Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN FINAL

PRINSIP STRATIGRAFI
Sebagai Laporan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Prinsip Stratigrafi

Oleh :

Ratnasari L. Madusila

471 417 040

Dosen pengampu :

Muhammad Kasim, S.T, M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Puji syukur kita panjatkan kehadirat


tuhan yang Maha esa atas limpahan rahmat dan karunianya kepada kita semua sehingga saya
dapat di berikan kesempatan untuk menyelesaikan Laporan ini dengan baik. Penyusuna laporan
ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang di berikan. Laporan ini di tulis berdasarkan
interpretasi awal dan kegiatan observasi lapangan yang dilakukan untuk dapat mengetahui
kondisi stratigrafi yang ada dilokasi praktikum. Saya berharap, dengan membaca laporan ini
dapat memberi manfaat bagi kita semua. Terutama mengenai pembahasan yang ada di dalam
laporan ini yaitu membahas tentang Stratigrafi daerah Tudi dan sekitarnya. Mungkin laporan
yang telah di susun pada kesempatan kali ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami selaku
penyusun mengharapkan saran dan komentar yang bersifat membangun. Akhirul Kallam
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, 3 Desember 2019

Penyusun
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prinsip stratigrafi merupakan ilmu yang membahas aturan, hubungan dan kejadian (genesa)
macam-macam batuan di alam dengan melihat pertimbangan umur, waktu pengendapannya serta
ciri-ciri litologinya. Dalam penggunaannya dizaman sekarang stratigrafi merupakan ilmu geologi
yang sangat penting dalam penentuan umur dari suatu lapisan,menjadi penciri adanya
kemampuan migas dan dapat mengetahui sejarah geologi suatu daerah. Untuk mengetahui
metode-metode yang dilakukan dalam penerapan prinsip stratigrafi dilapangan, maka dibuatlah
jadwal praktikum yang membahas materi-materi dan metode yang membahas suatu perlapisan
daerah.
Dalam praktikum kali ini membahas tentang jenis – jenis litologi yang diamati di
lapangan dan mengukur setiap lapisan batuan yang diamati. Hal ini bertujuan untuk
mengelompokkan jenis litologi yang berbeda secara bersistem. Ciri tersebut meliputi janis
batuan, kombinasi antar batuan (unconformity,superposisi,crosscutting), struktur dan lain-
lain.
Dalam penerapannya secara langsung di lapangan seorang geologist harus melakukan
pengamatan lapangan untuk mendapatkan data-data primer mengenai jenis litologi yang
dijumpai pada daerah penelitian. Tentunya pada daerah pemetaan yang sangat luas seorang
geologis tidak akan mengamati meter demi meter dari daerah tersebut, melainkan akan
menentukan stasiun-stasiun pengamatan tertentu pada daerah tersebut yang dianggap mewakili
keseluruhan daerah yang akan dipetakan.
Daerah penelitian berada di Desa Zuriati, Kecamatan Monano, Kabupaten Gorontalo
Utara, Provinsi Gorontalo. Berdasarkan Peta Geologi Regional Lembar Tilamuta daerah
penelitian tersusun atas Formasi Bolihutuo (Tmbo) yang berumur Miosen dan terdapat Formasi
Dolokapa (Tmd), Batuan Gunungapi Breksi Wobudu (Tpwv) yang berumur Pliosen dan Formasi
Lokodidi (TQls) berumur Pleistosen (Bachri, dkk., 1993). Daerah penelitian memiliki tatanan
geologi yang menarik untuk diteliti karena tersusun oleh batuan yang berumur Tersier sampai
Kuarter.
1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud diadakannya penelitian ini yaitu untuk mempelajari hubungan stratigrafi antar
batuan dan urutan-urutan stratigrafi berdasarkan arah vertikal secara detail, dengan tujuan
untuk mengetahui cara pembuatan sayatan penampang geologi, dapat menafsirkan
lingkungan pengendapan dan mendapatkan nilai ketebalan yang didapatkan dari hasil
analisis pada penampang terukur dan kolom stratigrafi.

1.3 Lokasi dan kesampaian daerah


Secara administrasi lokasi penelitian berada di desa Zuriati, Kecamatan Monano,
Kabupaten Gorontalo utara, Provinsi Gorontalo. Lokasi tersebut dipilih dengan
mempertimbangkan stratigrafi dan struktur geologi yang sangat kompleks dilokasi praktikum
tersebut sehingga sangat cocok untuk dilakukannya praktikum stratigrafi. Praktikum
berlangsung selama 1 hari yaitu pada tanggal 16 November 2019.
Lokasi penelitian ini dapat ditempuh dari pusat kota Gorontalo melalui jalur darat
(Kampus 1 UNG-Desa Zuriyati) dengan kendaraan roda dua dapat ditempuh selama kurang
lebih 3 jam perjalanan. Dengan kondisi jalan yang sulit dilalui apabila dalam kondisi
berlumpur ketika hujan. Jalur perjalanan ditempuh dari Kota Gorontalo ke arah barat
melewati jalur Limboto, Isimu, Molingkapoto dan selanjutnya ±26,6 km ke Kecamatan
Monano.

1.4 Waktu pelaksanaan praktikum


Praktikum dilaksanakan pada hari sabtu 16 November 2019. Hari pertama berlokasi didesa
Zuriyati, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo.

1.5 Alat dan Bahan

No. Nama alat Kegunaan Gambar

1 Kompas Kompas adalah alat


navigasi untuk mencari
arah berupa sebuah
panah penunjuk magnetis
yang bebas
menyelaraskan dirinya
dengan medan magnet
bumi secara akurat.
Kompas memberikan
rujukan arah tertentu,
sehingga sangat
membantu dalam bidang
navigasi.

2 menentukan dimana
posisi koordinat kita dan
GPS (Global
tentu saja kita tidak dapat
Positioning System)
menge-plot posisi kita di
peta

3 Palu geologi yaitu jenis


palu yang berujung
Palu Geologi
runcing dan umumnya
dipakai untuk jenis
batuan keras.

4 Alat ukur yang


digunakan dalam
Roll Meter
kegiatan lapangan
biasanya menggunakan
meteran 50 meter.
5 Loup Di geologi, lup
digunakan untuk
mengamati batuan
misalnya mineral
maupun fosil., lensa
pembesar yang umum
dipakai adalah
perbesaran 8 sampai 20

7 ATG dan Buku ATG dan buku catatan


catatan lapangan lapangan digunakan
untuk mencatat atau
menulis semua yang data
selama praktikum.

No. Nama bahan Kegunaan

1 HCL Larutan HCL digunakan untuk menguji kadar


karbonat, umumnya 0,1 N.

2 Kantong sampel Kantong contoh batuan (kantong sampel)


dapat digunakan kantong plastik yang kuat
atau kantong jenis lain yang dapat dipakai
untuk membungkus contoh-contoh batuan.

3 Peta lokasi praktikum Peta lokasi praktikum digunakan untuk


mengetahui letak daerah yang akan menjadi
lokasi penelitian
BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Geologi Regional

2.1.1 Fisiografi daerah Penelitian

Secara fisiografi, daerah Gorontalo dibagi menjadi empat zonafisiografi yaitu Zona Pegunungan
Utara Tilongkabila – Boliohutuo, Zona Dataran Interior Paguyaman – Limboto, Zona
Pegunungan Selatan Bone – Tilamuta – Modello, dan Zona Dataran Pantai Pohuwato (
Budibramantyo, 2009).

1) Zona Pegunungan Utara Tilongkabika – Boliohutuo, zona ini dijumpai pada daerah
wilayah utara yang memanjang kearah Barat dari pegunungan Tilongkabila sampai
pegunungan Boliohutuo. Dan memiliki bebrapa puncak gunung yakni G. Gambuta, G.
Dolokapa, G. Boliohutuo, G. Tentolomatinah. Umumnya terdiri dari formasi – formasi
batuan gunungapi berumur Miosen – Pliosen ( 23 – 2 juta ) tahun yang lalu. Yang terdiri
dari batuan beku intermedier dan granit, batuan sedimen bersumber dari gunungapi terdiri
dari lava, tuf, breksi, atau konglomerat.
2) Zona Datara interior Paguyaman – Limboto, zona ini membentang luas dari dataran
suwawa sebelah timur,melewati Gorontalo, danau Limboto hingga Paguyaman dan
Botulantio disebelah barat.
3) Zona Pegunungan Selatan Bone – Tilamuta –Modello. Yang memiliki beberapa
pegunungan yakni G. Ali, G. Olii, G. Pani, dan G. Modello, umumnya tersusun oleh
formasi – formasi batuan sedimen gunungapi berumur Eosen – Oligosen dan intrusi –
intrisi diorit, granodiorit, dan granit yang berumur Pliosen.
4) Zona terakhir adalah zona yang relatif terbatas di Dataran Pantai Pohuwato. Dataran yang
terbentang dari Marisa di timur hingga Torosiaje dan perbatasan dengan Provinsi Sulawesi
Tengah di barat, merupakan aluvial pantai yang sebagain besar tadinya merupakan daerah
rawa dan zona pasang-surut. Hingga sekarang, di bagian selatan, masih didapati rawa-rawa
bakau (mangrove) yang luas, yang sebenarnya merupakan rumah bagi burung endemis
Wallacea, burung maleo.

Dari zona fisiografis di atas, dapat disimpulakn bahwa morfologi Gorontalo umumnya
merupakan daerah pegunungan yang berelief terjal, kecuali di dataran interior dan dataran aluvial
pantai. Batas-batas pegunungan terbentang hingga pantai. Pantai-pantai yang ada, baik di utara
ke Laut Sulawesi, maupun di selatan ke Teluk Tomini, hanyalah pantai-pantai sempit atau
berbatu-batu. Relief yang terjal memang sangat rawan terhadap longsor ataupun jatuhan batu.
Erosi pun akan menjadi sangat peka jika lingkungan hutan pada lereng terjal berubah.

2.1.2 Stratigrafi daerah penelitian

Berdasarkan Peta geologi regional lembar Tilamuta skala 1 : 250.000 (Bachri,Sukindo, Ratman.
1993), stratigrafi regional daerah penelitian dari tua ke muda terdiri dari beberapa formasi, antara
lain :

1) Formasi Dolokapa (Tmd)


Formasi Dolokapa (Tmd) merupakan satuan dengan umur kisaran Miosen awal-akhir pada
peta geologi lembar Tilamuta, satuan ini tersusun oleh dominan batuan sedimen yakni,
batupasir wacke, batulanau, batulumpur, konglomerat, tuf, aglomerat, breksi gunung api.
Adapun ciri pada batu pasir wacke berwarna abu-abu, setempat gampingan, berlapis baik
sangat kompak. Sedangkan pada konglomerat warna abu-abu terpilah buruk, kemas tertutup,
kompak dijumpai perlapisan bersusun. Disebelah timur laut Kuandang konglomerat ini
mengandung kepingan batu gamping. Pada breksi mempunyai ciri dengan warna abu-abu
sampai abu-abu gelap, tersusun oleh kepingan batuan andesitan hingga basalan, dengan
bentuk bersudut sampai bersudut tanggung, terpilah buruk, kemas tertutup, dan umumnya
kompak.
2) Breksi Wobudu (Tpwv)
Breksi Wobudu (Tpwv), formasi ini merupakan satuan termuda di daerah penelitian dimana
terdapat berbagai jenis litologi pada penyebaran formasi ini diantaranya adalah, breksi
gunungapi, aglomerat, tuf, tuf lapilli, lava andesitan dan basalan. Breksi gunungapi
berwarna abu-abu, tersusun oleh kepiangan batuan andesit dan basal yang berukuran kerikil
sampai bongkah, menyudut tanggung hingga membulat tanggung, mempunyai susunan
batuan dan kenampakan fisik yang sama dengan breksi gunungapi.
Tuf dan tuf lapili berwarna kuning dan kuning kecoklatan, berbutir halus hingga
berukuran kerikil, membulat tanggung, kemas terbuka, terkekarkan, umumnya lunak dan
berlapis. Sedangkan lava umumnya berwarna abu-abu hingga abu-abu tua, massif,
bertekstur porfiro-afanitik dan bersusunan andesit hingga basalt. Berdasarkan posisi
stratigrafinya, yang menindih tak selaras Formasi Dolokapa yang berumur Miosen Tengah
sampai Miosen Akhir, maka umur Breksi Wobudu diperkirakan Pliosen Awal. Satuan ini
tersingkap dibagian utara daerah penelitian, mulai dari pegunungan Paleleh sampai
disebelah barat teluk Kuandang. Ketebalan diperkirakan 1.000 sampai 1.500 m.

3) Batuan Gunungapi Pinogu (QTpv)


Satuan ini tersusuan atas perselingan aglomerat, tuf, dan lava. Aglomerat berwarna abu-abu,
tersusun oleh kepingan andesit, membulat tanggung sampai menyudut tanggung,
bermasadasar tuf, terpilah buruk dan agak kompak. Tuf berwarna coklat muda hingga putih
kecoklatan, berbutir sedang sampai kasar dengan susunan andesit sampai dasit dan
termampatkan lemah. Lava berwarna abu-abu tua, bersusunan andesit sampai basalt, dan
masif. Satuan batuan ini diduga menindih Breksi Wobudu, sehingga umurnya diperkirakan
Pliosen Akhir, mungkin sampai Pleistosen Awal. Ketebalannya diperkirakan mencapai 250
meter.
4) Aluvium (Qal)
Endapan alluvium tersusun atas material pasir, lempung, lanau, kerikil dan kerakal, berupa
endapan pantai, rawa, dan sungai. Pelamparannya terutama di daerah pesisir selatan bagian
barat, yaitu di muara S. Randangan dan sekitarnya. Ketebalannya mencapai beberapa puluh
meter.
2.1.3 Tektonik pulau sulawesi

Tektonik pulau sulawesi terbentuk akibat dari peristiwa konvergen dan transform. Untuk
kawasan konvergen di sulawesi ini, lempeng Eurasia, lempeng Pasific dan lempeng Indo-
Australia saling bergerak dan mendekati. Pergerakan ketiga lempeng ini bersifat tumbukan.
Tumbukan antar lempeng Eurasia, lempeng Pasific dan lempeng Indo-Australia ini tertekuk dan
menyusup kebawah lempeng benua hingga masuk ke Astenosfer merupakan (zona melange),
dimana di tempat ini merupakan kedudukan titik-titik focus Gempa tektonik. Pada saat terjadi
zona mélange di pulau sulawesi, palung lantai samudra dan sedimen terakumulasi di dalamnya.

Setelah mengalami pergeseran dan teranjakan, akibat dari tumbukan antar ketiga lempeng
ini, Pulau Sulawesi mengalami morfologi yaitu terjadinya Pre-Cretaceous accretionary Complex
berupa busur vulkanik Neogene yang terjadi di daerah barat Sulawesi. Kemudian juga terbentuk
Ophiolite complex pada bagian timur dan sisa lengan timur selatan sulawesi. Setelah itu,
terbentuk batuan metamorf yang mana batuan metamorf ini terkandung pada material-material
yang terdapat pada kedua benua dan lautan, yang kemudian mengalami pendorongan dari barat
menuju bagian atas barat Sulawesi, kemudian terangkat keatas sehingga terbentuklah rangkaian
pegunungan.

Di bagian pegunungan di pulau Sulawesi, aktivitas magmatik tersier khususnya di bagian


barat sulawesi ini terjadi pada waktu geologi Cretecouis sampai zaman Kristalisasi Eosen dan
juga terjadi pada masa waktu Oligocene hingga Obduksi Miocene. Khus pada zaman Miocene
dijelaskan dimana Pada zaman Miocene akhir hingga pliocene terjadi prores ekstruksi dan
intruksi magma batuan yang terjadi dalam selang waktu yang pendek dari Miocene tengah
hingga Pliocene yang menyebabkan terjadinya peleburan lapisan Lithosphere (3-18 Ma)
sedangkan Miocene akhir, busur Magmatik Sulawesi barat pada umumnya terasosian dengan
tubrukan antar benua-benua, pada benua kecil terbagi dari lempeng Australian-New Guinea yang
disubduksikan bagian bawah barat-Sundaland utama. Untuk pegunungan Neogene dibentuk oleh
tubrukan antara dua benua (Buton-Tukang besi dan Baggai-Sula). Selain terdapat pegunungan di
pulau Sulawesi ini juga terdapat benua kecil (microcontinent) yang terpisah dari New Guinea
pusat, terbawah kearah barat sepanjang pergerakan sistem patahan Sorong-Yapen pada lempeng
laut Philipine, yang kemudian berlanjut mengalami tubrukan pada margin timur dari ophiolite
Complex.

Sedangkan untuk kawasan Transform di pulau sulawesi ini, ketiga lempeng bergerak
lateral berlawanan arah, yang mana tepi lempeng bergesekan sehingga mengakibatkan adanya
patahan yang terjadi akibat tubrukan antara SSE-NNW bagian palu koro yang mengalami sesar
Horizontal/ mendatar yang bergerak kearah kiri menuju bagian utara dari Sulawesi timur.
Patahan ini merupakan pergerakan patahan yang terjadi akibat terasosiasi dengan rezim
transtensional. Pergerakan transtensional ini juga mengalami cekungan-cekungan sehingga
terbentuklah danau-danau kecil di Propinsi Sulawesi.
2.2 Teori ringkas

2.2.1 Satuan Stratigrafi

Pada hakekatnya ada hubungan tertentu antara kejadian dan aturan batuan di alam, dalam
kedudukan ruang dan waktu geologi. Stratigrafi membahas aturan, hubungan, kejadian lapisan
serta tubuh batuan di alam. Sandi stratigrafi dimaksudkan untuk memberikan pengarahan kepada
para ahli geologi yang bekerja mempunyai persepsi yang sama dalam cara penggolongan
stratigrafi. Sandi stratigrafi memberikan kemungkinan untuk tercapainya keseragaman dalam
tatanama satuan-satuan stratigrafi. Pada dasarnya, Sandi Stratigrafi mengakui adanya satuan
lithostratigrafi, satuan litodemik, satuan biostratigrafi, satuan sekuen stratigrafi, satuan
kronostratigrafi dan satuan geokronologi. Sandi ini dapat dipakai untuk semua macam batuan.

1) Satuan Lithostratigrafi

Pembagian litostratigrafi dimaksudkan untuk menggolongkan batuan di bumi secara


bersistem menjadi satuan-satuan bernama yang bersendi pada ciri-ciri litologi. Pada satuan
litostratigrafi penentuan satuan didasarkan pada ciri-ciri batuan yang dapat di-amati di lapangan,
sedangkan batas penyebarannya tidak tergantung kepada batas waktu. Satuan Resmi dan Tak
Resmi : Satuan litostratigrafi resmi ialah satuan yang memenuhi persyaratan Sandi, sedangkan
satuan litostratigrafi tak resmmi ialah satuan yang tidak seluruhnya memenuhi persyaratan Sandi.

2) Satuan Litodemik

Pembagian satuan litodemik dimaksudkan untuk menggolongkan batuan beku, metamorf


dan batuan lain yang terubah kuat menjadi satuan-satuan bernama yang bersendi kepada ciri-ciri
litologi. Batuan penyusun satuan litodemik tidak mengikuti kaidah Hukum Superposisi dan
kontaknya dengan satuan litostratigrafi dapat bersifat extrusif, intrusif, metamorfosa atau
tektonik. Batas dan Penyebaran Satuan Litodemik: Batas antar Satuan Litodemik berupa
sentuhan antara dua satuan yang berbeda ciri litologinya, dimana kontak tersebut dapat bersifat
ekstrusif, intrusif, metamorfosa, tektonik atau kontak berangsur.
Tingkat Tingkat Satuan Litodemik:

 Urutan tingkat Satuan Litodemik resmi, masing-masing dari besar ke kecil adalah:
Supersuite, Suite, dan Litodem.
 Litodem adalah satuan dasar dalam pembagian Satuan Litodemik, satuan dibawah
litodem merupakan satuan tidak resmi. Tata Nama Satuan Litodemik: Tatanama Satuan
dasar Litodemik yang terdiri dari nama geografi dan ciri utama komposisi litologinya,
misalnya Diorit Cihara.
3) Satuan Biostratigrafi

Pembagian biostratigrafi dimaksud untuk menggolongkan lapisan-lapisan batuan di bumi


secara bersistem menjadi satuan satuan bernama berdasar kandungan dan penyebaran fosil.
Satuan biostratigrafi ialah tubuh lapisan batuan yang dipersatukan berdasar kandungan fosil
atau ciri-ciri paleontologi sebagai sendi pembeda terhadap tubuh batuan sekitarnya. Satuan
Resmi dan Tak Resmi: Satuan biostratigrafi resmi ialah satuan yang memenuhi persyaratan
Sandi sedangkan satuan biostratigrafi tak resmi adalah satuan yang tidak seluruhnya memenuhi
persyaratan Sandi.

2.2.2 Pembuatan kolom stratigrafi

Kolom stratigrafi merupakan gambaran setiap satuan batuan yang ada didaerah
penelitian. Kolom stratigrafi ini berbeda dengan kolom stratigrafi terukur. Pembuatan kolom
stratigrafi ini berdasarkan pengambilan data lapangan, data analisis yang dilakukan
dilaboratorium dan analisis studio. Berbeda dengan kolom stratigrafi terukur yang pembuatannya
hanya dari pengambilan data dilapangan untuk suatu tujuan tertentu.

Fungsi lain dari pembuatan kolom stratigrafi ini yaitu untuk digunakan sebagai legenda
dalam peta, penggabungan dari kolom litologi satuan batuan, umur satuan batuan, lingkungan
pengendapan, hubungan antara satuan batuan dan yang paling penting untuk mengetahui urutan
– urutan kejadian batuan pada daerah penelitian sehingga bisa dapat menceritakan dan mudah
dipahami.
Kolom litologi (profil litologi) merupakan salah satu data dalam pengambilan data di
lapangan. Kolom litologi dibuat hamper disetiap lokasi pengamatan dilapangan. Data–data yang
perlu diambil untuk pembuatan kolom litologi seperti :

a) Ketebalan batuan, ketebalan harus diukur setiap layernya. Ketebalan tersebut bisa diukur
menggunakan pita ukur atau meteran , jika batuan intrusi lakukan dengan pengukuran
beda tinggi pada topografi.
b) Struktur pada batuan, amati struktur setiap layernya dan secara singkapan.
c) Deskripsi batuan, deskripsi setiap layernya dan secara singkapan.

Kolom litologi yang dibuat di lapangan akan dibuat menjadi kolom litologi satuan pada
daerah penelitian atau kolom litologi yang disetiap lokasi pengamatan akan digabungkan
menjadi kolom litologi satuan jika memiliki luasan penyebaran yang terpetakan dalam skala peta
tertentu. Berikut ini merupakan gambar kolom litologi satuan batuan.

2.2.3 Lingkungan pengendapan

Lingkungan pengendapan adalah tempat mengendapnya material sedimen beserta


kondisifisik, kimia, dan biologi yang mencirikan terjadinya mekanisme pengendapan tertentu
(Gould, 1972). Interpretasi lingkungan pengendapan dapat ditentukan dari struktur sedimen yang
terbentuk. Struktur sedimen tersebut digunakan secara meluas dalam memecahkan beberapa
macam masalah geologi, karena struktur ini terbentuk pada tempat dan waktu pengendapan,
sehingga struktur ini merupakan kriteria yang sangat berguna untuk interpretasi lingkungan
pengendapan. Terjadinya struktur-struktur sedimen tersebut disebabkan oleh mekanisme
pengendapan dan kondisi serta lingkungan pengendapan tertentu.
Lingkungan pengendapan merupakan keseluruhan dari kondisi fisik, kimia dan biologi
pada tempat dimana material sedimen terakumulasi. (Krumbein dan Sloss, 1963) Jadi,
lingkungan pengendapan merupakan suatu lingkungan tempat terkumpulnya material sedimen
yang dipengaruhi oleh aspek fisik, kimia dan biologi yang dapat mempengaruhi karakteristik
sedimen yang dihasilkannya. Secara umum dikenal 3 lingkungan pengendapan, lingkungan
daratt ransisi, dan laut. Beberapa contoh lingkungan darat misalnya endapan sungai dan endapan
danau, ditransport oleh air, juga dikenal dengan endapan gurun dan glestsyer yang diendapkan
oleh angin yang dinamakan eolian. Endapan transisi merupakan endapan yang terdapat di daerah
antara darat dan laut seperti delta, lagoon, dan litorial. Sedangkan yang termasuk endapan laut
adalah endapan-endapan neritik, batial, dana bisal. Contoh Lingkungan Pengendapan Pantai :
Proses Fisik : ombak dan akifitas gelombang laut, Proses Kimia : pelarutan dan pengendapan dan
Proses Biologi : Burrowing. Ketiga proses tersebut berasosiasi dan membentuk karakteristik
pasir pantai, sebagai material sedimen yang meliputi geometri, tekstur sedimen, struktur dan
mineralogy.

2.3 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh peneliti yang melakukan praktikum di daerah yang
sama, didapatkan lokasi penelitian memiliki suatu tatanan geologi yang tersusun oleh batuan
yang termasuk pada dua formasi yaitu formasi Diorit Boliohuto, terdiri dari batuan diorite
sampai granodiorite yang mengandung kursa sampai 20% dengan kandungan feldspar dan biotit
cukup menonjol. Di beberapa tempat dijumpai senolit bersusunan basa , menunjukan
kemungkinan batuan dioritan tersebut berasosiai (menerobos) batuan basa jauh di bawah
permukaan . batuan in menerobos Formasi Dolokapa serta Formasi Dolokapa, terdiri atas
batupair wake, batulanau, batulumpur, konglomerat, tuf, tuf lapilli, aglomerat, breksi gunungapi
dan lava bersusunan andesit sampai basal. Adapun lingkungan pengendapan dari formasi ini
adalah “inner sublittoral”. Tebal formasi ini secara keseluruhan diperkirakan mencapai sekitar
2.000 m. Pada lokasi penelitian ini terdapat dua litologi yaitu sebagai berikut :

1) Stasiun 1
Berdasarkan hasil pengamatan pada stasiun pertama, singkapan merupakan batuan
konglomerat dengan karateristik berwarna abu-abu gelap berukuran kerikil-kerakal, butiran
umumnya membundar tanggung-membundar, fragmen polemik tersusun atas (granodiorite,
basalt, dan andesit), pemilahan buruk, kemas tertutup serta pada fragmen telah mengalami
efek bakar akibat dari intrusi sill yang memotong lapisan. Secara berangsur makin ke atas
runtunan atau ke arah hulu sungai, konglomerat ini berubah menjadi batupasir
konglomeratan atau berupa struktur berangsur ke atas (graded bedding).
2) Stasiun 2
Berdasarkan hasil pengamatan pada stasiun 2, lapisan batubara dijumpai dalam runtunan
perselingan antara batupasir dan batulanau. Batupasir dengan karateritik berwarna abu-
abu kecoklatan, berukuran pasir kasar, bentuk butir membundar tanggung-membundar
kemas tertutup, pemilahan baik, komposisi terdiri atas feldspar dominan 70-80 %, non
karbonat, sebagian teroksidasi dan kompak. Di atas batupasir ini diendapkan batulanau
dengan karateristik abu-abu terang , mengalami oksidasi, komposisi terdiri atas feldspar
dan dalam kondisi lapuk. Batubara yang terdapat dalam runtunan batuan ini terdiri atas 2
lapisan yang semakin menebal ke atas dengan karateristik berwarna hitam pekat dengan
kilap cukup baik dan secara fisik kering dan ringan. ketebalan masing-masing lapisan
yaitu 20-40 cm, lapisan miring kea rah timur laut dengan besar kemiringan 650.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil penelitian

3.1.1 Deskripsi setiap stasiun pengamatan

A. Stasiun 1
Hari / Tanggal : Sabtu, 16 November 2019
Waktu : 09.30 WITA
Daerah : Desa Zuriati, Kecamatan Monano, Kabupaten Gorontalo Utara
Cuaca : Cerah
Koordinat : N 00052′26″ E 122° 41′ 43″
 Deskripsi Singkapan
Dimensi singkapan : Lebar ± 20 m danTinggi ±15 m
Keadaan singkapan : Terdapat struktur kekar pada singkapan
Warna soil : Kecoklatan
Tingkat pelapukan : Sedang
Jenis batuan : Batuan beku dan Batuan sedimen
 Deskripsi Batuan Beku
Warna : Abu abu
Tekstur : PorfiriAfanitik
Struktur : Massif
Derajat Kristalin : Holokristalin
Granularitas : Equigranular
Nama batuan : Andesit Porfiri
 Deskripsi Batuan Sedimen
Warna : Coklat Kemerahan
Matriks : Lempung
Struktur : Massif
Kekompakan : Kompak
B. Stasiun 2
Hari / Tanggal : Sabtu,16 November 2019
Daerah : Desa Zuriati, Kecamatan Monano, Kabupaten Gorontalo Utara
Cuaca : Cerah
Koordinat : N 00052′19,38″ E 122° 38′ 54,44″
 Deskripsi Singkapan
Dimensi singkapan : Lebar ±5 m danTinggi ± 1 m
Arah singkapan : Singkapan berada di tenggara dan menghadap kearah timur laut
Keadaan singkapan : lapuk
Warna soil : Kecoklatan
Tingkat pelapukan : Sedang
Jenis batuan : Batuan Sedimen
 Deskripsi Batuan Sedimen
Warna : Kuning Kecoklatan
Besar Butir : Pasir Halus
Bentuk Butir : Subrounded-rounded
Pemilahan : Baik
Kemas : Terbuka
Matriks : Pasir
Nama Batuan : Batu Pasir

C. Stasiun 3
Hari / Tanggal : Sabtu, 16 November 2019
Waktu : 11.20 WITA
Daerah : Desa Zuriati, Kecamatan Monano, Kabupaten Gorontalo Utara
Cuaca : Cerah
Koordinat : N 00052′22″ E 122° 38′ 48.7″
 Deskripsi Singkapan
Dimensi singkapan : panjang± 30 m dan Tinggi ± 8 m
Arah singkapan : Terdapat di arah selatan danmenghadap utara
Kondisi singkapan : hamper semua lapuk dan berupa struktur perlapisan
Warna : Coklat Kekuningan
Keadaan vegetasi : Semak belukar
Jenisbatuan : Batuan Beku dan Batuan Sedimen
Strike : 245
Deep : 64
 Deskripsi Batuan Sedimen
Warna : Kelabu
Pemilahan : Baik
Kemas : Tertutup
Porositas : Baik
Permeabilitas : Baik
Nama Batuan : Batupasir

D. Stasiun 4
Hari / Tanggal : Sabtu, 16 November 2019
Waktu : 13.20 WITA
Daerah : Desa Zuriati, Kecamatan Monano, Kabupaten Gorontalo Utara
Cuaca : Cerah
Koordinat : N 00052′22″ E 122° 38′ 48.7″
 DeskripsiSingkapan
Dimensi singkapan : panjang± 10 m dan Tinggi ± 2 m
Kondisi singkapan : hamper semua lapuk dan berupa struktur perlapisan
Warna : Kuning Kecoklatan
Keadaan vegetasi : Semak belukar
Jenis batuan : Batuan Sedimen
 Deskripsi Batuan Sedimen
Warna : Kelabu
BesarButir : 1/8 – 1/4 mm
Kemas : Tertutup
Porositas : Baik
Permeabilitas : Baik
 Nama Batuan : BatuanPasir Halus

 Warna : Kelabu
 Besar-Butir : 1/256-1/16 mm
 Kemas : Tertutup
 Permeabilitas : Baik
 Kekompakan : Kompak
 Nama Batuan : Batu lanau

3.1.2 Penjelasan setiap stasiun pengamatan

STASIUN 1

Lokasi stasiun 1 terdapat di Desa Zuriati Kecamatan Monano Kabupaten Gorontalo Utara
dengan koordinat N 00052′26″ E 122° 41′ 43″. Di stasiun ini terdapat singkapan batuan yang
terletak di samping badan jalan dengan kondisi agak lapuk, dengan jenis batuan yaitu batuan
beku dan sedimen. Pada stasiun ini terdapat singkapan dengan warna lapuk coklat kemerahan
dan warna segar putih kecoklatan. Singkapan ini berada di tenggara menghadap barat daya,
dengan dimensi panjang ±30 meter dan lebar ±15 meter. Singkapan ini memiliki vegetasi
sedang. Dengan struktur bidang kontak N 141°/41° SW. Pada singkapan ini terdapat 3 litologi
yang pertama terdapat disebelah kanan dengan warna kemerahan dengan panjang ±9 meter dan
berjenis batuan beku, yang kedua yaitu yang terletak ditengah dengan warna putih kecoklatan
dengan dimensi ±5 meter, kemudian yang ketiga dengan jenis batuan sedimen dengan warna
coklat kehitaman serta memiliki dimensi ±3 meter.

LITOLOGI 1

Warna segar abu-abu, warna lapuk abu-abu kecoklatan dengan tekstur porfiri Afanitik,
bentuk Kristal subhedral dan hubungan antar butir equigranular serta derajat kristalisasi
holokristalin, komposisi mineral biotit, hornblend, piroxin, kuarsa, dengan vein kalcit. Perkiraan
andesit porfiri.
LITOLOGI 2

Warna batuan coklat kemerahan, ukuran butir lempung, kebundaran rounded-subrounded


serta derajat pemilahan baik dan memiliki kemas tertutup. Batuan ini memiliki struktur Massif
dengan matriks lempung.

Gambar 1.Stasiun 1

STASIUN 2

Lokasi stasiun 2 terletak di Desa Zuriati, Kecamatan Monano, Kabupaten Gorontalo


Utara, dengan titik koordinat lokasi yaitu N 00052′19,38″ E 122° 38′ 54,44″. Di lokasi ini
praktikum menemukan singkapan batuan sedimen yang terletak di arah tenggara, pelamparan
timur laut-barat daya, dimensi singkapan p ± 5 m, t ± 1 m, struktur perlapisan dengan
persilangan serpih. Kedudukan N 46°E/61. Jenis batuan sedimen. Batuan berwarna kuning
kecoklatan, dengan kondisi lapuk memiliki ukuran butir pasir halus,dan kebundaran subrounded-
rounded, pemilahan baik, kemas terbuka, batuan ini memiliki matriks pasir dan semen berupan
silica.
Gambar 2. Stasiun 2

STASIUN 3

Pada stasiun tiga ini yang masih terletak sama dengan stasiun sebelumnya didapati
singkapan dengan warna coklat kehitaman dengan dimensi panjang ±30 meter dan tinggi ±8
meter, terletak diselatan dan menghadap utara, pelamparan timur-barat, kondisi singkapan lapuk,
terdapat struktur perlapisan dengan nilai kedudukan N 245° E/ 64° NW. Deskripsi litologi
dengan warna abu-abu kecoklatan, memiliki pemilahan baik, porositas baik, besar butir halus.
Batu pasir.

Gambar 3.Stasiun 3
STASIUN 4

Lokasi stasiun 4 masih berada pada desa yang sama yang terletak pada koordinat N 00052′22″ E
122° 38′ 48.7″. Di lokasi ini praktikum menemukan singkapan batuan sedimen yang terletak di
arah utara, pelamparan timur-barat, dimensi singkapan p ± 2 m, t ± 1 m, struktur perlapisan.
Kontak N 189°𝐸/43°, dan terdapat struktur shear.

Litologi singkapan ini memiliki besar butir 1/8-1/4 mm, kemas tertutup, porositas baik,
permiabilitas baik, dengan kondisi kompak. Termasuk dalam jenis batuan pasir halus. Kemudian
litologi yang kedua dengan besar butir 1/256-1/16 mm, memiliki kemas tertutup, permeabilitas
baik, porositas baik dan keadaan kompak, jenis batuan lanau.

Gambar 4. Stasiun 4

Jika dilihat dari litologi yang terdapat pada setiap stasiun di dominasi oleh batuan lempung dan
pasir. Batuan ini di perkirakan termasuk kedalam Formasi Dolokapa (Tmd) yang dimana
formasi ini terdiri dari batupasir wake, batu lanau, batu lumpur, konglomerat, tuf, tuf lapilli,
aglomerat, breksi gunungapi, lava andesit sampai basal.
3.2 Pembahasan

3.2.1 Batu pasir


Pembahasan tentang satuan Batupasir meliputi uraian mengenai dasar penamaan,
penyebaran, ciri litologi yang berdasarkan karakteristik megaskopis, lingkungan
pembentukan dan umur, serta hubungan stratigrafi dengan satuan batuan lainnya
 Dasar penamaan
Dasar penamaan satuan ini didasarkan pada kenampakan ciri fisik litologi. Untuk
penamaan litologi anggota satuan ini terbagi atas dua cara yaitu penamaan batuan secara
megaskopis dan penamaan batuan secara mikroskopis. Pengamatan secara megaskopis
ditentukan secara langsung terhadap sifat fisik dan komposisimineralnya yang kemudian
penamaannya menggunakan klasifikasi ukuran butir menurut Wentworth (1922). Pada
kenampakan lapangan satuan ini disusun oleh litologi berupa Batupasir. Berdasarkan atas
dominasi dilapangan, maka satuan ini dinamakan satuan Batupasir.
 Penyebaran dan ketebalan
Penyebaran satuan ini menempati sekitar 35 % dari luas daerah penelitian atau
penyebaran secara horizontal maupun vertikal Penyebaran satuan ini berada pada bagian
selatan sampai utara unuk vertikal dan pada bagian horizontal dari arah barat barat laut
sampai tenggara pada daerah penelitian. Litologi penyusun satuan ini tersingkap dengan
baik di daerah kulowoka. Ketebalan dari satuan ini pada lokasi penelitian berdasarkan
hasil dari perhitungan penampang geologi 2,61 meter dari keseluruhan lapisan batu pasir.
 Ciri Litologi
Berdasarkan pengamatan dilapangan, litologi yang menyusun satuan ini terdiri
atas Batu pasir Kenampakan lapangan dari Batupasir dalam kondisi segar abu-abu -
coklat, tekstur fanerik, bentuk butir rounded - sub rounded berukuran butir pasir halus -
pasir sedang, komposisi material berupa kuarsa, dan material pasir.
 Lingkungan Pengendapan
Penentuan lingkungan pembentukan dari satuan Batupasir ditentukan berdasarkan
pada struktur berlapis dengan ukuran butir pasir yang mencirikan lingkungan
pengendapan dekat dengan lingkungan transisi.
3.2.2 Satuan Batu lempung
 Dasar penamaan
Dasar penamaan satuan ini didasarkan pada kenampakan ciri fisik litologi. Untuk
penamaan litologi anggota satuan ini terbagi atas dua cara yaitu penamaan batuan secara
megaskopis dan penamaan batuan secara mikroskopis. Pengamatan secara megaskopis
ditentukan secara langsung terhadap sifat fisik dan komposisi mineralnya yang kemudian
penamaannya menggunakan klasifikasi ukuran butir menurut Wentworth (1922). Pada
kenampakan lapangan satuan ini disusun oleh litologi berupa Batulempung. Berdasarkan
atas dominasi dilapangan, maka satuanini dinamakan satuan Batulempung.
 Penyebaran dan ketebalan
Penyebaran satuan ini mendominasi daerah penelitian dengan menempati sekitar
25 % dari luas daerah penelitian atau penyebaran secara horizontal maupun vertical.
Penyebaran satuan ini berada pada bagian barat daya unuk vertikal dan pada bagian
horizontal dari arah timur laut sampai tenggara pada daerah penelitian. Litologi penyusun
satuan ini tersingkap dengan baik di koluwoka. Ketebalan dari satuan ini pada lokasi
penelitian berdasarkan hasil dari perhitungan 49 cm.
 Ciri Litologi
Berdasarkan pengamatan dilapangan, litologi yang menyusun satuan ini terdiri
atas Batu lempung. Kenampakan lapangan dari Batu lempung dalam kondisi segar
berwarna abu-abu dan warna lapuk kecoklatan, tekstur klastik, ukuran butir lempung (1/
256 mm) dengan komposisi kimia silika, struktur berlapis dan convolute.
 Lingkungan Pengendapan
Penentuan lingkungan pembentukan dari satuan Batulempung ditentukan
berdasarkan pada struktur berlapis dan convolute dengan ukuran butir lempung yang
mencirikan lingkungan pengendapan transisi.
3.2.3 Satuan Batu Serpih
 Dasar penamaan
Dasar penamaan satuan ini didasarkan pada kenampakan cirri fisik litologi. Untuk
penamaan litologi anggota satuan ini terbagi atas dua cara yaitu penamaan batuan secara
megaskopis dan penamaan batuan secara mikroskopis. Pengamatan secara megaskopis
ditentukan secara langsung terhadap sifat fisik dan komposisi mineralnya. Pada
kenampakan lapangan satuan ini disusun oleh litologi berupa Batu Serpih. Berdasarkan
atas dominasi dilapangan, maka satuan ini dinamakan satuan Batu Serpih.
 Penyebaran
Penyebaran satuan ini mendominasi daerah penelitian dengan menempati sekitar 25 %
dari luas daerah penelitian atau penyebaran secara horizontal maupun vertical .
Penyebaran satuan ini berada pada bagian tenggara pada daerah penelitian. Litologi
penyusun satuan ini tersingkap dengan baik di daerah Zuriati.
 Ciri Litologi
Berdasarkan pengamatan dilapangan, litologi yang menyusun satuan ini terdiri atas Batu
pasir dan batu serpih. Kenampakan lapangan dari Batu serpih dalam kondisi segar
berwarna putih kecoklatan, ukuran butir ( 1/ 16 mm ).
 Lingkungan Pengendapan
Penentuan lingkungan pembentukan dari satuan batuserpih ditentukan berdasarkan pada
genesa pembentukan batuserpih dimana lingkungan pengendapan batuserpih yang ada di
daerah penelitian yaitu dalam lingkungan yang kaya akan oksigen dan sering
mengandung partikel-partikel kecil dari oksida besi atau hidroksida besi seperti hematite,
goethite ataupun limonite. Kehadiran hematite dapat menghasilkan serpih merah dan
kehadiran limonite atau goethite dapat menghasilkan serpih kuning ataupun coklat. Pada
daerah penelitian dijumpai batuserpih yang warnanya kuning kecoklatan.
BAB IV KESIMPULAN

Dalam praktikum kali ini membahas tentang jenis – jenis litologi yang diamati di
lapangan dan mengukur setiap lapisan batuan yang diamati. Hal ini bertujuan untuk
mengelompokkan jenis litologi yang berbeda secara bersistem.

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dan hasil analisis data, dapat disimpulkan
bahwa daerah penelitian terdiri atas satuan batu pasir dan satuan batu lempung. pada lokasi
penelitian terdapat batu pasir konglomeratan, batu lempung, dan batu batu serpih. Batu pasir
terbentuk pada lingkungan pengendapan Dunes (eolin), batu lempung terbentuk pada lingkungan
pengendapan Fluvial, dan batu serpih terbentuk pada lingkungan pengendapan Delta.
DAFTAR PUSTAKA

Angga Juner. (2011, 29 Oktober). Tektonik Pulau Sulawesi. Diperoleh 22 November 2019 dari
http://angghajuner.blogspot.co.id/2011/10/tektonik-pulau-sulawesi.html

Armstrong F. Sompotan. 2012. Struktur Geologi Sulawesi. Perpustakan Sains Kebumian


Institut Teknologi Bandung. Diperoleh 22 November 2019
https://www.academia.edu/8630547/Struktur_Geologi_sulawesi.

Bachri, Sukindo, Ratman, N. 1993. Peta Geologi Lembar Tilamuta, skala 1:250.000. Pusat
Peneliti dan Pengembangan. Bandung

Kaharuddin. M.S. 1988. Penuntun Praktikum Petrologi. Ujung Pandang.Universitas

https://docplayer.info/48972528-4-2-pembuatan-kolom-stratigrafi-pembuatan-kolom-stratigrafi-
lampiran-f-dilakukan-berdasarkan-atas.html
Lampiran-lampiran

Lampiran 1 Deskripsi lapangan setiap stasiun


Lampiran 2 Peta lintasan
Lampiran 3 Kolom stratigrafi
Lampiran 4 Lingkungan pengendapan
Lampiran 5 Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai