Anda di halaman 1dari 10

1

Proposal
APLIKASI METODE GRAVITY UNTUK PEMETAAN
PATAHAN SEGMEN ACEH

Disusun oleh:
Nama : Dina Gunarsih
NIM : 1104107010022
Dosen Pembimbing : Dr. Nazli Ismail




PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2013
2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Patahan merupakan zona retakan antara dua blok batuan yang dapat
mengalami pergeseran akibat pergerakan. Patahan ditandai dengan adanya
ketidaksamaan jenis batuan di zona tersebut dengan jenis batuan yang ada di
sekitarnya. Pergerakan mengakibatkan batuan di zona patahan menjadi kurang
terkonsolidasi karena berupa zona hancuran dan lemah sehingga nilai densitasnya
lebih rendah dibandingkan batuan disekitarnya yang masih kompak dan utuh.
Keberadaan patahan penting untuk diidentifikasi. Hal ini disebabkan
karena patahan berpotensi menyebabkan gempa darat yang bersifat merusak.
Aceh merupakan salah satu wilayah yang menarik untuk dilakukan pemetaan
patahan karena beberapa gempa yang terjadi di wilayah ini bersumber dari
pergerakan patahan. Salah satu patahan aktif di Aceh adalah patahan Segmen
Aceh yang menjadi sumber gempa darat di Mane Geumpang 22 Januari 2013
silam. Dari sifat fisis batuan, adanya patahan dapat diidentifikasi melalui
pengukuran menggunakan metode geofisika.
Metode geofisika adalah metode yang digunakan untuk mengetahui
kondisi bawah permukaan melalui sifat sifat fisis batuan dengan melakukan
pengukuran di atas permukaan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk
pemetaan patahan adalah metode gravity (gaya berat). Metode ini didasarkan pada
pengukuran variasi medan gravitasi bumi karena perbedaan densitas pada batuan
yang diukur. Oleh sebab itu, metode gravity sangat tepat digunakan untuk
pendugaan patahan karena metode ini mampu mendeteksi perbedaan kontras
densitas batuan. Perbedaan kontras densitas batuan yang signifikan
mengindikasikan bahwa terdapat zona patahan di daerah tersebut.



3

1.2 Tujuan
a) Mengidentifikasi jenis - jenis batuan penyusun zona patahan Segmen
Aceh berdasarkan sifat densitas batuan.
b) Mengetahui kontras densitas batuan di zona patahan Segmen Aceh
dengan densitas batuan di sekitarnya
c) Memetakan struktur patahan Segmen Aceh menggunakan metode
gravity.
1.3 Rumusan Masalah
a) Bagaimana mengidentifikasi jenis jenis batuan penyusun zona
patahan berdasarkan sifat densitas batuan menggunakan metode
gravity.
b) Bagaimana cara mengetahui kontras densitas batuan di zona patahan
dengan batuan disekitarnya menggunakan metode gravity
c) Bagaimana memetakan patahan menggunakan metode gravity.
1.4 Manfaat
a) Mahasiswa dapat memahami jenis jenis batuan penyusun zona
patahan berdasarkan sifat densitas batuan.
b) Mahasiswa dapat memahami kontras densitas batuan untuk
membedakan batuan yang masih kompak dengan batuan yang sudah
tidak terkonsolidasi.
c) Mahasiswa dapat memahami bagaimana memetakan patahan
menggunakan metode gravity.







4

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Patahan Segmen Aceh
Patahan adalah rekahan bidang atau diskontinuitas dalam volume batuan,
dimana telah terjadi perpindahan yang signifikan sepanjang rekahan akibat
pergerakan bumi. Pelepasan energi yang berhubungan dengan pergerakan patahan
aktif secara cepat menyebabkan terjadinya gempabumi. Patahan identik dengan
batuan yang mengisi zona tersebut. Zona patahan diisi oleh batuan yang lemah
dan hancur akibat pergerakan pergerakan yang terjadi di zona tersebut. Tiap
jenis batuan akan memiliki sifat fisis tertentu. Demikian halnya dengan batuan
yang ada di zona patahan akan memiliki sifat fisis tertentu. Berdasarkan sifat
fisisnya, patahan dapat diidentifikasi.
Patahan Segmen Aceh membentang mulai dari Aceh Tengah menerus
hingga ke Mata Ie dan Pulau Aceh. Sejak tahun 1892 segmen ini belum pernah
diguncang gempa di atas 6 Mw. Di tahun 2013, segmen ini telah mengalami
gempa dengan skala >6 Mw di Mane - Geumpang, Kabupaten Pidie, Aceh
2.2 Sifat Densitas Batuan
Salah satu sifat fisis batuan adalah densitas. Densitas didefinisikan sebagai
massa per satuan volume. Dalam batuan, densitas merupakan fungsi dari
kepadatan butiran, porositas, dan fluida yang mengisi porositas (Dutch, S.I dkk,
1995). Nilai densitas tiap jenis batuan sangat bervariasi dalam range tertentu.
Tipe material
Range densitas
(Mg/cm
3
)
Perkiraan rata - rata densitas
(Mg/cm
3
)
Batuan Sedimen
1.96 - 2.00 1.98 Alluvium
Clay 1.63 - 2.60 2.21
Gravel 1.70 - 2.40 2.00
Loess 1.40 - 1.93 1.64
5

Silt 1.80 - 2.20 1.93
Soil 1.20 - 2.40 1.92
Sand 1.70 - 2.30 2.00
Sandstone 1.61 - 2.76 2.35
Shale 1.77 - 3.20 2.40
Limestone 1.93 - 2.90 2.55
Dolomite 2.28 - 2.90 2.70
Chalk 1.53 - 2.60 2.01
Halite 2.10 - 2.60 2.22
Glacier Ice 0.88- 0.92 0.90

Batuan Beku
2.35 - 2.70 2.52 Rhyolite
Granite 2.50 - 2.81 2.64
Andesite 2.40 - 2.80 2.61
Sycnite 2.60 - 2.95 2.77
Basalt 2.70 - 3.30 2.99
Gabbro 2.70 - 3.50 3.03

Batuan Metamorf
2.39 - 2.90 2.64 Schist
Gneiss 2.59 - 3.00 2.80
Phylite 2.68 - 2.80 2.74
Slate 2.70 - 2.90 2.79
Granulite 2.52 - 2.73 2.65
Amphibolite 2.90 - 3.04 2.96
Eclogite 3.20 - 3.54 3.37

Tabel 2.1 Nilai densitas batuan

6

2.3 Metode Gravity
Pada tahun 1687, Newton mempublikasikan hukum dasar tentang
penelitian gravitasi yang disebut Hukum Newton. Hukum ini menyatakan bahwa
setiap partikel dari materi di alam semesta menarik partikel lainnya dengan
kekuatan berbanding lurus dengan massanya dan berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak pemisah (Telford dkk, 1976).

Gambar 2.1 Gaya berat antara dua titik bermassa m dan m
o

Dalam koordinat kartesian, gaya antar partikel bermassa m yang terletak
pada titik P = (x, y, z) dan partikel bersama m
o
di titik Q = (x, y, z) dinyatakan
dengan :

Berdasarkan Hukum Newton II menyatakan bahwa percepatan dari suatu benda
merupakan hasil pembagian dari gaya yang dialami dengan massa benda tersebut.
Jika Gambar 2.1 m adalah massa bumi dan m
o
adalah massa suatu benda di
permukaan bumi, dann r adalah jari jari bumi maka percepatan gravitasi yang
dialami oleh benda tersebut adalah :

dengan satuan umum yang digunakan adalah miligal.
Jari jari di ekuator (Re) lebih besar daripada jari jari di kutub (Rk)
karena di ekuator ada gaya sentrifugal yang menarik massa keluar. Hal ini
menyebabkan timbul perbedaan nilai percepatan gravitasi antara di kutub dan di
ekuator.
7




Re > Rk
ge < gk
Gambar 2.2 Bentuk muka bumi
2.4 Aplikasi Metode Gravity Untuk Pemetaan Patahan
Secara teoritis, pengukuran nilai gravitasi dilakukan untuk mengetahui
besar gaya gravitasi pada titik titik pengamatan. Metode gravity
menggambarkan bentuk struktur geologi bawah permukaan berdasarkan variasi
medan gravitasi yang ditampilkan oleh perbedaan densitas antarbatuan. Perbedaan
kontras densitas batuan yang signifikan menandakan terdapat zona patahan.

Gambar 2.3 Contoh hasil pemetaan struktur patahan menggunakan metode gravity
(Sumber : Ibrahim Sota, 2011)
Gambar 2.3 menunjukkan bahwa kontras densitas antarbatuan menimbulkan
variasi medan gravitasi bumi.
Rk = 6350 km
Re = 6372 km
8

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Perlengkapan Penelitian
Penelitian Metode Gravity menggunakan peralatan yang disebut
Gravitymeter. Salah satu jenisnya adalah LaCoste Romberg gravitymeter yang
memiliki ketelitian berorde mikrogal (1 gal = 1 g/cm
2
). Beberapa perlengkapan
lainnya adalah :
a) GPS, untuk mengukur koordinat titik pengukuran (posisi dan ketinggian),
b) Kompas geologi, untuk mengukur arah jurus (strike) dan kemiringan (dip)
dari singkapan,
c) Peta topografi daerah penelitian, untuk menentukan titik titik
pengukuran,
d) Peta geologi, untuk melihat penyebaran jenis batuan dan lokasi ,
e) Komputer PC yang dilengkapi perangkat lunak Magmap2000, Microsoft
Excel, Magpick dan Mag2DC, dan Geomodel untuk mengolah data dan
pemodelan.
Data yang dicatat pada pengukuran ini adalah lokasi koordinat titik
pengukuran (dari GPS), waktu pengukuran, nilai medan gravitasi, hari dan tanggal
pengukuran, dan kondisi cuaca saat pengukuran.
Tabel 3.1 Form untuk mencatat data hasil pengukuran
No Stasiun
Pengukuran
Waktu Posisi Geografis Nilai
medan
gravitasi
Kondisi
Lokasi Tgl Jam Bujur Lintang Tinggi
1
2



9

3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian menggunakan metode gravity untuk pemetaan patahan Segmen
Aceh dilakukan di Kecamatan Geumpang, Pidie, Aceh.

3.3 Metode Penelitian
Data hasil pengukuran berupa koordinat pengukuran serta data gravitasi.
Data pembacaan gravitasi yang diperoleh dikalibrasi. Kemudian dilakukan
koreksi pasang surut dan koreksi drift, sehingga didapat nilai gravitasi
pengamatan (g
obs
). Nilai (g
obs
) dikoreksi g normal (g lintang), koreksi udara bebas,
koreksi bouger, dan koreksi medan (terrain).














Gambar 3.1 Diagram alir metode penelitian


Akuisisi Data
(Pengukuran Gravity & Lokasi)
Koreksi Pasang Surut & Drift
Koreksi Udara Bebas & Koreksi
Bougeur
Anomali Bougeur
Koreksi terrain
Anomali Bougeur komplit
10

DAFTAR PUSTAKA
Dutch, S.I., R.C. Boyle, S.K. Jones-Hoffbeck, and S.M. Vandenbush, 1995,
Density and Magnetic Susceptibility of Wisconsin Rock, Geoscience
Wisconsin, Vol. 15, pp. 53-70.
Nurwidyanto, M.I, Tony Yulianto, dan Sugeng Widodo. 2010. Pemetaan Sesar
Opak Dengan Metode Gravity (Studi Kasus Daerah Parang-Tritis dan
Sekitarnya). Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIV HFI Jateng & DIY,
Semarang 10 April 2010 hal 77 83.
Sota, Ibrahim. 2011. Pendugaan Struktur Patahan Dengan Metode Gaya Berat.
Prodi Fisika FMIPA UNLAM.
Telford, W.M., Geldart, L.P, dan Sheriff, R.E. 1990. Applied Geophysics Second
Edition. Cambridge University Press, New York, United State America.

Anda mungkin juga menyukai