Anda di halaman 1dari 10

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI

ACARA : PENGENALAN BIOSTRATIGRAFI

NAMA : WISNU ASTAMAN

HARI/TGL : SELASA / 28 NOVEMBER 2006

STB

I.

: D 611 05 047

MAKSUD DAN TUJUAN


Adapun maksud dan tujuan dari Praktikum Mikropaleontologi acara

Pengenalan Biostratigrafi ini adalah :

Dapat mengelompokkan batuan berdasarkan kandungan fosilnya

Dapat membuat tabel semi kualitatif dengan benar berdasarkan fosil


plantonik dan bentonik.

Dapat menggambarkan hubungan antara pelagik rasio dan fungsi


kedalaman

Dapat membuat kolom stratigrafi berdasarkan data yang ada.

II.

ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

Kertas grafik

Range Chart Eosen dan Miosen

Kertas kuarto

Alat tulis menulis

Mistar

Sap praktikum

Problem set

III.

TEORI RINGKAS
Biostratigrafi adalah pengelompokkan batuan berdasarkan kandungan

fosilnya, tanpa melihat atau memperhatikan ciri-ciri fisik, kandungan mineral


maupun komposisi daripada batuannya. Fosil tersebut dapat meliputi mikrofosil

maupun makrofosil, namun yang umum digunakan adalah mikrofosil, seperti :


foraminifera, pollen, nanoplankton, dinoflagellata, radiolaria dan ostracoda. Fosilfosil tersebut dapat digunakan dalam penentuan umur relatifmaupun lingkungan
pengendapan.
A.

Penentuan Umur dan Lingkungan Pengendapan


Penentuan umur dan lingkungan pengendapan suatu sampel, dapat dilakukan

dengan bantuan analisa foraminifera. Ada beberapa metode analisa yang


digunakan :
Analisa kualitatif : hanya mencatat suatu takson ada atau tidak.
Analisa semi kualitatif : mencatat hasil pengamatan dalam interval
tertentu dan direpresentasikan dengan simbol tertentu (misalnya 1-3 =
jarang (0), 4-10 = sedikit (+), 11-25 = banyak (I), > 25 = melimpah (III) ).
Analisa kuantitatif : disini semua kehadiran fosil diidentifikasi dan
masing-masing taxon dihitung jumlahnya.
Dalam penyajian data ada dua sampel yang berbeda , yaitu :
o Sampel yang berdiri sendiri/independen satu sama lain (misalnya spot
sampel, sampel lapangan, dll)
o Sampel yang susunan stratigrafinya kita ketahui (misalnya sampel hasil
pengukuran penampang stratigrafi terukur, sampel dari pemboran).
Secara umum penentun umur batuan terdiri atas dua metode yaitu :
-

Penentuan umur absolut

Penentuan umur relatif

Penentuan umur absolut dilakukan dengan menhitung waktu paruh dari unsurunsur radioaktif yang dikandung oleh batuan tersebut, sementara penentuan umur
relatif pada dasarnya membandingkan umur batuan tersebut dengan batuan
lainnya yang telah diketahui atau mempunyai hubungan stratigrafi yang jelas.
Salah satu cara menentukan umur relatif adalah dengan menganalisa kandungan
fosil atau mikrofosil yang ada dalam batuan tersebut. Penentuan umur relatif
dengan menggunakan fosil adalah suatu pilihan baik karena relatif mudah dan
murah dibandingkan penentuan umur secara absolut.

Seiring dengan kemajuan ilmu dibidang foraminifera, telah banyak dihasilkan


biozonasi foraminifera yang dijadikan acuan dalam analisisnya. Beberapa
Biozonasi yang umum digunakan di Indonesia antara lain :
-

Biozonasi foraminifera besar


Terdiri atas klasifikasi huruf T dari Van der Vlerk dan Umbrove (1927),
Klasifikasi Clarkje & Blow (1969), dan Klasifikasi Adams (1970). Pada
umumnya biozonasi foraminifera besar ini mempunyai kelemahan yang sama,
yaitu sifat keberlakuan yang terbatas pada lokal tertentu dan ini merupakan
cerminan sebaran foraminifera besar yang tidak kosmopolitan.Ketiga
biozonasi foraminifera besar membagi Zaman Tersier dalam beberapa zona
yang dinotasikan dalam huruf Ta (Tersier Awal) hingga Th (Tersier Akhir)

Biozonasi Foraminifera Kecil (plantoniks)


Antara lain terdiri dari Biozonasi Bolli (1966), Biozonasi Blow (1969),
Biozonasi Postuma (1971) dan Biozonasi Bolli dan Saunders (1985). Pada
umumnya biozonasi foraminifera kecil plantoniksmempunyai ketepatan yang
jauh lebih detail dibandingkan dengan biozonasi foraminifera besar.

Biozonasi foraminifera kecil Bentonis


Pada umumnya jenis foraminifera bentonik digunakan dalam penentuan
lingkungan pengendapan suatu batuan, namun pada suatu kondisi dimana kita
dipaksakan untuk menggunakan foraminifera bentonik dalam penentuan umur
relative. Kondisi tersebut dapat terjadi jika tidak ditemukan kandungan
foraminifera plankton, karena tidak semua batuan sedimen mempunyai
kandungan fosil foraminifera plantonik. Sebagai contoh ,beberapa jenis
batuian sedimen yang diendapkan pada daerah pantai mempunyai kandungan
fosil foraminifera bentonik yang melimpah, dan hal ini memberikan petunjuk
untuk peneliti yang memanfaatkan data yang tersedia.

B.

Lingkungan Pengendapan
Lingkungan pengendapan dapat diinterpretasikan dari :
-

Geometri dan distribusi depoisitional unit

Struktur sediment dan asosiasi litologi

Asosiasi fosil

Dalam sub pokok bahasan ini, hanya akan dijelaskan mengenai penentuan
lingkungan pengendapan berdasarkan asosiasi fosil.

Interpretasi

berdasarkan

asosiasi

mikrofosil

foraminifera,

harus

didasarkan atas keseluruhan aosiasi foraminiferanya. Interpretasi tersebut harus


didasarkan pada cirri-ciri secara keseluruhan seperti begaimana kehadiran
(presentasi) plantonik, miloid, arenaceous form, foram besar dan tentunya juga
asosiasi calcareous bentoniknya. Selain itu harus diperhatikan pula kelimpahan
dan keragamannya, apakah ada dominasi spesies atau genus tertentu, preservasi,
ukuran dan bentuk test, dll.
Adapun lingkungan pengendapan dari fosil-fosil foraminifera bentonik
menurut Wright and Boltovskoy, 1976 adalah :

Interdital zone
Discorbis, Cibicides, Ammonia beccarii , Elphidium, Buliminella.

Inner neritic (shelf) zone (o-3 m)


Elphidium, Ammoni, Quinqueloculina, Poroeponides, Other milliolid form

Middle Neritic (shelf) zone (30-100m)


Textularia,

Trochammina,

Ammonia,

Elphidium,

Quinqueloculina,

Triloculina, Discorbis, Buliminella, Bucrella, Amphistegina, Peneroplis,


Archaias, Heterosgina.

Outher Neritic (shelf) zone (100-130 m)


Lagena,

Bulimina,

Ciubicides,

Cassidulina,

Nonionella,

Uvigerina,

Fursenkoina, Pullenia.

Upper & Middle Bathyal Zone (130-1000 m)


Bolivina, Uvigerina, Cassidulina, Gyroidina, Bulimina, Pullenia, Cibicides,
Pyrgo, and more globular test.

Lower bathyal zone (1000-3000 m)


Oridorsalis,

Sulostomella,

Preustomella,

Melonis,

Gyroidina,

Globocassidulina, Cibicides, Epistomoinella, Pyrgo, Eggreil.

Abysal Zone (3000-5000m)


Bathysipon, Cyclamina, Haplophragmoides, Rhabdaminna, Crabrostomoides.

Ketidakselarasan
Ketidakselarasan atau Uncomformity adalah kontak suatu batuan yang
menunjukkan adanya suatu selang pengendapan yang hilang dalam urutan dan
system sedimentasi. Pengendapan yang hilang tidak terekam oleh stratigrafi
batuan disebut hiatus.

Gejala-gejala ketidakselarasan adalah :

Gap Paleontologi , yaitu hilangnya suatu umur fosil dan ditemukannya


fosil yang berbeda umuir relative jauh pada kontak diantara dua batuan,
misalnya batuan berumur kapur kontak dengan batuan Miosen.

Gap Stratigrafi , yaitu hilang atau berubahnya suatu lapisan batuan


secara menyolok akobat terhentinya proses pengendapan, sehinmgga
menunjukkan ureutan lapisanm batuan dengan sifat yang sangat berbeda atau
kontak diantara dua batuan yang berbeda jenis dan genesanya.

Klasifikasi Ketidakselarasan
Berdasarkan atas kedudukan lapisan dan jenis batuan yang kontak tidak
selaras, maka dapat digolongkan atas :

Angular Uncomformity
Merupakan kontak ketidakselarasan yang memperlihatkan hubungan saling
menyudut, batuan yang lebih tua mengalami perlipatan kemudian disusul oleh
pengendapan batuan sediment yang baru (muda)

Disconformity parallel Uncomformity


Merupakan jenis ketidakselarasan yang parallel antara dua batuan, tidak
memperlihatkan hubungan yang menyudut, terbentuk tanpa gangguan
struktur, akan tetapi memperlihatkan adanya kesan erosi dengan permukaan
tidak rata, kemungkinan hal ini terbentuk oleh akibat regresi dan transgresi

Nonconformity
Merupakan ketidakselarasan yang terjadi diantara batuan sediment dengan
batuan beku. Batuan beku yang lebih tua telah tererosi, kemudian terjadi
gangguan laut (transgresi) yang disusul dengan pengendapan diatasnya.
Dalam suatu urutan proses sediment dikenal adanya bentuk-bentuk hubungan

antara lapisan batuan yaitu :

Menjemari

Yaitu hubungan kontak antara batuan yang memperlihatkan bentuk menjemari


pada batuan yang selaras, yang terendapkan sama-sama, hanya terjadi
perubahan komposisi sublai sediment secara tiba-tiba sehingga batuan yang
terbentuk berbeda.

Membaji
Yaitu batas antara suatu lapisan batuan, batas atas dan batas bawahnya
mwngalami penebalan kemudian menipis selanjutnya menghilang.

Melensa
Yaitu kenampakan suatu lapisan batuan dimana bagian tengahnya tebal dan
bagian pinggirnya tipis, karena pengaruh deformasi pada bagian pinggirnya.

IV. PROSEDUR KERJA


Langkah-langkah yang dilakukan selama praktikum yaitu :
1) Membuat tabel analisa semi kualitatif dan kuantitatif fosil
foraminifera yang dijumpai.
2) Membuat tabel kisaran umur tiap lapisan batuan berdasarkan
foraminifera planktonik.
3) Menentukan

lingkungan pengendapan untuk setiap batuannya

merdasarkan klasifikasi Nathland,1933 melalui foraminifera bentonik.


4) Menghitung nilai pellagic ratio dari tiap-tiap lapisan yang dijumpai.
5) Membuat kurva pelagic platio dan fungsi kedalaman setiap lapisan
batuan yang dijumpai.
6) Menghitung ketebalan setiap lapisan.
7) Membuat kolom biostratigrafi dengan menggunakan skala 1 : 50

V. PROBLEM SET
Telah dilakukan eksploirasi minyak oleh PT.CALTEX dan dijumpai
beberapa litologi hasil pemetaan litologi antara lain : Batulempung karbonatan,
sisipan batugamping, Napal, Batugamping pasiran, Batugamping fragmental, dan
Batulempung.
Setelah dilakukan analisa analisa struktur geologi, maka ditentukan titik X
sebagai titik pengeboran dangkal dengan pengeboran vertikal pada tahap
eksploirasi ersebut untuk mengetahaui keadaan batu induk dan reservoir minyak

yang dijumpai pada tahap eksploirasi sebelumnya. Setelah dilakukan pengeboran,


maka tahap berikutnya adalah pendeskripsian sample pengeboran. Dari hasil
analisa mikropaleontologi, dihasilkan bahwa sampel pengeboran mengandung
fosil foraminifera (Planktonik dan Bentonik), seperti yang diuraikan berikut ini :
Pada bagian atas (permukaan) Batulempung karbonatan
Kandungan foraminifera planktonik :
Orbulina

bilobata,

Globootalia

fohsi,

Gloorotalia

peripheroronda,

Catapsydrax dissimilis, Globigerinoides subquadratus, Orbulina suturalis,


Orbulina universa, Globorotalia obesa, Globorotalia mayori.
\
Kandungan fosil bentonik :
Bolivina

lotemani,

Buliminella

elegantissma, Cibicides

consentricus,

Cibicides sirattani, Elphidium discoidale, Elphidium incertum, Nonion


grateloupi, Nonionella opima, Textularia mayori.
Masing-masing dengan jumlah spesies : (89, 90, 100, 104, 67, 145, 345, 235,
232).
Kemudian pada kedalaman pemboran 3 meter dijumpai sisipan batugamping
(tebal sisipan 0,1 meter) dengan kandungan fosil berupa :
Kandungan foraminifera planktonik :
Globorotalia

obesa,

Globigerina

tripertila,

Catapsydrax

disimilis,

Globigerinoides subquadratus, Globorotalia mayori, Orbulina bilobata,


Orbulia universa, Globorotalia fohsi, Globorotalia peripheroronda.
Masing-masing dengan jumlah spesies : ( 15,46,23,13,45,35,67,35,44).
Kandungan foraminifera bentonik :
Cibicides concentricus, Cibicides sirattani, Elphidiun discoidale, Elphidium
incertum, Bolivina lotemani, Buliminella elegantissma, Nonion grateloupi,
Nonionella opima, Textularia mayeri.
Masing-masing dengan jumlah spesies : ( 176, 190, 234, 104, 34, 145, 24,
235, 109).
Pada kedalaman 5 meter terlihat batulempung karbonatan dengan kandungan
fosil :
Kandungan foraminifera planktonik :
Orbulina

bilobata,

Globorotalia

fohsi,

Globorotalia

periheroronda,

Catapsydrax dissimilis, Globigerinoides subquadratus, Orbulina bilobata,

Orbulina suturalis, Globorotalia mayori, Globorotalia mayeri, Globorotalia


obesa.
Kandungan foraminifera bentonik :
Cibicdies consentricus, Cibicides sirattani, Elphidium discoidale, Elphidium
incertum, Bolivina lotemani, Buliminella elegantissma, Nonion grateloupi,
Nonionella opima, Textularia mayeri.
Masing-masing dengan jumlah spesies : (321, 456, 234, 24, 34, 34, 124,
145,109).
Pada kedalaman 15 meter, ditemukan Napal dengan kandungan fosil sebagai
berikut :
Kandungan foraminifera planktonik :
Orbulina

bilobata,

Globorotalia

fohsi,

Catapsydrax

dissimilis,

Globigerinoides subquadratus, Orbulina suturalis, Orbulina universa,


Globorotalia obesa, Globorotalia mayeri, Globigerinoides immaturus,
Globorotalia peripheroronda, Globigerinoides trilobus.
Masing-masing dengan jumlah spesies : 34, 44, 5, 10, 56, 45, 34, 78, 56, 142.
179).
Kandungan foraminifera bentonik :
Bolivina marginata, Bulimina puppoides, Cibicides pseudogerianus,
Uvigerina hoteei, Nodosaria vertebralis, Uvigerina hiettensis, Discorbis
graveli, Discorbis nomada.
Masing-masing dengan jumlah spesies (105, 234, 134, 155, 56, 89, 142, 178).
Pada kedalaman 21 meter djumpai Batugamping pasiran dengan kandungan
fosil berupa :
Kandungan foraminifera planktonik :
Sphaeroidinella subdehiscens, Orbulina bilobata, Orbulina universa,
Globigerinoides

sacculiferous,

Globigerinoides

subquadratus,

Globoquadrina altispira, Globorotalia obesa.


Masing-masing dengan jumlah spesies : (34, 45, 10, 3, 56, 65, 4).
Kandungan foraminifera bentonik :
Bolivina lotemani, Buliminella elegantissma, Cibicides oncentricus, Cibicides
sirattani, Elphidium discoidale, Elphidium incertum, Nonion grateloupi,
Nonionella opima, Textularia mayeri.

Masing-masing dengan jumlah spesies : (102, 103, 90, 104, 67, 145, 145,
135, 154).

Pada kedalaman 26 meter dijumpai Batugamping fragmental :


Kandungan foraminifera planktonik :
Globoquadrina

dehiscens,

Globigerinoides

trilobus,

Globigewrinoides

immaturus, Globigerina venezuela, Globigerina prabulloides, Globorotalia


peripheroronda,

Globigerinoides

subquadratus,

Sphaeroidinella

subdehiscens, Orbulina bilobata, Orbulina iniversa, Globigerinoides


sacculiferous, Globoquadrina altispira.
Masing-masing dengan jumlah spesies : (23, 4, 45, 134, 54, 78, 45, 5, 56, 89,
2, 6).
Kandungan foraminifera bentonik :
Batugamping Fragmental
Nonion grateloupi, Cibicides consentricus, Textularia mayori, Buliminella
elegantissma,

Elphidium discoidale,

Elphidium incertum,

Cibicides

sirattani, Nonionella opima.


Pada kedalaman 29 meter dijumpai batulempung dengan kandungan fosil
berupa:
Kandungan foraminifora planktonik:
Sphaeroidinella
venezuela,

subdehiscens,

Globigerina

Globigerinoides

prabulloides,

trilobus,

Globorotalia

Globigerina

peripheroronda,

Globigerinoides subquadratus, Globorotalia pseudomicenica, Orbulina


bilobata, Orbulina universa, Globigerinoides sacculiferous, Globoquadrina
altispira, Globorotalia obesa, Globorotalia siakensis, Globigewrinoides
immaturus.
Masing-masing dengan jumlah species (100, 34, 90, 87, 134, 354, 245, 134,
23, 45, 24, 45, 90).
Kandungan foraminifera bentonik :
Cibicides
Osagularia

kullenbergi,

Cibicides

wuellerstorfi,

culter, Quinquecloculina

venusta,

Nonion

ponpiloides,

Trochammina

Virgulina advena.
Masing-masing dengan jumlah species (12, 3, 4, 6, 8, 12, 4)
Pada kedalaman 32 meter tersusun atas Batulempung

venusta,

Kandungan foraminifera planktonik :


Globigerinoides immaturus, Globigerina perabulloides, Globigerinoides
trilobus,

Globorotalia

peripheroronda,

Globigerina

venezuela,

Globigerinoides subquadratus, Sphaeroidinella subdehiscens, Orbulina


bilobata, Orbulina universa, Globigerinoides sacculiferous, Globoquadrina
altispira, Globorotalia obesa.
Masing-masing dengan jumlah species (87, 134, 100, 34, 90, 23, 59, 245, 134,
23, 45, 129, 467, 90, 235, 345)
Kandungan foraminifera bentonik :
Cibicides concentricus,

Cibicides sirattani,

Elphidium discoidale,

Elphidium incertum, Bolivina lotemani, Buliminella elegantissma, Nonion


grateloupi, Nonionella opima, Textularis mayori.
Masing-masing dengan jumlah species : (34, 5, 6, 8, 12, 4, 1)

Anda mungkin juga menyukai