 B3_2630 8 9 2,49 15,56
B3_2624 7 8 1,28 27,34 B3_2630 9 10 0,3 4,98
B3_2624 8 9 1,42 20,72 B3_2630 10 11 0,29 4,79
B3_2624 9 10 1,77 24,15 B3_2733 0 1 0,99 41,67
B3_2624 10 11 1,37 21,95 B3_2733 1 2 1,03 43,55
B3_2624 11 12 1,73 18,76 B3_2733 2 3 1,26 40,92
B3_2624 12 13 1,28 7,76 B3_2733 3 4 0,5 14,85
B3_2624 13 14 2,06 12,55 B3_2733 4 5 0,96 29,01
B3_2624 14 15 1,76 9,77 B3_2733 5 6 1,3 31,33
B3_2624 15 16 1,47 12,5 B3_2733 6 7 1,89 34,06
B3_2624 16 17 3,23 14,77 B3_2733 7 8 2,09 30,55
B3_2624 17 17,3 2,22 11,06 B3_2733 8 9 2,81 28,38
B3_2624 17,3 18 0,98 7,36 B3_2733 9 10 3,48 24,37
B3_2624 18 19 2,49 12,58 B3_2733 10 11 3,2 17,39
B3_2624 19 20 0,81 6,45 B3_2733 11 12 1,4 12,07
B3_2626 0 1 1 39,1 B3_2733 12 13 2,33 17,81
B3_2626 1 2 1 38,68 B3_2733 13 14 2,62 14,46

L1-1
Hole_ID From To Ni Fe Hole_ID From To Ni Fe
B3_2733 14 14,55 2,05 11,89 B3_2826 13 14 0,34 3,39
B3_2733 14,55 15 0,35 6,61 B3_2830 0 1 1,09 39,76
B3_2733 15 16 2,97 14,51 B3_2830 1 2 1,14 42,41
B3_2733 16 17 2,41 13,1 B3_2830 2 3 1,08 39,65
B3_2733 17 18 0,58 7,3 B3_2830 3 4 1,17 42,6
B3_2733 18 19 0,73 8,41 B3_2830 4 5 1,13 42,48
B3_2733 19 20 1,29 10,06 B3_2830 5 6 0,44 17,1
B3_2733 20 21 1,57 11,33 B3_2830 6 7 0,49 15,52
B3_2733 21 22 1,55 8,34 B3_2830 7 8 0,45 13,56
B3_2733 22 23 2,27 14,62 B3_2830 8 9 0,45 11,57
B3_2733 23 24 0,61 6,88 B3_2830 9 10 0,32 8,48
B3_2733 24 25 0,55 6,73 B3_2830 10 11 0,66 20,48
B3_2824 0 1 0,54 40,2 B3_2830 11 12 0,45 13,78
B3_2824 1 2 0,61 40,1 B3_2830 12 13 0,51 13,75
B3_2824 2 3 0,79 38,89 B3_2830 13 14 0,3 7,87
B3_2824 3 4 0,9 38,12 B3_2830 14 15 0,24 5,77
B3_2824 4 5 0,92 36,62 B3_2830 15 16 0,26 5,09
B3_2824 5 6 0,98 36,23 B3_2830 16 17 0,3 5,06
B3_2824 6 7 1,01 34,69 B3_2830 17 18 1,42 16,23
B3_2824 7 8 0,99 34,89 B3_2830 18 19 1,33 18,45
B3_2824 8 8,6 1,1 34,53 B3_2830 19 20 1,8 23,94
B3_2824 8,6 9 0,51 9,19 B3_2830 20 21 2,07 20,62
B3_2824 9 10 1,47 16,21 B3_2830 21 22 1,9 15,32
B3_2824 10 11 1,77 18,88 B3_2830 22 23 1,38 13,75
B3_2824 11 11,7 1,07 11,15 B3_2830 23 24 0,78 6,92
B3_2824 11,7 12 0,75 8,13 B3_2830 24 25 1,06 9,04
B3_2824 12 13 0,49 5,67 B3_2830 25 26 1,71 13,02
B3_2824 13 14 0,37 4,77 B3_2830 26 27 0,29 4,57
B3_2824 14 15 0,35 4,97 B3_2830 27 28 0,29 4,77
B3_2826 0 1 0,81 40,27 B3_2833 0 1 1,15 44,88
B3_2826 1 2 0,85 39,23 B3_2833 1 2 1,19 44,78
B3_2826 2 3 0,93 33,33 B3_2833 2 3 1,21 47,61
B3_2826 3 4 1 30,24 B3_2833 3 4 1,15 44,03
B3_2826 4 5 1,02 28,7 B3_2833 4 5 1,11 47,25
B3_2826 5 6 0,8 11,79 B3_2833 5 6 1,1 46,5
B3_2826 6 6,45 0,98 10,64 B3_2833 6 7 1,3 50,23
B3_2826 6,45 7 0,47 5,56 B3_2833 7 8 1,24 48,63
B3_2826 7 7,5 0,47 5,15 B3_2833 8 9 1,3 49,74
B3_2826 7,5 8 1,42 9,75 B3_2833 9 10 1,95 37,78
B3_2826 8 9 1,63 9,49 B3_2833 10 11 1,86 22,37
B3_2826 9 10 3,74 19,58 B3_2833 11 12 1,15 9,44
B3_2826 10 11 1,94 20,9 B3_2833 12 13 1,11 8,92
B3_2826 11 12 1,54 10,78 B3_2833 13 14 1,2 7,99
B3_2826 12 13 0,38 4,63 B3_2833 14 15 0,64 7,13

L1-2
Hole_ID From To Ni Fe Hole_ID From To Ni Fe
B3_2833 15 16 0,33 7,33 B3_3028 11 12 2,25 12,53
B3_3024 0 1 1,36 27,32 B3_3028 12 12,7 0,45 7,25
B3_3024 1 2 0,98 38,18 B3_3028 12,7 13 1,45 9,73
B3_3024 2 3 0,95 39,12 B3_3028 13 14 2 10,11
B3_3024 3 4 1,25 30,34 B3_3028 14 15 2,31 16,56
B3_3024 4 5 1,18 24,54 B3_3028 15 16 1,49 8,36
B3_3024 5 6 1,32 33,04 B3_3028 16 17 2,38 12,83
B3_3024 6 7 0,94 41,09 B3_3028 17 18 1,21 7,91
B3_3024 7 8 1,03 36,25 B3_3028 18 19 0,76 5,09
B3_3024 8 9 1,18 39,14 B3_3028 19 20 1,59 8,01
B3_3024 9 10 1,35 37,5 B3_3028 20 21 2,68 9,78
B3_3024 10 11 1,54 38,68 B3_3028 21 22 0,57 6,89
B3_3024 11 12 1,12 33,45 B3_3028 22 23 0,55 2,93
B3_3024 12 13 1,34 26,74 B3_3030 0 1 0,88 27,42
B3_3024 13 14 0,58 10,42 B3_3030 1 2 0,6 11,04
B3_3024 14 15 0,16 4,69 B3_3030 2 3 0,91 14
B3_3024 15 16 0,31 6,02 B3_3030 3 3,25 1,13 12,29
B3_3026 0 1 1 40,12 B3_3030 3,25 3,75 0,36 5,62
B3_3026 1 2 1,04 39,21 B3_3030 3,75 4 0,81 7,72
B3_3026 2 3 1,36 38,19 B3_3030 4 5 1,94 12,59
B3_3026 3 4 1,38 35,12 B3_3030 5 6 2,38 12,41
B3_3026 4 5 1,21 40,6 B3_3030 6 7 0,51 5,29
B3_3026 5 6 1,02 44,52 B3_3030 7 8 0,39 4,93
B3_3026 6 7 1,03 44,91 B3_3030 8 9 0,34 5,15
B3_3026 7 8 1,2 44,32 B3_3030 9 10 0,29 4,71
B3_3026 8 8,6 1,57 39,81 B3_3224 0 1 0,63 37,15
B3_3026 8,6 9 0,56 6,33 B3_3224 1 2 0,66 36,96
B3_3026 9 10 0,4 5,87 B3_3224 2 3 0,68 36,7
B3_3026 10 11 0,33 4,81 B3_3224 3 4 0,71 35,26
B3_3026 11 12 0,33 5,81 B3_3224 4 5 0,6 25,43
B3_3028 0 1 1,49 36,82 B3_3224 5 6 0,72 26,43
B3_3028 1 2 1,49 34,07 B3_3224 6 7 0,77 25,95
B3_3028 2 3 1,31 30,77 B3_3224 7 8 0,84 25,59
B3_3028 3 4 1,34 34,71 B3_3224 8 9 0,87 26,15
B3_3028 4 5 1,48 31,67 B3_3224 9 10 0,92 24,73
B3_3028 5 6 3,17 20,71 B3_3224 10 11 0,85 23,14
B3_3028 6 7 2,27 27,13 B3_3224 11 11,75 0,71 20,16
B3_3028 7 7,3 2,51 17,5 B3_3224 11,75 12 0,21 5,54
B3_3028 7,3 8 0,33 7,53 B3_3224 12 12,25 0,25 6,64
B3_3028 8 8,3 0,3 5,66 B3_3224 12,25 13 0,61 13,39
B3_3028 8,3 9 3,24 23,43 B3_3224 13 14 0,28 7,19
B3_3028 9 9,5 1,84 16,32 B3_3224 14 15 0,3 7,47
B3_3028 9,5 10 0,46 7,77 B3_3224B 0 1 1,06 39,68
B3_3028 10 11 3,07 21,46 B3_3224B 1 2 1,16 39,66

L1-3
Hole_ID From To Ni Fe Hole_ID From To Ni Fe
B3_3224B 2 3 1,22 38,01 B3_3226 16 17 1,93 21,97
B3_3224B 3 4 1,28 41,73 B3_3226 17 18 0,37 5,83
B3_3224B 4 5 1,16 36,47 B3_3226 18 19 0,36 6,05
B3_3224B 5 6 1,06 33,3 B3_3228 0 1 0,84 38,89
B3_3224B 6 7 1,3 35,08 B3_3228 1 2 0,93 39,74
B3_3224B 7 8 1,05 34,93 B3_3228 2 3 1,21 36,05
B3_3224B 8 9 0,73 30,3 B3_3228 3 4 1,39 36,37
B3_3224B 9 10 0,95 34,63 B3_3228 4 5 1,21 41,53
B3_3224B 10 11 0,86 34,23 B3_3228 5 6 1,17 40,25
B3_3224B 11 12 0,84 28,01 B3_3228 6 7 0,87 37,44
B3_3224B 12 13 1,11 42,46 B3_3228 7 8 0,89 39,57
B3_3224B 13 14 1,17 44,96 B3_3228 8 8,5 0,85 33,93
B3_3224B 14 15 1,21 38,98 B3_3228 8,5 8,8 0,35 8,67
B3_3224B 15 16 1,24 42,68 B3_3228 8,8 9 0,9 39,44
B3_3224B 16 17 1,47 41,87 B3_3228 9 10 1,61 40,73
B3_3224B 17 18 1,07 45,45 B3_3228 10 11 1,6 37,28
B3_3224B 18 19 1,11 44,97 B3_3228 11 12 1,33 32,66
B3_3224B 19 20 1,51 58,01 B3_3228 12 13 1,49 32,78
B3_3224B 20 21 1,76 39,79 B3_3228 13 14 1,8 33,92
B3_3224B 21 22 1,72 32,91 B3_3228 14 15 1,42 28,48
B3_3224B 22 22,5 1,51 40,27 B3_3228 15 16 1,33 35,49
B3_3224B 22,5 23 0,77 11,17 B3_3228 16 16,5 0,33 6,62
B3_3224B 23 24 1,27 14,06 B3_3228 16,5 17 1,7 36,68
B3_3224B 24 25 0,39 8 B3_3228 17 18 2,23 26,69
B3_3224B 25 26 0,35 7,13 B3_3228 18 18,7 1,9 19,14
B3_3226 0 1 1,14 41,59 B3_3228 18,7 19 0,44 8,88
B3_3226 1 2 1,15 41,04 B3_3228 19 19,5 0,25 8,22
B3_3226 2 3 1,45 44,04 B3_3228 19,5 20 2,26 21,56
B3_3226 3 4 1,39 43,57 B3_3228 20 20,3 1,39 17,44
B3_3226 4 5 1,41 40,4 B3_3228 20,3 21 0,75 8,8
B3_3226 5 6,2 1,36 38,12 B3_3228 21 22 0,33 7,17
B3_3226 6,2 7 0,87 9,61 B3_3228 22 22,2 0,3 7,44
B3_3226 7 8 0,82 7,98 B3_3228B 0 0,4 0,93 27,49
B3_3226 8 8,3 1,42 37,63 B3_3228B 0,4 1 0,8 9,16
B3_3226 8,3 9 0,86 9,42 B3_3228B 1 2 0,61 8,31
B3_3226 9 10 1,62 42,09 B3_3228B 2 3 0,53 6,68
B3_3226 10 11 1,52 42,56 B3_3228B 3 4 0,47 5,72
B3_3226 11 11,8 1,6 31,71 B3_3228B 4 4,7 0,32 5,05
B3_3226 11,8 12,6 0,81 9,79 B3_3228B 4,7 5 1,16 9,14
B3_3226 12,6 13 0,35 5,06 B3_3228B 5 6 0,51 6,4
B3_3226 13 14 0,36 5,72 B3_3228B 6 7 0,33 5,38
B3_3226 14 14,4 0,65 6,03 B3_3228B 7 8 0,31 5,16
B3_3226 14,4 15 1,31 6,86 B3_3230 0 1 1,3 24,49
B3_3226 15 16 2,58 34,89 B3_3230 1 2 1,91 29,55

L1-4
Hole_ID From To Ni Fe Hole_ID From To Ni Fe
B3_3230 2 3 1,44 11,36 B3_3426 24 25 2,69 27,68
B3_3230 3 4 1,36 12,52 B3_3426 25 26 2,87 36,27
B3_3230 4 5 1,38 20,8 B3_3426 26 27 3,05 34,51
B3_3230 5 6 0,9 17,88 B3_3426 27 27,7 3,39 30,25
B3_3230 6 6,6 0,77 12,93 B3_3426 27,7 28 0,82 6,26
B3_3230 6,6 7 0,54 6,68 B3_3426 28 28,3 0,39 6,27
B3_3230 7 7,5 1,27 10,27 B3_3426 28,3 29 4,15 28,19
B3_3230 7,5 8 1,58 11,63 B3_3426 29 30 4,32 26,06
B3_3230 8 9 0,73 7,77 B3_3426 30 31 3,1 21,8
B3_3230 9 10 0,57 6,19 B3_3426 31 32 2,02 18,68
B3_3230 10 10,5 0,47 5,32 B3_3426 32 33 1,01 9,85
B3_3230 10,5 11 2,31 15,32 B3_3426 33 34 0,46 6,27
B3_3230 11 12 1,51 11,07 B3_3426 34 35 0,42 6,22
B3_3230 12 13 1,46 11,89 B3_3430 0 1 0,91 17,29
B3_3230 13 14 1,41 8,1 B3_3430 1 2 0,81 14,25
B3_3230 14 14,6 1,83 9,86 B3_3430 2 3 1,02 10,42
B3_3230 14,6 15 0,51 5,01 B3_3430 3 3,7 1,05 13,87
B3_3230 15 16 0,33 4,88 B3_3430 3,7 4 1,84 20,73
B3_3230 16 17 0,29 4,52 B3_3430 4 5 1,78 16,33
B3_3426 0 1 1,03 38,23 B3_3430 5 6 1,3 10,56
B3_3426 1 2 1,13 40,55 B3_3430 6 7 1,5 13,12
B3_3426 2 3 1,3 42,79 B3_3430 7 7,7 0,61 5,75
B3_3426 3 4 1,47 43,15 B3_3430 7,7 8 0,88 7,71
B3_3426 4 5 1,4 42,03 B3_3430 8 8,4 1,08 9,66
B3_3426 5 6 1,37 41,66 B3_3430 8,4 9 0,37 4,52
B3_3426 6 7 1,23 34,42 B3_3430 9 10 0,33 4,55
B3_3426 7 8 1,06 35,54 B3_3430 10 11 0,33 4,72
B3_3426 8 9 1,22 43,69 B3_3626 0 1 1,11 40,4
B3_3426 9 10 1,3 43,5 B3_3626 1 2 1,24 43,82
B3_3426 10 11 1,71 38,45 B3_3626 2 3 1,19 43,45
B3_3426 11 12 1,49 33,59 B3_3626 3 4 1,2 41,7
B3_3426 12 13 1,33 33,77 B3_3626 4 5 1,36 41,17
B3_3426 13 14 1,61 31,6 B3_3626 5 6 1,25 43,44
B3_3426 14 15 1,87 32,59 B3_3626 6 7 1,13 41,25
B3_3426 15 15,55 1,55 32,5 B3_3626 7 8 1,12 43,58
B3_3426 15,55 16 0,41 6,58 B3_3626 8 9 1,32 45,39
B3_3426 16 17 1,8 31,13 B3_3626 9 10 1,08 41,76
B3_3426 17 18 2,07 36,3 B3_3626 10 11 1,09 43,43
B3_3426 18 19 3,37 31,53 B3_3626 11 12 1,09 45,22
B3_3426 19 20 2,58 36,85 B3_3626 12 13 1,24 47,26
B3_3426 20 21 3,77 25,92 B3_3626 13 14 1,25 45,28
B3_3426 21 22 2,7 27,2 B3_3626 14 15 1,23 45,36
B3_3426 22 23 3,01 32,65 B3_3626 15 16 1,47 42,64
B3_3426 23 24 2,73 27 B3_3626 16 17 1,32 41,97

L1-5
Hole_ID From To Ni Fe Hole_ID From To Ni Fe
B3_3626 17 18 1,22 34,59 B3_3630 15 16 0,73 4,34
B3_3626 18 18,5 1,3 15,56 B3_3630 16 17 0,34 4,2
B3_3626 18,5 19 0,53 4,57
B3_3626 19 20 0,92 5,33
B3_3626 20 21,2 0,43 6,01
B3_3628 0 1 0,91 38,39
B3_3628 1 2 0,93 38,08
B3_3628 2 3 1,06 37,79
B3_3628 3 4 1,29 37,9
B3_3628 4 5 1,06 36,82
B3_3628 5 6 1,23 36,72
B3_3628 6 7 1,25 35
B3_3628 7 8 1,11 35,32
B3_3628 8 9 1,01 35,99
B3_3628 9 10 1,27 37,72
B3_3628 10 11 1,17 35,87
B3_3628 11 12 1,55 35,03
B3_3628 12 13 1,59 34,82
B3_3628 13 13,6 1,31 35,97
B3_3628 13,6 14 1,39 13,94
B3_3628 14 15 1,86 15,68
B3_3628 15 16 1,79 16,1
B3_3628 16 17 2,34 11,36
B3_3628 17 18 1,55 25,47
B3_3628 18 19 1,56 9,85
B3_3628 19 20 1,29 8,14
B3_3628 20 21 1,16 8,95
B3_3628 21 22 0,53 5,15
B3_3628 22 23 0,38 4,74
B3_3630 0 1 0,99 35,9
B3_3630 1 2 1,04 36,12
B3_3630 2 3 1,09 34,1
B3_3630 3 4 0,65 20,71
B3_3630 4 5 0,99 23,82
B3_3630 5 6 1,36 30,37
B3_3630 6 7 0,87 19,31
B3_3630 7 8 0,94 15,91
B3_3630 8 9 1,07 7,94
B3_3630 9 10 1,73 8,95
B3_3630 10 11 1,01 5,78
B3_3630 11 12 1,01 6,75
B3_3630 12 13 1,06 7,34
B3_3630 13 14 1,64 9,31
B3_3630 14 15 0,65 4,8

L1-6
LAMPIRAN II
TABEL DATA COLLAR

Hole_ID Y X Z Depth Hole path


B3_2535 9.639.598,64 421.036,19 253,84 17,00 LINEAR
B3_2624 9.639.448,65 421.046,97 237,85 20,00 LINEAR
B3_2626 9.639.499,67 421.069,13 239,68 17,00 LINEAR
B3_2630 9.639.599,32 421.062,52 256,82 11,00 LINEAR
B3_2733 9.639.546,23 421.082,14 250,91 25,00 LINEAR
B3_2824 9.639.453,47 421.104,60 234,42 15,00 LINEAR
B3_2826 9.639.500,65 421.099,64 239,73 14,00 LINEAR
B3_2830 9.639.599,19 421.098,23 266,06 28,00 LINEAR
B3_2833 9.639.546,06 421.106,09 251,21 16,00 LINEAR
B3_3024 9.639.456,70 421.149,99 235,59 16,00 LINEAR
B3_3026 9.639.500,52 421.149,48 240,28 12,00 LINEAR
B3_3028 9.639.549,76 421.149,23 248,92 23,00 LINEAR
B3_3030 9.639.596,47 421.148,60 252,02 10,00 LINEAR
B3_3224 9.639.452,12 421.251,81 213,23 15,00 LINEAR
B3_3224B 9.639.468,52 421.197,77 230,75 26,00 LINEAR
B3_3226 9.639.500,93 421.205,31 236,28 19,00 LINEAR
B3_3228 9.639.549,64 421.250,44 218,58 22,20 LINEAR
B3_3228B 9.639.550,01 421.199,95 232,03 8,00 LINEAR
B3_3230 9.639.598,97 421.201,49 232,94 17,00 LINEAR
B3_3426 9.639.498,91 421.250,57 220,17 35,00 LINEAR
B3_3430 9.639.595,81 421.249,96 220,11 11,00 LINEAR
B3_3626 9.639.499,99 421.300,01 210,28 21,20 LINEAR
B3_3628 9.639.548,27 421.297,34 212,98 23,00 LINEAR
B3_3630 9.639.600,74 421.302,94 215,07 17,00 LINEAR

L2-1
LAMPIRAN III B3_2626 2 3 LIM LINEAR
TABEL DATA GEOLOGY B3_2626 3 4 LIM LINEAR
B3_2626 4 4,5 LIM LINEAR
B3_2626 4,5 5 LIM LINEAR
Hole_ID From To Lithology samp_id B3_2626 5 6 SAP LINEAR
B3_2535 0 1 LIM LINEAR B3_2626 6 7 SAP LINEAR
B3_2535 1 2 LIM LINEAR B3_2626 7 8 SAP LINEAR
B3_2535 2 3 LIM LINEAR B3_2626 8 9 SAP LINEAR
B3_2535 3 4 SAP LINEAR B3_2626 9 10 SAP LINEAR
B3_2535 4 5 SAP LINEAR B3_2626 10 11 SAP LINEAR
B3_2535 5 6 SAP LINEAR B3_2626 11 11,5 SAP LINEAR
B3_2535 6 7 SAP LINEAR B3_2626 11,5 12 SAP LINEAR
B3_2535 7 8 SAP LINEAR B3_2626 12 13 SAP LINEAR
B3_2535 8 9 SAP LINEAR B3_2626 13 14 SAP LINEAR
B3_2535 9 10 SAP LINEAR B3_2626 14 15 SAP LINEAR
B3_2535 10 11 SAP LINEAR B3_2626 15 16 BRK LINEAR
B3_2535 11 12 SAP LINEAR B3_2626 16 17 BRK LINEAR
B3_2535 12 13 SAP LINEAR B3_2630 0 0,5 LIM LINEAR
B3_2535 13 14 SAP LINEAR B3_2630 0,5 1,2 LIM LINEAR
B3_2535 14 15 BRK LINEAR B3_2630 1,2 2,15 LIM LINEAR
B3_2535 15 16 BRK LINEAR B3_2630 2,15 3 SAP LINEAR
B3_2535 16 17 BRK LINEAR B3_2630 3 4 SAP LINEAR
B3_2624 0 1 LIM LINEAR B3_2630 4 5 SAP LINEAR
B3_2624 1 2 LIM LINEAR B3_2630 5 5,5 SAP LINEAR
B3_2624 2 3 LIM LINEAR B3_2630 5,5 6 SAP LINEAR
B3_2624 3 4 LIM LINEAR B3_2630 6 7 SAP LINEAR
B3_2624 4 5 LIM LINEAR B3_2630 7 8 SAP LINEAR
B3_2624 5 6 LIM LINEAR B3_2630 8 9 SAP LINEAR
B3_2624 6 7 LIM LINEAR B3_2630 9 10 BRK LINEAR
B3_2624 7 8 LIM LINEAR B3_2630 10 11 BRK LINEAR
B3_2624 8 9 SAP LINEAR B3_2733 0 1 LIM LINEAR
B3_2624 9 10 SAP LINEAR B3_2733 1 2 LIM LINEAR
B3_2624 10 11 SAP LINEAR B3_2733 2 3 LIM LINEAR
B3_2624 11 12 SAP LINEAR B3_2733 3 4 LIM LINEAR
B3_2624 12 13 SAP LINEAR B3_2733 4 5 SAP LINEAR
B3_2624 13 14 SAP LINEAR B3_2733 5 6 SAP LINEAR
B3_2624 14 15 SAP LINEAR B3_2733 6 7 SAP LINEAR
B3_2624 15 16 SAP LINEAR B3_2733 7 8 SAP LINEAR
B3_2624 16 17 SAP LINEAR B3_2733 8 9 SAP LINEAR
B3_2624 17 17,3 SAP LINEAR B3_2733 9 10 SAP LINEAR
B3_2624 17,3 18 BRK LINEAR B3_2733 10 11 SAP LINEAR
B3_2624 18 19 BRK LINEAR B3_2733 11 12 SAP LINEAR
B3_2624 19 20 BRK LINEAR B3_2733 12 13 SAP LINEAR
B3_2626 0 1 LIM LINEAR B3_2733 13 14 SAP LINEAR
B3_2626 1 2 LIM LINEAR B3_2733 14 14,55 SAP LINEAR

L3-1
B3_2733 14,55 15 SAP LINEAR B3_2830 1 2 LIM LINEAR
B3_2733 15 16 SAP LINEAR B3_2830 2 3 LIM LINEAR
B3_2733 16 17 SAP LINEAR B3_2830 3 4 LIM LINEAR
B3_2733 17 18 SAP LINEAR B3_2830 4 5 LIM LINEAR
B3_2733 18 19 SAP LINEAR B3_2830 5 6 LIM LINEAR
B3_2733 19 20 SAP LINEAR B3_2830 6 7 LIM LINEAR
B3_2733 20 21 SAP LINEAR B3_2830 7 8 LIM LINEAR
B3_2733 21 22 SAP LINEAR B3_2830 8 9 LIM LINEAR
B3_2733 22 23 SAP LINEAR B3_2830 9 10 LIM LINEAR
B3_2733 23 24 BRK LINEAR B3_2830 10 11 LIM LINEAR
B3_2733 24 25 BRK LINEAR B3_2830 11 12 LIM LINEAR
B3_2824 0 1 LIM LINEAR B3_2830 12 13 LIM LINEAR
B3_2824 1 2 LIM LINEAR B3_2830 13 14 LIM LINEAR
B3_2824 2 3 LIM LINEAR B3_2830 14 15 LIM LINEAR
B3_2824 3 4 LIM LINEAR B3_2830 15 16 LIM LINEAR
B3_2824 4 5 LIM LINEAR B3_2830 16 17 LIM LINEAR
B3_2824 5 6 LIM LINEAR B3_2830 17 18 SAP LINEAR
B3_2824 6 7 SAP LINEAR B3_2830 18 19 SAP LINEAR
B3_2824 7 8 SAP LINEAR B3_2830 19 20 SAP LINEAR
B3_2824 8 8,6 SAP LINEAR B3_2830 20 21 SAP LINEAR
B3_2824 8,6 9 SAP LINEAR B3_2830 21 22 SAP LINEAR
B3_2824 9 10 SAP LINEAR B3_2830 22 23 SAP LINEAR
B3_2824 10 11 SAP LINEAR B3_2830 23 24 SAP LINEAR
B3_2824 11 11,7 SAP LINEAR B3_2830 24 25 SAP LINEAR
B3_2824 11,7 12 BRK LINEAR B3_2830 25 26 SAP LINEAR
B3_2824 12 13 BRK LINEAR B3_2830 26 27 BRK LINEAR
B3_2824 13 14 BRK LINEAR B3_2830 27 28 BRK LINEAR
B3_2824 14 15 BRK LINEAR B3_2833 0 1 LIM LINEAR
B3_2826 0 1 LIM LINEAR B3_2833 1 2 LIM LINEAR
B3_2826 1 2 LIM LINEAR B3_2833 2 3 LIM LINEAR
B3_2826 2 3 LIM LINEAR B3_2833 3 4 LIM LINEAR
B3_2826 3 4 LIM LINEAR B3_2833 4 5 LIM LINEAR
B3_2826 4 5 LIM LINEAR B3_2833 5 6 LIM LINEAR
B3_2826 5 6 SAP LINEAR B3_2833 6 7 LIM LINEAR
B3_2826 6 6,45 SAP LINEAR B3_2833 7 8 LIM LINEAR
B3_2826 6,45 7 SAP LINEAR B3_2833 8 9 LIM LINEAR
B3_2826 7 7,5 SAP LINEAR B3_2833 9 10 SAP LINEAR
B3_2826 7,5 8 SAP LINEAR B3_2833 10 11 SAP LINEAR
B3_2826 8 9 SAP LINEAR B3_2833 11 12 SAP LINEAR
B3_2826 9 10 SAP LINEAR B3_2833 12 13 SAP LINEAR
B3_2826 10 11 SAP LINEAR B3_2833 13 14 SAP LINEAR
B3_2826 11 12 SAP LINEAR B3_2833 14 15 BRK LINEAR
B3_2826 12 13 BRK LINEAR B3_2833 15 16 BRK LINEAR
B3_2826 13 14 BRK LINEAR B3_3024 0 1 LIM LINEAR
B3_2830 0 1 LIM LINEAR B3_3024 1 2 LIM LINEAR

L3-2
B3_3024 2 3 LIM LINEAR B3_3028 14 15 SAP LINEAR
B3_3024 3 4 LIM LINEAR B3_3028 15 16 SAP LINEAR
B3_3024 4 5 LIM LINEAR B3_3028 16 17 SAP LINEAR
B3_3024 5 6 LIM LINEAR B3_3028 17 18 SAP LINEAR
B3_3024 6 7 LIM LINEAR B3_3028 18 19 SAP LINEAR
B3_3024 7 8 SAP LINEAR B3_3028 19 20 SAP LINEAR
B3_3024 8 9 SAP LINEAR B3_3028 20 21 SAP LINEAR
B3_3024 9 10 SAP LINEAR B3_3028 21 22 BRK LINEAR
B3_3024 10 11 SAP LINEAR B3_3028 22 23 BRK LINEAR
B3_3024 11 12 SAP LINEAR B3_3030 0 1 LIM LINEAR
B3_3024 12 13 SAP LINEAR B3_3030 1 2 LIM LINEAR
B3_3024 13 14 BRK LINEAR B3_3030 2 3 LIM LINEAR
B3_3024 14 15 BRK LINEAR B3_3030 3 3,25 SAP LINEAR
B3_3024 15 16 BRK LINEAR B3_3030 3,25 3,75 SAP LINEAR
B3_3026 0 1 LIM LINEAR B3_3030 3,75 4 SAP LINEAR
B3_3026 1 2 LIM LINEAR B3_3030 4 5 SAP LINEAR
B3_3026 2 3 LIM LINEAR B3_3030 5 6 SAP LINEAR
B3_3026 3 4 LIM LINEAR B3_3030 6 7 BRK LINEAR
B3_3026 4 5 LIM LINEAR B3_3030 7 8 BRK LINEAR
B3_3026 5 6 LIM LINEAR B3_3030 8 9 BRK LINEAR
B3_3026 6 7 LIM LINEAR B3_3030 9 10 BRK LINEAR
B3_3026 7 8 SAP LINEAR B3_3224 0 1 LIM LINEAR
B3_3026 8 8,6 SAP LINEAR B3_3224 1 2 LIM LINEAR
B3_3026 8,6 9 BRK LINEAR B3_3224 2 3 LIM LINEAR
B3_3026 9 10 BRK LINEAR B3_3224 3 4 LIM LINEAR
B3_3026 10 11 BRK LINEAR B3_3224 4 5 LIM LINEAR
B3_3026 11 12 BRK LINEAR B3_3224 5 6 LIM LINEAR
B3_3028 0 1 LIM LINEAR B3_3224 6 7 LIM LINEAR
B3_3028 1 2 LIM LINEAR B3_3224 7 8 LIM LINEAR
B3_3028 2 3 LIM LINEAR B3_3224 8 9 SAP LINEAR
B3_3028 3 4 LIM LINEAR B3_3224 9 10 SAP LINEAR
B3_3028 4 5 LIM LINEAR B3_3224 10 11 SAP LINEAR
B3_3028 5 6 SAP LINEAR B3_3224 11 11,75 SAP LINEAR
B3_3028 6 7 SAP LINEAR B3_3224 11,75 12 SAP LINEAR
B3_3028 7 7,3 SAP LINEAR B3_3224 12 12,25 SAP LINEAR
B3_3028 7,3 8 SAP LINEAR B3_3224 12,25 13 SAP LINEAR
B3_3028 8 8,3 SAP LINEAR B3_3224 13 14 BRK LINEAR
B3_3028 8,3 9 SAP LINEAR B3_3224 14 15 BRK LINEAR
B3_3028 9 9,5 SAP LINEAR B3_3224B 0 1 LIM LINEAR
B3_3028 9,5 10 SAP LINEAR B3_3224B 1 2 LIM LINEAR
B3_3028 10 11 SAP LINEAR B3_3224B 2 3 LIM LINEAR
B3_3028 11 12 SAP LINEAR B3_3224B 3 4 LIM LINEAR
B3_3028 12 12,7 SAP LINEAR B3_3224B 4 5 LIM LINEAR
B3_3028 12,7 13 SAP LINEAR B3_3224B 5 6 LIM LINEAR
B3_3028 13 14 SAP LINEAR B3_3224B 6 7 LIM LINEAR

L3-3
B3_3224B 7 8 LIM LINEAR B3_3228 3 4 LIM LINEAR
B3_3224B 8 9 LIM LINEAR B3_3228 4 5 LIM LINEAR
B3_3224B 9 10 LIM LINEAR B3_3228 5 6 LIM LINEAR
B3_3224B 10 11 LIM LINEAR B3_3228 6 7 LIM LINEAR
B3_3224B 11 12 LIM LINEAR B3_3228 7 8 LIM LINEAR
B3_3224B 12 13 LIM LINEAR B3_3228 8 8,5 LIM LINEAR
B3_3224B 13 14 LIM LINEAR B3_3228 8,5 8,8 LIM LINEAR
B3_3224B 14 15 LIM LINEAR B3_3228 8,8 9 LIM LINEAR
B3_3224B 15 16 LIM LINEAR B3_3228 9 10 LIM LINEAR
B3_3224B 16 17 LIM LINEAR B3_3228 10 11 LIM LINEAR
B3_3224B 17 18 LIM LINEAR B3_3228 11 12 LIM LINEAR
B3_3224B 18 19 LIM LINEAR B3_3228 12 13 LIM LINEAR
B3_3224B 19 20 LIM LINEAR B3_3228 13 14 LIM LINEAR
B3_3224B 20 21 LIM LINEAR B3_3228 14 15 LIM LINEAR
B3_3224B 21 22 LIM LINEAR B3_3228 15 16 LIM LINEAR
B3_3224B 22 22,5 LIM LINEAR B3_3228 16 16,5 LIM LINEAR
B3_3224B 22,5 23 SAP LINEAR B3_3228 16,5 17 LIM LINEAR
B3_3224B 23 24 SAP LINEAR B3_3228 17 18 SAP LINEAR
B3_3224B 24 25 BRK LINEAR B3_3228 18 18,7 SAP LINEAR
B3_3224B 25 26 BRK LINEAR B3_3228 18,7 19 SAP LINEAR
B3_3226 0 1 LIM LINEAR B3_3228 19 19,5 SAP LINEAR
B3_3226 1 2 LIM LINEAR B3_3228 19,5 20 SAP LINEAR
B3_3226 2 3 LIM LINEAR B3_3228 20 20,3 SAP LINEAR
B3_3226 3 4 LIM LINEAR B3_3228 20,3 21 BRK LINEAR
B3_3226 4 5 LIM LINEAR B3_3228 21 22 BRK LINEAR
B3_3226 5 6,2 LIM LINEAR B3_3228 22 22,2 BRK LINEAR
B3_3226 6,2 7 SAP LINEAR B3_3228B 0 0,4 LIM LINEAR
B3_3226 7 8 SAP LINEAR B3_3228B 0,4 1 SAP LINEAR
B3_3226 8 8,3 SAP LINEAR B3_3228B 1 2 SAP LINEAR
B3_3226 8,3 9 SAP LINEAR B3_3228B 2 3 SAP LINEAR
B3_3226 9 10 SAP LINEAR B3_3228B 3 4 SAP LINEAR
B3_3226 10 11 SAP LINEAR B3_3228B 4 4,7 SAP LINEAR
B3_3226 11 11,8 SAP LINEAR B3_3228B 4,7 5 SAP LINEAR
B3_3226 11,8 12,6 SAP LINEAR B3_3228B 5 6 SAP LINEAR
B3_3226 12,6 13 SAP LINEAR B3_3228B 6 7 BRK LINEAR
B3_3226 13 14 SAP LINEAR B3_3228B 7 8 BRK LINEAR
B3_3226 14 14,4 SAP LINEAR B3_3230 0 1 LIM LINEAR
B3_3226 14,4 15 SAP LINEAR B3_3230 1 2 LIM LINEAR
B3_3226 15 16 SAP LINEAR B3_3230 2 3 LIM LINEAR
B3_3226 16 17 SAP LINEAR B3_3230 3 4 LIM LINEAR
B3_3226 17 18 BRK LINEAR B3_3230 4 5 LIM LINEAR
B3_3226 18 19 BRK LINEAR B3_3230 5 6 LIM LINEAR
B3_3228 0 1 LIM LINEAR B3_3230 6 6,6 SAP LINEAR
B3_3228 1 2 LIM LINEAR B3_3230 6,6 7 SAP LINEAR
B3_3228 2 3 LIM LINEAR B3_3230 7 7,5 SAP LINEAR

L3-4
B3_3230 7,5 8 SAP LINEAR B3_3426 30 31 SAP LINEAR
B3_3230 8 9 SAP LINEAR B3_3426 31 32 SAP LINEAR
B3_3230 9 10 SAP LINEAR B3_3426 32 33 BRK LINEAR
B3_3230 10 10,5 SAP LINEAR B3_3426 33 34 BRK LINEAR
B3_3230 10,5 11 SAP LINEAR B3_3426 34 35 BRK LINEAR
B3_3230 11 12 SAP LINEAR B3_3430 0 1 LIM LINEAR
B3_3230 12 13 SAP LINEAR B3_3430 1 2 LIM LINEAR
B3_3230 13 14 SAP LINEAR B3_3430 2 3 LIM LINEAR
B3_3230 14 14,6 SAP LINEAR B3_3430 3 3,7 LIM LINEAR
B3_3230 14,6 15 BRK LINEAR B3_3430 3,7 4 SAP LINEAR
B3_3230 15 16 BRK LINEAR B3_3430 4 5 SAP LINEAR
B3_3230 16 17 BRK LINEAR B3_3430 5 6 SAP LINEAR
B3_3426 0 1 LIM LINEAR B3_3430 6 7 SAP LINEAR
B3_3426 1 2 LIM LINEAR B3_3430 7 7,7 SAP LINEAR
B3_3426 2 3 LIM LINEAR B3_3430 7,7 8 SAP LINEAR
B3_3426 3 4 LIM LINEAR B3_3430 8 8,4 SAP LINEAR
B3_3426 4 5 LIM LINEAR B3_3430 8,4 9 BRK LINEAR
B3_3426 5 6 LIM LINEAR B3_3430 9 10 BRK LINEAR
B3_3426 6 7 LIM LINEAR B3_3430 10 11 BRK LINEAR
B3_3426 7 8 LIM LINEAR B3_3626 0 1 LIM LINEAR
B3_3426 8 9 LIM LINEAR B3_3626 1 2 LIM LINEAR
B3_3426 9 10 LIM LINEAR B3_3626 2 3 LIM LINEAR
B3_3426 10 11 LIM LINEAR B3_3626 3 4 LIM LINEAR
B3_3426 11 12 LIM LINEAR B3_3626 4 5 LIM LINEAR
B3_3426 12 13 LIM LINEAR B3_3626 5 6 LIM LINEAR
B3_3426 13 14 LIM LINEAR B3_3626 6 7 LIM LINEAR
B3_3426 14 15 LIM LINEAR B3_3626 7 8 LIM LINEAR
B3_3426 15 15,55 LIM LINEAR B3_3626 8 9 LIM LINEAR
B3_3426 15,55 16 LIM LINEAR B3_3626 9 10 LIM LINEAR
B3_3426 16 17 SAP LINEAR B3_3626 10 11 LIM LINEAR
B3_3426 17 18 SAP LINEAR B3_3626 11 12 LIM LINEAR
B3_3426 18 19 SAP LINEAR B3_3626 12 13 LIM LINEAR
B3_3426 19 20 SAP LINEAR B3_3626 13 14 LIM LINEAR
B3_3426 20 21 SAP LINEAR B3_3626 14 15 LIM LINEAR
B3_3426 21 22 SAP LINEAR B3_3626 15 16 LIM LINEAR
B3_3426 22 23 SAP LINEAR B3_3626 16 17 LIM LINEAR
B3_3426 23 24 SAP LINEAR B3_3626 17 18 LIM LINEAR
B3_3426 24 25 SAP LINEAR B3_3626 18 18,5 SAP LINEAR
B3_3426 25 26 SAP LINEAR B3_3626 18,5 19 SAP LINEAR
B3_3426 26 27 SAP LINEAR B3_3626 19 20 BRK LINEAR
B3_3426 27 27,7 SAP LINEAR B3_3626 20 21,2 BRK LINEAR
B3_3426 27,7 28 SAP LINEAR B3_3628 0 1 LIM LINEAR
B3_3426 28 28,3 SAP LINEAR B3_3628 1 2 LIM LINEAR
B3_3426 28,3 29 SAP LINEAR B3_3628 2 3 LIM LINEAR
B3_3426 29 30 SAP LINEAR B3_3628 3 4 LIM LINEAR

L3-5
B3_3628 4 5 LIM LINEAR
B3_3628 5 6 LIM LINEAR
B3_3628 6 7 LIM LINEAR
B3_3628 7 8 LIM LINEAR
B3_3628 8 9 LIM LINEAR
B3_3628 9 10 LIM LINEAR
B3_3628 10 11 LIM LINEAR
B3_3628 11 12 LIM LINEAR
B3_3628 12 13 LIM LINEAR
B3_3628 13 13,6 LIM LINEAR
B3_3628 13,6 14 SAP LINEAR
B3_3628 14 15 SAP LINEAR
B3_3628 15 16 SAP LINEAR
B3_3628 16 17 SAP LINEAR
B3_3628 17 18 SAP LINEAR
B3_3628 18 19 SAP LINEAR
B3_3628 19 20 SAP LINEAR
B3_3628 20 21 SAP LINEAR
B3_3628 21 22 BRK LINEAR
B3_3628 22 23 BRK LINEAR
B3_3630 0 1 LIM LINEAR
B3_3630 1 2 LIM LINEAR
B3_3630 2 3 LIM LINEAR
B3_3630 3 4 LIM LINEAR
B3_3630 4 5 LIM LINEAR
B3_3630 5 6 LIM LINEAR
B3_3630 6 7 LIM LINEAR
B3_3630 7 8 LIM LINEAR
B3_3630 8 9 SAP LINEAR
B3_3630 9 10 SAP LINEAR
B3_3630 10 11 SAP LINEAR
B3_3630 11 12 SAP LINEAR
B3_3630 12 13 SAP LINEAR
B3_3630 13 14 SAP LINEAR
B3_3630 14 15 SAP LINEAR
B3_3630 15 16 BRK LINEAR
B3_3630 16 17 BRK LINEAR

L3-6
LAMPIRAN IV
TABEL DATA SURVEY

Hole_ID Depth Dip Azimuth


B3_2535 17 -90 0
B3_2624 20 -90 0
B3_2626 17 -90 0
B3_2630 11 -90 0
B3_2733 25 -90 0
B3_2824 15 -90 0
B3_2826 14 -90 0
B3_2830 28 -90 0
B3_2833 16 -90 0
B3_3024 16 -90 0
B3_3026 12 -90 0
B3_3028 23 -90 0
B3_3030 10 -90 0
B3_3224 15 -90 0
B3_3224B 26 -90 0
B3_3226 19 -90 0
B3_3228 22,2 -90 0
B3_3228B 8 -90 0
B3_3230 17 -90 0
B3_3426 35 -90 0
B3_3430 11 -90 0
B3_3626 21,2 -90 0
B3_3628 23 -90 0
B3_3630 17 -90 0

L4-1
Lampiran V

Hasil Estimasi Metode Inverse Distance Weight

Ni% Idw Volume (m3) Tonnase (ton) Ni% Idw


1,5 - 1,6 21.750,00 35.887,50 1,55
1,6 - 1,7 20.150,00 33.247,50 1,65
1,7 – 1,8 19.875,00 32.793,75 1,75
1,8 - 1,9 21.900,00 36.135,00 1,85
1,9 – 2,0 16.300,00 26.895,00 1,95
2,0 - 2,1 18.725,00 30.896,25 2,05
2,1 – 2,2 21.075,00 34.773,75 2,15
2,2 - 2,3 10.600,00 17.490,00 2,24
2,3 – 2,4 10.925,00 18.026,25 2,34
2,4 - 2,5 6.625,00 10.931,25 2,45
2,5 – 2,6 3.525,00 5.816,25 2,55
2,6 - 2,7 2.800,00 4.620,00 2,65
2,7 – 2,8 5.000,00 8.250,00 2,75
2,8 - 2,9 10.525,00 17.366,25 2,84
2,9 - 3,0 2.075,00 3.423,75 2,94
3,0 – 3,1 1.075,00 1.773,75 3,04
3,1 – 3,2 350,00 577,50 3,13
Grand Total 193.275,00 318.903,75 2,04

L5-1
Lampiran VI

Hasil Estimasi Metode Kriging

Ni% OK Volume (m3) Tonnase (ton) Ni% OK


1,5 -1,6 25.150,00 41.497,50 1,55
1,6 -1,7 24.725,00 40.796,25 1,65
1,7 - 1,8 24.200,00 39.930,00 1,75
1,8 - 1,9 22.675,00 37.413,75 1,85
1,9 - 2,0 22.175,00 36.588,75 1,95
2,0 - 2,1 18.200,00 30.030,00 2,05
2,1 - 2,2 18.250,00 30.112,50 2,15
2,2 - 2,3 10.850,00 17.902,50 2,25
2,3 - 2,4 8.150,00 13.447,50 2,35
2,4 - 2,5 4.925,00 8.126,25 2,46
2,5 - 2,6 2.675,00 4.413,75 2,53
2,6 - 2,7 4.150,00 6.847,50 2,65
2,7 - 2,8 4.800,00 7.920,00 2,76
2,8 - 2,9 4.375,00 7.218,75 2,85
2,9 - 3,0 1.050,00 1.732,50 2,96
Grand Total 196.350,00 323.977,50 1,97

L6-1
RIWAYAT HIDUP

ABDAN SYAKURA, lahir di Kendari pada tanggal 06 mei


1996 merupakan anak ke dua dari dua bersaudara, dari pasangan
Laode Asrun azis R. dan Alm. Djurianti Achmad. Penulis
bertempat tinggal di Kel. Sabilambo Jln. Panorama No. 47 Kec. Kolaka Kab.
Kolaka.

Penulis menempuh jenjang pendidikan Dasar pada tahun 2002 di SDN 2


Sabilambo dan lulus pada tahun 2008. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMP
Negeri 3 Kolaka dan lulus pada tahun 2011. Penulis melanjutkan di MAN Kolaka
dan lulus pada tahun 2014. Dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi
ke jenjang perguruan tinggi di Universitas Sembilanbelas November Kolaka pada
Fakultas Sains dan Teknologi, Program Studi Teknik Pertambangan.

Selanjutnya pada tahun 2020 penulis menyelesaikan kuliah di Program


Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Sains dan Teknologi, universitas
Sembilanbelas November Kolaka.

Anda mungkin juga menyukai