Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Eksplorasi Cadangan Mineral Sulfida dan Identifikasi Struktur Geologi


Dengan Menggunakan Metode Polarisasi Terimbas (IP)

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh derajat Sarjana Sains
Program Studi Geofisika

Diajukan kepada :

Disusun Oleh :
Ridhotul Ghiaz Hadhary (12/331068/PA/14435)

PROGRAM STUDI GEOFISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
PROPOSAL TUGAS AKHIR MAHASISWA
TAHUN 2015
Diajukan kepada PT ANTAM (PERSERO) TBK

JUDUL RANCANGAN TUGAS AKHIR Eksplorasi Cadangan Mineral


Sulfida dan Identifikasi Struktur Geologi Dengan Menggunakan Metode
Polarisasi Terimbas (IP)
Sulfide Mineral Deposits Exploration and Identifying Geology Structure Using
Induced Polarization Method

MAHASISWA
Nama : Ridhotul Ghiaz Hadhary
NIM : 12/331068/PA/14435
Program Studi : Geofisika
Universitas : Universitas Gadjah Mada
Alamat : Sekip Utara P.O. BOX BLS 21 Yogyakarta 55281 Telp. (0274)
522214, Fax. (0274) 545185

PELAKSANAAN TUGAS AKHIR


Bidang studi yang akan dipelajari pada Tugas Akhir ini meliputi pengolahan data,
pemodelan, dan interpretasi data Polarisasi Terimbas (Induced Polarization).
Tugas akhir ini diharapkan dapat dilaksanakan pada :
tanggal : 18 Juli 18 September 2016
tempat : PT. ANTAM (Persero) Tbk
Gedung Aneka Tambang
Jl. Letjen TB Simatupang No. 1 Lingkar Selatan, Tanjung Barat,
Jakarta

KEBUTUHAN DAN PERLENGKAPAN SELAMA PENELITIAN


Beberapa kebutuhan selama pelaksanaan Tugas Akhir adalah sebagai berikut :
a. Data data penelitian (Data Geofisika dan Data Geologi)

Proposal Tugas Akhir 1


b. Peralatan yang terkait dengan penelitian
c. Personal Computer (PC) yang menunjang penelitian
d. Software software yang menunjang penelitian

PEMBIMBING
Berikut adalah pembimbing selama pelaksanaan Tugas Akhir :
a. Pembimbing di kantor dari PT ANTAM (Persero) Tbk
b. Dosen Pembimbing dari Program Studi Geofisika Universitas Gadjah Mada

Proposal Tugas Akhir 2


BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Mineral sulfida merupakan ikatan antara unsur belerang dengan
logam, di alam dapat kita temukan dalam jumlah kecil maupun besar, yang
dapat berpotensi ekonomis. Mineral sulfida dapat terbentuk sebagai hasil
aktifitas hidrotermal maupun proses sedimentasi. Proses pembentukan
mineral bijih, termasuk mineral sulfida, dari media yang membawanya
akibat perubahan lingkungan secara fisik dan kimia biasa disebut sebagai
mineralisasi.
Untuk mencari zona mineralisasi dapat digunakan beberapa metode
geofisika, contohnya Metode Polarisasi Terimbas (atau dikenal dengan
sebutan Metode IP). Metode polarisasi terimbas merupakan salah satu
metode geolistrik yang sering digunakan dalam eksplorasi mineral sulfida.
Metode ini sering digunakan karena adanya fenomena polarisasi yang
terjadi pada suatu medium batuan. Fenomena polarisasi yang terjadi
menandakan keberadaan kandungan mineral sulfida di bawah permukaan.
Salah satu yang menjadi indikasi mineralisasi adalah struktur rekahan,
baik berupa sesar atau kekar, struktur geologi seperti ini dapat berpengaruh
dalam perkembangan mineralisasi. Rekahan akan menyebabkan late
magmatic mengisi dan mengendapkan mineral mineral bijih, misalnya
mineral sulfida. Oleh karena itu, selain analisa data metode polarisasi
terimbas (IP), identifikasi struktur geologi juga menjadi bahasan menarik
dalam penelitian demi mendukung proses interpretasi dan penentuan zona
mineralisasi.

I.2 TUJUAN PENELITIAN


Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Memahami pengolahan data dan interpretasi data IP yang baik dan benar

Proposal Tugas Akhir 3


2. Melokalisasi dan membuat model zona mineralisasi endapan sulfida
berdasarkan analisa data IP
3. Identifikasi struktur geologi berdasarkan analisa data IP

Proposal Tugas Akhir 4


BAB II
DASAR TEORI

II.1 Proses Hidrotermal


Sistem hidrotermal didefinisikan sebagai sirkulasi fluida panas (50
>500C), secara lateral dan vertikal pada temperatur dan tekanan yang
bervariasi di bawah permukaan bumi. Sistem ini mengandung dua
komponen utama, yaitu sumber panas dan fase fluida. Sirkulasi fluida
hidrotermal menyebabkan himpunan mineral pada batuan dinding menjadi
tidak stabil dan cenderung menyesuaikan kesetimbangan baru dengan
membentuk himpunan mineral yang sesuai dengan kondisi yang baru, yang
dikenal sebagai alterasi (ubahan) hidrotermal. Endapan mineral hidrotermal
dapat terbentuk karena sirkulasi fluida hidrotermal yang melindi (leaching),
mentranspor, dan mengendapkan mineral-mineral baru sebagai respon
terhadap perubahan fisik maupun kimiawi (Pirajno, 1992, dalam Sutarto,
2004).
Semua mineral bijih yang terbentuk sebagai mineral ubahan pada fase
ini disebut sebagai endapan hidrotermal. Endapan hidrotermal dapat dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu endapan yang berhubungan dengan batuan
beku dan endapan yang tidak berhubungan dengan batuan beku.
Endapan hidrotermal yang berhubungan dengan batuan beku
diantaranya ialah endapan porfiri (Cu, Au, Mo), endapan skarn (Cu, Au,
Fe), Greisen (Sn, W), endapan epitermal (Au, Ag, Pb), dan massive sulphide
volcanogenic. Sedangkan endapan hidrotermal yang tidak berhubungan
dengan batuan beku yaitu lateral secretion (Au, Pb, Zn).
Pembentukan endapan hidrotermal terutama dipengaruhi oleh :
1. Ketersediaan larutan yang mengandung unsur-unsur mineral yang
memungkinkan terurai dan tertransportasi
2. Adanya suatu bukaan (opening) dalam batuan yang memungkinkan
dilalui oleh larutan yang dapat berupa channeled

Proposal Tugas Akhir 5


3. Adanya lingkungan pengendapan atau tempat untuk diendapkannya
kandungan mineral
4. Adanya reaksi kimia yang dihasilkan dalam pengendapan
5. Faktor konsentrasi pengendapan yang cukup dari mineral matter sebagai
endapan konstituen yang workable

II.2 Alterasi Hidrotermal


Alterasi hidrotermal merupakan suatu proses kompleks yang
melibatkan perubahan mineralogi, tekstur, dan komposisi kimia batuan.
Proses tersebut merupakan hasil interaksi antara larutan hidrotermal dengan
batuan yang dilewatinya pada kondisi fisika dan kimia tertentu (Pirajno,
1992).
Suatu daerah yang menunjukkan penyebaran kesamaan himpunan
mineral alterasi disebut zona alterasi (Guilbert dan Park, 1986). Berikut
adalah beberapa zona alterasi yang dibedakan berdasarkan kumpulan
mineral, tempetatur, dan pH larutan hidrotermal (Morrison, 1995) :
1. Potasik, yang dicirikan dengan melimpahnya himpunan
uskovitbiorit-alkali-felspar-magetit. Ubahan potasik terbentuk
pada daerah yang dekat batuan beku intrusif yang terkait, fluida
yang panas (>300C), salinitas tinggi, dan dengan karakter
magmatik yang kuat.
2. Propilitik, yang dicirikan dengan kehadiran klorit, epidot, serisit,
kalsit, albit, dan anhidrit. Tipe ini terbentuk pada suhu 200C-
300C pada kondisi pH sekitaran netral dan biasanya terbentuk
pada daerah dengan permeabilitas rendah.
3. Filik, tersusun oleh mineral kuarsa, serisit, dan pirit yang
umumnya tidak mengandung mineral lempung atau feldspar. Tipe
ini terkadang mengandung sedikit kalsit, klorit, dan anhidrit. Tipe
filik ini terbentuk pada suhu 230C-400C pada fluida asam
hingga sekitaran netral dengan salinitas yang beragam pada zona
permeable dan pada batas urat

Proposal Tugas Akhir 6


4. Argilik, yang dicirikan dengan kehadiran mineral kaolin,
monmolironit, muskovit, klorit, dan illite. Tipe ini terbentuk pada
temperatur 100C-300C pada fluida dengan pH asam hingga
netral denga salinitas rendah.
5. Silisik, dicirikan dengan kehadiran mineral silika yang stabil pada
pH>2 yang pada suhu tinggi akan terbentuk kuarsa, pad suhu
100C-200C terbentuk kalsedon, dan pada suhu <100C
terbentuk opal silika, kristobalit, dan tridmit.

II.3 Endapan Sistem Epitermal


Endapan epitermal adalah salah satu endapan hidrotermal yang
berasosiasi dengan volcanic-plutonic arc, kegiatan magmatisme kalk-alkali
sub-aerial, yang terbentuk pada temperature kurang dari 150C sampai
~300C dan berada pada kedalaman 1 2 kilometer. Endapan epitermal
terbentuk pada lingkungan hidrotermal yang dekat dengan permukaan.
Fluida hidrotermal pada endapan ini biasanya berasal dari air meteorik,
namun ada beberapa komponen yang berasal dari air magmatik.
Hedenquist dan White (1995) membedakan endapan epitermal
berdasarkan pada mineral bijih dan mineral ikutan (gangue) serta jenis
fluida yang berinteraksi dengan batuan induk (host rock).
1. Epitermal Sulfidasi Rendah (Low Sulphidation)
sulfida terbentuk dalam suatu sistem hidrotermal yang didominasi
oleh air klorit dengan pH mendekati netral. Pada sistem ini
kontribusi sirkulasi air meteorik dalam dan mengandung CO2,
NaCl, dan H2S sangat dominan, menunjukkan kondisi reduksi.
Mineral sulfida yang terbentuk dalam kondisi seperti ini berupa
safelerit, galena, kalkopirit, dan pirit.
2. Epitermal Sulfidasi Tinggi (High Sulphidation)
Sulfida terbentuk dalam suatu sistem hidrotermal magmatik yang
didominasi oleh fluida hidrotermal yang asam, terdapat fluks
larutan magmatik uap yang mengandung H2O, CO2, HCl, H2S, dan

Proposal Tugas Akhir 7


SO2 dari air meteorik lokal, menunjukkan kondisi oksidasi.
Dicirikan dengan terbentuknya asosiasi mineral ubahan seperti
pirofilit, alunit, kaolinit, serta mineral bijih berupa pirit, enargit,
dan luzonit.

II.4 Teori Dasar Resistivitas


II.4.1 Resistivitas
Pada metode resistivitas, arus searah dialirkan pada permukaan tanah,
sehingga beda potensial pada dua titik dapat terukur. Variasi tahanan
terhadap kedalaman akibat dialirkannya arus menyebabkan adanya variasi
beda potensial pula, sehingga informasi struktur dan material bawah
permukaan dapat diketahui. Prinsip kerja metode ini adalah dengan
mengukur beda potensial pada titik titik di permukaan bumi yang
dihasilkan oleh aliran arus searah yang melewati bawah permukaan.
Tujuan dari metode ini adalah mengetahui distribusi tahanan jenis bawah
permukaan sehingga material material di bawah permukaan bumi dapat
diinterpretasikan.
Teori dasar resistivitas adalah Hukum Ohm yakni arus listrik yang
dialirkan pada suatu resistor maka akan terjadi perubahan potensial pada
ujung ujung hambatan tersebut. Hubungannya dapat dilihat pada
persamaan (Telford dkk, 1976),

= (2.1)

Dengan, R = Hambatan (, Ohm)


I = Arus (Ampere)
V = Beda Potensial (Volt)

Proposal Tugas Akhir 8


Gambar 2.1 Hambatan listrik berbentuk balok dengan luasan sayatan A
dan panjang L, beda potensial diukur pada kedua ujung balok dengan arus
I yang diketahui.

Berdasarkan pengujian pengukuran suatu sampel batuan berbentuk


balok dengan luas penampang A, panjang L, dan hambatan R, (Gambar
2.1), maka didapatkan hubungan sebagai berikut (Telford dkk, 1976),

= (2.2)

Dengan, R = Hambatan (, Ohm)


L = Panjang Balok (m)
A = Luas Penampang (m2)
= Tahanan Jenis (m)
dengan adalah sebuah konstanta yang dikenal sebagai tahanan jenis suatu
medium yang memiliki satuan m atau ohmmeter.

II.4.2 Potensial Suatu Titik Dengan Sumber Arus Tunggal


Pada gambar 2.2 diperlihatkan sebuah ilustrasi pengukuran potensial
yang ditimbulkan oleh sebuah arus tunggal pada permukaan tanah yang
homogen isotrop. Posisi elektroda C1 dan C2 terpisah sangat jauh dan
diasumsikan material penyusunnya seragam dengan resistivitas . Karena
memiliki resistivitas yang tak berhingga maka tidak ada arus yang
mengalir ke udara.

Proposal Tugas Akhir 9


Arus mengalir secara radial melewati bumi ke segala arah, maka
potensial di dalam tanah dapat dianggap sebagai sebuah permukaan
hemispherical (setengah bola). Karena arus terdistribusi sama ke segala
arah pada permukaan yang memiliki jarak r dari elektroda C1 ini maka
potensial pada permukaan ini memiliki nilai yang sama juga. Permukaan
ini kemudian dikenal sebagai garis ekuipotensial.

Gambar 2.2 Ilustrasi untuk menentukan nilai potensial pada P1 dengan


sumber arus tunggal C1 dimana arus C2 di tak berhingga. Dua garis
ekuipotensial dipisahkan oleh jarak dr. (Burger, 1992)

Jika dianggap ketebalannya sangat tipis dr maka dengan mereduksi


persamaan (2.1) dan (2.2) maka akan diperoleh beda potensial pada garis
ekuipotensial yaitu :

= () = ( ) = ( 2 2 ) (2.3)

sehingga beda potensial pada suatu titik dengan jarak D adalah,



= = 2 = 2 (2.4)
2 2

II.4.3 Potensial Suatu Titik Dengan Dua Elektroda Arus


Arus listrik mengalir dari elektroda arus positif (source/sumber)
menuju elektroda arus negatif (sink) sehingga arus pada sumber adalah
positif (+) dan arus pada sink adalah negatif (-). Garis arus tidak semudah

Proposal Tugas Akhir 10


didefinisikan seperti garis arus pada sumber arus tunggal. Dari informasi
ini akan ditentukan garis ekuipotensial dan aliran arusnya yang jika
digambarkan secara sederhana terlihat pada gambar 2.3, yaitu elektroda
arus dan titik potensial terletak pada bidang yang sama.

Gambar 2.3 Ilustrasi konfigurasi untuk menentukan nilai potensial pada


P1 dengan sumber arus C1 dan sink C2. (Burger, 1992)

Dengan menggunakan persamaan (2.4) diperoleh potensial pada P1


yang merupakan jumlah potensial yang ditimbulkan oleh masing masing
elektroda arus yaitu,

1 = 2 + ( 2 ) (2.5)
1 2

II.4.4 Dua Elektroda Potensial Pada Permukaan Medium

Gambar 2.4 Arus listrik dialirkan melalui elektroda arus C1 dan C2 dan
elektroda P1 dan P2 adalah elektroda potensial.

Proposal Tugas Akhir 11


Empat elektroda ditempatkan dipermukaan medium yang homogen
isotrop pada posisi C1, C2, P1 dan P2 seperti pada gambar 2.4. Arus listrik
dialirkan pada elektroda arus C1 dan C2 sedangkan beda potensial diukur
melalui elektroda P1 dan P2. Dengan menggunakan persamaan (2.5) dapat
dihitung nilai beda potensial pada masing masing elektroda, yaitu :
1 1
1 = 2 ( ) (2.6)
1 2

Dan,
1 1
2 = 2 ( + ) (2.7)
3 4

dengan r1 dan r2 adalah jarak elektroda potensial P1 terhadap eletroda arus


C1 dan C2, sedangkan r3 dan r4 adalah jarak elektroda potensial P2 terhadap
elektroda arus C1 dan C2.
Beda potensial antara P1 dan P2 pada medium tersebut adalah,
1 1 1 1
= 1 2 = 2 [( ) ( + )] (2.8)
1 2 3 4

atau,
1 1 1 1
= [ + ] (2.9)
2 1 2 3 4

Karena resistivitas merupakan kuantitas yang akan dicari maka nilai


dituliskan dari persamaan (2.-) menjadi,
1 1 1 1 1
= 2 [ + ] (2.10)
1 2 3 4

II.4.5 Resistivitas Semu (Apparent Resistivity)


Persamaan (2.10) merupakan pengukuran pada medium penghantar
yang diasumsikan sebagai perlapisan homogen isotrop sehingga nilai
resistivitas yang diperoleh adalah nilai resistivitas sebenarnya (true
resistivity). Pada pengukuran langsung di lapangan, batuan yang
ditemukan memiliki kondisi yang berbeda beda, pada setiap
perlapisannya memiliki resistivitas yang berbeda beda, sehingga dikenal
adanya istilah resistivitas semu (apparent resistivity).

Proposal Tugas Akhir 12


Nilai resistivitas semu tergantung pada resistivitas lapisan lapisan
pembentuk formasi (subsurface geology). Nilai resistivitas semu (a) dapat
ditulis sebagai :
1 1 1 1 1
= 2 [ + ] (2.11)
1 2 3 4

Yang sering ditulis sebagai :



= (2.12)

dengan,
1 1 1 1 1
= 2 [ + ] (2.13)
1 2 3 4

K dikenal dengan faktor geometri yang nilainya tergantung dari


konfigurasi elektroda yang digunakan. Nilai K akan berbeda beda pada
setiap konfigurasi, dan akan mempengaruhi hasil resistivitas. Besarnya
resistivitas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Kandungan air. Pada media yang mengandung banyak air akan
mempunyai nilai resistivitas lebih rendah dibandingkan media yang
kering.
2. Porositas batuan. Volume pori pori media yang besar akan
memberikan kandungan cairan yang lebih banyak, sehingga nilai
resistivitasnya akan semakin kecil.

II.4.6 Pengukuran Resistivitas


Dalam survey resistivitas, informasi distribusi resistivitas bawah
permukaan diperoleh dengan mengamati bagaimana aliran arus di bawah
permukaan. Metode resistivitas melibatkan pengaliran arus ke dalam
medium dan mengukur potensial di permukaan. Data yang diperoleh
adalah potensial terukur dipermukaan dengan kuat arus yang dimasukkan
untuk potensial yang bersangkutan dan geometri elektroda.
Berikut ini adalah beberapa konfigurasi elektroda yang digunakan
untuk mengukur resistivitas :

Proposal Tugas Akhir 13


Gambar 2.5 Berbagai macam konfigurasi elektroda (A) Wenner (B)
Wenner Beta (C) Wenner Gamma (D) Pole Pole (E) Dipole Dipole (F)
Pole Dipole (G) Wenner Schlumberger (H) Equatorial Dipole dipole
Luke, 2004

Susunan elektroda ini memiliki peranan yang sangat penting dalam


melakukan survey. Konfigurasi Schlumberger dan Wenner baik digunakan
pada penelitian untuk mengetahui variasi resistivitas terhadap kedalaman,
sedangkan untuk mengetahui variasi resistivitas secara lateral sebaiknya
menggunakan konfigurasi Dipole dipole. Contoh konfigurasi dipole
dipole dapat dilihat pada gambar 2.6 tersebut.
Pada konfigurasi Dipole dipole, jarak antar elektroda arus sama
dengan jarak antar elektroda potensial dan kedua pasangan elektroda
tersebut dipisahkan sejauh kelipatan jarak antar elektroda sejenis.

Proposal Tugas Akhir 14


Gambar 2.6 Konfigurasi Dipole dipole

dengan faktor geometri :


= ( + 1)( + 2) (2.14)
Data pada setiap pengukuran konfigurasi dipole dipole
direpresentasikan dalam bentuk posisi titik titik data sesuai dengan yang
ditunjukkan pada gambar 2.7. setiap titik pengukuran berada pada posisi
perpotongan garis 45 dari tengah dipole potensial dan arus atau
kedalaman data z = jarak dipole arus dengan potensial. Hasil dari
keseluruhan pengukuran akan membentuk penampang 2D vertikal yang
disebut pseudodepthsection.

Gambar 2.7 Posisi titik titik ukur pada konfigurasi Dipole - dipole

Pengukuran dan plot penampang pseudosection (gambar 2.7) pada


skala vertikal dinyatakan dengan bilangan bulat n yang merupakan

Proposal Tugas Akhir 15


kelipatan jarak antar elektroda (a). Untuk memberikan gambaran
mengenai kedalaman secara kualitatif biasanya skala tersebut
dikonversikan menjadi kedalaman semu (pseudodepth), yaitu hasil
perkalian (n x a) dengan faktor skala yang besarnya antara 0.3 1.

Proposal Tugas Akhir 16


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Data Penelitian


a. Data Akuisisi Lapangan
- Data Resistivitas
- Data Chargeability
b. Data Geologi meliputi geologi regional, kondisi tektonik, dan stratigrafi
pada tiap formasi
c. Basemap daerah penelitian
d. Data pendukung lainnya

III.2 Perangkat Penelitian


Perangkat pengolahan data berupa Hardware dan Software dengan
spesifikasi sebagai berikut :
1. Hardware
- Personal Computer (PC)
- Laptop
- Flashdisk
- Harddisk Eksternal

2. Software
- Microsoft Office
- Res2Dinv
- Surfer 12
- RockWork

III.3 Langkah Penelitian


Secara garis besar penelitian dilakukan dengan menggunakan data lapangan
berupa data tegangan (V), arus (I), dan hambatan (R) serta data
chargeabilitas yang kemudian dilakukan pengolahan sederhana

Proposal Tugas Akhir 17


menggunakan Microsoft Office Excel untuk mencari nilai resistivitas semu.
Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan software RES2DINV untuk
mendapatkan profil isoresistivitas semu dan profil chargeabilitas. Setelah itu
dengan menggunakan informasi tambahan seperti geologi regional dan
stratigrafi daerah penelitian, dapat dilakukan interpretasi terhadap hasil
profil tersebut. Sehingga dapat diketahui zona mineralisasi pada daerah
penelitian.

Proposal Tugas Akhir 18


BAB IV
PENUTUP

Kesempatan yang diberikan kepada mahasiswa untuk melaksanakan Tugas


Akhir di PT ANTAM (Persero) Tbk akan lebih mengenalkan dan mendekatkan
mahasiswa pada lingkungan kerja yang sesungguhnya, oleh karena itu saya
sebagai mahasiswa akan memanfaatkan semaksimal mungkin agar diperoleh ilmu
dan pengalamannya. Selanjutnya saya juga mengharapkan untuk mendapat
bimbingan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir agar dapat berjalan
sebagaimana yang diharapkan bersama dan saya menyerahkan segala
kebijaksanaan kepada pihak manajemen PT ANTAM (Persero) Tbk. Demikian
proposal ini saya susun sebagai kerangka acuan untuk pelaksanaan Tugas Akhir
(TA). Semoga mendapat respon balik yang konstruktif demi kesuksesan kegiatan
ini. Atas segala bantuan dan kerjasamanya diucapkan banyak terima kasih.

Proposal Tugas Akhir 19


DAFTAR PUSTAKA

Telford, W.M., Geldart, L.P., dan Sheriff, R.E., 1976, Applied Geophysics, second
edition, Cambridge University Press, London

Irvine, R.J. dan Smith, M.J., 1990, Geophysical Exploration For Epithermal Gold
Deposits, Amsterdam: Elsivier Science Publisher

Kearey, Philip; Brooks, Michael; and Hill,Ian. 2002. An Introduction Geophysical


Exploration Third Edition. Blackwell Science Ltd

Pramana A.J, dkk. Pendugaan Zona Endapan Mineral Logam (Emas) di Gunung
Bujang, Jambi Berdasarkan Data Induced Polarization (IP). Universitas
Brawijaya : Malang

Proposal Tugas Akhir 20

Anda mungkin juga menyukai