Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Provinsi Gorontalo terletak antara 0o 19’ – 1° 15’ Lintang Utara dan 121°
23’ – 125° 14’ Bujur Timur. Luas Provinsi Gorontalo secara keseluruhan adalah
12.435,00 km 2 (Badan Pusat Statistik, Gorontalo Dalam Angka 2012). Provinsi
Gorontalo memiliki berbagai jenis potensi pertambangan baik bahan tambang
logam, seperti emas, perak, tembaga,dan pasir besi, dan bahan tambang
nonlogam seperti slag pasir, batu, pasir-batu (sirtu), kerikil, besi andesit, batu
makora, basalt, batu gamping, toseki, granit, dan lain-lain.( Badan Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Potensi Pertambangan dan Energi).

Salah satu yang banyak dimanfaatkan masyarakat adalah batu Granit


maupun Granodiorit. Manfaat batu granit antara lain sebagai bahan baku
pembuatan tegel, batu hias, selain itulembaran granit atau granodiorit yang sudah
dipoles dapat dipergunakan sebagai lantai atau ornamen dinding. Batuan ini
apabila terkena sinar matahari dan air hujan relatif lebih resisten dibanding dengan
marmer. Disamping itu granit atau granodiorit dimanfaatkan juga sebagai meja
dan lainnya. Sisa potongan granit atau granodiorit dicetak bersqma semen putih
untuk membuat teraso.

Akan tetapi, pengetahuan masyarakat mengenai batu Granit maupun


Garnodiorit masih sangatlah kurang sehingga harga penjualan batu ini di daerah
Gorontalo masih rendah. Dalam industri bahan bangunan, industri kaca, dan lain-
lain, batu granit/granodiorit yang digunakan mempunyai spesifikasi tertentu. Dari
permasalahan di atas, maka kami melakukan penelitian untuk mengetahui
kandungan yang terdapat pada batu granit dan manfaatnya dengan mengambil
sampel batuan dari kelurahan Pohe Kec.Hulonthalangi, Kota Gorontalo.
2

1.2. Tujuan

Untuk mengetahui kondisi geologi dan geokimia batuan beku di Daerah


Pohe dan Sekitarnya, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo.

1.3 Manfaat
Agar mahasiswa dapat mengetahui kondisi geologi dan geokimia batuan
beku di Daerah Pohe dan sekitarnya, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo
3

BAB II

GEOLOGI REGIONAL

2.1 GEOMORFOLOGI

Gambar 2.1. Peta Fisiografi Regional Gorontalo (Bemmelen, 1949)

Daerah Gorontalo Merupakan Bagian dari engan utara Sulawesi. Secara


Fisiografis, yaitu pembagian zona bentang alam yang merupakan representasi
batuan dan struktur geologinya, Gorontalo dapat dibedakan kedalam empat zona
fisiografis utama, yaitu Zona Pegunungan Utara Telongkabila-Boliohuto, Zona
Dataran Interior Paguyaman-Limboto, Zona Pegunungan Selatan Bone-Tilamuta-
Modello, dan Zona Dataran Pantai Pohuwato ( Van Bemelen, 1949 )

Dari zona fisiografis diatas, Dapat dikatan bahwa morfologi Gorontalo


umumnya merupakan daerah pegunungan yang berellief terjal, kecuali di Dataran
Interior dan Dataran Aluvial Pantai. Batas-batas pegunungan terbentang pantai.
Pantai-pantai yang ada, baik di utara ke Laut Sulawesi, maupun di selatan ke
Teluk Tomini, hanyalah pantai-pantai sempit atau berbatu-batu. Relief yang terjal
memang sangat rawan terhadap longsor ataupun jatuhan batu. Erosipun akan
menjadi sangat peka jika lingkungan hutan pada lereng terjal berubah. Tetapi
kondisi alam tersebut, dengan masih kecilnya pengaruh kerusakan lingkungan,
menciptakan pemandangan yang mempesona, seperti contohnya sebuah teluk
yang masih asri di sepanjang perjalanan dari Kwandang ke Atinggola di
Kabupaten Gorontalo Utara. ( Van Bemelen, 1949
4

2.2 STRATIGRAFI

Daerah Pohe dan sekitarnya

Gambar 2.2.1. Peta Geologi Regional Daerah Praktikum(Modifikasi Apandi dan


Bachri)

Menurut Apandi T dan S. Bachri 1997, Satuan batuan tertua didaerah


praktikum dan sekitarnya adalah Formasi Batuan Gunung Api Bilungala (Tmbv)
dengan penyusun utama berupa batu Breksi, tuff dan lava bersusunan andesite,
dasite dan riolit. Zeolite dan kalsite sering dijumpai pada kepingan batuan
penyusun utama Breksi. Tuff umunya bersifat dasitan, agak kompak dan berlapis
buruk dibeberapa tempat di Gorontalo.

Gambar 2.2.2. Kolom Stratigrafi Daerah Praktikum


5

Selanjutnya satuan batuan Diorit Bone (Tmb) dengan penyusun utama


berupa Diorit Kuarsa, Diorit, Granodiorit dan Granit. Batuan Granit banyak
dijumpai didaerah Sungai Bone. Satuan ini menorobos Batuan Gunung Api
Bilungala maupun formasi Tinombo. Umur satuan ini sekitar Miosen Akhir.
(Apandi, 1997 ).

Kemudian Formasi Batuan Gunug Api Pinogu (Tqpv) dengan penyusun


utama berupa tuff , tuff lapilli, breksi dan lava. Breksi gunung api di Pegunungan
Bone G.Mongadalia dan pusian bersusunan Andesit, piroksin dan dasit. Tuff yang
bersingkap di G.Lemibut dan G.Lolombulan umumnya berbatu apung, kuning
muda, berbutir sedang sampai kasar, diselilingi oleh lava bersusunan andesit.

Pada Formasi Endapan Danau (Qpl) dikuasai oleh batu lempung kelabu,
setempat mengandung sisa tumbuhan dan lignit. Daerah ini juga terdapat batu
pasir berbutir halus sampai kasar serta kerikil dijumpai dibeberapa tempat. Satuan
ini termampatkan lemah, tebalnya menurut data bor mencapai 94 meter ( Trail,
1974)

Pada Formasi Satuan Batugamping (Ql) terdapat batugamping terumbu


terangkat dan batu gamping klastik dengan komponen utama koral, setempat
berlapis, terutama dijumpai didaerah pantai selatan dan setempat didekat Panong,
daerah Pantai Utara.

Terakhir adalah Formasi Satuan Aluvium dan Endapan Pantai(Qal)


terdapat material pasir, lempung, kerikil dan kerakal.
6

2.3 TEKTONIK DAN GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 2.3. Peta Tektonika Daerah Sulawesi

Suatu struktur geologi yang utama di daerah Gorontalo adalah sesar,


berupa sesar normal dan sesar jurus mendatar. Sesar normal yang terdapat di
G.Bolihutuo menunjukkan pola memancar, sedang sesar jurus mendatar umumnya
bersifat menganan. Tetapi adapula yang mengiri. Sesar tersebut memotong batuan
yang berumur muda ( satuan batugamping klastik). Struktur lipatan hanya terdapat
setempat, terutama pada Formasi Dolokapa dan Formasi Lokodidi, dengan sumbu
lipatan secara umum berarah barat timur. Kelurusan banyak terdapat didaerah ini
dengan arah sangat beragam, kelurusan ini terlihat baik pada citra radar dan potret
udara. . (Simanjuntak,1986)

Kegiatan tektonik didaerah ini diduga telah berlangsung sejak Eosen


sampai Oligosen, yang diawali dengan kegiatan magmatic yang menghasilkan
7

satuan Gabro. Masih pada eosin, terjadi penukaran dasar samudra yang
berlangsung hingga miosen awal, dan ini menghasilkan lava bantal yang cukup
luas. Kegiatan tersebut diikuti pula oleh terjadinya retas-retas yang umumnya
bersusunan biasa dan banyak menerobos Formasi Tinombo. (Ratman,1976

Pada pola struktur geologi didaeah Pohe, Kec.Hulonthalangi, Kota


Gorontalo dicerminkan struktur geologinya berupa sesar. Berdasarkan klasifikasi
Richard merupakan jenis sesar turun menganan yang dipengaruhi oleh tunjaman
dari lempeng Laut Sulawesi dan Arah Utara. (Ratman,1976)

BAB III

METODE PRAKTIKUM
8

Daerah praktikum berlangsung selama 1 hari pada tanggal 17 September


di hari minggu yang berkokasi di Kelurahan Pohe, Kota Gorontalo tepatnya
ditangga dua ribu dengan koordinat lokasi yaitu N 00030’27,1” E 123003’26,6”,

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, T. dan Bachri,s. 1997. Peta Geologi Lembar Kotamobagu, Bandung :


Penelitian Pengembangan Geologi.

Bachri. S, Dkk. Peta Geologi Lembar Tilamuta, Sulawesi, skala 1: 250.000,.


Bandung : Puslitbang Geologi.
9

Bemmelen, R.W. van. 1949. The Geology of Indonesia. 2nd Ed. Martinus Nijhoff,
The Hague.

Ratman, N (1976) Geological Map Of Toli-toli Quadansle, Sulawesi Scale 1 :


250.000. GRDC.Bandung

Simanjuntak, T.O. 1986. Struktur Duplet (Dwi Unsur) Sesar Singkap Sesar Lurus
Mendatar di Lengan Utara Sulawesi, PT. XV IAGI

Trail, D.S. 1973. Extract From General Geological Survay On Block 2, Sulawesi,
PT. Tropic Endeavour
10

Anda mungkin juga menyukai