GEOFISIKA EKSPLORASI
GRAVITY
Disusun Oleh:
Rachel Edgina Supardi
21100121140139
SEMARANG
MEI 2023
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Pukul :
PENDAHULUAN
1.1 Maksud
a. Memahami prinsip-prinsip yang digunakan dalam metode gravity
b. Mengetahui cara akusisi data dalam metode gravity
c. Mengetahui kegunaan metode gravity dengan melihat nilai densitas sebagai
acuan analisis formasi batuan
1.2 Tujuan
a. Praktikan dapat memahami penggunaan metode gravity
b. Praktikan dapat mengiplementasikan teknik akusisi data metode gravity
dengan menggunakan software Surfer, Grablox, Magpick, dan Bloxer
c. Praktikan dapat mengkorelasikan hasil pengerjaan metode gravity dengan
interpretasi guna mengetahui jenis lapisan formasi
d. Praktikan dapat menganalisis hasil akusisi data dengan geologi regional
sumber data
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam eksplorasi dengan metode gravitasi tergantung pada hukum Newton yang
dinyatakan dengan gaya F atau gaya saling tarik menarik antara dua partikel yang
berhubungan dengan massa yang dipisahkan. Pada hukum Newton, menyatakan bahwa
kedua partikel yang berturut-turut masanya m1 dan m2 masing-masing dimensi sangat
kecil bila dibandingkan dengan jarak pemisah r dari pusat massa. Pernyataan tersebut
dinyatakan dalam rumus:
𝑀1. 𝑀2
𝐹=𝛾
𝑟2
Penggunaan dari prinsip metode gravitasi membutuhkan banyak koreksi, hal ini
disebabkan oleh banyaknya noise atau gangguan dalam data yang dapat mengubah
hasil data. Metode gravitasi memiliki banyak anomali yang nantinya melalui proses
akusisi data yang tepat dapat menghasilkan data yang tepat.
Formasi ini tersusun secara tidak selaras dengan formasi lainnya, terdiri
atas konglomerat, batupasir, batu lempung dan batugamping.
Konglomerat terdiri atas komponen utama batugamping foraminifera. Formasi
ini diasumsikan berumur sekitar Miosen Akhir- Pliosen. Terjadi peningkatan
populasi foraminifera pada formasi ini, maka menandakan bahwa Formasi
Pamekasan terendapkan pada masa Maximum Flood Sequence.
6. Lakukan langkah 4 dan 5 secara berulang kali, dengan catatan ubah Z menjadi:
g observasi, gravitasi normal, anomaly FA, CBA dan SBA secara bergantian
7. Hasil akhir 6 peta bersama dengan gridding report
9. Input hasil X dan Y pada excel. Tambahkan X size dan Y size sebagai kolom
baru. X size dan Y size merupakan hasil max – min. Save data excel
10. Pada surfer save hasil peta CBA dalam format *.dat
11. New worksheet> open data yang telah disave pada langkah 10> OK
12. Select 5 row paling atas> klik kanan> insert> shift cells down> OK
13. Pada row 1 tuliskan laporan, pada row 3 tuliskan total jumlah data (6900).
Disepanjang row 3 diisi dengan angka 1, 2, 0, 3, 0 secara berurutan seperti
gambar.
3. Pada aplikasi surfer, buka semua data elevasi yang telah dibuat secara local
dan regional. New countour map> local 7-17. Bandingkan semua peta
tersebut dengan peta CBA
4. Berdasarkan hasil perbandingan menunjukkan peta local 9 dan regional 9
paling menyerupai hasil peta CBA
3.4 Pengolahan Data GRABLOX
1. Buka aplikasi grablox, pada kolom dibagian kiri, ubah menjadi preserve>
update
2. Pada X posit dan Y posit masukkan dengan angka hasil grid geometry X Min
dan Y Min>update
3. Pada X size dan Y size, masukkan nilai sesuai dengan hasil grid geometry>
update
4. Pada bagian data area terdapat X step dan Y step yang diisi dengan angka X
spacing dan Y spacing> update
5. Pada X start dan Y start, diisi dengan angka X Min dan Y Min> update
6. Pada bagian X ending dan Y ending, diisi dengan X max dan Y max>
update
7. File> save model> save results> berikan penamaan yang sama> pastikan
format penyimpananan berupa .out dan .inp
11. Pada tab, ubah density menjadi base> normal> none ubah menjadi all>
compute
12. Pada bagian sebelah kanan disebelah hasil grid, terdapat RMS yang
menunjukan angka error, untuk mengurangi nilai tersebut> optimize
b. Peta G Obs
c. Peta G Normal
d. Peta FAC
e. Peta SBA
f. Peta CBA
g. Peta Regional
h. Peta Lokal
Gambar 1. Peta Elevasi Daerah Penelitian (kiri atas), Peta Anomaly Free Air (kanan
atas), Peta Simple Bouguer Anomaly (kiri bawah), dan Peta Complete Bouguer Anomaly (kanan
bawah) pada Daerah Penelitian.
Praktikan telah melakukan akusisi data dengan menggunakan koreksi
elevasi, koreksi FAC, koreksi SBA, dan koreksi CBA. Metode ini menghasilkan
perubahan variasi nilai densitas yang lebih stabil akibat dari pengurangan noise
yang mempengaruhi hasil akhir kaliberasi.
Praktikan menginterpretasikan bahwa pada gambar 1 secara keseluruhan
nilai densitas yang cenderung tinggi ditunjukkan dengan warna merah dengan
rentang 76.5 – 76.8 mgal. Sedangkan nilai densitas yang cenderung rendah
ditunjukkan dengan warna ungu dan biru dengan rentang 74.8 – 75 mgal. Nilai
densitas yang cenderung tidak tinggi maupun tidak rendah ditunjukkan melalui
warna kuning-hijau dengan rentang 75 – 76.1 mgal.
Praktikan membandingkan hasil peta lokal dan regional dengan
perbedaan elevasi sebesar satu. Berdasarkan perbandingan tersebut, didapatkan
peta dengan tingkat kemiripan terhadap CBA paling tinggi yaitu, peta lokal
dengan elevasi 9 dan peta regional dengan elevasi 12.
Gambar 2. Peta Regional dengan elevasi 9 (kiri) dan Peta Local Dengan Elevasi 12 (kanan).
Pada hasil permodelan 2D dengan software Grablox, didapatkanlah data
yang telah dikoreksi dengan permodelan yang cenderung lebih halus dengan
batas densitas yang semakin terlihat. Pada hasil koreksi, dapat dilihat ternyata
terdapat perubahan nilai densitas paling rendah yang ternyata berada pada angka
75 mgal. Dan nilai densitas paling tinggi berada pada angka 76.3 mgal.
Gambar 3. Peta Hasil Koreksi Data CBA
5.2 Pemodelan 3D
Software Bloxer merupakan software pemograman yang berfungsi
untuk memproses data hasil koreksi yang telah dikaliberasi sebelumnya. Hasil
dari software ini berupa permodelan 3D dari depan, tengah, dan tengah namun
dalam perspektif dari atas. Terdapat 10 lapisan yang muncul dalam permodelan
Bloxer.
5.2.2 Lapisan II
Pada lapisan II, dapat dilihat bahwa H dan X section penuh
dengan warna merah. Maka densitas diinterpretasikan dengan besar 1.91
g/cm3. Mengacu pada tabel Telford (1990), lapisan II merupakan lapisan
dari satuan alluvium.
5.2.4 Lapisan IV
Pada lapisan IV, dapat dilihat bahwa H dan X section penuh
dengan warna orange dan kuning . Maka densitas diinterpretasikan
dengan besar 1.94 g/cm3. Mengacu pada tabel Telford (1990), lapisan
IV merupakan lapisan dari satuan alluvium
6.1 Saran
a. Berdasarkan akusisi data gravitasi secara 2D, pada daerah penelitian terlihat
anomali melingkar dengan nilai anomali yang relatif rendah yang semakin
kebagian luar nilai anomali relatif meningkat.
b. Berdasarkan akusisi data gravitasi secara 3D, pada daerah penelitian terdapat
10 Lapisan yang tersusun atas satuan alluvium, batugamping pasiran,
batugamping dolomite. Lapisan batugamping pasiran tersusun dari Formasi
Pasean dan batugamping dolomite yang merupakan bagian dari Formasi
Madura.
6.2 Saran
a. Bagi asisten, untuk dapat lebih teliti dalam memberikan materi sehingga tidak
rancu
b. Bagi praktikan, untuk dapat lebih memperhatikan materi dan waktu pada saat
pengamatan agar tidak terburu-buru
DAFTAR PUSTAKA
Ritonga, A.L. 2019. Analisis Data Gravitasi Untuk Menentukan Struktur Tumbukan
Meteor Bawah Permukaan Pada Lapangan LKW, Kedah, Malaysia. Tugas
Akhir Program Sarjana. Universitas Islam Riau. 6-13
Sandwell, D., Mellors, R., Tong, X., Wei, M., & Wessel, P. (2011). GMTSAR: An
InSAR Processing System Based on Generic Mapping Tools. UC San Diego:
Scripps Institution of Oceanography
Telford, W.M., Geldart, L.P. and Sheriff, R.E. (1990) Resistivity Methods. In: Applied
Geophysics, 2nd Edition, Cambridge Univ. Press, Cambridge, UK, 353-358.
Thanden, R. E., Sumadirdja, H., Richards, P. W., Sutisna, K., dan Amin T. C. , 1996.
Peta geologi lembar Magelang dan Semarang, Jawa. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung.
Van Bemmelen, R. W . , 1949. The geology of Indonesia, The Hague, The Netherlands,
571 – 610.