Anda di halaman 1dari 11

PENENTUAN ZONA CAPROCK DAN RESERVOIR PANASBUMI DAERAH X BERDASARKAN KARAKTERISTIK ALTERASI MINERAL

USULAN PENELITIAN SKRIPSI BIDANG KAJIAN : ALTERASI MINERAL

Periode September Oktober 2013

Oleh :

Teguh Rahat Prabowo 270110090095

Program Studi Geologi Fakultas Teknik Geologi UNIVERSITAS PADJADJARAN

2013

BAB I

1.1 Latar Belakang Seiring dengan menipisnya persediaan minyak bumi dan batubara manusia pun terus menerus berusaha mencari energi pengganti energi fosil yang dapat digunakan dan yang bersifat kontinu. Dari berbagai macam penelitian dalam usaha mencari pengganti sumber energi baru yang dapat bertahan lama, maka ditemukanlah geothermal sebagai sumber energi yang baru. Geothermal atau panasbumi merupakan energi yang berasal dari panas bumi itu sendiri. Panas yang berasal dari dalam bumi tersebut telah ada semenjak terbentuknya bumi. Sebuah sistem geothermal harus memiliki sumber panas dan sistem hidorgeologi yang baik agar dapat menjadi sumber energi panas bumi yang baik. Air harus bisa masuk dengan mudah ke dalam sistem, tersimpan baik di dalam reservoir, dan kemudian dapat dimasukan ulang ke dalam sistem. Intinya proses perputaran air harus baik agar sumber bisa bertahan lama. Sebuah sistem geothermal pada dasarnya terdiri dari sistem tata air sebagai fluida, batuan aquifer yang berfungsi sebagai reservoir air, magma sebagai heat source, cap rocks sebagai pengunci gerakan dari uap panas, dan fracture atau patahan di batuan sebagai jalur migrasi uap panas. Kelima hal ini merupakan satu kesatuan dalam sebuah sistem geothermal. Heat source bisa berupa magma maupun sebagai tubuh terobosan granit atau bentuk batolit lainnya dan bisa juga sebagai sesar aktif. Cap rock merupakan batuan dengan porositas dan permeabilitas rendah agar fluida tidak dapat lewat. Sedangkan rekahan-rekahan dan patahan yang terjadi pada batuan akan membuat rongga sehingga fluida dapat bergerak.

Secara umum sebaran dari sumber panasbumi terdapat pada jalur gunungapi, maka didalam sistem hidrothermalnya sebagai sumber panas adalah magma, sedangkan batuan penudungnya merupakan hasil erupsi dari gunungapi, berupa bahan lepas-lepas (piroklastik) maupun berupa aliran lava (M. Alzwar, 1981). Saat ini telah diperkirakan bahwa tidak lama lagi dunia akan mengalami krisis energi sehingga kita semua butuh mencari energi baru untuk memenuhi kebutuhan kita. Belum lagi bila dilihat dari kondisi bumi yang memprihatinkan saat ini dengan banyaknya pencemaran lingkungan akibat penggunaan energi masa kini, membuat para peneliti berusaha mencari energi baru yang dapat bertahan lama dan menghasilkan sedikit atau bahkan tidak ada efek negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itulah energi panasbumi muncul sebagai bahan pertimbangan baru dan topik hangat yang menarik untuk diperbincangkan dan dikaji lebih mendalam sebagai energi masa depan. 1.2 Perumusan Masalah Pada dasarnya dalam sebuah eksplorasi sistem panasbumi diperlukan 3 cabang ilmu yang paling dominan dalam kegiatan eksplorasinya, yaitu geologi, geofisika, dan geokimia. Ketiga ilmu ini saling mendukung sehingga kegiatan eksplorasi dapat dilakukan dengan efisien dan tepat sasaran. Namun dalam penelitian penulis lebih difokuskan terhadap penelitian karakteristik alterasi mineral dan peranannya dalam menetukan lokasi reservoir dan caprock suatu lapangan panasbumi.

1.3 Maksud dan Tujuan Tugas akhir ini bermaksud agar untuk memberikan wawasan dan gambaran yang lebih luas bagi mahasiswa dalam hal mempraktikkan dan mengetahui berbagai aplikasi ilmu geologi khususnya di bidang panasbumi, terutama mengenai alterasi mineral suatu daerah panasbumi. Sedangkan tujuan tugas akhir ini adalah dalam bidang alterasi mineral dalam panasbumi yang sesuai dengan judul tugas akhir Penentuan Zona Caprock Dan Reservoir Panasbumi Daerah X Berdasarkan Karakteristik Alterasi Mineral. Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini adalah adanya pengertian secara lebih luas dan gambaran yang lebih jelas tentang sistem panasbumi dan alterasi mineralnya dalam kegiatan eksplorasi sebuah lapangan panasbumi.

1.4 Batasan Masalah Agar penelitian tidak terlalu melantur dan berujung pada terlalu lamanya waktu yang akan dipakai dalam penelitian, maka masalah yang akan dibahas pada penelitian ini akan dibatasi menjadi beberapa poin, diantaranya : 1. Proses alterasi yang terjadi dalam sistem geothermal. Termasuk proses keterbentukannya dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 2. Karakteristik alterasi pada batuan penudung, transisi, dan reservoir serta pembagian zona alterasinya berdasarkan data sumur.

1.5 Objek Penelitian Pembahasan penelitian ini akan lebih difokuskan kepada alterasi mineral dalam panasbumi daerah x terutama pada alterasi di sumur sebagai objek dalam penelitian ini. Sehingga penelitian ini akan lebih membahas mengenai alterasi mineralnya.

1.6 Hipotesis Awal Alterasi merupakan suatu peristiwa dimana fluida panas dari dalam bumi bergerak melewati batuan melalui celah-celah yang ada (seperti fracture, fault, dll). Dalam perjalanannya melewati batuan, batuan dinding yang dilewatinya mengalami proses penggantian mineral utama menjadi mineral pengganti. Hal ini bisa disebabkan beberapa hal, diantaranya akibat mineral utama yang kurang stabil tergantikan oleh mineral pengganti yang lebih stabil. Alterasi mineral yang terjadi di sistem panasbumi biasa disebut dengan alterasi hidrotermal. Alterasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang ada, diantaranya adalah interaksi fluida dengan batuan dinding, karakter batuan dinding, karakter fluida (Eh, pH), tekanan dan temperatur, dan lama aktivitas alterasi berlangsung. Faktor-faktor ini saling berhubungan sehingga apabila terdapat perbedaan jenis atau tipe pada faktor-faktor tersebut mungkin hasil dari alterasi tersebut akan berbeda pula. Pada zona caprock, uap dari panasbumi akan terhenti pergerakannya. Hal ini diakibatkan caprock dari sistem panasbumi memiliki permeabilitas dan porositas yang kecil sehingga tidak memungkinkan ada fluida yang merembes keluar. Zona caprock ini terdiri dari mineral lempung sehingga permeabilitas dan porositasnya kecil.

Sedangkan pada zona reservoir karakteristik yang ada justru kebalikan dari zona caprock. Di zona reservoir panasbumi, batuannya memiliki permeabilitas dan porositas yang tinggi. Sehingga fluida sebagai bahan utama di sistem panasbumi tersebut dapat tersimpan dengan baik. Biasanya batuan yang memiliki karakteristik tersebut adalah batuan sedimen, seperti batupasir sebagai reservoir. Zona reservoir ini biasa disebut sebagai aquifer. Pada dasarnya proses yang terjadi dalam sistem panasbumi merupakan sebuah siklus yang terjadi secara kontinu dan berlangsung dalam jangka waktu panjang. Proses ini dimulai dari air permukaan sebagai sumber fluida yang berupa air meteoric seperti hujan yang meresap ke dalam bumi melalui recharge area maupun air formasi yang terperangkap dalam suatu formasi batuan. Air ini kemudian dipanaskan secara konveksi melalui panas yang dihantarkan melalui batuan sekitar. Air yang terpanaskan kemudian akan menguap sehingga massa jenisnya menjadi rendah. Uap ini kemudian mencari celah untuk bergerak ke permukaan melalui fracture maupun fault di perlapisan batuan. Uap panasbumi ini kemudian akan terhenti pergerakannya setelah memasuki zona caprock dimana batuan penudung bekerja sebagai trap yang mengunci pergerakan fluida. Uap ini kemudian akan diambil dan dimanfaatkan sebagai energy listrik. Pada saat pengambilan uap panas inilah uap akan dipisah antara air dan uap yang kemudian air tersebut akan dimasukan kembali ke dalam bumi. Setelah uap panas dimanfaatkan, maka uap akan memasuki menara pendingin sehingga berubah menjadi air kembali dan dapat dimasukan lagi ke dalam bumi sebagai sumber fluida. Hal ini berlangsung berulang-ulang dan berlangsung dalam jangka waktu panjang. Proses alterasi hidrotermal pada sistem panasbumi terjadi akibat adanya interaksi antara batuan dengan air jenis klorida yang terletak di reservoir panasbumi yang terletak jauh di dalam bumi. Interaksi batuan dengan air jenis klorida (deep chloride water) ini dapat menyebabkan

pengendapan (seperti kuarsa) dan komponen-komponen batuan dengan fluida tersebut. Pada kedalaman yang dalam seperti zona reservoir, interaksi ini dapat menghasilkan mineral pengganti seperti chlorite, adularia, dan epidote. Mineral-mineral ini merupakan mineral hasil alterasi hidrotermal yang khas sering nampak di zona reservoir. Sedangkan apabila air asam terdapat di daerah yang cenderung dangkal dan elevasi relatif tinggi, maka air asam ini akan mengubah batuan asal menjadi mineral clay (seperti argilik) dan melepas mineral-mineral utamanya yang kurang stabil. Mineral utama ini digantikan oleh mineral sekunder seperti kaolin, alutlite, sulphur, residue silika dan gypsum. Mineral-mineral ini biasanya terdapat di dekat permukaan atau di daerah zona caprock. Sehingga hal ini dapat disimpulkan bahwa dikarenakan komposisi batuan, tekanan, suhu, dan kedalaman yang berbeda dapat membuat hasil alterasi hidrotermal menjadi berbeda-beda. Bisa dikatakan bahwa apabila kita menemukan zona batuan yang terletak jauh di dalam bumi, memiliki permeabilitas dan porositas yang besar, dan terdapat mineral-mineral seperti chlorite, adularia, dan epidote bisa disimpulkan bahwa daerah tersebut merupakan zona reservoir panasbumi. Sedangkan bila menemukan zona batuan dengan permeabilitas dan porostias rendah, dangkal, dan ada mineral-mineral seperti mineral clay, kaolin, alutlite, sulphur, residue silikia, dan gypsum maka bisa disimpulkan bahwa batuan tersebut merupakan batuan di dalam zona caprock dan berfungsi sebagai trap dalam sistem geothermal.

1.7 Metode Penelitian Proses penelitian ini menggunakan metode dengan beberapa tahapan, yaitu :

Tahap Persiapan Tahapan ini merupakan proses awal dari penelitian ini. Proses awal ini terdiri dari pembuatan usulan penelitian, pengumpulan data, pengurusan perijinan, dan pengiriman usulan penelitian. Tahap Penelitian Tahapan ini merupakan tahapan kedua. Tahapan ini terdiri dari 2 jenis penelitian, yaitu studi literatur daerah penelitian dan penelitian lapangan yang terdiri dari pemetaan lapangan daerah penelitian dan pengambilan data lapangan yang akan diteliti di laboratotium. Tahap Penelitian Laboratorium Pada tahapan ini akan dilakukan penelitian terhadap sampel lapangan yang akan diteliti secara lebih lanjut dengan menggunakan mikroskop di laboratorium. Penelitian laboratorium ini akan menggunakan metode yang berhubungan dengan ilmu petrologi.

Tahap Pengelolaan Data dan Pekerjaan Studi Di tahapan ini semua data dan hasil penelitian yang telah terkumpul baik dari penelitian lapangan, studi literatur, dan penelitian laboratorium akan diolah dan saling dihubungkan satu sama lain sehingga kemudian akan diambil kesimpulannya. Dengan demikian semua data akan jelas hubungannya. Tahap Penyusunan Laporan Akhir

Setelah semua tahapan di atas telah dilakukan, data telah diolah dan sudah berhasil ditarik kesimpulannya, maka hal yang terakhir harus dilakukan adalah pembuatan laporan akhir sebagai tahap akhir dari penelitian ini.

1.8 Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu bulan Agustus - Oktober 2013.
Agustus 2 3 September 1 2 3 Oktober 2 3

1 Tahap Persiapan Tahap Penelitian Tahap Penelitian Laboratorium Tahap Pengelolaan Data dan pekerjaan studi Tahap Penyusunan Laporan Akhir

DAFTAR PUSTAKA

Saptadji, Nenny Miryani, Ir. Phd. Teknik Panasbumi. Intitut Teknologi Bandung, Departemen Teknik Perminyakan, Bandung. http://ensiklopedigeothermal.blogspot.com/2011/10/pengertian-sistem-geothermal.html http://www.geothermal-energy.org/pdf/IGAstandard/SGW/2011/mulyadi.pdf

Anda mungkin juga menyukai