Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN SEMENTARA

PER METODE

KULIAH LAPANGAN GEOTERPADU 2019

METODE
Gravity

KELOMPOK: 1
Ahmad Adhim S (03411640000006)
Yogic Wahyu R (03411640000023)
Fauzanul Robbani A (03411640000027)
Kezia Marannu Biring (03411640000033)
Arya Nur Dewangga (03411640000034)
Reyhan Dzaky D (03411640000039)
Shofi Iqtina Hawan (03411640000056)
Raulia Reno C (03411640000063)

DEPARTEMEN TEKNIK GEOFISIKA


INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2019

0
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metode gaya berat merupakan suatu metode yang melibatkan pengukuran variasi medan
gaya berat bumi yang disebabkan oleh perbedaan densitas batuan bawah permukaan
(Hardiansyah, 2016). Daerah di bawah permukaan yang memiliki densitas berbeda dari
sekitarnya menyebabkan penyimpangan nilai gaya berat yang dikenal sebagai anomali gaya
berat. Beberapa penyebab adanya anomali gaya berat dan kontras densitas batuan bawah
permukaan antara lain: pengendapan mineral, alterasi hidrotermal, patahan, intrusi batuan,
variasi porositas dan sebagainya. Pengukuran dalam metoda gayaberat adalah mencari
perbedaan kecil atau anomali medan gayaberat yang diakibatkan variasi densitas (rapat masa)
lateral. Variasi yang terukur tergantung pada hukum gayaberat Newton, yang
memperhitungkan perbedaan massa dan jarak antara sumber dan titik observasi (Isaack, 2019).
Variasi gayaberat terukur yang disebut anomali merupakan perbedaan antara hasil
pengukuran dengan medan teoritis (Frifita et al., 2016). Salah satu aplikasi metode gayaberat
yaitu eksplorasi panas bumi. Metode ini adalah metode geofisika yang sensitive terhadap
perubahan vertical, sehingga sangat umum untuk digunakan dalam pencarian prospek panas
bumi terutama dalam mempelajari kontak antar batuan, struktur geologi, dan densitas dari
batuan. Selain itu metode ini dapat digunakan untuk mengetahui zona reservoir (Nouraliee et
al, 2015). Investigasi basement, magma chamber dan juga tubuh intrusi yang terkait dengan
heat source dari panas bumi juga dapat dilakukan dengan metode gaya berat (Moghaddam,
2016). Dalam eksplorasi panas bumi, metode gaya berat digunakan pada tahap survei
pendahuluan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai kondisi geologi bawah
permukaan. Selain itu, metode ini juga dapat digunakan untuk memantau subsidence dan
perubahan massa yang terjadi di reservoir panas bumi pada saat proses produksi dan injeksi
kembali fluida. (Supriyadi et al, 2017). Tidak jarang pula metode gaya berat dilakuakan untuk
analisis kondisi bawah permukaan yang terkait dengan manifestasi panas bumi (Jean, 2018).
Gunung Pandan merupakan salah satu gunungapi yang terletak di Kabupaten Bojonegoro,
Propinsi Jawa Timur dengan manifestasi panasbumi berupa mataair panas dan kolam lumpur
(Ramadhani, 2019). Manifestasi panas bumi yang muncul di Gunung Pandan dan sekitarnya
berupa mata air panas, travertine, sinter silika, dan mud pool. Berdasarkan analisis jenis aliran,
fluida manifestasi sistem panas bumi Gunung Pandan berada pada zona outflow dengan proses
yang berkembang di bawah permukaan berupa aliran lateral, pencampuran dengan air tanah,
dan pendinginan secara konduktif (Pratama, 2018). Sumber panas (heat source) dalam sistem
panas bumi Gunung Pandan diperkirakan berhubungan dengan tubuh batuan plutonik yang
berasosiasi dengan kegiatan magmatisme yang menghasilkan batuan vulkanik termuda. Pada
Geologi Regional menunjukkan daerah Gunung Pandan terdapat intrusi. Metode gaya berat ini
telah berhasil digunakan untuk analisis dan interpretasi struktur bawah permukaan dengan
korelasi antara anomaly Bouguer dan geologi regional (Fahrurrijal, 2018). Dalam penelitian
sebelumnya (Aji dkk, 2018) dengan metode gaya berat berhasil menemukan keberadaan
intrusi. Sehingga metode gaya berat sangat tepat digunakan untuk pendugaan struktur bawah
permukaan pada Gunung Pandan.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1. Bagaimana struktur bawah permukaan di Kecamatan Gondang, Kabupaten Bojonegoro?
2. Bagaimana struktur bawah permukaan di daerah sekitar mata air panas Banyukuning?
3. Bagaimana struktur bawah permukaan di daerah sekitar mata air panas Selogajah?
4. Bagaimana struktur bawah permukaan di daerah sekitar Lumpur Desa Jari?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui struktur bawah permukaan di Kecamatan Gondang, Kabupaten Bojonegoro
2. Mengetahui struktur bawah permukaan di daerah sekitar mata air panas Banyukuning
3. Mengetahui struktur bawah permukaan di daerah sekitar mata air panas Selogajah
4. Mengetahui struktur bawah permukaan di daerah sekitar Lumpur Desa Jari

1.4 Batasan Penelitian


Batasan dalam penelitian ini adalah analisis kontur anomali Bouguer lengkap (interpretasi
kualitatif) dan pemodelan 2D struktur bawah permukaan(interpretasi kuantitatif) dari anomali
Regional dan Residual pada daerah penelitian.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Memberikan informasi kepada masyarakat sekitar tentang model struktur lapisan bawah
permukaan di daerah Gunung Pandan yang dapat dimanfaatkan untuk kepenting lokal secara
langsung dan tidak langsung berdasarkan hasil pengukuran metode gravity
2. Menambah wawasan dalam bidang manifestasi panasbumi baik bagi mahasiswa maupun
masyarakat di sekitar daerah Gunung Pandan

2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode Gravity


Metode gravity merupakan metode geofisika yang didasarkan pada pengukuran medan gravitasi.
Dalam metode ini yang dipelajari adalah variasi medan gravitasi akibat variasi densitas batuan bawah
permukaan, sehingga dalam pelaksanaannya yang diselidiki adalah perbedaan medan gravitasi dari suatu
titik observasi terhadap titik observasi lainnya. Prinsip pada metode ini mempunyai kemampuan dalam
membedakan densitas suatu material terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan demikian struktur bawah
permukaan dapat diketahui. Untuk menggunakan metode ini dibutuhkan minimal dua alat gravitasi, alat
gravitasi yang pertama berada di base sebagai alat yang digunakan untuk mengukur pasang surut gravitasi,
alat yang kedua dibawa pergi ke setiap titik pada stasiun mencatat perubahan gravitasi yang ada. Biasanya
dalam pengerjaan pengukuran gravitasi ini, dilakukan secara looping.
Dengan adanya densitas (rapat massa) yang berbeda menyebabkan harga gaya berat
satuan yang berbeda pada permukaan bumi. Harga gaya berat rata-rata pada permukaan bumi
dalam satuan SI adalah 9,8 m/s2. Metode gravity dilandasi oleh hukum Newton yang menyatakan
gaya tarik-menarik antara dua buah partikel sebanding dengan perkalian massa kedua partikel
tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara pusat keduanya (Newton, 1687).
m1 . m2
F́(r )=G r^ ……………………………………(1)
r2
Percepatan yang dialami oleh suatu massa (m2) sebagai akibat dari tarikan massa (m1) bisa
dihitung dengan membagi F dengan m2. Jika m1 adalah massa bumi, maka percepatan yang
dialami m2 pada permukaan bumi sesuai dengan persamaan di bawah
F mbumi
g= =−g 2 r^
m2 r
Potensi pada suatu titik dalam medan gravitasi didefinisikan sebagai fungsi kerja oleh medan
magnet, dimana pada kasus gayaberat medan potensialnya adalah medan gayaberat yang
ditimbulkan oleh gaya tarik bumi. Dalam medan gayaberat, energi atau kerja yang dilakukan
untuk memindahkan suatu muatan massa dari titik awal ke titik tertentu tidak bergantung pada
lintasan tetapi hanya bergantung pada posisi awal dan akhir, sehingga medan gayaberat bersifat
konservatif. Gayaberat yang timbul adalah medan konservatif yang dapat diturunkan dari suatu
fungsi potensial skalar U (x,y,z) yang disebut Newtonian Potensial (Blakely, 1996) atau
Potensial Tiga Dimensi, dinyatakan sebagai :
g ( P )=∇ U ( P)
Dari persamaan di atas akan diperoleh potensial gaya dalam bentuk
Gm
U ( P )=
r
yang menyatakan suatu usaha untuk menggerakkan sebuah massa dari suatu titik tak terhingga
jauhnya dari sembarang lintasan, ke suatu titik dengan jarak r dari pusat massa m. Fungsi U
disebut potensial gayaberat atau potensial Newton dan percepatan gayaberat g adalah medan
potensial.
Pada metode gravitasi dilakukan pengukuran variasi medan gravitasi bumi yang sangat
kecil yang disebabkan variasi kepadatan lateral. Variasi gravitasi diamati di daratan, permukaan
bawah air, lubang bor, bahkan satelit. Variasi yang diukur bergantung pada hukum gravitasi
Newton. Variasi gravitasi yang diamati, yang disebut anomali, adalah perbedaan antara medan
secara observasi dan teoritis berdasarkan pertimbangan sifat-sifat alami planet bumi dan asumsi
3
simetri radial lapisan bumi. Anomali bisa berupa positif atau negatif tergantung adanya kelebihan
atau kekurangan massa. Dalam satuan cgs, harga gayaberat dinyatakan dalam cm/s2 atau g.u
(gravity unit) atau gal. Terdapat dua jenis pengukuran gaya berat :
a. Pengukuran absolut
Pengukuran absolut dilakukan di laboratorium-laboratorium, sulit untuk mendapatkan harga
gayaberat absolut yang akurat, karena banyak kendala-kendala yang sangat mempengaruhi hasil
pengukuran (Sarkowi, 2009). Oleh karena itu, pengukuran secara absolut jarang sekali dilakukan
karena terlalu sulit dan meibatkan banyak faktor maupun alat. Cara pengukuran absolut yaitu
pendulum, jatuh bebas, dan gravimeter.
b. Pengukuran relatif
Pengukuran relatif lebih umum dan mudah dilakukan, pada penelitian gayaberat. Pengukuran ini
dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran titik yang tidak diketahui nilai gayaberatnya
dengan titik yang sudah diketahui yang telah diikat kepada titik-titik referensi,
misalnya Postdam, IGSN, dan lain lain.

2.2 Penelitian Terdahulu


No Nama, Tahun Penerapan Lokasi lapangan Hasil signifikan dan
kesimpulan
1 Pendugaan Lapisan Geothermal Gunungapi Slamet, Struktur geologi batuan
Reservoir Panas Jawa Tengah bawah permukaan
Bumi di Kawasan Gunungapi Slamet terdiri
Gunungapi Slamet atas batuan Andesit
dengan dengan densitas 2,54
Memanfaatkan Data g/cm3, batuan Andesit-
Anomali Medan Basaltik dengan densitas
Gravitasi Citra Satelit 2,67 g/cm3, batuan Lava
(Reswara P.A. dan Tua dengan densitas 2,9
Sehah, 2014) g/cm3, dan kantong
magma Andesit dengan
densitas 2,45 g/cm3.
Batuan Andesitik-
Basaltik berperan sebagai
batuan dasar, sedangkan
lapisan reservoir diduga
merupakan batuan
Andesit dengan
ketebalan 4,5 km.
Terdapat patahan yang
menyebabkan munculnya
manifestasi panasbumi di
permukaan.
2 Interpretasi Struktur Geothermal Coso Geothermal Berdasarkan peta
Bawah Permukaan Field, California anomali gravity yang
berdasarkan dihasilkan, terdapat zona
Pemodelan Data heat source sebagai
Gravitasi 3D (Studi daerah prospek dengan
4
Kasus Lapangan nilai anomali bouguer 5-
Panas Bumi Coso, 13 mGal. Dari model
California) (Wibowo gravitasi 3D, didapat
dkk., 2017) struktur geologi graben
yang menunjukkan
prospek sistem
panasbumi. Diketahui
keberadaan heat source
berada di kedalaman
>3000 m dari
permukaan.
3 Eksplorasi Gayaberat Groundwater Kota dan Kabupaten Bagian selatan Kota
Untuk Airtanah Dan Serang Serang merupakan
Topografi Batuan daerah dengan anomali
Dasar Di Daerah rendah, yang diapit oleh
Serang, Banten daerah beranomali tinggi
(Handayani dan di sisi barat dan
Wardhana, 2017) timurnya. Dari hasil
forward modelling
didapat topografi
basement dengan fitur
utama berupa cekungan
Serang dan Tanara.
Cekungan diapit tinggian
di sekitar Ciruas dan sisi
barat Serang, dan juga
sebagian daerah pantai di
utara dari Tanara.
Diperkirakan airtanah di
daerah cekungan batuan
dasar cenderung lebih
berlimpah. Airtanah dari
daerah tersebut juga
mungkin sulit mengalir
ke daerah dengan
tinggian pada batuan
dasarnya, di sisi timur
dan baratnya.
4 3D Geophysical Geothermal Akutan, Alaska, USA Forward modelling
Inversion Modelling geofisika 3d dilakukan
of Gravity Data as a untuk menguji seberapa
Subsurface akurat model bawah
Geothermal permukaan dengan data
Exploration Tool gravity yang diamati.
With an Example Model densitas semu

5
From Akutan memiliki kecocokan
(Alaska, USA) yang baik dengan data
(Witter dkk., 2016) gravity dan kontras
lateral dalam model ini
mewakili batas-batas
satuan batuan penting di
bawah permukaan.
Forward modelling
pseudo-basement
menunjukkan perbedaan
dengan data gravity yang
ada. Setelah dilakukan
forward modelling baru,
masih tetap tidak sesuai
dengan lingkungan
penelitian. Sedangkan
model inversi heterogen
3D memiliki kecocokan
yang baik dengan nilai
densitas dari sumur TG2
dan TG4.
Nilai densitas rendah di
bagian barat laut
bertepatan dengan
wilayah yang sangat
berubah yang dipetakan
di wilayah yang sama
yang diperkirakan akan
ditandai oleh batuan
dengan kepadatan
rendah.
Tren struktural
disimpulkan dari model
geofisika dalam
penelitian ini juga sesuai
dengan yang disimpulkan
dari pemetaan geologi
dan kegempaan.
5 Investigation of Mining Nsukka Area, South- Tubuh batuan yang
Nsukka Area, South- Eastern Nigeria menyebabkan anomali
Eastern Nigeria for memiliki trend N-S dan
Mineral Exploration terkonsentrasi di bagian
Using Gravity tengah. Kedalaman
Method (Igwe dkk., anomali berkisar dari
2018) 407-1713 m untuk SI =

6
1, 1792 hingga 9664 m
untuk SI = 2, dan 2000
hingga 9664 untuk SI = 3
Densitas batuan
penyebab anomali
berkisar 1635 - 4127
kg/m3. Daerah Nsukka
memiliki mineral yang
dapat dieksploitasi
seperti clay, sandstone,
ironstone.
6 Identifikasi Struktur Structural Desa Nilai anomali bougure
Bawah Permukaan Sumbermanjingwetan positif dengan rentang
Dengan dan Desa Druju – +50 hingga +120.
Menggunakan Malang Selatan Dengan anomali rendah
Metode Gravity Di dari +50 hingga +90
Desa mGal di bagian barat
Sumbermanjingweta daya ke timur laut.
n dan Desa Druju – Sedangkan anomali
Malang Selatan tinggi +95 hingga +120
(Ramadhani dan di bagian barat laut
Sunaryo, 2016) hingga tenggara.
Jenis batuan terdiri dari
clay, dengan nilai
densitas 2,25 gr/cm3,
napal pasiran dengan
densitas 2,4 gr/cm3,
sandstone dengan
densitas 2,7 gr/cm3, dan
limestone dengan
3
densitas 2,9 gr/cm
7 Pendugaan Arah Geothermal KAWASAN Terdapat beberapa jenis
Aliran Hidrotermal GUNUNG KELUD patahan di area
Dengan Metode KABUPATEN penelitian. Dimana
Gravitasi KEDIRI digunakan 6 slice untuk
Menggunakan Data mengidentifikasi patahan
Citra Satelit Di tersebut. Slice 1,3,4,5
Kawasan Gunung adalah patahan naik, dan
Kelud Kabupaten slice 2 patahan turun,
Kediri (Rifaldi dkk., sedangkan slice 6 adalah
2017) patahan turun yang
membentuk struktur
horst-graben. Struktur
patahan terletak di
kedalaman 41-1559 m.

7
Arah patahannya adalah
timur laut-barat daya,
timur-barat, utara-
selatan, timur-barat,
timur-barat, dan utara-
selatan. Dengan
mayoritas batuan adalah
batuan beku andesit,
basalt, volcanic sand, dan
lava. Dan arah aliran
hidrothermal diperkiran
menuju arah utara dan
selatan kawah Gunung
Kelud.
8 INTERPRETASI Geothermal Desa Diwak dn Struktur geologi bawah
BAWAH Derekan, Semarang permukaan daerah
PERMUKAAN Jawa Tengah penelitian tersusun oleh 2
SISTEM PANAS formasi batuan yaitu
BUMI DIWAK DAN formasi batuan
DEREKAN gajahmungkur dan
BERDASARKAN formasi batuan kaligetas.
DATA GRAVITASI Adanya bidang sesar
(Ilmi dan Harmoko, yaitu sesar turun berada
2014) di sebelah utara yang
merupakan di wilayah
DiwakDerekan yang
berarah baratdaya-
timurlaut. Struktur bawah
permukaan di wilayah
Diwak-Derekan berada
pada zona sesar, yang
merupakan media jalan
keluar fluida ke
permukaan pada sistem
panas bumi daerah
tersebut dan letak heat
source diinterpretasikan
di bagian selatan daerah
penelitian.
9 STUDI STRUKTUR Geothermal Lapangan terdapat sesar berarah
DAERAH Geothermal ‘AK’ hampir baratlaut-
PROSPEK (tidak disebutkan tenggara yang
GEOTHERMAL lokasi) merupakan gabungan
DENGAN METODE sesar normal dan sesar
DEKONVOLUSI geser sedangkan dengan

8
EULER kedalaman berkisar dari
TERHADAP 139 meter hingga 1004
ANOMALI meter di bawah
GRAVITASI (Kahar, permukaan.
2016) terdapatnya batuan
dengan densitas besar
yaitu 2.79 gr/cc yang
diprediksi sebagai batuan
metamorf berupa filit
yang tersingkap hingga
ke permukaan, terdapat
pengendapan sedimen
berupa batuan dengan
densitas rendah yang
merupakan konglomerat
dengan densitas sebesar
2.25 gr/cc. Di atas
konglomerat terjadi
pengendapan sedimen
berupa Gamping dengan
densitas 2.55 gr/cc
hingga ke permukaan.
Selanjutnya bagian
baratdaya terdapat
sedimen permukaan yaitu
alluvium dengan densitas
sebesar 1.98 gr/cc. Sesuai
dengan hasil tinjauan
geologi
10 Penentuan Jebakan Oil and Gas Majalengka, Jawa Terdapat jebakan sistem
Sistem Hidrokarbon Barat hidrokarbon di wilayah
dengan Metode Gaya Ujung Jaya, dengan
Berat di Daerah komponen seperti batuan
Majalengka (Al- induk, reservoir, batuan
anshori dkk., 2018) penutup, dan struktur
antiklin. Reservoir
memiliki densitas sebesar
2,65 gr/cc dengan jenis
batuan adalah batuan
sedimen. Sedangkan
batuan penutup memiliki
densitas 2,5 gr/cc.

9
BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di daerah Gunung Pandan, Kecamatan Gondang, Kabupaten
Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 3 September 2019 hingga 10 September 2019.
Pengambilan data dilakukan di 77 titik yang terbagi mejadi 7 kavling sehingga setiap kelompok
memperoleh 11 titik pengukuran.

3.2 Desain Akuisisi

Gambar 3.1 Titik Akuisisi GMM Seluruh Kelompok

Tabel 3.1 Koordinat Titik Pengukuran Gondang


Kecamatan Gondang
Nama Titik Easting_X Northing_Y Elevasi_Z
GMM - 51 587091,3921 9179080,35 303
GMM - 53 585779,3069 9179122,469 384
GMM - 23 586952,039 9177050,732 504
GMM - 13 586959,8798 9176496,816 512
GMM - 12 586322,0526 9176502,372 548
GMM - 11 585822,1894 9176520,943 511
GMM - 21 585780,3283 9177189,899 462
GMM - 22 586138,9303 9177162,733 474
GMM - 31 585846,5625 9177829,918 345
GMM - 32 586343,1148 9177803,614 363
GMM - 41 585778,023 9178390,572 350
GMM - 59 592172,0759 9178950,529 219

10
GMM - 50 591476,6359 9178266,362 234
GMM - 40b 591535,9161 9178099,304 234
GMM - 40 591456,8113 9177698,119 283
GMM - 39 591012,7506 9178060,48 266
GMM - 49 590823,6482 9178443,37 299
GMM - 48 590047,6382 9178337,563 350
GMM - 38 590213,4056 9177865,166 328
GMM - 37 589575,4306 9177802,215 400
GMM - 47 589564,471 9178445,694 399
GMM - 58 591166,7069 9178952,414 261
GMM - 36 588940,936 9177831,015 432
GMM - 25 588319,5057 9177151,096 556
GMM - 19 588966,0996 9177105,698 538
GMM - 16 588940,936 9177831,015 528
GMM - 17 589590,8225 9176568,339 517
GMM - 29 589548,3633 9176883,513 484
GMM - 28 589769,7978 9176678,57 475
GMM - 43 587053,854 9178451,335 464
GMM - 44 587594,6769 9178492,381 423
GMM - 34 587701,6597 9177842,101 471
Tambahan 588284,6001 9177986,989 539
GMM - 83 587418,1314 9181598,305 198
GMM - 93 587557,9904 9182046,926 196
GMM - 95 588920,433 9181732,699 232
GMM - 86 589540,324 9180931,12 201
GMM - 76 589571,7777 9180629,235 219
GMM - 65 589287,0652 9180036,049 323
GMM-75 588816,597 9180462,559 295
GMM-74 588428,2123 9180511,907 247
GMM-84 588697,4072 9181073,063 287
GMM-85 589179,7234 9181088,772 214
GMM - 82 586987,8107 9181031,902 296
GMM - 72 586852,1774 9180472,714 290
GMM - 71 586692,4022 9180613,407 298
GMM - 710 586686,1168 9180803,579 295
GMM - 81 586462,3378 9180948,806 271
GMM - 830 587443,8816 9181184,768 210
GMM - 80 585283,009 9181204,051 220
GMM - 70 585263,9838 9180418,012 224
GMM - 60 585257,517 9179872,97 231
GMM - 99 591442,0447 9181608,661 153
GMM - 87 590199,2635 9180969,714 183
GMM - 77 590197,0062 9180342,844 240
GMM - 88 590823,9187 9180968,561 201
GMM - 97 590040,8179 9181831,266 134
11
GMM - 96 589574,6524 9181598,838 123
GMM - 89 591436,412 9180955,261 162
GMM -79 591408,7309 9180315,169 179
GMM -69 591484,778 9179669,356 203

Tabel 3.2 Koordinat Titik Pengukuran Selogajah


Selogajah
Nama Titik Easting_X Northing_Y Elevasi
GMM - 9 590040 9180775 199
GMM - 10 590126,2 9180840 213
GMM - 11 590332,6 9180833 196
GMM - 12 590206,4 9180656 214
GMM - 13 590053,1 9180680 237
GMM - 14 589859,8 9180640 215
GMM - 15 589783,7 9180905 214

Tabel 3.3 Koordinat Titik Pengukuran Banyukuning


Banyukuning
Nama Titik Easting_X Northing_Y Elevasi
GMM - 16 589139,9 9176784 496
GMM - 17 589234 9176943 535
GMM - 18 589150,1 9176955 547
GMM - 19 589154,4 9176870 543
GMM - 20 589197,4 9176869 539

Tabel 3.4 Koordinat Titik Pengukuran Lumpur Jari


Lumpur Jari
Nama Titik Easting_X Northing_Y Elevasi
GMM - 1 588453 9180437 499
GMM - 2 588422,5 9180390 340
GMM - 3 588377,2 9180383 342
GMM - 4 588340,9 9180428 336
GMM - 5 588385,1 9180453 340
GMM - 6 588363 9180481 343
GMM - 7 588392,9 9180522 475
GMM - 8 588435,9 9180485 308

12
3.3 Alat dan Software
Pada saat akuisisi alat dan bahan yang digunakan sebagai berikut:
1. Scintrex CG5 buatan Kanada
2. Tripod
3. GPS
4. Peta desain Akuisisi
5. Datasheet
6. ATK
Sedangkan pada saat pengolahan data, software yang digunakan sebagai berikut:
1. Microsoft Excel
2. Global Mapper 18
3. Oasis Montaj 8.4

3.4 Diagram Alir Pengolahan

Gambar 3.3 Diagram Alir Pengolahan

13
3.4 Tahapan Penelitian
3.4.1 Koreksi Data
Koreksi Data Penelitian dimulai dari proses akuisisi data yang dilakukan dengan metode
looping tertutup, yaitu menjadikan base sebagai titik acuan. Pengukuran dimulai dari base
dilanjutkan pada di titik pengukuran dan diakhiri di base kembali dalam satu hari yang sama.
Jumlah data yang diolah adalah 62 titik. Dari data yang sudah didapatkan dilakukan koreksi data
pada perangkat Microsoft Excel yang dilakukan secara berurutan mulai dari menghitung koreksi
drift, menghitung nilai gravitasi observasi, menghitung gravitasi normal atau koreksi lintang,
menghitung koreksi udara bebas, dan menghitung koreksi terrain. Sebelum menghitung koreksi
terrain dilakukan perhitungan anomali bougeur sederhana. Dilanjutkan dengan menghitung
anomali bougeur lengkap.

3.4.2 Densitas Parasnis


Untuk menghasilkan nilai anomali bougeur yang baik perlu dilakukan perhitungan pada
densitas bougeur dengan metode parasnis. Metode parasnis dicari dengan melakukan
penggambaran grafik antara anomali udara bebas (FAA) pada sumbu Y dengan FAC pada
sumbu X kemudian didapatkan nilai regresi liniernya. Nilai regresi ini yang digunakan sebagai
nilai densitas parasnis. Nilai densitas bougeur yang awalnya berupa densitas kerak bumi, yaitu
1,7275 gr/cm3, berubah dengan densitas bougeur hasil metode parasnis.

3.4.3 Analisa Spektrum


Analisis spektrum dilakukan untuk mendapatkan kedalaman dari anomali regional dan
anomali residual. Analisis ini dilakukan dalam program Oasis Montaj 8.4 dan Microsoft Excel
365. Pada program Oasis Montaj 8.4 dilakukan plotting lintasan yang akan dilakukan analisis
spekturm. Pada penelitian ini dilakukan 3 lintasan dengan orientasi sesuai dengan orientasi
lintasan pengukuran. Setiap lintasan yang dibuat akan dilakukan analisis spekturm di Microsoft
Excel dengan menggunakan prinsip grafik L curve kemudian diplot. Grafik ini dibuat dengan
menggunakan data anomali bougeur lengkap atau CBA. Kemudian dilakukan fast fourier
transform (FFT) pada data CBA dengan bantuan fitur fourier analysis yang ada di Microsoft
Excel. Setelah dilakukan FFT lalu dihitung nilai bilangan gelombang (k) dan amplitudo (ln A).
Nilai bilangan gelombang didapakan dari persamaan gelombang biasa dengan menggunakan
frekuensi. Sedangkan nilai ln A didapatkan dengan menghitung nilai ln dari hasil FFT

3.4.4 Forward Modelling


Peta yang diperoleh dari Oasis Montaj disayat untuk memperoleh nilai CBA. Masing-
masing peta dilakukan forward modelling hingga memperoleh nilai error sekecil-kecilnya dengan
memperhatikan kesesuaian data litologi.

14
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Koreksi Data


Tabel 4.1 Perhitungan Densitas Parasnis
Titik FAC FAA
118.523
GMM - 51 93.5058 2
153.084
GMM - 53 118.5024 6
219.116
GMM - 23 155.5344 4
223.966
GMM - 13 158.0032 8
247.770
GMM - 12 169.1128 9
229.267
GMM - 11 157.6946 3
202.668
GMM - 21 142.5732 1
207.614
GMM - 22 146.2764 3
138.896
GMM - 31 106.467 4
146.711
GMM - 32 112.0218 4
144.616
GMM - 41 108.01 7
77.5432
GMM - 59 67.5834 3
78.5503
GMM - 50 72.2124 3
79.2550
GMM - 40b 72.2124 6
105.942
GMM - 40 87.3338 4
89.5738
GMM - 39 82.0876 3
106.111
GMM - 49 92.2714 7
126.612
GMM - 48 108.01 3
119.792
GMM - 38 101.2208 9
156.509
GMM - 37 123.44 2
150.039
GMM - 47 123.1314 8
15
87.9493
GMM - 58 80.5446 7
210.577
GMM - 36 133.3152 1
239.157
GMM - 25 171.5816 2
229.892
GMM - 19 166.0268 3
226.824
GMM - 16 162.9408 8
218.339
GMM - 17 159.5462 3
204.543
GMM - 29 149.3624 7
201.961
GMM - 28 146.585 7
GMM - 43 143.1904 186.024
170.060
GMM - 44 130.5378 9
194.526
GMM - 34 145.3506 7
TAMBAHA 228.570
N 166.3354 5
55.1231
GMM - 83 61.1028 9
54.2808
GMM - 93 60.4856 8
62.7336
GMM - 95 71.5952 1
42.5330
GMM - 86 62.0286 4
50.2258
GMM - 76 67.5834 5
104.417
GMM - 65 99.6778 8
89.9032
GMM-75 91.037 8
76.7079
GMM-74 76.2242 4
GMM-84 88.5682 91.0967
51.3943
GMM-85 66.0404 6
101.587
GMM - 82 91.3456 7
105.902
GMM - 72 89.494 2
110.146
GMM - 71 91.9628 5
16
GMM - 710
(intrusi) 91.037 109.012
97.0509
GMM - 81 83.6306 6
59.3016
GMM - 830 64.806 3
GMM - 80 67.892 72.8374
78.3083
GMM - 70 69.1264 6
82.2327
GMM - 60 71.2866 9
29.6003
GMM - 99 47.2158 9
35.7516
GMM - 87 56.4738 9
62.2005
GMM - 77 74.064 1
47.5497
GMM - 88 62.0286 5
22.1471
GMM - 97 41.3524 9
19.0329
GMM - 96 37.9578 7
33.9325
GMM - 89 49.9932 3
42.7667
GMM -79 55.2394 6
57.5994
GMM -69 62.6458 8

Perhitungan densitas perhitungan menggunakan Excel dengan membuat grafik dimana


nilai x adalah FAC dan nilai y adalah FAA. Nilai gradien yang dihasilkan merupakan nilai
densitas parasnis. Nilai tersebut digunakan untuk menghitung nilai CBA.

Tabel 4.2 Perhitungan Nilai Complete Bouger Anomaly


Bouger
Titik SBA CBA
Correction
96.4513724
GMM - 51 22.07185 1 98.29287241
125.112370
GMM - 53 27.97224 4 127.2673704
182.402835
GMM - 23 36.71357 2 184.1713352
186.670437
GMM - 13 37.29632 8 189.2042378
207.852142
GMM - 12 39.91872 2 210.3377422

17
192.043828
GMM - 11 37.22348 5 193.5851285
169.013993
GMM - 21 33.65411 4 170.5683934
173.086037
GMM - 22 34.52824 7 175.2835377
113.765132
GMM - 31 25.13131 3 115.2147323
120.268896
GMM - 32 26.44251 4 121.7518964
119.121187
GMM - 41 25.49553 9 120.7432879
61.5903064
GMM - 59 15.95292 7 62.43220647
61.5047396
GMM - 50 17.04559 3 62.70083963
62.2094746
GMM - 40b 17.04559 2 63.40477462
85.3274583
GMM - 40 20.61496 7 86.89835837
70.1972282
GMM - 39 19.37661 4 71.71432824
84.3312081
GMM - 49 21.78047 4 85.47500814
GMM - 48 25.49553 101.116769 102.528769
95.8999884
GMM - 38 23.89296 8 97.48058848
127.371473
GMM - 37 29.13775 8 129.2252738
120.974875
GMM - 47 29.06491 1 122.5893751
68.9369849
GMM - 58 19.01238 9 70.04408499
179.108299
GMM - 36 31.46877 4 181.7625994
198.655688
GMM - 25 40.50148 6 200.9984886
190.701981
GMM - 19 39.19028 8 192.8480818
188.362938
GMM - 16 38.46183 4 191.4399384
180.678743
GMM - 17 37.66055 5 182.6931435
169.287025
GMM - 29 35.25668 4 171.3621254
167.360634
GMM - 28 34.60108 1 169.2238341
GMM - 43 33.79979 152.224159 154.3024599
18
9
139.247690
GMM - 44 30.81317 5 140.6829905
160.217002
GMM - 34 34.3097 7 161.7261027
189.307411
TAMBAHAN 39.26312 5 191.5806115
40.7000027
GMM - 83 14.42319 8 41.51960278
40.0033815
GMM - 93 14.2775 3 40.65078153
45.8337124
GMM - 95 16.8999 4 46.61351244
27.8913173
GMM - 86 14.64172 1 28.97121731
34.2729288
GMM - 76 15.95292 2 35.75472882
80.8890778
GMM - 65 23.52874 9 82.98327789
68.4141852
GMM-75 21.48909 2 70.04858522
GMM-74 17.99256 58.7153803 61.0991803
70.1903618
GMM-84 20.90634 3 71.15946183
35.8056599
GMM-85 15.5887 2 37.06655992
80.0257486
GMM - 82 21.56194 6 80.92884866
84.7773185
GMM - 72 21.12487 8 85.81801858
88.4388582
GMM - 71 21.70763 5 89.33245825
GMM - 710 87.5229003
(intrusi) 21.48909 8 88.43520038
77.3101298
GMM - 81 19.74083 8 77.96842988
44.0043128
GMM - 830 15.29732 1 44.98411281
56.8116357
GMM - 80 16.02576 6 57.63943576
61.9912220
GMM - 70 16.31714 6 62.79252206
65.4057356
GMM - 60 16.82705 1 66.42083561
18.4552036
GMM - 99 11.14519 2 18.96980362
22.4211672
GMM - 87 13.33052 2 23.29656722
19
44.7178607
GMM - 77 17.48265 8 46.17376078
32.9080278
GMM - 88 14.64172 8 33.86922788
GMM - 97 9.761147 12.3860388 13.3499388
10.0731072
GMM - 96 8.959859 2 11.71000722
22.1317385
GMM - 89 11.80079 4 22.70513854
29.7276146
GMM -79 13.03914 9 30.54441469
42.8120712
GMM -69 14.78741 2 43.65377122

Nilai CBA difilter menggunakan Fourier Transform sehingga memperoleh nilai windows
pada aplikasi Oasis Montaj dan kedalaman regional dan residual.

Tabel 4.3 Nilai rata-rata kedalaman

Kedalaman Kedalaman
Line
Regional Residual

1 2774 128.86
2 1638.6 184.36
3 1870.6 169.57
4 1549.1 177.11
5 1858.1 172.33
Rata-
rata 1938.08 166.446

Nilai rata-rata kedalaman tersebut digunakan untuk data forward modelling.

4.2 Hasil Pengolahan dan Pembahasan


4.2.1 Interpretasi Kualitatif Kecamatan Gondang

Gambar 4.1 Grafik Densitas Parasnis

20
Gambar 4.2 Peta Anomali CBA Gondang

Gambar 4.3 Peta Anomali Regional

Gambar 4.4 Peta Anomali Residual

21
Gambar 4.5 Peta FHD

Gambar 4.6 Peta SVD dan Slicing

22
4.2.2 Interpretasi Kualitatif Banyukuning

Gambar 4.7 Peta Anomali CBA

Gambar 4.8 Peta Anomali Regional

Gambar 4.9 Peta Anomali Residual

23
Gambar 4.10 Peta FHD

Gambar 4.11 Peta SVD

4.2.3 Interpretasi Kualitatif Lumpur Jari

Gambar 4.12 Peta Anomali CBA

24
Gambar 4.13 Peta Anomali Regional

Gambar 4.14 Peta Anomali Residual

Gambar 4.15 Peta FHD

25
Gambar 4.16 Peta SVD

4.2.4 Interpretasi Kualitatif Selogajah

Gambar 4.17 Peta Anomali CBA

Gambar 4.18 Peta Anomali Regional

26
Gambar 4.19 Peta Anomali Residual

Gambar 4.20 Peta FHD

Gambar 4.21 Peta SVD

4.2.5 Pembahasan Kualitatif


Hasil Pengolahan Excel Kecamatan Gondang didapatkan analisis densitas Parasnis untuk
mendapatkan nilai Bouguer Anomali mempunyai nilai densitas sebesar 1.7377g/cc. Dari
pengolahan menggunakan Oasis Montaj didapatkan Peta Complete Anomaly Bouguer, Peta
Anomali Regional dari hasil filter Moving Average, Peta Anomali Residual dari pengurangan
Anomali Bouguer dengan Anomali Regional, serta Anomali FHD, dan Anomali SVD hasil filter
Elkins dari masing – masing daerah yang bisa dilihat pada gambar 4.1 sampai 4.21

27
Gambar 4.22 Hasil Slicing SVD Kecamatan Gondang

Interpretasi Kualitatif juga menggunakan Peta Anomali SVD yang mendapatkan hasil pada
sayatan ke-1 adanya patahan turun, yang didapatkan dari Gambar 4.22 dimana grafik berbentuk
sinusoidal dengan nilai maksimum kurva minimum lebih besar daripada nilai maksimum kurva
maksimum, Hal ini sesuai dengan peta geologi dimana kemungkinan didaerah tersebut adanya
patahan.

Gambar 4.23 Hasil Slicing SVD Banyukuning

Interpretasi Kualitatif juga menggunakan Peta Anomali SVD yang mendapatkan hasil pada
sayatan ke-1 adanya beda lithologi. Hasil slicing tidak ditemukan identifikasi patahan atau sesar.
Dari profile tersebut hanya menunjukan informasi adanya perbedaan nilai densitas yang
menunjukan adanya perbedaan litologi atau perbedaan jenis batuan pada daerah tersebut.

Gambar 4.24 Hasil Slicing SVD Lumpur Jari

28
Interpretasi Kualitatif juga menggunakan Peta Anomali SVD yang mendapatkan hasil
dilakukan 3 sayatan tidak ditemukan adanya patahan/sesar pada daerah tersebut. Gambar 4.24
menunjukan hasil salah satu sayatan pada line 1 daerah lumpur, dari gambar diatas diketahui
bahwa daerah tersebut menunjukan adanya perbedaan litologi atau nilai densitasnya.

Gambar 4.25 Hasil Slicing SVD Selogajah

Setelah dilakukan 2 sayatan terhadap perbedaan nilai anomali tidak terlihat adanya patahan
pada daerah tersebut. Dapat dilihat pada gambar 4.25, kurva tidak menunjukan adanya grafik
sinusoidal. Dari grafik tersebut diperkiraan bahwa sayatan pada daerah tersbut mempunyai nilai
densitas yang berbeda atau dengan kata lain mempunyai litologi atau jenis batuan yang berbeda.

4.2.6 Interpretasi Kuantitatif

Gambar
4.26 Modelling Regional Kec. Gondang

29
BAB V

Gambar 4.27 Modelling Residual Kec. Gondang

Dari Hasil Pengolahan Analisa Spektrum kita mendapatkan hasil kedalaman model Regional
sebesar 1244.84 meter dan juga kedalaman model Residual sebesar 118.116 meter. Pada
Modelling Anomali Regional didapatkan 3 lapisan batuan yang mewakili 3 Formasi Batuan. Yang
pertama yaitu batuan Breksi dari Formasi Pandan dengan nilai densitas 2.9g/cc, Lalu yang kedua
adalah Batu Napal dari Formasi Kalibeng dengan nilai densitas 2.3 g/cc, Dan yang terakhir yaitu
Batu Pasir dari Formasi Kerek dengan nilai densitas 3.0 g/cc. Dari hasil modelling Anomali
Regional didapatkan error sebesar 2.800
Pada Modelling Anomali Residual didapatkan 3 Lapisan batuan yang. Yang pertama yaitu
batuan Breksi dengan nilai densitas 1.6g/cc, Lalu yang kedua adalah Batu Napal dengan nilai
densitas 2.4g/cc. Yang Ketiga adalah Batu Tuff dengan Nilai densitas. Dari hasil modelling
anomali residual Kecamatan Gondang didapatkan nilai error sebesar 7.977

30
Gambar 4.28 Modelling Regional Banyukuning

Gambar 4.29 Modelling Residual Banyukuning


Dari Hasil Pengolahan Analisa Spektrum kita mendapatkan hasil kedalaman model Regional
sebesar 135.9 meter dan juga kedalaman model Residual sebesar 25.7 meter. Pada Modelling
Anomali Regional didapatkan 3 lapisan batuan Yang pertama yaitu batuan Breksi dari Formasi
Pandan dengan nilai densitas 2.9g/cc, Lalu yang kedua adalah Batu Napal dari Formasi Kalibeng
dengan nilai densitas 2.3 g/cc, Dan yang terakhir yaitu Batu Pasir dari Formasi Kerek dengan nilai
densitas 3.0 g/cc. Dari hasil modelling Anomali Regional didapatkan error sebesar 0.30
Pada Modelling Anomali Residual didapatkan 2 Lapisan batuan yang. Yang pertama yaitu
batuan Breksi dengan nilai densitas 3.0 g/cc, Lalu yang kedua adalah Batu Napal dengan nilai
densitas 2.4g/cc. Dari hasil modelling anomali residual Banyukuning didapatkan nilai error
sebesar 0.104

31
BAB V

Gambar 4.30 Modelling Regional Lumpur Jari

Gambar 4.27 Modelling Residual Lumpur Jari

Dari Hasil Pengolahan Analisa Spektrum kita mendapatkan hasil kedalaman model Regional
sebesar 135 meter dan juga kedalaman model Residual sebesar 25 meter. Pada Modelling Anomali
Regional didapatkan 2 lapisan batuan yang mewakili. Yang pertama yaitu batuan Breksi dari
Formasi Pandan dengan nilai densitas 2.9g/cc, Lalu yang kedua adalah Batu Napal dari Formasi
Kalibeng dengan nilai densitas 2.4 g/cc. Terdapat Lumpur dengan densitas 1.5g/cc Dari hasil
modelling Anomali Regional didapatkan error sebesar 1.244
Pada Modelling Anomali Residual didapatkan 2 Lapisan batuan yang. Yang pertama yaitu
batuan Breksi dengan nilai densitas 2.9g/cc, Lalu yang kedua adalah Batu Napal dengan nilai
densitas 2.4g/cc. Terdapat Lumpur dengan densitas 1.5g/cc. Dari hasil modelling anomali residual
Lumpur Jari didapatkan nilai error sebesar 7.658

32
Gambar 4.31 Modelling Regional Selogajah

Gambar 4.31 Modelling Residual Selogajah

Dari Hasil Pengolahan Analisa Spektrum kita mendapatkan hasil kedalaman model Regional
sebesar 265 meter dan juga kedalaman model Residual sebesar 38.4 meter. Pada Modelling
Anomali Regional didapatkan 2 lapisan batuan yang mewakili. Yang pertama yaitu batuan
Sandstone dengan nilai densitas 1.85 g/cc, Lalu yang kedua adalah Batu Napal dari Formasi
Kalibeng dengan nilai densitas 2.4 g/cc. Dari hasil modelling Anomali Regional didapatkan error
sebesar 1.152
Pada Modelling Anomali Residual didapatkan 2 Lapisan batuan yang. Yang pertama yaitu
Batuan Sandstone dengan nilai densitas 1.8 g/cc, Lalu yang kedua adalah Batu Napal dengan nilai
densitas 2.4g/cc. Dari hasil modelling anomali residual Selogajah didapatkan nilai error sebesar
1.108

33
BAB 5 KESIMPULAN

1. Pada Modelling Anomali Regional didapatkan 3 lapisan batuan. Yang pertama yaitu
batuan Breksi dari Formasi Pandan dengan nilai densitas 2.9g/cc, Lalu yang kedua adalah
Batu Napal dari Formasi Kalibeng dengan nilai densitas 2.3 g/cc, Dan yang terakhir yaitu
Batu Pasir dari Formasi Kerek dengan nilai densitas 3.0 g/cc. Dari hasil modelling
Anomali Regional didapatkan error sebesar 2.800. Pada Modelling Anomali Residual
didapatkan 3 Lapisan batuan yang. Yang pertama yaitu batuan Breksi dengan nilai densitas
1.6g/cc, Lalu yang kedua adalah Batu Napal dengan nilai densitas 2.4g/cc. Yang Ketiga
adalah Batu Tuff dengan Nilai densitas. Dari hasil modelling anomali residual Kecamatan
Gondang didapatkan nilai error sebesar 7.977

2. Pada Modelling Anomali Regional didapatkan 3 lapisan batuan Yang pertama yaitu batuan
Breksi dari Formasi Pandan dengan nilai densitas 2.9g/cc, Lalu yang kedua adalah Batu
Napal dari Formasi Kalibeng dengan nilai densitas 2.3 g/cc, Dan yang terakhir yaitu Batu
Pasir dari Formasi Kerek dengan nilai densitas 3.0 g/cc. Dari hasil modelling Anomali
Regional didapatkan error sebesar 0.30. Pada Modelling Anomali Residual didapatkan 2
Lapisan batuan yang. Yang pertama yaitu batuan Breksi dengan nilai densitas 3.0 g/cc,
Lalu yang kedua adalah Batu Napal dengan nilai densitas 2.4g/cc. Dari hasil modelling
anomali residual Banyukuning didapatkan nilai error sebesar 0.104

3. Pada Modelling Anomali Regional didapatkan 2 lapisan batuan yang mewakili. Yang
pertama yaitu batuan Breksi dari Formasi Pandan dengan nilai densitas 2.9g/cc, Lalu yang
kedua adalah Batu Napal dari Formasi Kalibeng dengan nilai densitas 2.4 g/cc. Terdapat
Lumpur dengan densitas 1.5g/cc Dari hasil modelling Anomali Regional didapatkan error
sebesar 1.24. Pada Modelling Anomali Residual didapatkan 2 Lapisan batuan yang. Yang
pertama yaitu batuan Breksi dengan nilai densitas 2.9g/cc, Lalu yang kedua adalah Batu
Napal dengan nilai densitas 2.4g/cc. Terdapat Lumpur dengan densitas 1.5g/cc. Dari hasil
modelling anomali residual Lumpur Jari didapatkan nilai error sebesar 7.658

4. Pada Modelling Anomali Regional didapatkan 2 lapisan batuan yang mewakili. Yang
pertama yaitu batuan Sandstone dengan nilai densitas 1.85 g/cc, Lalu yang kedua adalah
Batu Napal dari Formasi Kalibeng dengan nilai densitas 2.4 g/cc. Dari hasil modelling
Anomali Regional didapatkan error sebesar 1.152. Pada Modelling Anomali Residual
didapatkan 2 Lapisan batuan yang. Yang pertama yaitu Batuan Sandstone dengan nilai
densitas 1.8 g/cc, Lalu yang kedua adalah Batu Napal dengan nilai densitas 2.4g/cc. Dari
hasil modelling anomali residual Selogajah didapatkan nilai error sebesar 1.108

34
DAFTAR PUSTAKA

Aji dkk. 2018. “Pemodelan Inversi 3-D Data Gaya Berat dengan Perhitungan Iteratif pada
Area Gn. Pandan, Jawa Timur, Indonesia”. Teknik Geofisika, Fakultas Teknik
Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung
Azis, Fahrurrijal. 2018. “Identifikasi Struktur Bawah Permukaan Lokasi Semburan Lumpur
(Mud Volcano) Menggunakan Metode Gravitasi (Studi kasus Desa Jari, Kecamatan
Gondang, Kabupaten Bojonegoro)”. Jurusan Fisika Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Frifita, N., Arfaoui, M.S., Zargouni, F., 2016. Relationship Between Surface And Subsurface
Structures Of The Northern Atlas Foreland Of Tunisia Deduced From Regional Gravity
Analysis. J. Geophys. Eng.
Hardiansyah, bagus. 2016. “Identifikasi Struktur Bawah Permukaan Daerah Panas Bumi TG-11
Dengan Mengunakan Metode Gaya Berat ”. Fakultas Teknik Universitas Lampung Bandar
Lampung
Isaack Kanda et al. 2019. Geological Structures Controlling The Placement And Geometry Of
Heatsources Within The Menengai Geothermalfield, Kenya As Evidenced Bygravity Study.
Geothermics
Jean d’Amour et al. 2018. Geophysical Investigation Using Gravity Data In Kinigi
Geothermalfield, Northwest Rwanda. Journal of African Earth Sciences
Nouraliee et al. 2015. Investigation Of Density Contrasts And Geologic Structures Of Hot
Springsin The Markazi Province Of Iran Using The Gravity Method. Russian Geology
and Geophysics
Pratama, O. Y. 2018. Analisis Tipe Fluida Dan Geotermometer Reservoir Panas Bumi
Berdasarkan Data Geokimia Air Daerah Gunung Pandan, Bojonegoro, Jawa Timur.
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional, Sleman, Yogyakarta
Ramadhani, Hanindya dkk 2018. Geokimia Daerah Panasbumi Gunung Pandan, Kabupaten
Bojonegoro, Jawa Timur. Sekolah Tinggi Teknologi Nasional, Sleman, Yogyakarta
Reynolds, J.M.1997.An Introduction to Applied and Environmental Geophysic.Chichester.
John Wiley dan Sons.
Sarkowi, M. 2011. Metode Eksplorasi Gayaberat.Diktat Kuliah. Universitas Lampung,Bandar
Lampung.
Supriyadi, Khumaedi, Qudus, N., Wibowo, P.A., Gunawan, D., 2017. Strategy Implementation
Time Lapse Microgravity Method For Monitoring Subsidence. AIP Conference
Proceedings
Telford, W.M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E. 1990. Applied Geophysics Second Edition.
Cambridge: Cambridge University Press.
Zhou, X. Zhong, B.Li, X. 1990. Gravimetric Terrain Correction by Triangular Element
Method. Geophysics. Vol. 55. pp. 232-238.

35

Anda mungkin juga menyukai