Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

GRAVITASI DAN GEOMAGNET: INTERPRETASI


ANOMALI MEDAN GRAVITASI BUMI

Disusun sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Fisika Bumi oleh:


Duwi Astuti Ningsih (13030224010)
Fadhil Dani Pratama (13030224011)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA
PROGRAM STUDI FISIKA
2016
PENDAHULUAN

Bumi sebagai tempat tinggal manusia secara alami menyediakan sumber daya
alam yang berlimpah. Keterbatasan ilmu untuk mengolah sumber daya alam tersebut
memang menjadi kendala bagi kita untuk melakukan eksplorasi terhadap kekayaan
alam yang kita miliki tersebut. Sehingga kita merasa perlu untuk mempelajari cara atau
metode untuk mengungkap suatu informasi yang terdapat di dalam perut bumi. Salah
satu cara atau metode untuk memperoleh informasi tersebut adalah dengan
menggunakan metode survei geofisika. Survei geofisika yang sering dilakukan selama
ini antara lain metode gravitasi (gaya berat), magnetik, seismik, geolistrik (resistivitas)
dan elektromagnetik. Metode yang akan dibahas dalam makalah ini adalah Metode
Gravitasi (gaya berat).
Metode gravitasi merupakan salah satu metode geofisika yang bersifat pasif
(memanfaatkan sumber yang alami) dan didasari oleh hukum Newton untuk gravitasi
universal. Metode ini memanfaatkan variasi densitas yang terdistribusi dalam lapisan
tanah. Setiap batuan/material mempunyai besar densitas yang berbeda-beda dan dapat
mempengaruhi terhadap variasi medan gravitasi bumi, sehingga terjadi anomali
gravitasi. Metode gravitasi digunakan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan
pada area tempat dilakukannya survei, yaitu dengan mengamati variasi lateral dari
densitas batuan bawah permukaan. Survei dengan menggunakan metode gravitasi
memanfaatkan nilai percepatan gravitasi di area survei tersebut. Perubahan percepatan
pada satu titik dengan titik lain di sekitarnya menandakan adanya perbedaan
kandungan yang ada di bawah permukaan bumi. Variasi gaya berat di setiap titik
permukaan bumi akan dipengaruhi oleh beberapa faktor dimana dalam pengukuran
dan interpretasi, faktor-faktor tersebut harus diperhatikan (dikoreksi). Sesuai dengan
hasil penelitian bahwa batuan yang memiliki densitas rendah memiliki nilai porositas
tinggi. Jika porositas dihubungkan dengan permeabilitas, maka permeablitas
berbanding lurus dengan porositas. Batuan yang mendomonasi reservoir panas bumi
yaitu batuan dengan densitas rendah dan porositas tinggi serta tingkat
permeabilitasnya tinggi.
Metode gravitasi dilakukan untuk menyelidiki keadaan di bawah permukaan
bumi berdasarkan perbedaan rapat massa mineral dari daerah sekeliling
(ρ=gram/cm3). Eksplorasi biasanya dilakukan dalam bentuk kisi atau lintasan
penampang. Pemisahan anomali akibat rapat massa dari kedalaman berbeda dilakukan
dengan menggunakan koreksi matematis atau koreksi geofisika. Pengambilan data
dilakukan di permukaan bumi dengan menggunakan Gravitymeter yang memiliki
ketelitian tinggi (mgal), sehingga kita tidak akan kesulitan untuk manganalisa anomali
yang berukuran kecil.
Dalam metode ini yang dipelajari adalah variasi medan gravitasi akibat variasi
rapat massa batuan di bawah permukaan sehingga dalam pelaksanaannya yang
diselidiki adalah perbedaan medan gravitasi dari suatu titik observasi terhadap titik
observasi lainnya. Dengan demikian struktur bawah permukaan dapat diketahui.
METODE GRAVITASI (GAYA BERAT) DALAM EKSPLORASI GEOTERMAL

Dalam suatu daerah lapisan batuan yang diamati dapat memiliki bermacam-
macam densitas ataupun homogen. Perbedaan densitas inilah yang memiliki pengaruh
terhadap medan gravitasi. Oleh sebab itu terjadi variasi nilai percepatan gravitasi
(anomali gravitasi). Percepatan gravitasi merupakan medan yang terjadi antara dua
massa yang saling berinteraksi. Interaksi tersebut berupa adanya gaya tarik-menarik
sehingga kedua benda mengalami percepatan yang arahnya saling berlawanan.
Secara umum, metode geofisika dibagi menjadi dua kategori yaitu metode pasif
dan aktif. Metode pasif dilakukan dengan mengukur medan alami yang dipancarkan
oleh bumi. Metode gravitasi merupakan salah satu metode geofisika yang bersifat pasif
(memanfaatkan sumber yang alami) dan didasari oleh hukum Newton untuk gravitasi
universal. Metode ini memanfaatkan variasi densitas yang terdistribusi dalam lapisan
tanah. Setiap batuan/material mempunyai besar densitas yang berbeda-beda dan dapat
mempengaruhi terhadap variasi medan gravitasi bumi, sehingga terjadi anomali
gravitasi.

Gambar 1 Pengambilan data lapangan menggunakan Gravitymeter


(sumber: http://www.westshoreconsulting.com/ )
Metode gravitasi atau gaya berat bekerja berdasarkan Hukum Gravitasi Newton
yang menyatakan bahwa gaya antara dua benda bermassa m yang dipisahkan pada
jarak r akan berbanding lurus dengan perkalian massa dua benda tersebut berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak dari kedua pusat massa dari kedua benda tersebut.
Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

𝑚1 𝑚2
𝐹⃗ (𝑟̂ ) = 𝐺 𝑟̂
𝑟2
𝐹⃗ 𝑚2
𝑔⃗(𝑟̂ ) = = 𝐺 2 𝑟̂
𝑚1 𝑟
dimana:
F = besar gaya gravitasi antara dua titik massa yang ada (N)
G = besar konstanta gravitasi Newton 6673 ∙ 10−11 𝑁𝑚2 /𝑘𝑔2
m1 = massa benda pertama (kg)
m2 = massa benda kedua (kg)
r = jarak antara benda pertama dan kedua (m)

Metode gravitasi digunakan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan pada


area tempat dilakukannya survei, yaitu dengan mengamati variasi lateral dari densitas
batuan bawah permukaan. Telah diketahui bahwa gaya gravitasi adalah suatu gaya yang
bekerja anatara dua benda, seperti gaya yang bekerja antara tubuh manusia dengan
bumi, atau antara planet dengan matahari.
Survei dengan menggunakan metode gravitasi memanfaatkan nilai percepatan
gravitasi di area survei tersebut. Perubahan percepatan pada satu titik dengan titik lain
di sekitarnya menandakan adanya perbedaan kandungan yang ada di bawah
permukaan bumi. Namun perubahan yang terjadi relatif lebih kecil sehingga
pengukuran metode gravitasi memerlukan alat yang memiliki kepekaan tinggi, dan alat
tersebut adalah GRAVITYMETER.

Gambar 2. GRAVITYMETER LaCoste (sumber: http://www.galitzine.mines.edu )

Dalam GRAVITYMETER terdapat massa yang tergantung dalam sebuah pegas,


sehingga jika densitas batuan bawah permukaan berbeda akan menyebabkan tarikan
atau gaya yang berbeda pula. Pada tempat yang memiliki kandungan batuan bawah
permukaan dengan densitas yang lebih tinggi akan menyebabkan nilai gravitasi yang
terukur lebih besar pula dan begitu juga sebaliknya untuk densitas yang lebih rendah.

Gambar 3. Model sederhana metode gravitasi (sumber: http://www.galitzine.mines.edu )

Harga rata-rata gaya berat di permukaan bumi adalah 9.80 m/s2. Satuan yang
digunakan gaya berat adalah milliGal (1 mGal = 10-3, Gal = 10-3 cm/s2) atau ekivalen
dengan 10 gu (gravity unit). Variasi gaya berat yang disebabkan oleh variasi perbedaan
densitas bawah permukaan adalah sekitar 1 mGal (100 𝜇m/s2).
Bentuk bumi bukan merupakan bola pejal yang sempurna, dengan relief yang
tidak rata, berotasi serta berevolusi dalam sistem matahari, tidak homogen. Dengan
demikian variasi gaya berat di setiap titik permukaan bumi akan dipengaruhi oleh
beberapa faktor dimana dalam pengukuran dan interpretasi, faktor-faktor tersebut
harus diperhatikan (dikoreksi).
INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI

Tahapan survei metode gravitasi dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap
pengukuran data, pengolahan data dan interpretasi.
1. Tahap Pengukuran
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan GRAVITYMETER dan GPS. Data yang
diperoleh di lapangan adalah posisi tempat pengukuran dalam lintang dan bujur
(derajat, menit, detik) dan ketinggian tempat pengukuran (elevasi).
2. Pengolahan data
Nilai percepatan gravitasi pada tiap titik pengamatan yang diperoleh di lapangan
masih dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti bumi yang tidak bulat sepenuhnya, variasi
elevasi, rapat massa dan kedudukan bumi terhadap tata surya terutama kedudukan
bulan dan matahari yang menyebabkan pasang surut bumi. Untuk memperoleh harga
gravitasi yang mengacu pada bidang ekuipotensial, maka harga pengamatan perlu
direduksi atau dikoreksi. Koreksi yang harus dilakukan terhadap harga gravitasi
pengamatan meliputi koreksi drift, koreksi udara bebas, koreksi lintang, koreksi
ketinggian, koreksi Bouguer, koreksi topografi dan koreksi pasang surut.
 Konversi Pembacaan GRAVITYMETER
Hasil pembacaan alat di lapangan merupakan angka-angka yang tidak
berdimensi, sehingga harus dikonversi ke dalam mGal. Di dalam mengkonversi mGal
masing-masing alat mempunyai konversi sendiri-sendiri.
 Koreksi-koreksi
Koreksi-koreksi yang dilakukan dalam pengolahan data metode gravitasi sebagai
berikut:
a. Koreksi Apungan (Drift Correction)
Koreksi apungan akibat adanya perbedaan pembacaan gravity dari stasiun yang
sama pada waktu yang berbeda, yang disebabkan karena adanya guncangan pegas alat
GRAVITYMETER selama proses transportasi dari suatu stasiun ke stasiun lainnya. Dapat
juga diakibatkan adanya kemuluran alat (pegas) setelah dipakai berulang-ulang.
Koreksinya adalah dengan melakukan pengukuran di titik base sesering mungkin.
Pengukuran dapat dilakukan satu atau dua jam sekali tergantung kondisi lapangan.

𝑔𝑠𝑡(𝑛) − 𝑔𝑠𝑡(1)
𝐷𝑛 = (𝑇𝑛 − 𝑇1 )
𝑇𝑁 − 𝑇1
dimana:
Dn = Drift pada stasiun ke-n
gst(n) = gravitasi terkoreksi tidal pada stasiun-n
gst(1) = gravitasi terkoreksi tidal pada stasiun-1
TN = waktu pengukuran stasiun akhir loop
T1 = waktu pengukuran stasiun awal
Tn = waktu pengukuran stasiun ke-n
Gambar 4 Grafik Drift Corection

b. Koreksi Pasang Surut (Tidal Correction)


Koreksi pasang surut digunakan untuk menghilangkan efek gaya gravitasi
benda-benda di luar bumi, misalnya efek bulan dan matahari. Efek gaya gravitasi bulan
dan matahari menyebabkan perubahan nilai medan gravitasi di permukaan bumi secara
periodik. Koreksi pasang surut tergantung dari kedudukan bulan dan matahari
terhadap bumi. Untuk mendapatkan nilai pasang surut ini maka, dilihatlah perbedaan
nilai gravitasi stasiun dari waktu ke waktu terhadap base. Gravitasi terkoreksi tidal
dapat ditulis sebagai berikut :
𝑔𝑠𝑡 = 𝑔𝑠 + 𝑡
dimana:
gst = gravitasi terkoreksi pasang surut (tidal)
gs = gravitasi pada pembacaan alat
t = nilai koreksi pasang surut (tidal)

Gambar 5 Grafik Tidal Correction


c. Koreksi Lintang (Latitude Correction)
Koreksi lintang digunakan untuk mengkoreksi medan gravitasi di setiap lintang
geografis karena nilai medan gravitasi di setiap tempat berbeda, hal ini akibat dari gaya
sentrifugal dan bentuk ellipsoid bumi. Dari koreksi ini akan diperoleh anomali medan
gravitasi. Medan anomali tersebut merupakan selisih antara medan gravitasi observasi
dengan medan gravitasi teoritis (gravitasi normal). Secara umum gravitasi terkoreksi
lintang dapat ditulis sebagai berikut:
𝑔(∅) = 978031,8 (1 + 0,005304 sin2 ∅ + 0,0000059 sin2 2∅
dimana:
𝑔(∅) = gravitasi terkoreksi lintang (∅ = sudut dalam radian)

Gambar 6 Pengaruh bentuk bumi terhadap percepatan gravitasi


(sumber : http://www.galitzine.mines.edu )

Gambar 7 Pengaruh gaya sentrifugal terhadap percepatan gravitasi


(sumber : http://www.galitzine.mines.edu )

d. Koreksi udara bebas (Free-Air Correction)


Koreksi udara bebas diperlukan untuk menghilangkan efek pengurangan harga
medan gravitasi terhadap ketinggian dari suatu bidang datar, tanpa memperhatikan
efek massa batuan. Koreksi ini dilakukan untuk mengkompensasi ketinggian antara titik
pengamatan dan datum (mean sea level). Setelah dilakukan koreksi udara bebas, akan
diperoleh anomali udara bebas di topografi. Koreksi ini dapat ditulis sebagai berikut :
𝑔𝐹𝐴 = −0,3086 × ℎ
dimana:
gFA = gravitasi terkoreksi udara bebas
h = ketinggian permukaan dari datum (msl) satuan meter

Gambar 8 Perbedaan pengukuran gravitasi pada permukaan bumi dan pada ketinggian tertentu
(sumber: http://www.galitzine.mines.edu )

e. Koreksi Bouguer ( Bouguer Slab Correction )


Koreksi Bouguer dilakukan untuk memperhitungkan efek massa batuan diantara
titik pengamatan dengan bidang datum yaitu dengan menganggap lapisan batuan yang
mempengaruhi mempunyai rapat massa seragam dan melebar sampai tak hingga.
Dengan mengambil permukaan laut rata-rata sebagai bidang acuan, maka harga koreksi
bouguer harus dikurangkan terhadap harga pengamatan untuk titik pengamatan yang
berada di atas datum. Pendekatan untuk menghitung koreksi Bouguer adalah dengan
mengasumsikan bahwa massa diantara datum dan titik amat dianggap massa silinder
datar dengan radius tak berhingga, dengan ketebalan sama dan jarak vertikal antara
titik amat, datum dan rapat massa di sekitar titik amat adalah konstan.
𝑔𝐵 = 0,04193 × 𝜌 × ℎ
dimana:
gB = gravitasi terkoreksi bouguer
𝜌 = densitas batuan (Mgm-3)
h = ketinggian dari atas permukaan laut (m)
Gambar 9 a) Kelebihan massa (di atas garis biru) b) kelebihan masa dapat diaproksimasi
dengan garis lurus dari material dengan densitas 𝜌b (sumber : http://www.galitzine.mines.edu)

Gambar 10 Anomali Bouguer Sederhana

f. Koreksi medan (Terrain Correction)


Koreksi medan mengakomodir ketidakteraturan pada topografi sekitar titik
pengukuran. Pada saat pengukuran, elevasi topografi di sekitar titik pengukuran,
biasanya dalam radius dalam dan luar, diukur elevasinya. Sehingga koreksi ini dapat
ditulis sebagai berikut :
𝜌
𝑇𝐶(𝑚𝐺𝑎𝑙) = 0,04191 (𝑟2 − 𝑟1 + √𝑟1 2 + 𝑧 2 − √𝑟2 2 + 𝑧 2 )
𝑛
dimana:
𝜌 = densitas (Mgm-3)
r1 = compartment inner radius (m)
r2 = compartment outer radius (m)
n = panjang zona

Gambar 11 Contoh anomali dan akuisisi gaya berat

3. INTERPRETASI DATA
Pemodelan merupakan hal yang penting dalam analisa data gravitasi, dengan
model dapat diperkirakan konfigurasi benda penyebab anomali. Khususnya dalam
model dua dimensi pemilihan arah penampang merupakan sesuatu yang penting. Dari
peta anomali Bouguer yang mempunyai pola kontur memanjang relatif dalam satu arah,
benda anomalinya dapat didekati dengan menggunakan pola kontur tersebut.

Gambar 12 Anomali Bouguer Lengkap


Gambar 13 Anomali Bouguer di Topografi

Gambar 12 merupakan anomali Bouguer lengkap di topografi yang


memperlihatkan pembelokan dan pengkutuban anomali di beberapa tempat. Kondisi
demikian mengindikasikan adanya SESUATU di sekitar lokasi penyelidikan. Setelah
diketahui ada sesuatu di sekitar lokasi penyelidikan maka tahap selanjutnya adalah
melakukan pemisahan anomali Bouguer dari kecenderungan regionalnya (struktur
dalam/regional), sehingga nantinya akan diperoleh medan anomali gravitasi residual
(struktur dangkal) daerah penyelidikan.

Gambar 14 Anomali Regional


Gambar 14 merupakan kontur anomali regional mencerminkan adanya pengaruh
struktur geologi regional yang melandasi batuan di atasnya pada kedalaman tertentu
yang mengalami suatu proses kejadian setiap tingkatan ordenya. Gambar tersebut
mempelihatkan pola liniasi medan anomali gravitasi regional yang berarah hampir
barat laut- timur laut dan nilai anomali cenderung mengecil ke arah tenggara dan timur.

Gambar 15 Anomali Residual

Gambar 15 merupakan kontur anomali residual merupakan pemisahan antara


anomali Bouguer dengan anomali regional yang mencerminkan bentuk struktur geologi
lokal/dangkal. Anomali residual ini masih ada pengaruh dari anomali regional karena
pada anomali regional penyebaran anomalinya hampir merata.
KESIMPULAN

Survei geofisika dengan metode gravitasi dilakukan untuk menyelidiki keadaan di


bawah permukaan bumi berdasarkan perbedaan rapat masa mineral dari daerah
sekeliling (ρ =gram/cm3). Ada 3 tahap dalam metode geofisika yaitu tahap
pengukuran/pengambilan data, pengolahan data dan interpretasi. Interpretasi
merupakan hal yang penting dalam analisa data gravitasi, dengan model dapat
diperkirakan konfigurasi benda penyebab anomali.
Aplikasi metode gravitasi dapat digunakan untuk keperluan eksplorasi panas
bumi. Metode ini adalah metode geofisika yang sensitif terhadap perubahan vertikal,
sehingga sangat umum untuk digunakan dalam pencarian prospek geotermal terutama
dalam mempelajari kontak antar batuan, struktur geologi, adanya perangkat, dan
densitas dari batuan.
Hasil pengamatan dari masing-masing titik pengamatan akan menghasilkan
perhitungan-perhitungan yang telah dikoreksi dan mendapatkan anomali gaya berat
atau yang biasa disebut dengan anomali Bourger. Dari anomali tersebut kita dapat
membuat kontur berupa anomali regional dan anomali sisa.
Setelah diperoleh anomali sisa, maka dapat dibuat penampang geologi
berdasarkan konturnya, sehingga kita mampu mengetahui rekonstruksi dari bawah
permukaan daerah pengamatan.
Dari hasil perhitungan anomali Bourger dapat diketahui densitas dari batuan
yang ada di daerah penelitian. Sesuai dengan hasil penelitian bahwa batuan yang
memiliki densitas rendah memiliki nilai porositas tinggi. Jika porositas dihubungkan
dengan permeabilitas, maka permeablitas berbanding lurus dengan porositas. Hal ini
berarti jika porositasnya tinggi maka permeabilitasnya juga tinggi dan menurunkan
rumus dari hukum Darcy, bahwa porositas berbanding lurus dengan permeabilitas.
Sesuai dengan yang dinyatakan, bahwa batuan yang mendominasi reservoir
panas bumi yaitu batuan dengan densitas rendah dan porositas tinggi serta tingkat
permeabilitasnya tinggi. Sehingga kita akan mampu mendapatkan daerah yang
diindikasi menjadi reservoir panas bumi.

DAFTAR PUSTAKA
Reihanayati dan Rachmansyah, Arief. 2013. Studi Potensi Energi Geothermal
Blawan- Ijen, Jawa Timur Berdasarkan Metode Gravity. Malang. Jurnal Neutrino vol 6.
LVG ITB. 2008. Gravity Method. Bandung
Slide perkuliahan: Wahyudi, Eko Januari. 2011. Introduction to Gravity Method.
Bandung

https://www.scribd.com/doc/173664959/METODE-GRAVITASI

Anda mungkin juga menyukai