Anda di halaman 1dari 4

PROCEEDINGS

HAGI-IAGI Joint Convention Medan 2013


28 – 31 October

Studi Geokimia Granit Bangka dan Seismik Refleksi Resolusi Tinggi Uuntuk Identifikasi
Batuan Induk dan Sungai Purba di Prairan Kawasan Barat Indonesia
Ediar Usman1), Adjat Sudradjat2), Emmy R. Suparka3), Ildrem Syafri2) dan Dicky Muslim2)
1
) Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
2
) Fakultas Teknik Geologi UNPAD
3
) Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB

Abstract Pendahuluan
Studi geokimia pada granit di Bangka sebagai batuan beku Daerah studi terletak di P. Bangka dan perairan sekitarnya,
dalam (plutonic rock) sebagai batuan induk sedimen Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Gambar 1). Lokasi
Terssier dan Kuarter merupakan batuan indeks untuk pengambilan contoh batuan dilakukan di sekitar pantai
menentukan daerah sedimen kuarsa yang berpotensi bagian utara P. Bangka, sedangkan pengambilan data
sebagai reservaoir hidrokarbon dan timah di wilayah sedimen dasar laut dilakukan di lepasa pantai bagian utara
perairan Kawasan Barat Indonesia (KBI). Pembagian P. Bangka.
batuan beku di KBI umumnya didasarkan pada posisi dan
perkembangan tektonik saat pembentukannya pada Pra-
Tersier hingga saat ini. Kondisi ini menyulitkan dalam
menentukan jenis dan tipe batuan beku yang dapat
dijadikan indeks dalam eksplorasi energi dan sumber daya
di KBI. Akibatnya sulit memprediksi pada batuan beku
mana saja yang berfungsi sebagai batuan induk untuk
reservoir dan pembawa timah di Kawasan Barat Indonesia.

Karakteristik geokimia granit di P. Bangka sebagai batuan


induk menunjukkan kandungan SiO2 berada pada kisaran
70 – 75% dan pada diagram SiO2 vs Na2O+K2O termasuk
dalam jenis granit, sedangkan sedimen berasal dari jenis
diorit dan granodiorit (diorit kuarsa). Selanjutnya pada
diagram SiO2 vs K2O menunjukkan perkembangan
deferensiasi dan evolusi magma adalah kalk-alkalin tinggi
ke sedang termasuk pula dalam alkali granit. Lingkungan
tektonik menggunakan diskriminan Al2O3 vs TiO2 Gambar 1. Lokasi penelitian dan sebaran granit di P.
diperoleh hasil batuan berada pada daerah transisi antara Bangka ((Batchelor, 1983; Margono dkk., 1995).
granit dalam lempeng (within plate granite) dan granit yang
berhubungan dengan busur (arc-related). Penelitian mengenai batuan dasar di Kawasan Barat
Indonesia (KBI) perlu dilakukan pada semua batuan beku
Hasilnya, pada beberapa lintasan seismik refleksi resolusi yang ada sehingga dapat menggambarkan kondisi
tinggi dengan teknik pemodelan geofisika 3D, pada puncak berdasarkan data geokimia. Pada penelitian ini dilakukan
dan lembah granit yang tertutup endapan sedimen, analisis pada batuan di sekitar P. Bangka. Batuan ini dapat
menujukkan adanya sedimen asal granit dalam sungai menjadi dasar dalam menjelaskan kemungkinan jenis
purba (paleochannel). Daerah sungai purba di wilayah batuan beku lainnya di KBI dan daerah lainnya dengan
perairan tersebut, dan terdekat dengan granit terbukti kondisi geologi yang sama.Pembagian batuan beku,
mengandung sedimen kaya kuarsa. Dengan demikian dapat terutama granit di Kawasan Barat Indonesia didasarkan
diperkirakan bahwa sedimen Tersier mengandung pasir pada posisi tektonik saat ini (Batchelor, 1983). Pada hal
kuarsa membentuk reservoir hidrokarbon dan pada sedimen bila dilakukan analisis geokimia pada semua batuan beku di
Kuarter berfungsi sebagai pembawa timah. KBI, maka hasilnya akan berbeda. Untuk itu, langkah yang
perlu diperhatikan adalah menjadikan granit Bangka
Kata kunci: Granit Bangka, Granit Sibolga, batuan indeks, sebagai indeks batuan di KBI. Hal ini disebabkan beberapa
sungai purba, reservoir, timah pertimbangan, yaitu: granit Bangka merupakan granit
dengan kandungan kuarsa terbaik di Indonesia dan juga
PROCEEDINGS
HAGI-IAGI Joint Convention Medan 2013
28 – 31 October

secara ekonomis menjadi batuan induk kuarsa dan timah.


Di samping itu, pada beberapa cekungan Tersier
berproduksi di Cekungan Sumatera Tengah, Cekungan
Sumatera Selatan dan Cekungan Utara Jawa Barat
merupakan reservoir hidrokarbon (Darman dan Sidi, 2000).
Oleh sebab itu, penelitian mengenai batuan granit di P.
Bangka dan juga di tempat lain diharapkan akan membantu
dalam mengungkapkan fenomena batuan dasar, reservoir
hidrokarbon dan timah di KBI.

Metoda
Hasil pengambilan data batuan dan sedimen dilanjutkan
dengan analisis geokimia untuk mendapat komposisi kimia.
Selanjunya adalah analisis dan pemodelan dalam berbagai
variasi diskriminan batuan beku, evolusi magma dan
lingkungan tektonik, sehingga dapat diketahui hubungan
antara batuan induk dan sedimen hasil rombakan di laut. Gambar 3. Plot contoh granit dan sedimen dasar laut
Karakteristik geokimia batuan menggunakan diagram SiO2 perairan Bangka bagian utara berdasarkan klasifikasi Cox
vs Na2O+K2O (Cox et al, 1979) untuk mengetahui jenis dkk. (1979) (Usman, 2011).
batuan. Diagram SiO2 vs K2O berdasarkan klasifikasi
Peccerillo dan Taylor (1976) untuk menentukan tingkat Plot sedimen dasar laut menunjukkan berada pada jenis
alkalin batuan, dan menentukan lingkungan tektonik diorit dan granodiorit. Perbedaan antara granit di darat dan
menggunakan diskriminan Al2O3 vs TiO2 menurut Muller sedimen yang seorah berasal dari diorit dan granodiorit
dkk. (1993); dalam Muller dan Grove (1997). disebabkan pada analisis sedimen dasar laut dipengaruhi
oleh beberapa perubahan pada beberapa unsur. Perubahan
Analisis data seismik melalui diinterpretasi untuk
mendapatkan model kedalaman dasar laut, ketebalan yang dominan terjadi pada penurunan SiO2 dan juga total
sedimen dan kedalaman batuan dasar. Data ketebalan alkali (Na2O + K2O). Penurunan tersebut disebabkan, pada
sedimen sebagai dasar penghitungan volume sedimen untuk saat deformasi pada granit dan transportasi di dalam media
menentukan volume timah sebagai dasar penghitungan air laut, mineral kuarsa (SiO2) mengalami perombakan, dan
keekonomiannya. Selanjutnya adalah data kedalaman juga unsur alkali (Na2O + K2O) mengalami pengurairan,
batuan dasar (basement top), bertujuan untuk mendapatkan sebagian terlepas dan mengikat pada unsur lain seperti
lembah purba (valeovalley) dan sungai purba
Al2O3 dan FeO3 pada studi ini cenderung meningkat.
(paleochannel) sebagai daerah akumulasi sedimen
mengandung timah. Interpretasi penampang seismik
berdasarkan pada penafsiran data seismik pantul dengan Selanjutnya pada diskriminan antara unsur SiO2 vs K2O
menggunakan prinsip-prinsip Seismik Stratigrafi, yaitu berdasarkan klasifikasi Peccerillo dan Taylor (1976) untuk
pengenalan terhadap ciri-ciri reflektor bagian dalam menentukan tingkat alkalin batuan untuk menentukan
(internal reflector) setiap unit seismik (Sangree & perkembangan deferensiasi dan evolusi magma sumber
Wiedmier, 1979; Sherif, 1980). batuan menunjukkan perkembangan yang mengarah ke
kalk-alkalin tinggi ke sedang termasuk dalam alkali granit
Hasil dan Diskusi
(Gambar 4).
Hasil analisis geokimia diperoleh beberapa unsur kimia
utama batuan beku dan sedimen dasar laut sebagai dasar Pendekatan untuk menentukan lingkungan tektonik
dalam penyusunan model jenis batuan, evolusi magma dan menggunakan diskriminan Al2O3 vs TiO2 menurut Muller
lingkungan tektonik. Pada diskriminan antara unsur SiO2 vs dkk. (1993); dalam Muller dan Grove (1997), diperoleh
Total Alkali (Na2O + K2O) berdasarkan klasifikasi Cox hasil plot kimia batuan berada pada daerah transisi antara
dkk. (1979 dalam Rollinson., 1992) untuk menentukan granit dalam lempeng (within plate granite) dan granit yang
fasies batuan beku dalam (plutonic rock), diperoleh jenis berhubungan dengan busur (arc-related) (Gambar 5).
batuan induk adalah granit. Seluruh contoh batuan berada
pada granit. Kondisi ini menunjukkan bahwa batuan beku
tersebut adalah murni sebagai granit (Gambar 3).
PROCEEDINGS
HAGI-IAGI Joint Convention Medan 2013
28 – 31 October

Gambar 6. Penampang seismik BT-03dengan arah barat -


timur di daerah studi.

Target utama dalam interpretasi rekaman seismik adalah


permukaan batuan dasar jenis granit (lihat gambar 3) yang
Gambar 4. Plot unsur SiO2 vs K2O berdasarkan klasifikasi berhubungan dengan batuan beku dalam lempeng di daerah
Peccerillo dan Taylor (1976) untuk menentukan tingkat busur benua (lihat gambar 4), maka pada pemodelan
alkalin batuan. pemukaan batuan dasar ini menunjukkan morfologi batuan
dasar (granit) sebagai batuan sumber sedimen. Kondisi ini
menggambarkan kondisi yang sama pada daerah dengan
batuan dasar di Kawasan Barat Indonesia. Morfologi
batuan dasar dapat menggambarkan morfologi granit yang
tertutup sedimen Tersier dan sedimen Kuarter (Gambar 7).

Hasil analisis morfologi 3D pada batuan dasar tersebut


menjadi dasar dalam menentukan daerah terdalam sebagai
lembah purba (paleo-valley) dan aliran asal daratan ke arah
lembah atau sungai purba (paleo-channel) (Gambar 8).

Gambar 5. Lingkungan tektonik beberapa contoh batuan di


P. Bangka berdasarkan diagram Al2O3 vs TiO2 menurut
Muller dkk. (1993; dalam Muller dan Grove, 1997). Gambar 7. Morfologi 3D batuan dasar hasil proses
pemodelan dari interpretasi seismik.
Granit dalam lempeng, berhubungan dengan batuan beku
di dalam lempeng dan berhubungan dengan pergerakan
lempeng itu sendiri, sehingga granit tersebut bergerak dari
satu tempat menuju tempat saat ini. Artinya pergerakan
bersifat horizontal bersama-sama dengan lempeng.
Kondisi ini ditunjukkan oleh satu contoh menunjukkan
bahwa granit di atas juga berhubungan dengan busur,
dalam hal ini adalah busur benua, maka dapat disimpulkan
bahwa granit Bangka berasal dari dalam lempeng bergerak
ke arah busur benua.

Setelah mendapat gambaran mengenai jenis batuan,


alkalinitas dan lingkungan tektonik, maka selanjutnya
adalah membuat model untuk mengetahui sungai, lembah,
dan aliran purba melalui interpretasi seismik (Gambar 6). Gambar 8. Hasil pemodelan dan evaluasi sungai purba
sebagai medium transportasi sedimen.
PROCEEDINGS
HAGI-IAGI Joint Convention Medan 2013
28 – 31 October

Katili, J.A., 1980, Geotectonics of Indonesia, A Modern


Kesimpulan View. Directorate General of Mines, Jakarta: 271p.
Kusnama, Sutisna, K., Amin, T.C., Koesoemadinata, S.,
Kandungan SiO2 granit Bangka antara 71,77 – 75,56% Sukardi dan Hermanto, B., 1994. Peta Geologi Lembar
termasuk dalam tipe magma asam dan kandungan total Tanjungpinang, Sumatera, Skala 1 : 250.000. Pusat
alkali antara 6,03 – 7,52%. Pada diagram SiO2 vs (Na2O + Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
K2O) menunjukkan batuan beku di P. Bangka termasuk Muller, D. and Grove, D.I., 1997, Potassic Igneous Rocks
dalam jenis batuan beku dalam (plutonic rock) dengan and Associated Gold-Copper Mineralization. Second
fasies granit. Pada diagram SiO2 vs K2O menunjukkan Updated and Enlarged Edition. Springer-Verlag Berlin
batuan beku berada pada K-sedang sampai K-tinggi Heidelberg: 238 pp.
(keduanya Kalk-alkalin). Granit Bangka menunjukkan pola Peccerillo, A. and Taylor, S.R., 1976, Geochemistry of
searah, pada saat kenaikan SiO2 terjadi penurunan K2O. Eocene Calc-alkaline Volcanic Rocks from the
Pada diagram Al2O3 vs TiO2 berada pada daerah transisi Kastamonu Area, Northern Turkey. Contrib. Mineral
antara granit dalam lempeng dan granit yang berhubungan Petrol 58: 63-81.
dengan busur benua. Takahashi, M., Aramaki, S. and Ishihara, S., 1980,
Magnetite Series/Ilmenite Series Vs I-Type/S-Tipe
Penyebaran granit di Kawasan Barat Indonesia cukup luas, Granitoid, in Granitic Magmatism and Related
maka hasil kajian ini perlu dilanjutkan dengan kajian lebih Mineralization. Mining Geol. Spec. Issue, No. 8. The
rinci terhadap granit di beberapa tempat dan pulau-pulau Soc. of Mining Geologist of Japan, Tokyo: 247p.
granit lainnya sehingga dapat dibedakan dalam beberapa Rollinson, H., 1992, Using Geochemical Data: Evaluation,
kelompok berdasarkan geokimia. Presentation and Interpretation. Longman Group
Limited, London: 352p.
Berdasarkan pemodelan dari hasil interpretasi seismik Sangree, J.B. and Wiedmier, J.M., 1979, Interpretation
menunjukkan batuan beku berupa granit yang terdapat di P. Facies from Seismic Data, Geophysic 44(2): p.131.
Bangka dengan penyebaran ke arah laut tertutup oleh Sherif, R.E., 1980. Seismic Stratigraphy, International
lapisan sedimen Tersier dan sedimen Kuarter. Hasil Human Resources Development Corporation, Boston:
pemodelan tersebut juga memberikan gambaran pola 222 pp.
lembah dan sungai purba yang mentransport sedimen di Suparka, M.E., Martodjojo, S. and Soeria-Atmadja, R.,
daerah studi. 1990, Cretaceous-Early Tertiary Magmatic Belt in Java
and its Surrounding areas. Prosiding Persidangan Sains
Daftar Pustaka Bumi and Masyarakat, Universiti Kebangsaan
Batchelor, B.C., 1983, Late Cenozoic Coastal and Offshore Malaysia, 9-10 Julai 1990, Kuala Lumpur: 81-91.
Stratigraphy in Western Malaysia and Indonesia. Usman, E., 2010, A Comparison of Major Elements
Thesis Ph.D., Dept. Of Geology, University Malaya, Between Marine Sediment and Igneous Rocks: As a
Kuala Lumpur. Basic Determination of the Sediment Source at Ujung
Cox, K.G., Bell, J.D. and Pankhurst, R.J., 1979, The Penyusuk Waters, North Bangka, Bangka Belitung
Interpretation of Igneous Rock. Allen and Uwin, Province. Bulletin of The Marine Geology, 25(1).
London: 450p. Marine Geological Institute, Bandung: 1-12.
Darman, H. and Sidi, F.H., 2000, An outline of The
Geology of Indonesia. Indonesian Association of Ucapan Terima Kasih
Geologist, Jakarta: 192p. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Susilohadi,
Hakim, A.S. dan Suryono, N., 1994, Peta Geologi Lembar selaku Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Teluk Butun & Ranai, Sumatera, Skala 1 : 250.000. Kelautan atas izin untuk presentasi di IAGI 2013. Terima
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. kasih juga disampaikan kepada sesama fungsional, teknisi
Hamilton, W., 1979. Tectonics of the Indonesian Region, dan struktural atas segala kerjasamanya. Penulis, juga
United States Geological Surveys Professional Paper mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Udi Hartono
1078. United States Government Printing Office, atas bimbingan, masukan dan kritiknya tentang konsep
Washington: 345p. analisis geokimia batuan sub-vulkanik dan plutonik.
Hall, R., 1996, The Plate Tectonics of Cenozoic SE Asia
and the Distribution of Land and Sea. In Hall, R. and
Blundell, D.J. (ed), 1996. Tectonic Evolution of
Southest Asia. Geological Society Press, Special
Publication No.106.
Ishihara, S., 1977, The Magnetit-series and Ilmenite-series
Granitic Rocks. Mining Geol., 27, 293-305.

Anda mungkin juga menyukai