Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN SEMENTARA

KULIAH LAPANGAN GEOTERPADU 2019

METODE
Gravity

KELOMPOK: 3
Siti Imania Luhri (03411640000011)
Lia AndriAnggraeni (03411640000015)
Moh. Iqbal Helmi (03411640000047)
Muhammad Yusuf Ibrahim (03411640000055)
Achmad Dwi Cahya (03411640000060)
Bahtiar Nitura (03411640000067)

DEPARTEMEN TEKNIK GEOFISIKA


INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2019
ABSTRAK

Kata kunci:
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metode gravity merupakan salah satu metode geofisika yang bersifat pasif (memanfaatkan
sumber yang alami) dan didasari oleh hukum Newton untuk gravitasi universal. Metode ini
memanfaatkan variasi densitas yang terdistribusi dalam lapisan tanah. Setiap batuan/material
mempunyai besar densitas yang berbeda-beda dan dapatmempengaruhi terhadap variasi medan
gravitasi bumi, sehingga terjadi anomaly gravitasi.Metode gravitasi atau gaya berat digunakan
untuk mengetahui atau mengidentifikasi sistem panasbumi dan struktur geologi bawah permukaan
bumi berdasarkan nilai densitas batuan. Adanya struktur geologi ini bisa mengakibatkan adanya
variasi massa jenis batuan yang ada dibawah permukaan. Penurunan struktur bawah permukaan
ini didasarkan pada hubungan anomali Bouguer gravitasi yang merefleksikan variasi rapat massa
(density) di bawah permukaan ke arah horizontal dan geometri (bentuk) benda dari anomalinya
sendiri.
Variasi gayaberat terukur yang disebut anomali merupakan perbedaan antara hasil pengukuran
dengan medan teoritis (Frifita et al., 2016). Salah satu aplikasi metode gayaberat yaitu eksplorasi
panas bumi. Metode ini adalah metode geofisika yang sensitive terhadap perubahan vertical,
sehingga sangat umum untuk digunakan dalam pencarian prospek panas bumi terutama dalam
mempelajari kontak antar batuan, struktur geologi, dan densitas dari batuan. Selain itu metode ini
dapat digunakan untuk mengetahui zona reservoir (Nouraliee et al, 2015). Investigasi basement,
magma chamber dan juga tubuh intrusi yang terkait dengan heat source dari panas bumi juga dapat
dilakukan dengan metode gaya berat (Moghaddam, 2016). Dalam eksplorasi panas bumi, metode
gaya berat digunakan pada tahap survei pendahuluan untuk memberikan pemahaman yang lebih
baik mengenai kondisi geologi bawah permukaan. Selain itu, metode ini juga dapat digunakan
untuk memantau subsidence dan perubahan massa yang terjadi di reservoir panas bumi pada saat
proses produksi dan injeksi kembali fluida. (Supriyadi et al, 2017). Tidak jarang pula metode gaya
berat dilakuakan untuk analisis kondisi bawah permukaan yang terkait dengan manifestasi panas
bumi (Jean, 2018).
Daerah penelitian berada di Kecamatan Gondang, Kabupaten Bojonegoro. Secara regional
lokasi penelitian termasuk kedalam zona pegunungan kendeng. Formasi yang menyusun daerah
dari urutan tua ke muda penelitian terdiri dari Formasi Kalibeng, Formasi Klitik, Formasi
Sonde, Formasi Pucangan dan Endapan Aluvial. Terdapat Stuktur geologi yang berkembang
berupa, lipatan dan patahan. Selain itu terdapat beberapa manifestasi panas bumi yang muncul di
daerah penelitian diantaranya, mata air panas Banyukuning dan Selogajah, serta lumpur yang
berada di Desa Jari. Untuk mengetahui struktur bawah permukaan maka digunakanlah Metode
Gravity sebagai metode yang dapat digunakan untuk analisis dan interpretasi struktur bawah
permukaan dengan korelasi antara anomaly Bouguer dan geologi regional (Fahrurrijal, 2018).
1.2 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini yaitu melakukan pengolahan data Gravity hingga
mendapatkan kontur anomaly Bouge lengkap dan melakukan pemodelan 2D struktur bawah
permukaan daerah penelitian dari anomaly regional dan residual yang didapatkan dari hasil
pengolahan. .

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui struktur bawah permukaan dari daerah sekitar mata air panas Banyukuning
2. Mengetahui struktur bawah permukaan dari daerah sekitar mata air panas Selogajah
3. Mengetahui struktur bawah permukaan dari daerah sekitar Lumpur Desa Jari
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Geologi Regional
Geomorfologi daerah penelitian yang terletak di Gunung Pandan Bojonegoro (Sella Arum
Saputri, tanpa tahun) dapat diklasifikasikan menjadi 5 (lima) satuan geomorfik yaitu Satuan
geomofik Vulkanik dengan Subsatuan Kepundan Gunungapi, Satuan Geomorfik Vulkanik dengan
Subsatuan Batuan Terobosan/Dike, Satuan Geomorfik Vulkanik dengan Subsatuan Lelehan Lava,
Satuan Geomorfk Struktural dengan Subsatuan Lembah Antiklin dan Satuan Geomorfik Struktural
dengan Subsatuan Lembah Sinklin. Satuan Geomorfik Vulkanik dengan Subsatuan Kepundan
Gunungapi dicirikan dengan adanya jajaran bukit yang saling mengelilingi dengan ketinggian
hingga 650 m DPAL. Subsatuan ini merupakan lokasi dari jajaran perbukitan dari Gunung Pandan
yang terdiri dari Gunung Buntung, Gunung Bima, Gunung Gambir, Gunung Gede dan Gunung
Takiran, tepatnya di selatan Desa Klino hingga ke perbatasan Kabupaten Nganjuk dan Madiun.
Subsatuan Batuan Terobosan/Dike dicirikan dengan adanya kenampakan batuan terobosan (Dike)
yang terbentuk di kerucut gunung api dengan tinggi kontur hingga 350 m DPAL. Subsatuan ini
terbentuk di utara dari Desa Jari. Satuan Geomorfik Vulkanik dengan Subsatuan Lelehan Lava ini
dicirikan dengan adanya kenampakan aliran lava yang membeku dan memiliki ketinggian hingga
270 m DPAL. Satuan Geomorfik Struktural dengan Subsatuan Lembah Antiklin yang dicirikan
dengan adanya kenampakan punggungan berlereng sedang – curam dalam pengamatan lapangan
dan pada peta topografi menunjukkan kontur yang sedang – rapat dengan puncak-puncak
perbukitan di dalamnya. Satuan Geomorfik Struktural dengan Subsatuan Lembah Sinklin dicirikan
dengan adanya kenampakan punggungan berlereng sedang – curam dalam pengamatan lapangan
dan pada peta topografi menunjukkan kontur yang sedang – rapat dengan puncak-puncak
perbukitan di dalamnya.
Berdasarkan fisiografisnya, daerah penelitian termasuk ke dalam Zona Kendeng yang
meliputri deretan pegunungan dengan arah memanjang timur-barat (T-B) yang terletak di sebelah
utara Subzona Ngawi. Pegunungan ini tersusun oleh batuan sedimen laut yang mengalami
deformasi secara intensif membentuk suatu antiklinorium (rangkaian perbukitan antiklin kecil
yang tersusun secara paralel dan membentuk struktur antiklin yang lebih besar). Panjang
pegunungan ini sekitar 250 km dan memiliki lebar maksimum 40 km (de Genevraye & Samuel,
1972) yang terbentang dari Gunungapi Ungaran di bagian barat ke timur melalui Ngawi hingga
Mojokerto.
Gambar 2.1 Pembagian fisiografi Jawa Tengah dan Jawa Timur menurut van Bemmelen (1949)
dengan modifikasi.
Stratigrafi penyusun Zona Kendeng merupakan endapan laut dalam di bagian bawah yang
semakin ke atas berubah menjadi endapan laut dangkal dan akhirnya menjadi endapan non laut.
Endapan di Zona Kendeng merupakan endapan turbidit klastik, karbonat dan vulkaniklastik.
Stratigrafi Zona Kendeng terdiri atas 7 formasi batuan, urut dari tua ke muda sebagai berikut:
Formasi Pelang, Formasi Kerek, Formasi Kalibeng, Formasi Pucangan, Formasi Kabuh, Formasi
Notopuro, dan Endapan Teras Bengawan Solo dan Endapan Aluvial

Gambar 2.2 Kolom stratigrafi regional daerah penelitian (Harsono, 1983).


2.2 Metode Gaya Berat
Gayaberat adalah salah satu metode dalam geofisika yang dipilih dalam penelitian ini karena
aplikasi metode ini adalah studi geologi regional bawah permukaan sehingga dapat
menggambarkan struktur geologi bawah permukaan yang lebih baik dibandingkan metode
geofisika lainnya. Prinsip metode ini berdasarkan anomali gaya berat yang muncul karena adanya
variasi rapat masa batuan yang menggambarkan adanya struktur geologi di bawah permukaan
bumi. Adanya variasi rapat masa batuan di suatu tempat dengan tempat lain, akan menimbulkan
medan gaya gravitasi yang tidak merata dan perbedaan inilah yang terukur di permukaan bumi.
Perbedaan medan gaya berat yang relatif kecil inilah maka digunakan alat ukur yang mempunyai
ketelitian yang cukup tinggi. Alat ukur yang sering digunakan adalah Gravimeter.
Di setiap tempat di permukaan bumi, nilai percepatan gravitasi bumi dipengaruhi oleh 5 faktor
seperti lintang, ketinggian, topografi di setiap titik pengukuran, interaksi bumi dengan matahari
dan bulan (pasang-surut), serta perbedaan (variasi) rapat massa batuan di bawah permukaan bumi.
Perbedaan (variasi) rapat massa batuan di bawah permukaan bumi merupakan satu-satunya faktor
yang signifikan dalam eksplorasi gaya berat dan pada umumnya memiliki yang sangat kecil
dibandingkan kombinasi keempat faktor lainnya. Dasar teori yang digunakan dalam metode gaya
berat ini adalah Hukum Newton tentang gravitasi bumi.

2.3 Konsep Dasar Metode Gayaberat


Teori yang paling mendasar dalam metode gaya berat adalah hukum Newton
tentang gaya tarik menarik antara benda dengan masa tertentu yang dapat dilihat
pada gambar dibawah ini

Gambar 2.3 Gaya Tarik Menarik Antara Dua Benda.


Kedua benda tertentu yang dipisahkan oleh jarak tertentu akan memiliki gaya tarik menarik yang
besarnya dinyatakan oleh persamaan berikut (Grandis,2009).

Dimana:
F(r) : gaya Tarik menarik (N)
G : konstanta Gravutasi universal (6,67 x 10-11 m3 kg s-2)
m1,m2 : massa benda 1 dan massa benda 2 (kg)
R : jarak antara dua buah benda
: vector satuan (m)

2.4 Percepatan Gravitasi


Newton juga mendefinisikan hubungan antara gaya dan percepatan. Hukum II Newton tentang
gerak menyatakan gaya sebanding dengan perkalian massa benda dengan percepatan yang dialami
benda tersebut.

Dimana adalah percepatan yang indentik dengan percepatan gravitasi g, sehingga persamaan (1)
dapat ditulis :

Besarnya medan gayaberat di titik m2 akibat massa titik m1 yang berjarak r adalah:

Terlihat bahwa besarnya gaya berat g berbanding lurus dengan massa m, yaitu perkalian antara
densitas dengan volume benda, sehingga besarnya gaya berat terukur merupakan pencerminan
dari densitas dan volume massa tersebut. Dalam kenyataannya, bentuk bumi tidak bulat, tetapi
berbentuk elipsoid ( agak pepat pada kutubnya). Dengan demikian, variasi gaya berat di setiap titik
permukaan bumi dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu:
1. Lintang
2. Topografi
3. Pasang surut
4. Variasi rapat massa bawah permukaan

2.5 Koreksi-Koreksi Pada Metode Gayaberat


Dalam memproses data metode gayaberat, terdapat beberapa koreksi-koreksi yang harus
dilakukan untuk mereduksi noise-noise yang ditimbulkan. Adapun koreksi- koreksi tersebut antara
lain sebagai berikut.
a. Koreksi apungan (drift correction)
Koreksi ini dilakukan akibat adanya perbedaan pembacaan nilai gaya berat di stasiun
yang sama pada waktu yang berbeda karena adanya guncangan pegas alat gravimeter
selama proses transportasi dari suatu stasiun ke stasiun lainnya.

(5)

dimana :
Dn = drift pada stasiun ke – n
gst(n) = gravitasi terkoreksi tidal pada stasiun ke – n
gst(1) = gravitasi terkoreksi tidal pada stasiun ke – 1
TN = waktu pengukuran stasiun akhir loop
T1 = waktu pengukuran stasiun awal
Tn = waktu pengukuran stasiun ke - n
b. Koreksi Bacaan Alat
Koreksi bacaan alat adalah koreksi yang dilakukan apabila terjadi kesalahan dalam
pembacaaan alat gaya berat yang digunakan. Rumus umum dalam pembacaan alat dapat
ditulis:
Read (mGal) = ((Read (scale)-Interval) x Counter Reading) + Value in mGal

c. Koreksi Pasang Surut (Tide Correction)


Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh gravitasi benda-benda di luar bumi
seperti bulan dan matahari yang berubah terhadap lintang dan waktu. Untuk mendapatkan
nilai pasang surut ini maka dilihatlah perbedaan nilai gravitasi stasiun dari waktu ke waktu
terhadap base. Gravitasi terkoreksi tidal dapat ditulis:
gst = gs± t (6)
Dimana :
gst = gravitasi terkoreksi pasang surut (tidal)
gs = gravitasi pada pembacaan alat
t = nilai koreksi pasang surut (tidal)

d. Koreksi Lintang (G.normal)


Koreksi ini dilakukan karena bentuk bumi yang tidak sepenuhnya bulat sempurna, tetapi
pepat pada daerah ekuator dan juga karena rotasi bumi. Hal tersebut membuat adanya
perbedaan nilai gravitasi karena pengaruh lintang yang ada di bumi. Secara umum gravitasi
terkoreksi lintang dapat ditulis:
g(ø) = 978031,846 (1+0,0053024sin2ø + 0,0000058sin22ø) (7)

e. Koreksi Udara Bebas (free air correction)


Koreksi ini dilakukan untuk mengkompensasi ketinggian antara titik pengamatan dan
datum (mean sea level). Koreksi ini dapat ditulis:
FAC = -0,3086 x h (8)
dimana :
FAC = koreksi udara bebas
h = ketinggian permukaan dari datum (msl) satuan meter
Titik amat P pada ketinggian h terhadap permukaan acuan dapat dilihat pada Gambar
dibawah ini:
Gambar 2.4 Titik amat P pada ketinggian h terhadap permukaan acuan
(Sutopo,2008)
f. Koreksi Bougeur
Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh adanya massa dari datum sampai
ketinggian titik pengukuran. Koreksi ini dapat ditulis dengan rumus :
BC = 0,04193 x ρ x h (9)
dimana :
BC = koreksi bougeur
ρ = densitas batuan (gr/cc)
h = ketinggian dari atas permukaan laut (meter)
g. Koreksi Medan (Terrain Correction)
Koreksi medan mengakomodir ketidakteraturan pada topografi sekitar titik pengukuran.
Pada saat pengukuran, elevasi topografi di sekitar titik pengukuran, biasanya dalam radius
dalam dan luar diukur elevasinya. Sehingga koreksi ini (Telford dkk.,1990) dapat ditulis :
(10)
dimana :
TC = gravitasi terkoreksi medan
G = konstanta gaya berat umum
ρ = densitas batuan
ø = sudut sektor (radian)
r1 = jari-jari radius dalam
r2 = jari-jari radius luar
H = beda tinggi titik amat dengan tinggi rata-rata sektor

2.6 Anomali Bouguer


Anomali Bouguer (dinamai oleh Pierre Bouguer) pada metode gaya berat disebabkan oleh
benda anomali baik yang berada dekat dengan permukaan maupun yang jauh dari permukaan
bumi. Karena tujuan eksplorasi geofisika pada umumnya untuk mempelajari struktur yang dekat
permukaan (cekunganhidrokarbon, reservoir panas bumi, sumber daya alam, struktur geologi),
maka berbagai usaha telah dilakukan untuk memisahkan efek residual dari efek regional. Anomali
Bouguer merupakan selisih antara harga gravitasi pengamatan (gobs )dengan harga gravitasi teoritis
( gn) yang didefinisikan pada titik pengamatan bukan pada bidang referensi, baik elipsoid maupun
muka laut rata-rata. Selisih tersebut merefleksikan variasi rapat massa yang terdapat pada suatu
daerah dengan daerah sekelilingnya ke arah lateral maupun ke arah vertikal.
Anomali Bouguer dapat bernilai positif ataupun negatif. Nilai anomali positif mengindikasikan
adanya kontras densitas yang besar pada lapisan bawah permukaan biasanya ditemukan pada
survey di dasar samudera. Anomali negatif menggambarkan perbedaan densitas yang kecil dan
pada umumnya didapat pada saat survei gaya berat di darat. Setelah dilakukan koreksi terhadap
data percepatan gaya berat hasil pengukuran maka akan diperoleh persamaan anomali percepatan
gaya berat (Blakely, 1995), yaitu:
1. Anomali Bouguer Sederhana (ABS)
(11)

2. Anomali Bouguer Lengkap (ABL)


(12)

2.7 Penelitian Terdahulu


Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu tentang metode gravity

No Nama, Tahun Penerapan Lokasi Hasil signifikan dan


lapangan kesimpulan
1. Jean d’Amour, 2018 Investigasi Lapangan Hasil anomali Gravitasi
Geofisika pada Geothermal Bouguer lengkap dengan
Geothermal Kinigi, Barat densitas reduksi 2,4 g/cm3 .
Laut Rwanda Anomali Bouguer yang
didapatkan mulai dari 52
hingga 35 mGal diamati di
daerah penelitian dengan
anomali yang relatif tinggi di
zona timur dan barat laut
sementara anomali rendah
diamati di sisi barat daya.
Gradien horisontal, sudut
kemiringan dan metode sinyal
analitik diterapkan pada data
gayaberat yang diamati dan
menunjukkan bahwa mata air
permukaan Mubona, Mpenge
dan Cyabararika dikendalikan
secara struktural sedangkan
mata air Rubindi tidak. Hasil
terintegrasi dari metode
interpretasi gayaberat gravitasi
menggambarkan struktur
geologi dominan tren di NW-
SE, yang sesuai dengan tren
geologi regional. Hasil dari
studi gravitasi ini akan
membantu eksplorasi dan
pengembangan panas bumi di
masa depan di lapangan panas
bumi Kinigi.
2. Lorensiana Rista, Geologi bawah Karangsambu Nilai anomali gaya berat yang
dkk. 2018 permukaan ng, Kebumen diinterpretasikan adalah nilai
anomali gaya berat residual
hasil upward continuation.
Nilai densitas rata-rata yang
digunakan adalah 2,76 g/cm3,
diperoleh dari nilai densitas
rata-rata batuan asal yang
terdapat di daerah
Karangsambung. Dari
pemodelan struktur bawah
permukaan menggunakan
software Grav2dc, diperoleh
struktur yang diduga sebagai
dykedengan jenis batuan basal
(3,03 g/cm3) pada lintasan
AA1 dan pada lintasan BB1
diperoleh struktur yang diduga
sebagai dykedengan jenis
batuan andesit (2,54 g/cm3).
3. Subagio dan Geologi Lengan, Anomali gayaberat regional
Bambang S. Selatan menunjukkan pola kelurusan
Widijono.2012 Sulawesi struktur geologi yang
berkembang di daerah
penelitian ini, yang mempunyai
kecenderungan arah
utaraselatan, barat laut-
tenggara, dan utara barat laut-
selatan tenggara. Sesar
Wallanae yang diindikasikan
oleh kontur anomali sejajar
berarah utara-selatan,
memisahkan tinggian anomali
di sebelah barat dengan
rendahan anomali di sebelah
timur Sesar Wallanae. Pola
anomali tinggi diduga
merupakan gambaran dari
batuan dasar ultrabasa yang
mempunyai rapat massa batuan
2,90 gr/cm , sedangkan pola
anomali rendah merupakan
gambaran dari batuan dasar
metamorf yang berapat massa
batuan 2,80 gr/cm , yang
melandasi batuan di atasnya.
Undulasi dari anomali sisa
menggambarkan kelurusan
struktur geologi dangkal.
Potensi sumber daya geologi
yang terdapat di daerah
penelitian antara lain
hidrokarbon, batubara, dan
mineral logam. Potensi
hidrokarbon diduga terdapat
pada daerah anomali rendah,
batubara di dapatkan pada
daerah pinggiran anomali
rendah, sedangkan mineral
logam di dapatkan pada
daerah anomali tinggi..
4. Isaack, 2019 Struktur geologi Lapangan Hasil anomali Bourger
untuk kontroling Geothermal menggunakan densitas 2,23 g/
heat source pada Mengenai, cm3. Model ini dibatasi
lapangan panas Kenya menggunakan estimasi densitas
bumi lubang bor yang diperoleh dari
sumur panas bumi. Model yang
dihasilkan kemudian
ditafsirkan bersama dengan
manifestasi permukaan,
geologi, dan struktur geologi.
Model bawah permukaan yang
diperoleh menambah informasi
volkanologis dan geologi yang
ada, memberikan rincian
berharga tentang geometri
sumber panas dan struktur
geologi yang mengendalikan
batas lateral dan dapat
digunakan untuk mengisolasi
daerah target untuk investigasi
panas bumi yang lebih
terperinci. Menindaklanjuti
pendekatan kami akan
berpotensi menghasilkan
pengeboran sumur produktif
yang lebih sukses,
memfasilitasi pengurangan
risiko pengeboran, dan
memperbaiki model geologis
yang diperlukan untuk simulasi
reservoir numerik yang akurat
5. M. Karakterisasi Delijan Iran Hasil dari inversitgasi geofisika
Mohammadzadeh sumber anomali membuka sumber panas dan
Moghaddam. 2016. geofisika yang resevoar dari sistem panasbumi
sesuai dengan Delijan. Berdasarkan hasil
sumber daya estimasi kedalaman Euler dan
panasbumi. inversi data magnetik dan
gravity, kedalaman dan
perpanjangan dari struktur yang
ditemukan ditentukan oleh
korelasi yang baik dengan
informasi geologi. Interpretasi
gravity menunjukkan bahwa
reservoar dari sistem
panasbumi berlokasi sepanjang
zona DAF dengan kedalaman
1000-4000 m. Gradien
horizontal data gravity
membuktikan sistem patahan
yang kompleks yang berperan
sebagai jalan dari
pengedaran/penyebaran fluida
hidrotermal.
6. M. Irham Geologi Parangtritis, Hasil dari penelitian ini
Nurwidyanto, (Pemetaan sesar) Yogyakarta menunjukkan bahwa di daerah
dkk.2010 penelitian diperkirakan ada dua
buah sesar, yakni Sesar Opak di
bagian barat dan sesar lain yang
berada disebelah timur. Lokasi
Sesar Opak hasil daripenelitian
ini hampir sama dengan lokasi
Sesar Opak yang digambarkan
pada petageologi, arah Sesar
Opak N30oE/60o, dan sesar
lainnya yang berada di sebelah
timur dengan arah N5oE/80o.
Sesar Opak merupakan jenis
sesar normal atau sesar turun
dimana blok barat relative
bergerak turun sedangkan blok
timur relative tetap.
7. Dian Novita Sari, Geologi bawah Bantul, D.I. Hasil yang didapat antara lain
dkk. 2014 permukaan Yogyakarta Sekitar 75% daerah penelitian
didominasi oleh daerah dengan
variasi percepatan gravitasi
tinggi dan selebihnya
merupakan daerah dengan
variasi percepatan gravitasi
rendah, Pemodelan
downwardmemperlihatkan
bahwa dibawah permukaan
tanah terdapat dua tubuh batuan
yaitu batupasir dan
batugamping dengan densitas
1,9g/cm3 dan 2,385 g/cm3. Di
daerah tersebut terdapat
patahan berupa sesar pada
koordinat disekitar X= 530800
dan Y= 9104200..
8. Sota dan Geologi struktur Sumatra Kontur anomali residual
Ibrahim.2011 bawah tanah Selatan memperlihatkan keberadaan
(patahan) lipatan dan patahan secara
kualitatif sedangkan
interpretasi kuantitatif dengan
pemodelan kedepan 2D
memperlihatkan secara jelas
lokasi patahan. Dari hasil
penelitian diperoleh bahwa
lokasi patahan/sesar naik
berada di bagian timurlaut yang
berorientasi baratlaut-tenggara
sedangkan patahan/sesar
normal tersebar secara lokal
yang juga berorientasi
baratlaut-tenggara.
8. Dian Erviantari dan Geologi struktur Propinsi Dalam penelitian ini, telah
Muh. Sarkowi.2014 bawah Kalimantan diidentifikasi prospek struktural
permukaan dan Timur dan dan hidrokarbon di Cekungan
hidrokarbon Propinsi Kalimantan Tengah
Kalimantan menggunakan metode gravitasi.
Tengah Struktur Kesalahan dalam
Bidang ini telah diidentifikasi
menggunakan turunan vertikal
kedua dan pemodelan inversi
3D Bouguer Anomaly.
Anomali Bouguer di bidang ini
memiliki anomali tinggi di
tengah sedangkan anomali
rendah di daerah utara dan
selatan. Dari anomali turunan
vertikal kedua ditunjukkan
adanya gangguan normal pada
arah NE-SW. Prospek
hidrokarbon di daerah ini
berkorelasi dengan anomali
residual tinggi.
9. Seno Pudji R dan Geologi Porong, Metode gata berat dilakukan
Prihadi. 2007 (Patahan) Sidoarjo pada 200 titik ukur seluar 6
km2. Sedangkan untuk metode
VLF menggunakan 4 lintasan
dengan panjang antara 2-7 km
yang jarak antar penguuran 10
m. Hasil analisis kedua metode
tersebut menunjukan adanya
patahan sepanjang 7 km yang
memanjang dari Barat Daya-
Timur Laut meomotong ketiga
titik semburan lumpur. Dari
geologi kuarter daerah Porong
maka patahan tersebut
berkorelasi dengan patahan
Watukosek yang memanjang
dari gunung Penanggungan
hingga Bangkalan Madura.
10. Nouraliee et al. Investigasi Hot spring Hasil filter gradien horizontal
2015 kontras densitas Mallahat, menunjukkan sebagian besar
dan struktur Iran anomali yang diamati terkait
geologi pada hot dengan patahan dan kontak
spring geologi. sebagian besar
manifestasi permukaan panas
bumi di wilayah ini ada di
sepanjang patahan.
Hasil gravitasi residual
menunjukkan tiga zona anomali
gravitasi negatif (A1, A2, dan
A3) yang terkait dengan
reservoir panas bumi di wilayah
tersebut. Peta gradien
horizontal menunjukkan sistem
patahan yang kompleks. Nilai
densitas batuan yang
didapatkan yaitu 2700 kg/m3
yang diiterpretasikan sebagai
limestone dan 2550 kg/m3 yang
diduga sebagai dolomite.
Sehingga kontras densitas yang
didapatkan yaitu -150 kg/m3 .
Hasil model 3D menunjukkan
kontras densitas zona A1
memiliki potensi tinggi untuk
reservoir panas bumi di wilayah
tersebut. Hasil juga
menunjukkan bahwa batuan
yang berada pada kedalaman
antara 1000 dan 3000 meter di
bawah permukaan bumi di zona
A1 adalah akuifer yang paling
cocok untuk pemanfaatan
energi panas bumi.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Akuisisi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan didaerah Gunung Pandan dan sekitarnya, Bojonegoro, Jawa
Timur, Indonesia. Akuisisi data Gaya Berat menggunakan Scintrex CG-5 yang dilakukan
sebanyak 62 titik. Akuisisi data dilakukan pada tanggal 3 - 10 September 2019.

3.2 Skema Kerja Penelitian


Adapun alur pengolahan data MT dari data akuisi sampai menghasilkan interpretasi
dilakukan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Skema kerja penelitian


3.3 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian potensi panas bumi di Lombang sebagai berikut: Peta
geologi lembar Waru-Sumenep yang diterbitkan oleh Pusat Penelitain dan Pengembangan
Geologi tahun 1992
1. Peta DEM (Digital Elevation Model) yang diunduh pada website USGS
2. Data anomali bougeur pada 62 titik pengukuran
3. Lembar penulisan data
Peralatan dan perangkat lunak yang digunakan pada penelitian kuliah lapangan ini ialah:
1. Gravitimeter Scintrex CG-5
2. Laptop
3. Penutup kepala
4. Microsoft Excel 365
5. Oasis Montaj 8.4
6. Surfer 16
7. Global Mapper 18

3.4 Tahapan Penelitian


Penelitian ini dimulai dengan melakukan Studi Awal berupa studi literatur dan studi geologi
daerah penelitian. Selanjutnya dilakukan Pra-Akuisisi yaitu Survei Lokasi penelitian dan Membuat
Desain akuisisi. Dalam survei lokasi, pengamatan secara langsung pada daerah penelitian sehingga
dapat diperkirakan sejauh mana lintasan data yang akan diambil dan lokasi titik pengukuran
berdasarkan tujuan pengambilan. Pendugaan awal keterdapatan sesar atau patahan pada daerah
pengambilan data. Setelah tahap ini dilanjutkan dengan membuat Desain Akuisisinya.
Pada tahap selanjutnya, akuisisi data menggunakan metode gravity. Dari data pengukuran
diperoleh koordinat lintang dan bujur, waktu pengambilan data, ketinggian titik ukur, dan
pembacaan gravimeter. Kemudian data yang didapatkan dari pengukuran diolah dengan
mengggunakan Microsoft Excel dan Software Surfer ataupun Oasis Montaj. Dari hasil pengolahan
didapatkan nilai anomali gravitasi dan penampang hasil pengukuran. Kemudian korelasi dengan
data topografi yang diperoleh dilapangan. Tahap selanjutnya yaitu menginterpretasi hasil
pengolahan dan melakukan analisa terhadap hasilnya.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Interpretasi Kualitatif

Gambar 4.1 Peta Complete Bouger Anomaly

Gambar 4.2 Peta Anomali Regional


Gambar 4.3 Peta Anomali Residual
Ketiga gambar diatas menunjukan bahwa di daerah selatan memiliki nilai anomaly yang lebih
besar disbanding di daerah utara. Bagian selatan merupakan daerah gunung pandan dan juga ada
manifestasi berupa mata air panas di daerah banyu kuning.

4.2 Penampang 2D Regional Kecamatan Gondang, Bojonegoro

Gambar 4.4 Slicing Peta Regional


Gambar 4.5 Penampang 2D Regional Kecamatan Gondang
Berdasarkan penampang 2D diatas terdapat 3 lapisan. Lapisan pertama yaitu volcanic brecia
yang memiliki densitas sebesar 2.95g/cm3. Lapisan ini terdapat di permukaan hingga kedalaman
500m. Lapisan kedua yaitu napal yang memiliki densitas sebesar 2.4g/cm3. Lapisan ini berada di
bawah lapisan volcanic brecia, namun di bagian utara area penelitian batuan napal dapat
ditemuukan di permukaan hingga kedalaman 700m. Lapisan ketiga yaitu sandstone yang memiliki
densitas sebesar 2.35g/cm3. Penampang 2D ini memiliki error 3.299%.
4.3 Penampang 2D daerah Banyu Kuning

Gambar 4.6 Slice Regional Banyu Kuning


Gambar 4.7 Penampang 2D daerah Banyu Kuning
Berdasarkan penampang 2D di daerah banyu kuning terdapat 2 lapisan yaitu brecia dan juga
marl. Di bagian utara Banyu Kuning terdapat lapisan batuan marl yang memiliki densitas 2.4g/cm3
mulai dari permukaan hingga kedalaman 120m. sementara di daerah selatan Banyu Kuning
terdapat brecia yang memiliki densitas 2.95g/cm3 mulai dari permukaan hingga kedalama 50m.
Penampang 2D ini memiliki error 4.646%.
4.4 Penampang 2D Daerah Selogajah

Gambar 4.8 Slice Regional Selogajah


Gambar 4.9 Penampang 2D daerah Selogajah
Berdasarkan Penampang 2D di daerah selogajah terdapat 2 Lapisan batuan. Yaitu marl yang
memiliki densitas sebesar 2.4g/cm3 dan juga sandstone yang memiliki densitas sebesar 1.8g/cm3.
Penampang 2D ini memiliki error sebesar 1.655%.

4.5 Penampang 2D daerah Lumpur

Gambar 4.10 Slice Daerah Lumpur


Gambar 4.11 Penampang 2D Daerah Lumpur
Berdasarkan penampang 2D di daerah Lumpur terdapat lapisan brecia yang memiliki densitas
2.95g/cm3 pada permukaan hingga memiliki kedalaman yang beragam mulai dari 50m hingga
250m. Lapisan dibawah brecia terdapat Marl yang memiliki densitas 2.4g/cm3. Namun terdapat
anomaly di kedalaman 150 karena terdapat mud yang memiliki densitas sebesar 1.5g/cm3.
Penampang 2D ini memiliki error sebesar 0.883%.
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Bammelen, van R.W., 1949. The Geology of Indonesia. Vol. I A. The Hague, Netherlands. C. A.
Heiland, Sc.D., 1963. Geophysical Exploration. New York and London. Dickson, Mary H.
, dan Mario, Fanelli., 2004
Dutro, J.T, 1989, AGI Data Sheet for Geology In the Field, Laboratory and Office, Alexandria,
US.
Elkins, T.A., 1951, The Second Derivative Method of Gravity Interpretation, Geophysics, v.23,
h.97-127.
Grandis, H., 2009, Pengantar Pemodelan Inversi Geofisika, HAGI, Jakarta.
Heldman, D. R. dan Lund, D. B. 2007. Handbook of Food Engineering. Edisi
ke 2. CRC-Press, USA.
Hochstein, MP;1982: Introduction to Geothermal Prospecting, Geothermal Institute, University
of Auckland, New Zealand.
Rosid, Syamsu., 2005, Gravity Method in Exploration Geophysics, Universitas
Indonesia, Depok.
Octonovrilya, Litanya dkk. 2009. Analisa Perbandingan Anomaly Gravitasi dengan
persebaran intrusi air asin (Studi kasus Jakarta 2006-2007). Jurnal
Meteorologi dan Geofisika Vol.10 No.1 : AMG

Anda mungkin juga menyukai