Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

STRATIGRAFI ANALISIS

Diajukan sebagai salah satu syarat Tugas Mata Kuliah Geofisika Gunung Api di
Program Studi Teknik Geologi, Departemen Teknik
Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Oleh :
MONICA MEGITA VERONIKA ASSA
410017067

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


DEPARTEMEN TEKNIK
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Pujian dan Syukur saya naikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena masih
diberi kesempatan untuk mengerjakan Laporan ini hingga selesai tepat pada
waktunya sesuai dengan tuntutan tugas Praktikum Stratigrafi Analisis.

Laporan ini berisi tentang Geologi Regional Daerah penelitian terkait, Juga data-
data pendukung dalam melakukan penelitian dan analisis umur dan lingkungan
pengendapan seperti Hasil Deskripsi Foraminifera Planktonik, Bentonik, dan
Struktur Sedimen Berupa Fossil Jejak serta Tabel penarikan lingkungan
pengendapan dan umur batuan.

Dalam Penyusunan Laporan ini ada banyak pihak yang berperan oleh karena itu
Tidak lupa Saya mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Dosen Pengampuh Siti Nur’Aini S.T., M.T beserta Asisten Hendri Tri
Purnomo Bersama Tim Asisten Praktikum Stratigrafi Analis atas bimbingan
dalam penyusunan laporan ini. Harapanya semoga laporan ini dapat berguna dan
bermanfaat terutama bagi kami selaku mahasiswa yang berkecimpung dibidang
Geologi.

Terimakasih Tuhan memberkati


DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL .................................................................. I

KATA PENGANTAR ............................................................... II

DAFTAR ISI .............................................................................. III

DAFTAR GAMBAR ................................................................. IV

DAFTAR TABEL ...................................................................... V

I. PENDAHULUAN
A. FISIOGRAFI ..................................................................... 1
B. GEOMORFOLOGI REGIONAL ..................................... 2
C. STRATIGRAFI REGIONAL ........................................... 4
D. STRUKTUR REGIONAL ................................................ 6

II. PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI FORAM PLANKTONIK ............................ 9


B. BENTONIK ................................................................... 21
C. FOSIL JEJAK ................................................................ 33
D. TABEL PENARIKAN UMUR ...................................... 37
E. LINGKUNGAN PENGENDAPAN .............................. 38

III. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN ............................................................... 39

B. SARAN ........................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Fisiografi Pulau Jawa bagian timur


Gambar 2 Stratigrafi Pegunungan Selatan, Jawa Tengah
Gambar 3 Foram Planktonik Globigerina woody gr.
Gambar 4 Foram Planktonik Globorotalia sphericomiozea
Gambar 5 Foram Planktonik Globorotalia siakensis (LeRoy)
Gambar 6 Foram Planktonik Globigerina nephentes
Gambar 7 Foram Planktonik Globorotalia miotumida conoidea
Gambar 8 Foram Planktonik Globorotalia menardi
Gambar 9 Globorotalia juanai
Gambar 10 Foram Planktonik Neogloboquadrina Pachyderma
Gambar 11 Foram Planktonik Globigerina brazier
Gambar 12 Foram Planktonik Globigerinoides trilobus
Gambar 13 Foram Planktonik Globigerinoides primordius
Gambar 14 Foram Planktonik Globorotalia obesa
Gambar 15 Foram Bentonik Bathysipon sp
Gambar 16 Foram Bentonik Siphonodosaria sp.
Gambar 17 Foram Bentonik Bulimina Elongata
Gambar 18 Foram Bentonik Bathysipon sp
Gambar 19 Foram Bentonik Euloxostoma bradyi
Gambar 20 Foram Bentonik Bathysipon sp
Gambar 21 Foram Bentonik Nodosarida sp.
Gambar 22 Foram Bentonik Pseudobolivina
Gambar 23 Foram Bentonik Dentalina vertebralis
Gambar 24 Foram Bentonik Laevidentalian sp.
Gambar 25 Foram Bentonik Stilostomella scripta (d’Orbigny, 1846)
Gambar 26 Foram Bentonik Dentalina acuta
Gambar 27 Deskripsi Fosil jejak LP 1 Thalassinoides
Gambar 28 Deskripsi Fosil jejak LP 3 Planolites
Gambar 29 Deskripsi Fosil jejak LP 7 Psilonichnus
Gambar 30 Deskripsi Fosil jejak LP 10 Planolites
DAFTAR TABEL

Table 1 Hasil Penarikan Umur TOP


Table 2 Hasil Penarikan Umur MIDDLE
Table 3 Hasil Penarikan Umur BOTTOM
Table 4 Hasil Penarikan Umur KESELURUHAN
Tabel 5 Hasil Lingkungan Pengendapan TOP
Tabel 6 Hasil Lingkungan Pengendapan MIDDLE
Tabel 7 Hasil Lingkungan Pengendapan BOTTOM
BAB I PENDAHULUAN

1.1 FISIOGRAFI

Zona Pegunungan Selatan adalah daerah pegunungan yang berada pada bagian
selatan Jawa Tengah, daerahnya melampar dimulai dari bagian tenggara provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta, memanjang ke arah timur sepanjang pantai selatan
Jawa Timur. Jika dilihat dari reliefnya, daerah ini pegunungan selatan tersiri dari
dua relief secara umum, yakni relief yang kasar di sisi timur, dan yang cenderung
lebih halus di sisi barat, pada bagian utaranya terdapat gawir-gawir yang
memanjang relatif barat-timue, pembentukannya terjadi karena adanya evolusi
tektonik yang terjadi di Pulau Jawa pada zaman Kapur hingga sekarang.

Gambar 1 : Fisiografi Pulau Jawa bagian timur -mencakup zona


Pegunungan Selatan (source: http://surveigeofisika.web.id/artikel-2/
2

1.2 GEOMORFOLOGI REGIONAL


Secara morfologis daerah Pegunungan Selatan merupakan pegunungan yang
dapat dibedakan menjadi 3 satuan morfologi utama, yaitu:

• Satuan perbukitan berelief sedang sampai kuat, yakni daerah mulai


dari sekitar Imogiri di bagian barat, memanjang ke utara hingga
Prambanan, membelok ke timur (Pegunungan Baturagung) dan terus ke
arah timur melewati Perbukitan Panggung, Plopoh, Kambengan hingga
di kawasan yang terpotong oleh jalan raya antara Pacitan-Slahung, daerah
ini didominasi oleh keberadaan litologi batupasir, breksi vulkanik dan
batuan beku dari Formasi Semilir, Nglanggran atau Wuni dan Besole.
• Satuan dataran tinggi terdapat di daerah Gading, Wonosari, Playen
hingga Semanu. Memiliki ketinggian 400 m di atas muka laut, dengan
topografi yang hampir rata dan pada umumnya ditempati oleh
batugamping.
Daerah ini tersusun oleh bukit-bukit kecil maupun berbentuk kerucut, tersusun
oleh batugamping klastik maupun jenis batugamping yang lain.

• Satuan dataran rendah, berada pada daerah mulai dari Wonogiri di


utara hingga Giritrontro-Pracimantoro di selatan. Dataran rendah ini
terdiri oleh batugamping Formasi Kepek yang tertutup oleh endapan
Kuarter. Dataran rendah ini disebut sebagai Depresi Wonogiri-Baturetno,
yang saat ini sebagian besar merupakan daerah genangan Waduk
Gajahmungkur.
Kemudian pada daerah Bayat, Kabupaten Klaten, yang merupakan suatu daerah
yang terletak pada kaki perbukitan rendah yakni Perbukitan Jiwo, perbukitan
Jiwo terdiri dari Jiwo Barat dan Jiwo Timur yang dipisahkan oleh Sungai
Dengkeng. Prebukitan ini tersusun oleh batuan Pra Tersier dan Tersier,
dikelilingi oleh dataran yang tersusun oleh endapan Kuarter.

Perbukitan Jiwo tersusun oleh batuan yang kompleks yakni batuan beku:
khususnya diorit dan gabbro , batuan sedimen: batugamping , dan batuan
metamorf: sekis, filit, dan marmer .
3

Secara lebih rinci lagi, morfologi daerah Pegunungan Selatan dapat dibagi
menjadi:

1. Morfologi Fluvial : Morfologi ini cukup mendominasi pada daerah


Pegunungan Selatan kenampakan yang dapat ditemui dapat berupa bar,
dataran banjir, dan lembah sungai dengan stadium erosi pada sungai
dewasa-tua, seperti Sungai Opak dan Sungai Oyo.
2. Morfologi Vulkanik : Morfologi vulkanik yang mempengaruhi daerah
Sungai Opak-Parangtritis adalah berasal dari Gunung Merapi, sehingga
daerah kawasan Sungai Opak tertutup oleh endapan Gunung Merapi.
3. Morfologi Struktural : Morfologi Struktural yang berada di sekitar
Sungai Opak adalah perbukitan bergelombang yang mendominasi di
bagian Barat Bantul, dengan kondisi telah mengalami perlipatan dan
tersesarkan, struktur yang paling mencolok dari kawasan ini adalah
terdapatnya perlipatan, dan sesar utama adalah sesar opak yang sejajar
dan melalui Sungai Opak.
4. Morfologi Denudasional/Aluvial: Dataran alluvial sungai Opak banyak
mengandung pasir, karena merupkan kelanjutan foot plain yang bersifat
andesitis yang berasal dari Gunung Merapi, sedangkan pada daerah
selatan/muara sungai Opak menuju Parangtritis lebih bersifat lempung,
karena terpengaruh material alluvial yang berasal dari pegunungan
sebelah timur yang diendapkan banjir, lembah sungai
5. Morfologi Karst: Daerah Karst yang terdapat pada kawasan Sungai
Opak adalah Karst Gunung Sewu, Pegunungan Sewu merupakan hasil
proses pengikisan dan pengangkatan, ditandai dengan adanya diaklas-
diaklas pada lapisan batuan kapur, air hujan yang jatuh dipermukaan
bumi menghilang dalam lubang ponor ( penghujung sungai bawah tanah
menuju laut ), dan meresap melalui diaklas-diaklas yang kemudian
melarutkan dinding kapur. Wilayah Karst juga terdapat di tepian Pantai
Parangtritis ditandai dengan perbukitan batugamping yang berjejer
sepanjang pantai di arah timur.
4

6.Morfologi Eolian: Bentuk lahan ini terbentuk karena dua faktor utama yaitu
adanya kekuatan tiupan angin dan adanya endapan material pasir yang
membentuk dune. Bukit pasir di parangtritis membujur kearah barat pantai
selatan Jawa Tengah sampai daerah Cilacap. Sifat materialnya hampir homogen
dengan bahan dasarnya dari batuan andesitis.
7.Morfologi Pantai: Pantai parangtritis sebenarnya tergolong
pantai emergence ( pantai terangkat ), kemudian tenggelam sebagian,namun
masih tergolong pantai emergence ( khususnya bagian timur) sedang bagian barat
lebih mencirikan sub emergence yang telah terendapi oleh hasil erosi berupa
dataran alluvial serta gumuk-gumuk pasir.
1.3 STRATIGRAFI REGIONAL
Pegunungan Selatan secara umum tersusun oleh batuan sedimen
volkaniklastik dan batuan karbonat.

Gambar 2 Stratigrafi Pegunungan Selatan, Jawa Tengah ( Surono, dkk. 1992)


5

Urutan stratigrafi penyusun Pegunungan Selatan bagian barat dari tua ke muda
adalah sebagai berikut:

Formasi Wungkal-Gamping : Formasi ini terletak di Gunung Wungkal


dan Gunung Gamping, di Perbukitan Jiwo. Satuan batuannya terdiri dari
perselingan antara batupasir dan batulanau serta lensa batugamping. Pada bagian
atas, satuan batuan ini berupa napal pasiran dan lensa batugamping. Formasi ini
tersebar di Perbukitan Jiwo, antara lain di G. Wungkal, Desa Sekarbolo, Jiwo
Barat, menpunyai ketebalan sekitar 120 meter (Bronto dan Hartono, 2001).
Formasi Kebo-Butak : Formasi ini disusun pada bagian bawah berupa
batupasir berlapis baik, batulanau, batulempung, serpih, tuf dan aglomerat,
dengan ketebalan lebih dari 650 meter.Bagian atasnya berupa perselingan
batupasir dan batulempung dengan sisipan tipis tuf asam. Setempat di bagian
tengahnya dijumpai retas lempeng andesit-basal dan di bagian atasnya dijumpai
breksi andesit.
Formasi Semilir : Formasi ini berlokasi tipe di Gunung Semilir, sebelah
selatan Klaten. Dengan ketebalan lebih dari 460 meter.Litologi penyusunnya
terdiri dari tuf, tuf lapili, lapili batuapung, breksi batuapung dan serpih.
Komposisi tuf dan batuapung tersebut bervariasi dari andesit hingga dasit. Di
bagian bawah satuan batuan ini, yaitu di S. Opak, Dusun Watuadeg, Desa
Jogotirto, Kec. Berbah, Kab. Sleman, terdapat andesit basal sebagai aliran lava
bantal (Bronto dan Hartono, 2001).
Formasi Nglanggran : Pada formasi ini batuan penyusunnya terdiri dari
breksi gunungapi, aglomerat, tuf dan aliran lava andesit-basal dan lava andesit.
Breksi gunungapi dan aglomerat yang mendominasi formasi ini umumnya tidak
berlapis. Kepingannya terdiri dari andesit dan sedikit basal, berukuran 2 – 50 cm.
Di bagian tengah formasi ini, yaitu pada breksi gunungapi, ditemukan
batugamping terumbu yang membentuk lensa atau berupa kepingan. Secara
setempat, formasi ini disisipi oleh batupasir
Formasi Sambipitu : Lokasi tipe formasi ini terletak di Desa Sambipitu
pada jalan raya Yogyakarta-Patuk-Wonosari dengan ketebalan mencapai 230
6

meter. Batuan penyusun formasi ini di bagian bawah terdiri dari batupasir kasar,
kemudian ke atas berangsur menjadi batupasir halus yang berselang-seling
dengan serpih, batulanau dan batulempung. Pada bagian bawah kelompok batuan
ini tidak mengandung bahan karbonat. Namun di bagian atasnya, terutama
batupasir, mengandung bahan karbonat.
Formasi Oyo : Lokasi tipe formasi ini berada di Sungai Oyo. Batuan
penyusunnya pada bagian bawah terdiri dari tuf dan napal tufan. Sedangkan ke
atas secara berangsur dikuasai oleh batugamping berlapis dengan sisipan
batulempung karbonatan. Batugamping berlapis tersebut umumnya kalkarenit,
namun kadang-kadang dijumpai kalsirudit yang mengandung fragmen andesit
membulat. Formasi Oyo tersebar luas di sepanjang K. Oyo. Ketebalan formasi
ini lebih dari 140 meter.
Formasi Wonosari : Formasi ini tersingkap baik di daerah Wonosari dan
sekitarnya, dengan ketebalan lebih dari 800 meter. Formasi ini didominasi oleh
batuan karbonat yang terdiri dari batugamping berlapis dan batugamping
terumbu. Sedangkan sebagai sisipan adalah napal. Sisipan tuf hanya terdapat di
bagian timur.
Formasi Kepek : Lokasi tipe dari formasi ini terletak di Desa Kepek,
tersebar di hulu. Rambatan sebelah barat Wonosari yang membentuk sinklin.
Batuan penyusunnya adalah napal dan batugamping berlapis. Tebal satuan ini
lebih kurang 200 meter.
Endapan Permukaan : Endapan permukaan pada daerah Sungai Opak
merupakan rombakan batuan yang lebih tua yang terbentuk pada Kala Plistosen
hingga masa kini. Terdiri dari bahan lepas sampai padu lemah, berbutir lempung
hingga kerakal. Surono dkk. (1992) membagi endapan ini menjadi Formasi
Baturetno (Qb), Aluvium Tua (Qt) dan Aluvium (Qa). Sumber bahan rombakan
berasal dari batuan Pra-Tersier Perbukitan Jiwo, batuan Tersier Pegunungan
Selatan dan batuan G. Merapi.

1.4 STRUKTUR REGIONAL


Struktur daerah ini memiliki arah poros lipatan lebih kurang timurlaut –
baratdaya. Disamping perlipatan terdapat juga persesaran, berdasarkan data
7

geofisika terdapat sesar dengan arah timurlaut baratdaya melalui tepi timur
Terban–Bantul (Untung, dkk, 1977).
Berdasarkan data di atas juga data di lapangan dapat disimpulkan, bahwa lembar
Yogyakarta terdapat dua sistem sesar. Sistem patahan dengan arah kurang lebih
tenggara baratlaut. Pada awal Pleistocen, seluruh daerah terangkat lagi yang
mengakibatkan pembentukan morfologi daerah dataran tinggi, dan
mengakibatkan terjadinya persesaran daerah ini ( Rahardjo, dkk, 1977).
Daerah Bayat, Kabupaten Klaten merupakan suatu Pegunungan Lipatan yang
terdiri dari perbukitan homoklin, perbukitan lipatan, perbukitan intrusi dan
perbukitan lembah antiklin dengan pola aliran sungai dendritik. Struktur-struktur
geologi yang bekembang di daerah ini berupa struktur lipatan dan sesar.
Dijumpai pula banyak struktur kekar di daerah ini. Struktur-struktur geologi ini
terbentuk diperkirakan akibat bekerjanya gaya kompresi berarah hampir utara-
selatan yang kemungkinan berlangasung dalam dua periode, pada awal kala
Miosen Tengah sebelum Formasi Oyo diendapkan dan pada kala Pliosen setelah
Formasi Oyo diendapkan.

Pulonggono dan Martodjojo (1994) membagi pola struktur di P. Jawa menjadi


tiga pola kelurusan dominan yaitu Pola Meratus (timurlaut- baratdaya), Pola
Sunda (utara–selatan) dan Pola Jawa (barat–timur).

Daerah penelitian berlokasi di daerah Ngalang dan sekitarnya, Kecamatan


Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah
penelitian menurut Surono dkk, 1992, menyatakan bahwa daerah penelitian
tersusun Formasi Sambipitu.

Interpretasi lingkungan pengendapan dapat ditentukan dari struktur


sedimen yang terbentuk. Struktur sedimen tersebut digunakan secara meluas
dalam memecahkan beberapa macam masalah geologi, karena struktur ini
terbentuk pada tempat dan waktu pengendapan, sehingga struktur ini merupakan
kriteria yang sangat berguna untuk interpretasi lingkungan pengendapan.
Terjadinya struktur-struktur sedimen tersebut disebabkan oleh mekanisme
pengendapan dan kondisi serta lingkungan pengendapan tertentu
8

Fasies merupakan bagian yang sangat penting dalam mempelajari ilmu


sedimentologi. Boggs (1995) mengatakan bahwa dalam mempelajari lingkungan
pengendapan sangat penting untuk memahami dan membedakan dengan jelas
antara lingkungan sedimentasi (sedimentary environment) dengan lingkungan
fasies (facies environment).

Dalam pengkajian dan pemahaman sedimentasi. Pada awal kontak antara


Formasi Nglanggran dan Formasi Sambipitu terjadi perubahan yang mana
menunjukan ciri-ciri turbidit, yaipada Formasi Sambipitu. Formasi ini tersusun
oleh batupasir yang bergradasi menjadi batulanau atau batulempung. Di bagian
bawah, batupasirnya masih menunjukkan sifat volkanik, sedang ke arah atas sifat
vulkanik ini berubah menjadi batupasir yang bersifat gampingan. Pada batupasir
gampingan ini sering dijumpai fragmen dari koral dan foraminifera besar yang
berasal dari lingkungan terumbu laut dangkal yang terseret masuk dalam
lingkungan yang lebih dalam akibat arus turbid.

Dari segi pandang di atas daerah ini menarik untuk melakukan pengkajian
perubahan lingkungan pengendapan di daerah penelitian yang berlokasi di Dusun
Karanganyar, Desa Ngalang, Kecamatan Gedang Sari, Kabupaten Gunung Kidul,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
9

BAB II PEMBAHASAN

2.1 DESKRIPSI FORAMINIFERA PLANKTONIK


TOP / ATAS
1. Globigerina woody gr.

Gambar 3

Super Kingdom Eukaryota


Kingdom Rhizaria
Filum Foraminifera
Kelas Rotalida
Ordo Globigerinoidea
Famili Globigeridae
Genus Globigerina
Spesies Globigerina woody gr.

Age Middle – Upper Miocene


Zonasi Umur N14 – N17 (Blow,1969)
Deskripsi Singkat
Deskripsi Singkat:
f. Dinding :Cangkang Gampingan Hyalin
g. Bentuk Kamar : Bulat
h. Susunan Kamar :Terputar, polythalamus, Planispiral Involute
i. Aperture 1. Bentuk : Bulat Sederhana
2. Posisi : Interior marginal umbilical
3. Sifat : Primer
j. Hiasan : Punctate
10

2. Globorotalia sphericomiozea

Gambar 4

Super Kingdom Eukaryota


Kingdom Rhizaria
Filum Foraminifera
Ordo Globigerinida
Famili Globorotaliidae
Genus Globorotalia
Spesies Globorotalia sphericomiozea

Age Middle – Upper Miocene


Zonasi Umur N14 – >N19 (Blow,1969)

Deskripsi Singkat:
f. Dinding :Cangkang Gampingan Hyalin
g. Bentuk Kamar : pipih
h. Susunan Kamar :Terputar, polythalamus, Planispiral Involute
i. Aperture 1. Bentuk : Bulat
2. Posisi : Peripheral
3. Sifat : Primer
j. Hiasan : Keel
11

3. Globorotalia siakensis (LeRoy)

Gambar 5

Super Kingdom Eukaryota


Kingdom Rhizaria
Filum Foraminifera
Kelas Globothalamea
Ordo Rotalida
Famili Globorotaliidae
Genus Globorotalia
Spesies Globorotalia siakensis (LeRoy)

Age Lower - Upper Miocene


Zonasi Umur N3 – N18 (Blow,1969)
Deskripsi Singkat :
a. Dinding :Cangkang Gampingan Hyalin
b. Bentuk Kamar : bulat
c. Susunan Kamar :Terputar, polythalamus,
d. Aperture 1. Bentuk : Bulat
2. Posisi : aperture peripheral
3. Sifat : Primer
e. hiasan : keel
f. arah putaran : dextral
g. jumlah kamar : lebih dari 3
12

4. Globigerina nephentes

Gambar 6

Kingdom Protista
Phylum Foraminifera
Class Rotalida
Order Globigerinidea
Family Globigirinidae
Genus Globigerina
Spesies Globigerina nephentes
Age Middle – Upper Miocene
Zonasi Umur N14 – N17 (Blow,1969)

Deskripsi Singkat :
a. Dinding :Cangkang Gampingan Hyalin
b. Bentuk Kamar : Bulat
c. Susunan Kamar :Terputar, polythalamus,
d. Aperture 1. Bentuk : Bulat
2. Posisi : aperture interior marginal umbilical
3. Sifat : Primer
e. hiasan : Punctate
f. arah putaran :-
g. jumlah kamar :2
13

MIDDLE / TENGAH
1. Globorotalia miotumida conoidea

Gambar 7

Super Kingdom Eukaryota


Kingdom Rhizaria
Filum Foraminifera
Kelas Globothalamea
Ordo Rotalida
Famili Globorotaliidae
Genus Globorotalia
Spesies Globorotalia miotumida conoidea

Age Middle – Upper Miocene


Zonasi Umur N13 – N18 (Blow,1969)
Deskripsi Singkat :
a. Dinding :Cangkang Gampingan Hyalin
b. Bentuk Kamar : Pipih
c. Susunan Kamar :Terputar, polythalamus,
d. Aperture 1. Bentuk : Bulat
2. Posisi : aperture peripheral
3. Sifat : Primer
e. hiasan : keel
f. arah putaran : sinistral
g. jumlah kamar : lebih dari
14

2. Globorotalia menardi

Gambar 8
Super Kingdom Eukaryota
Kingdom Rhizaria
Filum Foraminifera
Kelas Globothalamea
Ordo Rotalida
Famili Globorotaliidae
Genus Globorotalia
Spesies Globorotalia menardi

Age Middle - Upper Miocene


Zonasi Umur N12 – N19 (Blow,1969)
Deskripsi Singkat :
a. Dinding :Cangkang Gampingan Hyalin
b. Bentuk Kamar : Pipih
c. Susunan Kamar :Terputar, polythalamus,
d. Aperture 1. Bentuk : Bulat
2. Posisi : aperture peripheral
3. Sifat : Primer
e. hiasan : keel
f. arah putaran : sinistral
g. jumlah kamar : lebih dari 5
15

3. Globorotalia juanai

Gambar 9

Super Kingdom Eukaryota


Kingdom Rhizaria
Filum Foraminifera
Kelas Globothalamea
Ordo Rotalida
Famili Globorotaliidae
Genus Globorotalia
Spesies Globorotalia juanai

Age Middle - Upper Miocene


Zonasi Umur N13 – N18 (Blow,1969)

Deskripsi Singkat :
a. Dinding :Cangkang Gampingan Hyalin
b. Bentuk Kamar : Sub Globular
c. Susunan Kamar :Terputar, polythalamus,
d. Aperture 1. Bentuk : Bulat
2. Posisi : aperture peripheral
3. Sifat : Primer
e. hiasan : keel
f. arah putaran :-
g. jumlah kamar : lebih dari 3
16

4. Neogloboquadrina Pachyderma

Gambar 10

Super Kingdom Eukaryota


Kingdom Protista
Kelas Foraminifera
Ordo Globigerinida
Super Famili Hantkeninoidea /
Famili Hantkeninidae
Genus Hantkenina
Spesies Neogloboquadrina Pachyderma

Age Middle - Upper Miocene


Zonasi Umur N11 – N16 (Blow,1969)
Deskripsi Singkat :
Neogloboquadrina pachyderma merupakan perekam yang sangat baik suhu iklim
dalam waktu geologi. Ketika bumi mengalami periode suhu relatif dingin, air laut
lebih dingin danNeogloboquadrina pachyderma membentuk cangkang
sedemikian rupa sehingga arah putarannya sinistral. Sedangkan selama periode
suhu yang relatif hangat ketika air laut lebih hangat, Neogloboquadrina
pachyderma memiliki cangkang dengan arah putaran dextral.
a. Dinding :Cangkang Gampingan Hyalin
b. Bentuk Kamar : Bulat
c. Susunan Kamar :Terputar, polythalamus, Splepospiral
d. Aperture 1. Bentuk : Bulat
2. Posisi : Terminal
3. Sifat : Primer
e. Hiasan : Smooth
17

BOTTOM / BAWAH

1. Globigerina brazieri

Gambar 11

Kingdom Protista
Super Filum Rhizaria

Class Rotaliata
Order Globigerinidae
Family Globigirinidae
Genus Globigerina
Spesies Globigerina brazieri
Age Lower Miocene
Zonasi Umur N4 – N7 (Blow,1969)
Deskripsi Singkat :
a. Dinding :Cangkang Gampingan Hyalin
b. Bentuk Kamar : Bulat
c. Susunan Kamar :Terputar, polythalamus,
d. Aperture 1. Bentuk : Bulat
2. Posisi : aperture interior marginal umbilical
3. Sifat : Primer
e. hiasan : punctate
f. arah putaran :-
g. jumlah kamar : lebih dari 3
18

2. Globigerinoides trilobus

Gambar 12
Kingdom Protista
Super Filum Rhizaria
Filum Foraminifera

Class Rotalida
Order Globigerinidea
Family Globigerinidae
Genus Globigerinoides
Spesies Globigerinoides trilobus
Age Oligocene - Miocene
Zonasi Umur N3 – N18 (Blow,1969)

Deskripsi Singkat :
a. Dinding :Cangkang Gampingan Hyalin
b. Bentuk Kamar : Bulat
c. Susunan Kamar :Terputar, polythalamus,
d. Aperture 1. Bentuk : Bulat
2. Posisi : aperture interior marginal umbilical
Double aperture
3. Sifat : Primer
e. hiasan : punctate
f. arah putaran :-
g. jumlah kamar :3
19

3. Globigerinoides primordius

Gambar 13
Kingdom Protista
Super Filum Rhizaria
Filum Foraminifera

Class Rotalida
Order Globigerinidea
Family Globigerinidae
Genus Globigerinoides
Spesies Globigerinoides primordius

Age Lower Miocene


Zonasi Umur N4 – N5 (Blow,1969)

Deskripsi Singkat :
a. Dinding :Cangkang Gampingan Hyalin
b. Bentuk Kamar : Bulat
c. Susunan Kamar :Terputar, polythalamus,
d. Aperture 1. Bentuk : Bulat
2. Posisi : aperture interior marginal umbilical
Double aperture
3. Sifat : Primer
e. hiasan : punctate
f. arah putaran :-
g. jumlah kamar : lebih dari 4
20

4. Globorotalia obesa

Gambar 14
Super Kingdom Eukaryota
Kingdom Rhizaria
Filum Foraminifera
Kelas Globothalamea
Ordo Rotalida
Famili Globorotaliidae
Genus Globorotalia
Spesies Globorotalia obesa

Age Oligocene - Pliocene


Zonasi Umur N3 – >N18 (Blow,1969)

Deskripsi Singkat :
a. Dinding : Cangkang Gampingan Hyalin
b. Bentuk Kamar : Bulat
c. Susunan Kamar :Terputar, polythalamus, Splepospiral
d. Aperture 1. Bentuk : Bulat
2. Posisi : peri peri / apertut peripheral
3. Sifat : Primer
e. Hiasan : Smooth
21

2.2 DESKRIPSI FORAMINIFERA BENTONIK

TOP 1
FORAMINIFERA BENTONIK

Gambar 15

Nama Fossil
Super Kingdom Eukaryota
Kingdom Rhizaria
Filum Foraminifera
Kelas Astrorhizata
Ordo Astrorhizida
Famili Bathysiponidae
Genus Bathysipon
Spesies Bathysipon sp

Deskripsi Singkat :
a. Dinding :Cangkang Gampingan Hyalin
b. Bentuk Kamar : Lonjong
c. Susunan Kamar :Monothalamus. Satu kamar
d. Aperture 1. Bentuk : Phialine
2. Posisi : Terminal
3. Sifat : Primer
e. Hiasan : Smooth
22

TOP 2
FORAMINIFERA BENTONIK

Gambar 16

Nama Fossil
Super Kingdom Eukaryota
Kingdom Rhizaria
Filum Foraminifera
Kelas Nodosariida
Ordo Nodosaridea
Famili Nodosaridae
Genus Nodosarida
Spesies Siphonodosaria sp.

Deskripsi Singkat :
a. Dinding :Cangkang Gampingan Hyalin
b. Bentuk Kamar : Bulat Sub Globular
c. Susunan Kamar :Polythalamus, Uniserial
d. Aperture 1. Bentuk : Phialine
2. Posisi : Terminal
3. Sifat : Primer
e. Hiasan : Costae
23

TOP 3
FORAMINIFERA BENTONIK

Gambar 17

Nama Fossil
Super Kingdom Eukaryota
Kingdom Rhizaria
Filum Foraminifera
Kelas Rotaliata
Ordo Buliminida
Famili Buliminidae
Genus Bulimina
Spesies Bulimina Elongata

Deskripsi Singkat :
a. Dinding :Cangkang Gampingan Hyalin
b. Bentuk Kamar : Elongated
c. Susunan Kamar :Terputar, polythalamus, Triserial
d. Aperture 1. Bentuk : virguline/bulimine
2. Posisi : Terminal
3. Sifat : Primer
e. Hiasan : Costae
24

TOP 4
FORAMINIFERA BENTONIK

Gambar 18

Nama Fossil
Super Kingdom Eukaryota
Kingdom Rhizaria
Filum Foraminifera
Kelas Astrorhizata
Ordo Astrorhizida
Famili Bathysiponidae
Genus Bathysipon
Spesies Bathysipon sp

Deskripsi Singkat :
a. Dinding :Cangkang Gampingan Hyalin
b. Bentuk Kamar : Tabung
c. Susunan Kamar :Monothalamus. Hanya satu kamar
d. Aperture 1. Bentuk : Bulat Sederhana
2. Posisi : Terminal
3. Sifat : Primer
e. Hiasan : Smooth
25

MIDDLE 1
FORAMINIFERA BENTONIK

Gambar 19

Nama Fossil
Super Kingdom Eukaryota
Kingdom Rhizaria
Filum Foraminifera
Kelas Rotaliata
Ordo Bolivinitida
Famili Bolivinidae
Genus Euloxostoma
Spesies Euloxostoma bradyi

Deskripsi Singkat :
a. Dinding :Cangkang Gampingan Hyalin
b. Bentuk Kamar : Sub Globular
c. Susunan Kamar : polythalamus, Biserial
d. Aperture 1. Bentuk : Phialine
2. Posisi : Terminal
3. Sifat : Primer
e. Hiasan : Smooth
26

MIDDLE 2
FORAMINIFERA BENTONIK

Gambar 20

Nama Fossil
Super Kingdom Eukaryota
Kingdom Rhizaria
Filum Foraminifera
Kelas Astrorhizata
Ordo Astrorhizida
Famili Bathysiponidae
Genus Bathysipon
Spesies Bathysipon sp

Deskripsi Singkat :
a. Dinding :Cangkang Gampingan Hyalin
b. Bentuk Kamar : Tabung
c. Susunan Kamar :Monothalamus. Satu kamar saja
d. Aperture 1. Bentuk : Bulat sederhana
2. Posisi : Terminal
3. Sifat : Primer
e. Hiasan : Smooth
27

MIDDLE 3
FORAMINIFERA BENTONIK

Gambar 21

Nama Fossil
Super Kingdom Eukaryota
Kingdom Rhizaria
Filum Foraminifera
Kelas Nodosariida
Ordo Nodosaridea
Famili Nodosaridae
Genus Nodosarida
Spesies Nodosarida sp.

Deskripsi Singkat :
a. Dinding :Cangkang Gampingan Hyalin
b. Bentuk Kamar : Bulat
c. Susunan Kamar :Terputar, polythalamus, Uniserial
d. Aperture 1. Bentuk : Phialine
2. Posisi : Terminal
3. Sifat : Primer
e. Hiasan : Costae
28

MIDDLE 4
FORAMINIFERA BENTONIK

Gambar 22

Nama Fossil
Super Kingdom Eukaryota
Kingdom Rhizaria
Filum Foraminifera
Kelas Boliviniida
Ordo Bolivinitiida
Famili Bolivinidae
Genus Bolivina
Spesies Pseudobolivina

Deskripsi Singkat :
a. Dinding :Cangkang Gampingan Hyalin
b. Bentuk Kamar : Bulat Sub Globular
c. Susunan Kamar : polythalamus, Biserial
d. Aperture 1. Bentuk : Phialine
2. Posisi : Terminal
3. Sifat : Primer
e. Hiasan : Smooth
29

BOTTOM 1
FORAMINIFERA BENTONIK

Gambar 23

Nama Fossil
Super Kingdom Eukaryota
Kingdom Rhizaria
Filum Foraminifera
Kelas Nodosariida
Ordo Nodosaridae
Famili Nodosaria
Genus Dentalina
Spesies Dentalina vertebralis

Deskripsi Singkat :
a. Dinding :Cangkang Gampingan Hyalin
b. Bentuk Kamar : Bulat
c. Susunan Kamar :Terputar, polythalamus,
d. Aperture 1. Bentuk : memancar/radiate
2. Posisi : Terminal
3. Sifat : Primer
e. Hiasan : Costae
30

BOTTOM 2
FORAMINIFERA BENTONIK

Gambar 24

Laevidentalian sp.
Super Kingdom Eukaryota
Kingdom Rhizaria
Filum Foraminifera
Kelas Nodosariida
Ordo Nodosaridae
Famili Nodosaria
Genus Dentalina
Spesies Laevidentalian sp.

Deskripsi Singkat :
a. Dinding :Cangkang Gampingan Hyalin
b. Bentuk Kamar : Bulat
c. Susunan Kamar :Terputar, polythalamus, Discoid
d. Aperture 1. Bentuk : memancar/radiate
2. Posisi : Terminal
3. Sifat : Primer
e. Hiasan : Costae
31

BOTTOM 3
FORAMINIFERA BENTONIK

Gambar 25

Stilostomella scripta (d’Orbigny, 1846)


Super Kingdom Eukaryota
Kingdom Rhizaria
Filum Foraminifera
Kelas Nodosariida
Ordo Stillostomeliida
Famili Stillostomeliidae
Genus Stillostomelina
Stilostomella scripta (d’Orbigny,
Spesies 1846)

Deskripsi Singkat :
a. Dinding :Cangkang Gampingan Hyalin
b. Bentuk Kamar : Bulat
c. Susunan Kamar :Terputar, polythalamus, Biserial
d. Aperture 1. Bentuk : memancar/radiate
2. Posisi : Terminal
3. Sifat : Primer
e. Hiasan : Smooth
32

BOTTOM 4
FORAMINIFERA BENTONIK

Gambar 266

Dentalina acuta
Super Kingdom Eukaryota
Kingdom Rhizaria
Filum Foraminifera
Kelas Nodosariida
Ordo Nodosaridae
Famili Nodosaria
Genus Dentalina
Spesies Dentalina acuta

Deskripsi Singkat :
a. Dinding :Cangkang Gampingan Hyalin
b. Bentuk Kamar : Bulat
c. Susunan Kamar :Terputar, polythalamus, Discoid
d. Aperture 1. Bentuk : memancar/radiate
2. Posisi : Terminal
3. Sifat : Primer
e. Hiasan : Costae
33

2.3 DESKRIPSI STRUKTUR SEDIMEN FOSSIL JEJAK

LP 1

Gambar 27 Deskripsi Fosil jejak LP 1 Thalassinoides


Calcareous Sandstone with very fine sand grain size. Have trace
fossil/bioturbation sedimentary structure. The trace fossil formed at the top of the
stone’s layer which based on Seilacher 1964 classification is positif epirelief and
can interpreted include into the Terodolites Group based on “Distribution of
common marine Ichnofasies” by Collinson and Thompson (1982) Ichnofassies
classification. In Terodolites group the organism traces based on the pict is
Thalassinoides that representation to sedimentary fasies and depth zone in the
ocean. It was formed in sandy shore or sub tidal areas where we known as
transition zone.
34

LP 3

Gambar 28 Deskripsi Fosil jejak LP 1 Thalassinoides

Calcareous Sandstone with fine sand grain size. Have trace fossil/bioturbation
sedimentary structure as a Fodinichnia (feeding) based on classification modified
form Ekdale, Bromley, and Pamberton 1984. The trace fossil formed at the top
of the stone’s layer which based on Seilacher 1964 classification is positif
epirelief and can interpreted include into the Cruziana Group based on
“Distribution of common marine Ichnofasies” by Collinson and Thompson
(1982) Ichnofassies classification. In Cruziana group the organism traces based
on the pict is Planolites that representation to sedimentary fasies and depth zone
in the ocean. It was formed in neritic or sublitoral zone.
35

LP 7

Gambar 29 Deskripsi Fosil jejak LP 1 Thalassinoides

Calcareous Sandstone with fine sand grain size. Have trace fossil/bioturbation
sedimentary structure as a Domichnia (Dwelling) based on classification
modified form Ekdale, Bromley, and Pamberton 1984. The trace fossil formed
at the top of the stone’s layer which based on Seilacher 1964 classification is full
relief and can interpreted include into the Skolithos Group based on “Distribution
of common marine Ichnofasies” by Collinson and Thompson (1982)
Ichnofassies classification. In Skolithos group the organism traces based on the
pict is Psilonichnus that representation to sedimentary fasies and depth zone in
the ocean. It was formed in neritic or sublitoral zone.
36

LP 10

Gambar 30 Deskripsi Fosil jejak LP 1 Thalassinoides

Calcareous Sandstone with fine sand grain size. Have trace fossil/bioturbation
sedimentary structure as a Fodinichnia (feeding) based on classification modified
form Ekdale, Bromley, and Pamberton 1984. The trace fossil formed at the top
of the stone’s layer which based on Seilacher 1964 classification is positif
epirelief and can interpreted include into the Cruziana Group based on
“Distribution of common marine Ichnofasies” by Collinson and Thompson
(1982) Ichnofassies classification. In Cruziana group the organism traces based
on the pict is Planolites that representation to sedimentary fasies and depth zone
in the ocean. It was formed in neritic or sublitoral zone.
37

2.4 TABEL HASIL PENARIKAN UMUR

Table 1 Hasil Penarikan Umur TOP

Table 2 Hasil Penarikan Umur MIDDLE

Table 3 Hasil Penarikan Umur BOTTOM

Table 4 Hasil Penarikan Umur KESELURUHAN


38

2.5 TABEL HASIL LINGKUNGAN PENGENDAPAN

Tabel 5 Hasil Lingkungan Pengendapan TOP

Tabel 6 Hasil Lingkungan Pengendapan MIDDLE

Tabel 7 Hasil Lingkungan Pengendapan BOTTOM


39

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

a. Berdasarkan Data Geologi Regional, Daerah Lokasi Penelitian terletak pada


Fisiografi Pegunungan Selatan, Formasi Sambipitu, dibuktikan dengan litologi
yang dijumpai di Lapangan Yakni Batuan berfraksi halus mendominasi, dengan
kandungan karbonat.

b. Umur Daerah Lokasi penelitian dari data yang dijumpai di Lapangan, dengan
melakukan analisis Foram Planktonik, maka disimpulkan bahwa daerah
penelitian memiliki umur Mioses Awal – Miosen Tengah.

c. Foraminifera Bentonik yang di analisis untuk mengetahui Lingkungan


Pengendapan Daerah tersebut, menunjukan bahwa Lingkungan Pengendapan
pada saat Litologi yang ada disana terbentuk itu berda di Lingkungan Transisi
Hingga Neritik tengah.

3.2 SARAN

Saran Saya pribadi dalam praktikum Stratigrafi Analisis ini adalah waktu untuk
Praktikum mungkin bias di tambah terkait durasi juga jumlah pertemuan agar
praktikan betul-betul mantap dalam mempraktekan ilmu yang telah dipelajari di
kelas baik dalam hal pengambilan data maupun menganalisis .
40

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, P., & Pandita, H. (2015). Peralihan Lingkungan Pengendapan Antara


Formasi Nglanggran ke Formasi Sambipitu, Kali Ngalang, Dusun Karanganyar,
Desa Ngalang, Kecamatan Gedang Sari, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. ReTII.

Putra, D. C., & Pandita, H. (2015). IDENTIFIKASI SESAR KALI NGALANG


DI DUSUN KARANGAYAR, DESA NGALANG, KECAMATAN GEDANG
SARI, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA. ReTII.

Anonim. 2012. Geologi Regional Pegunungan Selatan. Bandung, Indonesia.


Digilib.itb.ac.id

Trisnawati D. 2009. Analisis Indeks Geomorfik dalam Menentukan Pengaruh


Tektonik terhadap Sub-Daerah Aliran Sungai Oyo Kec. Playen, Gunung Kidul
dan Kec. Dlingo, Bantul DIY. Semarang, Indoesia. UNDIP Press,
e.print.undip.ac.id

Anonim.2006.” Panduan Ekskursi Geologi Regional, Cekungan Pegunungan


Selatan, Mandala Rembang, Mandala
Kendeng” (karyailmiah.trisakti.ac.id/dosen)

Anda mungkin juga menyukai