Anda di halaman 1dari 19

METODE GRAVITASI

TUGAS KELOMPOK PRESENTASE

DOSEN PENGAMPUH : IR. EMI PRASETYAWATI UMAR, S.SI., M.T., IPP.


KOORDINATOR : SUFRIADIN/09320190194/C1
WAKIL KOORDINATOR : MUH. ALDI PUTRA ROSDIN/09320180234/C6
ANGGOTA : NIRA LA BAUCE/09320190001/C1 (Pemateri)
MUH. MAHRUS NASIR/09320180249/C6 (Pemateri)
RIVAL WAHYU PUTRA/09320180239/C6 (Moderator)
VITA MEILANI/09320190177/C1 (Notulen)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 latar belakang


Indonesia memiliki banyak potensi tambang mineral baik itu mineral logam
maupun non logam. Hal ini membuat banyak industri tambang melakukan
eksplorasi terhadap mineral Indonesia. Mineralisasi emas di Indonesia terbentuk
dibusur andesitik yang aktif pada rentang waktu 20-30 juta tahun yang lalu. Dari
hasil penelitian sebelumnya mengatakan bahwa terdapat 15 busur megnetik, 7
diantaranya adalah teridentifikasi berpotensi emas dan tembaga dan 8 lainya belum
di ketahui. Temuan ini menunjukan potensi yang umum berupa porphyry coppergold
mineralization, gold-silver-barite base metal mineralization, law sulpidation
epithermal mineralization dan sediment hosted.
Oleh karena itu diperlukan survey dalam analisis memanfaatkan potensi
mineral tersebut dengan menggunakan metode geofisika. ilmu geofisika dimulai
dengan adanya penemuan mengenai teori sifat magnetic bumi oleh Gilbert dan teori
gravitasi oleh Newton. Geofisika sendiri memiliki arti yang berhubungan dengan
fisika bumi dan atmosfer yang menyusunnya. Salah satu dari metode dalam geofisika
adalah metode gravitasi. Pada awalnya metode ini digunakan untuk mengetahui
keadaan struktur bawah permukaan serta aktifitas gunung berapi. Pada
perkembangannya metode gravitasi menjadi metode geofisika pertama yang
digunakan di eksplorasi minyak dan gas alam. Metode gravitasi merupakan
pengukuran terhadap variasi medan gravitasi bumi di akibatkan oleh adanya
perbedaan densitas yang kemudian dikenal sebagai anomali gravitasi. Medan
gravitasi rata-rata dibumi sebesar 9,8 m/s 2 atau 980,000 mgal. Semua benda yang
berada di sekitar bumi akan mempengaruhi hasil pengukuran gravitasi. Termasuk
keberadaan struktur geologi maupun intrusi batuan beku yang dapat mempengaruhi nilai
medan gravitasi hingga beberapa miligal. Oleh karena itu dibutuhkan suatu metode geofisika
dengan ketelitian yang tinggi untuk mengidentifikasi struktur geologi dan batuan intrusif.
Metode gravitasi diharapkan dapat mengidentifikasi sesar sebagai pengontrol zona
mineralisasi pada daerah prospek emas, juga tubuh intrusi sebagai pemasok larutan
hidrotermal, yang kemudian proses analisa interest zone dapat diintegrasikan dengan
menggunakan metode geofisika lainnya

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Dasar Metode Gravitasi


Metode gravitasi adalah hukum Newton tentang gaya tarik menarik antar
partikel. Dari besar gaya tarik-menarik yang kita dapatkan, kita dapat mengetahui
besar medan yang mempengaruhi alat pengukur yang digunakan. Metode gravitasi
termasuk kedalam metode geofisika pasif. Disebut pasif karena sumbernya berasal
dari alam dan bukan buatan. Metode gravitasi ini didasarkan pada Hukum Gravitasi
Newton yang mana dirumuskan ke dalam:

Keterangan:
F   = Gaya gravitasi antara dua titik massa yang ada (N)
G   = Konstanta Gravitasi Newton (6673 x 10-11 Nm2/kg2)
m1 = Massa benda pertama (Kg)
m2 = Massa benda kedua (Kg)
r    = Jarak antar benda pertama dengan kedua (m)
Konsep gravitasi adalah gaya tarik-menarik antara dua buah massa, dua buah
objek atau dua buah partikel. Gaya gravitasi terjadi antar obyek sehingga merupakan
kekuatan tarik antara semua benda yang ada. Metode gravitasi adalah metode
geofisika berdasar pada hukum gravitasi Newton atau hukum gaya tarik antar
partikel (Telford, 1999 ; Blakely, 1995).
Hukum Newton menyatakan bahwa gaya gravitasi yang dihasilkan sebanding

dengan perkalian 2 buah massa yaitu


m0 dengan m dan berbanding terbalik dengan
kuadrat jaraknya . Dalam pengukuran gaya gravitasi yang diukur bukan gaya

gravitasi F ( r ) , melainkan percepatan gravitasi g . Hubungan antara gaya gravitasi


dan percepatan gravitasi dijelaskan oleh hukum Newton II yang menyatakan bahwa
sebuah gaya adalah hasil perkalian dari massa dengan percepatan dan dirumuskan
sebagai berikut:

F¿
Interaksi antara bumi (bermassa Me) dengan benda di permukaan bumi (bermassa m)
yang berjarak Re dari pusat keduanya, maka :
Me
⃗g=−G r^
R2
Sehingga

⃗g= E ¿

Medan gravitasi E ( r ) disebut juga dengan ⃗gyang merupakan percepatan


gravitasi. Satuan g dalam cgs adalah gal ( 1 gal=1 cm/ s ). Arah medan gravitasi
2

didefinisikan sebagai arah vertikal ke pusat bumi (Nettleton, 1962). Nilai medan
gravitasi bumi bervariasi mengikuti perubahan massa yang berada di bawah
permukaan bumi dan bentuk permukaan bumi. Perbedaan nilai medan gravitasi
disebut dengan anomali medan gravitasi. Jika bumi merupakan massa dengan
densitas homogen maka anomali medan gravitasinya adalah 0, sedangkan pada
kenyataannya bumi adalah suatu massa yang densitasnya tidak hogmogen. Arah
medan gravitasi dari benda yang tidak homogen akan bervariasi terhadap arah
vertikal. Anomali medan gravitasi dilambangkan dengan ∆ ⃗g . Jika nilai anomali
medan gravitasi dibandingkan dengan medan gravitasi, maka nilai anomali medan
gravitasi nilainya sangat kecil. Secara matematis, anomali medan gravitasi Bouguer
lengkap pada topografi dirumuskan sebagai :
∆ ⃗g BL ( x , y , z )=⃗g m ( x , y , z )−[ ⃗gn ( x , y , z )+ BL( x , y , z) ]

dengan Δ g BL( x , y , z ) adalah anomali medan gravitasi Bouguer lengkap, ⃗gm ( x , y , z )

adalah nilai medan gravitasi mutlak di topografi, ⃗gn ( x , y , z ) adalah nilai medan
gravitasi teoritis di topografi dan BL ( x , y , z ) adalah koreksi Bouguer lengkap
( LaFehr, 2012).
Metode gravitasi prinsip dasarnya yaitu memanfaatkan variasi nilai densitas
yang terdistribusi kedalam setiap lapisan bumi. Setiap lapisan pasti tersusun atas
batuan serta mineral yang berbeda-beda hal itu menyebabkan pula nilai densitasnya
berbeda-beda dan hal tersebut dapat mempengaruhi variasi medan gravitasi bumi.
Sehingga akan terjadi suatu anomali gravitasi. Parameter yang diukur dalam metode
ini yaitu nilai percepatan gravitasi pada lokasi survey. Adanya anomali gravitasi
menandakan bahwa terdapat perbedaan striuktur lapisan maupun jenis batuan dan
mineralnya. Batuan yang memiliki nilai densitas yang rendah maka nilai
porositasnya tinggi. Porositas juga berbanding lurus dengan permeabilitas.
2.2 Aplikasi Metode Gravitasi Dalam Eksplorasi
Alat yang digunakan untuk pengukuran pada metode gravitasi ini yaitu
gravimeter

Gambar 2.1 Gravimeter


Salah satu pemanfaatan metode gravitasi dalam eksplorasi geofisika yaitu
mencari atau menganalisis keberadaan cekungan serta kemungkinan pembentukan
source rock. Di dalam Petroleum System terdapat lima unsur penting, yaitu:
1. Terdapat batuan induk yang telah matang.
2. Terdapat batuan cadangan (resrvoir).Reservoir yang memungkinkan sebagi
tempat penampung hidrokarbon yaitu yang memiliki porositas serta
permeabilitas yang baik.
3. Terdapat batuan penutup yang memiliki sifat impermeable. Berfungsi untuk
mengahalangi keluarnya fluida dari batuan induk.
4. Terdapat mekanisme migrasi sebagai jalan keluarnya hidrokarbon.
5. Terdapat  perangkap (trap)
Seperti yang kita ketahui bahwa bentuk bumi memiliki relief yang tidak rata, serta
bumi mengalami rotasi dan revolusi. Oleh sebab itu  nilai  gaya berat pada setiap titik
berbeda-beda. Dalam melakukan interpretasi serta pada saat pengambilan data
terdapat beberapa faktor yang memengaruhinya, yaitu:
1. Pasang surut
2. Ketinggian
3. Topografi
4. Lintang
5. Variasi densitas bawah permukaan
Dalam eksplorasi dalam menggunakan metode gravitasi yang perlu diperhitungkan
hanyalah faktor densitas bawah permukaan, faktor lain harus dikoreksi terlebih
dahulu. Koreksi tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:
1. Koreksi Penyimpangan Alat
Koreksi penyimpangan alat yaitu koreksi pada data gravitasi akibat perbedaan
pembacaan nilai gravitasi di stasiun yang sama tetapi pada waktu yang berbeda pada
alat gravimeter. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut yaitu
terdapat guncangan pegas pada saat berpindah lokasi.

Gambar 2.2 Koreksi Penyimpangan Alat


2. Koreksi Pasang Surut
Koreksi pasang surut dilakukan untuk menghilangkan pengaruh gravitasi
benda benda di luar angkasa (misalnya: Bulan) yang berubah-ubah terhadap lintang
dan waktu. Pada saat prakteknya, koreksi pasang surut dilakukan dengan cara
mengukur nilai gravitasi pada titik yang sama akan tetapi dengan interval waktu
tertentu. Kemudian hasil pembacaan gravimeter diplot terhadap waktu supaya
menghasilkan suatu persamaan yang dapat digunakan dalam perhitungan koreksi
pasang surut. Nilai koreksi pasang surut ini selalu ditambahkan pada pembacaan
gravitasi.

Gambar 2.3 Pengaruh Pasang Surut dan Penyimpangan Alat Pada Percepatan
Gravitasi
3. Koreksi Udara Bebas
Koreksi udara bebas bertujuan untuk mereduksi pengaruh elevasi dan
kedalaman titik pengukuran atau perbedaan nilai gravitasi yang terletak di mean sea
level (geoid) dengan gravitasi yang terukur dengan elevasi h.
4. Koreksi Bouguer
Koreksi bouguer memperhitungkan massa batuan yang terdapat di antara
stasiun amat dengan bidang geoid. Koreksi ini dilakukan dengan cara menghitung
tarikan gravitasi yang disebabkan oleh batuan berupa slab yang memiliki ketebalan
H dan densitas rata-rata ρ.
Gambar 2.3 Koreksi Bouguer

5. Koreksi Medan (Topografi)


Koreksi medan atau topografi dilakukan untuk mengoreksi adanya pengaruh
penyebaran massa yang tidak teratur di sekitar titik pengukuran. Dalam koreksi
bouguer diasumsikan bahwa titik pengukuran di lapangan berada pada suatu bidang
datar yang. Sedangkan pada kenyataannya di lapangan topografi tempat tersebut
tidak lah datar.

Gambar 2.4 Koreksi Medan (Topografi)


Setelah dilakukan proses koreksi,maka didapat suatu nilai yang disebut
dengan Anomali Bouguer. Anomali bouguer adalah anomali yang disebabkan oleh
variasi densitas secara lateral pada batuan yang ada di kerak bumi dan telah berada
pada bidang referensi yaitu bidang geoid.
Data anomali Bouguer biasa disebut dengan Complete Bouguer Anomaly
(CBA). Data tersebut kemudian dilakukan proses gridding. Proses tersebut
merupakan digitasi sinyal perbedaan nilai gaya berat pada interval yang sama,
dengan amplitudo sinyalnya adalah perbedaan nilai gaya berat. Data yang telah di-
gridding dibuat sebuah peta kontur anomali gaya berat.

Gambar 2.5 Contoh Peta Anomali Gayaberat Bougue

Tahap selanjutnya dalam pengolahan data yaitu analisis spektrum. Analisis


spektrum yaitu proses yang dilakukan untuk melakukan estimasi kedalaman suatu
anomali gaya berat dan menentukan lebar window filter yang dianggap paling baik
untuk pemisahan anomali regional-residual pada lokasi pengamatan. Pada proses
analisa spektrum dilakukan suatu proses transformasi Fourier untuk mengubah suatu
sinyal menjadi penjumlahan beberapa sinyal sinusoidal dari beberapa frekuensi.
Gambar 2.6 Contoh Hasil Analisa Spektrum

Selanjutnya dilakukan proses pemisahan anomali regional dan residual.


Tujuan dilakukannya proses ini yaitu memisahkan anomali gaya berat  Bouguer
menjadi efek gaya berat dangkal yang diperlihatkan dalam anomali residual serta
efek gaya berat dalam yang diperlihatkan dalam anomali regional. Biasanya dalam
tahapan ini dilakukan dengan moving average window filter, yaitu suatu metode
pemisahan yang jika dianalisis dari spektrumnya akan menyerupai low-pass
filter sehingga hasil akhir proses ini berupa frekuensi rendah dari  anomali Bouguer.

Gambar 2.7 Contoh Peta Anomali Gaya Berat Regional; Kiri Contoh Peta Gaya
Berat Anomali Residual
Tahap terakhir dari pengolahan data yaitu profil bawah permukaan dengan
forward modelling.  Forward modelling adalah suatu metode interpretasi yang
diturunkan dengan fitting antara anomali metode Bouguer yang ada di lapangan
dengan anomali kalkulasi yang modelnya dikembangkan dengan tiga langkah, yaitu
perhitungan anomali dari model, pembandingan anomali yang telah dihitung dengan
yang ada di lapangan, dan pengaturan model. Tujuan dilakukannya forward
modelling yaitu untuk melihat kesesuaian antara peta distribusi kontras rapat massa
dengan penampang model bawah permukaan bumi yang didasarkan pada data
anomali Bouguer.

Gambar 2.8 Contoh Hasil Penampang Profil Bawah Tanah

Secara umum daerah yang memiliki anomali tinggi diinterpretasikan sebagai


basement high (tinggian) yang disebabkan oleh adanya proses tektonik sehingga
terangkat ke atas. Sedangkan, daerah yang memiliki anomali rendah diinetrpretasikan
sebagai cekungan sedimen.
2.3 Akuisisi data
Akuisisi data gravitasi dapat dibagi menjadi 2 yaitu pengukuran secara
absolut dan relative.
1. Pengukuran secara Absolut
Dilakukan dengan mengukur langsung besar medan gravitasi yang
memengaruhi titik pengukuran
2. Pengukuran secara Relative
Dilakukan dengan membandingkan medan gravitasi pada satu titik terhadap
satu titik acuan.

Pengukuran secara relative biasa digunakan dalam penentuan struktur dalam


eksplorasi. Hal yang paling utama yang harus diperhatikan dalam pengukuran
relative adalah adanya looping pengukuran di base. Berikut ini beberapa alat yang
digunakan dalam pengukuran gravitasi relative.

Gambar 2.1 Scintrex Gravimeter


Gambar 2.2 LaCoste Romberg Relative Gravimetri
Survei gravity biasanya menggunakan sistem looping, dimana akuisisi data dimulai
dan diakhiri di titik yang sama di base. Ukuran looping biasanya digunakan untuk
mengetahui drift atau pertambahan nilai gravity akibat kelelahan alat dimana
biasanya looping dilakukan tipa 2 jam sekali. Untuk base yaitu nilai gravity
referensinya harus diketahui sehingga dapat digunakan untuk meminimalisir
kesalahan akuisisi data. Biasanya titik pengukuran ada yang langsung berbentuk grid
dan acak. Untuk susunan pengukuran dipilih tempat yang bebas dari gangguan
penyebab noise. Beberapa jenis survei gravity antara lain:
 Land Survey
Survei di darat menggunakan base station sebagai referensi dengan membuat
titik pengukuran dengan acak / grid.
 Marine Survey
Survei dengan lokasi stasiun yang bekerja pada permukaan kapal dan
menggunakan sistem radio navigasi seperti soran dan sistem kontrol.
 Airborn Survey
Survei yang paling sulit dengan area pengukuran yang sangat luas dengan
perubahan ketinggian dan kecepatanlinier yang akan dikoreksi dengan pesawat
akibat percepatan dan pelambatannya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam akuisisi data yaitu:
- Mencari informasi literatur mengenai daerah tersebut, diantaranya apakah
sudah pernah dilakukan penelitian suatu metode geofisika tertentu. Supaya
diperoleh point survey / luas daerah survey.
- Mencari informasi mengenai kondisi / struktur geologi area, misalnya peta
geologi.
- Tentukan tujuan / main goal dari akuisisi data.
- Dibuat design survey dengan menyesuiakan kondisi lapangan. Design survey
dibuat serapat / seideal mungkin agar diperoleh data sesuai yang diinginkan.
- Tentukan konfigurasi yang akan diterapkan dilapangan serta source yang
akan digunakan.
- Check list :
 Kalibrasi alat
 Akomodasi transportasi
 Job description masing-masing surveyer.
- Form data akuisisi
Prosedur Akuisisi Data Gravity:
1. Luas Daerah Survey / Point Survey
Luas daerah survey disesuaikan dengan target yang diinginkan. Bila target
anomaly berukuran lokal (cukup kecil), maka daerah survey tidak perlu terlalu
luas, diperkirakan sekitar 5 x 5 km2 dengan spasi titik amat yang cukup rapat
(sekitar 200 meter). Bila target merupakan struktur geologi yang cukup besar,
maka daerah pengamatan dapat diperluas menjadi sekitar 10 x 10 km 2 s/d 20 x
20 km2 atau lebih luas lagi. Pengamatan pada lokasi yang diperkirakan
merupakan lokasi anomali dibuat lebih rapat. Peta lapangan yang digunakan
disesuaikan dengan luas daerah pengamatan, namun hendaknya tidak lebih kecil
dari 1 : 25000.
2. Peralatan yang Digunakan
- Seperangkat Gravimeter
- GPS
- Peta Geologi dan peta Topografi
- Penunjuk waktu (jam tangan)
- Alat tulis
- Kamera
- Pelindung Gravimeter
- Handy talky
- Kompas
3. Penentuan Lokasi Pengukuran (Peta Geografi dan Topografi)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi pengukuran adalah
penyediaan peta topografi dan peta geologi. Untuk keperluan orientasi medan
digunakan peta topografi skala terkecil yang tersedia.
Setelah tersedia peta yang sesuai kemudian ditentukan lintasan pengukuran
dan base stasiun yang harga percepatan gravitasinya diketahui (diikatkan dengan
titik yang telah diketahui percepatan gravitasinya). Penentuan lintasan, titik ikat
dan base stasiun diusahakan sedemikian rupa sehingga pelaksanaan pengukuran
efektif dan memenuhi sasaran.
Pengambilan data posisi dan pengukuran medan gravitasi dilakukan secara
bersama-sama. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan titik
pengukuran yaitu:
 Letak titik pengukuran harus jelas dan mudah dikenal, sehingga apabila
dikemudian hari dilakukan pengukuran ulang akan mudah untuk
mendapatkannya.
 Lokasi titik pengukuran harus dapat dibaca dalam peta.
 Lokasi titik pengukuran harus bersifat permanen dan mudah dijangkau
oleh peneliti, serta bebas dari gangguan kendaraan bermotor, mesin dan
lain-lain.
 Lokasi titik pengukuran harus terbuka sehingga GPS mampu menerima
sinyal dari satelit dengan baik tanpa ada penghalang. Pada umumnya ruang
pandang langit yang bebas ke segala arah di atas elevasi adalah 10 0 atau
150. Disamping itu titik pengukuran diusahakan jauh dari obyek-obyek
reflektif yang mudah memantulkan sinyal GPS, untuk meminimalkan atau
mencegah terjadinya multipath.
4. Pembuatan Base Station (Titik Ikat) Pengukuran Medan Gravitasi
Besarnya harga medan gravitasi pada suatu base stasiun (titik ikat) pengukuran
adalah :
gbs = gref + (grelbs + grelref)
dengan :
gbs = harga medan gravitasi Base Station (titik ikat)
gref = harga medan gravitasi di titik referensi
grelbs = harga pembacaan gravitasi di Base Station titik ikat
grelref = harga pembacaan gravitasi di titik referensi
5. Format Data Lapangan
Data yang diperoleh dari lapangan hendaknya dicatat didalam buku lapangan,
tidak dalam lembaran kertas yang mudah hilang. Format data disesuaikan
dengan data yang diamati, yaitu memuat semua data yang perlu dicatat. Data
tersebut antara lain :
- Hari dan tanggal pengamatan, cuaca, oprator, dll.
- Nama stasiun (titik amat), misalkan L01-01, dimana L menyatakan
lintasan, 01 adalah nomor lintasan dan 01 berikutnya adalah nomor titik
amat.
- Pembacaan skala gravitymeter.
- Pembacaan feedback.
- Tinggi alat ukur terhadap titik amat.
- Besar pasang surut teoritis (berupa table yang telah disiapkan lebih dulu).
- Data lainnya berupa keterangan saat pengamatan atau dapat diisi dengan
session pengukuran GPS pada titik tersebut.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Metode gravitasi adalah hukum Newton tentang gaya tarik menarik antar
partikel. Dari besar gaya tarik-menarik yang kita dapatkan, kita dapat mengetahui
besar medan yang mempengaruhi alat pengukur yang digunakan. Metode gravitasi
termasuk kedalam metode geofisika pasif. Disebut pasif karena sumbernya berasal
dari alam dan bukan buatan. Metode gravitasi prinsip dasarnya yaitu memanfaatkan
variasi nilai densitas yang terdistribusi kedalam setiap lapisan bumi
Secara umum daerah yang memiliki anomali tinggi diinterpretasikan sebagai
basement high (tinggian) yang disebabkan oleh adanya proses tektonik sehingga
terangkat ke atas. Sedangkan, daerah yang memiliki anomali rendah diinetrpretasikan
sebagai cekungan sedimen.
Akuisisi data gravitasi dapat dibagi menjadi 2 yaitu pengukuran secara
absolut dan relative.
1. Pengukuran secara Absolut
Dilakukan dengan mengukur langsung besar medan gravitasi yang
memengaruhi titik pengukuran
2. Pengukuran secara Relative
Dilakukan dengan membandingkan medan gravitasi pada satu titik terhadap
satu titik acuan.
3.2 Saran
Kami dari kelompok 7 sangat mengharapkan kritikan, saran yang sifatkan
membangun dari ibu IR. Emi Prasetyawati Umar, S.SI., M.T., IPP. Selaku dosen
mata kuliah Geofisika Tambang Dan juga teman-teman dan kakak-kakak. Agar
kedepanya pepar kami dapat bermaanfaat untuk diri kami dan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Agussalim (2019) ‘Aplikasi Metode Gravitasi dengan Kontinuasi ke Atas


(UpwardContinuation) dalam Menginterpretasi Data Anomali Medan
Gravitasidi Daerah Gunung Merapi’, Jurnal Ilmu Fisika: Teori Dan
Aplikasinya, 1(1965), pp. 1–6.

Bachri, Syaiful., dkk. 2012. Eksplorasi Parameter Fisik Cekungan Migas di


Perairan Blok Ambalat Dengan Metode Gravitasi. Jurnal Teknik POMITS,
1(1), pp.1-6

Dermawan,Airlangga.2010.Rekonseptualisasi dan Pemrograman Reduksi Data


Gravitasi Serta Pemetaan ke Koordinat Teratur (Gridding) Menggunakan
Bahasa Pemrograman Visual Basic.FMIPA UGM.Yogyakarta
Islamiyah, R. (2015) ‘Analisis Data Anomali Gravitasi Untuk Memodelkan Struktur
Geologi Bawah Permukaan Ranu Segaran (Desa Segaran, Kecamatan Tiris,
Kabupaten Probolinggo)’, Sikripsi, p. 131.

Rizkiani, D. N. and Rustadi, R. (2020) ‘Interpretasi Sistem Panas Bumi Suwawa


Berdasarkan Data Gaya Berat’, Jurnal Geofisika Eksplorasi, 5(2), pp. 44–54.
doi: 10.23960/jge.v5i2.28.

Setiadi, Imam., dkk, 2016. Delineasi Cekungan Sedimen dan Interpretasi Geologi
Bawah Permukaan Cekungan Tanimbar Berdasarkan Analisis Data
Gayaberat. Jurnal Geo-Science, 17(3), pp.153-169.

Wachidah, N. and Pembimbing rer nat Eko Minarto, D. (2017) ‘“a”, Pongkor, Jawa
Barat’.

Wiiayanti, D., Tony, R. and Nurwidyanto, M. I. (2009) ‘Q ) E ( F ) l = oT s = l-’, 17.

Walidah, Indah Fitriana. 2011. Skripsi: Penentuan Struktur Bawah Permukaan


Berdasarkan Analisa Dan Pemodelan Data Gayaberat untuk Melihat Potensi
Hidrokarbon pada Daerah “FW1807” Cekungan Jawa Timur Utara. Jakarta:
FMIPA UI

Anda mungkin juga menyukai