TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
Alterasi Hidrotermal
(Potassic, Filik/seristik, argilik , argilik lanjut, proilitik)
Disusun Oleh :
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti mata praktikum Endapan
Mineral Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Institut
Teknologi Nasional Yogyakarta
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat
dan karunia-Nya lah sehingga Penulis bisa menyusun dan menyelesaikan tugas
makalah dengan judul “ALTERASI HIDROTERMAL” ini yang di berikan oleh
Pak Oky Sugarbo S.T.,m.eng dan pak Muhammad Fatih Qodri S.T., M.eng.
sebagai dosen pengampu mata praktikum endapan mineral..
Tugas makalah ini bertujuan sebagai nilai tugas mata praktikum endapan
mineral, selain itu juga sebagai bahan belajar, yang dimna penulis di tuntut dapat
mengerti bagaimana alterasi hidrotermal
Bab I
ii
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Mineral bijih terutama emas merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.
Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan akan sumberdaya mineral bijih pun
semakin meningkat. Secara umum mineralisasi dapat terbentuk akibat panas dari larutan
hidrotermal yang bereaksi dengan wallrock (batuan samping) di sepanjang
rekahan/fracture dan ruang antara butiran/mineral, sehingga terjadi proses alterasi yang
mengubah mineral penyusun wallrock, baik itu sifat fisik maupun kimianya (Pirajno,
1992). Tipe alterasi dan mineralisasi pada suatu daerah mempunyai sifat dan karakteristik
tersendiri yang sering dicirikan dengan adanya himpunan mineral tertentu. Keberadaan
zona alterasi dan mineralisasi ini akan membantu dalam perencanaan pengembangan
eksplorasi mineral bijih yang mengandung logam berharga.
iii
BAB II
Isi
Konsep dasar tentang alterasi adalah berawal dari suatu pemikiran bahwa
jika batuan induk (dalam bentuk rekahan atau retakan) dilalui oleh fluida panas
yang berasal dari magma atau larutan hidrotermal, maka keadaan kedua kondisi
baik larutan hidrotermal maupun batuan induk itu sendiri terjadi tidak stabil.
Untuk mencapai keseimbangan “equilibrium condition” maka akan terjadi suatu
reaksi dari keduanya dan menghasilkan suatu bentukan kondisi yang baru yang
ditandai dengan munculnya kumpulan mineral baru yang memiliki sifat yang
berbeda dari batuan induk maupun larutan asalnya. Perubahan tidak hanya
meliputi kimia akan tetapi juga perubahan fisika memiliki pola yang teratur dan
sistimatik mulai dari bagian yang paling luar hingga bagian yang paling dekat
iv
dengan tubuh bijih. Berpangkal dari pemikiran inilah konsep dasar tentang
alterasi batuan dikembangkan. Mineral-mineral baru ini disebut sebagai mineral
alterasi. Tingkat ubahan atau intensitas serta sifat dari alterasi batuan tersebut
sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh (a) sifat batuan induk, (b) sifat larutan
panas (larutan hidrotermal) yang menerobosnya yang akan menentukan faktor-
faktor seperti Eh, pH, tekanan uap berbagai spesies volatil, komposisi kation dan
anion dan tingkat hidrolisis, dan (c) temperatur dan tekanan pada saat reaksi
terjadi.
Fluida maupun sifat batuan memiliki sifat yang berbeda dan beragam,
maka proses alterasi yang terbentuk terjadi melalui beberapa cara. Bebarapa hal
penting berkenaan dengan reaksi tersebut meliputi :
Gejala yang diperlihatkan oleh bentuk dan tipe dari alterasi merupakan
manifestasi yang berhubungan dengan proses pembentukan mineralisasi bijih.
Bukti tersebut dapat dilihat dari komposisi mineral batuan asal yang dalam hal
v
ini terjadi adanya perubahan secara sistimatis mulai dari tingkat ubahan propilit
hingga potasik.Cerminan dari tiap-tiap zona alterasi tersebut sebagai gambaran
seberapa jauh tingkat konveksi panas (temperatur) dan kedalaman (tekanan) yang
dipengaruhi oleh jenis fluida hidrotermal pembawa mineralisasi yang berasal
dari dapur magma kondisi geologi tempat mineralisasi terbentuk/ terjadi. Dengan
kata lain alterasi merupakan cerminan dari mineralisasi, sehingga dapat diketahui
jenis/tipe serta genesa suatu endapan dengan melihat pola-pola alterasi yang
terjadi (Corbett dan Leach, 1998).
vi
Argilik terbentuk pada temperatur relatif rendah.
5. Zona propilitik : Zona alterasi yang penyebaran yang luas. Mineral
karakteristik dari zona ini adalah epidot, klorit dan karbonat secara
tipikal menggantikan plagioklas, dan hornblende-biotit.
viii
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Aletrasi hidrotermal berasal dari konssep fimna tubuh batuan yang
mempunyai rekahan atah patahan di lewati oleh fluida yang berasal dari magma
panas yang mangakibatkan tidak stabilnya tubuh batuan infuk ang di lewati fluida
tersebut. Batuan induk yang di lewati hidrotermal atau fluida inilah akan
menhadirkan mineral baru. Mineral-mineral ini di namakan mineral
alterasi.tingkatan perubahan batuan atau intesitas di pengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu oleh sifat batuan induk, sifat larutan panas (larutan hidrotermal) yang
menerobosnya yang akan menentukan faktor-faktor seperti Eh, pH, tekanan uap berbagai
spesies volatil, komposisi kation dan anion dan tingkat hidrolisis, dan temperatur dan
tekanan pada saat reaksi terjadi.
Fluida maupun sifat batuan memiliki sifat yang berbeda dan beragam,
maka proses alterasi yang terbentuk terjadi melalui beberapa cara yaitu
Hidrolisis, Hidrasi. Alkali / alkali-earth metasomatism, Dekabonisasi,
Silisifikasi, Silikasi dan Reduksi- Oksidasi. Zonasi tipe endapan mineral
berdasarkan genesanya di bagi menjadi 5 bagian yaitu potasic, filik,argilik,
argilik lanjutn dan propilitik.
ix
DAFTAR PUSTAKA
Mega Fatimah Rosana, Ir., M.Sc., Ph.D., Dkk. (2007). Kajian Karakteristik
Batuan Alterasi Dalam Mengungkap Potensi Sumber Daya Mineral Logam
Dasar dan Mulia Di Daerah Cisitu-Cikudu Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran.
Salamah, A. F., Aribowo, Y., Widiarso, D. A., & Ali, R. K. (2014). Penentuan
Tipe Alterasi Berdasarkan Analisis Petrografi, Mineragrafi, dan Geokimia pada
Daerah Kasimbar, Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah.
Geological Engineering E-Journal, 6(1), 255-270.