Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyaknya sumber daya alam di Indonesia membuat sektor – sektor industri yang
menjadikan sumber daya alam ini menjadi barang ekonomi yang memiliki suatu nilai jual yang
tinggi. Industri pertambangan salah satu industri yang meraup keuntungan dari hasil sumber daya
alam tersebut.

Dasar dalam perencanaan aktivitas pada industri pertambangan adalah tingkat kepastian
dari penyebaran endapan, geometri endapan, jumlah cadangan, serta kualitas dari cadangan
tersebut, maka teknik eksplorasi sangat berperan penting dalam seluruh rangkaian pekerjaan
dalam industri pertambangan.

Estimasi sumberdaya mineral dan cadangan merupakan suatu tahapan kegiatan untuk
memperkirakan kuantitas dari bahan tambang atau endapan bahan galian yang akan di
eksplorasi. Dalam melakukan estimasi sumberdaya mineral dan cadangan ini dapat dilakukan
dengan beberapa metode yang diantaranya yaitu metode daerah pengaruh, metode penampang,
metode segitiga, metode isoline, dan lain sebagainya.

1.1 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Mengestimasikan sumberdaya mineral dan cadangan yang terdapat pada suatu daerah
eksplorasi.
1.2.2 Tujuan
1. Mengetahui sumberdaya mineral dan cadangan
2. Mengetahui metode yang digunakan dalam estimasi sumberdaya mineral
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan metode – metode estimasi.
4. Dapat menentukan metode yang tepat untuk penentuan sumberdaya batubara dan andesit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Metode USGS-83
Perhitungan sumberdaya dan cadangan batubara merupakan hal yang sangat penting
dalam kegiatan eksplorasi. Dalam hal ini penulis menggunakan metode circular United States
Geological Survey ( USGS, 1983 ) yang merupakan pengembangan dari sistem blok dan
perhitungan volume biasa. Sistem USGS ini dianggap sesuai untuk diterapkan dalam perhitungan
sumberdaya batubara, karena sistem ini ditujukan pada pengukuran bahan galian yang berbentuk
perlapisan ( tabular ) yang memiliki ketebalan dan kemiringan lapisan yang relatif konsisten.
Metode Circular USGS mempunyai keuntungan yaitu, mudah diterapkan, mudah dikomunasikan
dan mudah dipahami serta dapat disesuaikan dengan mudah, akan tetapi memerlukan interpretasi
geologi yang baik. Metode perhitungan ini banyak digunakan dalam menafsirkan besarnya
perhitungan sumberdaya batubara. Berikut adalah contoh dari Metode USGS-83.

Gambar 2.1 Metode USGS-83


2.2 Metode Isoline

Metoda Isoline Metode Isoline atau metode kontur digunakan untuk endapan dengan
kadar dan ketebalan yang berubah-ubah, terutama untuk endapan dengan tebal dan kadar yang
memusat.terutama untuk endapan dengan tebal dan kadar yang memusat. Metode ini tidak cocok
untuk endapan yang kompleks dan terputus- putus.

Metoda ini sangat praktis diterapkan pada endapan-endapan dalam (hipogen), dimana
ketebalan dan kadar sekaligus berubah dengan mengecil ke tepi tubuh bijih.
Volume dapat dihitung dengan cara menghitung luasan daerah yang terdapat di dalam
garis kontur, dan selanjutnya dapat diketahui kadar rata-rata dari badan bijih emas tersebut,
melalui persamaan :

dimana;

g0 = kadar minimum bijih

g = interval kontur kadar (konstan)

A0 = luas tubuh bijih dengan kadar g0 atau lebih besar

A1 = luas tubuh bijih dengan kadar g0+g atau lebih besar

A2 = luas tubuh bijih dengan kadar g0+2g atau lebih besar, dst

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh berikut :

Gambar 2.2 Metode Isoline

maka kadar rata-rata adalah :


2.3 Metode Poligon

Poligon berasal dari kata polygon yang berarti poly : banyak dan gon(gone) : titik. Yang
kita maksud disini adalah poligon yang digunakan sebagai kerangka dasar pemetaan yang
memiliki titik titik dimana titik tersebut mempunyai sebuah koordinat X dan Y, silahkan klik
disini untuk memahami sistem koordinat dan proyeksi peta yang tidak terlepas akan pengukuran
dan penghitungan poligon.

Jenis Poligon

 Poligon tertutup
 Poligon tertutup (koordinat lokal)
 Poligon terbuka tidak terikat / lepas (koordinat lokal)
 Poligon terbuka tidak terikat sempurna
 Poligon terbuka terikat sempurna

Gambar 2.3 Metode Poligon

Poligon memiliki beberapa jenis di pandang dari bentuk dan titik refrensi (acuan) yang
digunakan sebagai sistem koordinat dan kontrol kualitas dari pengukuran poligon. Titik refrensi
adalah titik yang mempunyai sebuah koordinat yang dalam penghitungannya mengacu pada
sebuah datum dan proyeksi peta, di Indonesia datum yang di gunakan adalah WGS 84 sedangkan
proyeksi peta menggunakan TM-3, sedangkan koordinat lokal adalah koordinat yang tidak
mengacu pada dua hal tersebut (koordinat sementara), kalaupun hal itu di terapkan dalam
pengukuran poligon untuk area yang cukup luas tentu saja kelengkungan bumi diabaikan begitu
saja. Untuk titik refrensi dalam pengukuran poligon ialah TDT (Titik Dasar Teknik) atau BM
(Base Mark) Orde 3,2 ataupun Orde 1 yang telah memiliki kooordinat TM-3 dan diukur
menggunakan GPS Geodetik.
2.4 Metode Triangular Grouping

Pada cara ini setiap blok dibentuk oleh 3(tiga) titik bor terdekat sedemikian hingga secara
tigadimensi blok tersebut berbentuk prisma terpancung dengan sisi prisma adalah kedalaman
ketigatitik bor tersebut.Titik 1, 2,3akan merupakan penentu besarnya cadangan, jika pembobotan
pada titik-titik tersebut sama setiap perhitungan blok (titik 1 akan dipakai 6 kali).Jika harga titik-
titik 1, 2 dan3 tersebut besar, maka hasil perhitungan akan membesar ( over estimate), demikian
pula sebaliknya ( und er estimate) Volume blok dihitung dengan mengalikan luas penampang
prisma terpancung dengan tebal rata-rata blok [(t1+ t2+ t3) /3]. Sedangkan kadar rata-rata blok

g’ = g1 t1+ g2 . t2 + g3 . t3
t1+ t2 + t3

dihitung sebagai berikut :


Dimana :

g’ = kadar rata-rata per blok

g = kadar tiap titik bor

t = tebal ore tiap titik bor

Cadangan endapan diperoleh dengan menjumlahkan seluruh tonase tiap blok, sedangkan
kadar rata-ratanya dihitung memakai pembobotan tonase

2.5 Metode Inverse Distance

Inverse Distance Weighting (IDW) adalah salah satu metode interpolasi untuk menaksir
suatu nilai pada lokasi yang tidak tersampel berdasarkan data disekitarnya. Metode ini sering
digunakan dalam kegiatan eksplorasi karena dalam proses perhitungannya lebih sederhana dan
mudah difahami. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan sebaran bijih limonit secara lateral
dan potensi sumberdaya nikel, dengan menggunakan metode IDW untuk menaksir kadar Ni dan
ketebalan zona mineralisasi. Penelitian ini dilakukan berdasarkan data hasil pengebeboran
prospeksi sebanyak 60 titik bor. Parameter power yang digunakan dalam proses interpolasi
adalah 1, 2, 3, 4 dan 5. Untuk memilih nilai power yang terbaik digunakan parameter Root Mean
Square Error (RMSE) yang diperoleh dari prosedur cross validation. Berdasarkan nilai RMSE
terkecil diperoleh bahwa metode IDW dengan power 1 adalah yang terbaik. Dengan asumsi nilai
cut-off grade adalah 1,2% Ni dan densitas limonit 1,6 ton/m³, hasil estimasi sumberdaya pada
zona limonit adalah 151,7 juta ton bijih dengan kadar rata-rata 1,45% Ni atau setara dengan ± 2,2
juta ton logam nikel. Peta sebaran bijih menunjukkan bahwa potensi tambahan sumberdaya
masih terbuka kearah selatan dan barat laut dari daerah penelitian.

Metode Inverse Distance Weighted (IDW) merupakan metode deterministik yang


sederhana dengan mempertimbangkan titik disekitarnya. Asumsi dari metode ini adalah nilai
interpolasi akan lebih mirip pada data sampel yang dekat daripada yang lebih jauh. Bobot
(weight) akan berubah secara linear sesuai dengan jaraknya dengan data sampel. Bobot ini tidak
akan dipengaruhi oleh letak dari data sampel.

Untuk mengolah dan menganalisa data secara spasial, Sistem Informasi Geografis (SIG)
biasanya digunakan. Didalam analisa spasial baik dalam format vektor maupun raster, diperlukan
data yang meliputi seluruh studi area. Oleh sebab itu, proses interpolasi perlu dilaksanakan untuk
mendapatkan nilai diantara titik sampel. Hal ini bertujuan agar dalam perbandingan nilai dari
titik observasi dan titik model bisa berimbang.

Data hasil keluaran model prediksi cuaca numerik berupa data grid, sehingga dalam satu
wilayah spasial bisa terdiri dari banyak grid tergantung dari resolusinya. Sedangkan data
observasi merupakan data pengamatan yang terletak pada suatu titik tertentu berdasarkan
koordinat. Dari pengertian ini, bisa diartikan bahwa lokasi antara titik observasi dan grid bisa
sama atau berada dalam area antar grid. Dimana titik merah adalah grid dari data model dan titik
biru adalah lokasi yang akan dicari datanya.

Gambar 2.5 Metode Inverse Distance

2.6 Metode Penampang

Dilakukan dengan cara membuat kontur elevasi andesit pada daerah penelitian dengan
menggunakan metode triangulasi. Elevasi andesit didapatkan dengan mengurangi elevasi lereng
dengan kedalaman top andesit. Kemudian dibuat penampang dengan interval sesuai kebutuhan.
Semakin rapat pembuatan penampangmaka semakin teliti data yang didapatkan. Setelah itu
setiap masing – masing penampang dihitung luasnya lalu luas semua penampang dijumlahkan
lalu dihitung tonasenya berdasarkan berat jenis yang diketahui.
Gambar 2.6 Metode Penampang
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

1. Estimasi sumberdaya mineral dan cadangan dilakukan untuk mengetahui kuantitas dari
bahan tambang atau endapan bahan pada daerah eksplorasi. Adapun metode – metode
yang biasa digunakan dalam estimasti sumberdaya mineral dan cadangan, yaitu :
a. Metode USGS-83
b. Metode Isoline
c. Metode Poligon
d. Metode Triangular Grouping
e. Metode Inverse Distance
f. Metode Penampang
2. Pemilihan metode estimasi akan bergantung pada keadaan dan karakteristik endapan
bahan galian. Semakin banyak percontoh dan semakin rapat tingkat kerapatan
percontoh maka perhitungan estimasi akan semakin akurat dan faktor kesalahan dalam
perhitungan estimasi.
3.2 Saran
Dalam melakukan perhitungan sumberdaya sebaiknya diperhatikan bentuk, sifat, dan
kenampakan endapan. Hal ini dilakukan agar dapat mempermudah penentuan metode estimasi
sumberdaya dengan hasil yang semakin mendekati kebenaran.

Anda mungkin juga menyukai