Anda di halaman 1dari 10

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS

TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA

MAKALAH PRAKTIKUM ENDAPAN MINERAL

Alterasi Hidrotermal
(Potassic, Filik/seristik, argilik , argilik lanjut, proilitik)

Disusun Oleh :

Nama : Fahrul Husaini Warfandu


NIM : 4100190102
Kelas : 02 (Rabu, 15.00)

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti mata praktikum Endapan
Mineral Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Institut
Teknologi Nasional Yogyakarta

YOGYAKARTA
2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat
dan karunia-Nya lah sehingga Penulis bisa menyusun dan menyelesaikan tugas
makalah dengan judul “ALTERASI HIDROTERMAL” ini yang di berikan oleh
Pak Oky Sugarbo S.T.,m.eng dan pak Muhammad Fatih Qodri S.T., M.eng.
sebagai dosen pengampu mata praktikum endapan mineral..

Tugas makalah ini bertujuan sebagai nilai tugas mata praktikum endapan
mineral, selain itu juga sebagai bahan belajar, yang dimna penulis di tuntut dapat
mengerti bagaimana alterasi hidrotermal

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada :


1. Pak Oky Sugarbo S.T.,m.eng dan pak Muhammad Fatih Qodri S.T., M.eng.
sebagai dosen pengampu mata praktikum endapan mineral..
2. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan semangat serta dukungan penuh
kepada penulis.
3. asisten dosen yang senantiasa memberikan bimbingan dan membagikan
ilmunya kepada penulis .

Penulis menyadari dan menginginkan banyak kritikan dan saran yang


membangun dari teman-teman sekalian sehingga Penulis bisa memperbaiki
ataupun mengurangi kesalahan-kesalahan yang dilakukan dalam penyusunan
tugas makalah ini dan menjadi pelajaran tersendiri bagi Penulis dalam penyusunan
tugas makalah selanjutnya.

Bab I

ii
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Mineral bijih terutama emas merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.
Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan akan sumberdaya mineral bijih pun
semakin meningkat. Secara umum mineralisasi dapat terbentuk akibat panas dari larutan
hidrotermal yang bereaksi dengan wallrock (batuan samping) di sepanjang
rekahan/fracture dan ruang antara butiran/mineral, sehingga terjadi proses alterasi yang
mengubah mineral penyusun wallrock, baik itu sifat fisik maupun kimianya (Pirajno,
1992). Tipe alterasi dan mineralisasi pada suatu daerah mempunyai sifat dan karakteristik
tersendiri yang sering dicirikan dengan adanya himpunan mineral tertentu. Keberadaan
zona alterasi dan mineralisasi ini akan membantu dalam perencanaan pengembangan
eksplorasi mineral bijih yang mengandung logam berharga.

1.2 Maksud & Tujuan


Maksud dari penulisan makalah ini adalah memberikan sedikit gambaran
mengenai alterasi hidrotermal sebelum acara praktikum dimulai dan bertujuan
untuk memahami proses alterasi hidrotermal.

1.3 Rumusan masalah


1. Apa itu alterasi hidrotermal ?
2. Apa jenis-jenis alterasi hidreotermal?

iii
BAB II
Isi

2.1 Proses Alterasi


Proses alterasi (ubahan) atau disebut juga sebagai proses mineralisasi dari
suatu batuan induk (host rocks) karena adanya larutan hidrotermal yang naik dan
berinteraksi dengan batuan tersebut, dimana larutan hidrotermal membawa unsur-
unsur logam dari dalam magma dan kemudian di endapkan pada rekahan-rekahan
atau pori-pori dari batuan induknya

Gambar 2.1. model alterasi mineralisasi hidrotermal yang berhubungan


dengan kegiatan magmatik (Hedenquist, dkk., 1996)

Konsep dasar tentang alterasi adalah berawal dari suatu pemikiran bahwa
jika batuan induk (dalam bentuk rekahan atau retakan) dilalui oleh fluida panas
yang berasal dari magma atau larutan hidrotermal, maka keadaan kedua kondisi
baik larutan hidrotermal maupun batuan induk itu sendiri terjadi tidak stabil.
Untuk mencapai keseimbangan “equilibrium condition” maka akan terjadi suatu
reaksi dari keduanya dan menghasilkan suatu bentukan kondisi yang baru yang
ditandai dengan munculnya kumpulan mineral baru yang memiliki sifat yang
berbeda dari batuan induk maupun larutan asalnya. Perubahan tidak hanya
meliputi kimia akan tetapi juga perubahan fisika memiliki pola yang teratur dan
sistimatik mulai dari bagian yang paling luar hingga bagian yang paling dekat

iv
dengan tubuh bijih. Berpangkal dari pemikiran inilah konsep dasar tentang
alterasi batuan dikembangkan. Mineral-mineral baru ini disebut sebagai mineral
alterasi. Tingkat ubahan atau intensitas serta sifat dari alterasi batuan tersebut
sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh (a) sifat batuan induk, (b) sifat larutan
panas (larutan hidrotermal) yang menerobosnya yang akan menentukan faktor-
faktor seperti Eh, pH, tekanan uap berbagai spesies volatil, komposisi kation dan
anion dan tingkat hidrolisis, dan (c) temperatur dan tekanan pada saat reaksi
terjadi.

Fluida maupun sifat batuan memiliki sifat yang berbeda dan beragam,
maka proses alterasi yang terbentuk terjadi melalui beberapa cara. Bebarapa hal
penting berkenaan dengan reaksi tersebut meliputi :

1. Hidrolisis, keterlibatan ion OH ketika terjadi reaksi antara


batuan induk dengan fluida hidrotermal. Contoh fespar
menjadi muskovit dan kuarsa.
2. Hidrasi, berpindahnya molekul air dari fluida menjadi
suatu mineral sedangkan dehidrasi adalah kebalikannya.
3. Alkali / alkali-earth metasomatism, masuknya unsur

magnesium (Mg+) kedalam mineral yang baru.


4. Dekabonisasi,terjadi pada skarn dimana silika dan oksida
dihasilkan dari hilangnya CO2 dari gamping-dolomit.
5. Silisifikasi, Terjadi penambahan silika sehingga mineral
menjadi polimorf seperti kalsedon, opal atau jasper dlsb.
6. Silikasi, proses pengubahan ke mineral silikat ini banyak
terjadi pada mineral karbonat / skarn
7. Reduksi- Oksidasi, reaksi penting yang mempengaruhi besi
ferous-ferric dan mineral sulfur.

Gejala yang diperlihatkan oleh bentuk dan tipe dari alterasi merupakan
manifestasi yang berhubungan dengan proses pembentukan mineralisasi bijih.
Bukti tersebut dapat dilihat dari komposisi mineral batuan asal yang dalam hal

v
ini terjadi adanya perubahan secara sistimatis mulai dari tingkat ubahan propilit
hingga potasik.Cerminan dari tiap-tiap zona alterasi tersebut sebagai gambaran
seberapa jauh tingkat konveksi panas (temperatur) dan kedalaman (tekanan) yang
dipengaruhi oleh jenis fluida hidrotermal pembawa mineralisasi yang berasal
dari dapur magma kondisi geologi tempat mineralisasi terbentuk/ terjadi. Dengan
kata lain alterasi merupakan cerminan dari mineralisasi, sehingga dapat diketahui
jenis/tipe serta genesa suatu endapan dengan melihat pola-pola alterasi yang
terjadi (Corbett dan Leach, 1998).

2.2 Zonasi Alterasi Hidrotermal


Karena reaksi yang terjadi di alam terjadi begitu komplek seperti yang
disebutkan diatas maka produk dari mineral alterasi merupakan suatu kumpulan
yang memiliki mutualisme dan terjadi di suatu tempat. Istilah mineral assemblage
secara tidak langsung berarti pertumbuhan keseimbangan mutual dari fase-fase
mineral, dicirikan oleh kumpulan mineral spesifik yang tertentu sebagai suatu
penciri dari kumpulan mineral itu sendiri (Guilbert dan Park, 1986). Dari mineral
assemblage ini kita dapat mengetahui suatu zonasi tertentu tentang alterasi yang
dapat dipakai sebagai petunjuk atau guide, menunjukkan temperatur
pembentukan, kedalaman serta genesa suatu tipe endapan mineral. Kumpulan
mineral atau “mineral assemblage” dengan indikator mineral tertentu dapat di
klasifikasikan sebagai berikut :

1. Zonasi Potasik : mineral assemblage nya K-flespar, tanpa atau


dengan biotit dan serisit.
2. Zonasi Filik : Ditandai dengan hadirnya secara dominan mineral
phylisilicate serisit,semua mineral seperti felspar, mika dan mineral
mafik terubah serisit.
3. Advance argillik : Ditandai dengan hadirnya mineral piropilit-
andalusit pada temperatur tinggi, dan pada temperatur rendah
adalah dickit, kaolinit, dan alunit, topaz dan zunyit.
4. Zona Argillik : Pada zona ini yang paling menonjol adalah
munculnya secara dominan mineral kaolinit dan monmorilonit.

vi
Argilik terbentuk pada temperatur relatif rendah.
5. Zona propilitik : Zona alterasi yang penyebaran yang luas. Mineral
karakteristik dari zona ini adalah epidot, klorit dan karbonat secara
tipikal menggantikan plagioklas, dan hornblende-biotit.

Gambar 2.2. Model Model zonasi alterasi pada tipe endapan


epithermal~mesothermal (Buchanan, 1998)

Selain zona ubahan tersebut di atas, dikenal pula adanya istilah


mineralisasi “High Sulfidation” dan “Low Sulfidation” atau “sulfida tinggi” dan
“sulfida rendah”. High sulfidation memiliki zonasi alterasi yang dicirikan oleh
mineral spesifiknya : alunit, diaspor, pyrophylite, zunyite, dickite, dan halloysite.
Sedangkan pada tipe Low sulfidation : kumpulan mineral spesifiknya terdiri dari :
Adularia, serisit, klorite, epidot dan smectit (Hedenquist dkk, 1996).
Tipe alterasi lainnya adalah skarn dan greisen: Skarn adalah mineralisasi
intrusif terjadi pada lingkungan karbonat dengan mineral alterasi yang
diperlihatkannya adalah piroksen-garnet-epidot-zoisit-piroksenoid-epidot.
Greisen: spesifik quartz dan mika, alterasi  advance argilik – filik, turmalin dan
topaz sebagai mineral asesoris (Corbett dan Leach, 1998).
vii
Studi alterasi merupakan bagian penting dalam eksplorasi. Dengan studi
ini kita dapat mengetahui dan mempelajari secara sistimatik pola-pola mineralisasi
yang terjadi di suatu daerah dengan mempelajari pola-pola ubahannya. Dengan
mempelajari pola kita dapat mengetahui jenis mineralisasi apa yang terjadi, pada
temperatur dan kedalaman berapa mineralisasi terbentuk, serta bagaimana
lingkungan geologinya dari mineralisasi tersebut. Jadi aspek dari studi mineral
ubahan kita dapat mengetahui genesa dan tipe endapan bijih hidrotermal, dan
gradien temperatur dalam eksplorasi geotermal (Corbett dan Leach, 1998; Lawless
dkk, 1997).

Gambar 2.3. Hubungan zonasi mineralisasi dengan mineral logam


dasar dalam sistim hidrotermal. (Corbett dan Leach,
1998)

viii
BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Aletrasi hidrotermal berasal dari konssep fimna tubuh batuan yang
mempunyai rekahan atah patahan di lewati oleh fluida yang berasal dari magma
panas yang mangakibatkan tidak stabilnya tubuh batuan infuk ang di lewati fluida
tersebut. Batuan induk yang di lewati hidrotermal atau fluida inilah akan
menhadirkan mineral baru. Mineral-mineral ini di namakan mineral
alterasi.tingkatan perubahan batuan atau intesitas di pengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu oleh sifat batuan induk, sifat larutan panas (larutan hidrotermal) yang
menerobosnya yang akan menentukan faktor-faktor seperti Eh, pH, tekanan uap berbagai
spesies volatil, komposisi kation dan anion dan tingkat hidrolisis, dan temperatur dan
tekanan pada saat reaksi terjadi.

Fluida maupun sifat batuan memiliki sifat yang berbeda dan beragam,
maka proses alterasi yang terbentuk terjadi melalui beberapa cara yaitu
Hidrolisis, Hidrasi. Alkali / alkali-earth metasomatism, Dekabonisasi,
Silisifikasi, Silikasi dan Reduksi- Oksidasi. Zonasi tipe endapan mineral
berdasarkan genesanya di bagi menjadi 5 bagian yaitu potasic, filik,argilik,
argilik lanjutn dan propilitik.

ix
DAFTAR PUSTAKA

Mega Fatimah Rosana, Ir., M.Sc., Ph.D., Dkk. (2007). Kajian Karakteristik
Batuan Alterasi Dalam Mengungkap Potensi Sumber Daya Mineral Logam
Dasar dan Mulia Di Daerah Cisitu-Cikudu Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran.

Salamah, A. F., Aribowo, Y., Widiarso, D. A., & Ali, R. K. (2014). Penentuan
Tipe Alterasi Berdasarkan Analisis Petrografi, Mineragrafi, dan Geokimia pada
Daerah Kasimbar, Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah.
Geological Engineering E-Journal, 6(1), 255-270.

Umar Zulkarnain Bakkar, Muhammad Kasim, Noviar akase, Ahmad Iryanto


Rompo. (2020). Karakteristik Alterasi dan Mineralalisasi Hidrotermal Daerah
Hulawa, Gorontalo , Indonesia. Jambura Geosience Review (2020) Vol. 2 (1): 1-
15

Anda mungkin juga menyukai