Abstrak
Berdasarkan fakta di lapangan, lapisan batubara dapat dijumpai dalam sebaran yang tidak teratur, tidak
menerus, menebal dan menipis, terpisah dengan geometri yang bervariasi. Oleh karena itu, pemahaman
mengenai geometri lapisan batubara menjadi penting, karena geometri lapisan batubara berhubungan
langsung dengan sumberdaya dan cadangan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kondisi geologi,
karakteristik fisik dan geometri lapisan batubara di daerah penelitian. Metode penelitian yang dilakukan
mencakup studi pustaka, pemetaan geologi permukaan, profil singkapan, profile composite, pengamatan
dan pengukuran struktur geologi. Daerah penelitian berada di Formasi Dahor yang terdiri atas satuan
batupasir Dahor dan satuan batulempung Dahor. Pola struktur berarah tenggara-baratlaut, dijumpai
lapisan miring dengan kedudukan N185°-N242°E/3°-17° serta arah umum face cleat N280°-
N355°E/62°-89°. Kondisi geologi di daerah penelitian terdiri atas satuan batupasir Dahor dan satuan
batulempung Dahor. Kondisi geologi dan karakteristik geometri lapisan batubara di Satuan Batupasir
Dahor dan Satuan Batulempung Dahor adalah berbeda, sedangkan karakteristik fisik lapisan batubara
Satuan Batupasir Dahor dan Satuan Batulempung Dahor adalah sama kecuali pengotornya. Persamaan
dan perbedaan tersebut dipengaruhi oleh proses-proses geologi (syn-depositional dan post-depositional)
yang berlangsung.
Abstract
Based on the facts in the field, coal seams can be found in an irregular, discontinuous, thickened and
thinned distribution, separated with varying geometries. Therefore, an understanding of the geometry
of the coal seam is important, because the geometry of the coal seam is directly related to resources and
reserves. The objectives of the research are determining the geological conditions, physical
characteristics and geometry of the coal seam in the research area. The research method includes
literature study, mapping of surface geology, outcrop profile, composite profile, observation and
measurement of geological structure. The research area is in the Dahor Formation which consists of
Dahor sandstone units and Dahor claystone units. The structural pattern has a southeast-northwest
direction, an inclined layer is found with a position of N185°-N242°E/3°-17° and the general direction
of the face cleat is N280°-N355°E/62°-89°. The geological conditions in the study area consist of Dahor
sandstone units and Dahor claystone units. The geological conditions and the geometric characteristics
of the coal seam in the Dahor sandstone unit and the Dahor claystone unit are different, while the
physical characteristics of the coal seam in the Dahor sandstone unit and the Dahor claystone unit are
the same except for the impurities. These similarities and differences are influenced by geological
processes (syn-depositional and post-depositional) that take place.
*
) Korespondensi:
Diajukan : 16 Oktober 2021
Diterima : 3 Maret 2022
Diterbitkan : 20 April 2022
Jurnal Geosains dan Teknologi
Volume 5 no. 1, Maret 2022
27
Jurnal Geosains dan Teknologi
Volume 5 no. 1, Maret 2022
28
Tabel 2. Karakteristik fisik lapisan batubara daerah penelitian
Volume 5 no. 1, Maret 2022
Jurnal Geosains dan Teknologi
29
Jurnal Geosains dan Teknologi
Volume 5 no. 1, Maret 2022
menunjukkan bentuk melembar tanpa ada seam perbedaan jarak antar bukitnya. Berdasarkan hal
yang mengalami splitting. Jurus lapisan batubara tersebut dapat diketahui bahwa jarak antar bukit
pada satuan ini berada pada rentang N200oE di satuan batupasir Dahor lebih renggang
hingga N242oE dengan kemiringan antara 4o-9o. dibandingkan di satuan batulempung Dahor,
Detail karakteristik geometri dari semua lapisan maka dari perbedaan tersebut dapat ditafsirkan
batubara dapat dilihat pada Tabel 3. daerah penelitian dikontrol oleh morfologi
berupa bentuklahan perbukitan bergelombang
PEMBAHASAN yang luas yang menunjukan bahwa proses
Geologi Daerah Penelitian pelapukan dan erosi dari angin atau air masih
Berdasarkan pola pengaliran sub-dendritik yang berlangsung hingga saat ini.
dominan di daerah penelitian menunjukkan Berdasarkan litologi yang berkembang di
adanya perbedaan tekstur pengaliran, tempat daerah penelitian menunjukkan pada kedua
mengalir dan bentuk lembah antara satuan satuan memiliki perbedaan variasi litologi. Di
batupasir Dahor dan satuan batulempung satuan batupasir Dahor menunjukkan variasi
Dahor, sehingga dapat diketahui bahwa: litologi yang lebih bervariasi dibandingkan di
1. Berdasarkan tekstur pengaliran yang satuan batulempung Dahor.
berkembang di daerah penelitian dapat Penentuan satuan batuan berdasarkan
diinterpretasi pada kedua satuan batuan kesatuan ciri litologi yang dominan yang
disusun oleh batuan berbutir halus-sedang diketahui berdasarkan pengamatan singkapan
dengan tingkat erosi yang relatif tinggi, dan tiga lintasan stratigrafi terukur yang
namun berdasarkan dominasi jarak antar memotong perlapisan dari tua ke muda. Daerah
sungai orde 1 menunjukkan di satuan penelitian dapat dikelompokkan dalam dua
batupasir Dahor memiliki jarak yang lebih satuan batuan, yaitu satuan batupasir Dahor dan
renggang dibandingkan satuan batulempung satuan batulempung Dahor.
Dahor, maka dapat ditafsirkan di satuan Berdasarkan analisis struktur geologi daerah
batupasir Dahor disusun oleh batuan yang penelitian menunjukkan adanya perbedaan antara
berbutir lebih kasar dibandingkan di satuan satuan batupasir Dahor dan satuan batulempung
batulempung Dahor. Dahor. Berdasarkan hal tersebut dapat ditafsirkan
2. Berdasarkan tempat mengalirnya dapat daerah penelitian dikontrol oleh struktur geologi
ditentukan bahwa di satuan batupasir Dahor berupa kemiringan lapisan batuan dan cleat.
kecenderungannya mengalir di atas batuan
dasar dan tersusun oleh batuan yang Karakteristik Fisik Lapisan Batubara Daerah
memiliki resistensi lemah-tinggi, sedangkan Penelitian
di satuan batulempung Dahor Warna Lapisan Batubara
kecenderungannya mengalir di atas endapan Menurut Bouska (1981) warna batubara dapat
alluvial dan tersusun oleh batuan yang dijadikan sebagai dasar untuk mengindikasikan
memiliki resistensi lemah. derajat coalification (tahap pembatubaraan). Di
3. Berdasarkan bentuk lembah yang daerah penelitian, diketahui bahwa kisaran warna
berkembang di daerah penelitian dapat lapisan batubara adalah hitam sampai cokelat
ditentukan bahwa di satuan batupasir Dahor kehitaman. Pada kedua satuan menunjukkan
secara stratigrafi terdiri atas lembah yang kecenderungan warna lapisan batubara yaitu
disusun oleh batuan sedimen berbutir halus- hitam kecokelatan (Gambar 2.a) dan setempat
sedang, sedangkan di satuan batulempung menunjukkan warna hitam (Gambar 2.b), dan
Dahor secara stratigrafi terdiri atas lembah cokelat kehitaman (Gambar 2.c).
yang disusun oleh batuan sedimen berbutir
halus. Gores Lapisan Batubara
Gores menggambarkan warna dari maseral dalam
Berdasarkan analisis interpretasi peta wujud serbuk (Bouska, 1981). Gores batubara
topografi dan pengamatan di lapangan dalam merupakan parameter kualitatif terhadap derajat
pembagian bentuklahan berdasarkan aspek- coalification. Semakin hitam gores, maka
aspek geomorfologi, menunjukkan satuan semakin tinggi derajat batubara atau coal rank. Di
bentuklahan perbukitan bergelombang yang daerah penelitian, diketahui bahwa kisaran, rata-
dominan di daerah penelitian namun terdapat rata, dan modus warna gores lapisan batubara
30
Tabel 3. Karakteristik geometri lapisan batubara daerah penelitian
Volume 5 no. 1, Maret 2022
Jurnal Geosains dan Teknologi
31
Jurnal Geosains dan Teknologi
Volume 5 no. 1, Maret 2022
Gambar 2. Kenampakan lapisan batubara (a) di satuan Batupasir Dahor LP 2; (b) di satuan Batupasir Dahor LP
16; dan (c) di satuan Batulempung Dahor LP 111.
32
Jurnal Geosains dan Teknologi
Volume 5 no. 1, Maret 2022
33
Jurnal Geosains dan Teknologi
Volume 5 no. 1, Maret 2022
Gambar 5. Kenampakan pengotor lapisan batubara berupa (a) amber di satuan batupasir Dahor, LP 2; (b) clayband
dan pirit di satuan batupasir Dahor, LP 2; (c) amber di satuan batulempung Dahor, LP 111; (d) clayband dan
belerang (sulfur) di satuan batulempung Dahor, LP 110; dan (e) pirit di satuan batulempung Dahor, LP 100.
terbentuk setelah atau saat terjadi pembatubaraan yang selanjutnya berubah menjadi batubara muda
(Gluskoster, 1970; Horne, 1978; Cook, 1999 (lignite) atau disebut pula batubara coklat (brown
dalam Kuncoro 2012). Berdasarkan coal). Batubara muda adalah batubara dengan
pengklasifikasi Stach (1982) mineral pirit jenis maturitas organik rendah.
termasuk material organik yang yang terbentuk Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan
pada tahap kedua proses pembatubaraan, setelah yang terus menerus selama jutaan tahun, maka
konsolidasi, reaksi larutan yang masuk ke dalam batubara muda akan mengalami perubahan yang
rekahan, atau akibat alterasi mineral lainnya. secara bertahap menambah maturitas organiknya
Berdasarkan karakteristik fisik tersebut di atas, dan mengubah batubara muda menjadi batubara
maka dapat diketahui bahwa karakteristik sub-bituminus (sub-bituminous). Perubahan
karakteristik fisik lapisan batubara satuan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga
batupasir Dahor dan satuan batulempung Dahor batubara menjadi lebih keras dan warnanya lebih
adalah sama kecuali pengotornya. hitam sehingga membentuk bituminus
Di kedua satuan batubara tergolong berderajat (bituminous) atau antrasit (anthracite). Dalam
rendah dengan memiliki karakteristik fisik warna kondisi yang tepat, peningkatan maturitas
hitam kecokelatan, gores cokelat, kilap kusam, organik yang semakin tinggi terus berlangsung
kekerasan yang mudah pecah (dipukul sekali hingga membentuk antrasit.
pecah), pecahan uneven, dan berat yang agak Dalam proses pembatubaraan, maturitas
berat. Di satuan batupasir Dahor pengotor organik sebenarnya menggambarkan perubahan
lapisan batubara terdiri atas amber, clayband, dan konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk
pirit, sedangkan di satuan batulempung Dahor batubara. Semakin tinggi peringkat batubara,
terdiri atas amber, clayband, pirit, dan belerang maka kadar karbon akan meningkat, sedangkan
(sulfur). hidrogen dan oksigen akan berkurang. Karena
Karakteristik lapisan batubara dipengaruhi tingkat pembatubaraan secara umum dapat
oleh tingkat derajat batubara. Tahap diasosiasikan dengan derajat batubara, maka
pembatubaraan (coalification) merupakan batubara dengan tingkat pembatubaraan rendah
gabungan proses biologi, kimia, dan fisika yang disebut pula batubara berderajat rendah seperti
terjadi karena pengaruh pembebanan dari lignit dan sub-bituminus biasanya berwarna
sedimen yang menutupinya, temperatur, tekanan, kusam seperti tanah, warna gores kuning hingga
dan waktu terhadap komponen organik dari kecokelatan, kilap berwarna kusam, lebih lembut
gambut (Stach, 1982). Pada tahap ini presentase dengan materi yang rapuh, pecahan yang tidak
karbon akan meningkat, sedangkan presentase beraturan atau uneven, memiliki tingkat
hidrogen dan oksigen akan berkurang (Fischer, kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar
1927 dalam Susilawati 1992). Proses ini akan karbon yang rendah, sehingga kandungan
menghasilkan batubara dalam berbagai tingkat energinya juga rendah. Semakin tinggi derajat
kematangan material organiknya mulai dari batubara, umumnya warnanya akan semakin
lignit, sub-bituminus, bituminus, semi-antrasit, hitam, warna gores yang semakin menghitam
antrasit, hingga meta-antrasit. pula, kilap yang semakin cemerlang, akan
Ada tiga faktor yang mempengaruhi tingkat semakin keras dan kompak, pecahan blocky
derajat batubara yaitu: suhu, tekanan serta lama hingga choncoidal serta. Selain itu,
waktu pembentukan, yang disebut sebagai kelembabannya pun akan berkurang, sedangkan
kematangan (maturitas) organik. Proses awalnya, kadar karbonnya akan meningkat, sehingga
endapan tumbuhan berubah menjadi gambut/peat kandungan energinya juga semakin besar.
34
Jurnal Geosains dan Teknologi
Volume 5 no. 1, Maret 2022
Gambar 6. Kenampakan ketebalan lapisan batubara (a) di satuan Batupasir Dahor bagian atas, LP 1 dan (b) di
satuan Batulempung Dahor bagian bawah, LP 111.
Gambar 7. Kenampakan fenomena (a) splitting di satuan batupasir Dahor, LP 1 dan (b) penipisan di satuan
batulempung Dahor, LP 100.
35
Jurnal Geosains dan Teknologi
Volume 5 no. 1, Maret 2022
Gambar 8. Kenampakan kemiringan lapisan batubara (a) di satuan Batulempung Dahor, LP 111 dan (b) di satuan
Batupasir Dahor di LP 97.
36
Jurnal Geosains dan Teknologi
Volume 5 no. 1, Maret 2022
37
Jurnal Geosains dan Teknologi
Volume 5 no. 1, Maret 2022
38
Jurnal Geosains dan Teknologi
Volume 5 no. 1, Maret 2022
Gambar 10. Kenampakan sediment roof lapisan batubara berupa (a) batupasir karbonan dan sediment floor-nya
berupa batulempung karbonan, LP 43; (b) batupasir karbonan, LP 40; (c) batulempung karbonan, LP 1 di satuan
batupasir Dahor; dan (d) batulempung karbonan, LP 110 di satuan batulempung Dahor.
Gambar 11. Kenampakan cleat dan pelapukan pada lapisan batubara (a) di satuan batupasir Dahor yang diambil
di daerah sudah ditambang, LP 1 dan (b) di satuan batulempung Dahor yang diambil di daerah belum ditambang,
LP 111
39
Jurnal Geosains dan Teknologi
Volume 5 no. 1, Maret 2022
pelapukan pada lapisan batubara yang telah Kisaran mineral pengisi cleat yaitu berupa
tersingkap. Akibat semua itu, cenderung lempung hingga tidak dijumpainya mineral
membuat bidang cleat menjadi semakin terbuka. pengisi cleat, rata-rata mineral pengisi cleat yaitu
Lebar bukaan cleat yang dapat diamati secara lempung dengan modusnya dominan lempung.
kasat mata perlu menggunakan kaca pembesar, Di satuan batupasir Dahor dijumpai mineral
karena hampir tidak terlihat mata. Menurut pengisi cleat berupa lempung, sedangkan di
Laubach et al. (1998), umumnya lebar bukaan satuan batulempung Dahor dijumpai mineral
cleat kurang dari 0,1 mm, meskipun kadang hadir pengisi cleat berupa lempung dan belerang
mineral-mineral diagenetik yang mengisi rekahan (sulfur). Kehadiran mineral lempung dalam
cleat dan dapat mencapai 0,5 cm. Menurut batubara karena terbawa oleh media air selama
(Gamson, 1993 dalam Laubach et al., 1998), lebar proses akumulasi. Mineral ini terbentuk seiring
bukaan cleat in situ berkisar 0,001-20 mm. dengan proses pembatubaraan, dari proses
Jarak antar bidang cleat dipengaruhi oleh penggambutan hingga proses pembatubaraan
faktor-faktor seperti derajat batubara, komposisi sebagai pengisi cleat dalam batubara. Kehadiran
batubara, tebal lapisan batubara, mineral pengisi, belerang (sulfur) pada cleat dapat dipengaruhi
derajat deformasi tektonik dan kompaksi, serta oleh proses-sproses geologi yang berlangsung
umur batubara. Sejumlah peneliti telah bersamaan maupun setelah pembentukan
mengamati variasi jarak cleat yang berkait batubara.
dengan derajat batubara, yaitu mulai dari lignit
sampai batubara bituminus bervolatil menengah Pelapukan
dan batubara antrasit, hasilnya masing-masing Tingkat pelapukan batubara penting ditentukan
batubara akan membentuk suatu sebaran jarak karena berhubungan dengan dimensi lapisan
cleat tertentu (Laubach et al., 1998). batubara, kualitas, perhitungan cadangan, dan
Berdasarkan Jeremic (1985) dalam Kuncoro penambangannya. Oleh karena itu karakteristik
(2012), jenis cleat di satuan batupasir Dahor pelapukan dan batas pelapukan harus ditentukan.
merupakan jenis induced cleat. Induced cleat Pada batubara lapuk selain harus ditentukan
bersifat lokal akibat proses penambangan dengan batasnya dengan batubara segar, juga
adanya perpindahan beban kedalam struktur berpengaruh pada pengukuran tebalnya. Di
tambang. Frekuensi induced cleat tergantung daerah penelitian, diketahui bahwa kisaran
pada tata letak tambang dan macam teknologi kondisi pelapukan lapisan batubara adalah agak
penambangan yang digunakan. Di satuan lapuk hingga lapuk. Pada kedua satuan
batulempung Dahor jenis cleat yang berkembang menunjukkan kecenderungan kondisi pelapukan
merupakan jenis endogenous cleat. Endogenous lapisan batubara yaitu agak. Tingkat pelapukan
cleat dibentuk oleh gaya internal akibat batubara penting ditentukan karena berhubungan
pengeringan atau penyusutan material organik. dengan dimensi lapisan batubara, kualitas,
Umumnya tegak lurus bidang perlapisan perhitungan cadangan, dan penambangan.
sehingga bidang kekar cenderung membagi
lapisan batubara menjadi fragmen-fragmen tipis KESIMPULAN
yang tabular. Perbedaan karakteristik geometri Berdasarkan pembahasan mengenai geologi dan
cleat dan derajat fragmentasi batubara di satuan karakteristik geometri lapisan batubara di daerah
batupasir Dahor dan satuan batulempung Dahor, Bunati, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah
menunjukkan hubungan genetik antara Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan, maka
karakteristik geometri cleat dan faktor dapat disimpulkan bahwa kondisi geologi di
pengendalinya. Karakteristik geometri cleat di daerah penelitian terdiri atas satuan batupasir
satuan batupasir Dahor dan satuan batulempung Dahor dan satuan batulempung Dahor. Kondisi
Dahor adalah berbeda. Hal ini dapat dijelaskan geologi dan karakteristik geometri lapisan
karena adanya perbedaan proses-proses geologi batubara di Satuan Batupasir Dahor dan Satuan
yang berlangsung setelah pembentukan awal Batulempung Dahor adalah berbeda, sedangkan
cleat, yaitu perbedaan aktivitas pertambangan. karakteristik fisik lapisan batubara keduanya
Lapisan batubara di satuan batupasir Dahor telah adalah sama kecuali pengotornya. Persamaan dan
dipengaruhi oleh aktivitas pertambangan, perbedaan tersebut dipengaruhi oleh proses-
sedangkan di satuan batulempung Dahor tidak proses geologi (syn-depositional dan post-
dipengaruhi oleh aktivitas pertambangan. depositional) yang berlangsung.
40
Jurnal Geosains dan Teknologi
Volume 5 no. 1, Maret 2022
41