Anda di halaman 1dari 16

Volume 5 Nomer 1, Maret 2022

Geologi dan Karakteristik Geometri Lapisan Batubara di Daerah Bunati,


Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

Muhammad Faiq Hibatulloh1*, Bambang Kuncoro1, Agus Harjanto1


1
Program Studi Teknik Geologi, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Abstrak
Berdasarkan fakta di lapangan, lapisan batubara dapat dijumpai dalam sebaran yang tidak teratur, tidak
menerus, menebal dan menipis, terpisah dengan geometri yang bervariasi. Oleh karena itu, pemahaman
mengenai geometri lapisan batubara menjadi penting, karena geometri lapisan batubara berhubungan
langsung dengan sumberdaya dan cadangan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kondisi geologi,
karakteristik fisik dan geometri lapisan batubara di daerah penelitian. Metode penelitian yang dilakukan
mencakup studi pustaka, pemetaan geologi permukaan, profil singkapan, profile composite, pengamatan
dan pengukuran struktur geologi. Daerah penelitian berada di Formasi Dahor yang terdiri atas satuan
batupasir Dahor dan satuan batulempung Dahor. Pola struktur berarah tenggara-baratlaut, dijumpai
lapisan miring dengan kedudukan N185°-N242°E/3°-17° serta arah umum face cleat N280°-
N355°E/62°-89°. Kondisi geologi di daerah penelitian terdiri atas satuan batupasir Dahor dan satuan
batulempung Dahor. Kondisi geologi dan karakteristik geometri lapisan batubara di Satuan Batupasir
Dahor dan Satuan Batulempung Dahor adalah berbeda, sedangkan karakteristik fisik lapisan batubara
Satuan Batupasir Dahor dan Satuan Batulempung Dahor adalah sama kecuali pengotornya. Persamaan
dan perbedaan tersebut dipengaruhi oleh proses-proses geologi (syn-depositional dan post-depositional)
yang berlangsung.

Kata kunci: batubara; Bunati; Formasi Dahor; geologi; geometri; karakteristik.

Abstract
Based on the facts in the field, coal seams can be found in an irregular, discontinuous, thickened and
thinned distribution, separated with varying geometries. Therefore, an understanding of the geometry
of the coal seam is important, because the geometry of the coal seam is directly related to resources and
reserves. The objectives of the research are determining the geological conditions, physical
characteristics and geometry of the coal seam in the research area. The research method includes
literature study, mapping of surface geology, outcrop profile, composite profile, observation and
measurement of geological structure. The research area is in the Dahor Formation which consists of
Dahor sandstone units and Dahor claystone units. The structural pattern has a southeast-northwest
direction, an inclined layer is found with a position of N185°-N242°E/3°-17° and the general direction
of the face cleat is N280°-N355°E/62°-89°. The geological conditions in the study area consist of Dahor
sandstone units and Dahor claystone units. The geological conditions and the geometric characteristics
of the coal seam in the Dahor sandstone unit and the Dahor claystone unit are different, while the
physical characteristics of the coal seam in the Dahor sandstone unit and the Dahor claystone unit are
the same except for the impurities. These similarities and differences are influenced by geological
processes (syn-depositional and post-depositional) that take place.

Keywords: coal; Bunati; Dahor Formation; geology; geometry; characteristics.

*
) Korespondensi:
Diajukan : 16 Oktober 2021
Diterima : 3 Maret 2022
Diterbitkan : 20 April 2022
Jurnal Geosains dan Teknologi
Volume 5 no. 1, Maret 2022

PENDAHULUAN sebelumnya, dan kondisi lingkungan saat


Menurut Jeremic (1985) parameter geometri batubara terbentuk.
lapisan batubara yang layak untuk ditambang dan 2. Proses geologi yang berlangsung setelah
stabil lapisannya memperhitungkan ketebalan, lapisan batubara terbentuk (post-
kemiringan, pola kedudukan atau sebaran, dan depositional): adanya sesar, erosi oleh proses-
kemenerusan lapisan batubara. Kuncoro (2000) proses yang terjadi di permukaan, atau
menyebutkan bahwa berdasarkan fakta di terobosan batuan beku (intrusi).
lapangan, lapisan batubara dapat dijumpai dalam Oleh karena itu, pemahaman mengenai kedua
sebaran yang tidak teratur, tidak menerus, proses geologi tersebut juga menjadi penting
menebal dan menipis, terpisah dengan geometri guna menunjang interpretasi mengenai geometri
yang bervariasi. Geometri lapisan batubara lapisan batubara di daerah penelitian.
merupakan aspek dimensi atau ukuran dari suatu Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka
lapisan batubara yang meliputi parameter perlu dan penting untuk melakukan penelitian
ketebalan, kemiringan, kemenerusan, dengan judul Geologi dan Karakteristik Geometri
keteraturan, sebaran, bentuk, kondisi roof dan Lapisan Batubara di daerah Bunati, Kecamatan
floor, cleat, dan pelapukan. Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi
Kuncoro (2000) menjelaskan apabila kita Kalimantan Selatan.
ingin mencari endapan batubara yang memiliki Maksud penelitian ini adalah melakukan
cadangan ekonomis dan melibatkan parameter pengamatan secara detil mengenai kondisi
kualitas, kerekayasaan, ekonomi, lingkungan geologi dan karakteristik geometri lapisan
hidup, hukum, penambangan, dan batubara di daerah penelitian. Tujuan
pemanfaatannya, maka masalahnya akan menjadi dilakukannya penelitian geologi ini adalah untuk:
kompleks dan memerlukan kepakaran tersendiri. 1. Mengetahui kondisi geologi di daerah
Oleh karena itu, pemahaman mengenai geometri penelitian
lapisan batubara menjadi penting, karena 2. Mengetahui karakteristik fisik lapisan
geometri lapisan batubara berhubungan langsung batubara di daerah penelitian.
dengan sumberdaya dan cadangan. 3. Mengetahui karakteristik geometri lapisan
Menurut Kuncoro (2000), dijelaskan bahwa batubara di daerah penelitian.
geometri lapisan batubara berhubungan atau
dipengaruhi oleh faktor lingkungan pengendapan Ruang Lingkup dan Lokasi Penelitian
dan proses tektonik yang berlangsung. Kedua Daerah penelitian secara administratif berada di
faktor tersebut di atas dicerminkan oleh proses- Provinsi Kalimantan Selatan (Gambar 1). Secara
proses geologi, yaitu: geografis berdasarkan koordinat sistem Universal
1. Proses geologi yang berlangsung bersamaan Transfer Mercator (UTM) WGS84 zona 50S,
dengan pembentukan lapisan batubara (syn- dengan koordinat x max: 349270 m, x min:
depositional): perbedaan kecepatan 344770 m; y max: 9587770 m, y min: 9587770
sedimentasi dan bentuk morfologi dasar pada m.
cekungan, pola struktur yang sudah terbentuk

Gambar 1. Peta lokasi penelitian (Google Earth, 2021)

27
Jurnal Geosains dan Teknologi
Volume 5 no. 1, Maret 2022

METODOLOGI tenggara-baratlaut, dijumpai lapisan miring


Metode penelitian yang dilakukan berupa studi dengan kedudukan N185°-N242°E/3°-17° serta
pustaka, pemetaan geologi permukaan, profil arah umum face cleat N280°-N355°E/62°-89°.
singkapan, profile composite, pengamatan dan Geologi daerah penelitian dibangun berdasarkan
pengukuran struktur geologi, serta mengetahui kondisi geologi yang termasuk ke dalam Formasi
kondisi, karakteristik fisik dan geometri lapisan Dahor dan dapat dikelompokkan menjadi satuan
batubara di daerah penelitian. batupasir Dahor dan satuan batulempung Dahor.
Pemetaan geologi dilaksanakan dengan Inventarisasi data analisis interpretasi peta
mengunjungi sebanyak 127 titik singkapan (LP) topografi dan pengamatan di lapangan dalam
yang terdistribusi merata di daerah penelitian. penentuan pola pengaliran, pembagian
Observasi seam batubara sendiri dilakukan pada bentuklahan, serta pengamatan litologi dan
total 61 titik stasiun pengamatan, dengan 3 LP struktur geologi dapat dilihat pada Tabel 1.
berada di dalam area sedang ditambang dan 58 Secara umum, seam dari kedua satuan litologi
LP berada di area belum ditambang. Pada stasiun menunjukkan karakteristik fisik yang relatif
pengamatan tersebut, minimal terdapat singkapan sama, misalnya warna hitam-cokelat kehitaman,
dari salah satu dari 19 seam di daerah penelitian. hasil goresan berwarna cokelat, serta mudah
Karakteristik fisik lapisan batubara yang pecah dengan hasil pecahan yang uneven. Detail
diidentifikasi mencakup warna, gores, kilap, deskripsi karakteristik fisik dapat dilihat pada
kekerasan, pecahan, berat, dan pengotor, Tabel 2.
sedangkan identifikasi karakteristik geometri Jurus lapisan batubara yang termasuk ke
lapisan dilakukan berdasarkan data strike, dip, dalam Satuan Batupasir Dahor memiliki rentang
tebal, bentuk, sediment roof dan floor, cleat, dan antara N190oE hingga N240oE dengan
pelapukan kemiringan yang relatif landai (6o-13o). Bentuk
seam pada satuan ini melembar, kecuali pada
HASIL seam 18A yang terlihat membentuk splitting.
Geologi Daerah Penelitian Jarak antar cleat yang teramati relatif bervariasi,
Daerah penelitian berada di Formasi Dahor yang yaitu 0,5-14 cm, dengan bukaan antara 0,5-8mm.
terdiri atas satuan batupasir Dahor dan satuan Lapisan batubara yang berada pada interval
batulempung Dahor. Pola struktur berarah Satuan Batulempung Dahor secara umum juga

Tabel 1. Kondisi geologi daerah penelitian

28
Tabel 2. Karakteristik fisik lapisan batubara daerah penelitian
Volume 5 no. 1, Maret 2022
Jurnal Geosains dan Teknologi

29
Jurnal Geosains dan Teknologi
Volume 5 no. 1, Maret 2022

menunjukkan bentuk melembar tanpa ada seam perbedaan jarak antar bukitnya. Berdasarkan hal
yang mengalami splitting. Jurus lapisan batubara tersebut dapat diketahui bahwa jarak antar bukit
pada satuan ini berada pada rentang N200oE di satuan batupasir Dahor lebih renggang
hingga N242oE dengan kemiringan antara 4o-9o. dibandingkan di satuan batulempung Dahor,
Detail karakteristik geometri dari semua lapisan maka dari perbedaan tersebut dapat ditafsirkan
batubara dapat dilihat pada Tabel 3. daerah penelitian dikontrol oleh morfologi
berupa bentuklahan perbukitan bergelombang
PEMBAHASAN yang luas yang menunjukan bahwa proses
Geologi Daerah Penelitian pelapukan dan erosi dari angin atau air masih
Berdasarkan pola pengaliran sub-dendritik yang berlangsung hingga saat ini.
dominan di daerah penelitian menunjukkan Berdasarkan litologi yang berkembang di
adanya perbedaan tekstur pengaliran, tempat daerah penelitian menunjukkan pada kedua
mengalir dan bentuk lembah antara satuan satuan memiliki perbedaan variasi litologi. Di
batupasir Dahor dan satuan batulempung satuan batupasir Dahor menunjukkan variasi
Dahor, sehingga dapat diketahui bahwa: litologi yang lebih bervariasi dibandingkan di
1. Berdasarkan tekstur pengaliran yang satuan batulempung Dahor.
berkembang di daerah penelitian dapat Penentuan satuan batuan berdasarkan
diinterpretasi pada kedua satuan batuan kesatuan ciri litologi yang dominan yang
disusun oleh batuan berbutir halus-sedang diketahui berdasarkan pengamatan singkapan
dengan tingkat erosi yang relatif tinggi, dan tiga lintasan stratigrafi terukur yang
namun berdasarkan dominasi jarak antar memotong perlapisan dari tua ke muda. Daerah
sungai orde 1 menunjukkan di satuan penelitian dapat dikelompokkan dalam dua
batupasir Dahor memiliki jarak yang lebih satuan batuan, yaitu satuan batupasir Dahor dan
renggang dibandingkan satuan batulempung satuan batulempung Dahor.
Dahor, maka dapat ditafsirkan di satuan Berdasarkan analisis struktur geologi daerah
batupasir Dahor disusun oleh batuan yang penelitian menunjukkan adanya perbedaan antara
berbutir lebih kasar dibandingkan di satuan satuan batupasir Dahor dan satuan batulempung
batulempung Dahor. Dahor. Berdasarkan hal tersebut dapat ditafsirkan
2. Berdasarkan tempat mengalirnya dapat daerah penelitian dikontrol oleh struktur geologi
ditentukan bahwa di satuan batupasir Dahor berupa kemiringan lapisan batuan dan cleat.
kecenderungannya mengalir di atas batuan
dasar dan tersusun oleh batuan yang Karakteristik Fisik Lapisan Batubara Daerah
memiliki resistensi lemah-tinggi, sedangkan Penelitian
di satuan batulempung Dahor Warna Lapisan Batubara
kecenderungannya mengalir di atas endapan Menurut Bouska (1981) warna batubara dapat
alluvial dan tersusun oleh batuan yang dijadikan sebagai dasar untuk mengindikasikan
memiliki resistensi lemah. derajat coalification (tahap pembatubaraan). Di
3. Berdasarkan bentuk lembah yang daerah penelitian, diketahui bahwa kisaran warna
berkembang di daerah penelitian dapat lapisan batubara adalah hitam sampai cokelat
ditentukan bahwa di satuan batupasir Dahor kehitaman. Pada kedua satuan menunjukkan
secara stratigrafi terdiri atas lembah yang kecenderungan warna lapisan batubara yaitu
disusun oleh batuan sedimen berbutir halus- hitam kecokelatan (Gambar 2.a) dan setempat
sedang, sedangkan di satuan batulempung menunjukkan warna hitam (Gambar 2.b), dan
Dahor secara stratigrafi terdiri atas lembah cokelat kehitaman (Gambar 2.c).
yang disusun oleh batuan sedimen berbutir
halus. Gores Lapisan Batubara
Gores menggambarkan warna dari maseral dalam
Berdasarkan analisis interpretasi peta wujud serbuk (Bouska, 1981). Gores batubara
topografi dan pengamatan di lapangan dalam merupakan parameter kualitatif terhadap derajat
pembagian bentuklahan berdasarkan aspek- coalification. Semakin hitam gores, maka
aspek geomorfologi, menunjukkan satuan semakin tinggi derajat batubara atau coal rank. Di
bentuklahan perbukitan bergelombang yang daerah penelitian, diketahui bahwa kisaran, rata-
dominan di daerah penelitian namun terdapat rata, dan modus warna gores lapisan batubara

30
Tabel 3. Karakteristik geometri lapisan batubara daerah penelitian
Volume 5 no. 1, Maret 2022
Jurnal Geosains dan Teknologi

31
Jurnal Geosains dan Teknologi
Volume 5 no. 1, Maret 2022

Gambar 2. Kenampakan lapisan batubara (a) di satuan Batupasir Dahor LP 2; (b) di satuan Batupasir Dahor LP
16; dan (c) di satuan Batulempung Dahor LP 111.

pembatubaraan). Menurut Moore dan Ferm


(1992) tingkat preservasi (pengawetan) dari
komponen tumbuhan dalam batubara
menyebabkan perbedaan kilap. Semakin tinggi
tingkat preservasi komponen tumbuhan maka
kilap semakin cemerlang (bright), sebaliknya
semakin rendah tingkat preservasi komponen
tumbuhan maka menghasilkan kilap kusam
(dull). Secara keseluruhan kilap lapisan batubara
di daerah penelitian adalah kusam (Gambar 3).
Gambar 3. Kenampakan kilap lapisan batubara
kusam (LP 111).
Kekerasan Lapisan Batubara
adalah dominan cokelat. Secara keseluruhan, Menurut Bouska (1981) kekerasan lapisan
warna gores lapisan batubara di daerah penelitian batubara mengindikasikan derajat coalification
menunjukkan gores cokelat (Gambar 3.a). (tahap pembatubaraan). Tingkat kekerasan
batubara meningkat perlahan seiring dengan
Kilap Lapisan Batubara kemajuan derajat coalification. Di daerah
Menurut Bouska (1981) kilap lapisan batubara penelitian, diketahui bahwa kisaran kekerasan
mengindikasikan derajat coalification (tahap lapisan batubara adalah mudah pecah (dipukul

32
Jurnal Geosains dan Teknologi
Volume 5 no. 1, Maret 2022

sekali pecah)-keras (dipukul 4-6x pecah). Pada


kedua satuan menunjukkan kecenderungan
kekerasan lapisan batubara yaitu mudah pecah
(dipukul sekali pecah).

Pecahan Lapisan Batubara


Menurut Bouska (1981) pecahan lapisan batubara Gambar 4. Kenampakan pecahan lapisan batubara (a)
mengindikasikan derajat coalification (tahap uneven dari satuan Batulempung Dahor di LP 23 dan
(b) blocky dari satuan Batupasir Dahor LP 1.
pembatubaraan). Di daerah penelitian, diketahui
bahwa kisaran pecahan lapisan batubara adalah
Di satuan batupasir Dahor pengotor lapisan
uneven-blocky. Pada kedua satuan menunjukkan
batubara terdiri atas amber, clayband, dan pirit
kecenderungan pecahan lapisan batubara yaitu
(Gambar 5.a dan b), sedangkan di satuan
uneven (Gambar 4.a) dan setempat memiliki
batulempung Dahor pengotor lapisan batubara
pecahan lapisan batubara blocky (Gambar 4.b).
terdiri atas amber, clayband, pirit, dan belerang
(sulfur) (Gambar 5.c, d dan e).
Berat Lapisan Batubara
Keberadaan amber pada batubara merupakan
Berat lapisan batubara berkaitan dengan
hasil konsentrasi saat degradasi jaringan dinding
kandungan yang ada di dalamnya yaitu pengotor
sel tumbuhan yang berlangsung intensif (Brady,
dan kandungan air (moisture). Pengotor dalam
1984 dalam Moore dan Ferm, 1992). Menurut
lapisan batubara yang dapat mempengaruhi
Bouska (1981) amber akan bertahan terhadap
beratnya dapat berupa lempung. Moisture
proses dekomposisi dalam tahap pertama
merupakan kandungan air atau kelembaban yang
coalification. Amber akan menghilang pada
ada dalam batubara. Semakin berat suatu lapisan
tahap coalification selanjutnya akibat reaksi
batubara maka semakin banyak kandungan air
kimia yang mengubah molekul-molekul kecil
atau kelembaban yang ada dalam lapisan
menjadi polimer besar (proses polimerisasi),
batubara tersebut. Di daerah penelitian, diketahui
sehingga adanya amber mengindikasikan
bahwa kisaran berat relatif lapisan batubara
batubara berderajat rendah. Berdasarkan
adalah agak berat-berat. Pada kedua satuan
klasifikasi Stach (1982), amber termasuk material
menunjukkan kecenderungan berat relatif lapisan
organik yang berasal dari tanaman asli.
batubara pada yaitu agak berat dan setempat
Mineral lempung dalam hal ini clayband hadir
memiliki berat relatif lapisan batubara yaitu berat.
dalam batubara karena terbawa oleh media air
selama proses akumulasi. Mineral ini terbentuk
Pengotor Lapisan Batubara
seiring dengan proses pembatubaraan, dari proses
Pengotor lapisan batubara dapat berupa material
penggambutan hingga proses pembatubaraan
anorganik. Menurut Stach dkk., (1982), material
sebagai pengisi rekahan dalam batubara.
anorganik dapat diklasifikasikan menjadi tiga
Berdasarkan pengklasifikasi Stach (1982)
kelompok berdasarkan asalnya: (1) mineral dari
mineral lempung terbentuk pada tahap pertama
tanaman asli; (2) mineral yang terbentuk pada
proses pembatubaraan atau mineral yang terbawa
tahap pertama proses pembatubaraan atau
oleh media air dan angin ke dalam akumulasi
mineral yang terbawa oleh media air dan angin ke
gambut selama proses pembatubaraan.
dalam akumulasi gambut selama proses
Kehadiran belerang (sulfur) pada cleat dapat
pembatubaraan; dan (3) mineral yang terbentuk
dipengaruhi oleh proses-proses geologi yang
pada tahap kedua proses pembatubaraan, setelah
berlangsung bersamaan maupun setelah
konsolidasi, reaksi larutan yang masuk ke dalam
pembentukan batubara. Keberadaan mineral pirit
cracks, fissures, cavities, atau akibat alterasi
merupakan salah satu mineral yang memberikan
mineral lainnya. Mineral yang umum dijumpai
kontribusi cukup besar terhadap kandungan
adalah mineral lempung, sulfida, dan oksida.
sulfur di dalam batubara. Pirit yang dijumpai di
Di daerah penelitian, diketahui bahwa kisaran
daerah penelitian hadir tersebar sebagai butiran-
pengotor batubara yaitu terdiri atas amber,
butiran kecil kristal euhedral sampai anhedral
clayband, pirit, belerang (sulfur), hingga tidak
yang berkelompok atau membentuk lapisan yang
dijumpainya pengotor, rata-rata pengotor
mengisi permukaan cleat batubara. Berdasarkan
batubara terdiri atas amber dan clayband, dan
genesanya termasuk jenis pirit epigenetik yang
modusnya adalah dominan amber dan clayband.

33
Jurnal Geosains dan Teknologi
Volume 5 no. 1, Maret 2022

Gambar 5. Kenampakan pengotor lapisan batubara berupa (a) amber di satuan batupasir Dahor, LP 2; (b) clayband
dan pirit di satuan batupasir Dahor, LP 2; (c) amber di satuan batulempung Dahor, LP 111; (d) clayband dan
belerang (sulfur) di satuan batulempung Dahor, LP 110; dan (e) pirit di satuan batulempung Dahor, LP 100.

terbentuk setelah atau saat terjadi pembatubaraan yang selanjutnya berubah menjadi batubara muda
(Gluskoster, 1970; Horne, 1978; Cook, 1999 (lignite) atau disebut pula batubara coklat (brown
dalam Kuncoro 2012). Berdasarkan coal). Batubara muda adalah batubara dengan
pengklasifikasi Stach (1982) mineral pirit jenis maturitas organik rendah.
termasuk material organik yang yang terbentuk Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan
pada tahap kedua proses pembatubaraan, setelah yang terus menerus selama jutaan tahun, maka
konsolidasi, reaksi larutan yang masuk ke dalam batubara muda akan mengalami perubahan yang
rekahan, atau akibat alterasi mineral lainnya. secara bertahap menambah maturitas organiknya
Berdasarkan karakteristik fisik tersebut di atas, dan mengubah batubara muda menjadi batubara
maka dapat diketahui bahwa karakteristik sub-bituminus (sub-bituminous). Perubahan
karakteristik fisik lapisan batubara satuan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga
batupasir Dahor dan satuan batulempung Dahor batubara menjadi lebih keras dan warnanya lebih
adalah sama kecuali pengotornya. hitam sehingga membentuk bituminus
Di kedua satuan batubara tergolong berderajat (bituminous) atau antrasit (anthracite). Dalam
rendah dengan memiliki karakteristik fisik warna kondisi yang tepat, peningkatan maturitas
hitam kecokelatan, gores cokelat, kilap kusam, organik yang semakin tinggi terus berlangsung
kekerasan yang mudah pecah (dipukul sekali hingga membentuk antrasit.
pecah), pecahan uneven, dan berat yang agak Dalam proses pembatubaraan, maturitas
berat. Di satuan batupasir Dahor pengotor organik sebenarnya menggambarkan perubahan
lapisan batubara terdiri atas amber, clayband, dan konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk
pirit, sedangkan di satuan batulempung Dahor batubara. Semakin tinggi peringkat batubara,
terdiri atas amber, clayband, pirit, dan belerang maka kadar karbon akan meningkat, sedangkan
(sulfur). hidrogen dan oksigen akan berkurang. Karena
Karakteristik lapisan batubara dipengaruhi tingkat pembatubaraan secara umum dapat
oleh tingkat derajat batubara. Tahap diasosiasikan dengan derajat batubara, maka
pembatubaraan (coalification) merupakan batubara dengan tingkat pembatubaraan rendah
gabungan proses biologi, kimia, dan fisika yang disebut pula batubara berderajat rendah seperti
terjadi karena pengaruh pembebanan dari lignit dan sub-bituminus biasanya berwarna
sedimen yang menutupinya, temperatur, tekanan, kusam seperti tanah, warna gores kuning hingga
dan waktu terhadap komponen organik dari kecokelatan, kilap berwarna kusam, lebih lembut
gambut (Stach, 1982). Pada tahap ini presentase dengan materi yang rapuh, pecahan yang tidak
karbon akan meningkat, sedangkan presentase beraturan atau uneven, memiliki tingkat
hidrogen dan oksigen akan berkurang (Fischer, kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar
1927 dalam Susilawati 1992). Proses ini akan karbon yang rendah, sehingga kandungan
menghasilkan batubara dalam berbagai tingkat energinya juga rendah. Semakin tinggi derajat
kematangan material organiknya mulai dari batubara, umumnya warnanya akan semakin
lignit, sub-bituminus, bituminus, semi-antrasit, hitam, warna gores yang semakin menghitam
antrasit, hingga meta-antrasit. pula, kilap yang semakin cemerlang, akan
Ada tiga faktor yang mempengaruhi tingkat semakin keras dan kompak, pecahan blocky
derajat batubara yaitu: suhu, tekanan serta lama hingga choncoidal serta. Selain itu,
waktu pembentukan, yang disebut sebagai kelembabannya pun akan berkurang, sedangkan
kematangan (maturitas) organik. Proses awalnya, kadar karbonnya akan meningkat, sehingga
endapan tumbuhan berubah menjadi gambut/peat kandungan energinya juga semakin besar.

34
Jurnal Geosains dan Teknologi
Volume 5 no. 1, Maret 2022

Karakteristik Geometri Lapisan Batubara berhubungan dengan proses pengendapan yang


Daerah Penelitian ada di daerah penelitian. Proses pengendapan
Ketebalan Lapisan Batubara tersebut yaitu syn-depositional dan post-
Ketebalan lapisan batubara adalah unsur penting depositional. Proses pengendapan tersebut
yang langsung berhubungan dengan perhitungan menjadi faktor pengendali tebal lapisan batubara
cadangan, perencanaan produksi, sistem di daerah penelitian.
penambangan, dan umur tambang. Di daerah Faktor pengendali ketebalan lapisan batubara
penelitian, diketahui bahwa kisaran ketebalan di daerah penelitian yaitu faktor splitting
lapisan batubara berkisar antara 0,12-2,93 m. Di (Gambar 7.a) yang termasuk dalam proses syn-
satuan batupasir Dahor menunjukkan ketebalan depositional, dan faktor erosi (Gambar 7.b) yang
lapisan batubara berkisar 0,12-1,98 m, sedangkan termasuk dalam proses post-depositional.
di satuan batulempung Dahor menunjukkan Splitting tersebut diinterpretasikan terjadi karena
ketebalan lapisan batubara berkisar 0,1-2,93 m. proses pengendapan batubara yang diikuti dengan
Ketebalan lapisan batubara lebih dari 1 m gangguan berupa banjir dan menerobos tanggul
menunjukkan kecenderungan berada di satuan alam (levee) dengan mekanisme yang berbeda
batupasir Dahor bagian atas (Gambar 6.a) dan sehingga menghasilkan endapan dengan ukuran
satuan batulempung Dahor bagian bawah butir yang lebih kasar. Ukuran butir yang lebih
(Gambar 6.b), sedangkan ketebalan lapisan kasar mengindikasikan kecepatan arus yang lebih
batubara kurang dari 1 m menunjukkan besar dan menghasilkan endapan channel.
kecenderungan berada di satuan batupasir Dahor Endapan channel di daerah penelitian dicirikan
bagian bawah dan satuan batulempung Dahor oleh batupasir berbutir kasar-halus yang memiliki
bagian atas. Berdasarkan hal tersebut ketebalan struktur perlapisan silang siur, perlapisan dan
lapisan batubara di daerah penelitian laminasi, batulanau dan batulempung yang

Gambar 6. Kenampakan ketebalan lapisan batubara (a) di satuan Batupasir Dahor bagian atas, LP 1 dan (b) di
satuan Batulempung Dahor bagian bawah, LP 111.

Gambar 7. Kenampakan fenomena (a) splitting di satuan batupasir Dahor, LP 1 dan (b) penipisan di satuan
batulempung Dahor, LP 100.

35
Jurnal Geosains dan Teknologi
Volume 5 no. 1, Maret 2022

memperlihatkan pola menghalus ke atas. apakah dikendalikan oleh struktur lipatan


Berdasarkan pengamatan setempat di daerah (antiklin, sinklin, menunjam), homoklin, struktur
penelitan kemenerusan lapisan batubara tersebut sesar dengan pola tertentu atau dengan
mengikuti kemiringan lapisan perlahan menipis pensesaran kuat. Menurut Jeremic (1985)
dikarenakan proses erosi pada saat pengendapan kedudukan lapisan batubara atau sebarannya ada
batuan yang ada di atasnya. yang teratur dan tidak teratur. Pola sebaran
lapisan batubara didapat dari data permukaan
Kemiringan Lapisan Batubara berupa data kedudukan lapisan batuan maupun
Besarnya kemiringan lapisan batubara batubara yang kemudian dilakukan penarikan
berpengaruh terhadap perhitungan cadangan cropline menggunakan metode kontrol struktur
ekonomis, nisbah pengupasan, dan sistem (KS) dengan memperhatikan bentukan morfologi
penambangan. Berdasarkan peta lintasan dan peta (hukum V). Pola sebaran lapisan batubara di
geologi daerah penelitian penelitian, diketahui daerah penelitian termasuk ke dalam kategori
bahwa kisaran ketebalan lapisan batubara teratur karena tidak ditemukannya struktur
berkisar antara 3°-16°. Di satuan batupasir Dahor geologi berupa lipatan ataupun sesar yang dapat
(Gambar 8.b) menunjukkan kecenderungan mempengaruhi pola sebaran lapisan batubara di
kemiringan lapisan batubara berkisar 3°-16° daerah penelitian (Jeremic, 1985). Pola sebaran
(>>7°-9°), sedangkan di satuan batulempung dan kemenerusan lapisan batubara di daerah
Dahor (Gambar 8.a) menunjukkan penelitian searah dengan jurus perlapisan yaitu
kecenderungan kemiringan lapisan batubara timurlaut-baratdaya (Gambar 9).
berkisar 4°-9° (>>5°-6°). Kemiringan lapisan
batubara daerah penelitian termasuk dalam Kemenerusan Lapisan Batubara
kategori lapisan landai karena memiliki Berdasarkan data kemenerusan tersebut didukung
kemiringan kurang dari 25o (Jeremic, 1985). Pola dengan data kemiringan lapisan batubara
kedudukan lapisan batubara di daerah penelitian dilakukan analisis sehingga diperoleh
secara umum dipengaruhi oleh proses-proses karakteristik pola sebaran dan kemenerusan
geologi yang berlangsung setelah proses lapisan batubara (Gambar 9), kisaran
pengendapan batubara. Berdasarkan hal tersebut kemenerusan lapisan batubara berkisar antara
diinterpretasikan bahwa struktur geologi di N190°E-N250°E. Di satuan batupasir Dahor
daerah penelitian bekerja setelah proses menunjukkan kecenderungan kemenerusan
pengendapan batubara itu selesai terlihat dalam lapisan batubara berkisar antara N190°E-N250°E
singkapan batubara yang tersingkap di lapangan (>>N200°E-N205°E), sedangkan di satuan
memiliki kemiringan atau telah mengalami batulempung Dahor menunjukkan
deformasi batuan akibat gaya tektonik. kecenderungan kemenerusan lapisan batubara
berkisar antara N200°E-N242°E (>>N220°E-
Pola Sebaran Lapisan Batubara N240°E). Faktor pengendali kemenerusan
Pola sebaran lapisan batubara akan berpengaruh lapisan batubara perlu diketahui. Berdasarkan
pada penentuan batas perhitungan cadangan dan kondisi saat di lapangan bahwa kemenerusan
pembagian blok penambangan. Oleh karena itu, lapisan batubara di daerah penelitian terpotong
faktor pengendalinya harus diketahui, yaitu oleh topografi, dan tertutup endapan aluvial.

Gambar 8. Kenampakan kemiringan lapisan batubara (a) di satuan Batulempung Dahor, LP 111 dan (b) di satuan
Batupasir Dahor di LP 97.

36
Jurnal Geosains dan Teknologi
Volume 5 no. 1, Maret 2022

Gambar 9. Pola sebaran dan kemenerusan lapisan batubara daerah penelitian.

Kejadian yang mempengaruhi kemenerusan N190°E-N250°E (>>N200°E-N205°E)/3-


lapisan batubara yang ada di daerah penelitian ini 16(>>7-9), sedangkan di satuan batulempung
dipengaruhi oleh erosi permukaan. Pola menerus Dahor menunjukkan kecenderungan pola
dan tidak menerusnya lapisan batubara yang ada kedudukan lapisan batubara berkisar antara
di daerah penelitian dipengaruhi oleh proses- N200°E-N242°E (>>N220°E-N240°E)/4-9(>>5-
proses yang berlangsung saat proses 6). Pola lapisan batubara di daerah penelitian di
pengendapan berlangsung (syn-depositional) permukaan (crop line) menunjukkan pola teratur
maupun setelah proses pengendapan berlangsung yaitu garis reatif menerus, melengkung/meliuk
(post-depositional). Lapisan batubara yang ada di pada elevasi yang hampir sama (Kuncoro, 2000).
daerah penelitian memiliki pola kemenerusan
searah dengan jurus perlapisan yaitu timurlaut- Bentuk Lapisan Batubara
baratdaya (Gambar 9). Bentuk lapisan batubara adalah perbandingan
antara tebal lapisan batubara dan
Keteraturan Lapisan Batubara kemenerusannya. Kategori bentuk lapisan
Keteraturan lapisan batubara ditentukan oleh pola batubara yaitu: melembar, membaji, melensa, dan
kedudukan lapisan batubara, yaitu jurus dan bongkah. Bentuk melembar merupakan bentuk
kemiringan (Tabel 5). Keteraturan lapisan yang umum dijumpai, oleh karena itu selain
batubara ditentukan oleh pola kedudukan lapisan bentuk melembar, maka perlu dijelaskan faktor-
batubara, yaitu jurus dan kemiringan (Tabel 5). faktor pengendalinya. Di daerah penelitian,
Kisaran pola kedudukan lapisan batubara berkisar diketahui bahwa kisaran bentuk lapisan batubara
antara N190°E-N250°E/3°-16°. Di satuan melembar (Gambar 8.b) hingga setempat ter-
batupasir Dahor menunjukkan kecenderungan splitting yang berada di satuan batupasir Dahor
pola kedudukan lapisan batubara berkisar antara (Gambar 7.a) dan menebal-menipis yang berada

37
Jurnal Geosains dan Teknologi
Volume 5 no. 1, Maret 2022

di satuan Batulempung Dahor (Gambar 14.c). Cleat


Secara keseluruhan bentuk lapisan batubara di Laubach (1998) menjelaskan bahwa cleat adalah
daerah penelitian menunjukkan bentuk lapisan rekahan terbuka alami di lapisan batubara,
melembar. Bentuk lapisan batubara di daerah sedangkan menurut Thomas (2013) cleat
penelitian secara keseluruhan menunjukkan merupakan bukaan yang terjadi dalam dua set
bentuk lapisan melembar yang merupakan bentuk yang umumnya saling tegak lurus antar bidang
yang umum dijumpai dan secara setempat dan juga tegak lurus terhadap perlapisan. Cleat
dijumpai fenomena lapisan batubara berupa adalah kekar di dalam lapisan batubara,
splitting di satuan batupasir Dahor dan penipisan umumnya menunjukkan pola cleat. Hal ini
di satuan batulempung Dahor. Sama halnya ditunjukkan oleh serangkaian retakan yang
dengan ketebalan lapisan batubara di daerah sejajar, biasanya berorientasi tegak lurus
penelitian, bentuk lapisan batubara juga perlapisan. Satu rangkaian retakan disebut “face
berhubungan dengan proses pengendapan yang cleat”, biasanya dominan dengan bidang individu
ada di daerah penelitian. Proses pengendapan yang lurus dan kokoh sepanjang beberapa meter.
tersebut yaitu syn-depositional dan post- Di daerah penelitian, kisaran lebar bukaan cleat
depositional. Proses pengendapan tersebut berkisar antara 0,5-8 mm dan terdapat lokasi yang
menjadi faktor pengendali juga terhadap bentuk tidak berkembang cleat-nya, jarak antar cleat
lapisan batubara di daerah penelitian. berkisar antara 0,5-14 dan terdapat lokasi yang
tidak berkembang cleat-nya, kedudukan face
Roof dan Floor cleat berkisar antara N280°-N355°E/62°-89°,
Kondisi sediment roof dan floor, meliputi jenis orientasi jurus cleat berkisar antara N280°-
batuannya, kekerasan, jenis kontak, kandungan N355°E.
karbonannya, bahkan sampai tingkat
kerekatannya dalam kondisi kering maupun Di satuan batupasir Dahor yang diambil di daerah
basah. Di daerah penelitian, diketahui bahwa sudah ditambang menunjukkan kecenderungan
kisaran sediment roof dan floor lapisan batubara lebar bukaan cleat berkisar antara 0,5-5 mm
berupa batulempung karbonan sampai batupasir (>>2-5 mm) dan jarak antar cleat berkisar 0,5-14
karbonan. Di satuan batupasir Dahor cm (>>3-4 cm), kedudukan face cleat berkisar
menunjukkan kecenderungan sediment roof antara N282°-N352°E/67°-89°, orientasi jurus
lapisan batubara berupa batupasir karbonan dan cleat berkisar antara N282°-N352°E, dengan
sediment floor-nya berupa batulempung memberikan kenampakan yang kurang
karbonan, serta setempat menunjukkan sediment terfragmenkan, sedangkan di satuan batupasir
roof dan floor lapisan batubara berupa batupasir Dahor yang diambil di daerah belum ditambang
karbonan dan batulempung karbonan (Gambar menunjukkan kecenderungan lebar bukaan cleat
10.a, b, dan c), sedangkan di satuan Batulempung berkisar antara 0,5-8 mm (>>1-5 mm) dan jarak
Dahor menunjukkan kecenderungan sediment antar cleat berkisar 0,5-10 cm (>>2-3 cm),
roof dan floor lapisan batubara berupa kedudukan face cleat berkisar antara N315°-
batulempung karbonan (Gambar 10.d). Kondisi N355°E/62°-89°, orientasi jurus cleat berkisar
sediment roof dan floor daerah penelitian secara antara N315°-N355°E, dengan memberikan
umum memiliki kekerasan yang keras hingga kenampakan yang terfragmenkan (Gambar 11.a).
lunak dan tingkat kerekatan yang lengket hingga Di satuan batulempung Dahor yang diambil di
tidak lengket dalam kondisi kering maupun basah daerah belum ditambang kecenderungan lebar
serta jenis kontak batubara dengan sediment roof bukaan cleat berkisar antara 0,5-5 mm (>>0,5-3
yang dijumpai berupa kontak yang berangsur mm) dan jarak antar cleat berkisar antara 0,5-12
kandungan karbonannya. Kontak batubara cm (>>2), kedudukan face cleat berkisar antara
dengan sediment roof merupakan fungsi dari N280°-N310°E/73°-89°, orientasi jurus cleat
proses pengendapannya. Pada proses berkisar antara N280°-N310°E, dengan
pengendapan yang berlangsung secara lambat memberikan kenampakan yang kurang
diperlihatkan oleh kontak yang berangsur terfragmenkan (Gambar 11.b).
kandungan karbonannya, sebaliknya pada kontak Lebar bukaan cleat telah dipengaruhi oleh
yang tegas menunjukkan proses pengendapan peledakan, benturan alat berat saat penggalian,
berlangsung secara tiba-tiba. dibukanya lapisan penutup oleh kegiatan
pengupasan lapisan penutup, atau akibat proses

38
Jurnal Geosains dan Teknologi
Volume 5 no. 1, Maret 2022

Gambar 10. Kenampakan sediment roof lapisan batubara berupa (a) batupasir karbonan dan sediment floor-nya
berupa batulempung karbonan, LP 43; (b) batupasir karbonan, LP 40; (c) batulempung karbonan, LP 1 di satuan
batupasir Dahor; dan (d) batulempung karbonan, LP 110 di satuan batulempung Dahor.

Gambar 11. Kenampakan cleat dan pelapukan pada lapisan batubara (a) di satuan batupasir Dahor yang diambil
di daerah sudah ditambang, LP 1 dan (b) di satuan batulempung Dahor yang diambil di daerah belum ditambang,
LP 111

39
Jurnal Geosains dan Teknologi
Volume 5 no. 1, Maret 2022

pelapukan pada lapisan batubara yang telah Kisaran mineral pengisi cleat yaitu berupa
tersingkap. Akibat semua itu, cenderung lempung hingga tidak dijumpainya mineral
membuat bidang cleat menjadi semakin terbuka. pengisi cleat, rata-rata mineral pengisi cleat yaitu
Lebar bukaan cleat yang dapat diamati secara lempung dengan modusnya dominan lempung.
kasat mata perlu menggunakan kaca pembesar, Di satuan batupasir Dahor dijumpai mineral
karena hampir tidak terlihat mata. Menurut pengisi cleat berupa lempung, sedangkan di
Laubach et al. (1998), umumnya lebar bukaan satuan batulempung Dahor dijumpai mineral
cleat kurang dari 0,1 mm, meskipun kadang hadir pengisi cleat berupa lempung dan belerang
mineral-mineral diagenetik yang mengisi rekahan (sulfur). Kehadiran mineral lempung dalam
cleat dan dapat mencapai 0,5 cm. Menurut batubara karena terbawa oleh media air selama
(Gamson, 1993 dalam Laubach et al., 1998), lebar proses akumulasi. Mineral ini terbentuk seiring
bukaan cleat in situ berkisar 0,001-20 mm. dengan proses pembatubaraan, dari proses
Jarak antar bidang cleat dipengaruhi oleh penggambutan hingga proses pembatubaraan
faktor-faktor seperti derajat batubara, komposisi sebagai pengisi cleat dalam batubara. Kehadiran
batubara, tebal lapisan batubara, mineral pengisi, belerang (sulfur) pada cleat dapat dipengaruhi
derajat deformasi tektonik dan kompaksi, serta oleh proses-sproses geologi yang berlangsung
umur batubara. Sejumlah peneliti telah bersamaan maupun setelah pembentukan
mengamati variasi jarak cleat yang berkait batubara.
dengan derajat batubara, yaitu mulai dari lignit
sampai batubara bituminus bervolatil menengah Pelapukan
dan batubara antrasit, hasilnya masing-masing Tingkat pelapukan batubara penting ditentukan
batubara akan membentuk suatu sebaran jarak karena berhubungan dengan dimensi lapisan
cleat tertentu (Laubach et al., 1998). batubara, kualitas, perhitungan cadangan, dan
Berdasarkan Jeremic (1985) dalam Kuncoro penambangannya. Oleh karena itu karakteristik
(2012), jenis cleat di satuan batupasir Dahor pelapukan dan batas pelapukan harus ditentukan.
merupakan jenis induced cleat. Induced cleat Pada batubara lapuk selain harus ditentukan
bersifat lokal akibat proses penambangan dengan batasnya dengan batubara segar, juga
adanya perpindahan beban kedalam struktur berpengaruh pada pengukuran tebalnya. Di
tambang. Frekuensi induced cleat tergantung daerah penelitian, diketahui bahwa kisaran
pada tata letak tambang dan macam teknologi kondisi pelapukan lapisan batubara adalah agak
penambangan yang digunakan. Di satuan lapuk hingga lapuk. Pada kedua satuan
batulempung Dahor jenis cleat yang berkembang menunjukkan kecenderungan kondisi pelapukan
merupakan jenis endogenous cleat. Endogenous lapisan batubara yaitu agak. Tingkat pelapukan
cleat dibentuk oleh gaya internal akibat batubara penting ditentukan karena berhubungan
pengeringan atau penyusutan material organik. dengan dimensi lapisan batubara, kualitas,
Umumnya tegak lurus bidang perlapisan perhitungan cadangan, dan penambangan.
sehingga bidang kekar cenderung membagi
lapisan batubara menjadi fragmen-fragmen tipis KESIMPULAN
yang tabular. Perbedaan karakteristik geometri Berdasarkan pembahasan mengenai geologi dan
cleat dan derajat fragmentasi batubara di satuan karakteristik geometri lapisan batubara di daerah
batupasir Dahor dan satuan batulempung Dahor, Bunati, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah
menunjukkan hubungan genetik antara Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan, maka
karakteristik geometri cleat dan faktor dapat disimpulkan bahwa kondisi geologi di
pengendalinya. Karakteristik geometri cleat di daerah penelitian terdiri atas satuan batupasir
satuan batupasir Dahor dan satuan batulempung Dahor dan satuan batulempung Dahor. Kondisi
Dahor adalah berbeda. Hal ini dapat dijelaskan geologi dan karakteristik geometri lapisan
karena adanya perbedaan proses-proses geologi batubara di Satuan Batupasir Dahor dan Satuan
yang berlangsung setelah pembentukan awal Batulempung Dahor adalah berbeda, sedangkan
cleat, yaitu perbedaan aktivitas pertambangan. karakteristik fisik lapisan batubara keduanya
Lapisan batubara di satuan batupasir Dahor telah adalah sama kecuali pengotornya. Persamaan dan
dipengaruhi oleh aktivitas pertambangan, perbedaan tersebut dipengaruhi oleh proses-
sedangkan di satuan batulempung Dahor tidak proses geologi (syn-depositional dan post-
dipengaruhi oleh aktivitas pertambangan. depositional) yang berlangsung.

40
Jurnal Geosains dan Teknologi
Volume 5 no. 1, Maret 2022

DAFTAR PUSTAKA Geology, 35(1-4), 175–207. DOI:


Bouska, V., 1981. Coal Science and Technology: doi.org/10.1016/S0166-5162(97)00012-8
Geochemistry of Coal. Prague: Elsevier. Moore, T. dan Ferm, J., 1992. Composition and
Horne J.C., Perm, J.C., Caruccio, F.T., Baganz, Grain Size of An Eocene Coal Bed in
B.P., 1978. Depositional Karakteristiks in Southeartern Kalimantan, Indonesia.
Coal Exploration and Mining Planning in International Journal of Coal Geology, 21(1-
Appalachian Region. American Associaton of 2), 1-30. DOI: https://doi.org/10.1016/0166-
Petroleum Geologist Bulletin, 62(12), 2379- 5162(92)90033-S
2411. Rustandi, E., Nila, E.S., Sanyoto, P., Margono,
Howard, J., 2017. Anthropogenic Soils. Springer- U., 1995. Peta Geologi Lembar Kotabaru,
International Publishing, 29-31. Kalimantan Selatan, Skala 1:250.000.
Jeremic, M.L., 1985. Strata Mechanics in Coal Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Mining. Rotterdam: A.A. Balkema. Geologi.
Kuncoro, B., 2000. Geometri Lapisan Batubara. Stach, E., Mackowsky, M-Th., Teichmüller, M.,
Yogyakarta: UPN “Veteran” Yogyakarta. Taylor, G.H., Chandra, D., Teichmüller, R.,
Kuncoro, B., 2012. Cleat Pada Lapisan Batubara 1982. Stach’s Textbook of Coal Petrology.
dan Aplikasinya didalam Industri Berlin-Stuttgart: Gebrüder Borntraeger.
Pertambangan. Prosiding Simposium dan Susilawati, 1992. Proses Pembentukan Batubara.
Seminar Geomekanika Ke-1 Tahun 2012. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Laubach, S.E., Marret O., dan Scott, 1998. Thomas, L., 2013, Coal Geology. West Sussex:
Characteristics and Origins of Coal Cleat: A Wiley-Blackwell.
Review. International Journal of Coal

41

Anda mungkin juga menyukai