Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM GEOFISIKA

EKSPLORASI
PENGGUNAAN PROGRAM OASIS MONTAJ
DALAM MENCARI DATA GRAVITY

MUHAMMAD RIZKY MAULANA


072002000018

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2021
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang karena rahmatnya
saya dapat menyelesaikan makalah berjudul “Penggunaan Program Oasis Montaj
Dalam Mencari Data Gravity”. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah praktikum geofisika eksplorasi.

Saya mengucapkan terima kasih kepada asisten-asisten dosen yang sebelumnya


memberikan pengarahan dalam pengerjaan tugas makalah ini. Saya juga mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam mengerjakan makalah
ini.

Saya menyadari bahwa makalah yang saya tulis jauh dari kesempurnaan dan
mempunyai kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu, mohon kritik serta sarannya yang
membangun.
DAFTAR ISI

PENGANTAR……………………………………………………………………………….II

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………III

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….……4

1.1. Latar Belakang……………………………………………………………………………4


1.1.1 Geofisika………………………………………………………………………………4
1.1.2 Gravity………………………………………………………….……………………...4
1.1.3 Tinjauan Daerah Penelitian……………………………………………………………5

1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………………………...6

1.3 Tujuan Praktikum………………………………………………………………………….6

BAB II TEORI DASAR………………………………………………………………………7

2.1. Gravity…………………………………………………………………………………….7

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM……………………………………………………..8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………….………………………22

BAB V KESIMPULAN…………………………………………………………………...…26

BAB VI SARAN……………………………………………………………………………..27

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..…………………28
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.1.1 Geofisika

Geofsika merupakan cabang ilmu dari geologi yang mengaplikasikan ilmu fisika
dalam mempelajari bumi. Penelitian geofsika dapat digunakan untuk mengetahui
kondisi di bawah permukaan bumi melibatkan pengukuran di atas permukaan bumi
dari parameter-parameter fsika yang dimiliki oleh batuan di dalam bumi. Dari
pengukuran ini dapat ditafsirkan bagaimana sifat-sifat dan kondisi dibawah
permukaan bumi baik itu secara vertikal maupun horizontal. Metode eksplorasi
geofisika dapat digunakan untuk mendapatkan gambaran secara kuantitatif dan
kualitatif kondisi bawah permukaan sesuai dengan sifat fisika yang digunakan
dalam metode terkait. Berbagai sifat fisika yang dimiliki oleh material bawah
permukaan dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan anomali bawah permukaan
sebagai target eksplorasi yang dilakukan.

1.1.2 Gravity

Graviti merupakan salah satu metode eksplorasi geofisika yang digunakan untuk
mengukur variasi medan gravitasi bumi, yang terjadi akibat adanya perbedaan rapat
massa antar batuan dibawah permukaan, dan juga dipengaruhi oleh perbedaan
topografi diatas permukaan bumi. Metode graviti bekerja berdasarkan konsep
hukum Newton yang menunjuk- kan besarnya gaya tarik menarik antara dua buah
benda ber- banding lurus terhadap massa dan berbanding terbalik ter- hadap kuadrat
jarak antar pusat masa benda.

Data hasil pengukuran graviti permukaan belum bisa digunakan secara langsung
untuk interpretasi kondisi bawah permukaan, data tersebut perlu dilakukan
beberapa koreksi untuk memperoleh anomali bouger sederhana seperti koreksi
pasang surut, koreksi apungan, udara bebas, dan koreksi Bouger. Sedangkan untuk
mem- peroleh anomaly Bouger lengkap yang memperhitungkan medan gravitasi
dibawah permukaan bumi dan pengaruh topografi maka dibutuhkan koreksi medan
melalui persa- maan Hammer Chart (Telford, 1990). Metode graviti sering
digunakan dalam berbagai eksplorasi awal baik secara 2D atau 3D untuk sumber
daya alam (Oruc, et.al, 2013). Namun berdasarkan prinsip pengukuran graviti yang
tidak membu- tuhkan kontak langsung dengan permukaan tanah, maka akuisisi data
gravitasi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu melalui melalui daratan (gro and),
laut (ehipbo me), dan udara (airborne dan satellite) dengan instrumentasi yang
berbeda.
1.1.3 Tinjauan Daerah Penelitian

Daerah penelitian pada makalah ini adalah Timor Leste. Pulau Timor dapat
dibagi menjadi dua kawasan yaitu Timor Barat dan TimorTimur (Timor Leste).
Daerah penelitian sendiri termasuk dalam kawasan Timor Barat yang secara
administratif termasuk dalam wilayah negara Indonesia. Timor Barat secara umum
disusun oleh barisan perbukitan bergelombang, dataran tinggi, dan dataran rendah
yang tersebar di beberapa tempat. Menurut Sani dkk. (1995), kawasan Timor Barat
dapat dibagi menjadi tiga zonafisiografi (Gambar 2.1) yaitu:

1. Barisan Perbukitan Utara (Northern Range)Zona ini dicirikan oleh barisan


perbukitan dengan topografi yang rapat dan keras.Adapun litologi penyusun
dari zona ini adalah batuan dari kompleks melange sertabatuan dari tepi
kontinen Australia yang berumur Paleozoikum-Mesozoikum.

2. Cekungan Tengah (Central Basin) Zona ini dicirikan oleh dataran rendah
dengan kemiringan landai yang disusun olehendapan synorogenik klastik dan
karbonat berumur Neogen Akhir.

3. Barisan Perbukitan Selatan (Southern Range)Zona ini dicirikan oleh barisan


perbukitan yang merupakan rangkaian lembar sesarnaik (thrust sheet). Zona ini
sendiri disusun oleh batuan berumur Trias-Miosen yangtermasuk dalam Sekuen
Kekneno dan Sekuen Kolbano. Zona ini juga terkadangdisebut sebagai
Perbukitan Kolbano.

Berdasarkan pembagian zona tersebut, daerah penelitian dikelompokkan


dalamzona Barisan Perbukitan Selatan dimana daerah penelitian ini merupakan
daerahperbukitan yang sangat dikontrol oleh struktur sesar naik. Dimensi rata-rata
dari zona inisekitar 80 km x 30 km. Zona ini dibatasi oleh Laut Timor pada bagian
selatan, sedangkanpada bagian utara dibatasi oleh Cekungan Tengah.

Gambar 1.1 Peta Zona Fisiografi Timor Barat (Sani dkk., 1995)
1.2. Rumusan Masalah

• Bagaimana pola sebaran anomali bouguer di daerah Timor Leste?


• Bagaimana pola sebaran anomali regional dan residual di daerah Timor Leste
berdasarkan pemodelan dengan menggunakan software Oasis Montaj?
• Bagaimana mengidentifikasi jenis struktur patahan berdasarkan teknik filtering
Second Vertical Derivative (SVD)?

1.3. Tujuan Praktikum

• Untuk mengetahui pola sebaran anomali bouguer di daerah Timor Leste.


• Untuk mengetahui pola sebaran anomali regional dan residual di daerah Timor
Leste berdasarkan pemodelan dengan menggunakan software Oasis Montaj.
• Untuk mengidentifikasi jenis struktur patahan berdasarkan teknik filtering Second
Vertical Derivative (SVD)
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Gravity

Graviti merupakan salah satu metode eksplorasi geofisika yang digunakan untuk
mengukur variasi medan gravitasi bumi, yang terjadi akibat adanya perbedaan rapat
massa antar batuan dibawah permukaan, dan juga dipengaruhi oleh perbedaan topografi
diatas permukaan bumi. Metode graviti bekerja berdasarkan konsep hukum Newton
yang menunjuk- kan besarnya gaya tarik menarik antara dua buah benda ber- banding
lurus terhadap massa dan berbanding terbalik ter- hadap kuadrat jarak antar pusat masa
benda.

Dimana F merupakan gaya antara dua buah benda, G konstanta gaya berat (6.67 x
11
10 Nm°/kg°), m, dan m, sebagai masa benda sedangkan r merupakan jarak antar pusat
masa kedua benda. Data hasil pengukuran graviti permukaan belum bisa digunakan
secara langsung untuk interpretasi kondisi bawah permukaan, data tersebut perlu
dilakukan beberapa koreksi untuk memperoleh anomali bouger sederhana seperti
koreksi pasang surut, koreksi apungan, udara bebas, dan koreksi Bouger. Sedangkan
untuk mem- peroleh anomaly Bouger lengkap yang memperhitungkan medan gravitasi
dibawah permukaan bumi dan pengaruh topografi maka dibutuhkan koreksi medan
melalui persa- maan Hammer Chart (Telford, 1990). Metode graviti sering digunakan
dalam berbagai eksplorasi awal baik secara 2D atau 3D untuk sumber daya alam (Oruc,
et.al, 2013). Namun berdasarkan prinsip pengukuran graviti yang tidak membu- tuhkan
kontak langsung dengan permukaan tanah, maka akuisisi data gravitasi dapat dilakukan
dengan tiga cara yaitu melalui melalui daratan (gro and), laut (ehipbo me), dan udara
(airborne dan satellite) dengan instrumentasi yang berbeda.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Pembuatan Peta CBA

1. Bukalah Oasis Montaj dan buatlah database baru.

2. Buatlah kolom X, Y, dan CBA. Isilah kolom tersebut dengan data gravity
dari excel data gravity. Jangan lupa untuk menyetting format penulisan
penulisan komanya dengan menggunakan titik.
3. Klik Grid and Image > Gridding > Minimum Curvature Gridding. Pada
Channel to grid, Output grid, dan Grid cell size, isi “cba”, “peta CeBeA”,
dan “0.56”. Akan didapatkan peta CBA. Seperti dibawah.

3.2 Pembuatan Peta Regional dan Residual

1. Buatlah database baru dan namakan “Analisis Spektral”.


2. Buatlah penampang pada peta CBA dengan membuka Grid and image >
Utilities > Grid profiles. Pada Sample Interval, isi “0.1”. Buatlah garis
penampang menggunakan mouse dan klik done. Klik Map tools > Line path
> OK. Lakukan sebanyak 20 kali dengan 10 horizontal dan 10 vertikal
secara sejajar satu sama lain.

3. Pada database analisis spectral, copy data CBA pada excel. Buatlah 20 sheet
untuk tiap-tiap garis penampang. Copy data pada kolom G_peta_cba_ pada
kolom A excel.
4. Buka File > Options > Add-ins > Go. Akan terbuka Add-ins. Ketik OK.

5. Bukalah Data > Data Analysis. Pilih Fourier Analysis dan klik Ok.
6. Pada Input range, blok semua kolom A sampai baris 128. Centangkan
Output B dan isi dengan kolom B tepat disamping 1A. Klik OK.

7. Pada kolom C1, ketik =IMABS(B1). Drag ke bawah sampai ke baris 128.

8. Pada kolom D, buatlah nomor berurutan dari 1 sampai 128.


9. Pada E1, F1, G1, dan H1, isi dengan dt, f, k, dan lnA.

10. Dibawah dt, f, k, dan lnA, isikan =0.1*128+0.1 , =((D1/2)/$E$2) ,


=2*PI()*F2 , dan =ln(C1 . Lakukan secara berurutan lalu drag datanya
sampai baris ke 128 secara berurutan juga.
11. Lakukan pada semua sheet lainnya.

12. Pada data di bawah “k” dan “ln A”, kotakkan semua sampai ke baris 65 (64
data).

13. Buka Insert > Scatter. Akan keluar sebuah Diagram. Klik tanda + di
samping diagramnya dan centangkan trendline dan formula.
14. Bukalah excel baru untuk data analisis regional dan residual.

15. Pada KEDALAMAN REGIONAL, isilah dengan koefisien x pada garis


linear regional. Pada KEDALAMAN RESIDUAL, isilah dengan koefisien
x pada linear residual. Pada C1, isilah dengan konstanta regional dan pada
C2, isilah dengan konstanta residual.
16. Pada F, G, dan H, tulis K (CUT OFF), LAMDA, dan WIDTH dan di baris
bawahnya isikan dengan rumus =(E2-D2)/(B2-C2), =2*PI()/F2, dan
=G2/0.1.

17. Tarik datanya sampai ke nomor 20.


18. Klik AutoSum > Aveg untuk mendapatkan nilai rata-rata kedalaman residual,
regional, dan width.

19. Untuk membuat peta regional, klik Grid and Image > utilities > 5x5
Symmetric Convolution. Isilah Input Range File dan New resultant Grid
dengan “peta cba” dan “REGIONAL”.
20. Buka File Explorer dan klik file Geosoft > Resource files > etc. Cari file
leastsqu 5x5 lalu copy dan paste lagi pada file yang sama. Ganti Namanya
menjadi Moving Aveg. Bukalah Notepad dan drag file Moving Aveg ke
Notepad tersebut.

21. Ubah semua angka di bawah “The actual 5x5 filter…” menjadi “1” dan
angka di bawah “5x5 least square filter” menjadi “0.01 ; 0.1 ; 0.01 ; 0.01 ;
0.01 ; 0.1”.

22. Buka lagi Oasis Montaj dan buka 5x5 Symmeric Convolution. Pada Option
1 dan Option 2 isilah dengan “None” dan “Moving Aveg”. Isilah Number of
passes to apply dengan angka rata-rata width.
23. Akan muncul peta Regional seperti ini.

24. Untuk membuat peta residual, klik Grid and Image > Grid Math. Isilah
Expression dengan rumus “G0 = d - k” (“G0” adalah residual, “d” adalah
peta cba, dan “k” adalah regional). Klik Ok.
25. Untuk membuat peta analisis sesar, klik Database > New Database untuk
membuat database baru.

26. Klik Grid and Image > Utilities > Grid Profile. Isilah Grid1 New line name
S1 Sample interval dengan “SVD”, “S1”, dan “0,1” dan klik Ok. Lakukan
penarikan garis sesar pada peta.

27. Untuk memunculkan garis sesar, klik Map tools > Line path. Klik Ok.

28. Lakukan sebanyak 15 kali untuk mendapatkan 15 garis sesar.

29. Pada database, copy data “G_SVD” pada excel.


30. Klik Insert > Scatter untuk mendapatkan diagram.

31. Carilah titik maksimum dan minimum dengan menggunakan formula


“=MIN(B:B)” (untuk minimum) dan “=MAX(B:B)” (untuk maksimum).
Carilah jumlah dengan menggunakan formula “MAX+MIN”.

32. Ketika sudah dibuat 16 garis sesar, exportlah peta SVD dan masukan ke
dalam program untuk menggambar . Untuk ini, digunakan program Clip
Studio Paint.
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Peta CBA

Peta CBA (Correction Bouger Anomaly), atau peta koreksi anomali bouger, adalah
peta yang menginterpretasikan suatu daerah dengan pengkoreksian pada anomali
bouger. Koreksi anomaly bouger adalah koreksi yang dilakukan untuk menghilangkan
perbedaan ketinggian daerah namun tetap memperhitungkan massa jenis batuan pada
daerah perhitungan.

Gambar 4.1. Peta Correction Bouger Anomaly

Peta CBA berguna untuk memberikan informasi tentang penyebaran gaya berat pada
suatu daerah. Penyebaran gaya berat ini diinterpretasikan dengan penyebaran warna
pada peta yang berbeda. Daerah gaya berat rendah ditampilkan dengan warna biru tua
sampai hijau mud. Daerah gaya berat sedang ditampilkan dengan warna kuning
saampai oranye kemerahan. Daerah gaya berat tinggi ditampilkan dengan warna merah
sampai merah muda.

Pada peta CBA berikut, terlihat data gaya berat pada daerah penelitian. Daerah
dengan gaya berat rendah merupakan daerah yang paling dominan yang memiliki letak
pada bagian Tengah agak ke utara, Timur Laut, Tenggara, dan area penyebaran dari
Barat Daya yang menyambung ke Utara melewati daerah Barat sampai daerah Barat
Laut. Daerah dengan gaya berat sedang sampai gaya berat tinggi terdapat pada bagian
tengah daerah penelitian yang menyebar dari Utara ke Selatan.

4.2. Peta Regional

Peta regional adalah peta yang menginterpretasikan penyebaran data anomali gaya
berat yang memperhitungkan massa jenis lapisan batuan di permukaannya. Dengan
peta ini, penyebaran densitas lapisan batuan dapat diketahui.

Gambar 4.2. Peta Regional

Pembacaan ukuran massa jenis lapisan batuan sama seperti pembacaan gaya berat
pada Peta CBA, dengan massa jenis rendah ditampilkan dengan warna biru sampai
hijau muda, massa jenis sedang dari kuning sampai oranye kemerahan, dan massa jenis
tinggi berupa merah sampai merah muda. Dari peta regional, terlihat bahwa lapisan
batuan dengan massa jenis rendah adalah yang paling dominan yang menyebar di area
Barat sampai Barat Daya dan area Timur Laut menuju Timur sampai ke arah Tenggara.
Lapisan batuan dengan massa jenis sedang menyebar dari bagian Utara dan Barat Laut
ke bawah menuju Selatan. Untuk lapisan batuan dengan massa jenis tinggi, tersebar
pada area sekitar Utara dan Timur laut serta bagian sekitar Tengah menuju ke Selatan.

4.3. Peta Residual

Peta residual adalah peta yang menginterpretasikan penyebaran data anomali gaya
berat yang memperhitungkan fitur-fitur geologi secara struktural yang ada pada daerah
penelitian.

Gambar 4.3. Peta Residual

Peta residual ini sama dengan Peta CBA dan memiliki cara yang sama pada
pembacaan penyebaran angka besaran gaya berat. Daerah dengan gaya berat rendah
merupakan daerah yang paling dominan yang memiliki letak pada bagian Tengah agak
ke utara, Timur Laut, Tenggara, dan area penyebaran dari Barat Daya yang
menyambung ke Utara melewati daerah Barat sampai daerah Barat Laut. Daerah
dengan gaya berat sedang sampai gaya berat tinggi terdapat pada bagian tengah daerah
penelitian yang menyebar dari Utara ke Selatan. Pada peta ini, faktor pada perbedaan
penyebaran gaya berat merupakan fitur geologi secara struktural yang ada pada wilayah
tersebut. Pada area-area yang memiliki transisi warna yang cukup tajam (contohnya
area-area bagian Selatan dari Barat Daya sampai Tenggara), dapat di asumsikan bahwa
terjadi suatu deformasi secara geologis pada area tersebut yang akhirnya
mengakibatkan perbedaan gaya berat yang tajam. Deformasi ini dapat berupa
perpindahan massa seperti longsor atau sesar.

4.4. Peta SVD

Peta SVD (Second Vertical Derrivative) adalah peta hasil dari penentuan dan
pencarian jenis sesar atau patahan yang ada dengan menggunakan data anomali gaya
berat , massa jenis lapisan batuan yang tersebar, serta sifat-sifat geologis secara
struktural pada daerah penelitian.

Gambar 4.4. Peta SVD

Hasil pada peta ini menunjukan sesar-sesar yang terdapat pada daerah penelitian.
Semua sesar pada peta ini merupakan sesar naik dengan arah pergerakan menuju angka
tinggi (diinterpretasikan dengan warna merah sampai dengan merah muda)
BAB V
KESIMPULAN

• Daerah penelitian X memiliki perbedaan gaya berat yang bermacam, terdiri dari
gaya berat rendah, gaya berat sedang, dan gaya berat tinggi.
• Daerah penelitian X memiliki perbedaan massa jenis lapisan batuan yang
bermacam, terdiri dari massa jenis batuan rendah, massa jenis sedang, dan
massa jenis tinggi. Pada daerah penelitian ini, lapisan batuan dengan massa jenis
rendah adalah jenis lapisan yang paling dominan yang kemungkinan terdiri dari
lapisan batuan sedimen seperti batu gamping atau batu pasir.
• Berdasarkan data peta SVD, daerah penelitian X memiliki fitur geologi berupa
sesar. Sesar-sesar yang terhitung pada penampang daerah ini adalah sesar naik.
Fitur ini dapat diketahui dengan adanya transisi angka gaya berat dari sedang
menuju tinggi.
BAB VI
SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan saran-saran yang semoga dapat
bersifat membangun untuk pengerjaan laporan kedepannya

1. Pada pengerjaan laporan ini, terdapat kendala dalam melakukan instalisasi program
Oasis Montaj yang diperlukan untuk melakukan laporan ini, sehingga dalam
pengerjaan digunakan program Team Viewer. Prosedur pengerjaan ini memakan waktu
yang lebih banyak. Diharapkan kendala pada program yang diperlukan dapat diperbaiki
segera mungkin kedepannya

2. Pada pengerjaan laporan ini, pengumpulan data didapatkan secara online tanpa secara
langsung pergi ke daerah penelitian, sehingga data yang didapatkan kemungkinan
kurang maksimal. Diharapkan kedepannya dapat dilakukan pengumpulan data secara
langsung.
DAFTAR PUSTAKA

Senoaji, Ferry. Analisa Derivative Pada Metode Gravity. Diakses pada 2021.
https://www.academia.edu/28691403/Analisa_Derivative_Pada_Metode_Gravity

Anonymous User. (2020). Metode Gravitasi dalam Analisis Cekungan Hidrokarbon.


Diakses pada 2021.

Jusmi, Fitri. (2018). PEMETAAN ANOMALI BOUGUER LENGKAP DAN TOPOGRAFI


SERTA PENENTUAN DENSITAS BOUGUER BATUAN DAERAH PANAS BUMI
PAMANCALAN. Palopo: Jurnal Dinamika.

Yanis, M. Marwan. Kamalia, Nuzul. (2019). Aplikasi Satellite GEOSAT dan ERS Sebagai
Metode Alternatif Pengukuran Gravity Ground Pada Cekungan Hidrokarbon di Pulau Timur.

Anda mungkin juga menyukai