Anda di halaman 1dari 21

LABORATORIUM TEKNIK GEOFISIKA

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN


UNIVERSITAS HALU OLEO

PRAKTIKUM GFS66046 INTERPRETASI DATA

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 20212

NURSINTA ATSANIYAH MISQUITA


R1A119048
TEKNIK GEOFISIKA

MODUL 2
INTERPRETASI DATA

TANGGAL PRAKTIKUM
SENIN, 28 MARET 2022

KENDARI – INDONESIA
© 2022 – TEKNIK GEOFISIKA

© 2022 Teknik Geofisika, Universitas Halu Oleo 1


LAPORAN PRAKTIKUM
Teknik Geofisika, Universitas Halu Oleo
Modul 1 INTERPRETASI DATA

Nama : Nursinta Atsaniyah Misquita


NIM : R1A119048
Kelas : GP1
Tanggal Praktikum : 28 Maret 2022

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian dengan metode seismik refeaksi didaerah ITS


sukolilo surabaya . penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran bawah
permukaan didaerah lokasi oenelitian .Metode seismik adalah salah satu metode
geofisika yang memanfaatkan gelombang seisik langsung (direct wave) yang
berupa gelombang-P dan gelombang-S untuk menentukan lapisan dan jenis
material (batuan) penyusun lapisan bawah permukaan tanah. Dengan
memanfaatkan sumber seismik buatan (palu), geophone yang diletakkan pada
panjang lintasan 104 m, laptop, geophone sebanyak dengan spasi 4m, kabel line,
monitor.exe, measire.exe. Pengambilan data dilakukan setiap perpindahan 4 meter
dengan mendapatkan data 1 gelombang p dan 2 gelombang S. Data kemudian
diolah lebih lanjut oleh aplikasi yang bernama easyrefract, tesserral. Besaran fisis
ini digunakan untuk interpretasi bawah permukaan.

Kata kunci : direct wave, seismik refraksi, struktur bawah permukaan.

I. TUJUAN

Adapun tujuan dari praktikum metode seismik ini adalah agar praktikan dapat:

 Memahami konsep dasar beserta prinsip dasar metode seismik

 Melakukan akuisisi data metode seismik refraksi maupun reflaksi dengan


benar

 Menginterpretasikan data metode seismik refraksi maupun reflaksi

 Melakukan prosessing data metode seismik refraksi

 Mendapatkan hasil berupa data bawah permukaan

© 2022 Teknik Geofisika, Universitas Halu Oleo 2


II. TEORI DASAR
2.1 Geologi Regional Surabaya
Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia dengan luas wilayah
kurang lebih 33.048 ha, dengan presentase wilayah terbangun mencapai 60,17%.
Secara keseluruhan satuan geologi daerah surabya diklasifikasi menjadi 4 daerah
yaitu: Endapan aluvial (Qa) penyebarannya mulai dari bagian utara, selatan, timur,
dan didaerah sekitar pantai. Berdasarkan peta geologi surabaya terdapat dua buah
antiklin yang membujur diarah barattimur yaitu antiklin lidah dan guyangan.
Kedua ialah formasi pucangan (Qtp) meliputi pusat kota dan menyebar ke arah
barat selatan. Formasi kabuh (Qpk) meliputi wilayah kecamatan rungkut,
Wonocolo, Tenggilis, Wiyung, Karangpilang. Formasi terakhir ialah formasi lidah
(Tpl) meliputk daerah Wonokromo, Sawahan, Dukuh Pakis, dan Lakarsantri
(Syaeful, 2012) Daerah tempat pengukuran merupakan endapan aluvial (Qn)
dengan susunan batuan berupa kerakal (cobbles), kerikil (pebbles), pasir (sand),
lempung (clays), dan pecahan fosil.

Gambar 2.1 Peta Geologi Surabaya

2.2 Prinsip Metode Seismik

Metode seismik merupakan metode geofisika yang sering digunakan


dalam mencitrakan kondisi bawah permukaan bumi, terutama dalam tahap
eksplorasi hidrokarbon dengan menggunakan prinsip perambatan gelombang
mekanik. Prinsip metode seismik yaitu pada tempat atau tanah yang akan diteliti
dipasang geophone yang berfungsi sebagai penerima getaran. Sumber getar antara

© 2022 Teknik Geofisika, Universitas Halu Oleo 3


lain bisa ditimbulkan oleh ledakan dinamit atau suatu pemberat yang dijatuhkan
ke tanah (Weight Drop). Gelombang yang dihasilkan menyebar ke segala arah.
Ada yang menjalar di udara, merambat di permukaan tanah, dipantulkan lapisan
tanah dan sebagian juga ada yang dibiaskan, kemudian diteruskan ke geophone-
geophone yang terpasang dipermukaan.

Gelombang seismik berdasarkan tempat penjalarannya terdiri dari dua tipe


yaitu (Ibrahim dan Subardjo, 2005) :
1. Gelombang badan (body wave) yang merupakan gelombang yang menjalar
melalui bagian dalam bumi dan biasa disebut free wave karena dapat menjalar ke
segala arah di dalam bumi. Gelombang badan terdiri atas gelombang longitudinal
(compressional wave) dan gelombang tranversal (shear wave).
2. Gelombang permukaan (surface waves) yang merupakan gelombang elastik
yang menjalar sepanjang permukaan. Karena gelombang ini terikat harus menjalar
melalui suatu lapisan atau permukaan. Gelombang permukaan terdiri dari
gelombang Rayleigh, gelombang Love, dan gelombang Stonely. Dalam
hubungannya dengan seismik eksplorasi, terdapat dua jenis gelombang
yang digolongkan berdasarkan cara bergetarnya yaitu:
1. Gelombang longitudinal atau gelombang primer merupakan gelombang yang
arah getar (osilasi) partikel-partikel mediumnya searah dengan arah
perambatannya (Gambar 3.2). Gelombang ini disebut juga sebagai gelombang
kompresi (compressional wave) karena terbentuk dari osilasi tekanan yang
menjalar dari satu tempat ke tempat yang lain.
Dan persamaan kecepatan gelombangnya adalah adalah sebagai berikut: Dimana
vp adalah kecepatan gelombang longitudinal, k adalah modulus bulk, µ adalah
modulus geser dan ρ adalah densitas.

2.1

2. Gelombang transversal merupakan gelombang yang arah getar (osilasi)


partikel-partikel mediumnya tegak lurus dengan arah perambatannya. Dan
persamaan kecepatan gelombangnya adalah adalah sebagai berikut:

2.2

© 2022 Teknik Geofisika, Universitas Halu Oleo 4


2.3 Seismik Refraksi
Metode seismik dikategorikan ke dalam dua bagian yaitu seismik refraksi
(seismik bias) dan seismik refleksi (seismik pantul). Dalam penulisan ini metode
yang dibahas hanya sebatas metode seismik refraksi. Dalam metode seismik
refraksi, yang diukur adalah waktu tempuh dari gelombang dari sumber menuju
geophone. Dari bentuk kurva waktu tempuh terhadap jarak, dapat ditafsirkan
kondisi batuan di daerah penelitian. Keterbatasan metode ini adalah tidak dapat
dipergunakan pada daerah dengan kondisi geologi yang terlalu kompleks. Metode
ini telah dipergunakan untuk mendeteksi perlapisan dangkal dan hasilnya cukup
memuaskan. Asumsi dasar yang harus dipenuhi untuk penelitian perlapisan
dangkal adalah:

1. Medium bumi dianggap berlapis-lapis dan setiap lapisan menjalarkan


gelombang seismik dengan kecepatan yang berbeda-beda.
2. Semakin bertambah kedalamannya, batuan lapisan akan semakin kompak.
3. Panjang gelombang seismik lebih kecil daripada ketebalan lapisan bumi.
4. Perambatan gelombang seismik dapat dipandang sebagai sinar, sehingga
mematuhi hukum – hukum dasar lintasan sinar.
5. Pada bidang batas antar lapisan, gelombang seismik merambat dengan
kecepatan pada lapisan dibawahnya.
6. Kecepatan gelombang bertambah dengan bertambahnya kedalaman.

2.4 Hukum Fisika Gelombang Seismik


2.4.1 Hukum Snellius
Perambatan gelombang seismik dari satu medium ke medium lain yang
mempunyai sifat fisik yang berbeda seperti kecepatan dan densitas akan
mengalami perubahan arah ketika melewati bidang batas antar medium. Suatu
gelombang yang datang pada bidang batas dua media yang sifat fisiknya berbeda
22 akan dibiaskan jika sudut datang lebih kecil atau sama dengan sudut kritisnya
dan akan dipantulkan jika sudut datang lebih besar dari sudut kritis. Sudut kritis
adalah sudut datang yang menyebabkan gelombang dibiaskan 900. Jika suatu
berkas gelombang P yang datang mengenai permukaan bidang batas antara dua
medium yang berbeda, maka sebagian energi gelombang tersebut akan
dipantulkan sebagai gelombang P dan gelombang S, dan sebagian lagi akan
dibiaskan sebagai gelombang P dan gelombang S, seperti yang diilustrasikan pada
gambar dibawah ini :

© 2022 Teknik Geofisika, Universitas Halu Oleo 5


Gambar 2.2 Pemantulan dan pembiasan pada bidang batas dua medium untuk
gelombang P (Bhatia, 1986)
Lintasan gelombang tersebut mengikuti hukum Snell, yaitu :

2.3

2.4.2 Prinsip Huygens


Huygens mengantakan bahwa gelombang menyebar dari sebuah titik
sumber gelombang ke segala arah dengan bentuk bola. Prinsip Huygens
mengatakan bahwa setiap titik-titik penganggu yang berada didepan muka
gelombang utama akan menjadi sumber bagi terbentuknya gelombang baru.
Jumlah energi total dari gelombang baru tersebut sama dengan energi utama. Pada
eksplorasi seismik titik titik di atas dapat berupa patahan, rekahan, pembajian,
antiklin, dll. Sedangkan gelombang baru tersebut disebut sebagai gelombang
difraksi.

Gambar 2.3 Prinsip Huygens (Sheriff, 1995)


2.4.3 Prinsip Fermat
Prinsip Fermat menyatakan bahwa gelombang yang menjalar dari satu titik
ke titik yang lain akan memilih lintasan dengan waktu tempuh tercepat. Prinsip

© 2022 Teknik Geofisika, Universitas Halu Oleo 6


Fermat dapat diaplikasikan untuk menentukan lintasan sinar dari satu titik ke titik
yang lainnya yaitu lintasan yang waktu tempuhnya bernilai minimum. Dengan
diketahuinya lintasan dengan waktu tempuh minimum maka dapat dilakukan
penelusuran jejak sinar yang telah merambat di dalam medium. Penelusuran jejak
sinar seismik ini akan sangat membantu dalam menentukan posisi reflektor di
bawah permukaan. Jejak sinar seismik yang tercepat ini tidaklah selalu berbentuk
garis lurus.

Gambar 2.4 Prinsip Fermat


2.5 wavelet
Wavelet adalah semacam gelombang dengan durasi waktu (t) yang pendek
yang dihasilkan oleh suatu impuls (sumitadireja,2005). Dalam seismic, wavelet
biasa dikaitkan dengan source signature dan filter. Wavelet berdasarkan fasanya
dapat dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Wavelet fasa minimum (minimum phase), yaitu wavelet yang dimulai dari
t= 0 dengan amplitudo maksimum terdapat pada bagian awalnya
2. Wavelet fasa maksimum (maximum phase), yaitu wavelet yang dimulai
dari t=0 dengan amplitudo maksimum terdapat pada bagian akhir atau ekor
dari wavelet

© 2022 Teknik Geofisika, Universitas Halu Oleo 7


3. Wavelet fasa nol (zero phase), yaitu wavelet yang dimulai sebelum t=0
dengan amplitudo maksimum pada t=0. Biasa digunakan untuk merancang
filter lolos pita
4. Wavelet fasa campuran (mixed phase), yaitu wavelet yang bukan
merupakan wavelet fasa minimum atau maksimum
5. Wavelet fasa linear (linear phase), yaitu wavelet yang spectrum
fasanya berpa garis lurus

Dalam seimik hanya dua wavelet yang sering digunakan yaitu wavelet fasa
minimum dan fasa nol

Gambar 2.3wavelet

2.6 Trace Seismik


Model dasar dan yang sering digunakan dalam model satu dimensi untuk
trace seismik yaitu mengacu pada model konvolusi yang menyatakan bahwa tiap
trace merupakan hasil konvolusi sederhana dari reflektivitas bumi dengan
fungsi sumber seismik ditambah dengan noise (Russell, 1996). Dalam bentuk
persamaan dapat dituliskan sebagai berikut (tanda * menyatakan konvolusi):

Konvolusi dapat dinyatakan sebagai “penggantian (replacing)” setiap koefisien


refleksi dalam skala wavelet kemudian menjumlahkan hasilnya seperti
yang dinyatakan oleh Russell (1996) : “Convolution can be thought of as
“replacing” each reflection coefficient with a scaled versioan of waletet and
summing the result” Sudah diketahui bahwa refleksi utama bersosiasi dengan
perubahan harga impedansi. Selain itu wavelet seismik umumnya lebih panjang
daripada spasi antara kontras impedansi yang menghasilkan koefisien refleksi.
Dapat diperhatikan bahwa konvolusi dengan wavelet cenderung

© 2022 Teknik Geofisika, Universitas Halu Oleo 8


“mereduksi” koefisien refleksi sehingga mengurangi resolusi untuk
memisahkan reflektor yang berdekatan.

Gambar 2.5 Konvolusi antara reflektivitas dengan wavelet


mengurangi resolusi.

2.7 Tahapan Processing Data Seismic


setiap tahapan dalam pengolahan data seismik dimaksudkan untuk meningkatkan
resolusi seismik. Resolusi seismik merupakan kemampuan untuk memisahkan dua
buah event yang tampak sangat berhimpitan baik secara horisontal maupun
vertikal. Tahapan utama itu disebutkan dan dijelaskan sepe
rti berikut ini :

 Dekonvolusi (deconvolution) : Dilakukan sepanjang time axix untuk


meningkatkan resolusi temporal (verikal) dengan cara mengkompres
wavelet seismik dasar unttuk memperoleh suatu wavelet seismik yang kira-
kira spike dan menekan gelombang yang mengalami reverberasi.
 Stacking : Mengkompres dimensi offset hingga mereduksi volume data
seismik untuk memperoleh suatu bidang zero offset dalam penampang
seismik dan meningkatkan signal-to-noise ratio.
 Migrasi (migration) : Pada umumnya dilakukan pada penampang yang
telah distack yang diasumsikan sudah ekuivalen dengan suatu penampang
zero offset. Proses migrasi untuk meningkatkan resolusi lateral (horisontal)

© 2022 Teknik Geofisika, Universitas Halu Oleo 9


dengan cara menghilangkan efek difraksi dan memindahkan event-event
reflektor miring ke posisi yang sebenarnya (bawah permukaan bumi).
Hasil akhir dari pemrosesan data adalah berupa hasil stack yang merupakan
gambaran yang berada di bawah permukaan yang terekam oleh receiver dimana
noise-noise yang ada sudah difilter, sehingga hasil final stack ini dapat diinterpretasi
lebih lanjut oleh interpreter. Adapun untuk seismik 3D sebelum dilakukan
pemrosesan, ada suatu program yang berfungsi sebagai simulasi cakupan program
penembakan yang dilakukan dengan menggunakan software Messa. Pada seimik 3D
juga tidak boleh ada titik yang hilang atau tidak ditembak, sehingga kalau perlu titik
yang hilang tersebut diganti. Aturan penempatan titik pengganti ini disimulasikan
oleh Messa untuk mendapatkan lokasi yang optimal, dan tentunya berkoordinasi
dengan topo mengenai lokasi di lapangan dari titik tersebut.
(Yilmaz, Oz. 2001)

2.8 Faktor yang mempengaruhi Kecepatan Gelombang Seismik

Berikut adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan gelombang


seismik:
1. Litologi

2. Bulk Density

3. Porositas

4. Perbedaan Tekanan

5. Fluida Berpori

© 2022 Teknik Geofisika, Universitas Halu Oleo 1


0
III. DATA DAN PENGOLAHAN

UNTUK RESERVOAR DIISI GAS

Porosity 0.33
Rho Matrix 2.65
Rho Water 1
µ 3.3056
K_matrix 40
K_water 2.38
K_dry 3.2477
Vm (km/s) 4.093596779
K_gas 0.021
Rho_gas 0.1
Vw 1.542724862
Vfl 0.458257569

UNTUK RESERVOAR DIISI OIL

Porosity 0.33
RhoMatrix 2.65
RhoWater 1
µ 3.3056
K_matrix 40
K_water 2.38
K_dry 3.2477
Vm (km/s) 4.093596779
K_gas 1
Rho_gas 0.8
Vw 1.542724862
Vfl 1.118033989

© 2022 Teknik Geofisika, Universitas Halu Oleo 1


1
Langkah-langkah

a. Untuk Reservoar Diisi Gas


1) Memasukkan nilai porositas, Densitas Matrix, Densitas Air, K_matrix,
K_water, K_dry, Modulus geser, Kgas, dan Densitas Gas sebagi variabel
yang di ketahui.
2) Menghitung nilai densitas saturasi gas.
3) Menghitung nilai Vp menggunakan persamaan Wyllie.
4) Menghitung nilai K_fl pada persamaan Gassman.
5) Menghitung nilai K_sat pada persamaan Gassman.
6) Menghitung nilai Vp, Vs dan Poisson Ratio menggunakan persamaan
Gassman.
7) Memplot nilai Sw dengan Vp pada persamaan Wyllie dan Vp pada
persamaan Gassman dengan rincian Sw sebagai sumbu x dan Vp sebagai
sumbu y.
8) Memplot nilai Sw dengan Vp pada persamaan Gassman dengan rincian
Sw sebagai sumbu x dan Vp sebagai sumbu y kemudian timpa dengan
plot nilai Sw dengan Vs pada persamaan Gassman dengan rincian Sw
sebagai sumbu x dan vs sebagai sumbu y.
9) Memplot nilai Sw dengan Poisson Ratio pada persamaan Gassman
dengan rincian Sw sebagai sumbu x dan poisson ratio sebagai sumbu x.
b. Untuk Reservoar Diisi Minyak
1) Memasukkan nilai porositas, Densitas Matrix, Densitas Air, K_matrix,
K_water, K_dry, Modulus geser, K_oil, dan Densitas Oil sebagi variabel
yang di ketahui.
2) Menghitung nilai densitas saturasi gas.
3) Menghitung nilai Vp menggunakan persamaan Wyllie.
4) Menghitung nilai K_fl pada persamaan Gassman.
5) Menghitung nilai K_sat pada persamaan Gassman.
6) Menghitung nilai Vp, Vs dan Poisson Ratio menggunakan persamaan
Gassman.
7) Memplot nilai Sw dengan Vp pada persamaan Wyllie dan Vp pada
persamaan Gassman dengan rincian Sw sebagai sumbu x dan Vp sebagai
sumbu y.

© 2022 Teknik Geofisika, Universitas Halu Oleo 1


2
8) Memplot nilai Sw dengan Vp pada persamaan Gassman dengan rincian
Sw sebagai sumbu x dan Vp sebagai sumbu y kemudian timpa dengan
plot nilai Sw dengan Vs pada persamaan Gassman dengan rincian Sw
sebagai sumbu x dan vs sebagai sumbu y.
9) Memplot nilai Sw dengan Poisson Ratio pada persamaan Gassman
dengan rincian Sw sebagai sumbu x dan poisson ratio sebagai sumbu x.

Mulai

Input data

Hitung saturasi gas Hitung Saturasi Gas

Hitung Vp wyllie Hitung Vp Wyllie

Hitung K_lf gassman Hitung K_lf Gassman

Hitung K_sat Gassman


Hitung K_sat Gassman

Hitung Vs Possion Ratio


Hitung Vs Possion Ration

Plot data

Output

Selesai

© 2022 Teknik Geofisika, Universitas Halu Oleo 1


3
1. Untuk Reservoar Diisi Gas
Output/hasil dari pengolahan data yaitu sebagai berikut.

Poisson
Rho_sat 1/Vp Vp K_fl K_sat vp Vs
Sw Ratio
Gassman Willy Willy Gasman Gasman Gasman
0% 1.8085 0.883789 1131.491 0.021 3.301372 2064.597 1351.966 0.12464
10% 1.8382 0.833168 1200.238 0.02331 3.307271 2048.633 1341 0.125142
20% 1.8679 0.782547 1277.879 0.026192 3.314627 2033.25 1330.296 0.125766
30% 1.8976 0.731926 1366.259 0.029887 3.324055 2018.507 1319.845 0.126564
40% 1.9273 0.681305 1467.772 0.034795 3.336576 2004.514 1309.636 0.127617
50% 1.957 0.630683 1585.582 0.041633 3.354007 1991.483 1299.66 0.129074
60% 1.9867 0.580062 1723.953 0.051814 3.379946 1979.842 1289.909 0.131221
70% 2.0164 0.529441 1888.785 0.068588 3.422627 1970.585 1280.374 0.134699
80% 2.0461 0.47882 2088.468 0.10142 3.505986 1966.616 1271.047 0.141308
90% 2.0758 0.428199 2335.365 0.19455 3.741118 1981.291 1261.922 0.158723
100% 2.1055 0.377577 2648.463 2.38 8.75188 2499.997 1252.99 0.332267

Sensitivity

Vp Vs Poisson Ratio

17.41604522 -7.899235189 62.48800509

Grafik yang diperoleh adalah sebagai berikut.

Kurva Vp vs Sw
3000

2500

2000
Vp (m/s)

1500

1000

500

0
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Sw
Vp Willy Vp Gassman

© 2022 Teknik Geofisika, Universitas Halu Oleo 1


4
Kurva Vp vs Sw Gassman
3000

2500

2000
Vp (m/s)

1500

1000

500

0
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Sw

Kurva Poisson Ratio vs Sw Gassman


0.35
0.3
0.25
Poisson Ratio

0.2
0.15
0.1
0.05
0
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Sw

Kurva Vp vs Sw vs Poisson Ratio


3000
Gassman
2500

2000

1500

1000

500

0
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Vs
Vp Vs Poisson Ratio

© 2022 Teknik Geofisika, Universitas Halu Oleo 1


5
2. Untuk Reservoar Diisi Oil
Output/hasil dari pengolahan data yaitu sebagai berikut.

Rho_sat 1/Vp Vp K_fl K_sat vp Vs Poisson


Sw
Ratio
gassman Willy Willy Gasman Gasman Gasman Gasman
0% 2.0395 0.458831221 2179.450644 1 5.69666369 2225.808 1273.102 0.25688863
10% 2.0461 0.450705847 2218.742019 1.061552 5.84058763 2237.986 1271.047 0.26192857
20% 2.0527 0.442580472 2259.476102 1.131179 6.00248445 2251.965 1269.002 0.26735384
30% 2.0593 0.434455098 2301.733839 1.21058 6.18594498 2268.079 1266.967 0.27321038
40% 2.0659 0.426329723 2345.602348 1.301969 6.39558483 2286.749 1264.942 0.27955176
50% 2.0725 0.418204349 2391.175517 1.408284 6.63743811 2308.52 1262.926 0.28644077
60% 2.0791 0.410078974 2438.554674 1.533505 6.91954768 2334.103 1260.92 0.29395155
70% 2.0857 0.4019536 2487.849344 1.683168 7.25287688 2364.448 1258.923 0.30217226
80% 2.0923 0.393828226 2539.178086 1.865204 7.65276756 2400.855 1256.936 0.31120856
90% 2.0989 0.385702851 2592.669453 2.091388 8.14136828 2445.152 1254.958 0.32118814
100% 2.1055 0.377577477 2648.463061 2.38 8.75188025 2499.997 1252.99 0.33226685

Sensitivity

Vp Vs Poisson Ratio

10.9676021 -1.60516093 22.68604784

Grafik yang diperoleh adalah sebagai berikut.

2700
Kurva Vp vs Sw
2600

2500
Vp (m/s)

2400

2300

2200

2100
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Sw
Vp Willy Vp Gassman

© 2022 Teknik Geofisika, Universitas Halu Oleo 1


6
Kurva Vp vs Sw Gassman
2550
2500
2450
Vp (m/s)

2400
2350
2300
2250
2200
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Sw Vp Gassman

Kurva Poisson Ratio vs Sw Gassman


0.34

0.32

0.3
Poisson Ratio

0.28

0.26

0.24

0.22

0.2
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Sw Poisson Ratio

Kurva Vp vs Sw vs Poisson Ratio Gassman


3000

2500

2000

1500

1000

500

0
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Sw
Vp Vs Poisson Ratio

© 2022 Teknik Geofisika, Universitas Halu Oleo 1


7
IV. ANALISIS
Exercise 1 menggunakan data densitas matriks batuan, densitas minyak, densitas gas, porositas
dan densitas air berbeda-beda untuk setiap kasus. Namun untuk data saturasi air (Sw) sama untuk
setiap kasus, yaitu 0 %-1 % dengan interval 0.2 %. Data ini dapat menhasilkan nilai densitas
tersaturasi minyak dan gas yang berbeda-beda.
Case 1 berisi data berupa densitas matriks, densitas minyak, densitas gas, porositas dan
densitas air berturut-turut 2.7 gr/cc, 0.8 gr/cc, 0.001 gr/cc, 0.2 % dan 1 gr/cc. Nilai densitas
tersaturasi minyak yang diperoleh untuk nilai Sw 0 %-1 % dengan interval 0.2 %. berturut–turut
adalah 2.32 gr/cc, 2.328 gr/cc, 2.336 gr/cc, 2.344 gr/cc, 2.35 gr/cc, 2.36 gr/cc dan untuk gas berturut-
turut 2.1602 gr/cc, 2.20016 gr/cc, 2.24012 gr/cc, 2.28008 gr/cc, 2.32004 gr/cc, 2.36 gr/cc.
Case 2 berisi data berupa densitas matriks, densitas minyak, densitas gas, porositas dan
densitas air berturut-turut 2.7 gr/cc, 0.8 gr/cc, 0.001 gr/cc, 0.6 % dan 1 gr/cc. Nilai densitas
tersaturasi minyak yang diperoleh untuk nilai Sw 0 %-1 % dengan interval 0.2 %. berturut–turut
adalah 1.56 gr/cc, 1.58 gr/cc, 1.61 gr/cc, 1.63 gr/cc, 1.66 gr/cc, 1.68 gr/cc dan untuk gas berturut-
turut 1.0806 gr/cc, 1.20048 gr/cc, 1.32036 gr/cc, 1.44024 gr/cc, 1.56012 gr/cc, 1.68 gr/cc.
Case 3 berisi data berupa densitas matriks, densitas minyak, densitas gas, porositas dan
densitas air berturut-turut 2.2 gr/cc, 0.8 gr/cc, 0.001 gr/cc, 0.2 % dan 1 gr/cc. Nilai densitas
tersaturasi minyak yang diperoleh untuk nilai Sw 0 %-1 % dengan interval 0.2 %. berturut–turut
adalah 1.92 gr/cc, 1.93 gr/cc, 1.94 gr/cc, 1.94 gr/cc, 1.95 gr/cc, 1.96 gr/cc dan untuk gas berturut-
turut 1.7602 gr/cc, 1.80016 gr/cc, 1.84012 gr/cc, 1.88008 gr/cc, 1.92004 gr/cc, 1.96 gr/cc.
Case 4 berisi data berupa densitas matriks, densitas minyak, densitas gas, porositas dan
densitas air berturut-turut 2.7 gr/cc, 0.2 %, 0.2 gr/cc, 0.001 gr/cc, dan 1 gr/cc. Nilai densitas
tersaturasi minyak yang diperoleh untuk nilai Sw 0 %-1 % dengan interval 0.2 %. berturut–turut
adalah 2.20 gr/cc, 2.23 gr/cc, 2.26 gr/cc, 2.30 gr/cc, 2.33 gr/cc, 2.36 gr/cc dan untuk gas berturut-
turut 2.1602 gr/cc, 2.20016 gr/cc, 2.24012 gr/cc, 2.28008 gr/cc, 2.32004 gr/cc, 2.36 gr/cc.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada setiap kasus diperoleh hubungan antara
densitas tersaturasi dengan data bersifat linier yang dibuktikan dengan grafik garis lurus dari Case 1-
4. Semakin besar nilai data variable maka semakin besar nilai densitas tersaturasinya. Sedangkan
pada densitas gas dan minyak hanya memberikan kenaikan yang kecil pada nilai densitas tersaturasi.
Pada Exercise 2 terdiri dari dua kasus, yaitu reservoar yang diisi gas dan reservoar yang diisi
Oil. Untuk Case 1 (gas) menggunakan data porositas, Densitas matriks, Densitas air, Modulus Geser,
K matrix, K water, K dry, Kgas, dan Densitas Gas yang nilainya secara berturut–turut adalah 0.33%,
2.65%, 1gr/cc, 3.3056 Gpa. 40Gpa, 2.38 Gpa, 3.2477Gpa, 0.021 Gpa, dan 0.1gr/cc. Sedangkan untuk
Case 2 (oil) menggunakan data porositas, Densitas matriks, Densitas air, Modulus Geser, K matrix,
K water, K dry, Kgas, dan Densitas Gas yang nilainya secara berturut–turut adalah 0.33%, 2.65%,
1gr/cc, 3.3056 Gpa, 40Gpa, 2.38 Gpa, 3.2477Gpa, 1 Gpa, dan 0.8 gr/cc.
Berdasarkan hasil grafik Sw vs Vp dapat dilihat yang menggunakan persamaan Willy dan

© 2022 Teknik Geofisika, Universitas Halu Oleo 1


8
Gassman nilai Vpnya semakin tinggi dengan bertambahnya nilai Sw. Hal tersebut mempelihatkan
adanya hubungan dari perhitungan nilai Vp untuk reservoar Oil. Sedangkan untuk Reservoar Gas
yang menggunakan persamaan Willy, nilai Vpnya cenderung naik dengan bertambahnya nilai Sw.
Namun untuk persamaan Gassman nilai Vpnya sedikit turun seiring bertambahnya nilai Sw.

V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah:


1. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada setiap kasus diperoleh hubungan
antara densitas tersaturasi dengan data bersifat linier yang dibuktikan dengan grafik
garis lurus dari Case 1-4. Semakin besar nilai data variable maka semakin besar nilai
densitas tersaturasinya. Sedangkan pada densitas gas dan minyak hanya memberikan
kenaikan yang kecil pada nilai densitas tersaturasi.
2. Nilai densitas batuan tersaturasi dapat dihitung menggunakan persamaan 2
3. Kecepatan batuan tersaturasi dapat dihitung menggunakan persamaan 8 untuk persamaan
Willy dan persamaan 9 untuk persamaan Biot-Gassman

MANFAAT PRAKTIKUM

1. Mahasiswa dapat mengetahui hubungan antara densitas tersaturasi oleh gas dan
densitas tersaturasi oleh oil dengan saturasi air
2. Mahasiswa dapat memahami cara menghitung nilai densitas batuan tersaturasi
3. Mahasiswa dapat memahami cara menghitung kecepatan batuan tersaturasi dengan
menggunakan persamaan Gassman dan Wyllie.

© 2022 Teknik Geofisika, Universitas Halu Oleo 1


9
REFERENSI

[1] A.U. Kartika, et. al. 2007. Penentuan Struktur Bawah Permukaan dengan
Menggunakan Metode Seismik Refraksi di Desa Pleret, Kecamatan Pleret,
Kabupaten Bantul. Fisika, Universitas Diponegoro: Semarang.
[2] S.A. Raharjo. 2002. Analisis Kecepatan Perambatan Gelombang Bias pada Medium
dan Faktor Kualitas Medium di Lereng Barat Gunung Merapi, Yogyakarta.
Geofisika, Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
[3] S.N. Hudha, et. al. 2014. Penentuan Struktur Bawah Permukaan dengan
Menggunakan Metode Seismik Refraksi di Lapangan Panas Bumi Diwak dan
Derekan, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. Youngster Physics Journal, Vol.
3, No. 3, Juli 2014, Hal 263- 268.
[4] Sismanto. 1999. Eksplorasi Dengan Menggunakan Seismik Refraksi. Geofisika,
Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
[5] Modul Praktikum Seismik Refraksi: Metode Hagiwara. Geofisika, Universitas Gadjah
Mada: Yogyakarta.

© 2022 Teknik Geofisika, Universitas Halu Oleo 2


0
© 2022 Teknik Geofisika, Universitas Halu Oleo 2
1

Anda mungkin juga menyukai