Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Provinsi Gorontalo terletak antara 0o 19’ – 1° 15’ Lintang Utara dan 121°
23’ – 125° 14’ Bujur Timur. Luas Provinsi Gorontalo secara keseluruhan adalah
12.435,00 km 2 (Badan Pusat Statistik, Gorontalo Dalam Angka 2012). Provinsi
Gorontalo memiliki berbagai jenis potensi pertambangan baik bahan tambang
logam, seperti emas, perak, tembaga,dan pasir besi, dan bahan tambang
nonlogam seperti slag pasir, batu, pasir-batu (sirtu), kerikil, besi andesit, batu
makora, basalt, batu gamping, toseki, granit, dan lain-lain.( Badan Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Potensi Pertambangan dan Energi).

Salah satu yang banyak dimanfaatkan masyarakat adalah batu Granit


maupun Granodiorit. Manfaat batu granit antara lain sebagai bahan baku
pembuatan tegel, batu hias, selain itulembaran granit atau granodiorit yang sudah
dipoles dapat dipergunakan sebagai lantai atau ornamen dinding. Batuan ini
apabila terkena sinar matahari dan air hujan relatif lebih resisten dibanding dengan
marmer. Disamping itu granit atau granodiorit dimanfaatkan juga sebagai meja
dan lainnya. Sisa potongan granit atau granodiorit dicetak bersqma semen putih
untuk membuat teraso.

Akan tetapi, pengetahuan masyarakat mengenai batu Granit maupun


Garnodiorit masih sangatlah kurang sehingga harga penjualan batu ini di daerah
Gorontalo masih rendah. Dalam industri bahan bangunan, industri kaca, dan lain-
lain, batu granit/granodiorit yang digunakan mempunyai spesifikasi tertentu. Dari
permasalahan di atas, maka kami melakukan penelitian untuk mengetahui
kandungan yang terdapat pada batu granit dan manfaatnya dengan mengambil
sampel batuan dari kelurahan Pohe Kec.Hulonthalangi, Kota Gorontalo.
2

1.2. Tujuan

1. Untuk mengetahui kondisi geologi dan geokimia batuan beku di Daerah


Pohe dan Sekitarnya, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo. .
2. Untuk mengetahui kandungan unsur kimia pada batuan dengan
menggunakan metode X-Ray Fluorecence (XRF).
3. Untuk mengetahui kandungan mineral pada batuan melalui sifat optik
mineral dengan menggunakan mikroskop polarisasi Olympus.

1.3 Manfaat
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui kondisi geologi dan geokimia batuan
beku di Daerah Pohe dan sekitarnya, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo
2. Agar mahasiswa mengetahui kandungan unsur kimia pada batuan dengan
menggunakan metode X-Ray Fluorecence (XRF).
3. Agar mahasiswa mengetahui kandungan mineral pada batuan melalui sifat
optik mineral dengan menggunakan mikroskop polarisasi Olympus.
3

BAB II

GEOLOGI REGIONAL

2.1 GEOMORFOLOGI

Gambar 2.1. Peta Fisiografi Regional Gorontalo (Bemmelen, 1949)

Daerah Gorontalo Merupakan Bagian dari engan utara Sulawesi. Secara


Fisiografis, yaitu pembagian zona bentang alam yang merupakan representasi
batuan dan struktur geologinya, Gorontalo dapat dibedakan kedalam empat zona
fisiografis utama, yaitu Zona Pegunungan Utara Telongkabila-Boliohuto, Zona
Dataran Interior Paguyaman-Limboto, Zona Pegunungan Selatan Bone-Tilamuta-
Modello, dan Zona Dataran Pantai Pohuwato ( Van Bemelen, 1949 )

Dari zona fisiografis diatas, Dapat dikatan bahwa morfologi Gorontalo


umumnya merupakan daerah pegunungan yang berellief terjal, kecuali di Dataran
Interior dan Dataran Aluvial Pantai. Batas-batas pegunungan terbentang pantai.
Pantai-pantai yang ada, baik di utara ke Laut Sulawesi, maupun di selatan ke
Teluk Tomini, hanyalah pantai-pantai sempit atau berbatu-batu. Relief yang terjal
memang sangat rawan terhadap longsor ataupun jatuhan batu. Erosipun akan
menjadi sangat peka jika lingkungan hutan pada lereng terjal berubah. Tetapi
kondisi alam tersebut, dengan masih kecilnya pengaruh kerusakan lingkungan,
menciptakan pemandangan yang mempesona, seperti contohnya sebuah teluk
yang masih asri di sepanjang perjalanan dari Kwandang ke Atinggola di
Kabupaten Gorontalo Utara. ( Van Bemelen, 1949
4

2.2 STRATIGRAFI

Daerah Pohe dan sekitarnya

Gambar 2.2.1. Peta Geologi Regional Daerah Praktikum(Modifikasi Apandi dan


Bachri)

Menurut Apandi T dan S. Bachri 1997, Satuan batuan tertua didaerah


praktikum dan sekitarnya adalah Formasi Batuan Gunung Api Bilungala (Tmbv)
dengan penyusun utama berupa batu Breksi, tuff dan lava bersusunan andesite,
dasite dan riolit. Zeolite dan kalsite sering dijumpai pada kepingan batuan
penyusun utama Breksi. Tuff umunya bersifat dasitan, agak kompak dan berlapis
buruk dibeberapa tempat di Gorontalo.

Gambar 2.2.2. Kolom Stratigrafi Daerah Praktikum


5

Selanjutnya satuan batuan Diorit Bone (Tmb) dengan penyusun utama


berupa Diorit Kuarsa, Diorit, Granodiorit dan Granit. Batuan Granit banyak
dijumpai didaerah Sungai Bone. Satuan ini menorobos Batuan Gunung Api
Bilungala maupun formasi Tinombo. Umur satuan ini sekitar Miosen Akhir.
(Apandi, 1997 ).

Kemudian Formasi Batuan Gunug Api Pinogu (Tqpv) dengan penyusun


utama berupa tuff , tuff lapilli, breksi dan lava. Breksi gunung api di Pegunungan
Bone G.Mongadalia dan pusian bersusunan Andesit, piroksin dan dasit. Tuff yang
bersingkap di G.Lemibut dan G.Lolombulan umumnya berbatu apung, kuning
muda, berbutir sedang sampai kasar, diselilingi oleh lava bersusunan andesit.

Pada Formasi Endapan Danau (Qpl) dikuasai oleh batu lempung kelabu,
setempat mengandung sisa tumbuhan dan lignit. Daerah ini juga terdapat batu
pasir berbutir halus sampai kasar serta kerikil dijumpai dibeberapa tempat. Satuan
ini termampatkan lemah, tebalnya menurut data bor mencapai 94 meter ( Trail,
1974)

Pada Formasi Satuan Batugamping (Ql) terdapat batugamping terumbu


terangkat dan batu gamping klastik dengan komponen utama koral, setempat
berlapis, terutama dijumpai didaerah pantai selatan dan setempat didekat Panong,
daerah Pantai Utara.

Terakhir adalah Formasi Satuan Aluvium dan Endapan Pantai(Qal)


terdapat material pasir, lempung, kerikil dan kerakal.
6

2.3 TEKTONIK DAN GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 2.3. Peta Tektonika Daerah Sulawesi

Suatu struktur geologi yang utama di daerah Gorontalo adalah sesar,


berupa sesar normal dan sesar jurus mendatar. Sesar normal yang terdapat di
G.Bolihutuo menunjukkan pola memancar, sedang sesar jurus mendatar umumnya
bersifat menganan. Tetapi adapula yang mengiri. Sesar tersebut memotong batuan
yang berumur muda ( satuan batugamping klastik). Struktur lipatan hanya terdapat
setempat, terutama pada Formasi Dolokapa dan Formasi Lokodidi, dengan sumbu
lipatan secara umum berarah barat timur. Kelurusan banyak terdapat didaerah ini
dengan arah sangat beragam, kelurusan ini terlihat baik pada citra radar dan potret
udara. . (Simanjuntak,1986)

Kegiatan tektonik didaerah ini diduga telah berlangsung sejak Eosen


sampai Oligosen, yang diawali dengan kegiatan magmatic yang menghasilkan
7

satuan Gabro. Masih pada eosin, terjadi penukaran dasar samudra yang
berlangsung hingga miosen awal, dan ini menghasilkan lava bantal yang cukup
luas. Kegiatan tersebut diikuti pula oleh terjadinya retas-retas yang umumnya
bersusunan biasa dan banyak menerobos Formasi Tinombo. (Ratman,1976

Pada pola struktur geologi didaeah Pohe, Kec.Hulonthalangi, Kota


Gorontalo dicerminkan struktur geologinya berupa sesar. Berdasarkan klasifikasi
Richard merupakan jenis sesar turun menganan yang dipengaruhi oleh tunjaman
dari lempeng Laut Sulawesi dan Arah Utara. (Ratman,1976)

BAB III

METODE PRAKTIKUM
8

Daerah praktikum berlangsung selama 1 hari pada tanggal 17 September


di hari minggu yang berkokasi di Kelurahan Pohe, Kota Gorontalo tepatnya
ditangga dua ribu dengan koordinat lokasi yaitu N 00030’27,1” E 123003’26,6”,

Gambar 3. Peta Topografi Daerah Praktikum

Penelitian ini dilakukan secara eksploratif yaitu praktikum yang


dilaksanakan untuk menggali data dan informasi tentang topik atau isu-isu baru
yang ditujukan untuk kepentingan pendalaman atau penelitian lanjutan dengan
cara terjun langsung ke lapangan dan mengeksplor langsung lokasi yang menjadi
daerah penelitian. Setelah itu, dilanjutkan dengan penelitian secara eksperimen,
9

yaitu menganalisis sampel dari batuan yang telah diambil di dalam laboratorium
yang dilakukan dengan XRF ( X-Ray Fluorensces ).

Adapun Tahap-tahap dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

1) Tahap Persiapan

Tahap persiapan ini meliputi studi literatur yaitu berupa kajian awal
tentang geologi regional daerah penelitian dan petrologi batuan, khususnya batuan
beku. Persiapan selanjutnya adalah penyediaan segala peralatan dan bahan yang
diperlukan selama penelitian seperti kompas, GPS, palu geologi, kantong sampel,
HCL, alat tulis, dan buku lapangan dll.

2) Tahap Praktikum

Tahap praktikum ini berupa penentuan lokasi yang akan diteliti ( stasiun ),
melakukan pengamatan dan pencatatan tentang unsur-unsur geologi yang ditemui
di lokasi praktikum, dan pengambilan sampel dan dokumentasi.

3) Tahap Analisis Laboratorium


Tahap analisis labaratorium terdiri dari analisis XRF dan analisis
menggunakan mikroskop polarisasi

 Tahap analisis laboratorium ini meliputi deskripsi petrologi tentang batuan


yang ditemui di lokasi,analisis sampel menggunakan XRF, dan analisis hasil
data XRF. Adapun tahap preparasi sampel dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Penggerusan Sample
Penggerusan ini dilakukan dengan menggunakan mortal. Tujuan dari
penggerusan ini adalah membuat sampel dalam bentuk serbuk yang sangat halus
karena dapat mempengaruhi ketelitian waktu penganalisan sampel,yang mana
10

semain halus akan semakin mendekati ketelitian. Pada kegiatan penggerusan


sampel diusahakan tidak ada kontaminasi dari unsur/mineral lain.sebelumnya
mortal dibersihkan dahulu dengan kertas tisu setiap akan dipakai.

b. Pengayakan
Sampel yang telah menjadi bubuk diayak dengan menggunakan saringan
berukuran 100 mesh. Serbuk sampel hasil pengayakan kemudian dimasukkan
kedalam amplop/kemasan, selanjutnya akan diuji dengan menggunakan alat
spektrometer X-Ray Flourescence (XRF) portable.

 Tahap analisis menggunakan mikroskop polarisasi meliputi analisis nikol sejajar


dan analisis nikol silang. Adapun tahap preparasi sampel dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
Persiapkan alat dan bahan yang kita butuhkan, seperti: sampel batu, mesin
pemotong batuan, slide glass, dan spidol. Jika semua sudah tersedia. Sesuaikan
dimensi sampel dengan dimensi diamond blade pada mesin pemotong. Jika
sampel teman-teman berukuran besar (>20 cm), perkecil atau penggal sebagian
dengan menggunakan palu. Setelah dipenggal, hilangkan permukaan yang tidak
rata dan bagian-bagian yang retak menggunakan mesin pemotong, dengan
mempertimbangkan arah perlapisan - foliasi - variasi mineral - tekstur atau sifat
khas yang lain. Pakailah spidol untuk menandai bagian yang akan dipotong. Jika
sampel sudah berbentuk kubus atau balok, Posisikan slide glass di atas sampel
sambil memperhitungkan ukuran. Gunakan spidol untuk menandai bagian sampel
yang akan dipotong. Jangan lupa mempertimbangkan arah perlapisan - foliasi -
variasi mineral - tekstur atau sifat khas yang lain. Setelah dipotong, pastikan
kembali bahwa ukuran sampel tidak lebih besar dari ukuran slide glass, dan juga
tidak terlalu kecil. Jika sampel sudah pada ukuran yang sesuai. Tempatkan sampel
pada salah satu holder mesin pemotong batuan. Mesin yang tersedia di
laboratorium kami adalah produksi Extec Labcut tipe 300E. Mesin ini memiliki
dua holder yang berdekatan, masing-masing memiliki locking lever (tuas
11

pengunci). Terserah teman-teman akan menempatkan sampel pada


left holder atau right holder. Dalam artikel ini, penulis menggunakan right holder.
Pertahankan kedudukan sampel agar tetap paralel dengan right holder  (tidak
miring pada satu sisi). Setelah itu tarik locking lever ke arah luar untuk mengunci
kedudukan sampel, agar saat melakukan pemotong nanti, sampel tidak akan
berubah posisi. Arahkan water output pada sampel, Mulailah memotong sampel
dengan kecepatan potong berada pada speed 5 atau 6 (atur pada speed control).
Turunkan diamond blade secara perlahan untuk menghindari terjadinya retakan
pada sampel. Setelah chiprocknya sudah jadi, kemudian chiprock di gosokkan
pada plat baja menggunakan bubuk powder dari 150 sampai 6000.

Foto 3.1 Proses penipisan batuan di plat menggunakan powder


Kemudian menempelkan kaca setelah salah satu bagian chiprock telah sangat
halus.

Foto 3.2 Proses pengeleman


12

Bagian yang satunya lagi digosok dari bubuk 150 lagi sampai ukuran
tipismya mencapai 0,3 mm. untuk menghindari mineral pada chiprock hilang
karna digosok cara rerus menerus sebaiknya dikontrol mengunakan mikroskop
agar hasilnya maksimal.

Foto 3.3 Kontrol sayatan tipis menggunakan mikroskop

4) Tahap Pelaporan

Tahap terakhir ialah tahap penyusunan laporan praktikum dimana data yang
telah diolah kemudian dibuat dalam bentuk laporan sebagai hasil akhir dari
praktikum lapangan mineral optik
13

Gambar 3.1. Bagan Metode Praktikum Mineral Optik


14

TAHAP PERSIAPAN

STUDI PENYIAPAN ALAT


LITERATUR DAN BAHAN

TAHAP PRAKTIKUM

PENENTUAN OBSERVASI DAN SAMPLING &


LOKASI/ PENCATATAN UNSUR- DOKUMENTASI
STASIUN UNSUR GEOLOGI

TAHAP ANALISIS LABORATORIUM

DESKRIPSI ANALISIS SAMPEL ANALISIS


PETROLOGI DENGAN MIKROSKOP DATA HASIL
BATUAN POLARISASI XRF

TAHAP PELAPORAN

LAPORAN AKHIR
GEOKIMIA
15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Observasi Lapangan

Secara administrative, lokasi praktikum di Kel.Pohe, Kec,Hulonthalangi,


Kota Gorontalo dengan titik koordinat N 00030’27,1” E 123003’26,6”, Secara
geomorfologi regional daerah ini masuk dalam Zona Pegunungan Selatan. Pada
lokasi ini terdapat singkapan batuan beku yang diindikasikan sebagai Granit
maupun Granodiorit. Kondisi singkapan segar berwarba keabuan dengan warna
lapuk kecoklatan. Pada lokasi ini juga terdapat indikasi Sesar seperti gores-garis

Foto 4.1. Singkapan Batuan Beku

Berdasarkan hasil proyeksi stereografis data pengukuran shear fracture di


daerah Pohe diperoleh kedudukan umum N 3130 E/ 760 dan N 750 E/ 680. Dan
tegasan utama (δ1) sebesar 480 dengan arah 2890 NE, tegasan kedua (δ2) sebesar 420
dengan arah 1180 SW, dan tegasan ketiga(δ3) sebesar 30 dengan arah 220 SE.
Berdasarkan hasil stereografis ini, Struktur geologi berupa kekar yang ada
didaerah Pohe ini dipengaruhi oleh gaya utama dari Timur-Barat. Sedangkan
untuk sesar yang ada pada daerah ini kedudukannya adalah N 20/ 750 SE dengan
sudut penunjaman sebesar 670 dengan arah N 1600 E dengan Pitch 740.
Berdasarkan klasifikasi sesar menurut Richard, Sesar ini merupakan sesar turun
menganan.
16

Gambar 4.1. Hasil Proyeksi shear fracture Daerah Pohe

.Pada lokasi ini diambil sampel batuan granodiorit dan sampel batuan yang
meupakan mafic encleave untuk dideskripsi secara detail. Pada batuan granodiorit
dengan warna abu-abu segar dan struktur massif, holokristalin, equigranular
dengan kemas tertutup, Kemudian dilihat dari sifatnya yang felsik serta mineral
penyusun batuan yaitu hornblende, quartz, ortoclase,biotite. Selanjutnya ke dua
sampel batuan ini akan preparasi dan di analisis laboratorium memakai XRF.

4.2 Pengamatan Laboratorium

Gambar 4.2 Instrumen Alat XR


17

Setelah dianalisis di laboratorium memakasi instrument alat XRF maka


hasilnya dapat di lihat pada gambar dibawah ini.

Foto 4.2 Komposisi Kimia Granodiorit


dan Mafic
18

Granodiorite
40.00%
36.80%

35.00%

30.20%
30.00%

25.00%

20.00%

15.89%
15.00%

10.00%
7.50%

5.00%
2.86% 2.71%
1.43% 1.17%
0.64% 0.36% 0.17% 0.15%
0.00%
O Fe Si Ca Te K Sr Ti Mn Zr Cr Rb
Fe KA1
5000
4000
3000
2000

Cr LB1
Cps
1000

Fe KB1

K KA1
500

Si KA1
Ti KA1
Mn KA1
Sr KA1
Zr KA1
300

Rb LA1
Sr LA1
Cr KA1
Rb KA1

K KB1
200

Mn KB1

LB1
Sr KB1

SrKB1
Ti KB1
Zr KB1

LB1LA1
Fe LA1
Zr LA1
100

Rb KB1

Rb LB1
Cr KB1

Fe LB1
Zr LB1

Si

MnMn
0

32 31 30 29 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0.8 0.6
KeV

Gambar 4.2.1. Grafik Komposisi kimia Granodirote


19

Mafic Encleave
0.6

49.79%
0.5

0.4

32.70%
0.3

0.2

0.1 7.66%
6.50%

1.83% 1.41%
0.00% 0.11%
0
Formula Fe O Ca Si Mn K Zr
Fe KA1
8000
7000
6000
5000
4000
3000

Ca KA1
Cps
2000

Fe KB1
800 1000

Mn KA1

Ca KB1
600
400

Si KA1
Zr KA1

Mn KB1
200

LA1
LB1LA1
Zr LA1
Si KB1
Zr KB1

LB1
100

Zr LB1

MnMn
Fe Fe
0

32 31 30 29 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0.8 0.6
KeV

Gambar 4.2.2. Grafik Komposisi kimia Granodirot


20

4.2.1 Kandungan unsur kimia batuan

Formul
Formul
a Concentration
a Concentration
O 36.80%
Fe 49.79%
Fe 30.20%
O 32.70%
Si 15.89%
Ca 7.66%
Ca 7.50%
Si 6.50%
Te 2.86%
Mn 1.83%
K 2.71%
K 1.41%
Sr 1.43%
Zr 0.11%
Ti 1.17%
Mn 0.64%
Zr 0.36%
Cr 0.17%
Rb 0.15%

Tabel 4.2.1. Perbandingan Persentasi Komposisi Kimia Sampel

Hasil XRF dari sampel Granodiorit dan Mafic Encelave di sajikan pada
Tabel diatas. Nampak dari kedua tabel tersebut bahwa kandungan senyawa kimia
tertinggi adalah Fe dan O kemudian diikuti oleh Si dan Ca .Komposisi kimia dari
kedua sampel batuan beku yang diperlihatkan pada tabel diatas hanya batuan beku
intrusi saja. Dari sini terlihat perbedaan persentase dari setiap senyawa oksida,
salah satu contoh ialah dari oksida SiO2  jumlah konsentrasi O terbanyak dimiliki
oleh batuan granodiorit dan semakin menurun ke batuan mafic encleave.
Sedangkan Fe dari batuan granodirit semakin bertambah kandungannya kearah
batuan mafic encleave.

Jika ditinjau dari hubungan antara hasil observasi dengan analisis di


laboratorium, dapat simpulkan bahwa kedua sampel batuan memiliki sifat asam
dan hal ini diperkuat dengan analisis dilaboratorium yang kandungan senyawa
tertinggi pada sampel ini adalah Fe2O3 yang bersifat asam.
21

4.2.2 Pengamatan Mineral Pada Batuan

Pengamatan mineral batuan dilakukan dengan menggunakan mikroskop


polarisasi. Mikroskop yang dipergunakan untuk pengamatan sayatan tipis dari
batuan. Keutamaan dari mikroskop ini adalah cahaya (sinar) yang dipergunakan
harus sinar yang terpolarisasi. Adapun sayatan tipis yang diamaati kali ini adalah
Granodiorit.

4.2.2.1 Nikol Sejajar

Pengamatan nikol sejajar dilakukan pada ukuran lensa okuler P7x mikro
dengan ukuran lensa objektif yaitu 0,10.

Mineral pertama dengan warna coklat, pleokroisme dwikroik, bentuknya


yang euhedreal(Prismatik) yang mineralnya dibatasi bidang kristalnya sendiri,
belahannya 1 arah, sedangkan pecahan pada tubuh mineralnya tidak ada, indeks
bias nmin < ncb , relief atau kenampakan yang timbul akibat adanya perbedaan
indeks bias mineral dengan media disekitarnya yaitu rendah. Ukuran mineralnya
antara 0,3 dan 0,4 mm. nama mineral ini adalah kuarsa, yang terbentuk melalui
pembekuan magma asam pada suhu 400-7500c dan biasa ditemukan dibeberapa
batuan intrusi eperti granit maupun granodiorit

Mineral ke dua dengan warna coklat pucat, pleokrisme dwikroik,


Euhedral, 1 arah, pecahannya tidak ada, indeks bias n min < ncb dengan reliefnya
sedang. Ukuran mineral antara 0,5 dan 0,6 mm. Nama mineral ini yaitu Biotit
yang terbentuk pada temperature 700-8000c, dan terbentuk pada batuan beku
asam.

Mineral ke tiga dengan warna hitam putih, plekroisme dwikroik, Euhedral,


belahan 1 arah, pecahan ada, indeks bias nmin < ncb , relief mineral sedang, ukuran
mineral antara 0,3 dan 0,4 mm. nama mineral ini adalah Plagioclase, yang
terbentuk pada suhu yang tinggi, biasanya terdapat ada batuan granit yang
plagioclasenya labih dominan.
22

4.2.2.2 Nikol Silang

Pengamatan nikol silang dilakukan pada ukuran lensa okuler P7x mikro
dengan ukuran lensa objektif yaitu 0,10.

Mineral pertama memiliki warna interferensi abu-abu, bias rangkap


mineral ini dilihat setelah keeping gypsum dimasukkan memperoleh warna hijau
orde 3 bawah. Orientasi optic mineralnya + adisi length slow karena sumbu
panjang yaitu terjadi apabila sumbu panjang mineral sejajar atau hamper sejajar
sumbu indikatrik sinar lambat (Z) serta sudut pemadaman mineral ini adalah 50 0 ,
nama mineral ini adalah kuarsa yang yang terbentuk melalui pembekuan magma
asam pada suhu 400-7500c dan biasa ditemukan dibeberapa batuan intrusi eperti
granit maupun granodiorit

Mineral ke dua memiliki warna inteferensi coklat mendekati hijau, warna


bias rangkapnya yaitu coklat kehitaman orde 3 bawah. Orientasi optic -,
substraksi, lengyh slow , sudut pemadamannya yaitu 3400. Nama mineralnya yaitu
biotite yang terbentuk pada temperature 700-8000c, dan terbentuk pada batuan
beku asam.

Mineral ke tiga memiliki warna interferensi coklat, bias rangkapnya


berwarna coklat kehitaman orde 3 bawah, orientasi optic -,substraksi,length fast .
sudut pemadaman yaitu 3300. Nama mineranya yaitu hornblende, terbentuk
karena proses pembekuan magma pada suhu sekitar 7000c – 6000c.
23

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kondisi geologi daerah praktikum jika ditinjau dari geomorfologi


merupakan Zona Pegunungan Selatan, Terdapat juga Struktur geologi berupa
sesar dan kekar dengan jenis batuan beku intrusi yaitu granit ataupun granodiorit
dan mafic encleave.

Geokimia batuan beku daerah praktikum dapat disimpulkan bahwa sifat


fisik sampel batuan adalah asam dan ini diperkuat dengan adanya analisis
dilaboratotium yang hasilnya kandungan senyawa Fe2O3 lebih tinggi.

Kandungan mineral pada hasil pengamatan sayatan tipis batuan


granodiorit menggunakan mikroskop polarisasi terdiri dari mineral kuarsa, biotit,
hornblende, plagioclase yang dianalis menggunakan nikol sejajar dan nikol silang.

5.2 Ucapan Terima Kasih

Pada kesempatan ini, penyusun juga menyampaikan ucapan terima kasih


kepada :

1. Ibu Dr.Sc Yayu Indriati Arifin M.Si, selaku dosen pembimbing serta
pengggung jawab praktikum yang telah banyak memberikan masukkan
yang sangat berarti.
2. Asisten Laboratorium Teknik Geologi yang telah banyak membantu
dan membimbing praktikan dalam melaksanakan praktikum.
3. Rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah membantu selama
praktikum.
24

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, T. dan Bachri,s. 1997. Peta Geologi Lembar Kotamobagu, Bandung :


Penelitian Pengembangan Geologi.

Bachri. S, Dkk. Peta Geologi Lembar Tilamuta, Sulawesi, skala 1: 250.000,.


Bandung : Puslitbang Geologi.

Bemmelen, R.W. van. 1949. The Geology of Indonesia. 2nd Ed. Martinus Nijhoff,
The Hague.

Ratman, N (1976) Geological Map Of Toli-toli Quadansle, Sulawesi Scale 1 :


250.000. GRDC.Bandung

Simanjuntak, T.O. 1986. Struktur Duplet (Dwi Unsur) Sesar Singkap Sesar Lurus
Mendatar di Lengan Utara Sulawesi, PT. XV IAGI

Trail, D.S. 1973. Extract From General Geological Survay On Block 2, Sulawesi,
PT. Tropic Endeavour
25

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai