PENDAHULUAN
4. Formasi Sentolo
Di atas Formasi Andesit Tua, selain Formasi Jonggrangan, diendapkan
juga secara tidak selaras Formasi Sentolo. Hubungan Formasi Sentolo dengan
Formasi Jonggrangan adalah saling menjari. Formasi sentolo mempunyai tipe di
daerah sentolo. Bagian bawah berupa batu gamping, batu pasir napalan, napal
pasiran dan napal tufan. Sementara semakin ke atas berkembang menjadi
batugamping berlapis dengan kandungan fosil foraminifera dan fragmen koral.
Umur formasi ini berkisar N8 – N15 (Miosen Awal – Pliosen). Penyebaran
Formasi Sentolo meliputi daerah bagian tenggara dari pegunungan Kulonprogo
dengan kenampakan morfologi berupa perbukitan bergelombang rendah hingga
perbukitan bergelombang tinggi.
5. Formasi Wates dan Formasi Yogyakarta
Di atas batuan – batuan yang lebih tua diendakan Formasi Wates dan
Formasi Yogyakarta sebagai formasi termuda yang berumur resen (holosen).
Formasi Wates terdiri dari material lepas hasil transportasi permukaan dan
sedimentasi sungai saat ini seperti Sungai Progo dan Sungai Bogowonto. Formasi
Wates tersebar di bagian selatan dan baratdaya Pegunungan Kulonprogo hingga
berbatasan dengan Samudra Indonesia. Formasi Yogyakarta mempunyai
penyebaran di bagian timur pegunungan Kulonprogo dengan kenampakan
morfologi berupa daratan. Komonen penyusun formasi ini berupa material lepas
produk Gunung Merapi Tua dan Merapi Muda.
Pada lokasi pengamatan ini didapati beberapa jenis mineral yaitu : Limonit,
Kuarts, Gipsum, dan Hematit, mineral – mineral ini di dapat pada daerah sebelah
selatan dari lokasi pengamatan, dimana tempat penemuannya ialah pada sebuah
kali kecil (Kuarts) dan berasosiasi dengan mineral lempung (Gipsum, Limonit,
Hematit).
(a) (b)
Gambar 1, Mineral Limonit (a) dan Mineral Gipsum (b)
(lensa kamera menghadap utara)
Kuarts yang ditemukan bukanlah terbentuk pada tenpat dia ditemukan,
kuarsa terbentuk pada proses magmatism. kuarsa yang terdapat disini telah dibawa
oleh aliran air, bentuk dari kuarsa sendiri mengindikasikan hal tersebut.
(a) (b)
Gambar 2, Lokasi penemuan Kuarts
(kepala palu menunjuk arah barat (a) lensa kamera menghadap selatan (b))
2. QUARTZ(SiO2):
Warna : Putih
Kilap : Kaca
Kekerasan : 7
Cerat : Putih
Belahan : Tidak menentu
Pecahan : Konkoidal
Bentuk : Amorf
Gambar 4, QUARTZ
Struktur : Nodular
Berat jenis : 2.65
Sifat dalam : rapuh
Kemagnetan : diamagnetik
Sifat lain : translucent
Kesimpulan : Termasuk ke dalam golongan silikat karena
mengandung unsur Si yang berikatan dengan
unsur O.
Sistem kristal : Hexagonal
Kegunaan : Sebagai perhiasan, bahan baku pembuatan kaca
Genesa : proses Magmatis
( Klein, 2002 : 545 )
3. HEMATITE (Fe2O3):
Warna : Merah
Kilap : tanah
Kekerasan : 5.5 – 6.5
Cerat : merah
Belahan : Tidak menentu
Pecahan : uneven
Bentuk : Amorf
Gambar 5, HEMATITE
Struktur : nodular
Berat jenis : 2.65
Sifat dalam : rapuh
Kemagnetan : diamagnetik
Sifat lain : Opaque
Kesimpulan : Termasuk ke dalam golongan oksida karena
mempunyai anion O-
Sistem kristal : rombhohedral
Kegunaan : bijih besi
Genesa : Oksidasi dari batuan yang banyak mengandung
besi
LIMONITE (FeOOH.nH2O):
Warna : Coklat Kekuningan
Kilap : tanah
Kekerasan : 5.5
Cerat : kuning kecoklatan
Belahan : Tidak menentu
Pecahan : Konkoidal
Bentuk : Amorf
Struktur : Nodular
Gambar 6, LIMONITE
Berat jenis : 4
Sifat dalam : rapuh
Kemagnetan : diamagnetik
Sifat lain : Opaque
Kesimpulan : Termasuk ke dalam golongan oksida karena
mempunyai anion O-
Sistem kristal : Orthorombic
Kegunaan : Sebagai perhiasan, bahan baku pembuatan kaca
Genesa : Dekomposisi dari pyrite, atau hidrasi batuan yang
mengandung besi
(a) (b)
Gambar 7, Kerusakan jalan yang terjadi
Tampak adanya retakan – retakan dan amblesan dari jalan,
sebagai akibat dari batuan penopang jalan yang kurang baik
(lensa kamera menghadap utara)
III.1b Lokasi Pengamatan 2
Letak lokasi pengamatan ini ialah N 317 E dari gunung Mudjil, yang berada
pada pinggir jalan raya daerah Kenteng, dan sebelah timur dari LP 1. Daerah ini
mempunyai geomorfologi berupa dataran, namun kearah barat merupakan
perbukitan. Bentuk divide dari LP 2 ini ialah cekung.
Daerah ini ialah daerah endapan Quartenary Alluvium, Dikatakan bentang
alam aluvial karena pada daerah ini terdapat endapan aluvial yaitu endapan yang
dihasilkan oleh erosi sungai dan proses – proses fluvial masih terjadi pada daerah
ini. Endapan Fluvial yang terbentuk berasal dari anak Sungai Progo, dilihat dari
stratigrafinya merupakan endapan alluvium karena terbentuk pada kala holosen.
Di sebelah barat banyak terdapat perbukitan dan pegunungan sehingga disebut
bentang alam structural. Pada LP 2 ini, padi menjadi vegetasi yang dominan,
karena pengunnaan lahan secara garis besar untuk persawahan.
Daerah dataran yang ber-divide cekung ini merupakan daerah yang
berpotensi tinggi terkena banjir akibat luapan dari kali-kali disekitarnya.
Pelapukan terjadi pada fragmen dari batuan sedimen yang ada di LP ini,
dengan tingkat pelapukan antara agak lapuk – lapuk, hal ini dibuktikan dengan
adanya alterasi dari mineral plagioklas menjadi kalsit (mineral karbonat) pada
fragmen yang berupa batu andesit, dan juga adanya mineral klorit yang
merupakan hasil pelapukan dari Hornblende, sedangkan pada fragmen berupa
batu andesit berukuran bongkah (fragmen), sisi dalam dari batuan tersebut
merupakan bagian yang masih segar karena belum mengalami pelapukan.
Berikut ialah deskripsi mineralogy dari fragmen berupa batu andesit yang
berukuran bongkah :
Nama batuan : Andesit
Warna batuan : Abu – abu kecoklatan
Tekstur batuan : porfiro aphanitic
Struktur batuan : masif
Mineral :
1. Nama mineral : QUARTZ (SiO2)
Kelompok mineral : Silikat
Sub kelompok : Tectosilicates
Deskripsi fisik :
Mineral kuarsa berwarna putih dan tidak berwarna memiliki cerat putih dan kilap
kaca dengan kekerasan 7, belahan tidak ada, pecahan tidak rata, bentuk kristalin
granular, struktur kriptokristalin, sifat dalam rapuh (brittle), sifat lain translucent,
kemagnetan diamagnetik, berat jenis 2,6.
Genesa mineral : Mineral kuarsa terbentuk dari kristalisasi magma pada
suhu yang rendah, merupakan mineral yang terbentuk
paling akhir dari Bowen’s Reaction Series.
Asosiasi mineral : Orthoklas, plagioklas, muskovit, hornblende
Keterdapatan : Batuan beku, sedimen, dan metamorf
Pada kedua deskripsi tersebut di dapat perbedaan, hal ini terjadi karena
tingkat pelapukan yang berbeda, sehingga komposisi mineralnya pun berbeda.
Pada lokasi ini, praktikan mengukur Dip dan Strike dari perlapisan batuan
sedimen, yang mendapatkan hasil yaitu Strike N 138 E dan Dip sebesar 35.
(a) (b)
Gambar 12, Material berukuran kerikil (a) dan material berukuran pasir (b)
(kepala palu menghadap utara)
Sampel diambil dari kedua perlapisan tersebut, berupa batuan beku andesit,
namun tidak ada perbedaan komposisi dari kedua sampel tersebut, Horblende
tampak dominan sebagai fenokris dalam batu andesit tersebut, perbedaan
komposisi secara makroskopis terlihat pada matriks pengikatnya.
a b
Gambar 15, Andesit, perhatikan komposisi hornblende yang melimpah
( fragmen lapisan atas (a), fragmen lapisan bawah (b))
Mineral :
1. Nama mineral : HORNBLENDE (Ca2Mg5Si6Al2O22(OH)2)
Kelompok mineral : Silikat
Deskripsi fisik :
Mineral hornblende berwarna coklat - hitam memiliki cerat hitam kecoklatan dan
kilap kaca dengan kekerasan 5 - 6, belahan sempurna 2 arah, pecahan tidak rata
(uneven), bentuk kristalin prismatik, struktur fanerokristalin, sifat dalam rapuh
(brittle), sifat lain opaque, kemagnetan diamagnetik, berat jenis 3 – 3,4,
kelimpahan amat melimpah.
Genesa mineral : Mineral hornblende terbentuk dari kristalisasi magma
pada suhu yang sedang, merupakan mineral yang terbentuk
dari kristalisasi magma pada Bowen’s Reaction Series.
Asosiasi mineral : Kuarsa, plagioklas, augite, magnetite, mika
1. QUARTZ (SiO2):
Warna : Putih
Kilap : Kaca
Kekerasan : 7
Cerat : Putih
Belahan : Tidak menentu
Pecahan : Konkoidal
Bentuk : Amorf
Struktur : Nodular
Berat jenis : 2.65
Sifat dalam : rapuh
Kemagnetan : diamagnetik
Sifat lain : translucent
Kesimpulan : Termasuk ke dalam golongan silikat karena
mengandung unsur Si yang berikatan dengan
unsur O.
Sistem kristal : Hexagonal
Kegunaan : Sebagai perhiasan, bahan baku pembuatan kaca
Genesa : proses Magmatis
( Klein, 2002 : 545 )
2. HEMATITE (Fe2O3):
Warna : Merah
Kilap : Tanah
Kekerasan : 5.5 – 6.5
Cerat : Merah
Belahan : Tidak menentu
Pecahan : uneven
Bentuk : Amorf
Struktur : Nodular
Berat jenis : 5.26
Sifat dalam : rapuh
Kemagnetan : paramagnetik
Sifat lain : translucent
Kesimpulan : Termasuk ke dalam golongan oksida karena
memiliki anion O-.
Sistem kristal : Hexagonal
Kegunaan : Sebagai Bijih besi, untuk pembuatan berbagai
produk logam
Genesa : hasil dari pelapukan dan oksidasi dari batuan
yang mengandung unsur besi
( Klein, 2002 : 381 )
3. PLAGIOCLASE (CaAl2Si2O8) :
Warna : abu-abu
Kilap : Kaca
Kekerasan : 6
Cerat : Putih
Belahan : baik
Pecahan : Konkoidal
Bentuk : Amorf
Struktur : Nodular
Berat jenis : 2.7 – 2.8
Sifat dalam : rapuh
Kemagnetan : diamagnetik
Sifat lain : translucent
Kesimpulan : Termasuk ke dalam golongan silikat karena
mengandung unsur Si yang berikatan dengan
unsur O.
Sistem kristal : Tricline
Kegunaan : Batuan ornamental
Genesa : proses Magmatis
( Klein, 2002 : 554 )
4. HORNBLENDE (Ca2Mg5Si6Al2O22(OH)2) :
Warna : Hitam
Kilap : Kaca
Kekerasan : 5-6
Cerat : Hitam
Belahan : baik
Pecahan : even
Bentuk : Amorf
Struktur : Nodular
Berat jenis : 3.0-3.4
Sifat dalam : rapuh
Kemagnetan : diamagnetik
Sifat lain : Opaque
Kesimpulan : Termasuk ke dalam golongan silikat karena
mengandung unsur Si yang berikatan dengan
unsur O.
Sistem kristal : Monocline
Kegunaan : ornamental dan Gemstone
Genesa : proses Magmatis
( Klein, 2002 : 526 )
5. MAGNETITE (Fe3O4):
Warna : Putih
Kilap : Logam
Kekerasan :6
Cerat : Hitam
Belahan : baik
Pecahan : Konkoidal
Bentuk : Amorf
Struktur : Nodular
Berat Jenis : 5.18
Kemagnetan : Feromagnetik
Sifat Lain : Opaque
Kesimpulan : Termasuk ke dalam golongan oksida karena
memiliki anion O-.
Sistem kristal : Isometric
Kegunaan : Sebagai Bijih besi, untuk pembuatan berbagai
produk logam
Genesa : aksesori mineral pada batuan beku
( Klein, 2002 : 389 )
\
b e
a
c
Selama perjalanan juga teramati adanya lagun – lagun pada sebelah timur
kali kamal, lagun ini kaya akan endapan Halit, dan mungkin Gipsum (pada
teorinya) yang terbentuk karena proses evaporasi air laut dengan vegetasi
dominan berupa pohon kelapa, terdapat pula perkebunan buah naga pada wilayah
pesisir.
Pasir besi menutup wilayah pantai dan pesisir, yang merupakan litologi
dominan pada daerah pantai Glagah, pada muara Kali Serang teramati adanya
anomali, dimana ujungnya dibelokan oleh pematang pasir, kali serang
mempertahankan alirannya, sehingga tampak seperti sekarang.
Gambar 17, Pasir besi di pantai Glagah.
Pasir besi pada pantai Glagah mengandung kadar besi yang tinggi, sehingga
layak untuk di ekploitasi dari segi geologi, namun sampai saat ini hal tersebut
belumlah dilakukan, karena dari aspek lain tidaklah memenuhi, kedepannya
diharapkan ekploitasi ramah lingkungan diikuti oleh pembangunan aspek sosial
dapat dilakukan di daerah ini. Aspek geologi lingkungan yang negatif ialah terkait
dengan posisi pantai Glagah yang terletak di pantai selatan pulau jawa, sehingga
rawan terhadap ancaman tsunami yang ditimbulkan gempa di laut lepas (Samudra
Hindia).
Hulburt, C. S. JR. 1959. Dana’s Manual of Mineralogy. John Wiley & Sons,Inc :
London.
Hulburt, C. S. JR. and Klein, C. 1977. Manual of Mineralogy. John Wiley &
Sons,Inc : New York.
Kraus, Hunt, & Ramsdell. 1951. Mineralogy. McGraw-Hill Book Company, Inc :
New York.
Staff Asisten Geologi Fisik dan Dinamik. 1994. Panduan Praktikum Geologi
Dasar. Yogyakarta : Tidak dipublikasikan.