Anda di halaman 1dari 71

PERJALANAN GEODIVERSITY JAMBI

MENJADI GEOPARK NASIOANAL


GEOPARK MERANGIN JAMBI
MENUJU
GLOBAL GEOPARK NETWORK UNESCO

Diawali pada tahun adanya pertemuan para Kepala Museum di Jambi, Kepala
Museum Geologi, Kementerian ESDM memaparkan adanya keanekaragaman
geologi (Geodiversity) berupa fosil daun dan kayu (Silisified Wood) yang langka
keberadaannya di dunia, dan tersebar di sebagian wilayah di Provinsi Jambi ,
khususnya di Kabupaten Merangin. Dari sinilah awal munculnya keinginan
geodiversity tersebut untuk dikembangkan dalam konsep Geopark , yang di
sebagian belahan dunia sudah dikembangkan dan membawa manfaat yang
besar, terutama hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan,
pendidikan/penelitian dan pembangunan dan pengembangan masyarakat di
sekitar keberadaan geopark.

Wacana pengembangan geodiversity ini dipertegas dengan diadakannya


WORKSHOP NASIONAL GEOPARK INDONESIA di Bandung pada 2-3 Agustus
2010. Butir-butir kesepakatan Workshop Nasional Geopark Indonesia tersebuat
menyepakati beberapa hal :
1. Membentuk Komisi Nasional Geopark Indonesia dengan leading sektornya
adalah Badan Geologi.
a) Komisi ini memiliki fungsi / tugas untuk menyusun dan
mensosialisasikan panduan Geopark, mempromosikan, menilai usulan,
merekomendasikan (nasional / internasional) dan membina serta
mengevalusi Geopark di Indonesia.

b) Komisi ini memiliki struktur dan kelompok kerja yang mengacu kepada
UNESCO ditambah kelompok kerja pemberdayaan kepada UNESCO
ditambah kelompok kerja pemberdayaan masyarakat.
c) Nama Komisi ini perlu dikonsultasikan kepada Komisi Nasional

c) Nama Komisi ini perlu dikonsultasikan kepada Komisi Nasional


Indonesia untuk UNESCO (KNIU) agar tidak terjadi tumpang tindih
fungsi dan nomenklatur.
d) Komisi harus berupaya agar Geopark mendapatkan perhatian dari RI-1
dan akhirnya dapat tercantum dalam dokumen Nasional RPJMN/RPJP)
d) Komisi harus berupaya agar Geopark mendapatkan perhatian dari RI-1
dan akhirnya dapat tercantum dalam dokumen Nasional
(RPJMN/RPJP) dalam dokumen Nasional (RPJMN/RPJP)

2) Lembaga pengelola Geopark dibentuk oleh Gubernur pada tingkat provinsi


(wilayah Geopark lintas kabupaten)pada tingkat provinsi (wilayah Geopark
lintas kabupaten) dan oleh Bupati/Walikota pada level Kabupaten/Kota.

a) Lembaga pengelola terdiri dari Majelis Pertimbangan Geopark (nama


lain..?) yang menentukan arah kebijakan pengelolaan dan Organisasi
Pelaksana (Profesional)) yang dilengkapi dengan setidakya empat
Komite (Konservasi, Pengembangan, Ilmiah dan Promosi).
b) Majelis Pertimbangan Geopark beranggotakan unsurunsur pemerintah
dan masyarakat, sedangkan Organisasi Pelaksana lebih didominasi
oleh para profesional.
3) Dalam pemilihan wilayah untuk suatu Geopark haruslah mengacu kepada
RTRW yang berlaku di wilayah tersebut.
4) Dalam pemilihan wilayah untuk suatu Geopark haruslah mengacu kepada
RTRW yang berlaku di wilayah tersebut.
5) Pembangunan infrastruktur dalam kawasan Geopark harus merujuk kepada
berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku, terutama UU No.26
tahun 2007 dan PP No.26 tahunberlaku, terutama UU No.26 tahun 2007
dan PP No.26 tahun 2008 dan menempatkan wilayah Geopark sebagai
kawasan lindung geologi
6) Pembangunan infrastruktur (jalan/track, bangunan sarana penunjang,
sarana aktivitas ekonomi) dalam wilayah Geopark yang masuk dalam
kawasan lindung,g, haruslah menggikuti danyg menyiasati aturan-aturan
zonasi yang sudah ada
7) Semua hasil dan keputusan yang dibuat dalam Workshop ini akan
didokumentasikan secara tertulis dan didistribusikan kepada pemangku
kepentingan terkait (pusat/daerah) sehingga dapat dijadikan panduan bagi
semua pihak untuk membentuk sebuah Geopark (akhir tahun anggaran).
8). Agenda Pertemuan berikutnya akan dikoordinir oleh Badan Geologi
( direncanakan bulan ini / agustus 2010 ) dengan agenda membahas
masalah :
- Kelembagaan dan manajemen
- Regulasi agar tidak bertabrakan tetapi sinergi dengan yang sudah ada.
- Perencanaan - perencanaan
- Kegiatan ( teknis dan administrasi )
- Pembicaraan dengan Budpar dan stakeholder.

Langkah selanjutnya dengan diadakannya rapat koordinasi antara pada Badan


Geologi dan Pemerintah Provinsi Jambi tanggal 11 maret 2011 dengan
kesimpulan :
1. Menindaklanjuti Perjanjian Kerjasama disepakati akan dibentuk Tim
Percepatan Pengembangan Geopark Merangin, Jambi yang anggotanya terdiri
dari unsur-unsur Satuan Kerja Perangkat Daerah Jambi dan Badan Geologi.
2. Pemerintah Kabupaten Merangin diharapkan dapat meninjau kembali
keberadaan Izin Usaha Pertambangan yang diperkirakan tumpang tindih
dengan rencana kawasan peruntukan geopark Merangin dan ikut
mensosialisasikan rencana pengembangan geopark Merangin kepada
masyarakat.

Nama geopark yang diusulkan di Provinsi Jambi, Indonesia adalah Geopark Merangin Jambi.
Secara administratif, Geopark Merangin Jambi meliputi dan terletak pada kawasan 4 (empat)
Kabupaten dengan segmen yaitu, Kabupaten Merangin (Segmen Paleobotani Park Merangin),
Kabupaten Kerinci (Segmen Highland Park Kerinci), Kabupaten Sarolangun (Segmen Geological
and Cultural Park Sarolangun), dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Segmen Gondwana Park
Bukit Tigapuluh).

Nama tersebut didasarkan pada sejarah penemuan para ahli geologi sejak awal abad ke-20,
salah satu temuan yang fenomenal yaitu fosil Jambi Flora(Zwierzycki dan Posthumus, 1926;
Jongmans dan Gothan, 1935; Li dan Yao, 1982; Li, 1995; Rigby, 1998) di sungai Merangin dan
beberapa sungai lainnya di Kabupaten Merangin.

Jambi Flora mengandung komponen flora Cathaysian dan flora Euramerican (Chaloner dan
Creber, 1988; van Weveren et al. In prep.) dan hasil penelitian akhir-akhir ini ada kemungkinan
mengandung elemen-elemen Gondwana yang ditemukan di kawasan tersebut (Van Waveren en
Van Konijnburg-van Cittiered, in prep.). Hasil penemuan-penemuan ini sangat penting untuk
mengetahui evolusi benua-benua renik yang berasal dari Gondwana pada era Paleozoikum
Akhir dan Mesozoikum (IGCP 516 Project).

Aspiring Geopark Merangin Jambi ini mengangkat tema fosil dan proses geologi yang mengiringinya
sebagai suatu kesatuan bentang alam yang membentuk kawasan Geopark Merangin Jambi tersebut,
termasuk hubungan antar komponen di dalamnya (geologi, biologi, budaya). Geopark Merangin
Jambi digunakan sebagai instrumen pembangunan daerah yang berkelanjutan di Jambi bagian barat
- selatan dengan konsep pengembangannya berdasarkan pada aspek konservasi, aspek pendidikan,
aspek pertumbuhan ekonomi lokal yang mandiri (salah satunya melalui konsep pariwisata
berkelanjutan) dengan secara aktif melibatkan masyarakat setempat sebagai subjek dalam proses
pengembangannya.

A.2. Karakteristik Geografi Fisik dan Kependudukan


Secara umum, Provinsi Jambi hampir berada di tengah Pulau Sumatera yang membentang dari
barat sampai ke timur tepat berada di bawah garis ekuator bumi dengan kondisi topografi yang
bervariasi mulai dari ketinggian 0 m dpl di bagian timur sampai pada ketinggian di atas 1.000 m
dpl, ke arah barat morfologi lahannya semakin tinggi dimana di bagian barat merupakan
kawasan pegunungan Bukit Barisan yang berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Sumatera
Barat. Kawasan Geopark Merangin berada pada bagian selatan - tengah hingga barat Provinsi
Jambi yang memiliki topografi wilayah yang bervariasi dengan ketinggian 100 m dpl hingga
3.805 m dpl dengan bentang alam rata-rata bergelombang hingga terjal yang terdiri atas 3 (tiga)
kelompok morfologi, yaitu :
1. Daerah rendah dan perbukitan lemah 0.0 1.000 m, berada di wilayah timur sampai tengah,
terdapat Kabupaten Tanjung Jabung Barat, bagian timur Kabupaten Sarolangun dan bagian
selatan Kabupaten Merangin
2. Daerah perbukitan sedang sampai kuat 1.000-2.000 m, pada wilayah tengah, terdapat di
Kabupaten Bungo, bagian barat Kabupaten Sarolangun, serta bagian selatan dan barat
Kabupaten Merangin serta sebagian Kabupaten Kerinci.
3. Daerah perbukitan tinggi sampai pegunungan >2.000 m dpl, terletak pada wilayah Utara Barat
Kabupaten Kerinci dan bagian Selatan-Timur Kabupaten Merangin, serta bagian Selatan-Utara
Kabupaten Merangin.

Pada dataran rendah didominasi oleh tanah-tanah yang penuh air dan rentan terhadap banjir
pasang surut serta banyaknya sungai besar dan kecil yang melewati wilayah ini. Wilayah ini
didominasi jenis tanah clay humus rendah dan andosol yang bergambut. Daya dukung lahan
terhadap pengembangan wilayah sangat rendah sehingga membutuhkan input teknologi dalam
pengembangannya. Di bagian tengah didominasi jenis tanah podsolik merah kuning yang
kesuburannya relatif rendah. Daya dukung lahan cukup baik terutama pada lahan kering dan
sangat potensial untuk pengembangan tanaman keras dan perkebunan. Pada bagian barat
didominasi dataran tinggi lahan kering yang berbukit - bukit. Wilayah ini didominasi oleh jenis
tanah latosol dan andosol. Pada bagian tengah Kabupaten Kerinci, banyak ditemui jenis tanah
aluvial yang subur yang dimanfaatkan sebagai lahan persawahan irigasi yang cukup luas.

Dilihat dari pola aliran sungai, Kawasan Geopark Merangin Jambi merupakan bagian dari
Wilayah Sungai Batanghari (Permen PU No. 11A tahun 2006) yang berasal dari Pegunungan
Bukit Barisan dengan 2 hulu sungai yaitu Danau Kerinci (Jambi) dari arah selatan menuju ke
utara-timur menjadi Sungai Batang Merangin, Batang Asai, dan Batang Tembesi. Dari Danau
Kembar dari arah utara (Sumbar) menuju selatan-timur yang menjadi Sungai Batanghari Hulu
dan menghilir bergabung dengan Batang Tembesi. Daerah-daerah tersebut masuk dalam DAS
Batanghari, yang panjangnya mencapai 1.700 km. Selain itu, Sungai Pengabuan di Kabupaten
Tanjung Jabung Barat berhulu ke kawasan Bukit Tigapuluh. Di daerah hulu, pola aliran
sungainya berbentuk radial terutama di Kabupaten Kerinci, Merangin dan Kabupaten
Sarolangun, sedangkan di daerah pesisir berbentuk paralel. Sungai - sungai di Provinsi Jambi
terutama Sungai Batanghari sangat berpengaruh pada musim hujan dan kemarau. Pada musim
hujan kecenderungan air sungai menjadi banjir, sebaliknya pada musim kemarau
kecenderungan air sungai menjadi dangkal.

Kawasan Geopark Merangin Jambi beriklim tropis yang memiliki kerentanan perubahan iklim
yang cukup tinggi. Gejala perubahan iklim seperti kenaikan temperatur, perubahan intensitas dan
periode hujan, pergeseran musim hujan/kemarau, dan kenaikan muka air laut, akan mengancam
daya dukung lingkungan dan kegiatan seluruh sektor pembangunan. Sepanjang tahun 2011,
kawasan ini memiliki karakteristik curah hujan sedang dan lembab dengan rata-rata curah hujan
mencapai 3.030 mm, sedangkan jumlah penyinaran matahari 4,2 jam/hari dengan kelembaban
udara rata-rata sebesar 97%. Suhu udara rata-rata mencapai 27 0C, sedangkan di dataran tinggi
mencapai 220C.

Batuan yang menyusun kawasan Geopark Merangin Jambi sangat beranekaragam mulai dari
jenis pembentukannya dan umur batuan mulai pada Permo-Carbon hingga Kuarter. Keberadaan
Jambi Flora sebagai inti dari kawasan Geopark Merangin ini, bentang alam kars di Kabupaten
Sarolangun dan Merangin, Kompleks Gunung Api Kerinci, dan keterdapatan batuan dropstone
yang merupakan pecahan lempeng gondwana serta terdapatnya amalgamasi di Kabupaten
Sarolangun, Merangin, dan Tanjung Jabung Barat merupakan jejak pembentukan bumi dengan
segala proses geologi yang menyertainya membuat Kawasan Geopark Merangin Jambi secara
geologi memiliki makna ilmu pengetahuan yang bernilai sangat tinggi.

Kawasan Geopark Merangin Jambi yang terbagi ke dalam 4 segmen, yaitu segmen Highland
Park Kerinci di Kabupaten Kerinci, segmen Paleobotani Park Merangin di Kabupaten Merangin,
segmen Geological and Cultural Park Sarolangun di Kabupaten Sarolangun, dan segmen
Gondwana Park Pegunungan Tigapuluh di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Segmen-segmen
tersebut terhubung oleh jalan aspal dengan status jalan negara, provinsi, dan kabupaten serta
mempunyai akses secara langsung dengan jalan lintas tengah Sumatera dan timur Sumatera
sebagai fasilitas penunjang utama penggerak ekonomi kawasan. Selain itu, jaringan
penghubung pada kawasan Geopark Merangin Jambi terdapat tiga bandara udara, yaitu:
Bandara Sultan Thaha di kota Jambi, Bandara Depati Parbo di Kerinci, dan Bandara Bungo di
Muara Bungo. Dari ketiga bandar udara tersebut yang full operasionalnya adalah bandara Sultan
Thaha dengan sembilan penerbangan Jambi-Jakarta (PP) serta Jambi-Batam dengan sekali
penerbangan setiap harinya. Saat ini, Bandara Sultan Thaha ini akan dinaikan statusnya menjadi
bandara internasional yang dapat menampung pesawat berbadan lebar. Bandara Bungo
memiliki jadwal penerbangan tiga kali seminggu dengan tujuan Muara Bungo-Jakarta PP.
Sedangkan bandara Depati Parbo karena cuaca dan letak bandara yang berada di cerukan
kaldera Gunung Kerinci purba maka frekuensi penerbangan baru dapat dilakukan 2 kali
seminggu dengan menggunakan jenis pesawat foker kecil.

Kawasan Geopark Merangin Jambi memiliki jumlah penduduk 1.114.966 (lihat tabel) dengan
kepadatan penduduk 52 jiwa/km2dengan pola penyebaran yang tidak merata dan terkonsentrasi
di ibu kota kabupaten seperti Bangko, Sarolangun, Sungai Penuh, dan Merlung. Hal tersebut
dapatmenunjukan bahwa di sekitar kawasan Geopark Merangin Jambi masih berupa ruang
terbuka hijau dan hutan sehingga kegiatan konservasi sangat memungkinkan untuk
dikembangkan di kawasan tersebut. Hal ini pun mendukung oleh predikat yang disandang pada
daerah di sekitar kawasan Geopark Merangin Jambi yang merupakan paru-paru dunia.

Tabel Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kawasan Geopark Merangin Jambi


Kabupaten/Kot Jumlah Luas kabupaten Kepadatan
a Penduduk (km2) penduduk
Kerinci 235.251 3.355,27 70
Merangin 341.563 7.679,00 44
Sarolangun 252.421 6.184,00 41
Tanjab Barat 285.731 4.649,85 61
Jumlah 1.114.966 21.868,12 51
Sumber : Badan Statistik Propinsi Jambi, 2011

Pada 10 ribu tahun sebelum Masehi, para pakar mengindikasikan Provinsi Jambi merupakan
kawasan persebaran pemukiman ras Melayu Tua yang umumnya berada di kawasan hamparan
Bukit Barisan. Pada hamparan dataran sedang dan rendah, merupakan persebaran dari ras
Melayu Muda yang bermigrasi dari kawasan Asia Tengah pada sekitar 5 ribu tahun sebelum
Masehi. Ras Melayu Tua dan Muda tersebut berhibridasi dengan orang-orang asli yang
kemudian menjadikan orang-orang Jambi yang dipengaruhi oleh berbagai budaya, baik itu dari
India, Timur Tengah, Cina, dan orang-orang Eropa terutama Inggris dan Belanda yang telah
menjajah Nusantara pada waktu itu. Berdasarkan etnis, masyarakat Jambi terdiri dari Suku-suku
Kerinci, Penghulu, Batin, Melayu, Bajau, Minang, Bugis, Banjar, Batak, Palembang, Jawa,
Flores, etnis Cina, India, dan lainnya.

Masyarakat Jambi merupakan masyarakat heterogen yang terdiri dari masyarakat asli Jambi,
yakni Suku Melayu yang menjadi mayoritas di Provinsi Jambi. Selain itu juga ada Suku Kerinci di
daerah Kerinci dan sekitarnya yang berbahasa dan berbudaya mirip Minangkabau dan suku asli
pedalaman yang masih primitif yakni Suku Kubu dan Suku Anak Dalam. Adat dan budaya
mereka dekat dengan budaya Minangkabau. Selain itu juga ada pendatang yang berasal dari
Minangkabau, Batak, Jawa, Sunda, Cina, India dan lain-lain. Suku bangsa Jambi yang
mendominasi pada Kawasan Geopark Merangin Jambi, adalah sebagai berikut :
Suku Anak Dalam ini dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu yang masih berpindah-
pindah dan yang sudah menetap. Kehidupan mereka masih sederhana. Bagi yang berpindah-
pindah alasan dasar mereka adalah meneruskan adat melangun yaitu meninggalkan tempat
apabila ada sanak saudara yang meninggal.
Suku Kerinci mendiami Kabupaten Kerinci dan sebagian kecil dari beberapa kabupaten di Jambi
juga merupakan keturunan Kerinci. Mereka diperkirakan berasal dari Hindia Belakang yang
datang dari semenanjung Malaka, Kepulauan Riau dan terus menyusuri Sungai Batang Hari
untuk mencari daerah yang subur hingga tiba di Kerinci. Kebudayaan Kerinci banyak dipengaruhi
oleh kebudayaan Minangkabau, antara lain dapat dilihat dari ungkapan tradisional Kerinci yang
banyak persamaannya dengan ungkapan minangkabau disamping itu kebudayaan Islam dan
Melayu Jawa juga mempengaruhi kebudayaan Kerinci.
Orang Batin dimana pemukimannya banyak tersebar di Kabupaten Merangin dan Kabupaten
Sarolangun. Diperkirakan orang Batin berasal dari daerah pegunungan sebelah barat dimana
perpindahan tersebut sekitar abad 1 Masehi. Pada masa kekuasaan Kesultanan Jambi, Orang
Batin dianggap sebagai orang dalam (keluarga) sehingga mereka memiliki pemerintahan sendiri
dan tidak dikenakan biaya wajib kerja untuk kesultanan.
Orang Penghulu mendiami Kabupaten Merangin dan terutama di Kabupaten Sarolangun, mereka
merupakan transmigrasi dari Minangkabau ke Jambi untuk mencari emas. Menurut sejarah, pada
awal kedatangan mereka ke Jambi, mereka menggabungkan diri bersama Orang Batin.

Tingkat kesejahteraan penduduk yang tercermin melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
tercatat sebesar 73,3 (data BPS tahun 2011). Sedangkan angka pengangguran Provinsi Jambi
sebesar 4.02% dari penduduk Provinsi Jambi (data SAKERNAS bulan Februari). Provinsi Jambi
termasuk dalam kawasan segitiga pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Singapore (IMS-GT).

A.3. Penanggungjawab Organisasi dan Struktur Pengelolaan


A.3.1. Penanggungjawab Organisasi
Geopark Merangin Jambi dikelola oleh gabungan empat pemerintahan daerah kabupaten, yaitu
Kabupaten Merangin, Kerinci, Sarolangun, dan Tanjung Jabung Barat, serta Pemerintah Provinsi
Jambi sebagai koordinator umum pengelolaan Geopark Merangin Jambi. Organisasi pengelola
Geopark Merangin Jambi akan mempedomani struktur dan pengorganisasian Komite Nasional
Geopark Indonesia dengan beberapa penyesuaian sesuai dengan kondisi daerah yang
ditetapkan oleh Gubernur, Bupati/Walikota yang bersangkutan. Di dalam melakukan tugas
penyelenggaraan Geopark, Gubernur (sebagai penanggungjawab umum organisasi Geopark
Merangin Jambi) dan para Bupati/Walikota (sebagai penanggungjawab organisasi setiap
segmen pada Geopark Merangin Jambi) dibantu oleh Dewan Penasehat, Komite Koordinasi,
Kelompok Kerja Tenaga Ahli, dan Komisi Teknis yang anggotanya bersifat multisektor dan
multidisiplin. Sedangkan untuk pengelola situs geologi dilakukan dalam bentuk kelompok
berbadan hukum, seperti koperasi dan sebagainya.

A.3.2. Struktur Pengelolaan


Dalam konteks kelembagaan dan pengembangan pembangunan, salah satu proses penting
yang terjadi di Indonesia adalah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22/1999 dan
diperbaharui dengan Undang-undang Nomor 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-
undang ini membawa sistem pemerintahan yang awalnya terpusat ke otonomi daerah. Hal ini
berarti, wewenang dan kekuasaan pemerintah dengan rakyat sudah lebih terdistribusi ke
pemerintah daerah. Lebih jauh, semangat desentralisasi kekuasaan ini pada gilirannya
membuka peluang untuk melakukan bentuk-bentuk pengelolaan berbasis masyarakat dalam
kegiatan-kegiatan pembangunan berkelanjutan sesuai dengan rekomendasi Agenda 21.
Gagasan tersebut diterapkan dalam pembangunan kelembagaan di Geopark Merangin Jambi
dengan konsep kombinasi yang biasa dikenal dengan istilah Pengelolaan Berbasis Masyarakat.
Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa Indonesia sebagai negara berkembang memiliki
segala keterbatasan dalam menerapkan bottom up dalam sebuah program yang terintegrasi.
Konsep yang diterapkan pertama kali dalam pembangunan kelembagaan di Geopark Merangin
Jambi adalah kombinasi antara bottom up dan top down, dikarenakan terdapat beberapa
kendala, diantaranya :
1. Tingkat pendidikan masyarakat yang masih relatif rendah.
2. Kesejahteraan masyarakat yang dibawah rata-rata hidup layak.
3. Kurangnya pemahaman akan konsep geopark secara konprehensif.
4. Pola pikir masyarakat yang ekstratif, belum menyadari pentingnya konservasi bagi
masyarakat walaupun dalam budaya masyarakat Jambi yang diwariskan secara turun
menurun berlandaskan upaya konservasi, namun kurang disadari oleh seluruh lapisan
masyarakat.

Namun, disamping kelemahan tersebut terdapat kekuatan dalam masyarakat yang merupakan
embrio dalam penerapan metoda bottom up di Kawasan Geopark Merangin, diantaranya :
1. Masih kuatnya masyarakat Jambi dalam memegang adat istiadat. Adat istiadat tersebut
berbasis konservasi yang merupakan buah pemikiran nenek moyang masyarakat Jambi.
2. Masih kentalnya persaudaraan di sekitar masyarakat yang terjalin dengan budaya gotong
royong diantara masyarakatnya.
3. Besarnya keinginan dari masyarakat untuk merubah kehidupan yang lebih baik tanpa harus
melanggar adat yang sangat mereka hormati.
Pengelolaan geopark berbasis masyarakat sebagai pengelolaan bottom-up, terpadu,
desentralistik dan partisipatif dilakukan untuk menangani isu-isu yang mempengaruhi lingkungan
sumber daya (geo-diversity, bio-diversity dan cultural-diversity) melalui partisipasi aktif dan nyata
dari masyarakat sehingga rasa kepemilikan dan tanggung jawab mereka terhadap sumber daya
mereka sendiri semakin berkembang dan mengakar kuat. Dalam menjalankan pengelolaan
sumber daya berbasis masyarakat ini dilakukan juga pengelolaan bersama antara pemerintah,
masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya. Sehingga menjadi proses dinamis dan
berkelanjutan yang menyatukan pemerintah dan masyarakat, ilmu pengetahuan dan
pengelolaan, serta kepentingan sektoral dan masyarakat umum dalam menyiapkan dan
melaksanakan suatu rencana terpadu untuk perlindungan dan pengembangan sumber daya
Geopark Merangin-Jambi.

Dalam praktiknya, Kelembagaan Geopark Merangin- Jambi diawali dengan pembentukan Tim
Percepatan Geopark Merangin-Jambi di tingkat propinsi dan Tingkat Kabupaten (SK Bupati
Merangin No. 146/Disbudparpora/2012). Tim percepatan tersebut dibentuk sebagai taskforce
dalam perencanaan dan persiapan Geopark Merangin Jambi. Selanjutnya di masing-masing
desa dilakukan pembangunan kelembagaan Geopark berbasis masyarakat atau memperkuat
lembaga yang sudah ada. Hingga saat ini setidaknya terdapat empat kelembagaan tingkat desa
yang telah berkembang dan selanjutnya akan dikelola/dikoordinasikan bersama di tingkat
Pengelola Geopark Merangin-Jambi. Secara keseluruhan, kelembagaan yang terbentuk di
Geopark Merangin Jambi adalah sebagai berikut :
1. Pengelola Geopark Merangin Jambi
2. Pengelola Geopark Merangin Jambi di Segmen Paleobotani Park Merangin
3. Pengelola Geopark Merangin Jambi di Segmen Highland Park Kerinci
4. Pengelola Geopark Merangin Jambi di Segmen Geological dan Cultural Park Sarolangun
5. Pengelola Geopark Merangin Jambi di Segmen Gondwana Park Bukit Tigapuluh
Secara sistematika keorganisasian antar kelembagaan tersebut, dapat dilihat pada skema di
bawah ini;

Lembaga Pengelola
Geopark Merangin Jambi

Lembaga Pengelola Lembaga Pengelola Lembaga Pengelola Lembaga Pengelola


Paleobotani Park Merangin Highland Park KerinciGeological and Cultural Park SarolangunGondwana Park Bukit Tigapuluh

Lembaga Hutan Adat Lembaga Hutan Adat Lembaga Hutan Adat Lembaga Hutan Adat

Pengawal Geopark Tingkat DesaPengawal Geopark Tingkat DesaPengawal Geopark Tingkat Desa Pengawal Geopark Tingkat Desa

Gubernur Jambi bertindak sebagai Penanggung Jawab penyelenggaraan kegiatan Geopark


Merangin Jambi yang kawasannya meliputi lintas kabupaten, sedangkan para bupati di setiap
kabupaten bertindak sebagai Penanggung Jawab penyelenggaraan kegiatan Geopark di
masing-masing segmen.

Dewan Penasehat terdiri dari orang-orang yang mempunyai keterampilan atau pengetahuan
yang berkaitan dengan warisan geologi dan atau pengembangan ekonomi berkelanjutan. Tugas
Dewan Penasehat adalah memberi masukan dan usulan tentang pemecahan masalah yang
timbul pada penyelenggaraan Geopark.

Kegiatan penyelenggaraan organisasi sehari-hari dilakukan oleh Komite Koordinasi. Komite


terdiri dari wakil-wakil dari satuan kerja pemerintah baik ditingkat provinsi maupun di
kabupaten/kota yang memiliki pengalaman di bidang perlindungan warisan geologi dan
pembangunan lokal.Tugas Komite Koordinasi adalah melaksanakan kegiatan Geopark yang
telah direncanakan. Komite mempunyai hak mengeluarkan keputusan organisasi. Komite
Koordinasi diketuai oleh Koordinator dan Wakil Koordinator,dengan tugas mengkoordinasikan
kegiatan Geopark. Jabatan Koordinator dan Wakil Koordinator dipilih oleh anggota Komite
Koordinasi untuk jangka waktu 4 tahun.Tidak ada batasan hingga berapa kali seseorang dapat
mengisi jabatan koordinator dan wakil.

Komite Koordinasi dibantu oleh Kelompok Kerja Tenaga Ahli. Kelompok Kerja ini terdiri dari
orang- orang yang dinilai memiliki kemampuan di dalam melaksanakan tugas karena wawasan
regionalnya yang luas dan keahliannya di bidang geologi, biologi, budaya, dan pemberdayaan
masyarakat.Tugas Kelompok Kerja Tenaga Ahli adalah memperkuat pengembangan Geopark,
dalam bentuk memberi masukan dan penilaian. Semua anggota Komite Koordinasi dihimbau
untuk ikut berperan secara aktif pada kegiatan Kelompok Kerja.

Geopark Merangin Jambi mempunyai Kantor Geopark, yang berfungsi sebagai Sekretariat
Geopark dan official-contact. Kantor Geopark dikepalai oleh Kepala Sekretariat, yang bertugas
mengkoordinasikan penyebaran informasi tentang penyelenggaraan Geopark.

Program dan rencana aksikegiatan penyelenggaraan aspiring Geopark Merangin Jambi


dilaksanakan oleh Komisi Teknis. Komisi terdiri atas Komisi Pengembangan, Komisi Promosi,
Komisi Konservasi, dan Komisi Pemberdayaan Masyarakat. Anggota yang duduk di dalam
Komisi Teknis adalah orang-orang yang dianggap dan dinilai memenuhi syarat berdasarkan latar
belakang pengetahuan dan pengalamannya. Mereka berasal dari perwakilan instansi terkait di
masing-masing kabupaten, perwakilan masyarakat, perwakilan perguruan tinggi, perwakilan
organisasi profesi,dan perwakilan organisasi kemasyarakatan. Komite Teknis bekerja secara
terpadu.

Tugas dan tanggung-jawab anggota Komisi Teknis adalah:


1. Komisi Pengembangan mempunyai tugas dan kewajiban merencanakan kegiatan
pengembangan Geopark ke depandan memberi usulan ilmiah terhadap kegiatan pengembangan
di dalam kawasan Geopark dari segala aspek.
2. Komisi Promosi mempunyai tugas dan kewajiban melakukan promosi Geopark di tingkat lokal,
regional, nasional dan internasional.
3. Komisi Konservasi mempunyai tugas PENANGGUNG JAWABmemberi rekomendasi terhadap warisan
dan kewajiban
Gubernurdan
geologi, warisan biologi Jambi/Bupati
warisan Kerinci,
budayaMerangin,
yang adaSarolangun,
di dalamTanJab Barat Geopark,yang perlu
kawasan
dijaga, dilindungi dan dilestarikan keberadaannya.
4. Komisi Pengembangan Masyarakat mempunyai tugas dan kewajiban meningkatkan kepedulian
masyarakat setempat dan para pemangku DEWANkepentingan.
PENASIHAT
5. Komisi Investasi dan Kerjasama mempunyai tugas dan kewajiban melakukan kerjasama antar
Geopark Nasional Indonesia / antar segmen di Geopark Merangin Jambi / Geopark Global dan
melakukan kerjasama dengan pihak ketiga dalam pembangunan dan pengembangan kawasan.
KOMITE DAERAH
KETUA
WAKIL KETUA

SEKRETARIAT GEOPARK MERANGIN JAMBI


KELOMPOK KERJA TENAGA AHLI

KOMISI PENGEMBANGAN KOMISI KOMISI KOMISI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


KOMISI INVESTASI DAN KERJASAMA
PROMOSI KONSERVASI

KELOMPOK MASYARAKAT OPERASIONAL


LEMBAGA ADAT DESA
KELOMPOK HUTAN ADAT
PENGAWAL GEOPARK Tk. DESA
Bagan Organisasi Pengelola Geopark Merangin Jambi

A.4. Penanggungjawab Organisasi dan Struktur Pengelolaan


Nama Jabatan Telepon/Email
Budidaya Kepala Dinas Budpar +62811747316
Guntur Kabid Distinasi +6281366378164
Disbudpar
Ujang Kabid Sepur Disbudpar +628153951809/
Haryadi sepurbudpar@gmail.com

A. WARISAN GEOLOGI
B.1. Lokasi Geopark Yang Diusulkan
Secara administratif, kawasan Geopark Merangin Jambi berada di wilayah Provinsi Jambi yang
tersebar dalam wilayah 4 (empat) Kabupaten yaitu, Merangin, Kerinci, Sarolangun, dan Tanjung
Jabung Barat. Geopark Merangin Jambi memiliki luas 20.360 km2 yang terbagi dalam 4 Segmen,
yaitu :

1. Paleobotani Park Merangin seluas 1.551 km2


Kawasan Paleobotani Park Merangin merupakan kawasan inti yang seluruhnya berada di
Kabupaten Merangin bagian selatan khususnya di bantaran dan aliran sungai Batang Merangin
dan Batang Mengkarang. Fosil-fosil tertua yang ditemukan berusia 300 juta tahun berupa fosil
Cordaites, Calamites, Pecopterid, Taeniopteris sp, Gigantopteris sp, Sphenopteris sp, dan
Araucarioxylon (nama ilmiah latin dari tanam-tanaman). Kolom stratigrafi Formasi Mengkarang di
sepanjang sungai Merangin mencapai ketebalan sekitar 500 m dengan ketebalan tanah penutup
sekitar 1-7 m dengan jenis tanah andosol, litosol, regosol. Selain itu kawasan ini memiliki
beberapa potensi Geodiversity bernilai tinggi untuk dikembangkan sebagai situs warisan geologi.
Lokasinya berdekatan dengan beberapa objek geoheritage objek wisata alam seperti goa dan
petualangan arum jeram standar internasional serta beragam atraksi kehidupan sosial budaya
masyarakat.

2. Highland Park Kerinci seluas 2.863,36 km2


Highland Park Kerinci merupakan hulu dari DAS Batang Merangin yang merupakan kawasan
dataran tinggi dari hamparan Bukit Barisan, terletak di kawasan Kabupaten Kerinci. Keragaman
geologinya merupakan hasil erupsi dan gerak gunung api dari pegunungan Gunung Kerinci,
Gunung Tujuh, dan dataran tinggi Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. Beberapa potensi
panas bumi di lokasi hulu DAS Batang Merangin tersebut dimanfaatkan untuk destinasi
kepariwisataan serta lokasi penambangan dan pemanfaatan panas bumi bagi kelistrikan yang
sekarang sedang diupayakan oleh suatu perusahaan konsorsium. Elektrifikasi ini sebagai upaya
penambah konektifitas kelistrikan di Sumatera dan pendistribusian bagi wilayah Provinsi Jambi,
yang juga sedang menggeliat dalam perkembangan berbagai usaha industri.

3. Geo-Culture Park Sarolangun seluas 1.428 km2


Kendati penamaannya lebih kepada masalah kultur, kawasan ini berada di Kabupaten
Sarolangun sebenarnya juga merupakan tempat sebaran dari fosil koral batu karang yang
dimanfaatkan oleh masyarakat di kawasan Kecamatan Singkut untuk perhiasan wanita berupa
cincin, gelang, dan aksesoris lainnya. Selain itu pada Desa Bukit Bulan Kecamatan Limun
terdapat rangkaian Gua Karst. Pada kawasan dan sekitar Taman Nasional Bukit Dua Belas
terutama di Desa Pauh Kecamatan Pauh, Desa Bukit Suban, Pematang Kabau, Kecamatan Air
Hitam ditemukan fosil-fosil pohon dan jenis flora-flora lainnya.

4. Gondwana Park Pegunungan Tiga Puluh seluas 115.20 km2


Kawasan ini berbeda dengan tiga kawasan yang tersebut di atas yang terangkai dalam sistem
DAS. Pada kawasan Gondwana yang berada di Kecamatan Merlung Kabupaten Tanjung Jabung
Barat, merupakan bentang kawasan dari lempeng Gondwana pada Pegunungan Bukit Tiga
Puluh. Kawasan ini sebenarnya berbatasan dengan Kabupaten Tebo Provinsi Jambi dan
Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Kawasan ini sebagian besar merupakan kawasan
nasional habitat dari fauna besar seperti gajah maupun jenis primata seperti orang hutan dan
berbagai jenis kera.

Secara keseluruhan kawasan geopark merangin Jambi berikut keletakan formasi cakupan sub
dan elemen masing-masingnya terlihat pada peta wilayah yang tertera dibawah ini:
Peta Kawasan Geopark Merangin Jambi

B.2. Perian Umum Geologi


B.2.1. Morfologi
Wilayah kajian, secara fisiografi termasuk ke dalam kawasan peralihan antara mendala
Pegunungan Barisan dan Daerah Rendah Sumatra Bagian Timur (Verstappen, 1973). Morfologi
kawasan ini didominasi oleh dataran menggelombang, dengan undulasi yang tidak begitu kasar.
Rangkaian punggungan topografi yang menempati wilayah ini umumnya searah dengan sumbu
Pulau Sumatra, yaitu Baratlaut-Tenggara, namub sebagia ada juga yang memotong arah jurus
perlapisan batuan sedimen. Ketinggian wilayah yang dimulai dari kawasan Taman Nasional
Kerinci-Seblat di wilayah Kerinci, batuan sedimen terlipat kuat, kawasan intrusi, dan kawasan
batuan sedimen terlipat lemah adalah dari 2800 m sampai 400 m dpl. Vegetasi bervariasi dari
mulai hutan hujan hutan produksi yang cukup rimbun, kawasan-kawasan budidaya yang
umumnya tidak lebat, serta setempat berupa ladang dan semak belukar kebun karet, kebun kopi,
serta kelapa sawit.

B.2.2. Stratigrafi
Gambar B.1 memperlihatkan bahwa satuan batuan tertua di kawasan ini adalah Formasi
Mengkarang (Pm) yang menjemari dengan dan ditindih secara selaras oleh Formasi Telukwang
(Pt) yang berumur Perem Awal-Tengah. Ke arah barat dari wilayah kajian, Formasi Mengkarang
dan Telukwang ini menjemari dengan Formasi Palepat. Formasi Mengkarang tersusun oleh
batuan sedimen klastika halus-kasar bersisipan batuan klastika gunungapi dan batuan karbonat,
sedangkan Formasi Telukwang berupa batuan sedimen klastika kasar dengan anggota
batugamping. Sementara itu, Formasi Palepat terdiri atas batuan gunungapi dengan sisipan
batuan sedimen klastika halus-kasar dan batugamping.

Batuan berumur Perem tersebut yang diterobos oleh granit horenblenda berumur Trias Akhir
awal Jura, memperlihatan kontak tektonik dengan Formasi Asai (Ja) berumur Jura Tengah yang
berupa batuan sedimen-meta dengan sisipan batugamping dan Formasi Peneta (KJp) berumur
Jura Akhir - Kapur Awal, yang tersusun oleh runtunan batuan sedimen klastika halus-kasar dan
sisipan batugamping, umumnya termalihkan derajat rendah.

Runtunan batuan sedimen Pratersier tersebut telah mengalami proses ubahan dan pemalihan
tingkat rendah. Meskipun demikian, struktur sedimen masih terlihat jelas; dan juga kandungan
fosil fauna dan flora yang dapat dipakai sebagai penentu umur. Lingkungan pengendapannya
berkisar dari lingkungan darat sampai laut dangkal.

Selanjutnya batuan berumur Tersier yang tersingkap adalah Formasi Muaraenim berumur Mio-
Pliosen (Tmpm) hadir secara setempat, dan Formasi Kasai QTk) berumur Plio-Plistosen yang
penyebarannya cukup luas (Gambar B.1).
Gambar B.1. Peta geologi kawasan Mengkarang-Merangin (menurut Suwarna drr. 1998)

B.1.2.1. Formasi Mengkarang


Satuan batuan ini berupa perselingan batupasir, batulanau, batulempung, serpih, tuf, dan
konglomerat; umumnya tekersikkan; serta sisipan batugamping dan batubara. Batupasir, kelabu
terang-gelap, berbutir halus-kasar, membundar tanggung dan terpilah buruk, tebal setiap lapisan
antara 0,5 2,5 m. Kuarsa, felspar, lempung, kalsit, dan klorit merupakan komponen utama
batupasir, dengan massadasar lempung, felspar, dan kalsit.

Batulanau, kelabu gelap, tufan, agak pasiran, mengandung fosil tumbuhan, tebal lapisan antara
0,2 3,0 m, berlapis kurang baik baik. Batulempung, kelabu kecoklatan kehijauan. Serpih,
kelabu gelap kehitaman, berlapis baik, mengandung fosil brakhiopoda dan tumbuhan; tebal
setiap lapisan 1 15 m, setempat mengandung lapisan batubara tipis-tipis. Tuf, kelabu gelap,
bersusunan basa asam; klastika, setempat berselingan dengan batugamping dan sisipan
batubara setebal 15 cm; berlapis baik; terdapat juga kepingan kayu tekersikkan dan Stigmaria;
tebal lapisan tuf ini berkisar dari 0,5 1,5 m. Konglomerat, anekabahan, kelabu kehijuan dan
kecoklatan; komponen yang berukuran 0,5- 20 cm dominan terdiri atas batuan gunungapi (basal
dan trakhit), serpih, batupasir halus, dan granit; setempat berselingan dengan tuf bersusunan
dasit; tebal runtunan 0,15 10 m.

Batugamping, jenis wackestone, kelabu gelap kehitaman, sebagai sisipan dalam serpih,
setempat dolomitan, termalihkan lemah, terlipat kuat, berselingan dengan tuf basa. Fosil yang
terkandung adalah Fusulina, Fusulinella, Bellerophon, Pseudoschwagerina meranginensis
Thompson, Schwagerina rutschi Thompson, dan Bivalvia. Selain itu ditemukan pula fosil
ganggang, ganggang-pseudo, foraminifera kecil, fusulinoid, dan koral yang menunjukkan umur
Asselian (Perem Awal) (Beauvais drr., 1984). Dapat disimpulkan bahwa umur kumpulan fosil
tersebut berkisar dari Sakmarian Artinskian (awal Perem akhir Perem Awal.

Formasi Mengkarang ini secara keseluruhan diduga terendapkan di lingkungan darat laut
dangkal, berlumpur, dalam kondisi rezim energi rendah, berdekatan dengan suatu busur
kepulauan bergunung api. Sebarannya terletak di Sungai Mengkarang, Karing, Merangin,
Ketiduran, dan Titi Meranti.

B.1.2.2. Formasi Telukwang


Secara litologis, satuan batuan ini terdiri atas perselingan konglomerat anekabahan, batupasir,
dan batulanau, berlapis baik dan tebal; sisipan batugamping, tuf terlas-kan (ignimbrit ?), riolit,
dan andesit yang terubah kuat, mengandung ironstone. Komponen konglomerat berupa
kepingan basal dan andesit yang terkloritkan, batupasir, batuan tekersikkan, granit
(monzonit/monzodiorit), batugamping, dan kuarsa. Di dalam lapisan batupasir terdapat bongkah
batugamping.

Batulanau, kelabu gelap, keras, berlapis tebal. Batugamping berupa kalsilutit dan kalkarenit
(mudstone grainstone), berlapis baik, tebal 10 30 cm; mengandung fosil foraminifera,
moluska, dan ganggang; struktur stylolite. Setempat ditemukan sisipan tuf pasiran bersusunan
dasitis. Tuf terlas-kan yang mengandung kepingan andesit dan kaca gunungapi, serta struktur
perarian terputus-putus, terdapat di bagian bawah dan tengah satuan.

Formasi ini yang tebalnya bisa mencapai 200 m, dan diduga terendapkan di lingkungan darat
laut dangkal, telah terubah dan termalihkan lemah. Sebarannya di Sungai Merangin ke arah hulu
dan hilir Telukwang, Sungai Mengkarang bagian hilir, dan Sungai Salamuku.

B.1.2.3. Formasi Peneta


Bagian bawah formasi ini tersusun oleh batulanau, serpih, dan batupasir berbutir halus
menengah yang termalihkan lemah; sisipan batugamping malih, dan setempat batusabak. Ke
arah atas, satuan berangsur menjadi batupasir kasar dan konglomerat, mengandung sisipan
batupasir kuarsa.

Batulanau, secara setempat, mengandung lensa-lensa batupasir yang tercenangga kuat dan
kaya akan pirit. Seringkali ditemukan batuan yang tergerus dan tekersikkan. Pirit juga tersebar di
dalam batusabak, batupasir-meta, dan serpih. Struktur perlapisan sejajar dan bersusun,
slumping, serta perdaunan umum ditemukan.

Kumpulan fosil moluska dalam satuan batuan menunjukkan umur Kapur Awal (Tobler, 1919).
Sementara itu, Beauvais drr. (1984), berdasarkan kandungan fosil calcarae, ganggang, dan koral
di dalam sisipan batugamping meta, berpendapat bahwa umur batuan adalah Jura Akhir. Fosil
amonit yang ditemukan oleh Baumberger (1925) menunjukkan umur Kapur Awal, sedangkan
kepingan amonit yang ditemukan oleh Tobler (1919) menurut Geyssant (dalam Beauvais drr.,
1984) berumur Jura Akhir. Beberapa spesies fosil nanno menunjukkan umur Aptian Santonian
(Kapur Awal; Puslitbang Geologi, 1995). Berdasarkan temuan fosil-fosil tersebut, disimpulkan
umur formasi berkisar dari Jura Akhir Kapur Awal.

Lingkungan pengendapannya ditafsirkan sebagai laut dangkal yang terletak di busur belakang,
sedangkan secara tektonik termasuk ke dalam daur orogen dan daur kuarsa. Tebal satuan
sekitar 400 m. Formasi ini tersebar di wilayah hulu aliran Sungai Mengkarang.

B.1.2.4. Formasi Muaraenim


Satuan batuan sedimen ini terdiri atas perselingan batupasir, batupasir dan batulempung tufan,
sisipan batubara, dan tuf pada bagian atas satuan. Ke arah atas, satuan kaya akan bahan asal
gunungapi.

Batupasir terdiri atas kuarsa, glokonit, mineral hitam, dan kepingan batuan; mengandung damar
dan sisipan lignit. Setempat, bagian paling atas runtunan mengandung sisipan tipis bahan
karbonan dan oksida besi. Fosil foraminifera kecil, moluska, dan fosil daun yang terkandung
dalam batulempung, terutama menempati bagian bawah formasi.

Satuan batuan ini berlapis baik dan mengalasi secara tidak selaras Formasi Kasai; terendapkan
di lingkungan laut dangkal yang ke arah atas secara cepat berubah menjadi peralihan dan darat.
Ketebalan formasi ini umumnya mencapai 200 m. Umurnya diduga akhir Miosen Akhir awal
Pliosen Akhir. Satuan batuan ini tersingkap secara setempat di hulu Sungai Mengkenan, kea rah
timur Desa Bedengrejo.

B.1.2.5. Formasi Kasai


Formasi Kasai tersusun oleh tuf dan tuf berbatuapung (pumis); dengan sisipan batupasir,
batulempung, dan batulanau, yang umumnya tufan; setempat ditemukan konglomerat, breksi tuf,
serta sisipan lignit dan gambut; kayu tekersikkan sangat umum, dan oksida besi pada bagian
bawah formasi.

Tuf umumnya bersusunan asam (riolitan) dan seringkali terkaolinkan serta mengandung pumis
berukuran antara 0,5 5 cm; umumnya berasosiasi dengan fosil kayu tekersikkan berdiameter
sampai 1 meteran.

Batupasir, tufan, mengandung lensa-lensa konglomerat, setempat struktur silang-siur mangkok.


Batulempung dan batulanau, tufan, tebal sekitar 3 m, struktur perarian sejajar. Konglomerat
anekabahan, komponennya dikuasai oleh pumis, sedikit obsidian, andesit, basal, kuarsa, dan
batuan tekersikkan. Lignit dan gambut, tersisip di antara batulempung dan batupasir.

Satuan berlapis baik pejal, struktur silang-siur pada batuan berbutir kasar sangat umum.
Lingkungan pengendapan darat, bahan yang terendapkan adalah hasil kikisan dan erosi dari
Geantiklin Barisan. Formasi ini dapat mencapai ketebalan 450 m, dan umurnya adalah Plio-
Plistosen. Singkapannya cukup luas dikawasan sebelah barat dan utara Sungai Merangin,
sebelah timur Sungai Mengkarang, serta wilayah antara Sungai Merangin dan Mengkarang.

B.1.2.6. Granit Tantan


Batuan ini terdiri atas granit, granodiorit, dan aplit. Granit biotit-horenblenda, terubah; sebagian
plagioklas terubah menjadi klorit dan epidot; hipidiomorfis subporfiritik; fenokris K-Na felspar
sebagian terkloritkan dan terkaolinkan; sebagian plagioklas, ortoklas, dan kuarsa membentuk
tekstur granofir.

Granodiorit biotit-horenblenda, terubah, sebagian horenblenda terubah menjadi biotit dan klorit;
serisit berupa ubahan dari plagioklas dan ortoklas, sedangkan kaolin berasal dari ortoklas;
mengandung senolit diorit-kuarsa.

Aplit, aplogranit biotit, terubah, epidot ubahan dari mineral mafik. Tonalit (diorit kuarsa), terubah,
piroksen dan horenblenda sebagian terubah menjadi epidot, klorit, dan serisit.

Satuan batuan umumnya tergerus dan tersesarkan, serta terlapuk kuat; menerobos Formasi
Mengkarang dan Telukwang, dan bersentuhan tektonik dengan Formasi Peneta. Umur mutlak
satuan batuan adalah 171,50 + 1,30 jtl. dan 200 + 10,0 jtl. atau Trias Akhir Jura Awal.
Singkapannya terdapat di kiri dan kanan Sungai Merangin sekitar Dusun Airbatu.

B.2.3. Struktur dan Tektonika


Struktur yang hadir berupa sesar, perlipatan, kelurusan, perdaunan, dan kekar, yang secara
regional berarah barat laut tenggara dan barat barat laut timur tenggara. Jenis sesar berupa
sesar mendatar menganan dan sesar naik, yang menempati batuan sedimen malihan Formasi
Mengkarang dan Peneta, serta terobosan berumur Pratersier. Perlipatan setempat terdeteksi di
dalam Formasi Telukwang dengan arah kemiringan yang rendah. Kelurusan hanya terdeteksi
pada batuan sedimen Formasi Kasai yang berumur Plio-Plistosen. Sementara itu, perdaunan
umumnya dijumpai pada batuan sedimen malih Formasi Mengkarang dan Peneta, sedangkan
kekar terdapat baik pada batuan sedimen malih maupun terobosan yang semuanya berumur
Pratersier.

Perem Awal ditandai oleh pengendapan sedimen klastika dan batugamping terumbu Formasi
Mengkarang dengan sisipan-sisipan batuan klastika gunungapi, kemudian batuan sedimen
klastika Formasi Telukwang dan Anggota Batuimpi Formasi Telukwang. Lingkungan
pengendapan satuan-satuan batuan tersebut berada di tepi benua sampai laut dangkal,
bersamaan dengan kegiatan gunung api andesit basal Formasi Palepat, yang selain
menghasilkan lava juga batuan klastika gunung api. Kegiatan ini ditafsirkan terjadi di busur
kepulauan bergunungapi dengan rangkaian terumbu, yang erat kaitannya dengan lajur
penunjaman. Berdasarkan analisis kemagnetan purba, Formasi Mengkarang terendapkan pada
posisi 30o LU (Wahyono drr., 1996), dan telah mengalami rotasi searah jarum jam sejak Perem.

Pada akhir Trias - awal Jura, terjadi penerobosan Granit Tantan terhadap batuan berumur
Perem, yang disertai dengan pencenanggaan pemalihan regional berderajat rendah. Kegiatan
penurunan yang berlangsung dari Jura Tengah sampai Kapur Awal, pada kala Jura Akhir-awal
Kapur ditandai dengan terendapkannya batuan sedimen klastika halus Formasi Peneta.

Penerobosan oleh Granit Arai, pada Kapur Tengah, terhadap Formasi Peneta, diikuti oleh
pencenanggaan, pengangkatan, dan pemalihan berderajat rendah pada batuan formasi tersebut.
Kegiatan tektonika ini, diikuti oleh penggabungan (amalgamasi) antara Blok Mengkarang-Palepat
dan Blok Peneta dalam bentuk kontak tektonik/sesar naik, yang diduga berlangsung pada Kapur
Akhir.
Tektonika Miosen Tengah awal Pliosen ditandai oleh pengangkatan Lajur Barisan. Di kawasan
busur-belakang terendapkan batuan sedimen klastika Formasi Muaraenim dalam kondisi
susutlaut, lingkungan peralihan. Pada kegiatan tektonika selanjutnya, yakni Plio-Plistosen,
seluruh daerah terangkat, diikuti oleh proses pengerosian, dan terbentuknya sesar mendatar
menganan berarah barat laut tenggara, dan pelipatan. Pada saat kegiatan tektonika ini,
pengendapan batuan sedimen klastika gunung api Formasi Kasai berlangsung.

B.2.4. Sinopsis sejarah geologi


Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia,
Eurasia dan lempeng Pasific. Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di
lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusa Tenggara, sedangkan dengan Pasific di utara Irian dan
Maluku utara, dan dikenal sebagai wilayah zamrud khatulistiwa atau untaian mutiara dari timur,
karena kekayaan alamnya yang berlimpah. Sumber daya yang berlimpah tersebut dan tersebar
luas berupa sumber daya hayati dan nir-hayati (sumber daya geologi) merupakan hasil dari
dinamika bumi yang berlangsung sejak ratusan juta tahun lalu. Bentuk dan konfigurasi bumi
Nusantara mencerminkan suatu proses panjang interaksi antara gaya-gaya endogen dan
eksogen yang mendistribusikan potensi sumber daya mineral, energi, dan kebencanaan seperti
yang sering terjadi akhir-akhir ini. Hal tersebut dikarenakan Indonesia merupakan negara yang
secara geologis memiliki posisi unik yaitu berada pada pusat tumbukan Lempeng Hindia
Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia di bagian Utara, dan Lempeng Pasifik di bagian
Timur laut yang mengakibatkan Indonesia mempunyai tatanan tektonik yang kompleks. Semua
proses tersebut meninggalkan jejak-jejak perubahan berupa bentangalam, fosil, batuan, dan
aspek - aspek geologi lainnya yang mempunyai nilai historis dan ilmiah sangat tinggi serta
menjadi bagian dari sejarah pembentukan bumi hingga yang terjadi saat ini sebagai Warisan
Geologi baik dalam skala lokal, nasional, maupun internasional (World Heritages).

Jambi merupakan bagian dari batuan dasar Sumatera yang berumur Paleozoikum diperkirakan
merupakan suatu mozaik yang terdiri dari lempeng-lempeng mikro atau terane, termasuk di
dalamnya pecahan-pecahan Cathaysian dan Gondwana. Hamilton (1979) dan Tjia (1989)
menduga bahwa Garis Raub-Bentong (RBL), yang memisahkan kedua pecahan tersebut
menerus hingga ke Sumatera yaitu sampai wilayah Pegunungan Tigapuluh. Walaupun demikian,
penyelidik lainnya, khususnya Plunggono dan Cameron (1984), memperpanjang jejak RBL
sampai keluar dari P. Sumatera melalui kepulauan timah.

Metcalfe (1988), mengusulkan agar Sumatera Baratlaut dan Sumatera Tengah bersama dengan
bagian dari Semenanjung Malaysia dan Muangthai yang disebut Terrane Subimasu, dipisahkan
dari daratan Gondwana Australia pada akhir dari Perem Awal dan bertumbukan dengan
Sumatera bagian tenggara bersama-sama dengan Indocina dan Semenanjung Malaya bagian
Timur yang terletak lebih ke Utara di seberang laut (? Paleo- Tethys) pada Trias Akhir sepanjang
RBL. Sebagai akibat langsung tumbukan tersebut adalah terbentuknya rangkaian utama sabuk
granit-timah Semenanjung Malaysia yang secara setempat tersingkap di Pegunungan Tigapuluh
di Sumatera. Cobbing dkk. (1986), menyatakan umur Rangkaian Granit Utama adalah 220-200
juta tahun dan ini mendukung model Metcalfe sebelumnya mengenai tumbukan Sibumasa dan
Indocina serta Malaya bagian Timur pada Trias Akhir.
Peristiwa selanjutnya yang terekam di Lembar Sorolangun adalah penerobosan plutonik
granitoid terhadap batuan Perem pada Jura Awal, yaitu Granit Tantan. Peristiwa magma Jura
Awal ini, yang diperkirakan berkaitan dengan penunjaman, kemungkinan disertai pecenanggaan
(deformasi) dan peristirwa pemalihan regional berderajat rendah (Simandjuntak dkk., 1991).
Pada akhir dari Kapur Awal penunjaman terhenti dan batuan samudra Terrane Woyla terakrasi
ke pinggiran daratan Sumatera.

Penunjaman pada Tersier sampai Resen di bawah Sumatera mengakibatkan terbentuknya busur
magmatik yang luas dan berupa Pegunungan Barisan. Namun demikian penunjaman di bawah
Sumatera mungkin telah terjadi sejak Perem Akhir (Cameron et al., 1980) atau lebih awal lagi
(Katili, 1969, 1972) walaupun secara tidak menerus. Meskipun tidak menerus, kedudukan busur
dan palung yang sekarang kemungkinan besar telah ada sejak Miosen. Timbunan tegangan
akibat penunjaman miring ini secara berkala dilepaskan melalui sesar menganan ke arah tepi
lempeng (Fitch, 1972) dan menghasilkan Sistem Sesar Utama Sumatera, yang menjajar
memanjang pulau dan memotong busur magmatik/gunungapi. Dengan demikian geologi lembar
ini meliputi batuan alas pra-Tersier, lapisan sedimen dan gunungapi Tersier dan Kuarter yang
menutupinya.

Fenomena geologi yang menjadikan geodiversity terbentuk di Provinsi Jambi, yaitu :


Terjadinya kegiatan tektonik dan proses geologi yang berlangsung sampai saat ini, meliputi :
Sesar Besar Sumatera (SBS) adalah sesar geser ke kanan (dextral) yang mencakup zona
lemah sepanjang 1.650 km, dan merupakan bagian yang berasosiasi dengan gaya konvergen
menyudut (oblique convergence) dari zona subduksi antara lempeng Indo-Australia dan
Eurasia.
Segmen sesar Siulak-Kerinci (Tjia, 1977). merupakan zona sesar sepanjang 130 km, dan
mempunyai kecepatan pergeseran rata-rata antara 11 17 mm/tahun (Bellier and Sebrier,
1995). Berdasarkan analisis sejarah kegempaan sejak tahun 1835 (17 kali), zona sesar ini
terbagi dalam 18 segmen sesar besar dengan panjang rata-rata antara 45 200 km (Bellier
drr., 1997). Hal ini menjadikan daerah ini sebagai kawasan rawan bencana gempabumi
tektonik.
Kegunungapian dan sisa kegiatannya.Kegiatan gunungapi biasanya terdapat di sepanjang busur
magmatik, yang difasilitasi oleh terbentuknya rekahan-rekahan akibat kegiatan tektonik regional,
sehingga menimbulkan zona lemah yang memudahkan cairan magma keluar ke permukaan
bumi.
Gejala Kenampakan Panas Bumi dan Mata Air Panas. Mata air panas adalah salah satu gejala
kenampakan panas bumi di permukaan. Hal ini mencirikan adanya kebocoran sistem panas bumi,
yang dapat diakibatkan oleh adanya struktur geologi (sesar, rekahan dll.) yang memotong atau
menembus sistem panas bumi atau akuifernya. Sumber panasbumi dapat berasal dari sisa-sisa
kegiatan magmatik, gunungapi, sesar aktif, dan geothermal gradient (landaian suhu di dalam
bumi).
Karst dan Gua. Karst adalah bentang alam yang khas pada batugamping, sebagai akibat proses
pelarutan, pengikisan, dan pengendapan oleh air (karstifikasi). Proses karstifikasi menghasilkan
bentuk perbukitan kerucut yang khas (conical hills), dolina dan lapies, di permukaan (exo-karst),
dan sistem perguaan, speleotem (stalaktit dan stalagmit) dan sungai bawah tanah (endo-karst).

B.2.5. Jambi Flora


Penelitian Flora Jambi (Djambi Flora) pertama kali dilakukan oleh Jongmans dan Gothan pada
tahun 1935 yang kemudian direvisi oleh Van Waveren drr. Pada tahun 2007. Karena Flora Jambi
ini didominasi oleh flora Cathaysian maka kemudian disimpulkan sebagai flora Cathaysian
(Halle, 1927).

Flora Jambi pada waktu itu merupakan daratan berhutan tropis. Fosil tumbuhan berupa batang
pohon yang sudah membatu dan fosil daun Macralethopteris sp., Cordaites sp., Calamites sp, ,
Pecopteris sp., Lepidodendron, fosil pohon Araucarioxylon yang in-situdll. berumur Perem Awal
( 300 juta tahun).Jambi Flora ini merupakan fosil flora yang angat penting di bagian ujung paling
selatan dari flora Cathaysia dan sangat penting dalam bidang palaeophytogeographic. Jambi
Rlora ini menjadi sangat menarik, karena ditemukannya tiga jenis gigantopterid yang belum
pernah ditemukan di daerah lain di bagian timur Asia. Hal ini mungkin disebabkan karena
pemercontohan yang kurang baik, atau ada kemungkinan besar, bahwa Flora Jambi ini lebih tua
dari yang lainnya.

Flora Jambi adalah salah satu keragaman geologi di Pulau Sumatra, Indonesia yang sangat
penting. Hal ini disebabkan karena fosil flora yang dikandungnya merupakan flora yang tertua
dan mempunyai lingkungan yang berbeda dengan daerah lainnya di Asia bagian timur pada
zaman Perem dan merupakan fauna penghubung antara provinsi flora Cathaysian dan
Euramerican. Seperti diketahui, fosil flora di Cina Utara sedikit lebih muda daripada Jambi
Flora, sehingga dapat disimpulkan, bahwa Jambi Flora merupakan inti titik penyebaran flora
(botanical nucleus) ke berbagai arah.

Penelitian menunjukkan, bahwa Mintakat Sumatra Barat (West Sumatra Block) dihuni oleh fauna
air hangat dan flora Jambi tropis pada zaman Paleozoikum yang berhubungan dengan flora
Cathaysian.
Penelitian Flora Jambi ini dilanjutkan dengan kerjasama Badan Geologi, Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral dengan para ahli dari Belanda (Biodiversity Centre, Naturalis Museum
Leiden, The Netherlands) yang didasarkan pada koleksi fosil flora yang ada di Museum Geologi,
Badan Geologi. Dalam penelitian tersebut pengamatan dilakukan terhadap sebagian koleksi
yang ada di Bandung yang merupakan tipe jenis (holotype), Belanda disertai dengan penelitian
lapangan.

B.3. Situs geologi di dalam kawasan Geopark yang diusulkan


B.3.1. Daftar Situs Geologi
Kawasan Geopark Merangin Jambi mempunyai 40 situs geologi (geosite) dan 14 situs non-
geologi
unggulan, yang tersebar di keempat segmen tersebut di atas. Situs-situs ini merupakan warisan
alam yang dilindungi.

N Kod Keterangan Singkat Situs


Lokasi Nama Situs
o e
Segmen Paleobotani Park Merangin
Desa Air Batu, Granodiorit, terkekarkan, diisi (?)
Sungai oleh granodiorit kemerahan.
Merangin
Jembatan
Gantung,
PPM
1. Desa Dusun Granodiorit
-01
Baru
020 10
39,0LS
1020 08
01,9BT
Teluk Gedang, Fosil: Araucarioxylon, Cordaites,
Sungai dan Pecopterisdi dalam serpih
Merangin hitam tufan(Formasi Mengkarang)
PPM Fosil kayu
2. 020 09
-02 Araucarioxylon
43,4LS
1020 09
58,2BT
Dekat muara Fosil daun di dalam serpih hitam
Sungai tufan (Formasi Mengkarang)
Titimeranti,
Fosil daun
Sungai
PPM Macralethopterid,
3 Merangin
-03 Pecopterid,
020 09 31,0
Cordaites
LS
1020 09 14,5
BT
Muara Sungai Fosil tree stumps
Karing, Sungai (Araucaryoxillon?),Macralethopteri
Merangin d, Pecopterid, Cordaites,
PPM Fosil tunggul
4. 020 09 Calamites, dan sisa tumbuhan di
-04 pohon in situ
08,1LS dalambatupasir halus tufan.
1020 11 Formasi Mengkarang.
01,8BT
Teluk Wang , Konglomerat aneka
020 09 bahan,batupasir konglomeratan,
PPM Konglomerat
5. 05,3LS danaliran sisipan lava andesitis-
-05 Teluk Wang .
1020 10 basaltis; jurus/kemiringan
32,9BT U350oT/10o. Formasi Telukwang.
6. PPM Sungai Konglomerat Batupasir kasar konglomeratan
-06 Mengkarang , Sungai dan konglomeratan. Formasi
dekat Mengkarang. Mengkarang
Bedengrejo
020 10
43,9LS
1020 10
47,5BT
Serpih hitam Serpih hitam tufan. Formasi
(ash Mengkarang
fall),Sungai
Brakhiopoda,
Mengkarang,
Krinoidea, kulit
PPM desa
7. kayu? atau
-07 Bedengrejo
batang pohon
020 10
47,8LS
1020 10
37,5BT
Sungai Jurus/kemiringan U400T/100
Damang (dulu (Pratersier?) Serpih hitam kaya
Sungai Bongkah- akan bahan organik. Singkapan
Ketiduran bongkah batuan setempat, Jurus ke arah U1200 T,
PPM
8. Siamang) beku (lava), fosil kemiringan hampir tegak.
-08
020 08 56,9 tetumbuhan
LS (Cordaites dll.)
1020 08 17,9
BT
Sungai Karing Serpih hitam, pasiran,
020 09 08,4 jurus/kemiringan U100T/150.
PPM Fosil tetumbuhan
9. LS Formasi Mengkarang
-09 (akar, cabang).
1020 08 05,4
BT
Muara Sungai Ditemukan fosil tunggul pohon,
Karing di pohon Calamites dalam posisi in
Sungai Perselingan situ atau pada posisi sewaktu
10 PPM Merangin batupasir kasar, tumbuh,danMacralethopterid.
. -10 020 09 07,6 menengah, dan Formasi Mengkarang.
LS sedang.
1020 08 14,4
BT
Desa Tiangko Batugampingkars, stalaktit,
020 05 28,0 stalagmit, dan endapan tipis fosfat.
11 PPM GuaTiangko(kars
LS Formasi Mersip.
. -11 )
1010 59
06,6BT
Desa Sungai Batugamping kars, beraneka
Pinang, warna (putih, abu-abu, coklat);
Kecamatan sungai bawah tanah. Di sekitarnya
PPM Sungaimanau Gua Sengayau, banyak terdapat gua-gua dengan
12
-12 020 01 26,6 Gua Putih (kars) stalagmit dan stalaktit
LS
1010 54 47,6
BT
Sungai Marus, Batuannya mengalami banyak
di bawah perekahan, sehingga
jembatan pemercontohan fosil kurang baik.
13 PPM Fosil tetumbuhan
S 020 06 38,8 Formasi Mengkarang.
. -13 (Lepidodendron)
LS
E 1020 05
56,3 BT
Batugamping kars, di dalamnya
Gua Bujang,
Gua Bujang, Gua ditemukan stalaktit dan stalagmit,
Kec. Sungai
Senggiring, Air sungai bawah tanah. Formasi
14 PPM Manau
Terjun Perentak, Mersip.
. -14 020 03 02 LS
Bukit Gamping Ketinggian air terjun ini lebih
1010 57 09
Muara Panco kurang 20 m, dimanfaatkan oleh
BT
PDAM
15 PPM Hutan Hutan Larangan Berupa hutan adat yang dilindungi
. -15 Larangan Guguk dengan luas 690 ha, masih
Guguk, Desa terdapat hewan liar (harimau, tapir,
Guguk, rusa dll).
Kecamatan
Renah
Pembarap
020 09 53 LS
1020 03 34
BT
Fusulinid, Batugamping. Anggota Batuimpi,
Sungai Luati Formasi Telukwang.
16 PPM dan sekitarnya
Fosil Fusulinid
. -16 020 17 31 LS
1020 19 00
BT
Danau Pauh, Terbentuk berupa danau maar,
Kecamatan akibat letusan gunung api
17 PPM
Jangkat Danau Pauh lemah/phreatic.
. -17
020 33 58 LS
1010 49 37BT
Danau Terbentuk akibat sesar tarik-pisah
Kumbang, (pull-apart) pada batuan gunung
Kecamatan api Kuarter.
18 PPM Danau Kumbang,
Jangkat
. -18 Danau Mabuk
020 29 53 LS
1010 51 20
BT
Batusabak dan batulanau-meta
Renahmangus Batuan dengan lensa-lensa/boudin
19 PPM
, Sungai terbreksikan dan batupasir-meta di dalamnya.
. -19
Tembesi. tersesarkan Kontak sesar antara Formasi Asai
dan Kelompok Merangin.
Fosil Fosil brakhiopoda di dalam
20 PPM Sungai
Brakhiopoda batugamping Anggota Batuimpi
. -20 Berumun
Perem Formasi Telukwang.
Segmen Highland Park Kerinci
Air Panas Sungai Mata Air Panas, Air Terjun
Medang,Air
Desa Pungut,
21 HPK Terjun 13 tingkat,
Kecamatan Air
. -01 Gunung Kaca,
Hangat Timur
Air Hangat
Sungai Abu
22 HPK Desa Pauh Air Terjun Pauh Air Terjun
. -02 Tinggi Tinggi
Desa Air Terjun, danau
Air Terjun Telun
23 HPK Pelompek,
Berasap, Danau
. -03 Kecamatan
Gunung Tujuh
Gunung Tujuh
Desa Kersik Gunung api aktif, danau kawah (?)
24 HPK Tuo, Gunung Kerinci,
. -04 Kecamatan Danau Belibis
Kayu Aro
Desa Renah Gua di dalam lava andesitis-
25 HPK Kasah, basaltis.
Gua Kasah
. -05 Kecamatan
Kayu Aro
Desa Koto Air Terjun
26 HPK Lebuh Tinggi, Air Terjun Koto
. -06 Kecamatan Lebuh Tunggi
Kayu Aro
Desa Siulak, Bukit Vulkanik
27 HPK Bukit
Kecamatan
. -07 Sembayang
Kayu Aro
28 HPK Desa Lempur Danau Lingkat, Danau vulkanik, air terjun, mata air
. -08 Mudik, Desa Danau Kaco, Air panas
Perikan Terjun Bersisik
Tengah, Desa Emas, Air Terjun
Dusun Baru Ksen, Gerao
Lempur, Desa Rasau,
Lempur
Mudik,
Kecamatan
Gunung Raya,
Kecamatan Danau volcano-tektonic (kegiatan
Danau Kerinci struktur tarik-pisah), gua vulkanik.
29 HPK Danau Kerinci,
dan
. -09 Gua Kelelawar
Kecamatan
Keliling Danau
Desa Talang Air terjun
30 HPK Kemulung, Air Terjun 12
. -10 Kecamatan tingkat
Danau Kerinci
Desa Baru Mata air panas vulkanik
31 HPK Semurup, Air Panas
. -11 Kecamatan Air Semurup
Hangat Barat
Segmen Geological and Cultural Park Sarolangun
Sungai Batugamping kars. Formasi
Simpai, Desa Mersip.
32 GPS Cermin Nan
Sikamis
. -01 0 Gadang,
02 19 43LS
0
102 26 35 BT
Sungai Salak, Batugamping kars.
33 GPS Batang Asai Formasi Mersip.
Sungai Salak
. -02 020 21 45LS
0
102 20 16 BT
Bukit Bulan Batugamping kars; stalaktit dan
02o 09 43,5 stalagmit; panjang lorong gua
34 GPS Gua kars/ Gua
LS sekitar 1,2 km, menembus dua
. -03 o Petak.
102 26 35,6 bukit. Formasi Mersip.
BT
Sungai Limun, Struktur sedimen dalam batupasir-
Struktur sedimen
Kampung meta. Struktur ini menunjukkan
35 GPS Flute cast (Tikas
Tamalang, arah arus purba. Formasi Asai.
. -04 Seruling)
Kecamatan
Tamalang.
Muaralimun.
Sungai Limun, Zona sesar, milonitisasi. Batupasir-
Batupasir-meta
Kampung meta dan batusabak dengan urat
36 GPS dan batusabak
Tamalang, kuarsa. Formasi Asai.
. -05 tersesarkan dan
Kecamatan
termilonitkan.
Sungailimun.
Urat kuarsa yang Batupasir-meta terpotong oleh urat
Sungai Limun,
37 GPS memotong kuarsa setebal
daerah
. -06 perlapisan batu- + 20 cm. Formasi Asai
Tamalang
pasir meta.
Batulanau/batulempung-meta
Sungai Limun, Kontak ketidak-
38 GPS dengan kemiringan hampir tegak
daerah selarasan
. -07 menindih takselaras batupasir-
Tamalang menjudut.
meta.Formasi Asai.
Desa Airhitam, Danau mata air panas/hangat non-
Danau air
Kecamatan vulkanis, yang diduga keluar dari
39 GPS hangat.
Pauh, Taman sesar dangkal.
. -08 Suku Anak
Nasional Bukit Hutan Lindung Taman Nasional
Dalam.
Duabelas. Bukit Duabelas
Segmen Gondwana Park Pegunungan Tigapuluh
Sungai Batulumpur kerikilan-kerakalan
Tantang, Desa (pebbly mudstone) yang
Suban dan merupakan endapan akibat proses
Sungai glasiasi pada Permokarbon.
Pebbly
40 Pinangbawah,
mudstone,
. Kampung
Gondwana Park
Tanjungbojo,
Bukit Tinggi,
Kecamatan
Merlung.
B.3.2. Perian Situs Geologi

B.3.2.1. Paleobotani Park Merangin


PPM-01. Granodiorit
Granodiorit ini tersingkap sepanjang aliran Sungai Merangin, sekitar Desa Dusun Baru.
Pada singkapan ini dapat dilihat adanya senolit berupa basal di dalam granodiorit tersebut
yang menunjukkan bahwa telah terjadi penerobosan terhadap batuan bersusunan basaltis
yang lebih tua. Kekar kadang-kadang diisi oleh urat-urat kuarsa yang setempat berwarna
kemerahan. Sesar yang hadir diperlihatkan oleh adanya air terjun setinggi 1 m. Singkapan
granodiorit ini dapat dilihat dengan jelas dari jembatan gantung Desa Air Batu.

PPM-02. Fosil Kayu Araucarioxylon


Fosil ini tersingkap di pinggir Sungai Merangin pada posisi tumbuh dengan akar yang jelas
dan batang setinggi 2,40 m dari akarnya, dan bergaris tengah 1,60 m. Fosil kayu ini
yang merupakan salah satu ikon dari Geopark Merangin Jambi, telah mengalami
pengersikkan (silisifikasi) dan hadir tegak lurus pada bidang perlapisan batuan. Bersama
fosil pohon ini ditemukan juga fosil daun jenis Cordaites dan beberapa kepingan fosil kayu.

PPM-03. Fosil daun Macralethopterid, Pecopterid, dan Cordaites


Ketiga fosil ini ditemukan dalam lapisan serpih hitam tufan terkersikkan dan termasuk ke
dalam Formasi Mengkarang. Walaupun fosil-fosil yang ditemukan tidak utuh, tetapi bagian-
bagiannya terawetkan sangat baik.

Calamites sp. Callipterid sp.


Pecopteris sp.

Cordaites sp.

Sphenophyllum sp.
PPM-04. Fosil tunggul pohon in situ (Formasi Mengkarang)
Pada masa tumbuhnya, fosil ini tumbuh di rawa yang kemudian terawetkan oleh proses
pengersikkan tersingkap di pinggir Sungai Merangin pada muara Sungai Karing. Fosil
tunggul ini ditemukan sejumlah lima buah. Beberapa fosil tunggul dapat dikenali sebagai
fosil pohon Calamites yang sangat rentan terhadap erosi pada Sungai Merangin.

PPM-05. Konglomerat Formasi Telukwang


Konglomerat ini berupa jenis anekabahan, kelabu kehijauan, tekersikkan, dengan
komponen berukuran 0,5 20 cm, yang terdiri atas batuan gunungapi, serpih, batupasir
halus, dan granit. Komponen baguan gunungapi berupa basal dan trakhit. Setempat
berselingan dengan tuf dasitis.

PPM-06. Konglomerat Sungai Mengkarang


Konglomerat ini merupakan lanjutan penyebaran Formasi Telukwang yang tersingkap baik
di Telukwang. Komposisi konglomerat ini sama dengan lokasi tipenya di Telukwang.

PPM-07. Serpih hitam di Desa Bedeng Rejo


Serpih hitam ini yang tufan mengandung fosil-fosil asal-laut seperti brakhiopoda dan krinoid
serta kepingan fosil-fosil pohon; dan termasuk ke dalam Formasi Mengkarang.
PPM-08. Bongkah-bongkah batuan Tersier dan fosil tumbuhan Cordaites
Di anak Sungai Karing bagian hulu ditemukan bongkah-bongkah batuan Tersier berupa
lava, menindih batuan sedimen Perem yang kaya akan fosil tetumbuhan Cordaites. Batuan
Perem ini arah jurus dan kemiringannya adalah U40 oT/100.

PPM-09. Fosil Tetumbuhan


Fosil tetumbuhan yang ditemukan di bagian hulu Sungai Karing berupa fosil akar dan
cabang tetumbuhan. Pengawetannya kurang baik, dan ditemukan tersebar pada lapisan
yang jurus/kemiringannya U100T/150.

PPM-10. Perselingan batupasir kasar, medium, dan sedang halus


Pada singkapan batuan ini ditemukan fosil tunggul pohon, tunggul pohon Calamites dalam
posisi in-situ atau pada posisi sewaktu tumbuh, dan fosilMacralethopterid.

PPM-11. Gua Tiangko


Gua ini merupakan morfologi kars pada batugamping. Di dalam gua ini masih terlihat
adanya staktit dan stalagmit yang cukup menarik. Pada beberapa sudut dapat ditemukan
sisa-sisa endapan fosfat, namun hanya sedikit.
PPM-12. Gua Sengayau, Gua putih
Gua yang terbentuk di dalam batugamping, dengan warna berkisar dari putih, abu-abu, dan
coklat; terdapat sungai bawah tanah, serta stalagmit dan stalaktit.

PPM-13. Fosil tetumbuhan Lepidodendron


Di sekitar bawah jembatan Sungai Marus ditemukan kepingan fosil Lepidodendron, namun
pemercontohannya sangat sulit dilakukan karena batuan mengalami kekar yang sangat
intensif.

PPM-14. Gua Bujang, Gua Senggiring, Air Terjun Perentak, dan Bukit Gamping Muara
Panco
Di dalam gua batugamping Bujang dan Senggiring ditemukan stalaktit dan stalagmite serta
sungai bawah tanah. Air Terjun Perentak berketinggian lebih kurang 20 m, dan
dimanfaatkan untuk PDAM. Batuan di daerah ini membentuk topografi yang khas terutama
gua kars, air terjun, dan perbukitan gamping yang sangat menarik.

PPM-15. Hutan Larangan Guguk


Hutan ini merupakan hutan adat yang dilindungi oleh masyarakat setempat dan terikat di
dalam kearifan lokal. Hutan ini di dasari oleh batuan granodiorit berumur Trias-Jura.

PPM-16. Fosil Fusulinid


Selain di daerah sekitar Sungai Merangin, fosil fusulinid juga ditemukan di daerah Sungai
Luati, dalam batugamping Anggota Impi Formasi Telukwang. Singkapannya yang tidak
begitu luas terdapat sekitar jembatan yang memotong Sungai Luati.
PPM-17. Danau Pauh dan Danau Kecil
Kedua danau ini saling berdekatan dan diperkirakan terjadi bersamaan sebagai jenis danau
maar. Pada pengamatan di lapangan telah terjadi paling tidak tiga kali erupsi yang
ditunjukkan oleh adanya tiga kelompok batuan. Bentuk kedua danau ini merupakan
lingkaran, namun Danau Kecil sudah dijadikan persawahan oleh masyarakat sehingga air
danau ini hanya tinggal sepertiganya.

PPM-18. Danau Kumbang dan Danau Mabuk


Kedua danau ini sangat menarik dari keindahannya. Kedua danau ini terbentuk oleh adanya
aktivitas tektonik tarik-pisah pada batuan vulkanik (volcano-tectonics).

PPM-19. Batuan terbreksikan dan tersesarkan


Batuan ini tersingkap di daerah Renahmangus, tepi Sungai Tembesi yang merupakan
daerah zona sesar. Di sini tersingkap batusabak dan batulanau-meta yang mengandung
lensa-lensa/boudin batupasir-meta yang telah mengalami tekanan dan tergerus. Zona ini
merupakan kontak sesar antara Formasi Asai dan Kelompok Merangin.

PPM-20. Fosil Brakhiopoda Perem


Fosil ini, yang ditemukan di sekitar jembatan Sungai Barumun, berupa fosil brakhiopoda dan
merupakan lanjutan dari batuan pengandung fosil brakhiopoda yang ditemukan di Sungai
Merangin.
B.3.2.2. Highland Park Kerinci
HPK-01. Air Panas Sungai Medang, Air Terjun 13 Tingkat, Gunung Kaca, Air Hangat S.
Abu.
Air panas Sungai Medang berasal dari aktivitas Gunungapi Kerinci yang dimanfaatkan untuk
pemandian air panas. Air Terjun 13 tingkat Sungai Medang berada didaerah perbukitan,
tingkat pertama lebih kurang 500 m, dan sampai ke tingkat 13 2 km. Gunung Kaca
mencapai luas lokasi sekitar 10 ha dan merupakan panorama alam yang menarik.

HPK-02. Air Terjun Pauh Tinggi


Air terjun ini, yang mungkin disebabkan oleh aktivitas tektonik, berupa gawir sesar pada
batuan vulkanik. Sesar ini menghadirkan panorama yang indah berupa air terjun.

HPK-03. Air Terjun Telun Berasap dan Danau Gunung Tujuh


Air terjun ini banyak menghasilkan percikan air sehingga terlihat seperti asap. Daerah ini
dibangun oleh batuan vulkanik yang membentuk morfologi lain seperti danau-danau dan
berjumlah tujuh buah. Panoramanya sangat indah.

HPK-04. Gunung Kerinci dan Danau Belibis


Gunung Kerinci ini adalah sebuah gunung api yang sangat terkenal, karena merupan
gunung api tertinggi di Indonesia. Gunung ini banyak mempunyai danau-danau kawah,
antara lain Danau Belibis di bagian lerengnya. Gunung api ini masih aktif dan sering
mengeluarkan uap-uap belerang.

HPK-05. Gua Kasah


Gua Kasah ini adalah gua batugamping kars yang di dalamnya banyak stalaktit dan
stalagmit sangat menarik. Sekarang gua ini sering dikunjungi oleh para wisatawan baik lokal
maupun mancanegara.

HPK-06. Air Terjun Koto Lebuh Tinggi


Air terjun ini terbangun pada batuan vulkanik yang tersebar luas. Batuan vulkanik ini
diperkirakan berasal dari hasil aktivitas Gunung Kerinci dan sering mengalami aktivitas
tektonik sehingga banyak membentuk air-terjun.

HPK-07. Bukit Sembayang


Bukit ini dibentuk oleh batuan vulkanik yang menjadikannya sangat indah dan merupakan
destinasi wisata di daerah ini.

HPK-08. Danau Lingkat, Danau Kaco, Air Terjun Bersisik Emas, Air Terjun Ksen, Grao
Rasau
Danau-danau tersebut merupakan danau vulkanik, berupa danau kawah dan di samping itu
daerah vulkanik ini menghasilkan air terjun dan mata air panas. Fenomena alam ini sangat
indah dan menarik bagi wisatawan. Keindahannya tercermin dari penamaan danau-danau
tersebut.

HPK-09. Danau Kerinci dan Danau Kelelawar


Danau ini sangat luas dan menarik, karena terbentuk oleh aktivitas volcano-tectonic akibat
sesar tarik-pisah yang menghasilkan banyak fenomena alam. Gua Kelelawar adalah salah
satu gua yang dihuni oleh kelelawar di sekitar Danau Kerinci.

HPK-10. Air Terjun 12 Tingkat


Air terjun ini terbentuk oleh aktivitas tektonik dan vulkanik yang mengakibatkan banyaknya
sesar pada batuan vulkanik Gunung Kerinci. Morfologi ini menjadikan panorama di daerah
ini sangat menarik.

HPK-11. Air Panas Semurup


Munculnya mata air panas di daerah ini disebabkan oleh aktivitas vulkanik. Mata air panas
ini telah dimanfaatkan oleh masyarakat baik untuk wisata maupun pemandian untuk
pengobatan.

B.3.2.3. Geological and Cultural Park Sarolangun


GPS-01. Cermin Nan Gadang
Arti dari Cermin Nan Gadang ini adalah Cermin Yang Besar. Cermin yang dimaksud adalah
berupa air di dalam morfologi kars pada batugamping yang sedemikian besar dan berair
jernih sehingga dapat bercermin pada permukaannya.

GPS-02. Sungai Salak


Morfologi kars pada batugamping di daerah ini sangat menarik, sehingga telah menjadi
destinasi wisatawan lokal.

GPS-03. Bukit Bulan dan Gua Petak


Bukit ini sangat menarik, karena dibentuk oleh morfologi kars dari batugamping. Kedua bukit
ini menjadikan daya tarik masyarakat untuk dijadikan lokasi wisata karena bentuknya yang
sangat spektakuler. Di dalam perut bukit ini terdapat gua yang mengandung stalaktit dan
stalagmit. Panjang gua ini hampir mencapai 1,2 km dan menembus kedua lereng bukit.

GPS-04. Flute Cast


Flute Cast ini merupakan struktur sedimen yang dijumpai dalam batupasir-meta Formasi
Asai, di tebing Sungai Limun di sekitar Kampung Temalang. Struktur sedimen ini
menunjukkan arah arus purba dan bisa digunakan sebagai lokasi pendidikan geologi dan
dapat dijadikan sebagai laboratorium alam.

GPS-05. Batupasir-meta dan batusabak tersesarkan dan termilonitkan


Lokasi ini merupakan suatu zona sesar kuat, terlihat adanya zona milonitisasi dan
penggerusan yang cukup kuat. Batuan yang tersesarkan dan tergerus terdiri atas batupasir-
meta dan batusabak, serta urat kuarsa, yang termasuk ke dalam Formasi Asai. Lokasinya di
Sungai Limun, hilir Kampung Temalang.

GPS-06. Urat kuarsa memotong perlapisan batu-pasir meta


Fenomena geologi ini terdapat di Sungai Limun, sekitar Kampung Temalang. Urat kuarsa
setebal 20 cm-an yang mengandung sedikit mineral pirit memotong perlapisan batupasir-
meta Formasi Asai.

GPS-07. Kontak ketidak-selarasan menjudut


Fenomena ini tersingkap di Sungai Limun, ke arah hulu dari Kampung Temalang.
Batulanau/batulempung-meta dengan kemiringan hampir tegak menindih takselaras lapisan
batupasir-meta yang kemiringannya cukup landai. Kedua jenis batuan ini termasuk ke
dalam Formasi Asai.

GPS-08. Danau air hangat


Lokasi fenonema ini terletak di Air Hitam, Kecamatan Pauh. Danau ini berupa mata air
panas/hangat non-vulkanis, yang diduga keluar dari sesar dangkal. Posisinya termasuk
kawasan Hutan Lindung Taman Nasional Bukit Duabelas.

B.3.2.4. Gondwana Park Pegunungan Tiga Puluh


GPT-01. Pebbly Mudstone
Di lokasi ini ditemukan batuan sedimen meta mengandung kerakal. Batuan sedimen meta
ini adalah endapan glacio-marine atau endapan glasial-laut. Berdasarkan hasil kajian,
batuan sedimen ini berasal dari Benua Gondwana yang terletak di bagian bumi selatan
dalam iklim dingin. Keberadaan endapan ini di Tanjung Jabung Barat mengartikan, bahwa
sebagian dari benua renik yang berasal dari Benua Gondwana telah mengalami
perpindahan yang kemudian merupakan bagian Pulau Sumatra. Secara litologi, batuan
sedimen-meta kerakalan atau pebbly mudstone ini termasuk ke dalam Formasi Mentulu,
yang terletak di ujung selatan Pegunungan Tigapuluh, kawasan Taman Nasional Bukit
Tigapuluh.

B.3.3. Perian Situs Non Geologi

N Kod Keterangan Singkat


Lokasi Nama Situs
o e Situs
Segmen Paleobotani Park Merangin
PPM Hutan Desa
1 Desa Guguk, Merangin Hutan konservasi
-N.01 Guguk
PPM Desa Rantau Panjang, Perkampungan
2. Rumah Tua
-N.02 Merangin Tradisional
Segmen Highland Park Kerinci
2. Desa Sungai Jambu,
HPK- Desa Kersik Tuo, Desa Perkebunan ini dikelola
Perkebunan Teh
N.01 Bentok, Desa Pelompek, oleh PTP VIII
Kecamatan Kayu Aro
3. HPK- Taman Bunga Panorama Alam dengan
Kerinci
N.02 Puri Asri kebun bunga
4. HPK- Desa Siulak, Kecamatan Dendeng
Wisata kuliner
N.03 Kerinci Batokok
5. Termasuk ke dalam 4
HPK- Hutan Adat
desa, Kecamatan Hutan konservasi
N.04 Lekuk 50
Lempur Gunung Raya
6. Desa Lempur Mudik,
HPK- Benteng Depati
Kecamatan Gunung Benteng tua
N.05 Purbo
Raya
7. HPK- Desa Lempur Mudik Batu Selindrik Batu peninggalan
N.06 Kecamatan Gunung sejarah
Raya
8. Desa Lempur Mudik
HPK- Batu peninggalan
Kecamatan Gunung Batu Bersurat
N.07 sejarah
Raya
HPK-
9 Desa Pulau Tengah Mesjid Keramat Mesjid tua
N.08
Segmen Geological and Cultural Park Sarolangun
Hutan Desa
GPS- Lubukbedorong
10 Desa Lubukbedorong Hutan Adat
N.01 dan
Lubuklarangan
Hutan Desa
GPS-
11 Desa Temalang Temalang dan Hutan Adat
N.02
Lubuk larangan
GPS- Desa Berkun dan
12 Hutan Adat Hutan Adat
N.03 Maribung
Taman Nasional
GPS- Desa Air Hitam dan Bukit Duabelas
13
N.04 Pematang Kabau dan Suku Anak
Dalam
Segmen Gondwana Park Pegunungan Tigapuluh
Taman Nasional
Desa Suban dan Desa Bukit Tigapuluh
GPT-
14 sekitarnya, Kecamatan dan Suku Anak
N.01
Merlung Dalam serta
Talang Mamak.

B.3.3.1. Segmen Paleobotani Park Merangin


PPM-N.01. Hutan Desa Guguk
Hutan ini merupakan hutan konservasi yang terkelola dengan baik berdasarkan kearifan
lokal. Konservasi yang dilakukan sangat berhasil, sehingga situs ini dijadikan situs
Keragaman Hayati yang sangat menarik perhatian dunia ilmu pengetahuan. Di dalam
hutan ini telah dapat dilindung beberapa hewan langka seperti harimau, tapir, rusa dan
hewan vertebrata kecil lainnya. Konservasi juga dilakukan terhadap tetumbuhan berupa
pephonan langka dan beberapa pohon yang berbuah langka.

PPM-N.02. Desa Rantau Panjang


Desa Rantau Panjang berlokasi lebih kurang 15 KM dari Kota Bangko Ibukota Kabupaten
Merangin, di Desa ini terdapat lebih dari 200 rumah tradisional yang sudah berumuh
ratusan tahun dan sampai saat ini masih dihuni oleh penduduk lokal.
B.3.3.2. Segmen Highland Park Kerinci

HPK-N.01. Perkebunan Teh


Perkebunan sangat luas tersebar di dataran tinggi kerinci. Perkebunan ini merupakan
satu-satunya perkebunan di daerah ini. Di dalam geopark situs ini sangat mendukung
keberadaannya sebagai salah satu tujuan wisata dengan paket-paket yang dikemas
sedemikian rupa sehingga dapat menjadikan para wisatawan menjadi betah beristrahat di
lokasi ini.Perkebunan teh ini dirintis antara tahun 1925 hingga 1928 oleh perusahaan
Belanda Namblodse Venotschaaf Handle Vereniging Amsterdam dan tercatat sebagai
perkebunan teh tertua di Indonesia.

Perkebunan Teh Kayu Aro seluas 3.020 hektar berada pada ketinggian 1.400-1.600 meter
dpl adalah salah satu hamparan perkebunan teh terluas dan tertinggi kedua di Dunia,
setelah perkebunan teh Darjeling di kaki Gunung Himalaya (4.000 m dpl). Ditengah
perkebunan terdapat Aroma Pecco yang merupakan sebuah taman dengan sebuah kolam
yang pada zaman penjajahan Belanda dulu kolam ini merupakan tempat penampungan
air bagi perkebunan teh.Taman ini berjarak 50 m dari jalan utama dan terletak di Desa
Bedeng Delapan, dan dapat dicapai dari Kota Sungai penuh setelah menempuh
perjalanan sejauh 32 km.

HPK-N.02. Taman Bunga Puri Asri


Taman ini merupakan taman yang penuh bunga sehingga menjadikan panorama yang
indah di daerah ini. Taman ini dapat dijadikan sebagai destinasi wisata yang sangat
menarik. Paket-paket yang dapat dikemas di sini misalnya berupa penjualan bunga baik
secara retail maupun dalam paket grosir. Penembangan harus terus dilakukan dengan
memperbanyak jenis bunga yang dapat memenuhi selera pengunjung.
HPK-N.03. Dendeng Batokok
Lokasi ini dapat dijadikan sebagai salah satu lokasi kuliner di daerah ini. Wisatawan
sudah selayaknya disuguhi makanan yang berkualitas dan berasa nuansa lokal.
Diharapkan, jenis kuliner ini dapat mengisi Geopark pada bagian sisi konsumsi yang
tentunya berkualitas.

HPK-N.04. Hutan Adat Lekuk 50


Hutan ini merupakan hutan konservasi yang sangat penting di daerah ini. Konservasi
yang dilakukan sudah berjalan dengan baik, tetapi perlu dilakukan pembenahan di sana-
sini, sehingga membuat daya tarik yang lebih dari yang ada sekarang. Hutan Adat ini
dapat dijadikan sebagai Museum Alam yang sangat bermanfaat untuk pendidikan.

HPK-N.05. Benteng Dipati Purbo


Benteng ini sebenarnya benteng peninggalan sejarah yang perlu dilestarikan dan berumur
sudah cukup tua. Benteng ini sangat berguna bagi ilmu pengetahuan untuk mendalami
sejarah daerah ini.
HPK-N.06. Batu Selindrik
Batu ini merupakan peninggalan sejarah purba masyarakat di sini yang sangat penting
dan perlu dilestarikan. Sejarah daerah ini mungkin dapat ditelusuri ke belakan sejak
zaman batu (neolitikum) yang dapat mempbuka tabir kejayaan yang pernah ada.

HPK-N.07. Batu Bersurat


Batu merupakan juga sejarah tuan masyarakat di daerah ini, sehingga perlu dilestarikan.
Batu bersurat ini diharapkan dapat juga membuka rahasia kejayaan masyarakat yang
yang mugkin tersurat di dalam batu ini. Hal ini dapat dijadikan bahan penggalian sejarah
masa lalu masyarakat setempat.

HPK-N.08. Mesjid Keramat


Mesjid ini perlu dikonservasi untuk mengetahui sejarah masuknya Islam ke daerah ini.
Dengan demikian akan menambah masuknya Islam ke Indonesia yang selama ini banyak
menjadi kontroversi. Dengan demikian keberadaan masjid yang tua di daerah ini akan
dapat menguak dan menambah data tentang masuknya Islam ke Indonesia.
B.3.3.3. Segmen Geological and Cultural Park Sarolangun

GPS-N.01.Hutan Adat Lubuk Bedorong


Ada dua hutan adat milik masyarakat di desa Lubuk Bedorong, Kecamatan Limun,
Kabupaten Sarolangun, hutan adat ini memiliki kekayaan dan keanekaragaman hayati
yang tinggi. Bahkan dianggap mempunyai peran penting sebagai water catchment area
(wilayah serap air) bagi sungai Limun yang merupakan anak Daerah Aliran Sungai (DAS)
Batanghari dan melalui pengukuhan dari SK Bupati pengakuan dan pengukuhan itu bisa
dijadikan perisai bagi kelestarian dan perlindungan hutan adat secara lengkap.
keberadaan hutan adat ini sudah di jaga dan lestarikan oleh masyarakat lokal sejak tahun
1970-an, dari hasil pemetaan bersama Tim KKI Warsi mencatat bahwa dua hutan yang
bernama Hutan Adat Bukit Tinggi di dusun Temalang dengan luas kurang lebih 120 ha,
dan Hutan Adat Seguguk di dusun Surian serta Binjai seluas 315 ha, dikategorikan
sebagai jenis hutan perawan (virgin forest). Dimana lantai hutannya mempunyai sersah
yang tebal dan kerapatan kanopi (pucuk daun pohon tinggi) yang cukup rapat. Di dua
hutan tersebut juga ditemukan adanya 108 jenis pohon, 38 jenis burung, 14 jenis mamalia,
15 Reptilia jenis serta 99 jenis tanaman obat.

GPS-N.02.Hutan Adat dan Lubuk Larangan Desa Temalang


GPS-N.03.Hutan Adat dan Desa Meribung
Menempuh jarak sekitar 42 kilometer dari Kota Sarolangun menuju lima desa di eks
Marga Bukit Bulan Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun, untuk mencapai desa, tim
harus menyusuri jalan terjal berbatu dengan kemiringan mencapai 60 derajat. Dipenuhi
tikungan berkelok membelah bukit, jalan menuju desa dihiasi hutan yang masih alami dan
jurang menganga di kiri dan kanan jalan. Luas hutan adat Desa Meribung mencapai 465
hektar yang terbagi atas Dusun Meribung (296 ha), Dusun Sei Duri (102 ha), Dusun Tinggi
(48HA), dan Imbo Larangan (19 ha). Desa lain, yaitu Napal Melintang memiliki hutan adat
seluas 210 hektar. Lokasi yang dijadikan hutan adat dimulai dari hulu limun mutung
sampai hulu limun gedang. Sedangkan luas Hutan Adat Desa Lubuk Bedorong mencapai
480 hektar yang terbagi atas Lubuk Bedorong (352 ha) dan Dusun Temalang (128 ha).
Terakhir, luas Hutan Adat Desa Mersip seluas 156 hektar yang terbagi atas Mersip Hilir (78
ha) dan Mersip Hulu (80 ha).
GPS-N.04.Taman Nasional Bukit Duabelas dan Suku Anak Dalam
Taman Nasional Bukit Duabelas adalah taman nasional yang terletak di Sumatera,
Indonesia. Taman ini merupakan taman nasional yang relatif kecil, meliputi wilayah seluas
605 km. Di kawasan hutan lindung ini berdiam Suku Anak Dalam atau Suku Kubu atau
Orang Rimba.Taman Nasional Bukit Duabelas merupakan perwakilan bagi hutan hujan
tropis di Provinsi Jambi. Bagian utara taman nasional ini terdiri dari hutan hujan primer,
sementara sisanya merupakan hutan sekunder, sebagai akibat dari penebangan
hutan.Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) adalah taman nasional yang terletak di
Provinsi Jambi, Indonesia.
Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD)memiliki luas wilayah 60.500 ha. Di kawasan
hutan lindung ini berdiam Suku Anak Dalam atau Suku Kubu atau Orang Rimba.

B.3.3.4. Segmen Gondwana Park Pegunungan Tigapuluh

GPT-N.01. Taman Nasional Bukit Tigapuluh dan Suku Anak Dalam serta Talang Mamak.
Taman Nasional Bukit Tiga Puluhadalah taman nasional yang terletak di Sumatera,
Indonesia. Taman Nasional ini terletak di provinsi Jambi. Taman seluas 143.143 hektare
ini terdiri dari hutan hujan tropis dan terkenal sebagai tempat terakhir spesies terancam
seperti orangutan sumatera, harimau Sumatera, gajah sumatera, badak sumatera, tapir
Asia, beruang madu dan berbagai spesies burung yang terancam. Taman Nasional Bukit
Tiga Puluh juga merupakan tempat tinggal bagi Orang Rimba dan Talang Mamak. Di
Taman Nasional Bukit Tiga Puluh juga terdapat tempat penangkaran dan pelatihan
orangutan.
B.4. Makna Situs
B.4.1. Makna Ilmiah Secara Internasional
Flora Jambi yang terletak di Provinsi Jambi di sebelah barat mempunyai lebih dari 90 jenis fosil
tumbuhan yang berumur Perem. Fosil flora ini merupakan hal yang sangat menonjol di Asia
Tenggara karena lokasi fosil flora yang sangat menonjol dan telah mendapat perhatian banyak
para ahli dunia. Jongmans dan Gothan (1935) dan Jongmans (1937) tidak menemukan satu
jenispun fosil flora yang berasal dari Benua Gondwana dari 27 jenis yang dipelajarinya. Padahal,
Flora Jambi ini merupakan lokasi paling selatan dari flora Cathaysia atau Indo-China, sehingga
flora ini sangat bermakna di dalam ilmu palaeophytogeographic.

Dengan berkembangnya ilmu kebumian, maka keberadaan Jambi Flora di Sumatera menjadi
sangat penting dalam penelitian pergerakan lempeng dunia. Yang sangat menarik adalah bahwa
Jambi Flora berada di antara 2 pecahan lempeng yang berasal dari Benua Gondwana dan
membentuk Pulau Sumatera.

B.4.1. Makna Ilmiah Secara Nasional


Flora Jambi adalah tanaman dan pepohonan yang tumbuh di lereng sebuah gunung api yang
muncul dari laut pada iklim tropis, hampir 300 juta tahun yang lalu. Iklim tempat tanaman dan
pepohonan tersebut tumbuh yaitu tropis yang sama dengan sekarang, dengan bukti bahwa
pepohonannya yang telah menjadi fosil tidak mempunyai lingkaran tumbuh, ciri pohon yang
tumbuh pada zona bertemperatur dingin.

Tanaman dan pepohonan tersebut bukanlah yang tertua di Sumatra (terdapat di daerah
Kuantan), tapi tanaman dan pepohonan tersebut yang paling dikenal karena dedaunan dan
kayunya sangat terawetkan dengan baik lewat proses fosilisasi di dalam material gunung api
seperti abu vulkanik dan sedimen sungai serta danau tempat mereka terkubur. Batuan tersebut
tersingkap di tepian Sungai Merangin, Mengkarang, Sungai Karing dan dan anak-anak sungai
lainnya yang menyingkapkan lereng bagian bawah gunung api sebelumnya. Sisa gunung api ini
ditandai oleh adanya abu dan aliran piroklastika yang seringkali mengandung pecahan kayu
yang terbakar seperti aliran lava basal, dan semua batuan vulkanik ini menjemari dengan
sedimen pada bagian kaki gunung api tersebut. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa paling
tidak dua kali kaki gunung api ini pernah tenggelam karena naiknya permukaan laut dan
kemudian terkubur oleh sedimen laut.

Paku-pakuan berbiji tumbuh pada sisi-sisi gunung api, sementara pepohonan yang lebih besar
dan tanaman tumbuh pada bagian kaki gunung api tersebut. Kadang-kadang daun tanaman dan
reruntuhan kayu terkumpul dan membentuk lapisan tipis batubara. Pepohonan,akar dan cabang
yang tersilisifikasikan terawetkan lebih baik, sedangkan dedaunan dan cabang-cabang kecil
tanaman terfosilisasikan pada lapisan tipis sedimen. Batuan alas yang mengandung tanaman
dan fosil kayu yang terawetkan dengan baik sampai saat ini hanya ditemukan pada beberapa
tempat (penelitian masih berlanjut).

Pentingnya Flora Jambi, dinamakan demikian di dalam literatur ilmiah karena ditemukan di
Provinsi Jambi. Menuruti para ahli geologi , tanaman dan pepohonan tersebut sangat mirip
dengan yang hidup pada saat yang sama dengan sekitar 300 juta tahun yang lalu, yaitu pada
zaman Karbon ataupa akhir Paleozoikum di China. Flora China dikenal sebagai Mendala Flora
Cathaysia yang hidup pada garis lintang tropis kala itu. Persamaan ini sangat mengejutkan para
ahli geologi karena Sumatra saat ini sangat jauh dari Cina.

Gunung api tempat tanaman dan pepohonan flora Jambi tumbuh hanyalah berupa satu pusat
gunung api pada Cincin Api Perem sama dengan busur vulkanik saat ini. Kejutan geologi
lainnya adalah bahwa pecahan Australia telah disisipkan di antara busur vulkanik tropis Perem
dengan flora Cathaysia di Sumatra bagian barat, seperti Mendala Flora Cathaysia di China,
Thailand bagian utara, dan Semenanjung Malaysia bagian timur, sebagai akibat dari penyusunan
lautan pada saat itu. Pecahan benua ini pada awal Perem adalah bagian dari tepian super benua
Gondwana yang menduduki garis lintang di selatan dan ter-eskan saat flora Jambi tumbuh.
Busur gunung api pulau tropis tempat Flora Jambi tumbuh bertubrukan dengan pecahan benua
Gondwana ini pada zaman Trias sekitar 200 juta tahun yang lalu. Sekitar zaman ini batolit granit
menerobos ke akar gunung api Flora Jambi dan tersingkap di daerah Air Batu dan Dusun baru.

Secara global, Flora Jambi tropis terdapat pada celah geografi antara flora Cathaysia tropis dan
flora Gondwana beriklim dingin yang tumbuh pada zaman yang sama. Jadi, demi kepentingan
nasional maupun internasional bagi para ahli geologi dan khususnya para ahli botani purba
untuk mendeskripsikan taksonomi, evolusi, lingkungan dan pemahaman sifat iklim pada flora
yang langka ini.

Flora Jambi yang unik ini adalah bagian dari warisan geologi nasional dan keterdapatannya di
Sungai Mengkarang, Merangin, dan Karing merupakan situs bagi ilmu khusus konservasi yang
akan memacu penelitian ilmiah pada masa yang akan datang dan bagi kepentingan pendidikan
yang dapat dipicu oleh fosil flora yang unik ini.

B.4.1. Makna Ilmiah Secara Regional dan Lokal


Flora Jambi sebarannya yang terbaik adalah di sepanjang Sungai Mengkarang, Merangin,
Karing, Titi Meranti dan formasi batuan yang mengandung fosil-fosil flora dan fauna ini disebut
sebagai Formasi Mengkarang. Tebal satuan ini yang diukur di sepanjang Sungai Merangin
mencapai sekitar 500 m, dengan kemiringan yang landai dan tidak banyak mengalami pengaruh
struktur yang kuat. Di Indonesia formasi yang sejenis Formasi Mengkarang dan berumur Perem
ini (sekitar 300 juta tahun lalu) tidak ditemukan. Formasi Kuantan yang berumur lebih tua
(Karbon) mengandung fosil flora yang sangat kurang baik pengawetannya, sedangkan Formasi
Aifam di Papua Barat merupakan bagian dari Benua Gondwana dan berumur relatif sama.

Formasi yang ekivalen dengan Formasi Mengkarang ditemukan juga di Cina, tetapi umurnya
sedikit lebih muda. Dengan demikian beberapa ahli memperkirakan, bahwa Flora Jambi
merupakan pusa penyebaran flora-flora di Asia. Di Cina, formasi yang mengandung fosil flora
sudah tidak dapat ditemukan lagi karena telah tertutup oleh sampah domestik, sehingga tidak
tersingkap lagi. Dengan demikian Flora Jambi dan geologinya merupakan referensi stratigrafi
yang penting di daerah sekitar Asia.

B. GEOKONSERVASI
C 1 . Tekanan yang sedang terjadi atau peluangnya di kawasan Geopark yang
diusulkan
Kawasan Geopark Merangin Jambi selain memiliki warisan geologi bertaraf regional dan
internasional, secara umum kawasan tersebut memiliki pula potensi panas bumi (geothermal)
dan kandungan mineral logam dan non logam, seperti : emas, perak, batubara, batu bangunan,
batu apung, tanah liat, tanah urug, sirtu, batu gamping, dan termasuk pengambilan fosil kayu
yang marak diperjual belikan oleh sebagian masyarakat sekitar. Penggalian mineral serta
pengambilan fosil kayu dalam skala kecil dilakukan oleh masyarakat setempat yang tidak
memiliki izin dari pemerintah setempat. Pendapatan yang diperoleh digunakan untuk mencukupi
kebutuhan hidup sehari-hari. Penggalian mineral skala menengah dilakukan oleh beberapa
perusahaan tambang yang memiliki izin usaha. Mereka menambang batubara untuk keperluan
energi tingkat nasional dan sebagian diekspor sebagai komoditi tambang yang menjanjikan
dalam penumbuhan ekonomi regional.
Hampir 80% wilayah yang diusulkan menjadi Geopark Merangin Jambi berada di Taman
Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Taman Nasional Pegunungan Tigapuluh (TNPT), dan Taman
Nasional Bukit Duabelas (TNBD), merupakan kawasan hutan alami yang tersisa di Pulau
Sumatera. Namun dengan tingkat pertumbuhan penduduk serta kemajuan teknologi yang pesat
menyebabkan terjadinya tekanan yang begitu hebat terhadap kawasan. Deforestasi juga terjadi
akibat dari rendahnya kesadaran masyarakat akan arti penting hutan sebagai salah satu sistem
penyangga kehidupan. Perubahan lahan dan konflik lahan yang terjadi di kawasan geopark
Merangin Jambi sebagian besar terjadi pada perubahan fungsi lindung (hutan) menjadi lahan
perkebunan dan pertanian. Sedangkan perubahan fungsi lahan menjadi lahan pertambangan
hanya terjadi di sebagian kecil kawasan saja. Pembukaan lahan perkebunan dan pertanian baru
belum menjadi ancaman kerusakan yang signifikan, karena aktivitas tersebut tidak merubah
bentangalam, namun perubahan fungsi lahan yang tidak terkendali di masa mendatang akan
berpotensi mengganggu ekosistem dan mengurangi kelestarian dan kualitas lingkungan sekitar.

Sejalan dengan konsep dasar budaya yang dimiliki oleh masyarakat sekitar di Kawasan Geopark
Merangin Jambi yaitu menjaga kelestarian alam sekitar (konservasi), maka penerapan konsep
geopark yang berlandaskan pada konservasi, pendidikan, pemberdayaan masyarakat, dan
peningkatan ekonomi kerakyatan dapat dengan mudah dipahami dan diaplikasikan dalam
kehidupan masyarakat sekitar serta menjadi sebuah harapan baru dalam meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu, kegiatan usaha
kepariwisataan yang dikembangkan di kawasan Geopark Merangin Jambi sebagai salah satu
sektor yang dapat menggerakan roda perekonomian lokal dan regional, dipastikan tidak akan
mengganggu fungsi lingkungan. Konsep Geowisata dan Ekowisata yang dikembangkan
berazaskan green-tourism dengan memegang teguh konsep wisata keberkelanjutan dimana
komponen abiotic, biotic, culture yang menjadi objek dan daya tarik wisata, senantiasa
dikembangkan dengan berlandaskan pada aspek perlindungan dan kelestarian lingkungan.

C 2 . Status perlindungan situs-situs geologi pada saat ini


Situs-situs geologi di kawasan Geopark Merangin Jambi sebagian memperoleh perlindungan
tingkat nasional karena terletak di dalam Kawasan Taman Nasional, seperti yang dimaksud
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2008 tentang Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN). Peraturan ini menjadi petunjuk pelaksanaan amanat Undang-
Undang Republik Indonesia No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Sebagai action plan
dalam implementasi Undang-Undang Nomor 26 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 26 tersebut, situs-situs geologi di kawasan Geopark Merangin Jambi telah terakomodir
dalam SK Kepala Badan Geologi No. 73.K/45/BGL/2012 tentang Penentuan Kawasan Cagar
Alam Geologi Provinsi Jambi. SK tersebut merupakan dasar bagi pemerintah daerah dalam
menetapkan situs-situs geologi tersebut sebagai Kawasan Cagar Alam Geologi dalam
perencanaan Tata Ruang baik di tingkat Propinsi maupun di Tingkat Kabupaten/Kota.

Kawasan Geopark Merangin Jambi yang berada di Kabupaten Kerinci dan Kabupaten Merangin,
sebagian besar berada di Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang memiliki luas
1.375.349.867 ha yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan
Nomor 901/Kpts-ll/1999. Sedangkan kawasan Geopark Merangin Jambi yang berada di
Kabupaten Sarolangun termasuk Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) yang ditetapkan
melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.258/Kpts-II/2000 tanggal 23
Agustus 2000 yang memiliki luas 60.500 ha. Kawasan ini ditetapkan sebagai cagar biosfer dan
merupakan kawasan pengembaraan Suku Anak Dalam (Orang Rimbo) yang hidup berpindah-
pindah di dalam hutan rimba, populasinya diperkirakan 900-1.000 jiwa dan kawasan Geopark
Merangin Jambi yang berada di KabupatenTanjung Jabung Barat seluas 10.000 ha termasuk
Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT), berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
No.539/Kpts-II/1995 dengan luas 144.233 ha, merupakan ekosistem hutan hujan tropika dataran
rendah (lowland tropical rain forest) dan peralihan antara hutan rawa dan hutan pegunungan
dengan ekosistem yang unik dan berbeda dibandingkan dengan kawasan taman nasional
lainnya di Indonesia. Oleh karena itu, kawasan-kawasan tersebut merupakan aset nasional dan
bahkan internasional yang memiliki nilai sangat strategis untuk kelangsungan pelestarian
keanekaragaman hayati serta dalam mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Selain itu,
perlindungan situs-situs non geologi di kawasan tersebut ditetapkan melalui SK Bupati mengenai
Hutan Adat baik di Kabupaten Kerinci, Kabupaten Merangin, kabupaten Sarolangun, dan
Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Selain itu, status perlindungan di tingkat desa untuksitus-situs geologi yang berada di sepanjang
Sungai Merangin antara Desa Airbatu dan Teluk Wangsakti telah mendapat perlindungan melalui
Keputusan Kepala Desa, Kecamatan Renah Pembarap dan Berita Acara Kesepakan Bersama
Desa Biuku Tanjung, Kecamatan Bangko Barat. Kemudian pada Tahun 2012 oleh Pemerintah
Daerah diakomodir menjadi Kawasan Cagar Alam Geologi dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Merangin.

Masterplan Geopark Merangin Jambi yang sedang disusun, dan akan selesai tahun 2014
mendatang, mencakup rencana aksi yang berkaitan dengan upaya perlindungan terhadap situs-
situs geologi yang ada. Masterplan pengembangan Geopark ini akan ditetapkan menjadi
Peraturan Daerah, sehingga sanksi terhadap pelanggaran dapat diberlakukan. Masterplan yang
direncanakan mencakup komponen-komponen utama seperti:
1. Geologi dan bentangalam
2. Struktur dan pola ruang, serta zonasi kawasan
3. Informasi dan pendidikan lingkungan
4. Struktur Manajemen
5. Pemanfaatan ruang kawasan (geowisata)
6. Ekonomi regional berkelanjutan
7. Indikasi program pengembangan kawasan (Skala Prioritas)

C 3 . Pengelolaan dan pemeliharaan situs-situs geologi


Pengelolaan dan pemeliharaan situs-situs geologi di kawasan Geopark Merangin Jambi
menjadi tanggungjawab bersama antara Pemerintah Provinsi Jambi, Pemerintah Kabupaten
Merangin, Sarolangun, Kerinci, dan Tanjung Jabung Barat, serta masyarakat setempat yang
tinggal di sekitar situs serta lembaga masyarakat yang memiliki kepedulian akan keberadaan
situs-situs geologi tersebut. Dalam pelaksanaannya di lapangan, pengawasan (monitoring)
akan pelestarian situs-situs geologi dilakukan secara berkala oleh masyarakat sekitar melalui
kelompok pengelola geopark di tingkat desa. Sedangkan untuk pemeliharaan akan
keberadaan situs-situs geologi tersebut dilakukan pula secara berkala pula oleh pengelola
geopark di tingkat Kabupaten dengan bekerjasama dengan perguruan tinggi dan pengelola
geopark di tingkat provinsi. Di Kabupaten Merangin, pengelolaan situs geologi Jambi Flora
dilakukan oleh kelompok masyarakat yang bernama pengawal geopark hampa desa air batu,
pengelolaan situs geologi Teluk Wang Sakti dilakukan oleh kelompok masyarakat yang
bernama pengawal Geopark Desa Biuku Tangung, dan begitu pula untuk situs-situs geologi
lainnya.

Setiap situs geologi dilengkapi dengan interpretation panel. Panel-panel tersebut dipersiapkan
dan dipelihara oleh pengelola Geopark baik di tingkat kabupaten maupun di tingkat provinsi.
Pengembangan geo-education dan geowisata di sekitar situs geologi dilaksanakan oleh
pengelola geopark tingkat desa dibawah koordinasi pengelola geopark tingkat kabupaten
dengan melakukan beberapa program seperti pemanduan wisata oleh masyarakat sekitar,
program geopark to school dan school to geopark, dengan dilengkapi oleh fasilitas Geopark
seperti bahan-bahan informasi terbit (leaflet, booklet, peta, web site, dan buku informasi
kawasan), yang tersedia di pusat informasi dan kios-kios informasi yang tersebar di dekat situs
geologi.

Kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan situs geologi antara lain dilakukan dengan:
Menerapkan fungsi lindung di sekitar situs geologi dalam perencanaan tata ruang, di mana
seluruh kawasan Geopark telah terlindungi oleh peraturan nasional yang bersifat mengikat.
Menyusun program kerja bagi pengelola kawasan yang terpadu dan terintegrasi dengan
program pemerintah setempat dalam hal pengawasan, pemeliharaan, dan upaya
pengembangan kawasan yang berkesinambungan.
Mempertahankan keberadaangeo-diversity di kawasan Geopark sebagai kekayaan hakiki yang
dimiliki oleh daerah yang didukung oleh regulasi baik di tingkat nasional maupu daerah.
Melarang perusakan dan pemindahan bagian-bagian yang menjadi warisan geologi dengan
merencanakan dan menetapkan peraturan yang berkaitan dengan perusakan dan misused di
setiap situs geologi
Merencanakan dan mengembangkan pusat informasi kawasan di setiap segmen/kawasan situs
geologi yang memiliki fungsi pendidikan bagi masyarakat sekitar maupun bagi pengunjung,
selain itu pusat informasi pun berfungsi sebagai pos penjagaan dan pengawasan kawasan
dalam upaya pelestarian lingkungan sekitar situs geologi.
Merencanakan ketentuan penegakan peraturan yang berkaitan dengan izin penggalian atau
pengkoleksian fosil dan artefak secara perorangan.
Mengatur pengkoleksian percontoh batuan pada situs geologi tertentu di bawah pengawasan
yang ketat.
Melakukan perawatan situs geologi dan pembersihan kawasan sekitarnya secara teratur.
Mendeliniasi daerah lindung situs geologi guna menghindari penurunan kualitas lingkungan di
sekitar situs geologi.
Melakukan sosialisasi kepada masyarakat setempat serta melibatkan mereka secara aktif
dalam pemeliharaan dan pengawasan akan keberadaan situs geologi dari ancaman kerusakan
baik secara alamiah maupun dari tangan jahil
Mengembangkan program pendidikan di sekitar kawasan Geopark Merangin Jambi
Mendeliniasi batas-batas kawasan Geopark serta melakukan zonasi kawasan secara tepat,
sehingga jelas batas kawasan yang menjadi tanggung jawab pengelola Geopark Merangin
Jambi.
Melakukan kerjasama dengan instansi terkait, perguruan tinggi, pihak swasta untuk
meningkatkan upaya pengawasan, perlindungan,serta pengembangan dan pembangunan
kawasan secara berkelanjutan.
Mengembangkan kegiatan geoproduct dan geotoursm maupun ecotourism yang berlandaskan
pada wisata yang berkelanjutan sebagai salah satu upaya dalam peningkatan ekonomi kreatif
di sekitar kawasan.

C 4 . Daftar dan perian situs-situs non-geologi dan penyatuannya di dalam geopark


yang diusulkan
Sesuai dengan keragaman komponen hayati dan budaya yang terdapat di deliniasi
kawasan,situs-situs non-geologi di kawasan Geopark yang diusulkan terkelompokkan menjadi
situs hayati dan situs budaya (masa kini dan masa lalu).

C.4.1. Situs biologi atau situs keanekaragaman hayati


Keanekaragaman hayati merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dari proses
pembangunan secara berkelanjutan. Jambi merupakan Provinsi di Sumatra yang memiliki
kawasan hutan terlengkap (mulai dari hutan dataran tinggi hingga rendah, hutan kering/tropis
hingga basah/gambut). Hal ini merupakan asset beharga dan untuk itu perlu dilakukan upaya
kongkrit untuk mempertahankannya. Upaya yang dilakukan sekarang dan kedepannya adalah
menyeimbangkan antara tujuan konservasi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di
sekitar hutan. Hal ini penting menjadi mindset bersama mengingat bahwa masyarakat miskin di
Indonesia sebagian besar bermukim di desa-desa sekitar/dalam hutan. Upaya mempertahankan
hutan tanpa memperhatikan kesejahteraan masyarakat sekitarnya akan sulit dilakukan karena
harus diakui jika salah satu penyebab maraknya aktivitas pembalakan liar adalah karena
masyarakat ikut mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut.

Pelestarian keanekaragaman hayati di kawasan Geopark Merangin Jambi merupakan kewajiban


dan tanggungjawab seluruh masyarakat, baik pemerintah maupun swasta. Oleh karena itu,
untuk memudahkan pengaturan upaya-upaya konservasi secara menyeluruh maka ditetapkan
suatu konvensi dan kebijakan - kebijakan untuk melindungi dan mengelola keanekaragaman
hayati.Perlindungan keanekaragaman hayati (biodiversity) yang dilakukan harus menjangkau
komponen-komponen yang saling terkait. Komponen-komponen tersebut ditujukan untuk
menjaga keseimbangan lingkungan dan ekosistem, mengingat punah atau berkurangnya unsur
pendukung biodiversity akan sangat mempengaruhi keseimbangan alam.Inventarisasi
biodiversity yang dilakukan di kawasan Geopark Merangin, menitik beratkan pada kajian
ekologis seperti kekayaan jenis, keanekaragaman jenis, kelimpahan, kemerataan, dan
dominasinya.

Lokasi Kawasan Geopark Merangin Jambi sebagian besar berada di tiga Taman Nasional yang
ada di Propinsi Jambi, yaitu Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Taman Nasional Bukit
Tigapuluh (TNBT), dan Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD). Masing-masing Taman
Nasional tersebut ditentukan salah satunya berdasarkan ketinggian tipe hutan, yaitu tipe hutan
berkisar antara 1400-2700 m termasuk dalam campuran beberapa tipe hutan yaitu, Hutan
Pegunungan Bawah (1400-1900 m), Hutan Pegunungan (1900-2400 m) dan Sub Alpin (>2400
m) (Laumonier, 1997). Karakteristik vegetasi berdasarkan ketinggian yang ada di kawasan
Geopark Merangin Jambi dan sekitarnya yaitu pada hutan dataran tinggi, pepohonan memiliki
tajuk rapat dan tinggi. Ketinggian pohon lapisan tajuk bawah berkisar antara 20-30 m. Jenis khas
yang masih bisa ditemukan dengan tinggi pohon mencapai 50 m, khususnya Shorea platyclados
dan liana.

Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS)


Taman Nasional Kerinci Seblat ditetapkan pada Tanggal 14 Oktober 1999 oleh Menteri
Kehutanan melalui KepMenHut No. 901/Kpts-II/1999. Memiliki luas sekitar 1.389.509,87 hektar
berada di tiga propinsi, yaitu provinsi Bengkulu, Provinsi Sumatera Barat, dan Provinsi Jambi.
Luas Taman Nasional Kerinci Seblat yang merupakan wilayah administratif Jambi seluas
422.190 Ha (30,86%) dan berada pada tiga Kabupaten, yaitu Kabupaten Kerinci, Kabupaten
BungoTebo, dan Kabupaten Merangin. Sehingga dapat diperkirakan bahwa sebagian
keanekaragaman biodiversity Geopark Merangin Jambi merupakan bagian dari Taman Nasional
Kerinci Seblat.

Berdasarkan tipe hutannya, TNKS memiliki tiga tipe hutan, yaitu tipe hutan pegunungan bawah
yang berada pada ketinggian 1400-1900 mdpl, ruang terbuka lebihbanyak dibandingkan hutan
dataran tinggi, sebaliknya lumut dan jenis-jenis epifitmeningkat berkorelasi dengan naiknya
kelembaban udara. Jenis-jenisnya antaralain Lithocarphus pallidis, Euginea sp., Quercus sp.,
menempati tajuk bagian atas.Sedangkan semak-semaknya didominasi famili Myrsinaceae,
Rubiaceae, danEuphorbiaceae. Pada tipe hutan pegunungan yang berada pada
ketinggian1900-2400 mdpl, proporsitumbuhan microphylous meningkat dan kerapatan hutan
berkurang. Padaketinggian ini masih dijumpai Podocarpus dengan tinggi 25 m, sedangkan
lumut-lumuttampak semakin tebal dan epifit semakin banyak. Pada tipe hutanpegunungan atas
yang berada di ketinggian lebih besar dari 2400 mdpl, umumnya sangat lembab dan berkabut,
sehinggalumut semakin melimpah. Di atas lumut ini sering ditumbuhi tanaman
kantungsemar(Nepenthes), yang merupakan jenis endemik Taman Nasional Kerinci Seblat.Jenis
tumbuhan penting lainnya yaitu Kayu Embun (Taxus sumatrana)dan berbagai jenis anggrek
(Famili Orchidaceae).

Secara keseluruhan hutan Taman Nasional Kerinci Seblat memiliki 4000 jenis tanaman, yang
didominasi oleh keluarga Dipterocarpaceae. Termasuk juga terdapat flora yang langka dan
endemik yaitu pinus kerinci (Pinus merkusii strain Kerinci), kayu pacat (Harpulia arborea). Ada
juga jenis terancam bahaya, yaitu bunga bangkai (Amorphophallus titanium dan A. decussilvae)
dan Rafflesia Arnoldii dan R. hasseltii).

Beberapa jenis tanaman dominan yang dijumpai d hutan dataran rendah adalah
Dipterocarpacus sp., Shorea atrinervosa, Shorea multiflora, Koilodepas longifolium, Parashorea
lucida, Shorea cf. conica, Shorea platyclados, Hopea cf. Beccarianan, Sterculia sp., Aglaia
odoratissima, Sidoricum koejape, Rafflesia arnoldi, Rhizanthes zippelii, Celtis rigescens,
Casuarina nobilis, Mallotus oblongifolius, M. rufidulus, M. cf. Miquelianus, dan Rafflesia haseltii.

Beberapa jenis dominan yang dijumpai di hutan dataran tinggi adalah Agathis boornensis,
Diospyros celebica, Dendrocalamus asper, Gigantochloa sp., dan Schizostachyum sp.;
sedangkan di hutan pegunungan bawah dan tengah dapat dijumpai jenis-jenis dari suku
Fagaceae, Myrsinaceae, Lauraceae, Podocarpus sp., Ficus hirta, Faeocarpus gordonia,
Lithocarpus dll.

Beberapa jenis anggrek antara lain Spathoglotis plicata, Pholodita articulata, Calanthe triplicata,
C. plava, Coelogyne pandura, C. suiphorea, Dendrobium crumenatum, Dianela ensifolia,
Diplocaulobium, Phaleonopsis sp dan renanthera sp.

Sedangkan beberapa jenis tumbuhan obat yang biasa digunakan masyarakat sekitar taman
nasional, antara lain paku gajah, akar tik ulat, akar kepuh, pinang, kunyit, akar sepakis, ubi itam
dan lain-lain.

Kayu Embun (Taxus

http://caintaplantnursery.com/our-
products/philippine-indigenous-
plants/taxus/taxus-sumatrana-32/

Kayu Embun (Taxus


sumatrana)
http://www.conifers.org/ta/Taxus_sum

Kantung Semar (Nepenthes) Anggrek (Famili Orchidaceae)


http://plantphotography.blogspot.com/2012/02/epidendr
http://riandinie-kienda.blogspot.com/ um-golden-valley-hildos-orchid.html.
2012/05/kantong-semar-nepenthes-
spp.html
Keragaman Flora di sekitar Tamn Nasional Kerinci Seblat

Biodiversitas di dalam taman nasional sangat luar biasa, mencakup sedikitnya 306 jenis burung,
42 jenis binatang menyusui, 10 jenis binatang melata, 6 jenis binatang amphibi dan 8 jenis
primata. Sebagian dari jenis binatang dipertimbangkan sangat terancam, terutama Badak
Sumatra (Dicerorhinus sumatraensis), kambing hutan liar (Capricornis sumatraensis), Harimau
Sumatra (Panthera tigris sumatraensis) dan Gajah Sumatra (Elephas maximus). Jenis mamalia
dan primate lainnya adalah Simpai(Presbytis melalobates), Ungko (Hylobates agilis), Siamang
(Sympalagus syndactylus), Rusa sambar (Axis kuhli), Babi hutan (Sus scrofa), Tapir (Tapirus
indicus), Beruang (Helarctos malayanus), Kucing hutan (Prionailurus bengalensis sumatrana),
Kucing emas (Cartopuma temminckii).

Burung:antara lain elang alap besar (Accipiter virgatus), elang kelelawar (Macheiramphus
alcinus), elang gunung (Spitazatus alboniger), cekakak batu (Lacedo pulchella), belibis kembang
(Dendrocygna arcuata), walet (Collocalia spp), enggang jambul (Aceros comatus), kangkareng
hitam (Anthracoceros malayanus), rangkong papan (Buceros bicornis), pergam gunung (Ducula
bargia), poksai mantel (Garrulax palliatus), tiong emas (Gracula religiosa), rangkong badak
(Buceros rhinoceros), dan julang emas (Aceros undulatus ). Di tempat tertentu sering terdengar
suara tawa histeri burung gading (Buceros vigil). Salah satu spesies burung yang dilindungi yaitu
Rangkong badak (Buceros rhinoceros).

Satwa penting yang terdapat di TNKS antara lain, Satwa mamalia besar penting yang terdapat di
Gunung Tujuh antara lain, Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), Beruang (Helarctos
malayanus), Macan dahan (Neofelis nebulosa), Tapir (Tapirus indicus), Kambing hutan
(Capricornis sumatraensis), Babi hutan (Sus scrofa), Rusa Sambar (Cervus unicolor), Kijang
(Muntiacus muntjak ), Landak (Hystrix brachyura), Kancil (Tragulus javanicus), sedangkan jenis-
jenis primata seperti Simpai (Presbytis malalophos), Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis),
dan Siamang (Hylobates syndactylus).

C.4.2. Situs budaya


Budaya yang terdapat di kawasan Geopark Merangin Jambi mencakup budaya masa kini
yangdihasilkan oleh manusia moderen, dan budaya masa lalu yang ditinggalkan oleh manusia
prasejarah.

C.4.2.1. Masa Kini


Jambi merupakan salah satu propinsi yang ada di Pulau Sumatera ini memiliki adat istiadat dari
budaya melayu yang cukup dominan. Dikarenakan adat istiadat melayu yang paling dominan,
maka adat inilah yang sering digunakan untuk mengatur segala kegiatan serta tingkah laku
warga masyarakat Jambi dengan bersendikan pada Hukum Islam. Pribahasa Adat
bersendikan Sara, Sara Bersendikan Kitabullah atau Sara Mengato, Adat Memakai
sangat memasyarakat di semua kalangan masyarakat Jambi. Dalam kehidupan kesehariannya,
banyak ajaran serta pengaruh Islam diterapkan disana.

Penduduk asli Jambi terdiri atas Suku Anak Dalam, Kerinci, Bajau, Batin, Orang Penghulu, Suku
Pindah, dan Orang Melayu. Sedangkan masyarakat pendatang berasal dari Palembang,
Minangkabau, jawa, Bugis, Banjar, Batak, Flores, Arab, India, dan Tionghoa. Suku Anak Dalam
dianggap sebagai suku tertua di Jambi, karena telah menetap terlebih dahulu sebelum
kedatangan suku-suku yang lain. Ada informasi yang menyatakan bahwa suku ini merupakan
keturunan dari percampuran suku Wedda dengan suku Negrito, yang kemudian disebut sebagai
suku Weddoid.Suku bangsa Jambi yang mendominasi pada Kawasan Geopark Merangin Jambi,
adalah Suku Anak Dalam, Suku Kerinci, Orang Batin,Orang Penghulu. Suku-suku bangsa di
Jambi pada umumnya bermukim di daerah pedesaan dengan pola yang mengelompok. Adat
kebudayaan Jambi mengenai pola permukiman yaitu menetap di pinggir sungai, dikarenakan
Jambi merupakan penghasil cengkeh dan perdagangan merica pada abad ke-13, yang mana
para musafir atau pedagang datang dari berbagai daerah dan negara untuk membeli rempah-
rempah melalui jalur laut dan sungai. Bahasa daerah di Provinsi Jambi, yaitu bahasa melayu,
tetapi terdapat beberapa dialeg lokal seperti Kerinci, Bungo-Tebo, Sarolangun, Bangko, Jambi
Seberang, Anak Dalam, serta campuran. Khusus untuk daerah kerinci, terdapat aksara tersendiri
yang dikenal dengan Aksara Encong.

Sejalan dengan pesatnya arus globalisasi danhilangnya media berkesenian menyebabkan mulai
ditinggalkannya beberapa kesenian tradisional. Namun sejak diterapkannya konsep geopark,
kesenian asli tradisional mulai dikembangkan kembali. Pengakuan ini disampaikan oleh
beberapa narasumber di Desa Air Batu dan Biuku Tanjung.Jenis tarian dan kesenian yang
berada di kawasan tersebut diantaranya adalah Adu Lesung,Lukah Gilo, dan Ketalang Petang.
Tiga jenis kesenian ini sangat erat terkait dengan aktivitas berladang padi. Lesung dan lukah
adalah peralatan yang biasa digunakan untuk menumbuk padi. Ketalang Petang adalah
kesenian yang dilakukan sebelum melakukan tanam padi di ladang yang menjadi ajang pemuda
dan pemudi dalam mencari jodoh. Selain itu, terdapat juga Tari Pandan yang biasanya dilakukan
dalam rangka menyambut tamu agung dan upacara khusus dan festival rakyat desa yaitu
kegiatan bersukaria dan saling memaafkan saat hari raya Idul Fitri. Kegiatan komunal lainnya
adalah Gotong RoyongPengante, dimana setiap tetangga akan memberikan sumbangan beras
kepada keluarga pengantin sejumlah canting tertentu sesuai dengan jumlah anggota keluarga.
Imbalannya, para pemberi sumbangan berhak mendapatkan daging hajatan. Kegiatan
pembagian dan saling berebut daging hajatan inilah yang ditunggu-tunggu dan menjadi kegiatan
bersukaria bersama dalam momen merayakan pernikahan. Momen lainnya adalah menjelang
memasuki bulan ramadhan dengan Upacara Bantai, yaitu penyembelihan kerbau sebelum
memasuki bulan Ramadhan. Penduduk desa biasanya mengumpulkan uang secara bersama-
sama untuk membeli beberapa ekor kerbau untuk disembelih dan dimasak bersama-sama
menyambut bulan Ramadhan. Beberapa benda dan budaya peninggalan yang merupakan bukti
dari beragamnya kebudayaan yang dimiliki oleh kawasan geopark merangin jambi adalah
sebagai berikut :
a. Bangunan Tua
Salah satu keunikan ragam budaya di Kawasan Geopark Merangin Jambi adalah keberadaan
bangunan-bangunan yang telah berusia tua (> 100 tahun) yang secara otomatis berdasarkan
peraturan yang ada di Indonesia, bangunan tersebut merupakan benda cagar budaya yang
dilindungi. Keberadaan bangunan tersebut menyebar di beberapa kabupaten, diantaranya
Kabupaten Merangin (Desa Air Batu dan Desa Biuku Tanjung), Kabupaten Kerinci (Desa Koto
Tuo Pulau Tengah - Kec. Keliling Danau dan Desa Lempur Tengah Kec. Gunung Raya).

Bangunan tua yang berada di Kabupaten Merangin (Desa Air Batu dan Desa Biuku Tanjung)
berupa rumah panggung kayu tua yang diperkirakan berusia puluhan hingga ratusan tahun. Ciri
khas pada bangunan tua tersebut adalah ornamen ukiran dan lukisan hias di dinding kayu rumah-
rumah tersebut. Di rumah yang lainnya didapati hiasan-hiasan di ujung-ujung atap, atau di papan
penutup tampias air (lisplank). Ditemukan pula rumah tua yang tidak menggunakan paku,dimana
sambungan rumah dibuat saling pasak dan pada beberapa bagian diikat dengan tali ijuk. Dinding
bagian dalam dan lantai rumah panggung dibuat dari pelupuh bambu. Selain bangunan tua
rumah panggung kayu, bangunan unik lain di Desa Air Batu adalah masjid tua Baitul Ikhsan.
Menurut keterangan beberapa narasumber, tiang-tiang utama masjid terbuat kayu jenis kulim
berukuran panjang 12 meter dengan diatemeter 20 cm. Dinding masjid terbuat dari papan kayu
dengan beberapa ukiran hiasan. Di beberapa bagian tampak perbaikan yang disesuaikan dengan
perkembangan jaman, namun secara keseluruhan nilai keunikan bangunan tua masih tampak
dengan kuat. Nilai budaya dan kesejarahan masjid tua Baitul Ikhsan, tercermin dari keyakinan
masyarakat bahwa doa lebih mustajab bila dilakukan di masjid tersebut. Hikayat lisan Si Bujang
Penidur semakin memperkuat pengakuan penduduk Desa Air Batu terhadap masjid. Dalam
hikayat tersebut digambarkan seorang pemuda yang kerjanya hanya tidur dan bermalas-malasan
hingga dijuluki si tukang tidur namun memiliki kekuatannya yang luar biasa. Kekuatanitulah yang
membantu pembangunan Masjid Baitul Ikhsan. Penduduk desa yakin bahwa bahan empat kayu
kulim tiang utama masjid diambil dari hutan ke desa secara bersamaan dalam satu waktu dan
dilakukan hanya oleh satu orang dengan kekuatan luar biasa yaitu oleh Si Bujang Penidur.
Foto salah satuRumah Panggung Kayu Tua yang berusia lebih dari 100 tahun di Desa Air Batu, Kecamatan Renah
Pembarap, Kabupaten Merangin

Di Kabupaten Kerinci pun terdapat 2 buah bangunan mesjid kuno yang oleh penduduk sekitar
disebut mesjid keramat. Mesjid tersebut dibangun pada tahun 1785 dengan bahan bangunan
utama dari kayu pilihan dan konstruksi tanpa menggunakan paku besi. Masjid keramat yang
pertama berada di Desa Koto Tuo Pulau Tengah, Kecamatan Keliling Danau. Konon, pemberian
nama Keramat alias Sakti berlatar belakang sejarah perjuangan rakyat Pulau Tengah pada
awal masuknya pasukan kolonial Belanda ke Kerinci pada tahun 1900. Bangunan masjid yang
berdiri di atas lahan seluas 59,2 m x 44,3 m dijadikan tempat berlindung oleh masyarakat dalam
pertempuran melawan Belanda. Masjid Keramat Koto Tuo ini adalah saksi bisu bagaimana
semangat masyarakat Pulau Tengah menentang penjajahan Belanda. Masjid Keramat yang
kedua berada di Desa Lempur Tengah Kecamatan Gunung Raya. Masjid ini didirikan sekitar abad
ke-15 dan 16 Masehi. Berdasarkant surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen
Sejarah dan Purbakala, kedua masjid keramat ini telah masuk sebagai Benda Sejarah dan Cagar
Budaya Nasional. Ketika Kerinci diguncang gempa dahsyat dengan kekuatan 9,5 skala Richter
tahun 1995, kedua masjid tersebut tetap berdiri kokoh. Begitu pula saat gempa tahun 2009 lalu,
tak sedikit pun bangunannya yang mengalami kerusakan. Bangunan masjid tua dijadikan sebagai
obyek wisata religi bagi masyarakat setempat maupun pendatang.

b. Benda Pusaka
Salah satu rumah tua di Dusun Baru Air Batumenyimpan beberapa benda peninggalan masa lalu
seperti : Tombak, Gong, Strabuk (Naskah Kuno), dan Rambut Panjang. Benda-benda
peninggalan tersebut disimpan di atap rumah dan ditutup kain. Untuk melihat benda-benda
tersebut harus dilakukan upacara adat dengan memotong seekor kambing. Benda peninggalan
tersebut biasanya disimpan di rumah Depati (pemimpin di desa, setingkat kades). Sebagian besar
masyarakat Desa Air Batu meyakini benda-benda peninggalan tersebut memiliki kekuatan
memberi pertanda. Apabila akan terjadi bencana di Desa Air Batu maka gong peninggalan akan
berbunyi. Anehnya, suara bunyi gong tersebut tidak akan terdengar oleh masyarakat yang tinggal
di sekitar rumah penyimpanan gong. Suara gong akan terdengar oleh masyarakat yang tinggal
jauh dari rumah penyimpanan gong tersebut. Menurut pengakuan masyarakat gong peninggalan
tersebut berbunyi terakhir kali pada tahun 1995-an dan setelah itu terjadi peristiwa gempa besar.

Pola yang sama terdapat juga di Desa Biuku Tanjung. Di Rumah Tua milik Kepala Lembaga Adat
tersimpan benda-benda peninggalan yaitu: sepucuk senapan, tiga buah piring keramik, satu buah
tombak dan sebilah keris. Masyarakat Biuku Tanjung juga meyakini bahwa benda-benda
peninggalan tersebut memiliki kekuatan memberi pertanda dengan bunyi kokangan senapan.
Terdapat peraturan bahwa benda-benda tersebut tidak boleh dilihat oleh orang-perorang. Apabila
peraturan tersebut dilanggar maka terjadi Utang adat negeri/dusun. Si pelanggar dikenakan
hukuman memotong satu ekor kambing karena benda-benda peninggalan tersebut sampai turun
ke tanah diluar kegiatan upacaranurun.Konon, benda-benda peninggalan tersebut berasal dari
Teluk Wang Sakti sehinggasetiap tahun setelah hari raya Idul Fitri diadakan upacara mencuci
benda-benda peninggalan tersebut yang disebut dengan Upacara Nurun.

Benda Pusaka berupa Keris dan Naskah/Surat Kun

c. Folkloor
- Cerita Si Rambut Panjang
Si Rambut Panjang adalah kisah seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang berasal dari
Riau merantau ke Desa Air Batu Kabupaten Merangin. Kedua orang tersebut bertamu ke rumah
salah seorang penduduk dan mereka diberi air minum dan pisang, ternyata pada saat kedua
orang tersebut akan minumwadah untuk minum tidak ada. Konon katanya, wanita si rambut
panjang dengan bijak mengorek isi pisang dan menjadikan kulit pisang sebagai wadah untuk
minum. Sikap yang sedemikian rupanya menjadikan wanita si rambut panjang tersebut dipilih
menjadi pemimpin yang diharapkan bisa memimpin masyarakat Desa Air Batu dengan baik.

- Cerita Bujang Peniduk


Kisah seorang bujangan tua yang memiliki sifat pemalas dan kerjanya tidur saja. Sifat
pemalasnya itu membuat orang tua Si Bujang marah dan mengusir Bujang tersebut dari kampung
dan menyuruhnya supaya pergi ke hutan. Sang orang tua memberikan satu syarat kepada
Bujang apabila suatu saat Bujang ingin kembali ke rumah, beliau harus membawa batang pohon
yang nantinya akan dijadikan sebagai tiang masjid. Ternyata di luar dugaan dan pengetahuan
masyarakat Bujang tersebut mampu memikul ke 4 batang pohon kulim sekaligus untuk
pembangunan masjid. Hal itu membuat masyarakat Desa Air Batu terkejut dan tercengang.
Ternyata Bujang peniduk memiliki kekuatan dan kelebihan yang tidak dimiliki oleh laki-laki lain.

d. Masakan tradisonal
Ragam kuliner lokal, terutama jenis-jenis makanan yang dikembangkan sesuai dengan
ketersediaan bahan-bahan alami setempat juga turut mewarnai ragam budaya Desa Air Batu
dan Biuku Tanjung. Beberapa diantaranya adalah Lemang Asam, masakan IkanKepayang,
masakan Rebung Ikan Batu,Bumbu Nangau (asam durian), minyak kepayang, dan Gulai Asam
Durian (tempoyak). Terdapat pula Asam Rebung (fermentasi rebung bambu) yang digunakan
untuk mencampur masakan-masakan sehingga memiliki rasa khas. Menarik bahwa dalam
proses pembuatan asam rebung ini harus juga dimasukkan cabe rawit dan sedikit pakai sembilu
bambu dengan keyakinan supaya tidak terjadi kejadian kesurupan. Salah satu masakan khas
yang dicampur asam rebung adalah Cangkuk. Masakan ini berbahan dasar kaki kerbau yang
dicincang kecil dan direndam air rebung selama 3 hari. Cangkuk hasil rendaman biasanya
digulai dengan campuran asam rebung sehingga rasanya gurih, segar dan empuk. Kuliner khas
lainnya adalah Minyak Kepayang, yaitu minyak nabati yang berasal dari buah kepayang. Biasa
digunakan untuk menggoreng atau mencampur masakan gulai, bahkan dimakanlangsung
dicampur nasi hangat sehingga menjadi gurih berminyak. Minyak ini juga biasa dimanfaatkan
untuk cairan pelicin jika melakukan pemijatan tradisional.

Minyak Kepayang dan Asam Rebung

Tempoyak yang dimasak dengan menggunakan bambu


Sarang Semut dan Akar Pasak Bumi

Beberapa makanan khas yang terdapat di kawasan Geopark Merangin Jambi beserta
penjelasannya, adalah sebagai berikut;
1. Tempoyak merupakan makanan yang berasal dari buah durian yang difermentasikan, dan bisa
juga dibuat Gulai Tempoyak.
2. Gulai Tepe Ikan terbuat dari ikan gabus yang dihaluskan dan dicampur tepung dan telur.
3. Malbi adalah masakan gulai daging, namun memiliki citarasa manis karena dimasak dengan
kecap dan sedikit gula merah.
4. Gulai Ikan Patin bisa dimasak dengan Tempoyak tetapi sebagia orang mengganti Tempoyak
dengan santan kelapa untuk menghindari baud an rasa Tempoyak yang cukup menyengat.
5. Padamaran terbuat dari tepung beras, santan dan gula merah sebagai pemanis. Bahan-bahan ini
kemudian ditempatkan di sebuah cup yang terbuat dari daun pisang lalu dikukus hingga matang.
6. Dendeng Batokok adalah irisan daging sapi yang direbus dalam air kelapa yang telah dibumbui
bawang putih dan jahe.
7. Nasi Minyak adalah beras yang dimasak dengan susu, saus tomat, minyak samin dan rempah-
rempah, Nasi Minyak biasanya disajikan pada saat acara-acara khusus.

Sebagai masyarakat yang harmonis dengan lingkunganya, penduduk Desa Air Batu dan Biuku
Tanjung juga mengembangkan obat-obatan tradisional dan memiliki beberapa orang ahli
pembuat obat tradisional tersebut. Walaupun sudah mulai ditinggalkan, para pembuat obat
tersebut ini memiliki keahlian khusus dan beberapa diantaranya masih menggunakan cara-cara
magis. Di tingkat rumah tangga juga sering dilakukan pengobatan dengan penggunaan
tanaman obat. Beberapa potensi tanaman obat yang terdapat di Desa Air Batu dan Biuku
Tanjung diantaranya adalah sarang semut, pasak bumi, akar ginseng, akar kuning dan daun
sigau. Diduga masih banyak ragam penggunaan tanaman obat oleh penduduk setempat atau
pengobat tradisional.

C.4.2.2. Masa Lalu


Selain memiliki kekayaan dan keragaman geologi yang unik, Kawasan Geopark Merangin Jambi
pun memiliki peninggalan arkeologi yang tidak kalah unik dan beragam. Benda arkeologi yang
berada di kawasan tersebut berupa kuburan kuno, gerabah, obsidian, menhir. Keberadaan
benda arkeologi di Geopark Merangin Jambi umumnya ditemukan di dataran tinggi yang
merupakan bagian dari Pegunungan Bukit Barisan di Pulau Sumatera dan berdasarkan bukti-
bukti temuan arkeologi bahwa daerah dataran tinggi Jambi merupakan kawasan pemukiman
manusia sejak dahulu kala. Beberapa penelitian baik yang dilakukan oleh peneliti asing maupun
dari Arkeologi Nasional telah dilakukan di beberapa Kawasan Geopark Merangin Jambi, seperti
Di Gua Ulu Tiangko, Kabupaten Merangin, August Tobler pada tahun 1913 melakukan ekskavasi
penjajagan dan menemukan alat serpih. Kemudian pada tahun 1926, J. Zwierzycki, menemukan
artefak dari obsidian di sebuah gua dekat Ngalau, Merangin. Alat-alat batu yang ditemukan di
kedua situs tersebut termasuk serpih bilah Mesolitik (Heekeren,1972:137 139) yang menurut
R.P. Soejono berasal dari masa berburu tingkat lanjut (1993:182). Di Gua Tiangko Panjang, 5
kilometer sebelah selatan Gua Ulu Tiangko, Bennet Bronson dan Teguh Asmar pada tahun 1974
menemukan lapisan tembikar yang di bawahnya terdapat alat-alat obsidian. Lapisan budaya
tersebut berumur 9.210 130 BP dan 10.250 140 BP (Soejono,1993:182).

Pemukiman-pemukiman prasejarah masa Mesolitik ternyata tidak hanya terdapat pada gua-gua
di Kabupaten Merangin, tetapi juga di tepi danau di Kabupaten Kerinci. Pada tahun 1939 Van der
Hoop mengumpulkan temuan permukaan berupa alat serpih obsidian di sekitar Danau Gadang
Estate, dekat Danau Kerinci. Menurut van Heekeren, alat serpih dari tepi danau tersebut lebih
besar daripada alat serpih bilah dari gua-gua di Merangin (1972:139). Alat serpih tersebut
termasuk mikrolit, tetapi bentuknya tidak geometris seperti alat mikrolit pada umumnya
(Soejono,1993:182). Pengaruh kebudayaan Hindu-Buda pun hampir tidak terlihat di Kerinci dan
Merangin. Hingga kini belum ditemukan situs-situs Hindu-Buda di kedua wilayah tersebut, tetapi
di Kerinci ditemukan arca lepas berupa dua buah arca Boddhisattwa perunggu berukuran kecil
(tinggi 16 cm) (Schnitger,1937:13). Dalam kerangka sejarah kebudayaan Indonesia,
kebudayaan megalitik dianggap berkembang sebelum bangsa Indonesia memasuki zaman
sejarah. Kendati sebelum memasuki zaman sejarah bangsa Indonesia telah melakukan kontak
dengan bangsa lain, kebudayaan megalitik dianggap kebudayaan Indonesia asli. Demikian pula
tinggalan megalit di dataran tinggi Jambi merupakan kebudayaan asli sebelum munculnya
kerajaan Malayu-Budha di dataran rendah Jambi. Penelitian tinggalan budaya megalitik di
dataran tinggi Jambi penting artinya dalam kerangka mengetahui kesinambungan budaya,
khususnya dari kebudayaan megalitik menuju kebudayaan yang dipengaruhi kebudayaan India.
Selama ini baru dianggap bahwa seolah-olah kerajaan Malayu-Budha muncul dengan sendirinya
pada abad ke-7 Masehi tanpa melalui proses panjang sebelum kemunculannya. Hal itu karena
kerajaan tersebut sedikit diberitakan. Ketika berlabuh untuk kedua kalinya, I-tsing pun hanya
memberitakan Mo-lo-yeu (Malayu) sudah menjadi bagian dari kerajaan Shih-li-fo-shih (Sriwijaya).

Hingga kini diketahui bahwa pada masa yang sama di Jambi telah berkembang dua corak
kebudayaan yang berbeda pada kawasan yang berbeda pula. Di dataran tinggi Jambi (sekarang
kabupaten Kerinci dan sebagian Kabupaten Merangin) berkembang corak kebudayaan megalitik,
sedangkan di dataran rendah berkembang kebudayaan Hindu-Budha. Masyarakat yang
bermukim di pegunungan mempertahankan kebudayaan asli (Tri Marhaeni, 2006), sedangkan
masyarakat di kawasan dataran rendah yang karena lebih dekat dengan jalur perdagangan
maritim mampu mengembangkan kebudayaan asing yang berasal dari India. Hal itu terbukti dari
temuan keramik dinasti Sung (abad ke-10 -- 12 M) di situs megalit Pondok, Kerinci
(Bonatz,2003). Dalam ekskavasi di situs megalitik Pondok, Kerinci, tahun 2003, Dominik Bonatz
menemukan keramik Cina dari dinasti Sung (960 1270 M). Temuan tersebut membuktikan
bahwa ketika di dataran rendah Jambi berkembang pesat kerajaan Malayu bercorak budis, di
dataran tinggi Jambi bertahan kehidupan bercorak tradisi megalitik. Bahkan tradisi megalitik di
dataran tinggi Jambi bertahan hingga kedatangan Islam. Tradisi megalitik di kawasan tersebut
tampaknya baru berakhir pada abad ke-18, ketika Sultan Jambi memerintahkan kepada para
penguasa (depati) di dataran tinggi Jambi agar mengubah kepercayaannya. Masyarakat
bercorak tradisi megalitik di dataran tinggi Jambi mungkin sekali menghuni lahan di sekitar batu
monolit yang mempunyai nama lokal batu gong, batu bedil atau batu larung. Bukti-bukti hunian di
sekitar batu megalitik ditemukan dalam ekskavasi Bagyo Prasetyo tahun 1994 di Bukit Talang
Pulai, Kerinci dan Dominik Bonatz tahun 2003 di Pondok, Kerinci dan di Bukit Batu Larung,
Merangin tahun 2005. Tinggalan artefak menonjol di situs megalit adalah pecahan tembikar yang
merupakan bukti pemukiman. Kehidupan bercorak megalitik di dataran tinggi Jambi telah
mengenal pula penguburan dengan wadah tempayan tanah liat sebagaimana di dataran tinggi
Sumatera Selatan (lihat Soeroso,1998). Dalam ekskavasi di Desa Renah Kemumu, Kecamatan
Jangkat, Kabupaten Merangin, tahun 2004, Dominik Bonatz tidak hanya menemukan tinggalan
megalit di Bukit Batu Larung, tetapi juga puluhan tempayan tanah liat insitu di suatu tempat yang
berjarak sekitar 1 kilometer dari megalit. Keadaan tinggalan tempayan-tempayan tersebut tidak
utuh karena pengaruh erosi dan aktivitas manusia sekarang yang menghuni situs tersebut.
Melalui analisis C-14 yang dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, arang
yang ditemukan dalam tempayan diketahui berumur 810 120 BP (tahun 1020 -- 1260 M).
Sementara itu, situs Bukit Batu Larung berumur 970 140 BP (tahun 840 -- 1120 M).

Kata Kerinci pertama kali dikenal pada awal tahun Masehi. Kata Kerinci diinterpretasikan pada
banyak teori, baik yang dihasilkan melalui penelitian hingga cerita yang berkembang di
masyarakat yang tidak memiliki argumen yang jelas. Berikut adalah teori-teori yang menjelaskan
arti Kerinci :
- Keadaan wilayah Kerinci yang dibatasi oleh Bukit Barisan, hutan yang lebat, medan yang berat
dan binatang buas, membuat anggapan orang terhadap Kerinci sebagai daerah yang tertutup,
sehingga Kerinci dikiaskan dari arti kata Kunci.
- Bila ditinjau dari segi bahasa, Kerinci berasal dari kata kerin dan ci. Bahasa Austronesia yang
masuk ke India (Sanskerta) kata krin/kerin atau khin berarti hulu, sedang kata ci atau cai
berarti sungai, sehingga Krinci atau Kerinci mengandung arti hulu sungai, bila dilihat dari letak
Kerinci yang berada di daerah pegunungan dan merupakan hulu-hulu sungai yang mencakup
Sungai Batang Merangin, Sungai Batang Asai, dan lainnya.
- Mc Kinnon (1992) menyebutkan bahwa kata Kerinci diduga berasal dari kata Kurinci (bahasa
Tamil) yang berati sebuah daerah pegunungan, dengan alasan orang India dari suku bangsa Tamil
(Hindu) pada awal abad pertama Masehi telah berhubungan dengan penduduk yang berdiam di
pedalaman dan disepanjang Pantai Barat dan Timur Sumatra yang saat itu tidak jauh dari Kerinci.
Dalam perniagaan, bangsa Tamil memanggil orang-orang dari dataran tinggi pegunungan dengan
sapaan Kurinci.

Kondisi alam Kerinci menyebabkan daerah ini dikelompokkan menjadi Kerinci Rendah dan
Kerinci Tinggi. Kerinci Rendah berada pada bagian timur pegunungan Bukit Barisan (sekarang
Kabupaten Merangin), sedangkan Kerinci Tinggi yang sekarang Kabupaten Kerinci merupakan
daerah-daerah yang berada pada bagian barat
pegunungan Bukit Barisan. Orang Kerinci yang
menghuni Kabupaten Kerinci sekarang adalah
keturunan suku bangsa Melayu Tua yang menetap
sejak zaman Neolitikum (8.000-7.000 tahun silam) atau
mungkin jauh sebelumnya. Kerinci memiliki
kebudayaan, termasuk bahasa dan aksara KerinciUli
Kozok, ahli aksara kuno Sumatera asal Jerman, pernah
menemukan di Kerinci naskah Melayu tertua abad ke-
14 yang berasal dari Kerajaan Dharmasraya, zaman
Adityawarman. kesimpulan Uli Kozok tersebut
berdasarkan uji radio karbon yang dilakukan atas
sampel bahan kertas Daluang (samakan kulit kayu)
yang digunakan untuk penulisan naskah tersebut.

Peneliti antropologi urban dari Universitas Diponegoro Radjimo menyatakan suku Kerinci yang
mendiami dataran tinggi bukit barisan di sekitar Gunung Kerinci ternyata lebih tua dari suku Inka,
Indian di Amerika.Dari sebuah kesimpulan riset Dr Bennet Bronson peneliti dari AS bersama Tim
Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional Jakarta pada 1973, berpendapat bahwa suku
Kerinci bahkan jauh lebih tua dari suku Inka (Indian) di Amerika.Hal itu berarti suku Kerinci tidak
hanya lebih tua dari proto-melayu. Suku Indian Inka sendiri diyakini sebagai suku purba yang
telah memiliki peradaban tinggi. Salah satu pembuktian yang dikemukakan tim Bennet
Bronsonitu adalah tentang manusia Kecik Wok Gedang Wok. Ia merupakan suku pertama yang
telah mendiami dataran tinggi Kerinci lebih dari 10.000 tahun lalu itu.Menurut Kern (1889) dan
Sarasin (1982), pada tahun 4.000 SM terjadi perpindahan Proto-Melayu (rumpun Polinesia) dari
Alam Melayu ke pulau-pulau di Lautan Teduh sebelah timur dan pulau-pulau di Lautan Hindia
sebelah barat, maka saat itulah pula terjadi perpindahan etnis ini dari satu tempat ke tempat lain
pada Alam Melayu seperti perpindahan Proto Malaiers (Melayu Tua) ke Alam Kerinci. Menurut
Kern, alam Kerinci saat itu telah didiami oleh manusia yang disebut sebagai `Kecik Wok Gedang
Wok`. Namun, saat itu jumlah Proto-Melayu yang lebih dominan dari Kecik Wok Gedang Wok
menyebabkan kaum pribumi tersebut secara perlahan menjadi lenyap dalam percampuran darah
antara pendatang dan pribumi.Kelompok inilah yang selanjutnya berkembang dan menjadi
nenek moyang orang Kerinci modern hingga generasi saat ini.Beberapa penelitian lain
menyebutkan pula bahwa orang Kerinci termasuk kelompok suku bangsa asli yang mula-mula
ada di Sumatra.Kelompok suku bangsa ini kemudian dikenal dengan Kecik Wok Gedang Wok
yang diduga telah berada di wilayah Alam Kerinci semenjak 10.000 tahun silam (Whitten, 1987).

Peneliti kebudayaan Kerinci Iskandar Zakaria mengungkapkan, keberadaan suku Kerinci


provinsi Jambi yang menghuni dataran tinggi puncak Andalas pebukitan barisan jauh lebih tua
dari Proto-Melayu yang dianggap sebagai suku Melayu tertuaditinjau dari bukti temuan artefak
purbakala yang berhasil ditemukan dan selama 40 tahun terakhir. Artefak yang diteliti berupa
Sko (benda pusaka) berupa tambo adat dan silsilah suku Kerinci. Tidak hanya itu, manusia
purba di Kerinci itupun dikatakan memiliki pengetahuan dan peradaban lebih tinggi dari Proto-
Melayu dikarenakan pada masa gelombang imigrasi suku Proto-Melayu ke dataran tinggi jambi,
suku setempat sudah mengenal api dan mampu mengolah memanfaatkan besi atau
logam.Dikisahkan, konon saat itu orang pertama atau penduduk pribumi itu menggunakan kayu
Siegie (Pinus Merkusi, Strain Kerinci) yang memang mengandung getah minyak yang bisa
terbakar sebagai obor. Begitu juga mata tombak yang dari batu dan logam. Karena itu mereka
bisa membangun artefak batu menjadi sarana berbagai keperluan, seperti untuk altar
persembahan, untuk peristirahatan dan lainnya, papar Iskandar.

Salah satu bentuk artefak peninggalan zaman Megalitikum yang berada di kawasan Geopark
Merangin Jambi adalah batu-batu berupa dudukan kursi, bangku, batu pintu atau menyerupai
gapura, Tungku atau altar dan sarkofagus yang kesemuanya diperkirakan hanya melalui proses
pemahatan sangat sederhana dan kasar.Batu-batu tersebut ditemukan banyak tersebar di
daerah berbukit-bukit atau dataran tinggi di berbagai kecamatan dalam kabupaten Kerinci
maupun kota Sungaipenuh seperti di kecamatan Gunung Raya, Keliling Danau, Batang
Merangin, Sitinjau Laut, Danau Kerinci, Kumun-Debai.Dalam perjalanan perkembangan
peradaban berikutnya lebih muda dapat ditemukan pula batu-batu Seilindrik dan batu
bergambar, juga menhir-menhir dan goa-goa.Semua itu diyakini dari perkakas yang digunakan
sudah semakin maju berupa kapak, pahat, baji dan beliung dari besi.

C.4.3. Keterkaitan antara situs geologi dengan situs non-geologi


C.4.3.4. Geologi dan biologi
Kondisi geologi baik secara jenis batuan dan karakteristik bentang alam sebuah kawasan akan
mempengaruhi akan keberadaan dan keterdapatan flora dan fauna. Berikut adalah keterkaitan
antara situs geologi dengan keragaman hayati yang berada di kawasan Geopark Merangin
Jambi :

Highland Park Kerinci


Jenis batuan induk di kawasan ini antara lain andesit basalt diorit, tufa berbutir halus/kasar,
granit, granodiorit, riolit, alluvium gunung berapi muda, alluvium longgokan kipas, alluvial sungai
muda, dan gambut.Jenis tanahnya antara lain andosol, latosol, podsolik, alluvial, komplek
(podsolik, latosol dan litosol), komplek (latosol dan litosol). Pada umumnya kedalaman efektif
tanahnya antara 30-60 Cm. Kedalam efektif tanah yang dangkal terutama didapati di daerah
terjal dengan jenis tanah litosol. Sebagian besar lahan di kawasan taman nasional ini memiliki
tanah yang relatif kurang subur dan rawan erosi. Kawasan Highland Park Kerinci memanjang
dari Barat Laut ke Tenggara di tengah-tengah pegunungan Bukit Barisan. Lembah yang curam
membelah Pegunungan Bukit Barisan menjadi dua bagian yang sejajar sehingga topografinya
berlembah curam sampai sangat curam dengan sedikit dataran berlereng landai. ada bagian
Barat kawasan, merupakan barisan gunung yang sambung-menyambung dengan ketinggian
sekitar 2000 m dpl. sedangkan bagian Timur memiliki gunung-gunung yang lebih rendah dengan
ketinggian antara 800 - 1500 m dpl.

Secara umum kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat memiliki karakteristik hutan yang sangat
unik dan khas yang terbagi dalam tipe ekosistem hutan:
1. Hutan dataran rendah(low land forest)
2. Hutan bukit (hill forest)
3. Hutan sub-montana (sub-montane forest)
4. Hutan montana rendah (lower montane forest)
5. Hutan montana sedang (mid-montane forest)
6. Hutan montana tinggi (upper montane forest),
7. Padang rumput sub-alpine (sub-alpine thicket)
8. Lahan basah lain pada wilayah ber rawa, danau dan sungai sungai besar.

Kawasan Hutan Produksi Tetap Sipurak Hook merupakan ekosistem hutan tropis dataran rendah
yang masih utuh dan satu kesatuan ekosistem terakhir di bagian lereng timur Bukit Barisan yang
mempunyai peran sangat penting sebagai perlindungan keanekaragaman hayati dan sumber
garam meneral bagi satwa di TN Kerinci Seblat.
Kawasan Hutan Produksi Tetap Sipurak Hook merupakan habitat beberapa satwa endemik dan
dilindungi seperti gajah sumatera (Elephas maximus), harimau sumatera (Panthera tigris),
siamang (Hylobates syndactylus), beruang madu (Helarctos malayanus), dan ditemukan juga
berbagai jenis burung diantaranya 5 jenis burung rangkong. Beberapa flora yang langka dan
endemik yang berada di kawasan Highland Park Kerinciyaitu pinus kerinci (Pinus merkusii strain
Kerinci), kayu pacat (Harpulia arborea), bunga Rafflesia (Rafflesia arnoldi dan R. hasseltii) dan
bunga bangkai (Amorphophallus titanum dan A. decussilvae).Beberapa jenis tumbuhan obat
yang biasa digunakan masyarakat sekitar kawasan antara lain paku gajah, akar tik ulat, akar
kepuh, pinang, kunyit, akar sepakis, ubi itam dan lain-lain.Beberapa jenis anggrek antara lain
Spathoglotis plicata, Pholodita articulata, Calanthe triplicata, C. plava, Coelogyne pandura, C.
suiphorea, Dendrobium crumenatum, Dianela ensifolia, Diplocaulobium, Phaleonopsis sp dan
renanthera sp.

Paleobotani Park Merangin


Kawasan Paleobatani Park Merangin, berdasarkan bentuk bentang alam dan asosiasi batuan
penyusun (Vessel and Davies, 1981), maka posisi kawasan Paleobotani Park Merangin berada
pada medial fasies. Secara sedimentologi atau vulkanologi fisik, endapan batuan Perm yang
berumur eolian yang tersingkap mulai dari fasies medial sampai fasies distal dapat dirunut
perubahan secara bertahap mengenai tekstur dan struktur sedimen. Tekstur batuan klastika
gunung api menyangkut bentuk butir, ukuran butir, dan kemas. Karena efek abrasi selama
proses transportasi maka dari fasies medial ke fasies distal bentuk butir berubah mulai dari
sangat meruncing - meruncing
sampai membundar - sangat
membundar. Ukuran butir juga
berubah dari fraksi sedang sampai
dengan halus - sangat halus.
Hubungan antara butir fraksi sedang
di daerah fasies medial pada
umumnya membentuk kemas yang
beragam mulai dari tertutup
kemudian berubah menjadi kemas
terbuka di fasies medial sampai
distal.

Kondisi tersebut akan


mempengaruhi pada kondisi sifat
fisik tanah di sekitar kawasan
paleobotani park merangin yang kaya akan mineral hasil dari lapukan batuan vulkanik sehingga
akan berpengaruh juga pada karakteristik hayati yang berkembang di daerah ini, terutama pada
keragaman tumbuhan. Keanekaragaman flora di kawasan Paleobotani Park Merangin cukup
tinggi, kurang lebih 4.000 jenis flora dan didominasi oleh suku lauraceae, fagaceae, meliaceae,
podocarpaceae, myrtaceae, cluciaceae, dandipterocarpaceae. Berdasarkan ketinggian
tempatnya, tipe-tipe vegetasi dapatdikelompokkan menjadi 4 tipe, yaitu :
Tipe vegetasi dataran rendah (200-600 m dpl) didominasi oleh familidipterocarpaceae dan
leguminoceae. Misalnya bunga bangkai (Amorphophalus sp.) dan Rafflesia sp.
Tipe vegetasi hutan pegunungan (600-1.500 m dpl) didominasi oleh familidipterocarpaceae,
lauraceae, myrtaceae, palmae, dan orchidaceae. Spesiesyang paling spesifik Pinus merkusii
Strain Kerinci (kayu sigi) dan Harpuliaarborea Rodik (kayu pacat).
Tipe vegetasi montana (1.500-2.500 m dpl) didominasi oleh famililauraceae,myrtaceae, dan
podocarpaceae. Hutan Montana dengan satu lapisan tajukdengan tinggi 10-20 m. Pohon dan
cabang ditumbuhi lumut.
Tipe vegetasi sub alpin (2.500-3.500 mdpl) didominasi oleh famili eritaceae,tundra,anggrek
dan lumut.

Kekayaan jenis satwa vertebrata di kawasan hutan desa Merangin yaitu herpetofauna sebanyak
91 jenis, yang terdiri dari 48 jenis amfibi dan 43 jenis reptil; burung sebanyak 221 jenis yang
terdiri dari 46 suku; dan mamalia sebanyak 83 jenis yang terdiri dari 9 ordo/bangsa.

Satwa vertebrata yang termasuk kategori penting yaitu herpetofauna sebanyak 18 jenis yang
terdiri dari 6 jenis masuk dalam perlindungan IUCN (3 jenis vulnerable dan 3 jenis near
threatened), 5 jenis masuk dalam perlindungan CITES apendiks II dan 9 jenis merupakan jenis
endemik Sumatera; burung sebanyak 88 jenis yang terdiri dari 46 jenis masuk dalam
perlindungan IUCN (4 jenis vulnerable dan 40 jenis near threatened); 24 jenis masuk dalam
perlindungan CITES (1 jenis apendiks I dan 23 jenis apendiks II); 41 jenis masuk dalam
perlindungan oleh pemerintah Indonesia, 3 jenis merupakan burung endemik Sumatera dan 4
jenis merupakan burung migran; mamalia sebanyak 39 jenis yang terdiri dari 20 jenis masuk
dalam perlindungan IUCN (11 jenis vulnerable, 9 jenis endangered dan 12 jenis near
threatened); 15 jenis masuk dalam perlindungan CITES (6 jenis apendiks I dan 9 jenis apendiks
II); 18 jenis masuk dalam perlindungan oleh pemerintah Indonesia. Terdapat dua ancaman yang
ditemukan di kawasan yaitu ancaman langsung terhadapsatwa vertebrata seperti perburuan liar
dan ancaman tidak langsung berupa kerusakanhabitat (perambahan hutan, illegal loging)

Rana Naja
debuss Sumatran

Trimeresurus
hageni

Symphalangus Callosciurus Chalcophaps


syndactylus notatus indica

Geological and Cultural Park Sarolangun


Segmen Geological and Cultural Park Sarolangun ini berada di Kabupaten Sorolangun
berdasarkan situs geologi memiliki 3 karakteristik yaitu bentang alam kars, bentang alam danau
dan perbukitan, dan jejak tektonik mayor dan minor Sumatera yang merupakan amalgamasi dari
kedua lempeng eurasian dan gondwana. Dari ketiga karakteristik situs geologi yang berbeda
tersebut, maka terdapat pula 3 karakteristik hayati yang merupakan interaksi geologi dengan
keragaman hayati yang dimiliki oleh segmen ini.

Kawasan karst yang terdiri dari beberapa bukit karst yaitu Bukit Bulan, Bukit Petak, Bukit
Gedong, Bukit Tengah dan Bukit Mentang yang sangat mengagumkan dengan flowstone, goa
sepanjang 1,5 km yang menghubungkan dusun Dalam dan dusun Duri, sungai bawah tanah,
yang merupakan hulu sungai Batanghari, dikelilingi hutan lindung rain forest dengan aneka
satwa langka dan tumbuhan langka, salah satunya yang berkembang di sana adalahburung
walet (sarang burung walet). Keanekaragaman hayati ekosistem karst dan gua sangat spesifik
dan terbatas. Spesies yang hidup di kawasan karst telah beradaptasi pada lingkungan tinggi
kadar kalsium dan tahan akan kekeringan selama beberapa bulan. Ada pula spesies yang hanya
terdapat di beberapa gua saja, bahkan ada beberapa spesies yang ditemukan hanya pada bukit-
bukit tertentu atau gua tertentu dari suatu kawasan karst yang luas. Terdapat pula beberapa jenis
hewan penghuni gua lainnya yang sudah beradaptasi total pada kegelapan abadi interior gua.
Binatang khas gua ini (tergolong troglobit atau troglobio) memiliki nilai ilmiah tinggi karena
merupakan obyek studi banding proses evolusi binatang, khususnya dalam gua di daerah tropika
yang pernah dianggap tidak mungkin mengevolusi binatang-binatang khas gua ini.

Keunikan keanekaragaman hayati kawasan karst disebabkan karena binatang-binatang maupun


tumbuhan-tumbuhan di kawasan karst tersebut persebarannya sangat terbatas dan telah
berhasil beradaptasi pada lingkungan batu gamping yang gersang. Karenanya, sekali terganggu,
maka mereka tidak dapat beradaptasi kembali pada lingkungan yang berubah. Misalnya
hilangnya vegetasi akibat polusi udara atau air, punahnya tanaman endemik yang bernilai
ekonomi tinggi seperti kayu jati (tectona gradis), kayu cendana (santalum album), mahoni
(swietenia mahagony) yang sering dikorbankan untuk industri semen atau punahnya jenis
binatang akuafauna khas karst (ikan, udang, kepiting darat, dsbnya) yang sering punah akibat
limbah yang mengotori air karst.

Karakteristik geologi bentang alam danau dan perbukitan, serta jejak tektonik mayor dan minor
Sumateradi Segmen Geological and Cultural Park Sarolangunsebagian besar berada pada areal
Taman Nasional Bukit Dua Belas.. Secara geografis terletak di antara 102 031'37" - 102048'27"
Bujur Timur dan antara 1044'35" - 2003'15" Lintang Selatandengan kondisi topografi berupa
perbukitan dataran rendah berada pada ketinggian + 30 - 430 m dpl.Taman Nasional Bukit Dua
Belas merupakan kawasan lindung yang mempunyai keunikan tersendiri, karena keberadaannya
tidak terlepas dengan kehidupan masyarakat tradisional/Orang Rimba yang terdapat didalam
dan sekitar kawasan taman nasional untuk mencari kehidupan sehari-hari seperti rotan, damar,
kayu gaharu, dll.

Taman Nasional Bukit Dua Belas memliki berbagai jenis flora


dan fauna, baik yang dilindungi maupun yang langka dan
sumber obat-obatan.Jenis Mamalia Langka:Harimau (Panthera
tigris sumatrensis), Beruang (Helarctos malayanus), Kancil
(Tragulus napu), dan lain-lain. Jenis Burung Langka : Elang
Ular Bido (Spilornis cheela), Enggang Klihingan (Anorrhinus
amictus), Seluloyok (Anthracoceros malayanus), Rangkong
Badak (Buceros rhinoceros), Buhung Gading (Buceros vigil),
Paok Delima (Pitta granatina), dan Tiung (Gracula
religiosa).Selain jenis mamalia dan burung langka tersebut di
atas terdapat jenis lainya seperti: Ayam Hutan (Galus galus), Biawak (Varanus salvator), Kijang
(Muntiacus muntjak), Nangoi (Sus barbatus), dan lain lain. Jenis Flora yang terdapat di taman
nasional, antara lain: Jelutung (Dyera costulata), Getah Merah (Palaquium spp), Pulai (Alstonia
scolaris), Kempas (Koompassia excelsa), Rumbai (Shorea spp), Cendawan Muka Rimau
(Rafflesia hasseltii), Jemang atau Palem darah Naga (Daemononorops draco), dan lain-
lain.Taman nasional Bukit Dua Belas memiliki jenis-jenis flora yang dapat digunakan sebagai
obat-obatan seperti: Cendawan Balus (Pycnoporus sp), Tubo kayu, Tuno Akar, Tembalau, Paku
Balus, Selusuh Kayu, Selusuh Akar, Akar Penyegar (Smilax zeylanica), Terap, Rotan Sio, Tunam
dan Sentubung.

Gondwana Park Pegunungan TigaPuluh

Gondwana Park Pegunungan Tiga Puluh berada pada kawasanTaman Nasional Bukit Tigapuluh
(TNBT) merupakan taman nasional yang terletak di perbatasan antara Propinsi Riau dan
Propinsi Jambi. Dilihat dari jenisnya, TNBT adalah ekosistem hutan hujan tropika dataran rendah
(lowland tropical rain forest), kawasan ini merupakan peralihan antara hutan rawa dan hutan
pegunungan dengan ekosistem yang unik dan berbeda dibandingkan dengan kawasan taman
nasional lainnya yang ada di Indonesia.Bukit Tigapuluh merupakan hamparan perbukitan yang
terpisah dari rangkaian pegunungan Bukit Barisan terletak di perbatasan Provinsi Jambi dan
Riau, daerah ini merupakan daerah tangkapan air (catchment area) sehingga membentuk
sungai-sungai kecil dan merupakan hulu dari sungai-sungai besar di daerah sekitarnya.Dengan
potensinya tersebut, Kementerian Kehutanan RepubIik Indonesia menetapkan taman nasional
ini sebagai kawasan konservasi bagi flora dan fauna langka berdasarkan Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor 607/Kpts-II/2002 tanggal 21 Juni 2002. Selain itu, WWF (World Wildlife Fund),
menganggap TNBTmerupakan kawasan yang memiliki keragaman flora dan fauna yang paling
tinggi di Pulau Sumatra.

Beberapa jenis fauna yang dapat dijumpai di Taman Nasional Bukit Tigapuluh antara lain :
Harimau Sumatera, Beruang Madu, Tapir, Siamang, Kancil, Babi Hutan, Burung Rangkong,
Kuaw, dan berbagai jenis satwa lainnya.Sedangkan jenis flora langka yang diduga endemik di
kawasan tersebut adalah Cendawan Muka Rimau (Rafflesia haseltii).

Keistimewaan lainnya dari kawasan TNBT adalah sebagai tempat tinggal Suku Talang Mamak
dan Suku Kubu, dua suku yang dianggap sebagai keturunan ras Proto-Melayu. Menurut data
yang dikeluarkan Pemerintah Propinsi Riau pada tahun 2001, jumlah orang Talang Mamak
terbilang sangat sedikit, yaitu hanya 164 jiwa, yang tersebar di dusun-dusun seperti
Rantaulangsat, Airbaubau, Nanusan, dan Siamang. Sedangkan jumlah Suku Kubu sampai saat
ini belum diketahui secara pasti, karena hidupnya yang berpindah-pindah dan berpencar-
pencar.Kehidupan suku-suku asli di kawasan TNBT merupakan daya tarik pariwisata tersendiri.
Suku-suku tersebut merupakan fenomena geo-eco-culture yang menarik untuk dipelajari,
terutama bagaimana cara mereka berinteraksi dengan alam. Suku-suku tersebut sangat
tergantung dengan hutan, sehingga hutan bagi mereka adalah bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan mereka. Dilihat dari cara mereka berinteraksi dengan alam, suku-suku
asli tersebut sangat ramah terhadap ekosistem hutan. Masyarakat sekitar (terutama Suku Talang
Mamak) percaya, bahwa bukit dan tumbuhan yang ada di Taman Nasional mempunyai kekuatan
magis dalam kehidupan mereka. Secara tidak langsung mereka ikut berpartisipasi aktif dalam
menjaga dan melindungi bukit atau tumbuhan di Taman Nasional

C.4.3.5. Geologi dan budaya


Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap kebudayaan di sekitar Kawasan Geopark
Merangin Jambi seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya, menunjukan bahwa
kebudayaan di kawasan ini berawal sejak jaman mesolitikum akhir dan jaman megalitikum yang
berada di dataran tinggi jambi (sekarang kabupaten Kerinci dan sebagian Kabupaten Merangin).
Peninggalan zaman Megalitikum yang berada di kawasan Geopark Merangin Jambi adalah batu-
batu berupa dudukan kursi, bangku, batu pintu atau menyerupai gapura, Tungku atau altar dan
sarkofagus yang kesemuanya diperkirakan hanya melalui proses pemahatan sangat sederhana
dan kasar. Batu-batu tersebut ditemukan banyak tersebar di daerah berbukit-bukit atau dataran
tinggi di berbagai kecamatan dalam kabupaten Kerinci maupun kota Sungaipenuh seperti di
kecamatan Gunung Raya, Keliling Danau, Batang Merangin, Sitinjau Laut, Danau Kerinci,
Kumun-Debai. Dalam perjalanan perkembangan peradaban berikutnya lebih muda dapat
ditemukan pula batu-batu Seilindrik dan batu bergambar, juga menhir-menhir dan goa-goa.
Semua itu diyakini dari perkakas yang digunakan sudah semakin maju berupa kapak, pahat, baji
dan beliung dari besi. Ditinjau dari kondisi geologi di dataran tinggi jambi tersebut menunjukan
bahwa karaketristik geologi daerah tersebut merupakan daerah vulkanik yang berasal dari
kompleks gunung Kerinci yang merupakan bagian dari paparan pegunungan bukit barisan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa artefak peninggalan jaman megalitikum terbuat dari batuan
beku berupa andesit, obsidian, dan piroklastik. Batuan tersebut tersingkap setempat di dataran
tinggi jambi. Manusia prasejarah sudah memanfaatkannya sejak puluhan ribu tahun lalu. Hal
tersebut menunjukkan hubungan antara manusia dengan sumber daya alam di sekitarnya, yang
terjadi sejak ribuan tahun lalu.

Menurut catatan bangsa Cina pada abad ke-3 sesudah masehi menunjukan bahwa telah
terdapat kota dagang atau kerajaan kecil di daerah Muaratebo sekarang. Keramik dari dinasti
Han telah ditemukan di wilayah Bukit Barisan. Penemuan keramik dinasti Han itu menunjukkan
bahwa telah ada interaksi penduduk setempat dengan dunia luar, kemungkinan hubungan
dagang, antara wilayah daratan Cina bagian selatan dengan pulau Sumatra. Hubungan itu
kemungkinan besar melewati jalan laut, yaitu Laut Cina Selatan dan Selat Malaka. Catatan Cina
juga melaporkan tentang perjalanan I-tsing dari daratan Cina ke Palembang dalam abad ke-7
sesudah Masehi, di mana dalam perjalanan itu I-tsing singgah di Melayu (Jambi) untuk kemudian
meneruskan perjalanannya ke India. Nampaknya sejak abad ke-2 sebelum Masehi hingga abad
ke-7 sesudah Masehi telah ada jalur penghubung antara daratan Cina dengan India melalui
Selat Malaka, dan jalur penghubung laut utama tersebut dapat diteruskan ke berbagai wilayah di
kanan-kiri selat, sebagai contoh ke daerah Palembang dan Jambi di Sumatra serta ke Kedah
dan Malaka di Semenanjung Malaya (Malaysia). Khususnya tentang daerah Jambi, kalau
disebutkan bahwa di wilayah Muaratebo telah berdiri kota dan atau Kerajaan Tsu-bo (Tse-bo)
maka jalan ke daerah itu kemungkinan besar melalui wilayah daerah aliran Sungai Batanghari.
Sungai ini hingga sekarang merupakan jalur penghubung penting antara wilayah pedalaman
Jambi dengan daerah pantai. Dapat diambil kesimpulan bahwa sungai merupakan jalur
hubungan wilayah propinsi Jambi sejak berabad-abad.

Melihat apa yang dipaparkan di atas itu maka penelusuran riwayat Sungai Batanghari
merupakan upaya dasar untuk mempelajari geoarkeologi propinsi Jambi. Alur Sungai Batanghari
bermula dari Bukit Barisan. Malalui lembah dan celah yang curam sungai yang besar itu
mengalir ke arah timur dan tenggara menuju Selat Malaka. Untuk alur sungai besar seukuran
Batanghari memerlukan adanya lembah dan atau celah yang besar juga untuk dapat dilalui
alirannya. Terjadinya lembah dan celah yang besar itu berkaitan dengan proses-proses geologi.
Pegunungan Bukit Barisan terjadi karena suatu proses geologi bersifat orogenesa. Proses ini
berupa suatu pengangkatan sedimen serta batuan yang dulunya berada di bawah mukalaut ke
atas, hingga berbagai bahan itu berupa pegunungan yang tinggi seperti dapat dilihat sekarang.
Proses orogenesa itu terjadi pada kala Kapur Akhir (+55-60 jtl). Proses pengangkatan itu disebut
orogenesa Larami.Sesungguhnya, dalam salah satu konsep geologi yang disebut tektonik
lempeng, fenomena geologi seperti Bukit Barisan itu dinamakan sebagai suatu anjakan
(antiklin/sinklin), dalam hal ini anjakan naik (antiklin) karena memang pegunungan tersebut
dianggap terangkat (naik). Kedudukan anjakan (antiklin) itu sejajar dengan poros panjang
Sumatra.

Alam selalu berusaha untuk menciptakan suatu proses yang menuju ke suatu keadaan
seimbang, yang disebut dengan isostasi. Berkaitan dengaan anjakan naik Bukit Barisan, di
samping kanan dan kiri pegunungan itu ada bagian yang turun. Di samping yang turun
ditemukan anjakan naik lagi, dan begitu seterusnya. Dilihat dari sudut geologi global anjakan-
anjakan tersebut terbentuk karena adanya tumbukan berbagai kerak (lempeng) bumi. Ada
lempeng samudera, yang tersebut pertama berupa daratan sedang yang kedua berupa dasar
samudera. Proses tumbukan antara kedua lempeng yang berjalan terus tanpa hentinya
menyebabkan berbagai sedimen dan batuan yang terdapat di antaranya menjadi terlipat dan
kemudian berbentuk anjakan naik dan anjakan turun (sinklin). Itu sebabnya arah poros panjang
anjakan naik dan yang turun kurang lebih sejajar dengan batas tepian lempeng yang
bertumbukan itu. Sehubungan dengan yang diutarakan di atas,di propinsi Jambi terdapat urutan
kedudukan anjakan naik dan anjakan turun dari arah barat ke timur sebagai berikut: anjakan naik
Bukit Barisan, anjakan turun wilayah antara Muarabungo-Simpang, anjakan naik Paritculum, dan
anjakan turun Muarasabak.

Anjakan naik Parit Culum memiliki areal yang sempit dan tidak tinggi seperti halnya anjakan naik
Bukit Barisan. Hal ini disebabkan karena proses pengangkatan terhadap anjakan naik ini tidak
begitu kuat seperti halnya Bukit Barisan, sehingga dengan demikian elevansinya tidak tinggi
serta arealnya tidak luas. Ditambah lagi bahwa anjakan naik Parit Culum tertutup oleh endapan
rawa. Jika anjakan naik berupa suatu pegunungan atau tinggian maka anjakan turun berupa
cekungan, yang di dalamnya mana terendapkan berbagai sedimen dan batuaan. Dalam kaitan
ini endapan yang terbentuk berumur Tersier dan Kuarter.Melihat sifat sedimen yang terendapkan
dalan anjakan turun Muarabungo-Simpang, yakni di antara anjakan naik Bukit Barisan dan Parit
Culum, bersifat lautan dangkal dan rawa serta sungai maupun daratan maka diambil kesimpulan
bahwa areal anjakan turun itu dahulunya bersifat lautan dangkal yang lama-kelamaan menjadi
dangkal sebagai rawa-rawa, untuk selanjutnya berubah menjadi daratan.

Pendangkalan cekungan Muarabungo-Simpang di atas nampaknya tidak hanya disebabkan oleh


proses geologi berupa pengangkatan tetapi juga dikarenakan fenomena naik-turunnya mukalaut
yang terjadi di kala Plestosen (2 juta dan 10.000 jtl). Selama kurun waktu tersebut, terjadinya
proses naik turun mukalaut adalah sebagai akibat adanya jaman es, disebut juga sebagai jaman
glasial, yang melanda bumi ini. Dengan kata lain pendangkalan cekungan Muarabungo-
Simpang lebih disebabkan oleh faktor-faktor klimatologi daripada geologi. Selama kurun waktu
itu terjadi empat kali jaman es, dari yang tua ke yang muda: Gunz, Mindel, Riss dan Wurm yang
masing-masing dipisahkan oleh jaman antar-es (antar-glasial). Penurunan mukalaut pada kala
Plestosen itu menyebabkan seolah-olah pegunungan Bukit Barisan menjadi relatif bertambah
tinggi. Demikian pula anjakan naik Parit Culum yang selain bertambah tinggi juga lebih luas
arealnya, sehingga tinggian itu berubah menjadi semacam tanggul yang mencegah lautan
masuk ke dalam wilayah Muarabungo-Simpang. Wilayah ini kemudian berubah sifatnya dari
lautan dangkal menjadi daerah rawa-rawa. Anjakan naik berupa tanggul Parit Culum tersebut
merupakan rintangan bagi aliran sungai yang mengairi wilayah anjakan turun Muarabungo-
Simpang berupa rawa-rawa ke arah Selat Malaka. Asumsi itu dapat ditunjukan dari arah aliran
Sungai Tungkal dan Batanghari di tempat dekat dengan muaranya yang masing-masing
mengalir agak sejajar dengan arah panjang anjakan naik Parit Culum. Dengan kata lain
kekuatan kedua sungai itu terlalu lemah untuk menerobos atau memotong anjakan naik Parit
Culum, oleh sebab itu keduanya terpaksa mengitari tanggul ini.

Mungkin padasaat salah satu masa naiknya mukalaut, lautan mencapai wilayah anjakan turun
Muarabungo-Simpang,sehingga daerah ini kembali berubah menjadi lautan dangkal, dan
mungkin menjadi rawa. Anjakan naik Parit Culum berupa tanggul menjadi relatif lebih rendah
juga sehingga dapat diterobos oleh sungai Tungkal dan Batanghari. Kedua sungai berobah
menjadi sungai-sungai yang lebih lebar dan berkelok-kelok (meander). Pada kala itulah
kemungkinan besar jalur pelayaran yang dulunya terpaksa mengitari tanggul Parit Culum
kemudian dapat diterobos oleh jalur pelayaran. Jika asumsi tersebut benar maka penerobosan
jalur pelayaran langsung dari Selat Malaka ke daerah pedalaman Jambi terjadi antara 2 abad
sebelum Masehi dan abad ke-3 Sesudah Masehi. Hal tersebut diperkuat dengan ditemukannya
keramik Cina dari tradisi dinasti Han di wilayah Kerinci dan Bengkulu. Dengan kata lain jalur
perdagangan wilayah Jambi dengan Cina telah mulai terbuka di kala itu. Mungkin wilayah
anjakan turun Muarabungo-Simpang yang berupa laut dangkal dan rawa- rawa itulah yang
disebut dengan Teluk Wen. Melihat paleogeografi kala itu, memang teluk purba ini menjorok jauh
sampai ke pedalaman Jambi.Disebutkan pula dalam tulisan Cina bahwa di bagian selatan Teluk
Wen ada suatu pulau yang dihuni oleh kelompok manusia berkulit hitam dan bergigi kuning,
yang juga mengadakan perdagangan secara tukar-menukar (barter) dengan para pelayar. Pulau
itu mungkin yang disebut dengan nama PuLei dalam tulisan Cina tersebut. Kini satu-satunya
tempat yang tinggi di bagian selatan daerah Muarabungo-Simpang adalah yang disebut dengan
Pegunungan Duabelas. Hingga sekarang pegunungan itu dihuni oleh kelompok penduduk yang
dinamakan Suku Anak Dalam. Selanjutnya lebih ke arah barat pedalaman Teluk. Wen telah
berdiri kerajaan atau kota kerajaan atau kota pelabuhan benama Chu-po atau Ce-po (Tebo,
Muaratebo).

Tentang nama Zabag sendiri belum dapat ditelusuri di mana Iokasinya, namun disebutkan
bahwa di depan tempat itu terdapat tiga pulau. Jumlahnya pulau itu tidak begitu penting dalam
asumsi ini mengingat pulau-pulau kecil dapat hilang oleh pasangnya ombak atau oleh arus laut
yang di Selat Malaka relatif sangat kuat. Namun mungkin kebetulan saja bahwa nama Zabag
mirip dengan Muarasabak di mana di tempat itu sekarang masih terdapat pulau-pulau di
muaranya Batanghari. Jadi mungkin jalur pelayaran pada kala itu bermula dari arah Selat Malaka
melalui Zabak (Muarasabak) dengan pulau-pulaunya, untuk kemudian masuk ke Teluk Wen
dengan pulau Pu-lei dan selanjutnya sampai di Chu-po.Diutarakan di atas bahwa sungai Tungkal
di kala itu juga diperkirakan sebagai jalan masuk dari Selat Malaka ke wilayah pedalaman Jambi.
Tidak banyak yang diketahui dari daerah maupun alur sungai Tungkal yang ditulis oleh bangsa
Cina. Namun suatu penemuan berupa topeng di daerah Kualatungkal yang bentuknya mirip
dengan topeng suku bangsa Etrusk, penghuni wilayah Laut Tengah, mungkin menunjukkan
bahwa ada kemungkinan suku bangsa itu sudah mampu berlayar dari daerah Laut Tengah
hingga wilayah Jambi. Penting untuk dikemukakan di sini bahwa topeng itu berupa topeng untuk
menutupi wajah seseorang yang meninggal dunia (death-mask).Ada satu hal lagi yang patut
dikemukakan berkaitan dengan adanya nama Bukit Siguntang,yang dikatakan bahwa bangsa
Hindu mendarat di tempat itu. Di sebelah utara wilayah yang diperkirakan sebagai Teluk Wen
sekarang ditemukan suatu tempat yang tinggi yang disebut dengan Bukit Siguntang. Mungkin
adalah suatu kebetulan juga bahwa menurut analisa foto udara di bagian utara daerah yang
dianggap sebagai Teluk Wen terdapat suatu tinggian berbentuk bukit, yakni Bukit Siguntang.
Proses orogenesa terhadap wilayah propinsi Jambi nampaknya masih berlanjut hingga
sekarang. Hal itu dapat disimpulkan dari adanya 3-4 undak sungai di lembah sungai Batanghari
yang sekarang. lni menunjukkan bahwa setelah abad ke-10 endapan Teluk Wen masih
mengalami sebanyak 3-4 kali pengangkatan hingga terbentuk 3-4 undak sungai tersebut.
Penjelasan tersebut diatas menunjukan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara proses
geologi dengan kebudayaan yang berkembang di Kawasan Geopark Merangin Jambi dan
sekitarnya.

D. AKTIVITAS EKONOMI DAN PERENCANAANNYA


Perolehan dan pengembangan pengetahuan, peningkatan terhadap akses untuk kehidupan dan
pengelolaan sumber daya alam dianggap sebagai faktor penting dalam kehidupan masyarakat
disuatu daerah, tetapi tidak secara otomatis akan meningkatakan pertumbuhan ekonomi daerah
tersebut. Oleh karena itu peran Geopark Merangin Jambi diharapkan tidak hanya memiliki
makna sebagai keunikan dan kekayaan jejak geologi, arkeologi, keragaman hayati, kekhasan
budaya masyarakat tetapi harus juga memperhatikan pertumbuhan dan keberlanjutan
pembangunan ekonomi kewilayahaan dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang
ditunjukan oleh angka Produk Domestik Ragional Bruto (PDRB) serta dijelaskan melalui
berbagai indikator yang ada, diantaranya Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Pertumbuhan dan keberlanjutan pengembangan ekonomi kewilayahaan dengan meningkatnya


kesejahteraan masyarakat ini akan menjadi parameter dari perkembangan Kawasan Geopark
Merangin Jambi dengan secara mudah dapat digambarkan bertambahnya lapangan kerja,
tingkat kesehatan masyarakat yang baik, tingkat pendidikan yang makin tinggi, sarana &
prasarana memadai, dengan jumlah kunjungan pada Kawasan Geopark Merangin Jambi terus
bertambah.

Pengembangan ekonomi wilayah dimaksud adalah berupa beberapa aktifitas yang terintergrasi
dan berkelanjutan (sustainable and integrated) dalam perencanaan pengembangan dan
penguatan Geopark Merangin Jambi. Pendekatan yang komperhensif dibutuhkan bukan saja
karena keseluruhan aspek dalam pengembangan Geopark saling terkait, melainkan terhubung
dengan lingkungan alamiah dan area kemasyarakatan. Oleh karenanya pengembangan
Geopark Merangin Jambi memerlukan dukungan perencanaan dalam lingkup nasional dan
regional serta dalam menganalisis perencanaan, memformulasikan kebijakan, mendesain
pembangunan, mempertimbangkan dampak maupun menstaregikan serta mengimplematasikan
tourism plan.

D.1. Aktivitas Ekonomi di Kawasan Geopark Merangin Jambi


Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi tergolong tinggi. Tahun 2010 (7.3%) dan tahun 2011
(8.5%), pertumbuhan ekonomi merupakan yang tertinggi di Sumatera dan berada di atas
pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2012, di tengah anjloknya pasaran komoditi
unggulan Provinsi Jambi (karet, sawit, dan batubara), pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi
masih tinggi, 2012 yakni 8,1% .

Tabel : Laju Pertumbuhan Ekonomi Triwulan 1 - 2013


Sumber: Kajian Ekonomi Regional Propinsi Jambi, Triwulan I-2013, Bank Indonesia

Ketenagakerjaan Daerah
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di provinsi Jambi terus mengalami peningkatan.
Sementara itu, tingkat penangguran terbuka mengalami penurunan periode Februari 2012 4.02%
menjadi 3.65% pada Agustus 2012. Jumlah pengangguran 2011 sebanyak 60.2 ribu, 2012
menurun menjadi 56.6 ribu, sementara itu, jumlah pekerja mengalami peningkatan yaitu dari
1.435,0 ribu di 2011 menjadi 1.494.4 ribu di tahun 2012.

Tabel. Jumlah Partisipasi Agkatan Kerja

No Kegiatan Utama 2010 5.392011 2012

1 Penduduk 15 2.350 2.210 2.235


2 Angkatan Kerja 1.546 1.495 1.551
Bekerja 1.462 1.435 1.494
Penganggur 83 60 57
2 Bukan Angkatan Kerja 804 714 684
3 Tingkat Partisipasi 66.78 67.67 69.40
Angkatan Kerja (%)
4 Tingkat Pengangguran 5.39 4.02 3.65
Terbuka (%)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jambi 2012

Meningkatnya jumlah pekerja disebabkan meningkatnya pekerja di sektor pertanian,


perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan. Diikuti dengan sektor jasa Kemasyarakatan,
sosial dan perorangan. Penyerapan tenaga kerja di Jabi didominasi oleh sektor pertanian,
perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan yang mencapai 840,4 ribu orang (56,24%)
diikuti sektor perdaganagn, rumah makan dan jasa akomodasi yang mencapai 235.7 ribu orang
(15.77%)

N Lapangan Pekerjaan Utama 2010 2011 2012


o

1 Pertanian, perkebunan, kehutanan, 810.9 770.8 840.4


perburuan dan perikanan

2 Industri 50.0 48.8 46.6

3 Perdagangan, rumah makan dan jasa 230.1 231.2 235.7


akomodasi

4 Jasa kemasyarakatan , sosial dan 217.0 214.7 226.6


perorangan

5 Lainnya 154 169.5 145.1

Total 1.462.4 1.435.0 1494.4


Tabel Pekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama
Sumber : Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jambi 2012

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).


Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi pada tahun 2012
meningkat sebesar 7,44 persen dibanding tahun 2011. Peningkatan ini didukung oleh semua
sektor ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor Bangunan sebesar 16,16
persen. Pertumbuhan terkecil terjadi pada sektor Pertambangan dan Penggalian dengan laju
sebesar 2,62 persen.

Perekonomian Provinsi Jambi yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku pada
tahun 2012 mencapai Rp.72.654,2 milyar, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan tahun
2000 pada tahun 2012 sebesar Rp.20.373,5 milyar.Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2012 yang
sebesar 7,44 persen didukung oleh sumber pertumbuhan utama pada sektor Pertanian sebesar
2,24 persen, diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 1,76 persen. PDRB
per kapita Provinsi Jambi tahun 2012 sebesar Rp.22,3 Juta atau setara dengan 2.381 US$.
Angka PDRB per kapita ini meningkat 11,5 persen dibanding tahun 2011 yang sebesar Rp.
19.986 Juta atau setara 2.136 US$.

Tabel: Andil PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Prop.Jambi


Indeks Pembangunan Manusia
Berdasarkan data sensus penduduk di enam (6) Kabupaten pada deliniasi Kawasan Geopark
Merangin Jambi, dalam memenuhi kebutuhan hidup mayarakat terbagi dalam berbagai jenis
pekerjaan. Klarifikasi pekerjaan dar masyarakat tersebut, dibagi dalam 9 (sembilan) jenis sektor
pekerjaan. Kesembilan sektor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas & Air Bersih
5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
7. Pengangkutan dan Komunikasi
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
9. Jasa - jasa

Dari kesembilan sektor usaha yang sekaligus mengklasifikasi jenis pekerjaan yang ditekuni
masyarakat secara umum masih didominasi oleh sektor pertanian, Perkebunan, Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan. Sektor usaha juga mempunyai peranan penting dalam mendukung
usaha, adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini juga mempunyai peranan
cukup besar dalam menampung usaha masyarakat.

Tabel Indeks Pembangunan Manusia Kawasan Geopark Merangin Jambi


Angk Rata- Pengeluara
Angka
Provinsi/ a rata n Perkapita
Harapa
Kabupate mele Lama Riil yang IPM
n
n/ Kota k Sekola disesuaika
Hidup
Huruf h n
Provinsi 73,3
69,25 96,16 8,05 637,60
Jambi 0
74,7
Kerinci 70,96 97,25 8,20 639,64
6
72,4
Merangin 68,61 97,52 7,55 631,42
0
Sarolangu 73,0
69,57 94,97 7,32 642,92
n 8
Tanjung
73,2
Jabung 69,87 97,93 7,58 631,78
4
Barat
72,3
Tebo 69,24 94,93 7,41 634,36
0
72,5
Bungo 67,54 96,33 8,16 638,02
0
Sumber : Biro Pusat Statistik Propinsi Jambi,
Pemutakhiran Terakhir (Selasa, 15 Januari 2013 02:08)

Aktivitas perekonomian masyarakat, terutama segmen masyarakat kecil dan menengah dapat
tergambarkan pada pemerdayaan perkoperasian. Jumlah koperasi d Propinsi Jambi tahun 2011
sebanyak 3.306 unit, 916 unit diantaranya tersebar di :

Tabel Jumlah Koperasi di Provinsi Jambi 2011 dan 4 Kabupaten

N
Provinsi / Kabupaten 2010 2011
o
1 JAMBI 3.306
2 Kerinci 126
3 Merangin 260
4 Sarolangun 211
5 Tanjung Jabung Barat 319
6 Tebo
7 Bungo
Sumber : Sumber Data: Pembangunan Manusia Berbasis Gender Tahun 2005-2012
Kerjasama BPS dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

D.2.Fasilitas yang sudah ada dan yang direncanakan

Fasilitas yang sudah ada didalam kawasan Geopark Merangin Jambi adalah :

1. Kantor/sekretariat Geopark, sebagai alamat kontak dan pusat informasi

No Prop./Kab. Alamat Telephon PIC


Disbudpar Budidaya
1 Prop. Jambi Prop.Jambi, Jalan Guntur
H. Agus Salim Ujang
Kab. Kerinci
Desa Sanggaran
UPTD Danau Kerinci 081366522483 Jalalludin, S.Pd.
Agung
Desa Air Panas
UPTD Air Panas 081367639265 Edi Kurnain, S.Pd.
Baru
UPTD Aroma Pecco Desa Jernih Jaya 081366993126 Ispa Eliana, SE
2 Jl. Basuki Rahmat
0748-22250
Balai Besar TNKS 11, Sungai Penuh,
08127831366 Najamudin
Kerinci
Jl. Basuki Rahmat, H. Arlis Harun.
085380629282
Disporaparbud Kerinci Sungai Penuh, S.Pd.
082180032547
Kerinci Firmansyah, SE
Kab Merangin
Ujung Tanjung
Disporaparbud Merangin
3 Muara Mesumai
Sekretariat Geopark
085267136003 Doni Fadila
Merangin Jambi
4 Kab. Sarolangun
Kab. Tanjung Jabung
5
Barat

2. Posko/Kios Informasi Geopark Merangin Jambi di setiap sub segmen (desa), dibangun untuk
tujuan pusat informasi sub segmen, geo-education, geowisata, sekretariat pengelola sub segmen.
3. Interpretation panel di setiap situs geologi, dibangun untuk tujuan geoeducation dan geowisata
4. Information panel di setiap situs segmen, dibangun untuk tujuan geoeducation dan geowisata.
5. Museum Geopark Merangin Jambi yang berfungsi sebagai pusat informasi dan etalase kawasan
Geopark Merangin Jambi yang terletak di Kota Bangko dan Sungai Penuh.
6. Museum mini di setiap segmen Kawasan Geopark Merangin Jambi.
7. Sentra Industri kerajinandan kuliner di setiap segmen Kawasan Geopark Merangin Jambi.
8. Dermaga di Desa Guguk, Air Batu, Biuku Tanjung, Danau Kerinci, untuk mendukung
pengembangan geowisata dan ekowisata.
9. Peralatan rafting di Desa Air Batu untuk mendukung geowisata.Di Sungai Batang Merangin telah
tersedia 6 unit Landing Craft Rubber jenis Oval yang dikelola langsung oleh masyarakatDusun Air
Batu melaui Pengawal geopark Hampa di Desa Air Batu sebagai operator.
10. Pemandu Wisata, yang merupakan masyarakat sekitar yang dikelola langsung oleh masyarakat
desa setempat melalui koperasi setempat dan dikoordinir oleh pengelola Geopark tingkat
Kabupaten.
11. Infrastruktur jalan menuju lokasi-lokasi situs geologi, dibangun untuk mendukung geowisata.
12. Tempat parkir, toilet, warung makan, kios cinderamata, tempat anak bermain, dan camping
ground di beberapa lokasi situs geologi yang telah dikembangkan menjadi objek dan daya tarik
wisata.
13. Bahan informasi dalam bentuk cetakan (leaflet), buku saku (bookleat), dan website di beberapa
lokasi situs geologi yang telah dikembangkan menjadi objek dan daya tarik wisata, sebagai
sarana promosi.

Fasilitas yang direncanakan:


1 Meningkatkan sarana dan prasaranakawasan dalam mendukung pengembangan dan
pembangunan kawasan Geopark MeranginJambi serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi
masyarakat, diantaranya.:
a. Peningkatan jalan Simpang Markeh dan Simpang Guguk ke Dusun Air Batu sepanjang 11.3
km.
b. Pengaspalan Markeh Air Batu dan Air Batu Guguk sepanjang 9 km.
c. Peningkatan jalan penghubung antar segmen di Kawasan Geopark Merangin Jambi.
d. Pembanguan jembatan beton kearah Geopark sebanyak 6 unit
e. Pembangunan fasilitas view point di Kabupaten Kerinci, Kabupaten Merangin, dan beberapa
lokasi terpilih.
f. Peningkatan sarana dan prasarana Bandara Sultan Thaha, Bandara Bungo, dan Bandara
Depati Parbo sebagai salah satu gerbang masuk menuju kawasan Geopark Merangin Jambi.
g. Membangun kios-kios informasi di lapangan sebagai sarana promosi.
h. Pengadaan dan pemasangan Interpretation Panel sebanyak 20 buah, yang akan dipasang di
beberapa lokasigeosite, biosite, dan culture sitedi Kawasan Geopark Merangin Jambi.
i. Membangun beberapa centra (pusat) kebudayaan, souvenir,dan kuliner sebagai sarana
pemasaran geoproduct Geopark Merangin Jambi.
j. Memperbanyak bahan informasi, baik dalam bentuk cetakan (leaflet, booklet, peta perjalanan,
peta geopark) maupun website
2 Dalam rangka pembinaan Hutan Adat di kawasan, maka akan dibuat fasilitas:
a. Rumah pohon,
b. Petunjuk tracking dan
c. Papan informasi biodiversity.
3 Guna memenuhi kebutuhan pemandu wisata (interpreter) akan dilaksanakan melalui
pengembangan kompetensi individu berupa pelatihan dan pendampingan pemandu wisata
geopark & pemandu wisata arung jeram, yang disertai Sertifikasi pemandu wisata & pemandu
wisata arung jeram.
4 Penguatan kelembagaan Geopark Merangin Jambi melalui perluasan jaringan kerjasama dengan
berbagai pihak maupun peningkatan kualitas sumber daya manusia.

D.3. Analisis potensi geowisata di kawasan Geopark Merangin Jambi


Kawasan Geopark Merangin-Jambi mampu mengintegrasikan seluruh potensi sumber daya
alam (keunikan geologi, budaya, dan hayati) dengan tujuan meningkatkan upaya perlindungan
(konservasi) serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal dan regional yang berbasis pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Situs-situs geologi, biologi, dan budaya di kawasan
Geopark yang diusulkan, beberapa diantaranya telah dikembangkan sebagai objek wisata dan
sebagiannya lagi sedang dipersiapkan untuk dikembangkan sebagai objek dan daya tarik wisata
(ODTW). Kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka perlindungan terhadap keberadaan situs
dan menumbuhkan nilai ekonomi lokal melalui geowisatayangberdasarkan padacommunity
based tourism-CBT, serta berlandaskan pada aspek konservasi, pendidikan, dan pertumbuhan
ekonomi lokal maupun regional.

Beberapa situs geologi di segmen Highland Park Kerinci dan Paleobotani Park Merangin telah
dikelola dan dikembangkan oleh masyarakat setempat melalui kelompok pengawal Geopark
Merangin Jambi tingkat desa. Sub Segmen Jambi Flora yang merupakan salah satu ODTW di
Paleobotani Park Merangin telah dikembangkan sejak tahun 2011 dan dikelola oleh kelompok
masyarakat HAMPA (Himpunan Masyarakat Peduli Alam) Desa Baru Air Batu. Pada tahun 2013
hingga bulan September, jumlah kunjungannya mencapai 15.000 pengunjung yang terbagi
kedalam kelompok pelajar 75%, kelompok pengunjung umum domestik 20%, dan kelompok
pengunjung umum mancanegara 5%. Jika ditinjau dari jumlah kunjungan, maka tidak begitu
menarik dibandingkan dengan objek wisata lainnya, namun jumlah kunjungan tersebut
merupakan stimulan positif mengingat kawasan tersebut sebelum dikembangkannya sebagai
ODTW kawasan Geopark Merangin Jambi, kawasan tersebut termasuk sebuah desa tertinggal
dan jumlah kunjungannya 0 (nol). Bahkan untuk penduduk jambi pun, Desa Baru Air batu tidak
begitu diketahui keberadaannya apalagi sebagai ODTW dalam Geopark Merangin Jambi.
Hingga saat ini, Desa Air Batu telah menjadi desa wisata yang mandiri dimana pengelolaannya,
pembiayaannya, hingga operasionalnya mulai dari pengemasan atraksi wisata hingga
manajemen pemasaran dan geoproduct telah di kelola oleh HAMPA. Pemerintah setempat
berfungsi sebagai motivator dan fasilitator, khususnya dalam hal promosi.

Dengan mempertimbangkan faktor eksternal yang berupa peluang dan ancaman, dan faktor
internal seperti kekuatan dan kelemahan, pengelola Geopark Merangin Jambi sedang
mempersiapkan analisis potensi pengembangan geowisata untuk saat ini dan masa yang akan
datang. Metode pendekatan analisis menggunakan matriks SWOT(strength, weakness,
opportunity, and Threats) yangdiharapkan dapat menghasilkan strategi pengelolaan yang tepat
sesuai dengan karakteristik potensi sumber daya alam dan potensi sumber daya manusia yang
dimiliki.

Kekuatan (Strength)
a. Keunikan geologi, biologi, dan budaya yang memiliki nilai ilmiah sangat tinggi, langka, serta
memiliki nilai estetika sebagai faktor pendukung pengembangan kepariwisataan (geowisata).
b. Kuatnya budaya masyarakat dalam memegang adat istiadat yang berbasis pada perlindungan
(konservasi) alam sekitar.
c. Daya dukung dan kesadaran masyarakat yang tinggi terhadap pengembangan Geopark, ditandai
dengan tingkat partisipasi aktif dari seluruh stakeholder dalam mendukung program
pengembangan Geopark tersebut.
d. Kelembagaan sosial ekonomi yang berpotensi untuk berkembang dan mendukung aktivitas
pembangunan kewilayahan.

Kelemahan (Weakness)
a. Kondisi infrastruktur yang masih terbatas sehingga kurang mendukung terhadap pengembangan
objek-objek wisata di kawasan Geopark Merangin Jambi.
b. Aksesbilitas sumber daya manusia dan kelembagaan masih terbatas khususnya terhadap upaya-
upaya pengembangan masyarakat (community Development).
c. Terbatasnya sumber pembiayaan pembangunan daerah yang mandiri yang berakibat tingginya
ketergantungan sumber pembiayaan dari pusat.

Peluang (Opportunity)
a. Partisipasi masyarakat dalam upaya implementasi konsep Geopark Merangin Jambi yang tinggi
merupakan modal dasar bagi pengembangan Geopark Merangin Jambi selanjutnya.
b. Letak geografis dan potensi demografi yang punya peluang besar untuk tumbuh dan
berkembang.
c. Terus meningkatnya jumlah kunjungan ke Kawasan Geopark Merangin Jambi menunjukan tingkat
peminat yang semakin tinggi.
d. Potensi Peningkatan nilai tambah dari kegiatan geowisata cukup besar sehingga pembangunan
kawasan Geopark dan pendukungnya dimungkinkan.
e. Potensi pemanfaatan keaneragaman geologi, biologi dan budaya yang bersinergi dengan
pembangunan sektor lainnya seperti pariwisata cukup besar untuk mendukung pengembangan
ekonomi wilayah.

Ancaman (Threats)
a. Terus menurunnya kondisi hutan di Kabupaten Merangin.
b. Meningkatnya tingkat kerusakan DAS (Daerah Aliran Sungai).
c. Maraknya kegiatan pertambangan rakyat yang kurang memperhatikan aspek lingkungan.
d. Beberapa pihak (pengusaha) yang tertarik untuk pengambilan sumber daya energi (pabrik
Semen Bukit Bulan Sarolangun, batu bara,

Di Kawasan Merangin Jambi, upaya penumbuhan nilai ekonomi pariwisata dan multiplier effect-
nya terdukungoleh keragaman jenis objek dan daya tarik wisata, yang tersebar di wilayah
pegunungan, dan pebukitan. Signifikansi Geopark Merangin Jambi dari aspek ilmu pengetahuan,
pendidikan, dan
konservasi bersifat menyeluruh, baik di tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional.
Makna
inilah yang akan memajukan industri pariwisata di Gunung Sewu.

D.4. Ulasan dan kebijakan pembangunan berkelanjutan di bidang Geowisata,


Geoeducation dan Geo-Heritage
Geopark Merangin Jambi yang diusulkan mempunyai tema utama fosil, proses geologi, dan bentang
alam kars. Di Indonesia, pelestarian terhadap keterdapatan fosil, proses geologi, dan bentang alam
kars,terlindungi secara nasional berdasarkan Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan
ruang dan Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Nasional.
Sedangkan khusus untuk pelestarian kawasan kars, memiliki perlindungan secara spesifik melalui
Peraturan Menteri ESDM No. 17 tahun 2012 tentang penetapan bentang alam karst. Peraturan
tersebut tidak hanya melindungi kars secara fisik, tetapi juga melindungi aspek keanekaragaman
hayati dan budaya yang terdapat di dalamnya. Situs-situs geologi yang diunggulkan menjadi subjek
geo-heritage, termasuk situs biologi dan budaya yang menjadi satu kesatuan utuh sebagai warisan
bumi (Earth-heritage).

Nilai ilmiah kawasan Geopark Merangin Jambimemiliki makna internasional, sehingga telah
menjadi objek penelitian para ahli dari seluruh penjuru dunia sejak awal abad ke-20. Pendidikan
tidak hanya menjadi domain ilmuwan, tetapi juga ditularkan kepada masyarakat umum
pengunjung Geopark. Pengunjung memperoleh informasi baru tentang sebagian sejarah dan
perkembangan bumi melalui publikasi-publikasi yang telah dibuat dan para pemandu wisata.
Sebagian besar pemandu telah mengikutipelatihan dan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah. Tambahan pengetahuan tentang bumi dan isinya secara benar yang diterima
oleh pengunjung menjadi pengalaman yang akan ditularkan kepada orang lain. Masyarakat
setempat yang mengelola objek-objek geowisata di beberapa situs geologi akan terus
mempertahankan daya tarik objek dan menjaganya dari kerusakan atau penurunan kualitas,
karena kehidupan mereka tergantung pada kelestarian situs-situs tersebut. Semakin besar
ketergantungan tersebut, semakin tinggi semangat untuk mengelola objek secara benar dengan
mentaati prinsip kelestarian lingkungan.

Perencanaan, Pengembangan, dan Pengelolaan Geopark Merangin Jambi dilaksankan berdasarkan


prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Pengembangan Geowisata, Geoeducation dan Geo-
Heritage di kawasan tersebut direncanakan dan dikelola dengan baik oleh masyarakat sekitar dengan
bekerjasama dengan seluruh stakeholder dalam proses implementasinya. Pengembangan
Geowisata, Geoeducation dan Geo-Heritagedapat secara langsung berkontribusi terhadap upaya
pembangunan perdesaan, pelestarian budaya dan masyarakat, pertumbuhan ekonomi masyarakat
setempat, kesetaraan jender, perlindungan lingkungan, dan mitigasi bencana geologi. Untuk
memaksimalkan hal tersebut, diperlukan dukungan kebijakan dan peraturan yang mengawalnya.
Efektivitas berbagai kebijakan dan peraturan tersebut harus didukung oleh suatu struktur yang
memungkinkan terjadinya koordinasi antara para pemangku kepentingan, masyarakat, dan
pemerintah dengan pemberlakuan berbagai campuran perangkat yang berimbang, seperti yang
tercantum dalam Rencana Strategis Pariwisata Berkelanjutan dan Green Jobs untuk Indonesia
yang digagas oleh ILO bersama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Dalam Rencana Strategis Pariwisata
Berkelanjutan dan Green Jobsuntuk Indonesia tersebut, terdapat 4 strategi kunci untuk
mewujudkan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan, yaitu :
Strategi Kunci 1 : Perubahan Pola Pikir semua pemangku kepentingan.
Strategi Kunci 2 : Pengembangan Indikator Wisata Berkelanjutan, penyesuaian dan pemberlakuan
Strategi Kunci 3 : Pembiasaan diri terhadap Pola Pikir Baru tentang Pekerjaan Layak yang Ramah
Lingkungan dan Pariwisata Berkelanjutan.
Strategi Kunci 4 :Memperkenalkan berbagai Mekanisme pengelolaan strategis dan Penegakannya.

Kawasan Geopark Merangin Jambi, didukung pula oleh kebijakan tentang Penetapan kawasan
lindung untuk menjaga kelestarian sumber daya alam secara terpadu yang tercantum dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Propinsi Jambi 2011 2015, yaitu :
a. Pemantapan fungsi kawasan lindung diantaranya di Kabupaten Merangin, Kerinci, Sorolangun,
dan Tanjung Jabung Barat.
b. Mempertahankan kawasan lindung seluas 30% dari luas wilayah Provinsi Jambi.
c. Sinkronisasi fungsi kawasan lindung dengan provinsi yang berbatasan diantaranya di Kabupaten
Merangin, Kerinci, Sorolangun dan Tanjung Jabung Barat.

Kabupaten Kerinci, Merangin dan Sorolangun secara tegas disebutkan dalam arah pengembangan
berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jambi yaitu memiliki peran dan fungsi
untuk perkebunan; peternakan dan perikanan; pertanian; pariwisata; pertambangan dan kawasan
konservasi.Sedangkan Kabupaten Tanjung Jabung Barat diarahkan pada peran dan fungsi untuk
perdagangan dan jasa regional; industri pengolahan; perkebunan; peternakan dan perikanan;
pertanian; pertambangan; pelabuhan laut; perikanan dan kelautan. Selain itu, terdapat pula kebijakan
pembangunan berkelanjutan yang digariskan oleh pengelola Geopark berkaitan dengan
penyelenggaraan geo-heritage, geo-education, dan geowisata, yaitu :
1. Perlindungan terhadap situs-situs warisan alam melalui surat keputusan Bupati Kerinci, Bupati
Merangin, Bupati Sarolangun, dan bupati Tanjung Jabung Barat. Surat Keputusan tersebut akan
ditingkatkan melalui Peraturan Daerah (Perda) masing-masing kabupaten tersebut.
2. Menyusun dan Implementasi serta monitoring terhadap masterplan pengembangan Geopark
yang sedang disusun berdasarkan analisis kekuatan dan kelemahan komponen abiotik
(bentangalam, batuan, fosil), biotik (pertanian, kehutanan) dan budaya, analisis kekuatan dan
kelemahan menejemen dan administrasi, analisis potensi pengembangan lokal/regional/nasional,
dan model pembangunan berkelanjutan yang paling sesuai.
3. Monitoring dan evaluasi terhadap fungsi budidaya dan fungsi budidaya dari situs-situs alam
berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten masing-masing dengan
mendeliniasi daerah yang secara khusus diperuntukkan bagi penelitian dan daerah yang
dikembangkan menjadi pusat pengembangan pariwisata.
4. Penyusunan rencana aksi jangka pendek, menengah, dan panjang serta melakukan monitoring
dalam implementasi rencana aksi tersebut.
5. Peningkatan promosi nilai ilmiah kawasan Geopark sehingga menarik ilmuwan, mahasiswa dan
murid sekolah untuk melakukan penelitian dan penulisan karya tulis (paper) ilmiah
6. Penyusunan program pendidikan lingkungan yang sifatnya tidak formal kepada masyarakat
umum, baik yang tinggal di dalam kawasan Geopark maupun pengunjung.
7. Peningkatan jumlah dan pengembangan bahan pendidikan dalam bentuk film, video, slideshow,
komputer interaktif, khususnya untuk anak sekolah.
8. Peningkatan jumlah bahan informasi terbit tentang perlindungan warisan alam, sejarah geologi,
sejarah alam, benda-benda peninggalan sejarah, contoh tingkah laku atau kebiasaan yang ramah
lingkungan dan sebagainya.
9. Pembaharuan strategi pemasaran sesuai dengan konsep Geopark yang mencakup kajian pasar,
kreativitas produk, organisasi distribusi produk, strategi pemasaran pariwisata dan strategi
komunikasi.
10. Fasilitasi kepada kelompok kerja masyarakat yang membantu promosi warisan alam.
11. Penyusunan naskah kerjasama penelitian dengan instansi terkait dan perguruan tinggi, serta
kontrak kerja dengan pengembang pariwisata baik perorangan maupun kelompok.
12. Peningkatan infrastruktur pendukung, seperti memperbanyak pusat informasi lokal (kios
informasi), interpretation panels yang mudah dibaca dan dipahami, sign-board yang bentuknya
seragam, geotrails, lokasi view-point, tempat parkir dan toilet di setiap situs geologi. Infrastruktur
tersebut ditempatkan di lokasi yang mudah dijangkau. Pusat informasi dan kios informasi dibuka
sepanjang tahun.
13. Pengecekan infrastruktur secara teratur.
14. Penjagaan di setiap lokasi situs geologi untuk menghindari kesalahan pemanfaatan (misused)
lahan di sekitar objek, termasuk membantu meningkatkan keamanan dan kenyamanan
pengunjung.
15. Membuat aturan (panduan) bagi pengunjung yang akan melakukan penelitian di kawasan
Geopark merangin Jambi
16. Evaluasi pengunjung melaluipenyebaran kuesioner untuk mengetahui tingkat kepuasan
kunjungan. Hasilnya akan digunakan untuk evaluasi rencana kerja dan perbaikan ke depan.
17. Penciptaan dan promosi geo-products seperti makanan, minuman, kerajinan lokal yang khas,
replika batuan dan fosil; termasuk pelatihan kepada pengusaha dalam hal kreativitas dan
diversifikasi produk, pengemasan dan pemasarannya
18. Diversifikasi bahan pemasaran dalam bentuk cetakan (leaflet, booklet), buku bacaan populer
untuk masyarakat, buku petunjuk perjalanan geowisata, keping CD dan bahan promosi lainnya
(kaos, pin). Untuk sementara, bahan promosi ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
19. Perencanaan wisata dengan pemandu atau tanpa pemandu, berkelompok atau perorangan
secara lebih rinci, termasuk penyediaan pilihan objek lainnya jika perjalanan wisata tidak dapat
dilakukan karena cuaca buruk.
20. Penyelenggaraan wisata khusus geologi untuk anak-anak sekolah yang dipandu oleh ahlinya,
termasuk pelatihan-pelatihan singkat untuk memperluas wawasan tentang bumi.
21. Penyusunan kalender kegiatan tahunan yang diselenggarakan di dalam kawasan Geopark.
22. Penguatan tanggung-jawab Komite Teknis (Komite Ilmiah, Komite Pengembangan, Komite
Promosi, Komite Konservasi, Komite Pemberdayaan Masyarakat) yang ada di dalam susunan
organisasi pengelola Geopark.
.

D.5. KEBIJAKAN YANG BERKAITAN DENGAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT


Prinsip dasar program community empowerment adalah memberi akses yang lebih luas kepada
masyarakat sehingga masyarakat menjadi mandiri. Program ini mencakup partisipasi,
transparansi dan akuntabilitas sehingga setiap tahapan program merupakan sarana
pembelajaran bersama untuk memperbaiki tahapan program kegiatan selanjutnya.

Adapun kebijakan yang terkait dengan pengembangan masyarakat yang diimplementasikan


dalam pengembangan dan pengelolaan di kawasan Geopark Merangin Jambi, adalah sebagai
berikut :
1. Peraturan Mendagri No. 13 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah,
terdapat dalam poin 3, 4 dan 6 (dalam pasal 2), yaitu:
Ekonomis, yaitu memberikan manfaat untuk masyarakat setempat dan menjadi penggerak
pembangunan ekonomi di wilayahnya serta memastikan usaha ekowisata dapat
berkelanjutan.
Edukasi, yaitu mengandung unsur pendidikan untuk mengubah persepsi seseorang agar
memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan dan
budaya.
Partisipasi masyarakat, yaitu peran serta masyarakat dalam kegiatan perencanaan,
pemanfaatan dan pengendalian ekowisata dengan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan
keragaman masyarakat di sekitar kawasan.

2. Peraturan Daerah Propinsi Jambi No. 7 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pemberdayaan Masyarakat, dicantumkan pada Bagian Keempat pasal 10 yang menyebutkan
bahwa : Program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat berbentukPelatihan,
pendampingan dan kegiatan-kegiatan lain dalam usaha meningkatkan kapasitas skill, kompetensi
dan komitmen masyarakat serta kelompoknya dalam memperbaiki kesejahteraan.

3. Selaras dengan kebijakan di atas maka dalam rangka Pengembangan Geopark Merangin Jambi
telah dilaksanakan berbagai program dan kegiatan, yaitu:
1. Pelatihan dan sosialisasi pemeliharaan pola lingkungan yang sehat, dilaksanakan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Merangin yang bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi
Jambi pada tahun 2011.
2. Pelatihan memasak kuliner yang sehat, dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Merangin pada tahun 2011, 2012, dan 2013.
3. Pelatihan bahasa inggris bagi para pemandu yang bekerjasama dengan Universitas
Jambi pada 30 April 20 Maret 2013 yang bertempat di Desa Baru Air batu dan Desa
Guguk, Kabupaten Merangin.
4. Pelatihan Guide Arung Jeram oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Merangin
bekerjasama dengan Badan Geologi di Desa Air Batu menggunakan media Sunga
Batang Merangin, yang diikuti 20 orang peserta berasal dari Dusun Air Batu pada 27 29
Agustus 2013.
5. Pendampingan dan pelatihan pengembangan ekonomi kreatif di Dusun Baru Air Batu,
yang dilaksanakan hasil kerjasama antara Badan Geologi, Sekolah Tinggi Pariwisata
Bandung (STPB), danPemerintah Daerah Kabupaten Merangin, yang dilaksanakan pada
bulan Juni 2013.

4. Dalam rangka persiapan dan kesiapan masyarakat serta kelembagaanya dalam


mengembangkan dan mengelola Geopark Merangin Jambi, tahun 2014 akan dilaksanakan
program community development berupa Ekspedisi Jejak Purba di Geopark Merangin dengan
lingkup kegiatan:
1. Pengembangan kompetensi individu berupa pelatihan dan pendampingan pemandu
wisata geopark & pemandu wisata arung jeram.
2. Pengembangan kompetensi kelompok berupa pelatihan dan pendampingan manajemen,
marketing & jurnalistik wisata geopark.
3. Sertifikasi pemandu wisata & pemandu wisata arung jeram.
4. Penyusuran dan pengarungan sungai Merangin dari hulu sampai ke hilir.
5. Lomba foto esai tentang Ekspedisi & Geopark Merangin.
6. Penyelenggaraan Seminar & Pameran Foto.
7. Tersusunnya sebuah buku & film tentang Ekspedisi Jejak Purba di Geopark Merangin.
8. Melakukan kampanye & gerakan kebersihan terhadap sampah/limbah akibat kegiatan.

D.6. KEBIJAKAN yang berkaitan dengan pertumbuhan kepedulian masyarakat


dan para pemangku kepentingan.
Pengembangan dan pengelolaan sebuah geopark tidak hanya dilakukan satu pihak tetapi harus
melibatkan berbagai pihak, pemerintah daerah, masyarakat juga para pemangku kepentingan. Di
Kawasan Geopark Merangin Jambi pemerintah daerah membuat berbagai program yang didukung
oleh masyarakat serta pemangku kepentingan dengan menyusun berbagai kesepakatan serta
membentuk kelembagaan ditingkat lokal, seperti:
1 RPJMD Propinsi Jambi melalui Dinas Kehutanan, yaitu: (1) Meningkatkan kapasitas lembaga
pengelola lingkungan hidup, (2) Membangun kesadaran masyarakat agar peduli pada isu
lingkungan hidup dan berperan aktif sebagai kontrol sosial dalam memantau kualitas lingkungan
hidup.
2 Rencana Program Pemerintah Kabupaten Merangin:
Dinas Budparpora, antara lain: (1) Pengelolaan dan Pengembangan Pelestarian Peninggalan
Sejarah Purbakala, Museum dan Peninggalan Bawah Air. (2) Fasilitasi Penggalian Cultural
Diversity Geopark.
Dinas Kehutanan dan Perkebunan, yaitu Pembinaan dan Pengembangan Hutan Adat, salah
satunya Hutan Adat Desa Guguk.
Dinas Koperindag, yaitu Program Pemberdayaan Masyarakat berupa Pelatihan Pengolahan
Aneka Makanan Khas Daerah Setempat.
3 Kesepakatan bersama antara Pemerintah Desa Biuku Tanjung, Lembaga Adat, Karang Taruna
dan Tokoh Masyarakat tentang kelestarian alam dan cagar budaya di wilayah Sungai Merangin,
berupa larangan untuk mengambil, memindahkan dan memperjual-belikan fosil batu (batu
sungkai).
4 Pembentukan lembaga lokal sebagai penunjang kegiatan Geopark, diantaranya:
a. Lembaga Hutan Adat Guguk.
b. Pengawal geopark Hampa di Desa Air Batu.
c. Pengawal geopark Desa Biuku Tanjung.
d. Pengelola Geopark Merangin Jambi di Segmen Paleobotani Park Merangin.
e. Pengelola Geopark Merangin Jambi di Segmen Highland Park Kerinci.
f. Pengelola Geopark Merangin Jambi di Segmen Geological Park Park Sarolangun.
g. Pengelola Geopark Merangin Jambi di Segmen Gondwana Park Pegunungan. 30.
h. Pengelola Geopark Merangin Jambi.

E. MINAT DAN ALASAN BERGABUNG DENGAN GGN-UNESCO


Minat Pengelola Geopark Merangin Jambi melalui Pemerintah Daerah Provinsi Jambi untuk
bergabung dengan Global Geoparks Network-GGN UNESCO melalui Komite Nasional Geopark
Indonesia sangatlah besar. Geopark Merangin Jambi yang pembangunannya dilakukan secara
kombinasi antara bottom-updan Top DownApproach, telah memperoleh pengakuan sebagai
Geopark Nasional Indonesia menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan GGN
UNESCO. Minat yang direkomendasi oleh Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO ini
terdukung oleh berbagai aspek, yang menunjukkan bahwa Geopark Merangin Jambi memiliki
sifat keinternasionalan yang tinggi. Untuk memicu pertumbuhan nilai ekonomi lokal secara
berkelanjutan melalui konservasi dan pariwisata, upaya ini akan lebih meningkat ketika Geopark
yang diusulkan memperoleh sertifikasi sebagai Geopark Global.

Standar pengelolaan yang tinggi berdasarkan panduan dan persyaratan mutlak dariGGN
UNESCO menjadi label kualitas yang akan menarik lebih banyak wisatawan mancanegara dan
wisatawan lokal untuk mengunjungi Kawasan Geopark Merangin Jambi. Keberhasilan Geopark
Merangin Jambi menjadi Geopark Global akan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
sekitar kawasan geopark serta sekaligus akan mengangkat derajat kegiatan konservasi di
Indonesia di mata dunia.

Adapun alasan Geopark Merangin Jambi untuk tergabung dengan GGN UNESCO, adalah
sebagai berikut :
1) Dari aspek ilmiah dan pendidikan pengetahuan kebumian, kawasan Merangin Jambi merupakan
subjek penelitian bertingkat internasional. Daerah ini sudah banyak dikaji oleh para ilmuwan
mancanegara sejak awal Abad 20.
a) Penemuan fosil :Jambi Flora (Zwierzycki dan Posthumus, 1926; Jongmans dan Gothan,
1935; Li dan Yao, 1982; Li, 1995; Rigby, 1998) yang berusia 260 300 jtl dengan posisi
masih tumbuh (In situ). Jambi Flora mengandung komponen flora Cathaysian dan flora
Euramerican (Chaloner dan Creber, 1988; van Waveren et al. In prep.). Jambi Flora ini
merupakan fosil flora yang angat penting di bagian ujung paling selatan dari flora Cathaysia
dan sangat penting dalam bidang palaeophytogeographic. Jambi Flora ini menjadi sangat
menarik, karena ditemukannya tiga jenis gigantopterid yang belum pernah ditemukan di
daerah lain di bagian timur Asia. Hal ini mungkin disebabkan karena pemercontohan yang
kurang baik, atau ada kemungkinan besar, bahwa Flora Jambi ini lebih tua dari yang lainnya.
b) Keberadaan Gunung Kerinci, selain sebagai gunung api tertinggi di Indonesia, secara geologi
memegang peranan penting dalam sejarah pembentukan geologi dan hidup dan kehidupan
masyarakat Jambi.
c) Dari aspek konservasi, kawasan hutan konservasi dan kars yang dikenal memiliki daya
dukung lingkungan rendah sehingga rentan dengan perubahan fungsi lahan. Pemerintah
Indonesia berupaya melakukan perlindungan dan dijadikan sebagai Kawasan Lindung
Nasional. Upaya ini sejalan dengan pendapat dan pikiran International Union for
Conservation of Nature-IUCN dan Kelompok Kerja Kars dan Gua.

2) Aspek alam: komponen abiotik, biotik dan budaya di kawasan Geopark yang diusulkan saling
bertalian erat. Komponen abiotik (geologi) yang merekam sejarah evolusi bumi sejak akhir
Paleozoikum berhubungan dengan keragaman hayati, yang sebagian bersifat endemik, dan
kehadiran manusia yang membawa budaya yang spesifik.
3) Aspek sosial ekonomi. Masyarakat setempat sudah merasakan manfaat ekonomi dari Geopark
melalui geowisata dan penjualan geoproduct (makanan khas daerah, hasil pertanian lokal). Nilai
ekonomi dari kegiatan pengembangan geowisata berkelanjutan yang berbasis pada masyarakat
(community-based tourism) ini diharapkan dapat lebih meningkat ketika Geopark yang diusulkan
disetujui untuk bergabung dalam Jaringan Geopark Global UNESCO.
BIBLIOGRAFI

Anda mungkin juga menyukai