Disusun oleh:
NUR HABIBIE MARDHATILLAH
NIM 22019305
YEHEZKIEL FESTIAN PRAKOSO
NIM 12016002
DEVITO PRADIPTA
NIM 12016033
Bab I Pendahuluan.............................................................................................. 1
I.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
I.3 Tujuan Kegiatan ....................................................................................... 2
I.4 Ruang Lingkup Kegiatan .......................................................................... 2
I.5 Daerah Kegiatan ....................................................................................... 3
I.6 Hasil Kegiatan .......................................................................................... 3
i
DAFTAR GAMBAR DAN ILUSTRASI
ii
DAFTAR TABEL
Tabel II. 1 Densitas material (batuan dan mineral) umum dalam eksplorasi
geologi (Telford dkk. 1990). ................................................................ 9
Tabel V. 1 Rencana jadwal pengerjaan survey geofisika. .................................... 25
Tabel VI. 2 Tabel prediksi rencana anggaran eksplorasi geofisika untuk daerah
Lembah Jambu dan Teluk Weda. ....................................................... 26
Tabel VII. 1 Silabus pelatihan dasar. ................................................................... 27
Tabel VII. 2 Emergency Response Plans (ERPs) ................................................ 28
iii
Bab I Pendahuluan
Daerah penelitian berada pada daerah Teluk Weda, Pulau Halmahera, Provinsi
Maluku Utara. Daerah penelitian sudah terkenal akan potensi endapan nikel berupa
nikel laterit yang berasosiasi dengan batuan ultrabasa. Kompleks Batuan Ultrabasa
diinterpretasikan tersingkap melalui kolisi antara Halmahera dengan Australia pada
Miosen Awal yang dimanifestasikan dengan sesar anjak (Ali dan Hall, 1995).
Kegiatan eksplorasi dengan metode geofisika penting untuk dilakukan di daerah
1
penelitian dengan tujuan mengetahui model geologi di bawah permukaan. Data-
data geofisika berupa data parameter densitas, susceptibilitas magnetik, resistivitas,
dan indeks polarisasi batuan akan meningkatkan potensi keberhasilan eksplorasi
nikel di daerah penelitian.
2
kemudian digunakan sebagai validasi dan pembanding dengan data geofisika
bawah permukaan.
3
Bab II Dasar Teori
Konfigurasi umum survey resistivitas terdiri dari empat elektroda dan satu
resitivitas meter (Gambar II.1). Resistivitas meter merupakan peralatan
yang terdiri dari voltmeter dan ammeter untuk menghitung nilai hambat
arus.
4
ditempatkan pada jalur arus (Gambar II.2). Spasi antara keempat
elektroda dibuat sama dan kemampuan deteksi kedalaman mencapai
½ jarak antara elektroda terluar.
b. Konfigurasi Schlumberger
Penempatan Konfigurasi Schlumberger melibatkan dua elektroda
yang berpindah untuk menerima dan memberi arus (Gambar II.3).
Konfigurasi ini bekerja lebih cepat dari Konfigurasi Wenner.
5
c. Konfigurasi Mise-a-la-Masse
Konfigurasi Mise-a-la-Masse disebut juga sebagai charged body
potential method yang digunakan dalam eksplorasi tubuh sulfida
masif. Tubuh sulfida masif tersebut memiliki perbedaan nilai
resisivitas yang signifikan karena bersifat konduktif. Metode ini
menempatkan elektroda A pada tubuh sulfida yang konduktif lalu
elektroda B atau C ditempatkan jauh dengan jarak tak hingga dan
elektroda M untuk mendeteksi ujung tubuh sulfida, serta yang
terakhir elektroda N ditempatkan berlawanan dari elektroda B
(Gambar II.4).
d. Konfigurasi Dipol-Dipol
Konfigurasi dipol-dipol melibatkan elektroda A dan B serta M dan
N (Gambar II.5). Hasil perhitungan dari konfigurasi ini adalah nilai
resistivitas semu yang merupakan nilai rerata dari keempat
resistivitas yang diperoleh pada empat elektroda. Konfigurasi ini
berhasil menemukan endapan emas di Yukon, Amerika Serikat.
6
Gambar II. 5 Konfigurasi Dipol-Dipol (www.agiusa.com)
7
Survey IP dinilai penting untuk menentukan lokasi lempung dan mineral-
mineral dengan chargeability bernilai tinggi pada host rock. IP umum
digunakan dalam eksplorasi emas, tembaga, dan perak. IP memiliki
kemampuan untuk mendeteksi kehadiran pirit, mineral sulfida, dan mineral
bijih lainnya yang hadir pada matriks batuan secara disseminated.
Chargeability berkaitan dengan rasio overvoltaged terhadap applied voltage
dan waktu yang diperlukan pada permukaan untuk berhenti mengeluarkan
arus ketika transmitter dimatikan. Metode IP terbagi menjadi dua domain,
yaitu time-domain dan frequency-domain.
(Persamaan II.2)
Survey metode gravitasi membutuhkan estimasi lokasi target yang akan dihitung
dan rencana lintasan yang akan dilakukan. Survey metode gravitasi dapat dilakukan
di darat, laut, maupun udara. Metode gravitasi melibatkan perangkat gravimeter
LaCoste, Romberg, atau Worden. Hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam
metode gravitasi adalah kedalaman maksimum target dan ukuran luas amplitudo
anomali regional. Pada umumnya cakupan luas area metode gravitasi memiliki
besaran tiga kali lebih besar dari luas area target yang diharapkan. Pengukuran
8
gravitasi dilakukan pada interval tertentu di garis survey yang lurus dan jarak
antargaris yang konstan (Gambar II.7).
Tabel II. 1 Densitas material (batuan dan mineral) umum dalam eksplorasi geologi (Telford
dkk. 1990).
Gambar II. 7 Ilustrasi pengukuran gravitasi dan lokasi anomali dari contoh kasus tubuh
batuan intrusif (Boet dan Scott, 1964).
9
Beberapa koreksi yang harus dilakukan dalam metode gravitasi antara lain:
a. Koreksi latitude, berkaitan dengan bentuk eliptikal dan rotasi bumi. Nilai
gravitasi hasil observasi perlu dikoreksi untuk memperoleh nilai gravitasi
pada sumbu rotasi elipsoid bumi yang tepat (normal gravity).
a. Koreksi Free Air, berkaitan dengan variasi dan perbedaan elevasi pada
lokasi observasi.
b. Koreksi Bouguer, berkaitan dengan koreksi massa berlebih dari hasil
observasi pada elevasi yang lebih tinggi dari elevasi datum (muka air laut
atau geoid). Koreksi Bouguer dapat juga dinyatakan sebagai defisiensi
massa pada titik observasi yang terletak di bawah datum elevasi.
c. Koreksi Bouguer Lengkap, berkaitan dengan koreksi Bouguer yang
sebelumnya dilakukan namun ditambah dengan koreksi terrain. Koreksi
terrain tersebut menunjukkan variasi percepatan gravitasi yang disebabkan
karena perbedaan topografi di dekat titik observasi.
Nilai gravitasi dari hasil observasi yang telah dikoreksi oleh koreksi-koreksi
tersebut kemudian akan disusun dalam sebuah peta, profil, dan pemodelan 2D
(Gambar II.8).
Gambar II. 8 Proses pembuatan profil, peta, dan pemodelan dari nilai gravitasi terkoreksi
(Musset dkk., 2009)
10
II.3 Metode Magnetik
Survey metode magnetik digunakan untuk memberikan gambaran anomali medan
magnetik bumi di bawah permukaan. Metode magnetik umum digunakan pada
tahap awal eksplorasi dengan magnetometer. Medan magnetik bumi memiliki
kutub positif dan negatif. Garis medan magnet mengalir dari kutub selatan (positif)
ke kutub utara (negatif). Bentuk medan magnet yang terekam pada metode
magnetik berasal dari batuan ferromagnetik (induced) dan remnant magnetism pada
batuan. Lokasi observasi pada survey geomagnetik berpengaruh terhadap inklinasi
pada saat akuisisi data dilakukan. Inklinasi merupakan sudut pada garis medan
magnet yang menunjuk arah kutub. Lokasi survey yang dilakukan pada daerah
kutub menunjukkan inklinasi 90° namun pada ekuator menunjukkan inklinasi 0°
(Blackely, 1996).
Nilai magnetisme yang terekam dari hasil observasi merupakan penjumlahan dari
semua medan magnet, termasuk induced magnetization dan remnant
magnetization. Nilai magnetisme tersebut disebut sebagai magnetic susceptibility /
suseptibilitas magnetik (k). Nilai suseptibilitas magnetik merupakan kemampuan
batuan untuk bersifat magnet dan berubah-ubah bergantung pada litologi. Beberapa
nilai suseptibilitas magnetik yang ditemukan pada beberapa material ditunjukkan
dalam Gambar II.9.
Gambar II. 9 Variasi nilai suseptibilitas magnetik batuan (Clark dan Emerson,
1991).
11
Akuisisi data magnetik dapat dilakukan secara relatif atau absolut dengan
menggunakan magnetometer. Magnetometer absolut menghitung nilai total medan
magnet bumi pada suatu titik, namun magnetometer relatif akan menghitung
perubahan nilai antara lokasi akuisisi terhadap base station. Akuisisi data survey
magnetik dapat dilakukan dengan survey darat, udara, dan laut (Mariita, 2007).
Koreksi yang dilakukan dengan reduced to pole (RTP) dan pemisahan anomali
regional dan residual. Magnet yang terekam dalam batuan bersifat dipol sehingga
hasil pengukuran memerlukan koreksi reduced to pole. Koreksi yang dilakukan
mula-mula berkaitan dengan hasil akuisisi ketika observasi berlangsung. Koreksi
tersebut antara lain koreksi diurnal yang dilakukan per hari, lalu koreksi IGRF.
Kedua koreksi tersebut akan melibatkan analisis statistik berupa kriging dan moving
average untuk mendapatkan nilai anomali magnetik total. Anomali magnetik total
tersebut akan dilakukan koreksi RTP untuk memperoleh nilai anomali magnetik
yang sebenarnya.Nilai hasil observasi magnetik telah dikoreksi kemudian akan
disusun menjadi sebuah peta kontur anomali. Survey metode geomagnetik umum
dipakai untuk menentukan lokasi tubuh batuan intrusif, delineasi zona alterasi,
menentukan target tubuh bijih (Gambar II.10).
Gambar II. 10 Ilustrasi anomali nilai suseptibilitas magnetik yang sudah diolah dan
menunjukkan tubuh batuan intrusif berupa dyke (Denith dan Mudge,
2014).
12
Bab III Studi Literatur
Gambar III. 1 Fitur tektonik dan regional Maluku Utara yang mencakup Pulau Halmahera
(Hamilton, 1979).
13
Menurut Hall (1987) pada Darman & Sidi (2000), gerak konvergen antara Lempeng
Filipina dan Lempeng Eurasia terjadi karena subduksi di Palung Sangihe dan
gerakan sesar mengiri pada Sesar Filipina yang menggerakkan Lempeng Eurasia
relatif ke selatan Lempeng Mindanao Timur atau subduksi pada arah berlawanan
Palung Filipina dan Palung Halmahera. Lempeng Laut Filipina mengalami
subduksi ke arah barat di bawah Lempeng Mindanao Timur pada Palung Filipina.
Kemudian, Lempeng Mindanao Timur mengalami subduksi ke arah timur di bawah
Lempeng Filipina pada Palung Halmahera. Peristiwa tersebut menyebabkan
terdapat bentukan-U pada Laut Maluku. Tinggian pada lengan baratdaya
Halmahera dan subsidence pada Teluk Weda disebabkan karena adanya collision
antara Busur Kepulauan Halmahera dengan batas kontinen utara Australia pada
Miosen Awal. Kolisi tersebut menyebabkan batas Busur Kepulauan Halmahera
dengan Kontinen Australia yang semula berupa batas konvergen menjadi batas
transform dan disertai subduksi oblique convergence dari Lempeng Laut Maluku.
Kolisi ini turut membentuk Cekungan Halmahera Selatan yang memanjang dari
Teluk Weda. Peristiwa tektonik tersebut menyebabkan Teluk Weda mengalami
subsidence dan pengangkatan.
Struktur geologi berupa sesar naik dan sesar normal relatif umum ditemukan pada
prospek Teluk Weda (Gambar III.2). Struktur geologi berarah relatif baratlaut-
tenggara dan timur laut-baratdaya. Struktur di daerah penelitian merupakan
14
manifestasi evolusi tektonik Pulau Halmahera. Pembentukan struktur geologi di
daerah penelitian diinterpretasikan bermula dari struktur berarah timurlaut-barat
daya dan dilanjutkan dengan pembentukan struktur berarah baratlaut-tenggara.
Pembentukan struktur berarah baratlaut-tenggara tersebut menyebabkan reaktivasi
sesar-sesar yang terbentuk semula berarah timurlaut-baratdaya. Keberadaan
struktur geologi di daerah penelitian turut dibuktikan pada kontak antara Formasi
Tingteng berupa batugamping kristalin dan Kompleks Batuan Ultrabasa serta antara
Satuan Konglomerat Volkanik dan Kompleks Batuan Ultrabasa. Struktur geologi
di daerah penelitian dapat menjadi jalur permeabilitas bagi air meteorik yang
berperan terhadap proses pelapukan dan pembentukan saprolit untuk akumulasi
bijih nikel.
Gambar III. 2 Peta geologi tersimplifikasi prospek Teluk Weda (Apandi dan Sudana, 1980).
15
berumur Jura dan diikuti oleh sedimentasi Satuan Batugamping Pasiran berumur
Paleosen, serta dilanjutkan dengan sedimentasi Formasi Tingteng dan Formasi
Weda secara selaras pada umur Miosen-Pliosen dan memiliki hubungan menjari
dengan Formasi Weda (Gambar III.3).
16
dari 15 %, berwarna hijau kecoklatan dan lebih lunak. Zona limonit pada profil
laterit mengandung > 55 % Fe2O3. Petrografi pada zona saprolit Teluk Weda
menunjukkan tekstur penggantian (replacement) oleh goetit yang cukup intensif.
Goetit turut mengisi belahan pada piroksen dan berbentuk seperti jarum halus.
Petrografi sayatan tipis sampel batuan pada Teluk Weda menunjukkan
serpentinisasi berupa kehadiran lizardit putih. Mineralisasi yang terjadi juga berupa
kehadiran oksida mangan. Piroksen tampak tergantikan oleh kuarsa-hematit dan
terdapat serpentin berbentuk poligon (Gambar III.5).
Gambar III. 4 Profil laterit Teluk Weda (Cock dan Lynch, 1999).
Mineralisasi nikel laterit pada daerah Teluk Weda telah diketahui sebelumnya
berada pada rocky saprolite dan earthy saprolite. Rocky saprolite merupakan zona
yang terdiri dari batuan dasar yang lebih dominan dengan kadar nikel tertinggi,
namun earthy saprolite merupakan zona yang memiliki kadar nikel tertinggi
kendati sebagian besar batuan pada zona ini tergantikan oleh goetit. Nikel pada
Teluk Weda memiliki korelasi geokimia yang buruk dengan unsur utama. Kadar
nikel pada Teluk Weda terakumulasi pada mineral serpentin yang secara tersendiri
dikelompokkan menjadi Fe-rich / Ni-poor, Mg-rich/Ni-rich, dan Mg-rich/Ni-poor.
Serpentin pada Teluk Weda umumnya hadir berupa lizardit dan serpentin poligonal.
17
Serpentinit yang telah lapuk tergantikan menjadi mineral lempung berupa
nontronit.
Gambar III. 5 (kiri) Petrografi sayatan poles sampel pada zona saprolit (Farrokhpay dkk.,
2019). (kanan) Petrografi sayatan tipis sampel Teluk Weda (Farrokhpay dkk.,
2019).
18
Bab IV Desain Eksplorasi Geofisika
Survey metode gravitasi ditujukan untuk mencari nilai densitas lebih dari 2,70
Mg/m3 pada daerah penelitian sebagaimana menunjukkan rentang densitas umum
19
batuan ultramafik (Telford dkk., 1990). Metode gravitasi juga ditujukan untuk
mendelineasi kedalaman bedrock pada daerah penelitian yang akan menjadi
penunjang analisis dari hasil survey geomagnetik.
Survey metode gravitasi dilakukan melalui survey darat dengan rencana lintasan
berarah timurlaut-baratdaya (Gambar IV.2). Pertimbangan rencana lintasan
tersebut sesuai dengan orientasi yang tegak lurus terhadap struktur sesar normal
yang berarah baratlaut-tenggara dan cakupan area yang luas dalam survey yang
dilakukan. Survey metode gravitasi direncanakan terdiri dari enam lintasan dengan
10 stasiun pengambilan data pada setiap lintasannya. Peletakkan lokasi base station
direncanakan pada bagian ujung baratdaya setiap lintasan. Posisi rencana akuisis
data di setiap lintasan menunjukkan perlunya koreksi drift, tidal, CBA, dan outer
zone.
Gambar IV. 2 Rencana lintasan survey metode gravitasi pada Daerah Teluk Weda.
20
IV.3 Rencana Survey Gravitasi
Survey metode geomagnetik diperlukan untuk mengidentifikasi daerah prospektif
Teluk Weda dan melengkapi analisis dari hasil survey metode gravitasi. Survey ini
direncanakan untuk mendelineasi akumulasi kandungan nikel pada bawah
permukaan. Hasil survey metode geomagnetik diharapkan memberi rekomendasi
daerah prospektif berdasarkan anomali suseptibiltas magnetik positif yang
ditemukan di daerah penelitian. Survey metode geomagnetik diharapkan mampu
mengidentifikasi variasi nilai suseptibilitas magnetik secara lateral.
Gambar IV. 3 Rencana lintasan survey metode geomagnetik daerah Teluk Weda..
21
IV.4 Rencana Survey Magnetik
Survey metode geolistrik diperlukan untuk mengidentifikasi daerah prospektif pada
Teluk Weda. Metode geolistrik yang akan dilakukan meliputi metode resistivitas
dan metode polarisasi terimbas. Metode ini bertujuan untuk membantu delineasi
zona saprolit dan muka air tanah di bawah permukaan daerah Teluk Weda.
Delineasi zona saprolit tersebut dapat digunakan untuk menentukan zona akumulasi
nikel laterit pada daerah penelitian.
Eksplorasi dimulai pada tahap detail dengan cakupan luas 20 x 20 km2. Perangkat
yang digunakan dalam survey geolistrik tahap detail di Teluk Weda adalah
resistivity meter untuk survey darat. Survey darat ditujukan untuk mencari anomali
rendah resistivitas pada daerah penelitian. Berkenaan dengan ketebalan horizon
profil laterit Teluk Weda yang mencapai lebih dari 22 meter, survey constant
separation traversing perlu dilakukan untuk mendelineasi variasi lateral bawah
permukaan di Teluk Weda. Survey geolistrik juga dapat memperkirakan tebal
overburden pada Teluk Weda yang menutupi zona akumulasi nikel laterit.
Konfigurasi dipol-dipol akan diaplikasikan untuk survey constant separation
traversing.
22
Gambar IV. 4 Rencana lintasan metode survey geolistrik.
Gambar IV. 5 Kemiringan lereng untuk pertimbangan survey geolistrik di daerah Teluk
Weda.
23
IV.5 Rencana Penentuan Lokasi Sumur Bor
Penentuan rekomendasi lokasi pengeboran akan dilakukan berdasarkan hasil
analisis penentuan lokasi anomali rendah resistivitas dan anomali positif pada
survey metode gravitasi dan geomagnetik. Kedua daerah tersebut diperkirakan
menjadi akumulasi zona saprolit yang baik untuk keperluan pengeboran dalam
identifikasi daerah pengeboran di daerah penelitian. Berdasarkan pengamatan
geologi dan prediksi sementara dari survey metode geofisika yang akan dilakukan,
akumulasi nikel laterit diperkirakan berada pada prospek Bukit Limber, sehingga
daerah survey metode geofisika, geomagnetik, dan geolistrik diarahkan pada Bukit
Limber (Gambar IV.6).
Gambar IV. 6 Daerah cakupan survey metode geofisika daerah Teluk Weda.
24
Bab V Rencana Waktu
Rencana waktu yang diusulkan dalam pengerjaan survey geofisika berada pada rentang bulan Desember 2020 hingga Juni 2021.
Rencana jadwal kegiatan pengerjaan survey geofisika dapat dilihat pada Tabel V.1.
25
Bab VI Rencana Anggaran Biaya
Rencana anggaran biaya akan mengacu kepada hasil perkiraan kasar terhadap pengalaman dan biaya sewa yang ditemukan pada situs
daring. Dikarenakan proses eksplorasi diharuskan menggunakan metode ketiga metode geofisika yaitu metode gravitasi, geomagnetik,
dan geolistrik. Maka diperkirakan anggaran biaya untuk seluruh komponen eksplorasi terjabarkan pada Tabel VI.1.
Tabel VI. 1 Tabel prediksi rencana anggaran eksplorasi geofisika untuk daerah Lembah Jambu dan Teluk Weda.
26
Bab VII Health and Safety Environment (HSE)
Pertemuan Topik
Pertemuan 1 Personal Protective Equipment (PPE)
Pertemuan 2 Field-site Safety
27
4. Emergency Response Plans (ERPs)
Pengembangan ERP yang menangani setiap resiko dan potensi bahaya yang
spesifik untuk setiap waktu, medan dan lokasi kegiatan, kondisi lapangan,
dan metode survey yang dilakukan
Hujan ringan - lebat Banjir di sekitar daerah aliran sungai Pengecekan kelengkapan pelindung
hujan. Penghentian sementara atau total
Badai angin dan petir Tersambar petir kegiatan survey. Penentuan lokasi
1
Angin kencang Kerusakan peralatan akibat air perlindungan sementara. Pertolongan
pertama pada resiko tersambar petir,
Medan basah, licin, dan berlumpur hipotermia, tenggelam, luka ringan, dll
Penyakit akibat cuaca
Bencana Alam
Transportasi
Pengecekan perlengkapan dan performa
Kecelakaan lalu lintas Luka ringan - berat - meninggal
kendaraan. Pertolongan pertama pada
5 Tertabrak kendaraan Kerusakan & hilangnya kendaraan kecelakaan. Meninjau akses fasilitas
kesehatan. Peninjauan jalur akomodasi
Lalu lintas padat Terhambatnya kegiatan akibat masalah dan keamanan kendaraan.
teknis kendaraan
28
Survey Magnetik Memastikan SOP selama kegiatan
pengambilan data. Pengecekan
Kecelakaan akibat aktivitas survey perlengkapan dan performa alat.
8
Kerusakan & hilangnya perlengkapan Ketersediaan alat cadangan dan
perlengkapan perbaikan. Pertolongan
Gangguan masyarakat pertama pada kecelakaan.
6. Transportasi
Pengecekan kinerja setiap alat transportasi yang digunakan selama survey.
7. Tim Pengawas
Penyusunan tim pengawasan yang kompeten dalam hal manajemen resiko.
29
Bab VIII Penutup
30
DAFTAR PUSTAKA
Ali, J.R. & Hall, R. (1995): Evolution of the boundary between the Philippine Sea
Plate and Australia: Palaeomagnetic evidence from Eastern Indonesia.
Tectonophysics, 251, 251-275.
Al-Khafaji, W. M. S. (2018): Gravity Method in Geophysical Exploration, Lecture
of Alkarkh University for Science, Iraq.
Apandi, T. dan Sudana, D. (1980): Peta Geologi Lembar Ternate, Maluku Utara,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung, 1 halaman.
Darman, Herman & Sidi, Hasan F. . 2000. An Outline of The Geology of Indonesia.
Jakarta : Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Dentith, M., & Mudge, S. T. (2014). Geophysics for the mineral exploration
geoscientist. Cambridge University Press, UK.
Deutschalander, M. E., dan Muheim R. (2010): Magnetic Orientation in Migratory
Songbirds. dalam Bekoff, M. Encyclopedia of Animal Behaviour, Greenwood
Press, Westport, 1274 halaman.
Emerson, D., & Clark, D. A. (2020). Don Emerson’s Best of Exploration
Geophysics. Preview, 2020(205), 43-68.
Farrokhpay, S., Cathelinau, M., Blancher, S. B., Laugler, O., Filippov, L., 2019.
Characterization of Weda Bay nickel laterite ore from Indonesia. Journal of
Geochemical Exploration, 196, 270-281
Gubbins, D., & Herrero-Bervera, E. (Eds.). (2007). Encyclopedia of Geomagnetism
and Paleomagnetism. Springer Science & Business Media.
Hall, R., Audrey-Charles, M. G., Banner, F. T., Hidayat, S., Tobing, S. L., 1988.
Late Paleogene-Quarternary Geology of Halmahera, Eastern Indonesia :
Initiation of a Volcanic Island Arc. Journal of the Geological Society, 145, 577-
590
Hall, R. 2000. Neogene history of collision in the Halmahera region, Indonesia.
Proceedings of the Indonesian Petroleum Association 27th Annual Convention.
pp. 487-493.
Hamilton, Warren. 1979. Tectonics of The Indonesian Region. Washington : United
States Government Printing Office
Olsson, Per-Ivar; Dahlin, Torleif; Fiandaca, Gianluca; Auken, Esben (2015).
"Measuring time-domain spectral induced polarization in the on-time:
decreasing acquisition time and increasing signal-to-noise ratio"
Schubert, H., & Bischofberger, C. (1978). On the hydrodynamics of flotation
machines. International Journal of Mineral Processing, 5(2), 131-142.
Seigel, H. (1959): Mathematical Formulation and Type Curves dor Induced
Polarization. Geophysics, 24 (3), 547-565
Mariita, N. O. (2007): The Magnetic Method. Short Course II on Surface
Exploration for Geothermal Resources, 8 halaman.
Mussett, A. E., Khan, M. A., dan Button, S. (2009): Looking into the Earth: an
Introduction to Geological Geophysics. Cambridge University Press, Cambridge,
506 halaman.
www.agiusa.com diakses 5 Oktober 2020
31
www.geoinfo.nmt.edu diakses 18 Oktober 2020
www.seg-wiki.com diakses 18 Oktober 2020
32