Anda di halaman 1dari 27

Laporan Praktikum GFS65042 Metode Magnetik, Semester V Tahun 2022

LABORATORIUM TEKNIK
GEOFISIKA FAKULTAS ILMU DAN
TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

PRAKTIKUM GFS65042 METODE MAGNETIK

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2021/2022

PRADIT BAWONO AGUS RESSANG PUTRA


R1A119050
TEKNIK GEOFISIKA

METODE MAGNETIK

TANGGAL
PRAKTIKUM

SELASA, 30 NOVEMBER 2021

KENDARI – INDONESIA
© 2022 Teknik Geofisika, Universitas Halu Oleo 9
Laporan Praktikum GFS65042 Metode Magnetik, Semester V Tahun 2022

© 2022 – TEKNIK GEOFISIKA

© 2022 Teknik Geofisika, Universitas Halu Oleo 9


LAPORAN PRAKTIKUM
Teknik Geofisika, Universitas Halu Oleo
Metode Magnetik
Mata Kuliah GFS65042 Metode Magnetik
Nama : Pradit Bawono Agus Ressang Putra
NIM : R1A119050
Tanggal Praktikum : Selasa, 30 November-15 Desember 2021

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geofisika merupakan ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip fisika untuk
mengetahui dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan bumi atau dapat pula
diartikan mempelajari bumi dengan menggunakan prinsip-prinsip fisika. Geofisika
digunakan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan bumi yang melibatkan
pengukuran permukaan dari parameter fisika yang dimilki oleh batuan yang ada di
bawah permukaan bumi. Metode fisika umumnya dibagi menjadi metode aktif dan
pasif. Metode aktif adalah suatu metode yang dilakukan dengan membuat medan
buatan kemudian mengukur resons yang dilakukan oleh bumi. Sedangkan metode pasif
adalah suatu metode yang digunakan untuk mengukur medan alami yang dipancarkan
oleh bumi.

Metode magnetik merupakan salah satu metode geofisika yang didasarkan pada
pengukuran variasi intensitas medan magnet di permukaan bumi. Metode magnetik
sendiri adalah salah satu metode pasif dimana prinsip kerjanya adalah bahwasanya
Bumi memiliki medan magnetik yang disebut dengan magnetik field. Metode magnetik
umumnya digunakan untuk mengetahui sifat magnetik batuan, serta untuk mengetahui
struktur geologi bawah permukaan berdasarkan anomali medan magnetik. Selain itu,
metode magnetik sering digunakan untuk survei pendahuluan pada eksplorasi minyak
bumi, panas bumi, batuan mineral, maupun untuk keperluan pemantauan (monitoring)
gunungapi (Umamii, 2017).

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum metode magnetic ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui pengolahan data metode magnetik


2. Menginterpretasi data magnetik secara kualitatif dan kuantitatif
3. Mampu menginterpretasikan secara 2D
1.3 Manfaat Praktikum
Beberapa manfaat dari praktikum Metode Magnetik ini yaitu sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat menggunakan alat yang berhubungan dengan metode magnetik
maupun pengolahan data menggunakan software oasis
2. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil yang didapat serta menjelaskann proses
pengolahan data secara umum
3. Mahasiswa dapat mengetahui unsur-unsur penyusun apa saja dalam struktur geologi
yang berada di bawah permukaan daerah tersebut dan menentukan nilai anomali daerah
tersebut.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Geologi Daerah Penelitian
2.1.1 Geologi Regional Pacitan
Daerah Pacitan termasuk dalam zona Pegunungan Selatan Jawa Timur. Formasi
batuan yang tertua di Pacitan adalah Formasi Besole yang tersusun oleh batuan ekstrusif
yang terdiri dari tonalit, dasit, andesit dan tuf desitan (Sartono, 1964). Pada bagian
bawah adalah lava bantal dengan sisipan breksi polimik yang fragmennya terdiri dari
batuan beku andesit, tuf dan batugamping. Formasi ini di endapkan dalam lingkungan
laut dan berumur Miosen Awal (Nahrowi, 1978).
Di atas Formasi Besole terendapkan tidak selaras Formasi Jaten yang tersusun
atas batupasir kuarsa, batupasir tufan, batulanau, batulempung, napal dan batugamping
napalan. Pada beberapa tempat tersisipkan batubara dan konglomerat diantara batulanau
dan batulempung, serta sering ditemukan fosil kayu yang sudah mengalami silisifikasi.
Formasi ini terendapkan dalam lingkungan fluviatik/paralik sampai laut dan berumur
Miosen Tengah (Sartono, 1964).
Terdapat beberapa sesar yang di daerah Pacitan, seperti sesar Grindulu yang
merupakan sesar mayor yang terbentuk pada zaman kwarter yang berorientasiTimur
Laut ke Barat Daya dan berada di sebelah Pulau Jawa. Selain Sesar Grindulu juga
terdapat sesar minor yang terbentuk setelah adanya sesar mayor seperti sesar Arjosari,
sesar Sambi, sesar Ngepoh dan lain sebagainya (Nahrowi dkk, 1978).
Sebagian besar sesar-sesar ini dapat menyebabkan terjadinya longsor, pusat
gempa bumi, dan lain sebagainya. Selain sesar, daerah Kasihan merupakan daerah yang
berpotensi sumber daya mineral mangan, dan memiliki banyak perbedaan litologi
batuan, terdapat beberapa sumber mata air yang merembes melalui rekahan-rekahan
batuan, sehingga harus dilakukan penelitian yang lebih intensif untuk dapat mengetahui
struktur sesar tersebut.
Formasi Wuni terendapkan di atas Formasi Besole yang tersusun atas breksi
aglomerat berselang seling dengan batupasir tufan berukuran kasar, batu lanau dan
bagian atas berupa batu gamping terumbu. Formasi Besole terendapkan pada
lingkungan pantai sampai neritik yang dipengaruhi kegiatan gunung berapi, berumur
Miosen Tengah.
Formasi Nampol menumpang secara selaras di atas Formasi Wuni yang tersusun
dari batulempung pasiran yang mengandung batubara dengan batugamping dan tuf.
Formasi Nampol dimungkinkan berumur Miosen Tengah.
Formasi Punung menumpang selaras di atas Formasi Nampol yang tersusun dari
batu gamping berlapis dan terumbu, diendapkan dalam lingkungan laut dangkal,
berumur Miosen Tengah (Nahrowi, 1978).

2.1.2 Geologi Lokal Daerah Kasihan


A. Geomorfologi
Secara umum, geomorfologi daerah Kasihan adalah pegunungan terjal (kontur
yang rapat). Pegunungan tersebut berderet di seluruh penjuru. Sedangkan morfologi
yang relatif datar (dataran rendah, kontur renggang) yang merupakan pusat Desa
Kasihan terdapat di bagian tengahnya. Ketinggian minimum di daerah ini adalah 621 m,
sedangkan maksimum adalah 923 m dari permukaan laut, presentase morfologi
pegunungan terjal adalah 80% dan morfologi dataran rendahnya adalah 20% dari
seluruh daerah Kasihan. Morfologi terjal merupakan manifestasi dari litologi yang
resisten (konglomerat pasiran). Di sebelah Tenggara dari morfologi dataran terdapat
sungai Kali Dadap (Nukman, 2001).
Morfologi daerah bencana berupa perbukitan bergelombang dengan beberapa
puncak yang terpisah satu dengan lainnya. Kemiringan lereng agak terjal hingga terjal,
miring ke arah timur. Elevasi lokasi gerakan tanah berada di kisaran 690-715 meter di
atas permukaan laut (Tim Badan Geologi,2018).

B. Struktur Geologi
Struktur geologi yang mengontrol daerah ini adalah zona sesar (diperkirakan)
yang melintang timur laut-barat daya (Tumpak Pengilon-Bunder). Zona sesar yang lain
berada di Kempes Bunder (Utara-Selatan) mengikuti kelokan Kali Dadap. Struktur
geologi yang lain adalah kekar-kekar intensif dan rekahan. Pada beberapa singkapan
batupasir napal dan konglomerat pasiran terdapat rembesan air tanah melalui celah antar
lapisan dan rekahan (Nahrowi, 1978).
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Pacitan, Jawa (Samodra, dkk., 1992) batuan dari
Formasi Arjosari (Toma) merupakan batuan penyusun daerah gerakan tanah. Formasi
ini terdiri dari konglomerat aneka bahan, batupasir, batulanau, batugamping,
batulempung, napal pasiran, batupasir batuapung, bersisipan breksi gunungapi, lava dan
tuf. Jalur Sesar Karangrejo melintas di baratlaut-tenggara daerah gerakan tanah. Sesar
ini berjenis sesar geser. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa batuan di lokasi
bencana berupa napal pasiran di bagian atas dan batupasir di bagian bawah. Napal
pasiran tersingkap dalam kondisi lapuk seluruhnya sedangkan batupasir berada dalam
kondisi lapuk sebagian. Tanah pelapukan berupa lempung pasiran, poros dengan
ketebalan <2 meter dan memiliki kontak gradasi dengan batuan segarnya (Tim Badan
Geologi,2018).

C. Stratigrafi
Satuan litologi paling tua di Desa Kasihan adalah lapisan batupasir vulkanik
dengan selang seling batulanau. Batupasir yang segar berwarna hijau kekuningan,
sedangkan yang lapuk berwarna cokelat kemerahan, berukuran butir pasir kasar, sortasi
kurang bagus, struktur berlapis (10-50 cm), struktur sedimen laminasi sejajar dan
bergelombang. Pada beberapa singkapan menunjukan gradasi, fragmennya adalah
kuarsa, feldspar dan tuf serta material vulkanik. Sedangkan matriksnya diduga adalah
lempung. Sebagian besar lapisan batupasir ini dalam keadaan lapuk (berwarna merah-
kecokelatan), sedangkan yang segar berwana abu-abu hijau keputihan. Ketebalan satuan
ini kurang lebih 685 m, terbentuk pada lingkungan pengendapan laut (neritik tengah
luar) yang bersamaan dengan terjadinya aktivitas vulkanik, diduga berumur Miosen
Tengah. Satuan ini ditemukan di sepanjang Kali Dadap dan jalan Desa Kasihan.
Di atas satuan batupasir vulkanik menumpang secara tidak selaras satuan
konglomerat pasiran yang fragmennya didominasi oleh butiran batuan beku (andesit dan
dasit) ukuran kerakal-pasir kasar, kuarsa (chalcedony dan chert), dengan matriks diduga
adalah lempung (clay). Terdapat sisipan fosil kayu yang tersilisifikasi (petrified wood)
dan sisipan konglomerat batugamping yang fragmennya terdiri dari batugamping
terumbu (masif dominan), batuan beku (andesit) dalam kondisi lapuk, napal masif,
batulanau masif, dan mineral kuarsa (chalcedony dan chert). Lingkungan terbentuknya
satuan ini adalah lingkungan laut dalam. Fragmen batugamping (terbentuk pada laut
dangkal) telah tererosi dan tertransportasikan sampai laut dalam. Satuan ini diperkirakan
berumur Miosen Tengah dengan ketebalan 187 m. Satuan ini terdeformasikan secara
intensif yang tampak dari kekar-kekar gerus yang ada dan juga diterobos oleh batuan
beku pada beberapa singkapan. Satuan ini tersingkap setempat-setempat di Kali
Pringapus dan sepanjang Kali Dadap. Satuan yang paling muda adalah intrusi andesit
dan dasit yang menerobos dua satuan batuan di atasnya. Pada batuan intrusi ini
terbentuk kekar-kekar akibat pendinginan dan banyak membentuk struktur dike yang
terisi oleh larutan silika. Batuan intrusi ini tersingkap di tempat-tempat di sepanjang
Kali Dadap, lereng Gunung Pangajaran dan Gunung Dringo, dan bukit-bukit sekitar
Desa Kasihan (Nahrowi, 1978).
2.1.3 Teori Dasar
A. Pengertian Metode Magnetik
Metode magnetik merupakan salah satu metode geofisika yang dapat digunakan
untuk mengukur variasi medan magnet di permukaan bumi yang disebabkan oleh adanya
variasi distribusi benda termagnetisasi di bawah permukaan bumi. Variasi medan magnet
yang terukur kemudian ditafisirkan dalam bentuk distribusi bahan magnetik di bawah
permukaan yang kemudian dijadikan dijadikan dasar bagi pendugaan keadaan geologi
atau target magnetik yang mungkin dalam aplikasinya. Metode magnetik
mempertimbangkan variasi arah dan besar vektor magnetisasi.

B. Suseptibilitas Magnet

Suseptibilitas magnet adalah kemampuan suatu bahan magnet untuk


dimagnetisasi yang ditentukan oleh nilai suseptibilitas magnet yang ditunjukkan oleh
persamaan :

M =k ⃗
⃗ H

M adalah intensitas magnet dalam A/m, k adalah nilai suseptibilitass suatu bahan
Dengan ⃗
H adalah kuat medan magnet dalam A/m.
dan tidak memiliki dimensi serta ⃗

Nilai k adalah parameter dasar yang digunakan dalamm metode magnet. Nilai
suseptibilitas batuan semakin besar jika dalam batuan tersebut dijumpai banyak mineral
yang bersifat magnet. Litologi (karakteristik) dan kandungan mineral batuan adalah faktor
yang mempengaruhi harga suseptibilitas suatu bahan (Telford et al, 1990).

Tabel 1.1 Suseptibilitas Batuan Beku (Telford et al, 1990)


No Jenis Batuan Suseptibilitas x 10-3 (SI)
Sedimen Jarak Rata-rata
1 Dolomit 0-0,9 0,1
2 Batugamping 0-3 0,3
3 Batupasir 0-20 0,4
4 Serpih 0,01-15 1,4
-3
No Jenis Batuan Suseptibilitas x 10 (SI)
Metamorf
Jarak Rata-rata
1 Amphibolite 0,7
2 Sekis 0-3 1,4
3 Filit 1,5
4 Gnes 0,1-25
5 Kuarsit 4
6 Serpentine 3-17
7 Sabak 0-35 6
No Jenis Batuan Suseptibilitas x 10-3 (SI)
Beku Jarak Rata-rata
1 Granit 0 - 50 25
2 Riolit 0,2 - 35
3 Dolorit 1 - 35 17
4 Auguite-syenite 30 - 40
5 Olive-diabase 25
6 Diabase 1-160 55
7 Porfiri 0,3 - 200 60
8 Gabro 1 - 90 70
9 Basal 0,2 - 175 70
10 Diorite 0,6 - 120 85

11 Piroksenit 125

12 Peridotit 90 - 200 150

13 Andesit 160

C. Koreksi pada Metode Magnetik

1. Koreksi Harian
Variasi harian medan magnetik adalah penyimpangan intensitas medan magnetik
bumi yang disebabkan oleh adanya perbedaan waktu pengukuran dan efek sinar matahari
dalam satu hari. Koreksi Variasi Harian adalah koreksi yang dilakukan terhadap data
magnetik terukur untuk menghilangkan pengaruh medan magnetik luar atau variasi
harian.

2. Koreksi IGRF

Koreksi IGRF adalah koreksi yang dilakukan terhadap data medan magnetik
terukur untuk menghilangkan pengaruh medan magnetik utama bumi. Medan magnet
utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk menyeragamkan nilai-nilai medan utama
magnet bumi, dibuat standar nilai yang disebut sebagai International Geomagnetics
Reference Field yang diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Nilai-nilai IGRF tersebut
diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta km2 yang
dilakukan dalam waktu satu tahun.

D. Tranformasi RTP
Dalam akuisisi data magnetik dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu secara
looping, base rover, atau gradien vertikal. Perbedaan dalam beberapa cara tersebut hanya
di tekankan dalam penggunaan instrument dalam pengukuran. Pengukuran secara satu
alat merupakan suatu konsep pengukuran geomagnetik dengan memanfaatkan suatu titik
base yang digunakan sebagai titik acuan dan pengukuran awal hingga terakhir akan
kembali pada titik tersebut (looping). Konsep satu alat / looping sebenarnya pengukuran
yang kurang akurat dibandingkan pengukuran secara base-rover, dikarenakan pengukuran
secara looping hanya memperhitungkan variasi harian dari suatu daerah berdasarkan dua
titik saja. Yaitu titik base dan titik looping. Dimana selisih intensitas medan magnet pada
awal pengukuran dengan intensitas medan magnet pengukuran terakhir adalah sebagai
koreksi variasi harian. Sedangkan pada saat pengukuran berlangsung terjadi perubahan
kondisi matahari Pengukuran looping biasa jarang dilakukan karena tingkat akurasi
datanya agak kurang baik dibandingkan pengukuran secara base-rover yang, menghitung
variasi harian setiap beberapa jam sekali karena perubahan kondisi yangberbeda dari
matahari.

E. Kontinuasi ke atas
Kontinuasi ke atas (Upward Continuation) dilakukan dengan tujuan untuk
menghilangkan pengaruh lokal yang berasal dari sumber-sumber di permukaan dan
memperjelas pengaruh anomali medan magnetik regional. Semakin tinggi kontinuasi
data, maka informasi lokal semakin hilang, dan informasi regional semakin jelas.

F. Analisis Spectrum
Analisis spektrum merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui
kedalaman anomali. Analisis spektrum menggunakan prinsip transformasi fourier yaitu
dengan mengubah data dari domain ruang menjadi domain bilangan gelombang. Gradien
dari grafik analisis spektrum besarnya sebanding dengan kedalaman bidang anomali,
dimana gradien yang bernilai besar mencerminkan anomali regional sedangkan gradien
yang bernilai lebih kecil mencerminkan anomali residual.
3. DATA DAN PENGOLAHAN

3.1 Data yang diolah pada praktikum

Tabel 1.2 Data Mentah Pengolahan


Bacaan Rata- Konv koreksi Kor
Rata ersi variasi eksi
wakt harian IGR
u F
1 2 3 4 5 H T    
4515 4515 4515 4515 4516 4515 439 0 4511
3 3 0 2 0 3.6 2.9
4544 4549 4550 4549 4547 4548 517 - 4511
8 3.9 2.4 6.2 3.4 2.78 2.64406 2.9
7797
4523 4530 4519 4518 4519 4522 553 - 4511
8.3 0.7 8.6 9.4 8 5 3.86440 2.9
678
4519 4519 4519 4519 4521 4519 571 - 4511
0.6 4.9 0.9 9.4 0.8 7.32 4.47457 2.9
6271
4509 4509 4509 4509 4508 4509 588 - 4511
3.8 2.3 5.6 8 1.4 2.22 5.05084 2.9
7458
4513 4512 4514 4516 4513 4513 606 - 4511
2.3 0.8 6 5.4 0.6 9.02 5.66101 2.9
6949
4519 4519 4518 4519 4520 4519 628 - 4511
2 5.4 0.9 3.7 5.5 3.5 6.40677 2.9
9661
4513 4515 4515 4515 4513 4514 644 - 4511
6.8 4.2 3.2 5.4 7.4 7.4 6.94915 2.9
2542
4514 4515 4512 4513 4512 4513 655 - 4511
5.1 1.4 3.4 2 9.3 6.24 7.32203 2.9
3898
4515 4514 4515 4518 4516 4516 602 - 4511
0.3 9.8 9 1.2 4.6 0.98 5.52542 2.9
3729
4519 4520 4520 4517 4516 4519 675 -8 4511
6.4 8.1 5.8 8 5.7 0.8 2.9
4519 4519 4520 4517 4520 4519 683 - 4511
2 1.2 6.1 3.4 4.7 3.48 8.27118 2.9
6441
4341 4339 4526 4524 4526 4451 697 - 4511
5.1 5.7 5.3 5.1 3.3 6.9 8.74576 2.9
2712
4520 4521 4520 4519 4519 4520 710 - 4511
7 4.2 9.2 2 4.4 3.36 9.18644 2.9
0678
4481 4497 4498 4504 4504 4497 722 - 4511
7.6 8.9 0.1 2.8 2.3 2.34 9.59322 2.9
0339
4525 4525 4527 4527 4527 4526 760 - 4511
2.2 8.7 3.4 0.3 9.2 6.76 10.8813 2.9
5593
4526 4526 4526 4525 4526 4526 767 - 4511
0.4 6.8 7.7 7.9 0.1 2.58 11.1186 2.9
4407
4514 4516 4515 4514 4513 4514 775 - 4511
5.4 0.7 4.9 4.5 7.3 8.56 11.3898 2.9
3051
4526 4527 4528 4528 4529 4527 782 - 4511
7.5 0.7 2.9 2.3 3 9.28 11.6271 2.9
1864
4524 4524 4525 4525 4526 4525 791 - 4511
9.2 8.1 1 1.7 0.7 2.14 11.9322 2.9
0339
4527 4526 4526 4525 4526 4526 803 - 4511
5.6 8.1 0.6 5.7 1.8 4.36 12.3389 2.9
8305
4528 4528 4527 4525 4525 4527 809 - 4511
5.8 3 9.2 9.3 8.8 3.22 12.5423 2.9
7288
4515 4520 4524 4523 4523 4521 820 - 4511
3.2 3 8.6 8.6 6.8 6.04 12.9152 2.9
5424
4531 4528 4526 4526 4526 4527 831 - 4511
4.3 1 1.8 1.4 0.1 5.72 13.2881 2.9
3559
4533 4533 4531 4500 4531 4525 841 - 4511
0.3 0.7 6.6 1.3 1.9 8.16 13.6271 2.9
1864
4526 4525 4525 4526 4527 4526 850 - 4511
7.5 0.8 2.6 8.2 7 3.22 13.9322 2.9
0339
4527 4526 4525 4526 4526 4526 855 - 4511
6.5 9.3 8.7 5.2 1.2 6.18 14.1016 2.9
9492
4534 4535 4534 4533 4533 4534 867 - 4511
7.5 9.9 5.7 9.5 1.9 4.9 14.5084 2.9
7458
4524 4525 4523 4524 4523 4524 877 - 4511
5.2 3.8 9.5 4.9 7.7 4.22 14.8474 2.9
5763
4520 4524 4523 4519 4521 4521 975 - 4511
4.5 3.9 0.2 9.4 2.6 8.12 18.1694 2.9
9153
4527 4535 4529 4528 4526 4529 970 -18 4511
4.4 4.7 6.7 4.8 1.7 4.46 2.9
4521 4520 4522 4524 4526 4522 985 - 4511
1.7 4.2 3.2 3.4 0.7 8.64 18.5084 2.9
7458
4510 4510 4511 4510 4511 4511 484 - 4511
8.7 5.6 1 9.1 8.3 0.54 1.52542 2.9
3729
4509 4509 4507 4508 4508 4508 496 - 4511
8.3 9.8 9 7.6 3.1 9.56 1.93220 2.9
339
4506 4505 4505 4208 4506 4446 508 - 4511
8.2 1 4.4 4.4 5.1 4.62 2.33898 2.9
3051
4510 4510 4509 4510 4508 4509 526 - 4511
1 4 2.6 2.7 9.7 8 2.94915 2.9
2542
4510 4513 4511 4509 4511 4511 542 - 4511
6.2 1.3 3.7 6.5 6.5 2.84 3.49152 2.9
5424
4512 4512 4512 4512 4511 4512 566 - 4511
6.8 9.3 4.7 6.3 0.8 3.58 4.30508 2.9
4746
4508 4505 4509 4510 4507 4508 587 - 4511
6.7 7.9 0.7 2.8 9.6 3.54 5.01694 2.9
9153
4514 4515 4517 4517 4516 4516 599 - 4511
7.8 7.7 1.1 7.2 0.9 2.94 5.42372 2.9
8814
4513 4512 4512 4513 4512 4512 618 - 4511
0.1 2.2 8.3 1 8.6 8.04 6.06779 2.9
661
4521 4520 4522 4524 4522 4522 638 - 4511
5.8 1.6 1.2 4.6 6.2 1.88 6.74576 2.9
2712
4515 4516 4516 4516 4515 4516 653 - 4511
6.5 3 0.5 5 7.5 0.5 7.25423 2.9
7288
4516 4517 4516 4516 4517 4516 667 - 4511
8.1 1 9 0 5.4 8.7 7.72881 2.9
3559
4516 4516 4517 4517 4516 4516 680 - 4511
5.2 1.1 8.5 6.6 8.4 9.96 8.16949 2.9
1525
4515 4515 4513 4513 4514 4514 693 - 4511
4.6 1.3 8.8 6.6 1.8 4.62 8.61016 2.9
9492
4510 4513 4508 4512 4514 4511 707 - 4511
6.2 3.3 2.9 0.2 0.9 6.7 9.08474 2.9
5763
4514 4512 4513 4515 4514 4513 776 - 4511
5.3 2.5 4.5 4 2 9.66 11.4237 2.9
2881
4509 4510 4514 4511 4510 4511 782 - 4511
4.8 7.2 1.8 7 5.2 3.2 11.6271 2.9
1864
4511 4511 4516 4516 4513 4513 798 - 4511
4.7 0.8 0.6 1.6 6.8 6.9 12.1694 2.9
9153
4513 4514 4515 4516 4516 4515 810 - 4511
6.7 3.2 3.1 4.7 3.1 2.16 12.5762 2.9
7119
4513 4516 4517 4517 4512 4515 818 - 4511
3.6 9.4 2.3 1.8 8.8 5.18 12.8474 2.9
5763
4517 4516 4514 4515 4517 4516 827 - 4511
4.4 5.1 9.5 7.2 7.9 4.82 13.1525 2.9
4237
4521 4520 4523 4522 4521 4521 841 - 4511
0.4 5.2 1.1 8 3.8 7.7 13.6271 2.9
1864
4524 4523 4522 4524 4524 4523 856 - 4511
7.6 8.7 4.6 2 1.3 8.84 14.1355 2.9
9322
4521 4524 4523 4522 4523 4522 866 - 4511
9.2 1.1 2.6 0.2 1.7 8.96 14.4745 2.9
7627
4515 4513 4514 4512 4512 4513 1029 -20 4511
2 3 0 1 2 3.6 2.9

3.2 Langkah-langkah detail pengolahan data dan diagram alir


penelitian.
3.2.1 Menentukan Koreksi Waktu, Nilai H Observasi, dan Koreksi Variasi Harian

1. Melakukan koreksi waktu menggunakan sofrware Microsoft Excel.


2. Menentukan nilai H observasi dengan mencari rata rata dari pembacaan data
magnetometer.
3. Melakukan koreksi variasi harian menggunakan rumus

t n −t a
( H −H a)
t b −t a b

3.2.2 Menentukan Nilai Latitude dan Longitude


1. Membuka website www.geoplaner.com.
2. Memasukkan nilai X dan Y pada kolom UTM dan nilai latitude serta longitude akan
muncul.
3. Mengcopy nilai latitude dan longitude ke Excell.

Gambar 3.1 Koreksi Harian

3.2.3 Menentukan Nilai Inklinasi, Deklinasi, dan IGRF


1. Membuka website www.ngdc.noaa.gov/geomag/calculators/igrfgridForm.
2. Memasukkan nilai latitude pada arah S dan longitude pada arah E.
3. Mengatur model IGRF (1590-2024).
4. Mengatur start date dan end date dan result format HTML.
5. Mengcopy nilai inklinasi, deklinasi, dan IGRF ke Excell.
Gambar 3.2 Koreksi IGRF

3.2.4 Menentukan Nilai Anomali Total

Menggunakan persamaan H obs −Bvarhan −IGRF pada Excell.


3.2.5 Membuat Anomali Total
1. Membuka software Oasis Montaj.
2. Membuat project baru dengan cara mengklik menu file→project→new.
3. Mengimport data X, Y, Z dan anomaly total pada menu data→import→ascii dan
browse data yang sudah di salin ke notepad sebelumnya.
4. Melakukan labelling X untuk easthinf, Y untuk northing dan Z untuk elevasi,
kemudian menyimpan database.
5. Melakukan set projection dengan cara mengklik menu coordinates→set projection
lalu menyetel datum WGS 84 dan projection method UTM zone 1984.
6. Menggrid data anomaly dengan cara mengklik menu
grid→gridding→kriging→dialog controls→channel to grid diisi dengan anomaly dan
muncullah gambar anomaly medan magnetic total.
3.2.6 Melakukan Reduce To Pole (RTP)
1. Memanggil menu MAGMAP dengan cara mengklik GX→Load
Menu→magmap.omn.
2. Kemudian melakukan proses RTP dengan cara mengklik MAGMAP→MAGMAP 1
step filtering lalu memasukkan anomaly yang sudah di hrid sebelumnya pada input, dan
RTP pada output.
3. Memasukkan filter Reduce to Magnetic Pole dengan cara mengklik SetConFile dan
memilih filter Reduce to Magnetic Pole pada First filter to apply I lalu klik OK.
4. Memasukkan nilai inklinasi dan deklinasi yang sudah didapatkan sebelumhya dan
nilai Amplitude Correction Inclination sebesar -20.
3.2.7 Melakukan Kontinuasi Keatas untuk Mendapatkan Anomali Regional
1. Mengklik MAGMAP→MAGMAP 1 step filtering lalu memasukkan RTP pada input
dan upward pada output, karena kita akan melakukan upward 300 maka outputnya
dinamakan upward300.
2. Mengklik SetConFile dan memasukkan filter Upward Continuation pada first filter
to apply .
3. Memasukkan nilai upward sebesar 300 lalu klik OK.
4. Melakukan hal yang sama untuk upward 500.
3.2.8 Melakukan Substract Grid untuk Mendapatkan Anomali Lokal
1. Mengklik menu Grid→Expressions→Substract Grids.
2. Memasukkan grid RTP pada input dan grid Upward300 pada second input serta grid
local pada output lalu klik OK.
3.2.9 Melakukan Analisis Spektrum untuk Mengetahui Kedalaman Anomaly Regional,
Residual dan Noise
1. Mengklik menu MAGMAP→Interactive Filtering→Prepare Grid.
2. Memasukan grid RTP pada input dan memberi nama Analisis Spektrum pada output
lalu klik start.
3. Melakukan Forward FFT dengan cara mengklik MAGMAP→Interactive
Filtering→Forward FFT dan memasukkan analisis spectrum yang telah di prepare
sebelumnya lalu klik OK.
4. Setelah itu klik kembali menu interactive Filtering→Radial Average Spectrum lalu
klik OK.
5. Untuk menampilkan hasil analisis spectrum dilakukan dengan cara mengklik menu
Spectrum Calculation and Display→Display Spectrum.
3.2.10 Menentukan Anomaly Regional, Anomaly Residual dan Noise Hasil dari
Analisis Spektrum
1. Memindahkan data SPC analisis spectrum ke Notepad lalu di salin ke Excell.
2. Membuat grafik antara CYC/K_unit dan Ln_P.
3. Menginterpretasi anomaly regional, residual dan noise.
4. Menghitung kedalaman masing masing anomaly.
3.2.1 Diagram Alir

Mulai

Akuisisi

Data lapangan Informasi Geologi

Koreksi data harian

Koreksi IGRF

Anomali
medan total

RTP

Pemisahan anomali lokal-regional

Analisis spektrum
Kontinuasi
Anomali residual
ke atas

Anomali
regional

Pemodelan 2D

Interpretasi

Hasil

Kesimpulan
3.3 Output yang keluar dari proses pengolahan.

Gambar 3.3 Anomali Medan Magnet Total sebelum RTP

Gambar 3.4 Anomali Medan Magnet Total sesudah RTP


Gambar 3.5 Anomali Regional Upward300

Gambar 3.6 Anomali Lokal (Residual)


Gambar 3.7 Kontour Anomali Total

Gambar 3.8 Penampang upward 300


Gambar 3.9 Grafik Analisis Spektrum

Gambar 3.10 Pemodelan 2D


Gambar 3.11 Overlay RTP
4. ANALISIS
Metode magnetik merupakan salah satu metode geofisika yang dapat digunakan
untuk menggambarkan keaddan bawah pemukaan dengan mengukur variasi medan
magnet di permukaan bumi yang disebabkan oleh adanya variasi distribusi benda
termagnetisasi di bawah permukaan bumi.
Intensitas medan magnet yang terukur di atas permukaan bumi selalu
mengalami perubahan terhadap waktu. Faktor penyebab perubahan medan magnet ini
disebabkan oleh medan magnetik luar yang mana dapat berasal dari interaksi partikel
partikel yang dipancarkan oleh matahari yang berinteraksi dengan lapisan atmorfer
bumi, sehingga menimbulkan medan magnet. Untuk menghilangkan efek medan
magnet tersebut maka harus dilakukan koreksi harian. Jika variasi harian bernilai
positif, maka dilakukan operasi pengurangan, dan jika bernilai negatif maka dilakukan
operasi penjumlahan.
Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk menyeragamkan
atau melakukan koreksi nilai-nilai medan utama magnet bumi dapat menggunakan nilai
yang disebut sebagai International Geomagnetic Reference Field. Koreksi IGRF
dilakukan terhadap data magnet terukur untuk menghilangkan pengaruh medan utama
magnet bumi. Nilai IGRF diperoleh dari situs
www.ngdc.noaa.gov/geomag/calculators/igrfgridForm.
Anomali medan magnet total yang dimiliki masih dipengaruhi oleh inklinasi
dan deklinasi oleh karena itu diperlukan RTP . RTP dilakukan untuk mengubah pola
dipol medan magnet yang berupa pasangan anomaly positif dan negative menjadu pola
monopol berupa puncak atau lubang anomaly. RTP digunakan dengan prinsip bahwa
seolah-olah anomaly yang didapat direduksi ke kutub, menuju inklinasi 90º dan
deklinasi 0º dari area survey.
Kontinuasi ke atas (Upward Continuation) dilakukan dengan tujuan untuk
menghilangkan pengaruh lokal yang berasal dari sumber-sumber di permukaan dan
memperjelas pengaruh anomali medan magnetik regional. Anomaly regional diperoleh
dengan melakukan upward continuation. Kontinuasi katas merupakan proses transformasi
data medan potensial dari suatu bidang datar ke bidang yang lebih tinggi. Proses
kontinuasi tidak boleh terlalu tinggi karena hal ini dapat mereduksi anomaly medan
magnet lokal yang bersumber dari benda magnetic atau struktur geologi yang menjadi
target. Syarat anomaly regional adalah apabila konturnya cenderung stabil atau lurus.
Sehingga dilakukan upward dan anomaly terlihat stabil pada up300 dan didapatkanlah
anomaly regional. Kemudian anomaly residual diperoleh dari mengurangkan anomaly
regional dengan anomaly total yang telah di RTP.
Berdasarkan hasil grid anomali medan magnet total sebelum RTP, rentang
anomali terlihat antara -541.8nT sampai 347.9nT. Anomaly rendah terlihat pada arah
Tenggara dan tengah dengan nilai anomali sebesar -541.8 nT, Dan anomaly tinggi
terlihat pada arah BaratLaut dan pada arah timur dengan nilai anomaly sebesar
347.9nT.
Untuk anomaly medan magnet total hasil RTP ditemukan rentang anomaly
antara -898.7 nT hingga 652.6 nT. Anomaly rendah pada bagian tengah dan arah
Tenggara sebesar -898.7 nT, dan anomaly tinggi terlihat pada arah Baratlaut dan arah
timur dengan nilai anomali sebesar 652.6 nT.
Untuk anomali regional, anomali tinggi berada pada arah Baratlaut sebesar 161.9 nT
dan anomali rendah pada arah Selatan sebesar -2.5 nT. Sedangkan untuk anomali lokal
berada pada rentang 554.2 nT sampai -939.4 nT. Anomali lokal ini didominasi oleh
anomali tinggi yang tersebar di beberapa titik. Setelah itu dilakukan analisis spektrum
untuk menentukan kedalaman anomali.
Analisis spektrum juga diperlukan dalam melakukan pemodelan. Setelah
dilakukan analisis spektrum, ditemukan anomaly regional berada pada kedalaman 75m,
anomaly residual pada kedalaman 43m. Kemudian dilakukan forward modeling yang
dikorelasikan dengan peta untuk memodelkan kondisi bawah permukaan. Hasil dari
forward modeling ditemukan batugamping dengan suseptibilitas sebesar 5,6 x 10-5
pada lapisan pertama, batupasir dengan suseptibilitas sebesar 4x10-4 pada lapisan
kedua dan batupasir dengan kandungan batuapung sehingga suseptibilitas sebesar
2,4x10-3.
5. KESIMPULAN
Berikut merupakan kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan praktikum
metode magnetik antara lain:

1. Pengolahan data metode geomagnetik diawali dengan melakukan koreksi terhadap


data medan magnetic total hasil pengukuran pada setiap titik lokasi atau stasiun
pengukuran, yang mencakup koreksi variasi harian dan koreksi IGRF untuk memperoleh
nilai anomali medan magnetic yang diinginkan. Untuk mengetahui pola anomali yang
diperoleh, yang akan digunakan sebagai dasar dalam pendugaan model struktur geologi di
bawah permukaan yang mungkin, maka data anomali harus disajikan dalam bentuk peta
kontur.

2. Interpretasi data magnetik secara kualitatif didasarkan pada pola kontur anomali
medan magnetik yang bersumber dari distribusi benda-benda termagnetisasi atau struktur
geologi bawah permukaan bumi. Selanjutnya pola anomali medan magnetic yang
dihasilkan ditafsirkan berdasarkan informasi geologi setempat dalam bentuk distribusi
benda magnetik atau struktur geologi, yang dijadikan dasar pendugaan terhadap keadaan
geologi yang sebenarnya.

3. Interpretasi data magnetik secara kuantitatif bertujuan untuk menentukan bentuk


atau model dan kedalaman benda anomali atau struktur geologi melalui pemodelan
matematis. Untuk melakukan interpretasi kuantitatif, ada beberapa cara dimana antara
satu dengan lainnya mungkin berbeda, tergantung dari bentuk anomali yang diperoleh,
sasaran yang dicapai dan ketelitian hasil pengukuran.
REFERENSI

[1] Mardiansyah, Dedi. 2013. Analisa Sifat Ferromagnetik Material Menggunakan


Metode Monte Carlo. Jurnal Ilmiah Edu Research Vol 2 No. 2.
[2] Panjatitan, Melda. 2015. Penerapan Metode Magnetik Dalam Menentukan Jenis
Batuan dan Mineral. Jurnal Riset Komputer (JURIKOM), Vol. 2 No.6.

[3] Santosa, Bagus Jaya, dkk. 2012. Interpretasi Metode Magnetik Untuk Penentuan
Struktur Bawah Permukaan di Sekitar Gunung Kelud Kabupaten Kediri.
Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya, Vol. 2 No. 1, Juni.
[4] Tampubolon, Togi, dkk. 2017. Identifikasi Anomali Magnetik Bawah Permukaan
Daerah Gunung Sinabung. Jurnal Hasil Penelitian Bindang Fisika, Vol. 5
No. 2.
[5] Umamii, Aufi Maslihah, dkk. 2017. Aplikasi Metode Magnetik Untuk Identifikasi
Sebaran Bijih Besi di Kabupaten Solok Sumatera Barat. Youngster Physics
Journal, Vol. 6 No. 4.

Anda mungkin juga menyukai