Anda di halaman 1dari 11

A-PDF WORD TO PDF DEMO: Purchase from www.A-PDF.

com to remove the watermark

PENENTUAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DENGAN


MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI DI DESA PLERET,
KECAMATAN PLERET, KABUPATEN BANTUL

Arista Uniek Kartika1, Gatot Yuliyanto1, Udi Harmoko1

1
) Laboratorium Geofisika Jurusan Fisika, Universitas Diponegoro, Semarang, 2007

ABSTRACT

A research of refraction seismic methods in Pleret village, Pleret, Bantul District, DIY has
been done on June 18 to 19, 2007 with Geometrics Model ES-3000 seismic refraction
instrument with 5 geophone. This research in order to determination the sub surface structure of
Pleret village in coordinate easting from 435160 UTM until 435543 UTM and northing from
9130653 UTM until 9131299 UTM.
In this aquisision data, the travel time data was a distance function. Processing and
interpretation data used Intercept Time method. Intercept Time method used value of intercept
time concept from travel time curve.
This interpretation which resulted P wave velocities and layer rocks thickness in two-lines
which scattered in area of survey. The result of interpretation shows that in the survey area
consist of two layers, e.i: the first layer is represent land mound with velocity of line-1 is 235.849
m/s – 446.429 m/s and velocity of line-2 is 192.306 m/s – 304.876 m/s and the thikness is in range
of 3 m until 5 m. While the second layer with velocity of line-1 is 748.503 m/s – 2118.644 m/s and
velocity of line-2 is 726.744 m/s – 1506.024 m/s is interpreted as clay stone layer, sand (dry,
having the pass character).
Key words: sub surface structure, seismic refraction, Intercept Time method, Pleret.

INTI SARI

Telah dilakukan penelitian menggunakan metode seismik refraksi di daerah Desa Pleret,
Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan
untuk menentukan struktur bawah permukaan Desa Pleret dengan batas koordinat easting antara
435160 UTM sampai 435543 UTM dan northing antara 9130653 UTM sampai 9131299 UTM.
Pengambilan data lapangan dilakukan pada tanggal 18 sampai dengan 19 Juni 2007 dengan
menggunakan alat seismik Geometrics Model ES-3000 dengan 5 geophone.
Data yang diperoleh berupa waktu rambat sebagai fungsi jarak. Data tersebut kemudian diolah
menggunakan piranti lunak yaitu Data Processing Software Pickwin untuk memperoleh waktu tiba
gelombang dari sumber menuju geophone (first arrival time). Dari pengolahan data tersebut

1
kemudian diinterpretasi dengan menggunakan metode Intercept Time. Metode Intercept Time
menggunakan konsep nilai intercept time dari kurva travel time.
Dari hasil interpretasi data ini diperoleh kecepatan perambatan gelombang P pada medium
dan ketebalan lapisan batuan di dua lintasan yang tersebar di daerah penelitian. Hasil interpretasi
menunjukkan litologi bawah permukaan daerah penelitian terdiri dari dua lapisan dengan lapisan
pertama merupakan tanah urug dengan kecepatan gelombang pada lintasan pertama antara
235,849 m/s - 446,429 m/s dan pada lintasan kedua antara 192,306 m/s - 304,876 m/s serta
mempunyai kedalaman 3 m sampai dengan 5 m. Pada lapisan kedua kecepatan gelombang pada
lintasan pertama antara 748,503 m/s - 2118,644 m/s dan lintasan kedua antara 726,744 m/s -
1506,024 m/s diinterpretasikan sebagai batu lempung, pasir (kering, bersifat meluluskan).

Kata kunci: struktur bawah permukaan, seismik refraksi, metode Intercept Time, Pleret.
I PENDAHULUAN Time mampu memberikan hasil yang memadai atau
Metode seismik refraksi merupakan salah satu yang dapat diartikan dengan kesalahan relatif kecil
metode geofisika untuk mengetahui penampang (Sismanto, 1999). Dalam penelitian ini, pemodelan
struktur bawah permukaan, merupakan salah satu struktur lapisan bawah permukaan dilakukan dengan
metode untuk memberikan tambahan informasi yang menggunakan metode Intercept Time.
diharapkan dapat menunjang penelitian lainnya. Daerah penelitian adalah daerah Pleret,
Metode ini mencoba menentukan kecepatan Kabupaten Bantul, Yogyakarta, terletak di bagian
gelombang seismik yang menjalar di bawah Selatan Yogyakarta (gambar 1). Secara geografis,
permukaan. Metode seismik refraksi didasarkan Kabupaten Bantul terletak pada koordinat easting
pada sifat penjalaran gelombang yang mengalami antara 412823 UTM sampai 446982 UTM dan
refraksi dengan sudut kritis tertentu yaitu bila dalam northing antara 9114841 UTM sampai 9144978
perambatannya, gelombang tersebut melalui bidang UTM. Di sebelah timur berbatasan dengan
batas yang memisahkan suatu lapisan dengan lapisan Kabupaten Gunungkidul, di sebelah utara berbatasan
yang di bawahnya yang mempunyai kecepatan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, di
gelombang lebih besar. Parameter yang diamati sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon
adalah karakteristik waktu tiba gelombang pada Progo, dan di sebelah selatan berbatasan dengan
masing-masing geophone. Samudra Indonesia
Ada beberapa metode interpretasi dasar yang (http:/www.bantul.go.id/). Desa Pleret merupakan
bisa digunakan dalam metode seismik refraksi, salah satu wilayah di Kabupaten Bantul yang
antara lain metode waktu tunda, metode Intercept mengalami kerusakan akibat gempa Yogyakarta
Time, dan metode rekonstruksi muka gelombang pada tanggal 27 Mei 2006 yang kemudian
(Raharjo, 2002). Pada perkembangan lebih lanjut, mendorong penulis untuk mengadakan penelitian
dikenal beberapa metode lain yang digunakan untuk struktur bawah permukaan dengan metode seismik
menginterpretasikan bentuk topografi dari suatu refraksi di Desa Pleret, Kecamatan Pleret,
bidang batas, antara lain metode Time Plus Minus, Kabupaten
metode Hagiwara dan Matsuda, dan metode Bantul.
Reciprocal Hawkins. Untuk sistem perlapisan yang
cukup homogen dan relatif rata, metode Intercept Secara geomorfologis, Yogyakarta terbagi
menjadi enam satuan geomorfologi yaitu satuan

2
dataran, satuan perbukitan rendah, satuan perbukitan II.2 SEISMIK REFRAKSI
sedang, satuan perbukitan tinggi (pegunungan), Metode seismik dikategorikan ke dalam dua
satuan kaki lereng Gunung Merapi dan satuan tubuh bagian yaitu seismik refraksi (seismik bias) dan
Gunung Merapi. Kondisi geomorfologi ini seismik refleksi (seismik pantul). Dalam penulisan
dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas endogen dan ini metode yang dibahas hanya sebatas metode
eksogen yang terjadi, sedangkan ditinjau dari seismik refraksi. Dalam metode seismik refraksi,
stratigrafi, daerah Bantul termasuk daerah yang diukur adalah waktu tempuh dari gelombang
Pegunungan Selatan Jawa yang terdiri dari Formasi dari sumber menuju geophone. Dari bentuk kurva
Semilir, Formasi Kepek, Formasi Wonosari dan waktu tempuh terhadap jarak, dapat ditafsirkan
Formasi Sentolo (Rahardjo,1995). kondisi batuan di daerah penelitian.
Keterbatasan metode ini adalah tidak dapat
II DASAR TEORI dipergunakan pada daerah dengan kondisi geologi
II.1 GELOMBANG SEISMIK yang terlalu kompleks. Metode ini telah
Gelombang seismik adalah gelombang elastik dipergunakan untuk mendeteksi perlapisan dangkal
yang merambat dalam bumi. Bumi sebagai medium dan hasilnya cukup memuaskan. Menurut Sismanto
gelombang terdiri dari beberapa lapisan batuan yang (1999), asumsi dasar yang harus dipenuhi untuk
antar satu lapisan dengan lapisan lainnya penelitian perlapisan dangkal adalah:
mempunyai sifat fisis yang berbeda. Ketidak- 1. Medium bumi dianggap berlapis-lapis dan setiap
kontinuan sifat medium ini menyebabkan lapisan menjalarkan gelombang seismik dengan
gelombang seismik yang merambatkan sebagian kecepatan yang berbedabeda.
energinya dan akan dipantulkan serta sebagian 2. Semakin bertambah kedalamannya, batuan
energi lainnya akan diteruskan ke medium di lapisan akan semakin kompak.
bawahnya (Telford dkk, 1976). 3. Panjang gelombang seismik lebih kecil daripada
Suatu sumber energi dapat menimbulkan ketebalan lapisan bumi.
bermacam–macam gelombang, masing–masing 4. Perambatan gelombang seismik dapat dipandang
merambat dengan cara yang berbeda. Gelombang sebagai sinar, sehingga mematuhi hukum –
seismik dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu: hukum dasar lintasan sinar.
1. Gelombang badan (body waves) yang terdiri dari 5. Pada bidang batas antar lapisan, gelombang
gelombang longitudinal (gelombang P) dan seismik merambat dengan kecepatan pada
gelombang transversal (gelombang S). lapisan dibawahnya.
Gelombang ini merambat ke seluruh lapisan 6. Kecepatan gelombang bertambah dengan
bumi. bertambahnya kedalaman.
2. Gelombang permukaan (surface waves) yang Masalah utama dalam pekerjaan geofisika
terdiri dari gelombang Love, gelombang adalah membuat atau melakukan interpretasi hasil
Raleygh dan gelombang Stoneley. Gelombang dari survei menjadi data bawah permukaan yang
ini hanya merambat pada beberapa lapisan akurat. Data-data waktu dan jarak dari kurva travel
bumi, sehingga pada survei seismik refleksi time diterjemahkan menjadi suatu penampang
(survei seismik dalam) gelombang ini tidak geofisika, dan akhirnya dijadikan menjadi
digunakan. penampang geologi. Secara umum metode
interpretasi seismik refraksi dapat dikelompokkan

3
menjadi tiga kelompok utama, yaitu intercept time, II.3 METODE INTERCEPT TIME
delay time method dan wave front method (Taib, Metode Intercept Time adalah metode T-X
1984). Metode interpretasi yang paling mendasar (waktu terhadap jarak) yang merupakan metode
dalam analisis data seismik refraksi adalah intercept yang paling sederhana dan hasilnya cukup kasar,
time (Tjetjep, 1995). seperti yang digambarkan pada gambar (2a)
(Sismanto, 1999).
T = 2z1V 1 cos1 α− Vsin2
Waktu rambat gelombang bias pada
cosαα + V x2 (2b)
gambar (2b) dapat diperoleh dengan persamaan
(1).

AB + CD BC T = 2z1VV21V−V2 cos1 sinαα + V


T= + (1)
x2 (2c)
V1 V2

Titik tembak
A D

V1 Z1
α

B C
V2
(sin α = V 1/ V 2)
(b)
Gambar 2 (a)Kurva travel time pada dua lapis sederhana dengan bidang batas parallel, (b) Sistem dua lapis sederhana
dengan bidang batas parallel (Sismanto,1999).

dengan T adalah waktu yang ditempuh


gelombang seismik dari titik tembak (A) sampai dengan z1 adalah kedalaman pada lapisan 1, α adalah
ke geophone (D), AB adalah jarak dari titk A ke sudut antara garis gelombang datang dengan garis
titik B, CD merupakan jarak dari titik C ke titik normal serta dapat diartikan sudut antara garis
D, BC adalah jarak dari titik B ke titik C, V1 gelombang bias dengan garis
adalah kecepatan gelombang pada lapisan 1 dan normal dan variabel x adalah jarak antara titik
V2 adalah kecepatan gelombang pada lapisan 2. tembak (A) dengan geophone (D).
Dari persamaan (1) dapat diperoleh persamaan Berdasarkan hukum Snellius bahwa pada sudut
(2a) sampai dengan persamaan (2c). kritis berlaku sinα=V1/V2, sehingga persamaan (2c)
dapat dituliskan menjadi persamaan (3a) sampai
2z1 x − 2z1tanα dengan persamaan (3d).
T= + (2a) V1cosα V2

4
Jika cos α = ((V 2-V 2)1/2)/V , maka dapat
= 2z1V1
2 1 2 pula
sin α dituliskan sebagai persamaan (6):
V11 V2−cossinαα+ Vx2
(3a)
= T V 1V 2
T z1 2 Vi 2 −V 12 (6)
2
 
Dengan menggunakan data waktu terhadap
 1−sin 2 α  jarak pada gambar (3), dapat dihitung kedalaman
T = 2z 1 V1 V1V2 sinα⋅cosα+Vx2 atau ketebalan lapisan pertama melalui persamaan
(3b) (7).

= Ti 2V1+ 1
z1 ( (7) kedalaman
2z1cos2α x
T= + (3c)
 −1 V 1  2 sumber)
2 cos
sin V  
V2sinα.cosα V2  2 

T i3
2z1cosα x
T= + (3d) Intercept
times
T i2
V1 V2 1/ V 3
Bila x = 0 maka akan diperoleh T1 (x = 0)
1/ V 2
dan nilai tersebut dapat dibaca pada kurva
∆T 2
waktu terhadap jarak yang disebut sebagai
intercept time. Kecepatan gelombang lapisan 1/ V 1
pertama dapat dihitung langsung, sedangkan
untuk kecepatan gelombang lapisan kedua Distance
Gambar 3 Kurva travel time pada sistem banyak lapis dengan V1
diperoleh dari slope gelombang bias pertama. adalah kecepatan gelombang pada lapisan
Kedalaman lapisan pertama ditentukan dengan pertama dan V2 adalah kecepatan gelombang pada lapisan kedua
menuliskan persamaan diatas menjadi (Sismanto,1999).

persamaan (4): dengan Ti2 merupakan intercept time pada


gelombang bias yang pertama. Penambahan suku
= T V terakhir adalah apabila sumber gelombang seismik
z1 2 cosi α1 (4)
ditanam kedalam lapisan pertama. Apabila sumber
dengan Ti disebut dengan intercept time. Apabila
gelombangnya ada di permukaan maka suku
α = sin-1(V1/V2), maka persamaan (4) dapat terakhir ini bernilai nol. Untuk ketebalan lapisan
dituliskan kembali menjadi persamaan (5): kedua akan didapatkan suatu persamaan (8).

= TiV1
T (5)
T i 3 − T i 2 cos  sin −1 VV 31
 
2cossin−1VV21 

  − V 

5
  V2
z 2 =  2  cos −1 31

 
 
V 21  xV 2
(8) sin Keterangan :
S : Sumber
cos  sin V
G : Geophone
  
Gambar 5 Metode pengambilan data dengan tembakan maju
 
  Dengan alur pengolahan data tersebut dapat
 
dilihat pada gambar (6)
dengan Ti3 adalah intercept time pada gelombang
bias yang kedua maka persamaan (7) dan mulai

persamaan (8) dapat diperoleh suatu ketebalan


lapisan bawah permukaan yang dapat dilihat Data masukan
pada gambar (4) (Sismanto,1999).
Ya
nois
(V 1) Z1 e
Tidak

(V 2) Z2 Pengolahan menggunakan
metodeintercept time

(V 3)
V 1< V 2< V 3 Kecepatan perambatan
gelombang dan kedalaman
Gambar 4 Skema sistem banyak lapis, dengan V1 adalah lapisan
kecepatan gelombang pada lapisan pertama, V2 adalah
kecepatan gelombang pada lapisan kedua, V3 adalah
kecepatan gelombang pada lapisan ketiga, z1 adalah selesai
kedalaman pada lapisan pertama, dan z2 adalah kedalaman
Gambar 6 Diagram alir pengolahan data
pada lapisan kedua (Sismanto, 1999).

IV HASIL DAN DISKUSI


III METODE PENELITIAN Daerah penelitian yang digunakan sebagai
Metode penelitian yang digunakan adalah lintasan survei termasuk dalam wilayah
metode seismik refraksi untuk menghitung Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Daerah
kecepatan rambat gelombang seismik dan Istimewa Yogyakarta. Survei dilakukan pada dua
kedalaman masing–masing lapisan yang lintasan survei yang datar. Dari data lapangan maka
diturunkan dari kurva travel time sehingga akan didapatkan data travel time gelombang seismik. Data
didapatkan model struktur bawah permukaan. tersebut kemudian diplot ke dalam kurva travel time
dan dianalisis nilai travel timenya.
Dalam survei ini dilakukan penembakan
Hasil dari perhitungan gelombang seismik
pada arah maju dengan konfigurasi garis lurus
menggunakan metode Intercept Time akan didapatkan
(gambar 5).
nilai kedalaman lapisan pertama pada dua lintasan
survei tersebut. Kecepatan gelombang seismik pada
lapisan pertama dan kecepatan gelombang seismik
G1 G2 G3 G4 G5 pada lapisan kedua serta didapatkan dari kurva travel

6
time. Pengolahan data dilakukan menggunakan
metode Intercept Time sehingga dapat
dimodelkan penampang bawah permukaan untuk
setiap lintasan. Dengan permodelan penampang
bawah permukaan maka akan didapat perbedaan
kecepatan gelombang pada lapisan pertama (V1),
kecepatan gelombang pada lapisan kedua (V2)
serta kedalaman pada setiap lintasan. Gambar (7)
menunjukkan model penampang bawah
permukaan beserta perbedaan kecepatan
gelombang pada setiap lapisan pada lintasan
pertama.

284,09m/s 235,84m/s
297,61
1 m/s 227,27m/s 240,219 m/s
9 446,42m/s 3 1 m/s
906,536
9 446,42m/s 1923,076 m/s 367,64m/s
1068,376 m/s
1358,696 m/s 9 328,94m/s 7
939,850 m/s
7 822,368 m/s 431,03m/s
748,503 m/s 4431,03m/s
992,064 m/s 1420,455m/s
4

2118,644 m/s

2118,644m/s

Gambar 7 Model penampang bawah permukaan beserta perbedaan kecepatan gelombang pada setiap lapisan pada
lintasan pertama

Dari hasil perhitungan dengan metode bawah permukaan pada lintasan pertama yang Intercept Time akan
didapatkan litologi batuan ditunjukkan pada tabel (1).

7
Tabel 1 Litologi batuan bawah permukaan berdasarkan hasil perhitungan metode Intercept Time pada lintasan pertama

Lapisan Rentang nilai Jenis Batuan perkiraan Kedalaman

1 V1 = 235,849 m/s - Tanah urug z1= 3 - 5 m


446,429 m/s
2 V2 = 748,503 m/s - Lempung berbatu kerikil >5m
2118,644 m/s

Pada gambar (8) memperlihatkan model perbedaan kecepatan gelombang pada setiap penampang bawah
permukaan beserta lapisan pada lintasan kedua.

201,61m/s 19 ,30 m/s


312,50m/s 201,61m/s 201,61m/s 195,31 m /s
211,86m3 /s 2 6192,30m/s
0 304,87m3/s 3
1096,491 m/s 6862,069 m/s 850,340
6 m/s
6 m/s 1506,024 m/s 4
726,744 850,304 m/s 850,340 m/s
954,198 m/s 833,333 m/s

Gambar 8 Model penampang bawah permukaan beserta perbedaan kecepatan gelombang pada setiap lapisan pada lintasan
kedu
a

Dari hasil perhitungan dengan metode bawah permukaan pada lintasan kedua yang Intercept Time akan
didapatkan litologi batuan ditunjukkan pada tabel (2).

8
Tabel 2 Litologi batuan bawah permukaan berdasarkan hasil perhitungan metode Intercept Time pada lintasan kedua
Lapisan Rentang nilai Jenis Batuan perkiraan Kedalaman

1 V1 = 192,306 m/s - Tanah urug z1= 2,5 m –


304,876 m/s 3,5 m
2 V2 = 726,744 m/s - Lempung berbatu kerikil > 3,5 m
1506,024 m/s
4. Penelitian dapat dilaksanakan dengan
V KESIMPULAN menambah jumlah lintasan agar dapat
Hasil pengolahan data dengan metode memperluas daerah penelitian.
Intercept Time diperoleh model struktur bawah
permukaan. Pada lintasan pertama mempunyai VII UCAPAN TERIMA KASIH
kecepatan gelombang di lapisan pertama berkisar Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada
235,849 m/s - 46,429 m/s dengan kedalaman antara Laboratorium Geofiika, Jurusan Fisika, Universitas
3-5 m dan kecepatan gelombang di lapisan kedua Diponegoro atas dukungan dalam penelitian ini.
antara 748,503 m/s - 2118,644 m/s dengan Penulis juga ucapkan terima kasih kepada teman-
kedalaman > 5m. Pada lintasan kedua mempunyai teman Geofisika, Universitas Diponegoro yang telah
kecepatan gelombang di lapisan pertama antara membantu dalam pengambilan data di lapangan
192,306 m/s - 304,876 m/s dengan kedalaman antara serta orang-orang yang telah mendukung dalam
2,5-3,5 m dan kecepatan gelombang di lapisan kedua penulisan ini.
antara 726,744 m/s - 1506,024 m/s dengan
kedalaman > 3,5 m. Litologi batuan bawah DAFTAR PUSTAKA
permukaan pada lintasan pertama dan lintasan kedua Rahardjo, W. dan Surono, dkk, 1992, Peta
adalah pada lapisan pertama berupa batuan yang Geologi, Yogyakarta.
tersusun dari tanah urug dan pada lapisan kedua Raharjo, S.A., 2002, Analisis Kecepatan
Perambatan Gelombang Bias pada
berupa lempung berbatu kerikil.
Medium dan Faktor Kualitas Medium di
VI SARAN Lereng Barat Gunung Merapi, Yogyakarta,
Setelah melihat hasil-hasil dari penelitian, Skripsi S-1 Universitas Gajah Mada.
maka perlu adanya saran untuk kelanjutan penelitian Sismanto, 1999, Eksplorasi dengan Menggunakan
ini di masa yang akan datang agar lebih baik antara Seismik Refraksi, Yogyakarta : Gajah Mada
lain: University Press.
1. Untuk lebih menambah referensi sebaiknya Taib, M.I.T., 1985, Engineering Seismology,
dilakukan adanya penembakan arah mundur. Bandung : Institut Teknologi
2. Oleh karena keterbatasan jumlah geophone, Bandung Press (tidak dipublikasikan).
penelitian yang bertahap hendaknya Telford, M.W., Geldart, L.P., Sheriff, R.E,
diperhatikan jangkauan dari geophone tersebut Keys,D.A., 1976, Applied Geophysics,
3. Untuk membandingkan hasil litologi batuan New York, Cambridge University
bawah permukaan perlu adanya pengujian Press.
batuan lebih lanjut. Tjetjep, 1995, Model Simulasi Struktur Multi
Lapisan dari Data Seismik Refraksi dengan
Menggunakan Metode Time Plus Minus,

9
Bandung, Skripsi S-1 Geofisika Institut
Teknologi Bandung.

(a) (b)

Gambar 9 Record seismik (a)pada lokasi ke-10 di linsan pertama (b) pada lokasi ke-12 di lintasan kedua

35 KurvaTravel Time
pada Lokasi 10 50 KurvaTravel Time
pada Lokasi 12

45
30
40

25
35

30
Waktu (ms)

20
Waktu (ms)

25
15
20

10 15

10
5
5

0 0
0 5 10 Jarak (m) 15 20 2 0 5 10 Jarak (m) 1 20 2
5 5 5

(a) (b)

10
Gambar 10 Kurva Travel Time (a)pada lokasi ke-10 di linsan pertama (b) pada lokasi ke-12 di lintasan kedua

Model Lapisan Bawah Permukaan Lokasi 10 Model Lapisan Bawah Permukaan Lokasi 12
Jarak (m) Jarak (m)
2 1 1 5 0 0 5 1 1 2
0 5 0 0 5 0
0,0 0,0
05
, 0,5
1,0 1,0
1,5 1,5
2,0 2,0

Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
25
, 2,5
3,0 3,0
3,5 3,5
4,0 4,0
4,5 4,5
5,0 50
,
5,5 5,5
6,0 6,0

(a) (b)

Gambar 11 Model struktur bawah permukaan (a)pada lokasi ke-10 di linsan pertama (b) pada lokasi ke-12 di lintasan kedua

11

Anda mungkin juga menyukai