GEOPHYSICAL METHODS
2017”
(20 -24 September 2017)
Supported by:
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7 | ii
PENGANTAR
Selamat ber-Workshop!!!
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN.....................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
GRAVITY...............................................................................................................1
MAGNETIC.........................................................................................................47
GEOELECTRICAL RESISTIVITY..................................................................69
SEISMIC REFRAKSI.............................................................................................
MICROSEISMIC.................................................................................................19
GROUND PENETRATING RADAR................................................................19
MAGNETOTELLURIC......................................................................................32
METODE GAYABERAT
GRAVITY
MAGNETIC
GEOELECTRICAL RESISTIVITY
SEISMIC REFRAKSI
MICROSEISMIC
GROUND PENETRATING RADAR
MAGNETOTELLURIC
Supported by:
Wo r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7 | 2
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
DASAR TEORI
Massa m dan mo mengalami gaya gravitasi yang sebanding dengan m, m0, r².
Arah dari vektor satuan r adalah dari sumber gravitasi ke titik amat, dalam hal ini
terletak pada massa uji mo dimana :
m, m0 = massa benda
r = jarak antara m, m0
γ = konstanta gravitasi Newton (6,672 × 10ˉ¹¹ Nm²/kg² )
BAB III
METODE PENELITIAN
berhimpitan dengan jarum nulling dial. Dalam setiap pengambilan data, selalu
periksa kondisi tegak gravimeter dengan melihat kedua posisi level bubbles.
Apabila level bubbles tidak berada di tengah, maka atur posisinya hingga
mencapai seimbang.
Setelah selesai melakukan pembacaan dan pencatatan nilai counter lampu
gravimeter DIMATIKAN dan posisi locking knob DIKEMBALIKAN ke posisi
off. Jangan lupa gravimeter diangkat dan dimasukkan kembali ke dalam kotak
pembawa. HATI-HATI terhadap soket penghubung gravimeter dengan sumber
arus karena mudah longgar bahkan dapat lepas sewaktu memasukaan gravimeter.
Terakhir wadah gravimeter ditutup dan dikunci.
titik acuan tertentu dan pengukuran akhir kembali pada titik acuan tersebut.
Secara teoritis memang demikian, namun pada kenyataannya selalu diperoleh
nilai pembacaan awal dan akhir yang berbeda di titik acuan tersebut. Hal ini selain
karena pengaruh pasang surut juga dikarenakan pengaruh mekanisme alat berupa
guncangan alat selama transportasi, perubahan suhu dan tekanan yang
mengakibatkan adanya pergeseran pembacaan titik nol pada gravimeter. Koreksi
apungan (drift correction) dirumuskan sebagai berikut:
gb ga
Dn t n t a (3.3)
tb t a
dimana,
Dn : koreksi apungan pada titik n
ga : nilai pembacaan awal
gb : nilai pembacaan akhir
ta : waktu pembacaan awal
tb : waktu pembacaan akhir
tn : waktu pembacaan pada titik n
Dengan catatan bahwa pembacaan di titik-titik diatas telah dikoreksi dengan
koreksi tidal.
III.4.4 Koreksi Lintang
Harga gaya berat normal adalah harga gravitasi suatu titik di bidang bumi
yaitu bidang permukaan bumi yang didefinisikan secara matematis, sehingga
terbentuk model matematis bumi berupa elipsoid, dalam hal ini digunakan
elipsoid GRS 1967 (Geodetic Reference System 1967). Menurut model ini, nilai
gaya berat normal dapat dihitung menggunakan persamaan berikut
g n 978031,851 0,0053204sin 2 0,0000059sin 2 (3.3)
dapat didekati oleh permukaan laut rata-rata. Menurut Reynolds (1997), Koreksi
udara bebas dapat dihitung berdasarkan formula:
FAC 0,3086 h (3.4)
dimana,
FAC : free air correction / koreksi udara bebas (mGal/m)
h : ketinggian titik ukur gayaberat di atas muka air laut (dalam meter).
Gambar 3.6 Koreksi Bouguer (a) di plateau dan (b) di stasiun bawah tanah (Telford,
1990)
Jika koreksi udara bebas (FAC) dan koreksi Bouguer digabungkan akan
menghasilkan koreksi sebagai berikut:
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7 | 12
CC FAC BC
0,3086h 0,04193h
0,3086 0,04193 h
0,1967 h (3.6)
Dimana,
CC : Combined Correction / koreksi gabungan (mGal/m)
FAC : Free Air Correction / koreksi udara bebas (mGal/m)
BC : Bouguer Correction / koreksi Bouguer (mGal/m)
ρ : rapat massa batuan rata-rata (2,67 gr/cm3)
h : ketinggian (m)
Untuk mendapatkan pendekatan nilai densitas di daerah pengamatan, maka dapat
dilakukan beberapa cara yaitu dengan menggunakan metode parasnis, profil
netleton atau menggunakan kisaran 2,67 gr/cm3 (merupakan ketetapan densitas
rata-rata kerak bumi dimana bumi dianggap homogen).
III.4.7 Koreksi medan (terrain correction)
Kondisi topografi di sekitar titik pengamatan kadang-kadang tidak beraturan,
seperti adanya lembah atau bukit yang juga dapat mempengaruhi percepatan
gravitasi di titik pengamatan. Karena itu koreksi terrain diperlukan dalam
pengukuran yang diberikan persamaan 2.12 berikut.
(3.6)
dimana R1 merupakan radius bagian dalam, R2 merupakan radius bagian luar, dan
Δh merupakan beda ketinggian dari titik pengamatan.
III.4.8 Anomali Bouguer
Pada dasarnya anomali Bouguer adalah selisih antara harga gaya berat
pengukuran yang telah direduksi ke bidang referensi ukuran (geoid) dengan harga
gaya berat teoritis pada bidang referensi hitungan tertentu di suatu titik. Secara
matematis, pendefinisian anomali Bouguer dapat ditulis sebagai berikut:
BA g obs g FAC BC TC
g obs g 0,3086 0,04193 h TC
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7 | 13
g obs g CC TC
(3.7)
Dimana,
Gobs : harga gayaberat pengukuran di titik tersebut
FAC : Free Air Correction / koreksi udara bebas
BC : Bouguer Correction / koreksi Bouguer
CC : Combined Correction / koreksi gabungan
TC : Terrain Correction / koreksi medan
ρ : rapat massa batuan rata-rata
h : ketinggian titik pengukuran di atas permukaan laut
Setelah diperoleh nilai anomali Bouguer, maka dapat dilakukan
penggambaran pola kontur anomali Bouguer dengan menggunakan program
Surfer 8. Hasil dari pola kontur kemudian dipisahkan menjadi anomali regional
dan residual yang nantinya akan ditarik suatu lintasan yang akan diinterpretasi
pemodelannnya.
Gambar 3.7 Diagram alir pengolahan data hingga interpretasi hasil dari data lapangan
survei metode gayaberat
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7 | 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Konversi Pembacaan Gravity-meter La Coste Romberg tipe G-1053
0 0 1,01437
100 101,44 1,01430 3600 3651,97 1,01554
200 202,87 1,01423 3700 3753,53 1,01561
300 304,29 1,01417 3800 3855,09 1,01568
400 405,71 1,01411 3900 3956,66 1,01574
500 507,12 1,01406 4000 4058,23 1,01580
600 608,52 1,01402 4100 4159,81 1,01586
700 709,93 1,01398 4200 4261,40 1,01591
800 811,32 1,01396 4300 4362,99 1,01596
900 912,72 1,01394 4400 4464,58 1,01600
1000 1013,11 1,01394 4500 4566,18 1,01604
1100 1115,51 1,01394 4600 4667,79 1,01606
1200 1216,90 1,01396 4700 4769,39 1,01608
1300 1318,30 1,01398 4800 4871,00 1,01610
1400 1419,70 1,01401 4900 4972,61 1,01610
1500 1521,10 1,01404 5000 5074,22 1,01609
1600 1622,50 1,01409 5100 5175,83 1,01607
1700 1723,91 1,01413 5200 5277,44 1,01604
1800 1825,32 1,01419 5300 5379,04 1,01599
1900 1929,74 1,01425 5400 5480,64 1,01594
2000 2028,17 1,01431 5500 5582,23 1,01587
2100 2129,60 1,01438 5600 5683,82 1,01578
2200 2231,04 1,01445 5700 5785,40 1,01569
2300 2332,48 1,01452 5800 5886,97 1,01558
2400 2433,93 1,01460 5900 5988,52 1,01546
2500 2535,39 1,01468 6000 6090,07 1,01533
2600 2636,86 1,01476 6100 6191,60 1,01519
2700 2738,34 1,01483 6200 6293,12 1,01505
2800 2839,82 1,01491 6300 6394,63 1,01489
2900 2941,31 1,01499 6400 6496,12 1,01474
3000 3042,81 1,01507 6500 6597,59 1,01459
3100 3144,32 1,01515 6600 6699,05 1,01445
Lampiran 2. Tabel Pengambilan Data Metode Gayaberat
GRAVITY
MAGNETIC
GEOELECTRICAL RESISTIVITY
SEISMIC REFRAKSI
MICROSEISMIC
GROUND PENETRATING RADAR
MAGNETOTELLURIC
Supported by:
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7 | 20
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Bumi merupakan benda magnet raksasa, letak kutub utara dan selatan
magnet bumi tidak berhimpit dengan kutub geografis. Pengaruh kutub utara dan
selatan magnet bumi dipisahkan oleh katulistiwa. Intensitas magnet akan
maksimum di kutub dan minimum di katulistiwa. Metode Magnetik merupakan
salah satu metode geofisika yang umum di gunakan untuk eksplorasi ataupun
untuk penelitian. Metode magnetik memanfaatkan sifat magnetik dari suatu
batuan yang secara alami terpengaruhi oleh medan magnetik bumi. Metode
Magnetik dapat digunakan dalam eksplorasi mineral, survei potensi geothermal,
memperkirakan geologi secara regional.
I.2 Tujuan
Studi lapangan geomagnetik ini bertujuan untuk mengidentifikasi varriasi
batuan penyusun bawah permukaan area penelitian berdasarkan kontras
suseptibilitas. Secara khusus bagi peserta, studi lapangan ini bertujuan untuk
memberikan pengalaman di lapangan mengenai metode geomagnetik mulai dari
proses pengumpulan data, pengolahan dan interpretasi hasil.
I.3 Manfaat
Harapan dengan adanya studi lapangan dengan metode geomagnetik adalah
menambah pengalaman peserta dalam menerapkan teori dari metode magnetik
secara real di lapangan. Sementara, hasil studi geomagnetik sendiri berguna
sebagai tambahan informasi dalam rangka pendukung eksplorasi dari daerah
telitian.
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7 | 21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
M kH 0 (2.6)
Dimana,
k = kontras susceptibilitas magnetik k k 0
k 0 = susceptibilitas batuan rata–rata disekeliling material magnetik.
Intensitas medan magnet total dari bumi disekitar material yang termagnetisasi
adalah H :
H H 0 T (2.7)
Dimana:
H 0 = harga intensitas rata–rata medan magnetik bumi.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. titik pengukuran,
2. koordinat pengukuran (lintang, bujur dan ketinggian),
3. waktu pengukuran,
4. nilai yang terbaca pada alat seperti pada lampiran.
RECALL STORE READ
FIELD/TIME 7 8 9
FIELD TIME TUNE
STATION/DAY 4 5 6
OUTPUT AUTO ERASE
1 2 3
CLEAR SHIFT ENTER
0
Gambar 3.1 Bentuk tampilan pada console PPM
ENTER
Dalam memasukkan (day), (hour) dan (min) menggunakan angka yang tertera
seperti keterangan tampilan pada alat diatas. Pengaturan waktu sangat penting
karena akan digunakan dalam koreksi diurnal.
3. Pengaturan Kode Lintasan. Pengaturan kode lintasan di lakukan ketika mode
AUTO tidak aktif. Untuk mengubah nomor lintasan:
a. Tekan TIME, layar FIELD/TIME akan menampilkan waktu sebenarnya
dan layar STATION/DAY akan menampilkan nomor lintasan.
b. Tekan SHIFT untuk mengakses tombol angka. Maka akan didapatkan
tampilan pada layar STATION/DAY
c. Setelah memasukkan kode lintasan, tekan ENTER
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7 | 28
4. Tuning PPM. Proses Tuning alat digunakan untuk mendapatkan signal terkuat
dengan menyamakan reaksi dari alat dengan nilai pada lapangan. Langkah
dalam Tuning the magnetometer adalah :
TUNE SHIFT
+ +
ENTER
READ
TUNE
b. Kemudian indikator baterai akan menghilang dan akan terbaca nilai pada
alat antara 5-6 digit angka dan posisi stasiun data yang akan tampil selama
5detik.
67584.2 FIELD/ TIME
0 STATION/ DAY
c. Untuk menyimpan, tekan tombol STRORE ketika nilai masih tampil. Jika
menekan setelah tampilan hilang, maka pembacaan akan hilang dan tidak
tersimpan dan tampil pesan kesalahan.
d. Untuk menampilkan data yang telah tersimpan, tekan RECALL.
6. Menampilkan data dari memori alat
a. Menampilkan data dari penyimpanan terakhir. Untuk menampilkan data
dari penyimpanan terakhir dengan menekan tombol RECALL. Jika
menekan Tombol RECALL lagi, akan menampilkan data kedua dari
terakhir. Sedangkan dengan menekan tombol ENTER akan menampilkan
data yang terakhir.
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7 | 29
b. Menampilkan data secara acak. Jika memiliki data yang banyak akan
kesulitan jika harus menampilkan secara berurutan. Dengan menampilkan
data secara acak, akan memudahkan dalam pembacaan dengan
memasukkan 3 digit kode titik ukur. Adapun langkah yang digunakan
adalah:
RECALL SHIFT
ENTER
RECALL
ERASE
ERASE
b. Menghapus data secara acak. Untuk menghapus data secara acak, langkah
yang dilakukan adalah :
RECALL SHIFT
RECALL SHIFT
ENTER
ERASE ERASE
ENTER
CLEAR
9. Transfer data.
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7 | 31
ENTER
Gambar 3.2 Diagram alir pengolahan dan interpretasi data metode geomagnetik (Nella,
2013)
telah diukur (Gambar 3.3). Permukaan pengamatan dan elevasi yang tidak rata,
(3.3)
diarahkan dari ke (Gambar 3.3). Distribusi ganda memiliki bentuk yang sama
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7 | 35
sebagai penyebaran dipol magnetik, tapi hal ini tidak membatasi penerapannya
terhadap medan magnet, mewakili potensi lapangan apapun. Bentuk dan lokasi
harmonik di atas permukaan observasi, mendekati tak hingga, dan bidang yang
sama diamati setiap kali terletak pada permukaan observasi. Untuk 2 kondisi
pada persamaan 3.3 merupakan dasar untuk bidang potensi distribusi dipol.
(3.4)
pertama yaitu memilih model untuk unit vektor (yang belum tentu seragam)
dan permukaan . Kedua yaitu mencari solusi untuk , dan yang ketiga
(3.5)
ke suatu grid, sehingga integral permukaan dalam persamaan 3.3 dan 3.5 dapat
diganti dengan penjumlahan ganda. Penyebaran dipol dapat didekati dengan dipol
diskrit di persimpangan persegi dengan aspek dimana setiap aspek berpusat di
sekitar persimpangan grid dan memiliki momen dipol seragam (Blakely, 1995).
III.3.5 Kontinuasi ke atas
Anomali yang didapat setelah diproyeksikan ke bidang datar tersebut masih
merupakan gabungan antara anomali lokal dan anomali regional. Interpretasi
semestinya hanya dilakukan terhadap anomali lokal saja. Karenanya anomali lokal
harus dipisahkan dari anomali regional. Proses kontinuasi ke atas merupakan
proses dimana pemisahan anomali diperoleh dua hasil sekaligus, yaitu mereduksi
pengaruh topografi untuk kontinuasi yang tidak terlalu besar, dan menampakan
efek regional dari daerah pengukuran untuk kontinuasi yang besar.
Sifat potensial dari medan magnet dapat dihitung pada ketinggian tertentu
(dan dalam beberapa kasus di bawah ini) tingkat pengukuran. Prosedur yang
digunakan adalah upward continuation dari medan potensial. Hal ini merupakan
operasi filter. Mereduksi ke bidang atas dari bidang yang asli dapat mengurangi
pengaruh benda-benda yang dalam, sehingga menampakkan bidang regional.
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7 | 37
(3.6)
(3.7)
Dimana TMI adalah intensitas medan magnet total dan kontinuasi ke atas adalah
anomali regionalnya. Data anomali medan magnet total hasil kontinuasi kemudian
direduksi ke kutub dengan tujuan dapat melokalisasi daerah-daerah dengan
anomali maksimum tepat berada di atas penyebab anomali, sehingga dapat
memudahkan dalam melakukan interpretasi.
Sampai dengan langkah ini telah diperoleh data medan magnet total yang
sudah terbebas dari pengaruh diurnal, IGRF, topografi, dan medan regional,
sehingga hasil yang tersisa hanya akibat benda penyebab anomali saja.
III.3.6 Reduksi Ke Kutub
Reduksi ke kutub dilakukan dengan cara membuat sudut inklinasi benda
menjadi 90° dan deklinasinya 0°. Dari data hasil reduksi ke kutub ini dapat
dilakukan interpretasi secara kualitatif (Nurdiyanto, dkk., 2004). Reduksi ke kutub
didapatkan dari persamaan 3.8
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7 | 38
(3.8)
Dimana,
= inklinasi geomagnetik
= deklinasi geomagnetik
20°. Jika | ketetapannya lebih rendah dari | , itu adalah kumpulan . Reduksi
yang diterapkan ketika (D-) adalah θ/2 (dalam contoh angka gelombang
magnetik timur ke barat). Dengan menentukan lintang yang lebih tinggi untuk
koreksi amplitudo saja, masalah ini dapat dikurangi atau dihilangkan dengan
mengorbankan koreksi bawah amplitudo fitur utara-selatan. Inklinasi amplitudo
dari 90 penyebab hanya komponen fase yang diterapkan pada data (bukan koreksi
amplitudo), dan sebuah nilai 0 (nol) menyebabkan komponen fase dan amplitudo
diterapkan untuk semua rentang (range) (Geosoft, 2007). Semua metode yang
memerlukan perumusan dilakukan dengan bantuan bahasa pemrogaman Matlab
R2010.
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7 | 39
III.4 Interpretasi
Interpretasi merupakan tahap akhir dari metode magnetik. Dalam melakukan
proses interpretasi dibutuhkan pula peta geologi daerah penelitian untuk
mendapatkan litologi batuan yang berada di bawah permukaan. Interpretasi
sederhana dengan melihat nilai anomali magnetik baik yang rendah maupun yang
tinggi sesuai dengan objek yang akan diteliti. Sedangkan untuk penelitian lebih
lanjut menggunakan metode tertentu. Interpretasi dapat di bagi menjadi 2, yaitu
interpretasi kualitatif dan interpretasi kuantitatif.
1. Interpretasi secara kuantitatif berkaitan dengan analisa dari hasil pengolahan.
Bila memiliki nilai anomali yang tinggi, dapat diperkirakan pada daerah
tersebut terdapat banyak mineral magnetik. Sedangkan jika nilai anomalinya
kecil, maka pada daerah tersebut, mineral magnetiknya sedikit, ataupun daerah
tersebut berada pada suhu > 550°C.
2. Interpretasi kualitatif diperoleh dengan melakukan deskripasi dari pengolahan
lanjutan pada daerah yang memiliki anomali tertentu, agar didapatkan
gambaran lebih detail tentang bawah permukaannya
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7 | 40
DAFTAR PUSTAKA
GRAVITY
MAGNETIC
GEOELECTRICAL RESISTIVITY
SEISMIC REFRAKSI
MICROSEISMIC
GROUND PENETRATING RADAR
MAGNETOTELLURIC
Supported by:
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7 | 43
BAB I
PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
Studi lapangan menggunakan metode geolistrik memiliki tujuan yaitu
mengidentifikasi distribusi kontras resistivitas batuan di bawah permukaan dari
area penelitian dengan menggunakan metode geolistrik konfigurasi dipole-dipole.
Tujuan lainnya adalah mengkorelasikan hasil studi geolistrik konfigurasi dipole-
dipole dengan data studi geofisika lainnya dan didukurng data geologi area
penelitian.
I.3 Manfaat
Manfaat bagi peserta studi lapangan metode geolistrik konfigurasi dipole-
dipole yaitu diharapkan dapat memahami, menerapkan dan menjelaskan konsep
metode geolistrik secara baik. Sedangkan manfaat utama studi lapangan ini yaitu
diharapkan hasil penelitian dengan metode geolistrik ini dapat menjadi sumber
informasi yang terbarukan.
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7 | 44
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(2.1)
Dimana:
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7 | 45
R = hambatan (ohm)
ΔV = beda potensial (volt)
I = arus listrik (ampere)
(2.2)
(2.3)
(2.4)
(2.5)
(2.6)
(2.7)
Dimana:
V = beda potensial (volt)
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7 | 46
Gambar 2.3 Sumber Arus Dua Titik pada Permukaan Homogen Isotropis
(2.8)
(2.9)
(2.10)
Pada dua elektroda arus, maka beda potensial yang terjadi pada titik P (Gambar 3)
yang berjarak rA dari titik A dan rB dari titik B yang ditunjukkan pada persamaan
(2.12) adalah:
dan (2.11)
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7 | 48
(2.12)
Gambar 2.4 Beda Potensial Elektroda dari Dua Elektroda Sumber Arus pada Permukaan
Homogen Isotropis (Anonymous, 2008d).
Jika terdapat dua arus elektroda dan dua elektroda potensial, maka beda
potensial pada P1 dipengaruhi C1 dan C2 dengan jarak r1 dan r2. Hal ini juga terjadi
pada titik P2 yang dipengaruhi arus pada elektroda C1 dan C2 dengan jarak r3 dan r4
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4. Beda potensial yang terjadi pada
elektroda P1 dan P2 adalah (Telford et al, 1976):
(2.13)
(2.14)
(2.15)
(2.16)
Dengan:
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7 | 49
(2.17)
(2.18)
Kdd= (2.19)
(2.20)
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7 | 50
BAB III
METODE PENELITIAN
Gambar 3.2 Alur perpindahan elektroda arus dan potensial serta proyeksi datum di
bawah permukaan.
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7 | 52
dengan program Res2dinv. Pertama, pada menu utama Res2dinv pilih File, pilih
Read Data File (Gambar 3.1). Setelah memilih Read File Data buka file *.DAT
yang sudah dibuat sebelumnya. Jika tidak ada dialog box yang menyatakan
konfirmasi periksa ulang isi file data *.DAT yang sudah dibuat. Selanjutnya
melakukan inversi nilai resistivitas semu dengan memilih menu Inversion, pilih
Inversion Method and Settings dan pilih Choose Logarithm of Apparent
Resistivity (Gambar 3.2). Kemudian muncul kotak dialog Use logarithm of
apparent resistivity, terakhir pilih Use apparent resistivity (Gambar 3.3).
Gambar 3.2 Tampilan pilihan Inversion dan Inversion Methods and Settings.
III.4 Interpretasi
Interpretasi hasil dari hasil studi ini adalah dengan mendeskripsikan
penampang 2D sebaran resistivitas. Deskripsi ini perlu didukung oleh beberapa
data dan referensi yang terkait. Referensi yang digunakan biasanya berupa data-
data geologi permukaan yang berhubungan dengan area penelitian metode
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7 | 55
geolistrik. Selain itu, kajian dari data-data penyelidikan geofisika lainnya dapat
membantu interpretasi hasil. Korelasi awal yang biasa dilakukan adalah dengan
menterjemahkan nilai-nilai sebaran tahanan jenis dari penampang 2D tersebut
dengan tabel tahanan jenis acuan. Namun, untuk menentukan secara detail perlu
mengenal terlebih dahulu kondisi geologi lokal area penelitian. Hal ini, diperlukan
karena rentang nilai tahanan jenis acuan telah terklasifikasi sesuai jenis batuan dan
daerah pengendapannya. Oleh karena itu, perlu adanya catatan kondisi geologi
lokal saat akuisisi di lapangan berlangsung. Sebagai tambahan interpretasi hasil
perlu dilakukan pemodelan konseptual seperti membuat model sebaran lapisan
dari target baik dalam bentuk 2D maupun 3D. Pembuatan model ini bertujuan
untuk dapat mengidentifikasi dan memperjelas mekanisme target studi.
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7 | 56
DAFTAR PUSTAKA
GRAVITY
MAGNETIC
GEOELECTRICAL RESISTIVITY
SEISMIC REFRAKSI
MICROSEISMIC
GROUND PENETRATING RADAR
MAGNETOTELLURIC
Supported by:
W o r k s h o p G e o f i s i k a | 61
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Prinsip dasar metode seismik dapat dijelaskan sebagai berikut yaitu suatu
sumber gelombang dibangkitkan di permukaan bumi dengan menggunakan
beberapa metode yaitu pukulan jatuhan beban maupun ledakan. Karena sifat dari
material bumi yang elastik maka gelombang seismik yang terjadi akan dijalarkan
ke dalam bumi dalam berbagai arah. Pada bidang batas antar lapisan, gelombang
ini sebagian dipantulkan dan sebagian lain dibiaskan untuk diteruskan ke
permukaan bumi. Dipermukaan bumi gelombang tersebut diterima oleh
serangkaian detektor (geophone) yang umumnya disusun membentuk garis lurus
dengan sumber ledakan (profil line), kemudian dicatat/direkam oleh suatu alat
pencatat gelombang. Dengan mengetahui waktu tiba gelombang, jarak antar
geophone dan sumber ledakan, maka kondisi struktur lapisan geologi di bawah
permukaan bumi dapat diperkirakan berdasarkan besar kecepatan dan refleksi
penjalarannya.
I.2 Tujuan
Studi lapangan dengan menggunakan metode seismik ini bertujuan untuk
mengidentifikasi lapisan dangkal bawah permukaan area penelitian serta
mengkorelasikannya dengan metode geofisika dan tinjauan geologi daerah
tersebut.
I.3 Manfaat
Studi lapangan dengan metode seismik refraksi ini bermanfaat agar peserta
mampu memahami, menerapkan dan menjelaskan kaidah-kaidah seismik refraksi
baik dari segi akuisisi, pengolahan dan interpretasi hasil akhir. Selain itu, dari
studi ini diharapkan hasil identifikasi menggunakan metode ini mampu menjadi
sumber informasi yang bermanfaat.
W o r k s h o p G e o f i s i k a | 62
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan grafik hubungan jarak dan waktu tiba dapat kita tentukan harga
V1 (kecepatan gelombang pada medium 1), V2 (kecepatan gelombang pada
medium 2), Ti (waktu penggal atau intercept time ) dan Xo (jarak kritis). Maka kita
dapat tentukan
1 1 1
T= AB + BC + BC
V1 V2 V1
1 h 1 h
T= + X 2h tan ic + 1
V1 cos ic V 2 V1 cos ic
Persamaan diatas dapat kita sederhanakan menjadi :
X 2h
T V2 2 V1 2 (2.2)
V2 V1V2
2h XO V2 V1
Ti V2 2 V1 2 maka h . Harga Xo dapat kita tentukan
V1V2 2 V2 V1
X cos ( hd hu ) cos c
(2.3)
V2 V1
W o r k s h o p G e o f i s i k a | 65
X 2h
sin( c ) t ld , dimana t ld d cos c (2.4)
V1 V
1
Berdasarkan cara seperti diatas maka waktu rambat untuk penembakan arah O1 –
O arah penembakaan naik adalah
X
tu sin c t lu (2.5)
V1
2hd
Pada persamaan 2.5 terdapat t lu cos c . Mengingat waktu rambat untuk
V1
down dip dan up dip adalah sama. Maka dapat kita tulis untuk persamaan t d dan
t u adalah :
X V1
td t ld ; Vd (2.6)
Vd sin c
X V1
tu t lu ; Vu (2.7)
Vu sin c
Dimana Vd dan Vu sebagai kecepatan semu (apparent velocity). Sedangkan
besarnya kemiringan dan sudut kritisnya dapat dihitung berdasarkan hubungan
kedua persamaan , yaitu :
1 1 V1 1 V1 1 1 V1 1 V1
sin sin dan c sin sin (2.8)
2 Vd Vu 2 Vd Vu
Apabila sudut cukup kecil maka cos 1 dan sin I sehingga akan
diperoleh bentuk gelombang yang lebih sederhana yaitu :
V1
sin c ≈ sin c cos c
Vd
V1
sin c ≈ sin c cos c (2.11)
Vu
Sehingga
1 1 1
sin c V1
2 Vd Vu
1 1 1 1
≈
V2 2 Vd Vu
BAB III
METODE PENELITIAN
Gambar 3.1 Tampilan alat pengukur seismik refraksi Mc-Seis 3, geophone, dan kabel
ekstensi.
dapat terekam berkali-kali dari berbagai arah tembakan. Pada survei ini dilakukan
2 kali penembakan yaitu forward dan reverse pada setiap lintasan, seperti gambar
dibawah ini.
1 0 1 1 x a t t
Tf ' Tf
Tf Tr Tt
dan
2
Tr ' Tr
Tf Tr Tt
(3.2)
2
6. Membuat grafik x fungsi Tf ' atau x fungsi Tr ' . kecepatan perambatan
gelombang pada lapisan kedua dari kemiringan grafik ini, dihitung dengan
persamaan 3.3.
1
V2 (3.3)
Slope
Gambar 3.5 Flowchart teknik pengolahan data Hagiwara untuk metode seismik refraksi
W o r k s h o p G e o f i s i k a | 72
DAFTAR PUSTAKA
GRAVITY
MAGNETIC
GEOELECTRICAL RESISTIVITY
SEISMIC REFRAKSI
MICROSEISMIC
GROUND PENETRATING RADAR
MAGNETOTELLURIC
Supported by:
W o r k s h o p G e o f i s i k a | 74
Ibs-von Seht & Wohlenberg (1999) berpendapat bahwa mikrotremor adalah semua
getaran yang terjadi pada permukaan tanah dalam waktu yang singkat seperti
gempa atau ledakan yang mereka sebut sebagai seismic noise dengan sumber dan
tipe frekuensinya bermacam-macam, seperti gelombang laut/ombak, angin dan
juga oleh aktivitas manusia yang tinggi seperti perjalanan, mobilisasi ekonomi
dan aktivitas industri terutama di wilayah perkotaan.
Gambar II.1. Rekaman sinyal seismic noise tiga komponen (Lane, et.al., 2008)
Getaran alami dengan amplitudo kecil atau ambient noise pertama kali dianalisa
oleh Gutenberg pada tahun 1911 (Bonnefoy-Caludet et.al., 2006). Pada saat ini,
sinyal-sinyal noise tersebut telah digunakan untuk studi mikrozonasi dengan
menggunakan teknik Nakamura untuk mengukur dinamika relatif faktor
amplifikasi dan periode dominan/frekuensi dominan tanah (Nakamura, 1989).
Lermo et.al., 1993; 1994, mengatakan bahwa pada dasarnya prosedur teknik
Nakamura bergantung pada rekaman tiga komponen getaran alami. Periode
dominan tanah diperoleh dari rasio amplitudo spektral Fourier pada komponen
horizontal yang bergerak secara relatif terhadap komponen vertikal (Ovando-
Shelley, et.al., 2012).
Ada dua teori yang menerangkan terjadinya gelombang mikrotremor yaitu:
Teori pantai yang menyatakan bahwa gelombang mikrotremor berasal dari
aktivitas ombak yang memecah pantai yang curam.
W o r k s h o p G e o f i s i k a | 76
Teori siklon yang menyatakan bahwa gelombang ini berasal dari aktifitas angin
siklon di atas laut dalam.
Ini adalah teknik yang murah dan cepat yang memungkinkan pemetaan secara
rinci nilai frekuensi di daerah perkotaan (Mundepi & Mahajan, 2010; Parolai &
Galiana-Merino, 2006;. Parolai et al, 2001; Picozzi et al, 2009 dalam Mahajan,
et.al., 2012).
Mahajan et. al. (2012) mengikuti makalah Nakamura (1989), pada rasio spektral
komponen horisontal dan vertikal (HVSR) dari mikrotremor telah banyak
dimasukkan dalam mikrozonasi seismik dan studi efek tanah suatu tempat (Field
& Jacob, 1993;. Field et. al, 1995; Gosar, 2007; Riepl et. al, 1998; Yamanaka et.
al, 1994). Metode ini terbukti sangat sederhana dengan biaya murah dan
pengukuran dapat dilakukan setiap saat dan di setiap tempat serta frekuensi dasar
sedimen dapat langsung diperkirakan tanpa mengetahui geologi struktur bawah
tanah dan gelombang S. Hal ini diterima secara luas bahwa frekuensi puncak
HVSR mencerminkan frekuensi dasar sedimen (Bard, 1998; Gosar et al, 2008.;
SESAME, 2004).
Secara matematis frekuensi resonansi dasar pada suatu lokasi dapat ditentukan
dari rasio komponen horizontal dan komponen vertikal spektrum getaran alami
tanah dimana ω adalah frekuensi sudut (Nakamura, 1989 dalam Lane, dkk.,2008).
.......................................................................2.4
W o r k s h o p G e o f i s i k a | 79
Nakamura (1989) dalam Winoto (2010) memiliki tiga hipotesis utama dalam
merumuskan metode ini yaitu:
a. Ambient noise atau bunyi alami ditimbulkan oleh refleksi dan refraksi
gelombang shear dalam lapisan tanah dangkal dan oleh gelombang
permukaan S.
b. Sumber noise lokal tidak mempengaruhi ambient noise pada bagian
bawah struktur yang tidak terkonsolidasi.
c. Lapisan tanah yang rapuh/soft tidak menguatkan komponen vertikal dari
ambient noise.
Efek lokal (site effect) karena geologi permukaan utamanya digambarkan sebagai
spektral rasio (SR) antara komponen horizontal rekaman gelombang gempa pada
lapisan permukaan yang lunak (HS) dan komponen horizontal pada batuan dasar
(HB) (Mirzaoglu dan Dýkmen, 2003).
.......................................................................................................2.5
Asumsi yang diterapkan dalam metode ini ada lima asumsi yang diberikan oleh
Mirzaoglu dan Dýkmen (2003) adalah:
a. Mikrotremor mengandung beberapa gelombang tetapi khususnya gelombang
Rayleigh menyebar pada lapisan permukaan yang lunak di atas lapisan batuan
yang keras/kaku.
W o r k s h o p G e o f i s i k a | 80
...................................................................................................2.6
.......................................................................................................2.7
................................................................................................2.8
Nakamura (1997), mengatakan bahwa titik rusak akibat gerakan gempa adalah
titik lemah yang diungkapkan oleh gempa itu sendiri. Jika titik lemah diselidiki
terlebih dahulu, maka memungkinkan untuk memperkuat struktur sebelum
mengalami kerusakan akibat gempa. Terjadinya kerusakan gempa tergantung pada
kekuatan, periode dan durasi gerakan seismik. Parameter ini, tentu saja,
tergantung pada gempa itu sendiri, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh respon
karakteristik seismik permukaan tanah dan struktur. Oleh karena itu titik lemah
dapat ditemukan dengan menyelidiki karakteristik seismik permukaan tanah dan
struktur.
Menurut Edwiza & Novita (2008), secara garis besar tingkat kerusakan akibat
gempa bergantung dari kekuatan dan kualitas bangunan, kondisi geologi,
geotektonik lokasi bangunan, percepatan getaran tanah dan tingkat kerentanan
seismik di suatu lokasi gempa bumi. Calvi, Pinho, Magenes, Bommer, Restrepo-
Vélez, and Crowley (2006) berpendapat bahwa kerentanan seismik struktur
digambarkan sebagai kerentanan terhadap kerusakan oleh getaran tanah dari
intensitas tertentu.
2.9
Dimana:
Kg = Indeks kerentanan seismik
A0 = Faktor amplifikasi
f0 = Frekuensi dominan
2. 10
Percepatan dan intensitas akibat getaran gempa bumi merupakan dua parameter
yang saling berhubungan. Kedua parameter ini sangat penting dalam perencanaan
bangunan tahan gempa. Percepatan tanah adalah percepatan gelombang yang
sampai ke permukaan bumi dengan satuan cm/s2 (gal) dan diukur dengan alat
yang disebut accelerograph. Edwiza (2008) menulis bahwa secara umum model
empiris percepatan tanah dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
Model Empiris menggunakan data historis gempa bumi, diantaranya sbb:
Formula Empiris Mc. Guirre R.K (Douglas, 2001) ditulis sebagai berikut :
2.11
Dimana:
α = percepatan tanah pada permukaan (gal)
2.14
Dimana:
= percepatan tanah yang akan dicari (cm/s2)
Model empiris yang menggunakan data historis gempa bumi dan data periode
dominan tanah yang merupakan hasil pengukuran di lapangan dengan
menggunakan alat micrometer adalah formula empiris Kanai (Douglas, 2011)
W o r k s h o p G e o f i s i k a | 85
Parameter gempa bumi yang dibutuhkan dalam perhitungan metode ini adalah
magnitudo gempa dan jarak episenter, sedangkan harga periode dominan
merupakan karakteristik tanah yang diperoleh dari pengukuran di lapangan. Harga
periode dominan tanah dapat dicari dengan cara melakukan pengukuran
mikrotremor (Teddy, 2008 dalam Febriani, 2012), maka nilai percepatan tanah
maksimum dapat dihitung dengan menggunakan formula Kanai:
2.16
Dimana:
2.16a
2.16b
Dimana:
T= Periode gelombang gempa (s)
T0= Periode dominan tanah titik pengukuran (s)
G (T) = Faktor perbesaran
2.17
Dimana:
g = Nilai percepatan getaran tanah titik pengamatan (gal)
Tg = Periode dominan tanah titik pengamatan (s)
W o r k s h o p G e o f i s i k a | 86
M = Moment magnitude
R = Jarak hiposenter (km)
trigonometry. Oleh karena itu, harus mengubah latitude (titik ukur) menjadi
2.18
Untuk menghitung jarak dan azimuth akan tepat bila menggunakan cosinus garis
geosentris dari stasiun dan episenter. Anggap (positif untuk belahan bumi
bagian utara dan negatif nilainya untuk belahan bumi bagian selatan) menjadi
latitude dan (titik ukur) menjadi longitude ( dihitung positif dari arah Greenwich
ke timur dan bervariasi nilainya antara 0o hingga 360o). Cosinus garis geosentris
2.19
Nilai peak ground acceleration dengan menggunakan metode Kanai dapat diplot
grafik hubungan antara nilai PGA, jarak episenter, periode dominan tanah, serta
magnitudo yang digunakan dalam persamaan metode Kanai
(1975) dan direvisi oleh Wald (1999) dalam Edwiza dan Novita (2008), yang
dirumuskan dengan :
IMM = 3,66 logα −1,66 2.22
Dimana:
IMM = intensitas gempa menurut skala MMI
α = percepatan tanah maksimum (gal)
Data gempa
Spesifikasi data gempa diperoleh dari USGS dan BMKG yakni gempa diambil
dalam kurun waktu 50 tahun antara tahun 1963-2013 dengan magnitudo gempa ≥
3. Data gempa ini akan digunakan untuk perhitungan nilai PGA.
tanah di titik tersebut itulah yang merupakan nilai PGA pada titik itu,
DAFTAR PUSTAKA
Aki, K. 1957. Space and Time Spectra of Stationary Stochastic Waves, with
Special Reference to Microtremors. Earthquake Research Institute,
Vol.XXXV, Part 3.
Apostolidis, P., Raptakis, D., and Pitilakis, K. 2004. The Use of Microtremors for
the Definition of Soil Properties and Bedrock Depth in an Urban Area. 13th
World Conference on Earthquake Engineering. Vancouver, b.c., Canada,
Paper no. 2770
Bard, P., 1998. Reliability of the H/V Techniques for Site Effects
Measurements:An Experimental Assesment, Proceeding of the Second
International Symposium Effect of the Surface Geology On Seismic Motion,
Yokohama, Japan, Vol. I , pp. 1251-1254.
Calvi, G. M., Pinho, R., Magenes, G., Bommer, J.J., Restrepo-Vélez, L.F and
Crowley, H., 2006. Development of Seismic Vulnerability Assessment
Methodologies Over the Past 30 Years, ISET Journal of Earthquake
Technology, Paper No. 472, Vol. 43, No. 3, pp. 75-104
Douglas, J., 2001. Ground Motion Estimation Equation 1964-2003, Imperial
College of Science, Technology and Medicine Civil Engineering
Department London .
Douglas, J., 2011. Ground Motion Prediction equations 1964-2010, Pacific
Earthquake Engineering Research Center College of Engineering.
University of California, Berkeley.
Edwiza, D., & Novita, S., 2008. Pemetaan percepatan tanah maksimum dan
Intensitas Seismik Kota Padang Panjang Menggunakan Metode Kanai,
Laboratorium Geofisika Jurusan Teknik Sipil Unand.
W o r k s h o p G e o f i s i k a | 91
Edwiza, D., 2008. Analisis Terhadap Intensitas dan Percepatan Tanah Maksimum
Gempa Sumbar, No. 29 Vol.1 Thn. XV, ISSN: 0854-8471
Febriani, Y. 2012. Pemetaan Nilai Peak Ground Acceleration (PGA) dengan
Menggunakan Metode Kanai di Kota Bengkulu. Tesis S2 Jurusan Fisika
FMIPA-UGM, Yogyakarta
Güllü, H., 2012. Prediction of peak ground acceleration by genetic expression
programming and regression: A comparison using likelihood-based
measure, Engineering Geology 141–142 (2012) 92–113
Hadi, A. I., Farid, M. & Fauzi, Y., 2012. Pemetaan Percepatan Getaran Tanah
Maksimum dan Kerentanan Seismik Akibat Gempa Bumi untuk
Mendukung Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota Bengkulu.
SIMETRI, Jurnal Ilmu Fisika Indonesia Volume 1 Nomor 2 (D)
http://www.engineeringtown.com, 2013, tanggal akses 10 Maret 2013.
Ibs-von Seht, M.,Wohlenberg, Jt., 1999. Microtremor Measurements Used to Map
Thickness of Soft Sediments, Bulletin of the Seismological Society of
America, Vol. 89, No. 1, pp. 250-259
Lane, J.W., Jr., White, E.A., Steele, G.V., and Cannia, J.C., 2008. Estimation of
bedrock depth using the horizontal-to-vertical (H/V) ambient-noise seismic
method. Symposium on the Application of Geophysics to Engineering and
Environmental Problems, April 6-10, 2008, Philadelphia, Pennsylvania,
Proceedings: Denver, Colorado, Environmental and Engineering
Geophysical Society, 13 p.
Lermo, J., & Chavez-Garcia, F., 1994. Are Microtremors Useful in Site Response
Evaluation?, Bulletin Of the Seismological Society of the America, pp.1350-
1364.
Leyton, F., Ruiz, S., Sepúlveda, S.A., Contreras, J.P., Rebolledo, S., Astroza, M.,
2013. Microtremors' HVSR and its correlation with surface geology and
damage observed after the 2010 Maule earthquake (Mw 8.8) at Talca and
Curicó, Central Chile, Engineering Geology 161, 26–33
Mahajan, A. K., Mundepi, A.K., Chauhan, N., Jasrotia, A.S., Rai, N., Gachhayat,
T. K., 2012. Active seismic and passive microtremor HVSR for assessing
site effects in Jammu city, NW Himalaya, India-A case study, Journal of
Applied Geophysics 77, 51–62
III.4 Malang post, 2009a. Kampung Ledok Dihantui Tanah Bergerak. Malangpost
online, 1 Pebruari 2009.
III.5 Malang post, 2009b. Waspadai Bendungan Karangkates. Malangpost online,
30 Maret 2009
Mirzaoglu, M., and Dýkmen, Ü. 2003. Application of microtremors to seismic
microzoning procedure. Journal of the Balkan Geophysical Society, Vol. 6,
No. 3, p. 143 – 156, 13 figs., 1 tab.
Morelli, T. A. 2013. Depth to Bedrock Estimations Using the H/V Spectral Ratio
in the San Joaquin Valley. The Faculty of the Natural Resources
W o r k s h o p G e o f i s i k a | 92
GRAVITY
MAGNETIC
GEOELECTRICAL RESISTIVITY
SEISMIC REFRAKSI
MICROSEISMIC
GROUND PENETRATING RADAR
MAGNETOTELLURIC
Supported by:
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Metode georadar/ground penetrating radar merupakan metode geofisika
yang mampu memproduksi image dengan resolusi tinggi bawah permukaan secara
dangkal (shallow-subsurface). Seperti metode geofisika lainnya, metode ini sangat
bermanfaat untuk mendeteksi adanya anomali benda yang konduktif di bawah
permukaan seperti gorong-gorong, pipa, atau peninggalan benda bersejarah.
I.2 Tujuan
Studi lapangan menggunakan metode georadar / ground penetrating radar
bertujuan untuk
1. Mengidentifikasi kontras konduktivitas batuan penyusun bawah permukaan
pada area penelitian.
2. Mengkorelasi visual kontras konduktivitas dengan metode geofisika lainnya
yang didukung oleh tinjauan geologi lokal maupun regional dari area
penelitian
I.3 Manfaat
Studi lapangan dengan metode georadar ini bermanfaat bagi peserta yaitu
agar peserta mampu memahami, menerapkan dan menginterpretasikan hasil
identifikasi kondisi bawah permukaan menggunakan metode georadar.
Selanjutnya, hasil dari studi ini mampu memberikan pengaruh besar yaitu sebagai
tambahan informasi yang bermanfaat terhadap kajian-kajian yang serupa.
W o r k s h o p G e o f i s i k a | 95
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sedangkan daya koefesiensi refleksi sama dengan R2. maka amplitudo koefisien
refleksi diberikan:
(2.1)
Dimana,
V1 : kecepatan gelombang radar pada lapisan 1
V2 : kecepatan gelombang radar pada lapisan 2 (V1< V2)
1 dan 2 : kontanta dielektrik relatif(r) dari lapisan 1 dan lapisan 2
Pada persamaan 2.2 dituliskan persamaan Maxwell yaitu menjelaskan suatu
persamaan dasar gelombang radar dari gelombang elektromagnetik pada radiasi
antena energi frekuensi radio.
2 E 2E iE 0 (2.2)
dimana :
E : Vektor medan listrik (V/m)
: 2πf ( Frekuensi Angular (rad/s) = frekuensi (Hz)
0 : Permitivitas listrik dalam ruang vakum
r : Konstanta dielektrik relatif dari medium
: Permitivitas listrik medium ( = 0 × r F/m )
μ : Permeabilitas magnetik relatif ruang vakum (4π ×10-7 H/m)
: Konduktivitas listrik (S/m)
Jika pada gelombang bidang yang merupakan karakteristik bentuk muka
gelombang (wavefront) radar mempunyai solusi seperti pada persamaan 2.3 di
bawah ini.
E E0 e ikz , k 2 i 2 (2.3)
Kecepatan gelombang radar melalui bahan akan tergantung kepada jenis
bahan dan merupakan fungsi dari permitivitas relatif bahan. Kecepatan gelombang
radar dalam material (Vm) diberikan oleh persamaan 2.4 ( Reynolds, 1997).
Dimana c adalah kecepatan cahaya di udara, r adalah konstanta dielektrik relatif
dan permeabilitas magnetik relatif (= 1 untuk material non magnetik), P
merupakan loss faktor dengan P/.
W o r k s h o p G e o f i s i k a | 97
c
Vm
r r
1 P 1
2 (2.4)
2
Menurut MALA GeoScience, 1997 pada Tabel 2.1 diperlihatkan rentang
harga kecepatan gelombang radar melalui beberapa bahan. Sedangkan hubungan
antara besar frekuensi antena radar yang digunakan terhadap kemampuan
menembus target kedalaman dapat di lihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.1 Kecepatan dan Konstanta Dielektrik berbagai medium (Davis, et al., 1989)
beton dengan frekuensi antena 1000 MHz atau juga dapat mendeteksi pipa berisi
kabel yang hanya berdiameter 10 cm, dimana hal ini sulit dilakukan dengan
metoda seismik karena panjang gelombang seismik umumnya berkisar lebih dari
50 m.Kemampuan penetrasi GPR bergantung pada frekuensi sinyal sumber,
efisiensi radiasi antena dan sifat dielektrik material. Sinyal radar dengan frekuensi
yang tinggi akan menghasilkan resolusi yang tinggi, tetapi kedalaman
penetrasinya lebih terbatas (Davis dan Anan, 1989).
Pada suatu sistem radar akan terdiri dari sebuah pembangkit sinyal, antena
transmisi dan sebuah antena penerima yang berfungsi untuk merekam keluaran
yang dihasilkan. Cara kerja radar yaitu mulai dari input/masukan pada antena
transmisi dan berakhir dengan keluaran/output dari antena penerima merupakan
suatu sistim linier. Linieritas ini akan menjelaskan beberapa fenomena dan
peristiwa elektromagnetik yang terjadi antara dua antena (misalnya propagasi
gelombang sepanjang antena pemancar, radiasi, atenuasi, transmisi dan refleksi
dari suatu target). Antena transmisi membangkitkan gelombang radio yang
berjalan dengan kecepatan tinggi, waktu perambatan (travel time) dari gelombang
radio yang ditransmisikan melewati medium dan selanjutnya kembali ke antena
penerima berorde nano detik (ns). (Kong et al.,1995)
W o r k s h o p G e o f i s i k a | 99
BAB III
METODE PENELITIAN
Gambar 3.1 Peralatan GPR Future 2005 yang terdiri dari : a. Tongkat penghubung probe,
b. Buetooth dongle, c. Control unit, d. Probe horisontal dan vertikal, e. Headphone, f.
Battery Charger, g. Baterai, dan h. Kabel eksternal dari baterai ke control unit.
dan rongga (cavity). GPR tipe Future 2005 terdiri dari beberapa bagian, antara
lain,
1. 1 buah control unit sebagai pemancar gelombang,
2. Probe terdiri dari 1 buah probe horizontal dan 1 buah probe vertikal.
Penggunaan probe didasarkan pada kebutuhan untuk probe horisontal,
detektor berada sepanjang probe biasanya untuk pencarian logam dan cavity.
Probe vertikal sensornya berada di salah satu ujung probe, biasanya digunakan
untuk survei pencarian perhiasan, senjata yang hilang;
3. 1 batang penghubung linkage for probe,
4. 1 buah USB Bluetooth Dongle,
5. 1 buah External Power Supply,
6. 1 buah charger untuk external Power Supply, dan
7. 1 buah headphones.
Untuk mempermudah pengambilan dan mendapat data yang baik maka
perlu ditentukan luasan yang jelas. Perlu adanya titik base yang berada dititik
awal, Lintasan pengambilan data (pengambilan data menggunakan probe
horizontal) lintasan harus lurus dan kecepatan langkah kaki operator pembawa
probe harus konstan. Perpindahan lintasan 1 ke lintasan berikut dari kanan ke kiri
yang ditunjukkan Gambar 3.2.
Gambar 3.3 Tampilan Perangkat Lunak Visualizer 3D ketika GPR sudah tersambung
dengan komputer (personal computer).
W o r k s h o p G e o f i s i k a | 102
7. Setelah data dirasa cukup bagus dengan kecepatan scanning yang stabil, maka
kita bisa melakukan intepretasi dengan melihat anomali-anomali yang ada
berdasarkan warna-warna yang ditampilkan.
Gambar 3.4 Contoh penampang anomali benda konduktif dan cavity dapat dikenali
dengan mudah (OKM GmbH, 2014).
W o r k s h o p G e o f i s i k a | 103
(a) (b)
Gambar 3.5 Contoh penampang dari perangkat lunak Visualizer 3D untuk menentukan
titik kedalaman target dengan menggunakan line of depth (1) dan cross hair (2).
Gambar 3.6 Arah line pengambilan data (atas) dan hasil scanning dalam visual 2D
(bawah).
6 atas merupakan ilustrasi arah line pengambilan data. Sedangkan untuk contoh
tampilan data berupa 2D yaitu pada Gambar 6 bawah , dan interpretasi data
(Gambar 8) untuk mendeteksi gorong-gorong.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1 Contoh catatan akuisisi metode GPR di lapangan
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7| 107
GRAVITY
MAGNETIC
GEOELECTRICAL RESISTIVITY
SEISMIC REFRAKSI
MICROSEISMIC
GROUND PENETRATING RADAR
MAGNETOTELLURIC
Supported by:
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7| 108
DASAR TEORI
Magnetotellurik merupakan metode sounding yang mengukur secara pasif
medan elektromagnetik alam yang dipancarkan oleh bumi. Medan listrik ( ) dan
sebagai akibat dari variasi medan elektromagnetik alami bumi yang bergantung
pada sifat kelistrikan terutama konduktivitas medium. Arus ini ditangkap oleh
sensor medan listrik dan medan magnet kemudian dirubah menjadi gelombang
elektromagnet yang terpolarisasi pada bidang medan magnet dan medan listrik
pada arah horizontal (arah xy), sedangkan merambat pada arah vertikal (arah z).
Hasil nilai amplitudo dari komponen horizontal medan listrik dan medan
magnet yang saling tegak lurus yang menjalar di permukaan, kemudian hasil nilai
frekuensi yang bervariasi sehingga dihasilkan variasi nilai resistivitas setiap
kedalaman (resistivitas semu). Berikut rumus resistivitas :
ρ = 0,2T
AKUISISI DATA
Proses akuisisi data awal dengan menempatkan alat magnetotellurik sesuai
dengan arah kompas, ada bagian yang menghadap utara, selatan, timur dan barat.
Setelah posisi yang sesuai atau lebih tepatnya menanam porospsot sebagai medan
listrik ke arah utara, selatan, timur dan barat. Setelah porospot sudah ditanam
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7| 109
maka selanjutnya kita letakkan 1 coil medan magnet di antara kedua porospot,
misalnya antara porospot utara timur. Dimana coil medan magnet sebanyak 3 pada
arah sejajar dengan permukaan, dan 1 dengan arah tegak lurus dengan permukaan.
Perlu diingat di sini antara kedua porospot atau sering dikenal sebagai kuadran,
tidak boleh ditempati 2 coil dan hanya boleh ditempati 1 coil saja. Setelah
porospot sebagai medan listrik dan coil sebagai medan magnet terpasang, maka
tahap selanjutnya kita hubungkan dengan aki sebagai sumber daya. Kemudian
sebelum menjalankan alat, kita perlu mensetting GPS untuk menentukan titik
apakah sesuai dengan desain survai yang sudah kita rencanakan. Setting GPS di
alat juga perlu dilakukan supaya kita bisa mendapatkan data GPS juga pada alat.
Proses selanjutnya dilakukan akuisisi data dengan mensetting frekuensi
energi yang digunakan, yaitu 64596 Hz frekuensi tinggi (HF), 4096 Hz frekuensi
tinggi (HF) dan 128 Hz frekuensi rendah (LF). Proses selanjutnya mensetting
waktu akuisisi data, lama akuisisi tergantung apa yang akan dicari. Selama proses
akusisi diperlukan pengawasan disekitar sensor medan magnet dan medan listrik
PROSESING DATA
Prosesing data dilakukan dengan 2 software, yaitu software mapros dan software
WinGlink. Pada prinsipnya software mapros mengubah data time series menjadi
domain frekuensi dengan Fast Fourier Transform (FFT ). Pada penelitian ini
menggunakan 3 frekuensi energi , yaitu 64536 Hz, 4096 Hz, dan 128 Hz. Berikut
merupakan hasil time series frekuensi 64536 Hz :
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7| 110
Gambar di atas merupakan hasil data time series sudah diproses menjadi data
domain frekuensi pada frekuensi energi 64536 Hz. Hasil data ini menunjukkan 3
parameter yang dihasilkan, yaitu amplitudo (mV), fase, dan frekuensi (Hz).
Frekuensi yang dihasilkan harus mengikuti prinsip Nyquist, dimana frekuensi
yang dihasilkan harus ½ dari frekuensi sampling.
Proses selanjutnya yaitu mengeksport data tersebut ke file edi yang
kemudian dilakukan pemodelan dua dimensi. Proses awal pada sofware WinGlink
sebelum dilakukan pemodelan, data dilakukan koreksi statik pada setiap titik
terlihat kurva TE (warna merah) dan TM (warna biru) tidak saling berhimpit ini
dikarenakan distorsi. Setelah dilakukan koreksi statik (2) terlihat kurva TE (warna
merah) dan TM (warna biru) saling berhimpit, ini sesuai dengan konsep
elektromagnet.
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7| 112
Proses selanjutnya yaitu membagi lapangan pengukuran menjadi 3
line, dimana setiap line terdiri dari beberapa titik (sudah dikoreksi statik). Berikut
resistivitas dari masing – masing line. Proses pemodelan dilakukan dengan inversi
seragam, tetapi setelah dilakukan proses inversi (4) dihasilkan variasi nilai
INTERPRETASI DATA
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7| 114
5, SUN 4 dan SUN 2. Line C dimulai dari titik MT 09 sampai titik SUN 2, berarah
dari utara ke selatan. Hasil pemodelan resistivitas 2-D, secara umum terlihat dua
sebaran resistivitas utama. Pola resistivitas rendah dengan rentan nilai antara 4 –
resistivitas sedang dengan rentan nilai 128 - 1024 ditunjukkan dengan warna
timur laut mencapai kedalaman 1250 m di bawah titik pengukuran SUN 2. Pola
Daftar Pustaka
Aswan M, Sampurno J, dan Putra Y.S, 2014. Studi Rembesan Polutan Sampah
berdasarkan Metode Konduktivitas Elektromagnetik disekitar Tempat
Pembuangan Akhir ( TPA ) Batulayang Kota Pontianak, Prisma Fisika. Vol.
2(1) : 23-26
Budiono K, Handoko, Hermawan U, dan Godwin, 2010. Penafsiran Struktur
Geologi Bawah Permukaan di Kawasan Semburan Lumpur Sidoarjo ,
Berdasarkan Penampang Ground Penetrating Radar ( GPR ), Jurnal Geologi
Indonesia.Vol. 5(3) : 187-195
Erdiansyah E, Iryanti M, dan Wardhana D.D, 2015. Identifikasi Struktur bawah
Permukaan dengan Menggunakan Metode magnetotellurik Daerah Sekitar
Bogor Jawa Barat sebagai Potensi Sistem Hidrokarbon, Fibusi (JoF). Vol
3(1) : 1-10
Fitrida S.M, Sampurno J, Ivansyah O, dan Kholid M, 2015. Identifikasi Struktur
Bawah Permukaan Berdasarkan Metode Magnetotellurik di Kawasan Panas
Bumi Wapsalit Kabupaten Buru Provinsi Maluku. POSITRON. Vol. 5(1) :
`11 - 18
Gaol K.L, Nur A.A dan Sendjaja Y.A, (2016). Pendekatan Geofisika untuk
Menemukan Aliran Air Bawah Permukaan ke Lokasi Semburan Lumpur
Panas di Wilayah Porong Provinsi Jawa Timur.
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:6vMZ3Y0yJmsJ:
sminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp
content/uploads/2016/07/1.3.pdf+&cd=1&hl=en&ct=clnk&gl=id.25
Desember 2016
Griffiths D.J, 1999. Introduction to Electrodynamics. 3rd ed. Prentice Hall
Upper Saddle River, New Jersey 07458
Gunawan D, dan Juwono F.H, 2012 Pengolahan Sinyal Digital. Graha Ilmu. Ruko
Jambusari, Yogyakarta 55283
Hardini P, Zaenudin A, dan Handoyo R, (2016) Penerapan Koreksi Statik Time
Domain Eelectromagnetic (TDEM) pada data Magnetotellurik (MT) untuk
Pemodelan Resistivitas Lapangan Panas Bumi “SS”.
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:3kXbDiRCfNIJ:download.portalgaruda.org/article.php%3Farticle
%3D329834%26val%3D7701%26title%3DPENERAPAN%2520KOREKSI
%2520STATIK%2520TIME%2520DOMAIN%2520ELEKTROMAGNETIK
%2520(TDEM)%2520%2520%2520PADA%2520DATA
%2520MAGNETOTELLURIK%2520(MT)%2520%2520UNTUK
W o r k s h o p G e o f i s i k a 2 0 1 7| 116
%2520PEMODELAN%2520RESISTIVITAS%2520%2520LAPANGAN
%2520PANAS%2520BUMI%2520%25C3%25A2%25E2%2582%25AC
%25C5%2593SS
%25C3%25A2%25E2%2582%25AC+&cd=2&hl=en&ct=clnk&gl=id. 25
Desember 2016.
Heditama D.M, 2011. Pemrosesan data Time Series pada Metode Magnetotellurik
(MT) menjadi data Resistivitas Semu dan Fase menggunakan MATLAB,
Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam Univesitas Indonesia.
Indrawati R, 2016. Analisa Struktur Bawah Permukaan daerah Porong Sidoarjo
berdasarkan Data Gaya Berat. Universitas Lampung.
Kusumawardani K, 2014. Penggunaan data Time Domain Eelectromagnetic
(TDEM) dalam mereduksi efek statik pada data Magnetotellurik (MT)
daerah prospek panas bumi lapangan “UB”. Fakultas Mipa, Universitas
Brawijaya Malang.
Lembar Mojokerto, 1985. http://www.bandgis.com/2016/08/peta-geologi-
mojokerto-lembar-mojokerto.html
Maruly R, 2016. Analisis data resistivitas untuk identifikasi
fluidadi daerah prospek panas bumi Way Ratai kabupaten Pesawaran.
Fakultas Teknik.universitas Lampung.
Satrio A, dan Koesuma S, 2012. Identifikasi Panas Bumi daerah Ngijo dan
Pablengan Karanganyar Menggunakan Metode Audio Magnetotellurik.
Indonesian Jounal of Applied Physics. Vol. 2(2) : 198-204
Setiadi I, Darmawan A, dan Marjiyono, 2016. Pendugaan Struktur Geologi Bawah
Permukaan Daerah Terdampak Lumpur Sidoarjo (Lusi) Berdasarkan Analisis
Data Geomagnet. Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi. Vol. 7(3) : 125-
134
Setiyawan T, dan Utama W, 2016. Interpretasi Bawah Permukaan Daerah Porong
Sidoarjo Dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Untuk Mendapatkan
Bidang Patahan. http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:y6uA2smBNEQJ:digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13448.
25 Desember 2016