METODE
Gravity
KELOMPOK: 3
Siti Imania Luhri (03411640000011)
Lia AndriAnggraeni (03411640000015)
Moh. Iqbal Helmi (03411640000047)
Muhammad Yusuf Ibrahim (03411640000055)
Achmad Dwi Cahya (03411640000060)
Bahtiar Nitura (03411640000067)
Kata kunci:
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metode gravity merupakan salah satu metode geofisika yang bersifat pasif (memanfaatkan
sumber yang alami) dan didasari oleh hukum Newton untuk gravitasi universal. Metode ini
memanfaatkan variasi densitas yang terdistribusi dalam lapisan tanah. Setiap batuan/material
mempunyai besar densitas yang berbeda-beda dan dapatmempengaruhi terhadap variasi medan
gravitasi bumi, sehingga terjadi anomaly gravitasi.Metode gravitasi atau gaya berat digunakan
untuk mengetahui atau mengidentifikasi sistem panasbumi dan struktur geologi bawah permukaan
bumi berdasarkan nilai densitas batuan. Adanya struktur geologi ini bisa mengakibatkan adanya
variasi massa jenis batuan yang ada dibawah permukaan. Penurunan struktur bawah permukaan
ini didasarkan pada hubungan anomali Bouguer gravitasi yang merefleksikan variasi rapat massa
(density) di bawah permukaan ke arah horizontal dan geometri (bentuk) benda dari anomalinya
sendiri.
Variasi gayaberat terukur yang disebut anomali merupakan perbedaan antara hasil pengukuran
dengan medan teoritis (Frifita et al., 2016). Salah satu aplikasi metode gayaberat yaitu eksplorasi
panas bumi. Metode ini adalah metode geofisika yang sensitive terhadap perubahan vertical,
sehingga sangat umum untuk digunakan dalam pencarian prospek panas bumi terutama dalam
mempelajari kontak antar batuan, struktur geologi, dan densitas dari batuan. Selain itu metode ini
dapat digunakan untuk mengetahui zona reservoir (Nouraliee et al, 2015). Investigasi basement,
magma chamber dan juga tubuh intrusi yang terkait dengan heat source dari panas bumi juga dapat
dilakukan dengan metode gaya berat (Moghaddam, 2016). Dalam eksplorasi panas bumi, metode
gaya berat digunakan pada tahap survei pendahuluan untuk memberikan pemahaman yang lebih
baik mengenai kondisi geologi bawah permukaan. Selain itu, metode ini juga dapat digunakan
untuk memantau subsidence dan perubahan massa yang terjadi di reservoir panas bumi pada saat
proses produksi dan injeksi kembali fluida. (Supriyadi et al, 2017). Tidak jarang pula metode gaya
berat dilakuakan untuk analisis kondisi bawah permukaan yang terkait dengan manifestasi panas
bumi (Jean, 2018).
Daerah penelitian berada di Kecamatan Gondang, Kabupaten Bojonegoro. Secara regional
lokasi penelitian termasuk kedalam zona pegunungan kendeng. Formasi yang menyusun daerah
dari urutan tua ke muda penelitian terdiri dari Formasi Kalibeng, Formasi Klitik, Formasi
Sonde, Formasi Pucangan dan Endapan Aluvial. Terdapat Stuktur geologi yang berkembang
berupa, lipatan dan patahan. Selain itu terdapat beberapa manifestasi panas bumi yang muncul di
daerah penelitian diantaranya, mata air panas Banyukuning dan Selogajah, serta lumpur yang
berada di Desa Jari. Untuk mengetahui struktur bawah permukaan maka digunakanlah Metode
Gravity sebagai metode yang dapat digunakan untuk analisis dan interpretasi struktur bawah
permukaan dengan korelasi antara anomaly Bouguer dan geologi regional (Fahrurrijal, 2018).
1.2 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini yaitu melakukan pengolahan data Gravity hingga
mendapatkan kontur anomaly Bouge lengkap dan melakukan pemodelan 2D struktur bawah
permukaan daerah penelitian dari anomaly regional dan residual yang didapatkan dari hasil
pengolahan. .
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui struktur bawah permukaan dari daerah sekitar mata air panas Banyukuning
2. Mengetahui struktur bawah permukaan dari daerah sekitar mata air panas Selogajah
3. Mengetahui struktur bawah permukaan dari daerah sekitar Lumpur Desa Jari
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Geologi Regional
Geomorfologi daerah penelitian yang terletak di Gunung Pandan Bojonegoro (Sella Arum
Saputri, tanpa tahun) dapat diklasifikasikan menjadi 5 (lima) satuan geomorfik yaitu Satuan
geomofik Vulkanik dengan Subsatuan Kepundan Gunungapi, Satuan Geomorfik Vulkanik dengan
Subsatuan Batuan Terobosan/Dike, Satuan Geomorfik Vulkanik dengan Subsatuan Lelehan Lava,
Satuan Geomorfk Struktural dengan Subsatuan Lembah Antiklin dan Satuan Geomorfik Struktural
dengan Subsatuan Lembah Sinklin. Satuan Geomorfik Vulkanik dengan Subsatuan Kepundan
Gunungapi dicirikan dengan adanya jajaran bukit yang saling mengelilingi dengan ketinggian
hingga 650 m DPAL. Subsatuan ini merupakan lokasi dari jajaran perbukitan dari Gunung Pandan
yang terdiri dari Gunung Buntung, Gunung Bima, Gunung Gambir, Gunung Gede dan Gunung
Takiran, tepatnya di selatan Desa Klino hingga ke perbatasan Kabupaten Nganjuk dan Madiun.
Subsatuan Batuan Terobosan/Dike dicirikan dengan adanya kenampakan batuan terobosan (Dike)
yang terbentuk di kerucut gunung api dengan tinggi kontur hingga 350 m DPAL. Subsatuan ini
terbentuk di utara dari Desa Jari. Satuan Geomorfik Vulkanik dengan Subsatuan Lelehan Lava ini
dicirikan dengan adanya kenampakan aliran lava yang membeku dan memiliki ketinggian hingga
270 m DPAL. Satuan Geomorfik Struktural dengan Subsatuan Lembah Antiklin yang dicirikan
dengan adanya kenampakan punggungan berlereng sedang – curam dalam pengamatan lapangan
dan pada peta topografi menunjukkan kontur yang sedang – rapat dengan puncak-puncak
perbukitan di dalamnya. Satuan Geomorfik Struktural dengan Subsatuan Lembah Sinklin dicirikan
dengan adanya kenampakan punggungan berlereng sedang – curam dalam pengamatan lapangan
dan pada peta topografi menunjukkan kontur yang sedang – rapat dengan puncak-puncak
perbukitan di dalamnya.
Berdasarkan fisiografisnya, daerah penelitian termasuk ke dalam Zona Kendeng yang
meliputri deretan pegunungan dengan arah memanjang timur-barat (T-B) yang terletak di sebelah
utara Subzona Ngawi. Pegunungan ini tersusun oleh batuan sedimen laut yang mengalami
deformasi secara intensif membentuk suatu antiklinorium (rangkaian perbukitan antiklin kecil
yang tersusun secara paralel dan membentuk struktur antiklin yang lebih besar). Panjang
pegunungan ini sekitar 250 km dan memiliki lebar maksimum 40 km (de Genevraye & Samuel,
1972) yang terbentang dari Gunungapi Ungaran di bagian barat ke timur melalui Ngawi hingga
Mojokerto.
Gambar 2.1 Pembagian fisiografi Jawa Tengah dan Jawa Timur menurut van Bemmelen (1949)
dengan modifikasi.
Stratigrafi penyusun Zona Kendeng merupakan endapan laut dalam di bagian bawah yang
semakin ke atas berubah menjadi endapan laut dangkal dan akhirnya menjadi endapan non laut.
Endapan di Zona Kendeng merupakan endapan turbidit klastik, karbonat dan vulkaniklastik.
Stratigrafi Zona Kendeng terdiri atas 7 formasi batuan, urut dari tua ke muda sebagai berikut:
Formasi Pelang, Formasi Kerek, Formasi Kalibeng, Formasi Pucangan, Formasi Kabuh, Formasi
Notopuro, dan Endapan Teras Bengawan Solo dan Endapan Aluvial
Dimana:
F(r) : gaya Tarik menarik (N)
G : konstanta Gravutasi universal (6,67 x 10-11 m3 kg s-2)
m1,m2 : massa benda 1 dan massa benda 2 (kg)
R : jarak antara dua buah benda
: vector satuan (m)
Dimana adalah percepatan yang indentik dengan percepatan gravitasi g, sehingga persamaan (1)
dapat ditulis :
Besarnya medan gayaberat di titik m2 akibat massa titik m1 yang berjarak r adalah:
Terlihat bahwa besarnya gaya berat g berbanding lurus dengan massa m, yaitu perkalian antara
densitas dengan volume benda, sehingga besarnya gaya berat terukur merupakan pencerminan
dari densitas dan volume massa tersebut. Dalam kenyataannya, bentuk bumi tidak bulat, tetapi
berbentuk elipsoid ( agak pepat pada kutubnya). Dengan demikian, variasi gaya berat di setiap titik
permukaan bumi dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu:
1. Lintang
2. Topografi
3. Pasang surut
4. Variasi rapat massa bawah permukaan
(5)
dimana :
Dn = drift pada stasiun ke – n
gst(n) = gravitasi terkoreksi tidal pada stasiun ke – n
gst(1) = gravitasi terkoreksi tidal pada stasiun ke – 1
TN = waktu pengukuran stasiun akhir loop
T1 = waktu pengukuran stasiun awal
Tn = waktu pengukuran stasiun ke - n
b. Koreksi Bacaan Alat
Koreksi bacaan alat adalah koreksi yang dilakukan apabila terjadi kesalahan dalam
pembacaaan alat gaya berat yang digunakan. Rumus umum dalam pembacaan alat dapat
ditulis:
Read (mGal) = ((Read (scale)-Interval) x Counter Reading) + Value in mGal
METODOLOGI PENELITIAN
Bammelen, van R.W., 1949. The Geology of Indonesia. Vol. I A. The Hague, Netherlands. C. A.
Heiland, Sc.D., 1963. Geophysical Exploration. New York and London. Dickson, Mary H.
, dan Mario, Fanelli., 2004
Dutro, J.T, 1989, AGI Data Sheet for Geology In the Field, Laboratory and Office, Alexandria,
US.
Elkins, T.A., 1951, The Second Derivative Method of Gravity Interpretation, Geophysics, v.23,
h.97-127.
Grandis, H., 2009, Pengantar Pemodelan Inversi Geofisika, HAGI, Jakarta.
Heldman, D. R. dan Lund, D. B. 2007. Handbook of Food Engineering. Edisi
ke 2. CRC-Press, USA.
Hochstein, MP;1982: Introduction to Geothermal Prospecting, Geothermal Institute, University
of Auckland, New Zealand.
Rosid, Syamsu., 2005, Gravity Method in Exploration Geophysics, Universitas
Indonesia, Depok.
Octonovrilya, Litanya dkk. 2009. Analisa Perbandingan Anomaly Gravitasi dengan
persebaran intrusi air asin (Studi kasus Jakarta 2006-2007). Jurnal
Meteorologi dan Geofisika Vol.10 No.1 : AMG