PRINSIP STRATIGRAFI
Sebagai Laporan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Prinsip Stratigrafi
Oleh :
Ratnasari L. Madusila
Dosen pengampu :
2019
KATA PENGANTAR
Penyusun
BAB 1 PENDAHULUAN
Prinsip stratigrafi merupakan ilmu yang membahas aturan, hubungan dan kejadian (genesa)
macam-macam batuan di alam dengan melihat pertimbangan umur, waktu pengendapannya serta
ciri-ciri litologinya. Dalam penggunaannya dizaman sekarang stratigrafi merupakan ilmu geologi
yang sangat penting dalam penentuan umur dari suatu lapisan,menjadi penciri adanya
kemampuan migas dan dapat mengetahui sejarah geologi suatu daerah. Untuk mengetahui
metode-metode yang dilakukan dalam penerapan prinsip stratigrafi dilapangan, maka dibuatlah
jadwal praktikum yang membahas materi-materi dan metode yang membahas suatu perlapisan
daerah.
Dalam praktikum kali ini membahas tentang jenis – jenis litologi yang diamati di
lapangan dan mengukur setiap lapisan batuan yang diamati. Hal ini bertujuan untuk
mengelompokkan jenis litologi yang berbeda secara bersistem. Ciri tersebut meliputi janis
batuan, kombinasi antar batuan (unconformity,superposisi,crosscutting), struktur dan lain-
lain.
Dalam penerapannya secara langsung di lapangan seorang geologist harus melakukan
pengamatan lapangan untuk mendapatkan data-data primer mengenai jenis litologi yang
dijumpai pada daerah penelitian. Tentunya pada daerah pemetaan yang sangat luas seorang
geologis tidak akan mengamati meter demi meter dari daerah tersebut, melainkan akan
menentukan stasiun-stasiun pengamatan tertentu pada daerah tersebut yang dianggap mewakili
keseluruhan daerah yang akan dipetakan.
Daerah penelitian berada di Desa Zuriati, Kecamatan Monano, Kabupaten Gorontalo
Utara, Provinsi Gorontalo. Berdasarkan Peta Geologi Regional Lembar Tilamuta daerah
penelitian tersusun atas Formasi Bolihutuo (Tmbo) yang berumur Miosen dan terdapat Formasi
Dolokapa (Tmd), Batuan Gunungapi Breksi Wobudu (Tpwv) yang berumur Pliosen dan Formasi
Lokodidi (TQls) berumur Pleistosen (Bachri, dkk., 1993). Daerah penelitian memiliki tatanan
geologi yang menarik untuk diteliti karena tersusun oleh batuan yang berumur Tersier sampai
Kuarter.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud diadakannya penelitian ini yaitu untuk mempelajari hubungan stratigrafi antar
batuan dan urutan-urutan stratigrafi berdasarkan arah vertikal secara detail, dengan tujuan
untuk mengetahui cara pembuatan sayatan penampang geologi, dapat menafsirkan
lingkungan pengendapan dan mendapatkan nilai ketebalan yang didapatkan dari hasil
analisis pada penampang terukur dan kolom stratigrafi.
2 menentukan dimana
posisi koordinat kita dan
GPS (Global
tentu saja kita tidak dapat
Positioning System)
menge-plot posisi kita di
peta
Secara fisiografi, daerah Gorontalo dibagi menjadi empat zonafisiografi yaitu Zona Pegunungan
Utara Tilongkabila – Boliohutuo, Zona Dataran Interior Paguyaman – Limboto, Zona
Pegunungan Selatan Bone – Tilamuta – Modello, dan Zona Dataran Pantai Pohuwato (
Budibramantyo, 2009).
1) Zona Pegunungan Utara Tilongkabika – Boliohutuo, zona ini dijumpai pada daerah
wilayah utara yang memanjang kearah Barat dari pegunungan Tilongkabila sampai
pegunungan Boliohutuo. Dan memiliki bebrapa puncak gunung yakni G. Gambuta, G.
Dolokapa, G. Boliohutuo, G. Tentolomatinah. Umumnya terdiri dari formasi – formasi
batuan gunungapi berumur Miosen – Pliosen ( 23 – 2 juta ) tahun yang lalu. Yang terdiri
dari batuan beku intermedier dan granit, batuan sedimen bersumber dari gunungapi terdiri
dari lava, tuf, breksi, atau konglomerat.
2) Zona Datara interior Paguyaman – Limboto, zona ini membentang luas dari dataran
suwawa sebelah timur,melewati Gorontalo, danau Limboto hingga Paguyaman dan
Botulantio disebelah barat.
3) Zona Pegunungan Selatan Bone – Tilamuta –Modello. Yang memiliki beberapa
pegunungan yakni G. Ali, G. Olii, G. Pani, dan G. Modello, umumnya tersusun oleh
formasi – formasi batuan sedimen gunungapi berumur Eosen – Oligosen dan intrusi –
intrisi diorit, granodiorit, dan granit yang berumur Pliosen.
4) Zona terakhir adalah zona yang relatif terbatas di Dataran Pantai Pohuwato. Dataran yang
terbentang dari Marisa di timur hingga Torosiaje dan perbatasan dengan Provinsi Sulawesi
Tengah di barat, merupakan aluvial pantai yang sebagain besar tadinya merupakan daerah
rawa dan zona pasang-surut. Hingga sekarang, di bagian selatan, masih didapati rawa-rawa
bakau (mangrove) yang luas, yang sebenarnya merupakan rumah bagi burung endemis
Wallacea, burung maleo.
Dari zona fisiografis di atas, dapat disimpulakn bahwa morfologi Gorontalo umumnya
merupakan daerah pegunungan yang berelief terjal, kecuali di dataran interior dan dataran aluvial
pantai. Batas-batas pegunungan terbentang hingga pantai. Pantai-pantai yang ada, baik di utara
ke Laut Sulawesi, maupun di selatan ke Teluk Tomini, hanyalah pantai-pantai sempit atau
berbatu-batu. Relief yang terjal memang sangat rawan terhadap longsor ataupun jatuhan batu.
Erosi pun akan menjadi sangat peka jika lingkungan hutan pada lereng terjal berubah.
Berdasarkan Peta geologi regional lembar Tilamuta skala 1 : 250.000 (Bachri,Sukindo, Ratman.
1993), stratigrafi regional daerah penelitian dari tua ke muda terdiri dari beberapa formasi, antara
lain :
Tektonik pulau sulawesi terbentuk akibat dari peristiwa konvergen dan transform. Untuk
kawasan konvergen di sulawesi ini, lempeng Eurasia, lempeng Pasific dan lempeng Indo-
Australia saling bergerak dan mendekati. Pergerakan ketiga lempeng ini bersifat tumbukan.
Tumbukan antar lempeng Eurasia, lempeng Pasific dan lempeng Indo-Australia ini tertekuk dan
menyusup kebawah lempeng benua hingga masuk ke Astenosfer merupakan (zona melange),
dimana di tempat ini merupakan kedudukan titik-titik focus Gempa tektonik. Pada saat terjadi
zona mélange di pulau sulawesi, palung lantai samudra dan sedimen terakumulasi di dalamnya.
Setelah mengalami pergeseran dan teranjakan, akibat dari tumbukan antar ketiga lempeng
ini, Pulau Sulawesi mengalami morfologi yaitu terjadinya Pre-Cretaceous accretionary Complex
berupa busur vulkanik Neogene yang terjadi di daerah barat Sulawesi. Kemudian juga terbentuk
Ophiolite complex pada bagian timur dan sisa lengan timur selatan sulawesi. Setelah itu,
terbentuk batuan metamorf yang mana batuan metamorf ini terkandung pada material-material
yang terdapat pada kedua benua dan lautan, yang kemudian mengalami pendorongan dari barat
menuju bagian atas barat Sulawesi, kemudian terangkat keatas sehingga terbentuklah rangkaian
pegunungan.
Sedangkan untuk kawasan Transform di pulau sulawesi ini, ketiga lempeng bergerak
lateral berlawanan arah, yang mana tepi lempeng bergesekan sehingga mengakibatkan adanya
patahan yang terjadi akibat tubrukan antara SSE-NNW bagian palu koro yang mengalami sesar
Horizontal/ mendatar yang bergerak kearah kiri menuju bagian utara dari Sulawesi timur.
Patahan ini merupakan pergerakan patahan yang terjadi akibat terasosiasi dengan rezim
transtensional. Pergerakan transtensional ini juga mengalami cekungan-cekungan sehingga
terbentuklah danau-danau kecil di Propinsi Sulawesi.
2.2 Teori ringkas
Pada hakekatnya ada hubungan tertentu antara kejadian dan aturan batuan di alam, dalam
kedudukan ruang dan waktu geologi. Stratigrafi membahas aturan, hubungan, kejadian lapisan
serta tubuh batuan di alam. Sandi stratigrafi dimaksudkan untuk memberikan pengarahan kepada
para ahli geologi yang bekerja mempunyai persepsi yang sama dalam cara penggolongan
stratigrafi. Sandi stratigrafi memberikan kemungkinan untuk tercapainya keseragaman dalam
tatanama satuan-satuan stratigrafi. Pada dasarnya, Sandi Stratigrafi mengakui adanya satuan
lithostratigrafi, satuan litodemik, satuan biostratigrafi, satuan sekuen stratigrafi, satuan
kronostratigrafi dan satuan geokronologi. Sandi ini dapat dipakai untuk semua macam batuan.
1) Satuan Lithostratigrafi
2) Satuan Litodemik
Urutan tingkat Satuan Litodemik resmi, masing-masing dari besar ke kecil adalah:
Supersuite, Suite, dan Litodem.
Litodem adalah satuan dasar dalam pembagian Satuan Litodemik, satuan dibawah
litodem merupakan satuan tidak resmi. Tata Nama Satuan Litodemik: Tatanama Satuan
dasar Litodemik yang terdiri dari nama geografi dan ciri utama komposisi litologinya,
misalnya Diorit Cihara.
3) Satuan Biostratigrafi
Kolom stratigrafi merupakan gambaran setiap satuan batuan yang ada didaerah
penelitian. Kolom stratigrafi ini berbeda dengan kolom stratigrafi terukur. Pembuatan kolom
stratigrafi ini berdasarkan pengambilan data lapangan, data analisis yang dilakukan
dilaboratorium dan analisis studio. Berbeda dengan kolom stratigrafi terukur yang pembuatannya
hanya dari pengambilan data dilapangan untuk suatu tujuan tertentu.
Fungsi lain dari pembuatan kolom stratigrafi ini yaitu untuk digunakan sebagai legenda
dalam peta, penggabungan dari kolom litologi satuan batuan, umur satuan batuan, lingkungan
pengendapan, hubungan antara satuan batuan dan yang paling penting untuk mengetahui urutan
– urutan kejadian batuan pada daerah penelitian sehingga bisa dapat menceritakan dan mudah
dipahami.
Kolom litologi (profil litologi) merupakan salah satu data dalam pengambilan data di
lapangan. Kolom litologi dibuat hamper disetiap lokasi pengamatan dilapangan. Data–data yang
perlu diambil untuk pembuatan kolom litologi seperti :
a) Ketebalan batuan, ketebalan harus diukur setiap layernya. Ketebalan tersebut bisa diukur
menggunakan pita ukur atau meteran , jika batuan intrusi lakukan dengan pengukuran
beda tinggi pada topografi.
b) Struktur pada batuan, amati struktur setiap layernya dan secara singkapan.
c) Deskripsi batuan, deskripsi setiap layernya dan secara singkapan.
Kolom litologi yang dibuat di lapangan akan dibuat menjadi kolom litologi satuan pada
daerah penelitian atau kolom litologi yang disetiap lokasi pengamatan akan digabungkan
menjadi kolom litologi satuan jika memiliki luasan penyebaran yang terpetakan dalam skala peta
tertentu. Berikut ini merupakan gambar kolom litologi satuan batuan.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh peneliti yang melakukan praktikum di daerah yang
sama, didapatkan lokasi penelitian memiliki suatu tatanan geologi yang tersusun oleh batuan
yang termasuk pada dua formasi yaitu formasi Diorit Boliohuto, terdiri dari batuan diorite
sampai granodiorite yang mengandung kursa sampai 20% dengan kandungan feldspar dan biotit
cukup menonjol. Di beberapa tempat dijumpai senolit bersusunan basa , menunjukan
kemungkinan batuan dioritan tersebut berasosiai (menerobos) batuan basa jauh di bawah
permukaan . batuan in menerobos Formasi Dolokapa serta Formasi Dolokapa, terdiri atas
batupair wake, batulanau, batulumpur, konglomerat, tuf, tuf lapilli, aglomerat, breksi gunungapi
dan lava bersusunan andesit sampai basal. Adapun lingkungan pengendapan dari formasi ini
adalah “inner sublittoral”. Tebal formasi ini secara keseluruhan diperkirakan mencapai sekitar
2.000 m. Pada lokasi penelitian ini terdapat dua litologi yaitu sebagai berikut :
1) Stasiun 1
Berdasarkan hasil pengamatan pada stasiun pertama, singkapan merupakan batuan
konglomerat dengan karateristik berwarna abu-abu gelap berukuran kerikil-kerakal, butiran
umumnya membundar tanggung-membundar, fragmen polemik tersusun atas (granodiorite,
basalt, dan andesit), pemilahan buruk, kemas tertutup serta pada fragmen telah mengalami
efek bakar akibat dari intrusi sill yang memotong lapisan. Secara berangsur makin ke atas
runtunan atau ke arah hulu sungai, konglomerat ini berubah menjadi batupasir
konglomeratan atau berupa struktur berangsur ke atas (graded bedding).
2) Stasiun 2
Berdasarkan hasil pengamatan pada stasiun 2, lapisan batubara dijumpai dalam runtunan
perselingan antara batupasir dan batulanau. Batupasir dengan karateritik berwarna abu-
abu kecoklatan, berukuran pasir kasar, bentuk butir membundar tanggung-membundar
kemas tertutup, pemilahan baik, komposisi terdiri atas feldspar dominan 70-80 %, non
karbonat, sebagian teroksidasi dan kompak. Di atas batupasir ini diendapkan batulanau
dengan karateristik abu-abu terang , mengalami oksidasi, komposisi terdiri atas feldspar
dan dalam kondisi lapuk. Batubara yang terdapat dalam runtunan batuan ini terdiri atas 2
lapisan yang semakin menebal ke atas dengan karateristik berwarna hitam pekat dengan
kilap cukup baik dan secara fisik kering dan ringan. ketebalan masing-masing lapisan
yaitu 20-40 cm, lapisan miring kea rah timur laut dengan besar kemiringan 650.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Stasiun 1
Hari / Tanggal : Sabtu, 16 November 2019
Waktu : 09.30 WITA
Daerah : Desa Zuriati, Kecamatan Monano, Kabupaten Gorontalo Utara
Cuaca : Cerah
Koordinat : N 00052′26″ E 122° 41′ 43″
Deskripsi Singkapan
Dimensi singkapan : Lebar ± 20 m danTinggi ±15 m
Keadaan singkapan : Terdapat struktur kekar pada singkapan
Warna soil : Kecoklatan
Tingkat pelapukan : Sedang
Jenis batuan : Batuan beku dan Batuan sedimen
Deskripsi Batuan Beku
Warna : Abu abu
Tekstur : PorfiriAfanitik
Struktur : Massif
Derajat Kristalin : Holokristalin
Granularitas : Equigranular
Nama batuan : Andesit Porfiri
Deskripsi Batuan Sedimen
Warna : Coklat Kemerahan
Matriks : Lempung
Struktur : Massif
Kekompakan : Kompak
B. Stasiun 2
Hari / Tanggal : Sabtu,16 November 2019
Daerah : Desa Zuriati, Kecamatan Monano, Kabupaten Gorontalo Utara
Cuaca : Cerah
Koordinat : N 00052′19,38″ E 122° 38′ 54,44″
Deskripsi Singkapan
Dimensi singkapan : Lebar ±5 m danTinggi ± 1 m
Arah singkapan : Singkapan berada di tenggara dan menghadap kearah timur laut
Keadaan singkapan : lapuk
Warna soil : Kecoklatan
Tingkat pelapukan : Sedang
Jenis batuan : Batuan Sedimen
Deskripsi Batuan Sedimen
Warna : Kuning Kecoklatan
Besar Butir : Pasir Halus
Bentuk Butir : Subrounded-rounded
Pemilahan : Baik
Kemas : Terbuka
Matriks : Pasir
Nama Batuan : Batu Pasir
C. Stasiun 3
Hari / Tanggal : Sabtu, 16 November 2019
Waktu : 11.20 WITA
Daerah : Desa Zuriati, Kecamatan Monano, Kabupaten Gorontalo Utara
Cuaca : Cerah
Koordinat : N 00052′22″ E 122° 38′ 48.7″
Deskripsi Singkapan
Dimensi singkapan : panjang± 30 m dan Tinggi ± 8 m
Arah singkapan : Terdapat di arah selatan danmenghadap utara
Kondisi singkapan : hamper semua lapuk dan berupa struktur perlapisan
Warna : Coklat Kekuningan
Keadaan vegetasi : Semak belukar
Jenisbatuan : Batuan Beku dan Batuan Sedimen
Strike : 245
Deep : 64
Deskripsi Batuan Sedimen
Warna : Kelabu
Pemilahan : Baik
Kemas : Tertutup
Porositas : Baik
Permeabilitas : Baik
Nama Batuan : Batupasir
D. Stasiun 4
Hari / Tanggal : Sabtu, 16 November 2019
Waktu : 13.20 WITA
Daerah : Desa Zuriati, Kecamatan Monano, Kabupaten Gorontalo Utara
Cuaca : Cerah
Koordinat : N 00052′22″ E 122° 38′ 48.7″
DeskripsiSingkapan
Dimensi singkapan : panjang± 10 m dan Tinggi ± 2 m
Kondisi singkapan : hamper semua lapuk dan berupa struktur perlapisan
Warna : Kuning Kecoklatan
Keadaan vegetasi : Semak belukar
Jenis batuan : Batuan Sedimen
Deskripsi Batuan Sedimen
Warna : Kelabu
BesarButir : 1/8 – 1/4 mm
Kemas : Tertutup
Porositas : Baik
Permeabilitas : Baik
Nama Batuan : BatuanPasir Halus
Warna : Kelabu
Besar-Butir : 1/256-1/16 mm
Kemas : Tertutup
Permeabilitas : Baik
Kekompakan : Kompak
Nama Batuan : Batu lanau
STASIUN 1
Lokasi stasiun 1 terdapat di Desa Zuriati Kecamatan Monano Kabupaten Gorontalo Utara
dengan koordinat N 00052′26″ E 122° 41′ 43″. Di stasiun ini terdapat singkapan batuan yang
terletak di samping badan jalan dengan kondisi agak lapuk, dengan jenis batuan yaitu batuan
beku dan sedimen. Pada stasiun ini terdapat singkapan dengan warna lapuk coklat kemerahan
dan warna segar putih kecoklatan. Singkapan ini berada di tenggara menghadap barat daya,
dengan dimensi panjang ±30 meter dan lebar ±15 meter. Singkapan ini memiliki vegetasi
sedang. Dengan struktur bidang kontak N 141°/41° SW. Pada singkapan ini terdapat 3 litologi
yang pertama terdapat disebelah kanan dengan warna kemerahan dengan panjang ±9 meter dan
berjenis batuan beku, yang kedua yaitu yang terletak ditengah dengan warna putih kecoklatan
dengan dimensi ±5 meter, kemudian yang ketiga dengan jenis batuan sedimen dengan warna
coklat kehitaman serta memiliki dimensi ±3 meter.
LITOLOGI 1
Warna segar abu-abu, warna lapuk abu-abu kecoklatan dengan tekstur porfiri Afanitik,
bentuk Kristal subhedral dan hubungan antar butir equigranular serta derajat kristalisasi
holokristalin, komposisi mineral biotit, hornblend, piroxin, kuarsa, dengan vein kalcit. Perkiraan
andesit porfiri.
LITOLOGI 2
Gambar 1.Stasiun 1
STASIUN 2
STASIUN 3
Pada stasiun tiga ini yang masih terletak sama dengan stasiun sebelumnya didapati
singkapan dengan warna coklat kehitaman dengan dimensi panjang ±30 meter dan tinggi ±8
meter, terletak diselatan dan menghadap utara, pelamparan timur-barat, kondisi singkapan lapuk,
terdapat struktur perlapisan dengan nilai kedudukan N 245° E/ 64° NW. Deskripsi litologi
dengan warna abu-abu kecoklatan, memiliki pemilahan baik, porositas baik, besar butir halus.
Batu pasir.
Gambar 3.Stasiun 3
STASIUN 4
Lokasi stasiun 4 masih berada pada desa yang sama yang terletak pada koordinat N 00052′22″ E
122° 38′ 48.7″. Di lokasi ini praktikum menemukan singkapan batuan sedimen yang terletak di
arah utara, pelamparan timur-barat, dimensi singkapan p ± 2 m, t ± 1 m, struktur perlapisan.
Kontak N 189°𝐸/43°, dan terdapat struktur shear.
Litologi singkapan ini memiliki besar butir 1/8-1/4 mm, kemas tertutup, porositas baik,
permiabilitas baik, dengan kondisi kompak. Termasuk dalam jenis batuan pasir halus. Kemudian
litologi yang kedua dengan besar butir 1/256-1/16 mm, memiliki kemas tertutup, permeabilitas
baik, porositas baik dan keadaan kompak, jenis batuan lanau.
Gambar 4. Stasiun 4
Jika dilihat dari litologi yang terdapat pada setiap stasiun di dominasi oleh batuan lempung dan
pasir. Batuan ini di perkirakan termasuk kedalam Formasi Dolokapa (Tmd) yang dimana
formasi ini terdiri dari batupasir wake, batu lanau, batu lumpur, konglomerat, tuf, tuf lapilli,
aglomerat, breksi gunungapi, lava andesit sampai basal.
3.2 Pembahasan
Dalam praktikum kali ini membahas tentang jenis – jenis litologi yang diamati di
lapangan dan mengukur setiap lapisan batuan yang diamati. Hal ini bertujuan untuk
mengelompokkan jenis litologi yang berbeda secara bersistem.
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dan hasil analisis data, dapat disimpulkan
bahwa daerah penelitian terdiri atas satuan batu pasir dan satuan batu lempung. pada lokasi
penelitian terdapat batu pasir konglomeratan, batu lempung, dan batu batu serpih. Batu pasir
terbentuk pada lingkungan pengendapan Dunes (eolin), batu lempung terbentuk pada lingkungan
pengendapan Fluvial, dan batu serpih terbentuk pada lingkungan pengendapan Delta.
DAFTAR PUSTAKA
Angga Juner. (2011, 29 Oktober). Tektonik Pulau Sulawesi. Diperoleh 22 November 2019 dari
http://angghajuner.blogspot.co.id/2011/10/tektonik-pulau-sulawesi.html
Bachri, Sukindo, Ratman, N. 1993. Peta Geologi Lembar Tilamuta, skala 1:250.000. Pusat
Peneliti dan Pengembangan. Bandung
https://docplayer.info/48972528-4-2-pembuatan-kolom-stratigrafi-pembuatan-kolom-stratigrafi-
lampiran-f-dilakukan-berdasarkan-atas.html
Lampiran-lampiran