KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya
buku petunjuk praktikum ini. Buku petunjuk praktikum ini pada dasarnya untuk
mengarahkan dan melatih praktikan seoptimal mungkin dalam mengenal bentuk-
bentuk lahan, proses geologi atau geomorfologi, dan material penyusun atau litologi
melalui ekspresi miniaturnya yang berupa peta topografi. Hal ini guna mendasari
bekal keilmuan mahasiswa dalam mempelajari cabang-cabang disiplin ilmu lainnya
terutama yang berkaitan dengan ilmu geomorfologi. ,perencanaan pengembangan
wilayah, perhitungan cadangan endapan bahan galian ekonomis dan studi aplikasi
lainnya.
Pada kesempatan ini kami ucapkan banyak terima kasih atas bimbingan,
saran, serta bantuan moril maupun materil kepada :
1. Prof. Drs. H. R. Bambang Soeroto
2. Ir. Suroso Sastropawiro, Msi
3. Dr. Ir. Bambang Kuncoro, MT
4. Ir. Sugeng Raharjo, M.T.
5. Drs. Hadi Purnomo, Msi
6. Ir.Andi Sungkowo,Msi
7. Jurusan Teknik Geologi, FTM, UPN "VETERAN" YOGYAKARTA
8. Asisten Geomorfologi.
Segala kritik dan saran dari berbaga ipihak yang bersifat membangun sangat
kami harapkan demi sempurnanya buku pentunjuk praktikum di masa yang akan
datang.
Akhirnya kami berharap semoga buku petunjuk praktikum ini dapat membantu
dan bermanfaat bagipraktikan padakhususnya dan mahasiswa jurusan teknik geologi
padaumumnya.
Yogyakarta, September 2011
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
TATA TERTIB ii
KRITERIA PENILAIAN iii
DAFTAR ISI iv
STRUKTUR ORGANISASI LABORATORIUM v
STAFF ASSISTEN GEOMORFOLOGI vi
ACARA 1 MORFOLOGI 11
ACARA 2 MORFOGENESA 18
ACARA 3 POLA PENGALIRAN 25
ACARA 4 PENYIMPANGAN ALIRAN 35
ACARA 5 BENTUKANASAL STRUKTURAL 41
ACARA 6 BENTUKANASAL FLUVIAL 52
ACARA 7 BENTUKANASAL VULKANIK 59
ACARA 8 KARST 66
ACARA 9 MARINE AEOLIAN 76
ACARA 10 PEMETAAN GEOMORFOLOGI 88
DAFTAR PUSTAKA vii
DEKAN
Dr. Ir. Koesnaryo, Msc
KETUA JURUSAN
Ir. SugengRaharjo, MT
KEPALA LABORATORIUM
Drs. HadiPurnomo, Msi
SEKERTARIS BENDAHARA
I.Putu Edi Agnes Mei Sita
URUSAN PENGEMBANGAN
Ir. Suroso Satropawiro, Msi
DOSEN PENGAMPU
1. Ir. Suroso Sastropawiro, Msi
2. Dr. Ir. Bambang Kuncoro, MT
3. Drs. HadiPurnomo, Msi
KEPALA LABORATORIUM
Ir. HadiPurnomo, Msi
ASSISTEN
Ronald Dicky A , Dicko R.F, Prabawa D.S , Ayu
Narwastu C , Zihan K , I Made Wika P, M.
Yusuf Aji S , Gilang D.S, Ghea Ayu A.
ACARA 1
MORFOLOGI
Berikut ini adalah langkah kerja metode pola kerapatan garis kontur:
a. Amati pola garis kontur pada lembar kerja peta topografi Saudara.
b. Batasi variasi kerapatan garis kontur: rapat sekali, rapat, renggang, agak
renggang, hingga sangat renggang tergantung kondisi pola garis konturnya
(Gambar 2.1).
c. Tarik garis tegak lurus terhadap pola kerapatan garis kontur pada setiap pola
kerapatan garis kontur. Garis tegak lurus tersebut adalah jarak horizontal, lalu
ukur jaraknya (M).
ACARA 2
MORFOGENESA
Bentuklahan antara lain merupakan fungsi dari litologi penyusun, struktur geologi,
dan proses geomorfologi. Oleh karena itu, dengan melakukan pengamatan secara
teliti terhadap suatu bentuklahan, maka akan memberikan penjelasan tentang litologi
penyusunnya, struktur geologi yang mempengaruhinya, dan proses geomorfologi
yang berlangsung di daerah tersebut. Pengamatannya dapat secara langsung di
lapangan atau melalui interpretasi terhadap peta topografi atau citra foto dan satelit.
Proses-proses Geomorfologi
Proses Eksogen
Proses eksogen adalah proses yang disebabkan oleh tenaga yang berasal dari luar
bumi, tetapi masih di dalam lingkungan atmosfer. Proses ini disebut dengan gradasi
yang terdiri atas degradasi dan agradasi. Menurut ChamBerlain dan Salisbury
(1904), gradasi adalah semua proses untuk meratakan permukaan litosfir, sehingga
mencapai suatu ketinggian yang sama (common level). Hal in dapat dicapai dengan
degradasi (pengikisan) atau agradasi (penimbunan).
Aktivitas organism: proses eksogenik ini disebabkan oleh aktivitas organisme, baik
manusia, hewan, maupun tumbuhan. Contoh aktivitas manusia antara lain di daerah
penggalian bahan tambang, bendungan, danau buatan, jalan raya, penebangan
hutan mengakibatkan erosi yang intensif, aktivitas penggunaan bom,dsb.
Proses Endogen
Proses Endogen adalah proses–proses yang berasal dari dalam bumi.proses
endogen ini dibedakan menjadi dua, yaitu diastrofisme dan vulkanisme:
1. Diastrofisma: termasuk proses endogen yang disebabkan oleh energi yang
terdapat dari dalam bumi. Diastrofisma mempunyai kecenderungan membentuk
relief pada permukaan bumi dan dengan demikian merupakan kekuatan yang
melawan proses-proses gradasi. Proses diastrofisma dibagi dalam dua tipe, yaitu
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Morfogenesa - 21
Praktikum Geomorfologi, UPN ”Veteran” Yogyakarta
orogenesa dan epirogenesa. Epirogenesa adalah pengangkatan atau penurunan
bagian muka bumi yang luas secara perlahan-lahan. Orogenesa adalah proses
pengangkatan dan penurunan bagian dari muka bumi dan disertai dengan
proses pengangkatan, perlipatan, pensesaran, dan kadang disertai intrusi.
2. Volkanisma merupakan proses endogen yang disebabkan oleh gerakan magma
ke permukaan bumi. Hasil dari vulkanisma ini merupakan batuan beku dan
bentuklahan yang terbentuk dapat berupa kubah-kubah, gunung api dsb.
3.3 Prosedur
Bentuklahan yang berkaitan dengan resistensi batuan (daya tahan batuan terhadap
pelapukan).
Langkah-langkah pengamatannya:
1. Batuan berbutir kasar umumnya lebih resisten bila dibanding batuan berbutir
halus.
2. Berdasarkan penjelasan di atas, maka batuan yang resisten akan ditunjukkan
oleh bentuklahan perbukitan atau punggungan dengan pola kontur yang rapat.
3. Pisahkan pola kontur rapat dan renggang atau pisahkan pola kontur yang
menunjukkan daerah dataran dan perbukitan.
3.3.3 Morfodinamik
Bentuklahan yang berhubungan dengan tenaga eksogen seperti proses air, fluvial,
es, gerakan masa, dan gunungapi.
Langkah-langkah pengamatannya:
1. Proses-proses air, fluvial, es, gerakan masa, dan gunungapi berlangsung sangat
cepat dan sekaligus dapat merubah topografi yang sudah ada semula.
2. Berdasarkan penjelasan di atas, maka identifikasi bentuklahan oleh aspek
morfodinamik adalah dengan memperhatikan bentuklahan yang berasosiasi
dengan proses-proses air, fluvial, es, gerakan masa, dan gunungapi tersebut.
3. Kenali dan deskripsi ciri-ciri bentuklahan yang berasosiasi dengan proses-proses
air, fluvial, es, gerakan masa, dan gunungapi tersebut.
ACARA 3
POLA PENGALIRAN
Pola pengaliran adalah rangkaian bentuk aliran-aliran sungai pada daerah lemah
tempat erosi mengambil bagian secara aktif serta daerah rendah tempat air
permukaan mengalir dan berkumpul (A.D. Howard, 1967).
3. Tempat erosi mengambil bagian secara aktif: artinya terdapat daya tahan
terhadap erosi yang berbeda-beda, tergantung batuannya (litologi).
4. Daerah rendah tempat air permukaan mengalir dan berkumpul: faktor lereng dan
bentuklahan.
2. Paralel
a. Terbentuk dari aliran cabang-cabang sungai yang sejajar atau paralel pada
bentangalam yang memanjang.
b. Mencerminkan kelerengan yang cukup besar dan hampir seragam.
3. Trellis
a. Terbentuk dari cabang-cabang sungai kecil yang berukuran sama, dengan
aliran tegak lurus sepanjang sungai induk subsekuen yang paralel.
b. Terdapat pada daerah lipatan, patahan yang paralel, daerah blok
punggungan pantai hasil pengangkatan dasar laut, daerah vulkanik atau
metasedimen derajat rendah dengan pelapukan yang berbeda-beda.
4. Rectangular
a. Aliran cabang sungai tegak lurus terhadap sungai induk
b. Aliran memotong daerah secara tidak menerus,
c. Mencerminkan kekar/sesar yang saling tegak lurus, tidak serumit pola trellis.
5. Radial
a. Bentuk aliran seolah memancar dari satu titik pusat berasosiasi dengan
tubuh gunungapi atau kubah berstadia muda,
b. Dalam konsep Davis, pola radial ini adalah menyebar dari satu titik pusat
(sentrifugal), sedangkan kalsifikasi lain menyatakan pola radial mencakup
dua sistem pola pengaliran yaitu ; sentrifugal dan sentripetal.
6. Annular
a. Cabang sungai mengalir tegak lurus sungai utama yang melingkar,
b. Pada struktur kubah, cekungan, atau pada intrusi stock yang tererosi,
c. Sungai dikontrol pola sesar atau kekar pada bedrock.
7. Multibasinal
a. Pada daerah endapan antar bukit, batuan dasar yang tererosi,
b. Ditandai adanya cekungan-cekungan yang kering atau terisi air yang saling
terpisah, aliran yang terputus dan arah aliran yang berbeda-beda,
c. Pada daerah aktif gerakan tanah, vulkanik, dan pelarutan batugamping.
8. Contorted
a. Terbentuk dari aliran cabang-cabang sungai yang relatif tegak lurus terhadap
sungai induk subsekuen yang melengkung,
b. Dibedakan dari recurved trellis dengan ciri daerahnya yang tidak teratur,
dikontrol struktur sesar, lipatan menunjam, atau pada daerah labil.
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Pola Pengaliran - 27
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Gambar 4.4 Contoh diagram kipas batang sungai pada pola pengaliran
radial, parallel, trellis, dan rectangular.
Alat dan bahan yang dipergunakan di dalam praktikum ini terdiri atas:
1. Pensil 2B, pensil mekanik, penghapus, penggaris, dan kalkulator
2. Kertas kalkir dan HVS minimal 5 lembar.
ACARA 4
PENYIMPANGAN ALIRAN
Penyimpangan aliran dapat terjadi apabila telah terjadi penyimpangan arah aliran
sungai (bentuk paling sederhana adalah pembelokan sungai arah aliran).
Penyimpangan ini dapat disebabkan oleh berkembang atau terjadi perulangan
proses dari salah satu fungsi pola pengaliran (Gambar 5.1, 5.2, dan 5.3).
(A) Dendritik with radial annular enclave; (B) Dendritik trellis influence; (C)
Rectilinearity; (D) Local meandering; (E) Compressed meanders; (F) Local
braided; (G) Pinched valley; (H) Annomalous flare in valley; (I) Annomalous
pond, alluvial fill and wash; (J) Annomalous curves and turn; (K) Flying leeves;
(L) Variation in leeve width (Howard, 1967).
Gambar 5.2 Beberapa variasi penyimpangan aliran pada struktur antiklin dan sinklin.
Menurut Way (1920), tekstur pengaliran adalah jarak terdekat antar sungai-sungai
orde 1 yang dinyatakan secara relatif, yaitu halus, sedang, dan kasar pada skala
1:20.000 (Gambar 5.4 dan Tabel 5.1). Semakin dekat jarak antar sungai orde 1,
maka tekstur pengalirannya semakin halus dan sebaliknya. Tekstur pengaliran
merupakan fungsi dari litologi dan resistensi batuan (tingkat erosi suatu daerah).
Gambar 5.4 Tekstur pengaliran halus, sedang, dan kasar (kiri ke kanan).
Tabel 5.1 Penentuan tekstur pengaliran pada skala 1:20.000 (Way, 1920).
Tekstur pengaliran Jarak sungai orde 1 (inchi atau cm)
Halus < 0,25 inchi atau <0,635 cm
Sedang 0,25 – 2 inchi atau 0,635 – 5,08 cm
Kasar > 2 inchi atau >5,08 cm
Bentuk lembah merupakan fungsi dari ukuran butir batuan dan litologi (resistensi).
Macam-macam bentuk lembah:
1. Bentuk lembah sempit berdinding terjal seperti huruf V, umumnya disusun oleh
batuan berbutir kasar, seperti breksi dan batupasir kasar.
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Penyimpangan Aliran - 38
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
2. Bentuk lembah agak landai berdinding agak terjal-landai seperti huruf V landai
sampai U agak terjal. Ciri di atas umumnya disusun batuan berbutir sedang,
seperti batupasir.
3. Bentuk lembah landai berdinding landai seperti huruf U landai, umumnya disusun
oleh batuan berbutir halus, seperti batulempung, batulanau, atau napal.
ACARA 5
BENTUKAN ASAL STRUKTURAL
Struktur geologi adalah faktor dominan yang mengontrol atau mengendalikan evolusi
(ubahangsur) bentuk-bentuk permukaan bumi dan struktur geologi tersebut tercermin
dalam bentuklahannya (Thornbury, 1954).
Lapisan miring
Lapisan miring ditunjukkan oleh kemiringan lapisan batuan ke satu arah atau yang
mengarah pada daerah yang lebih landai (dip slope). Kemiringan lapisan batuan
pada peta topografi dicirikan oleh adanya gawir terjal (ditunjukkkan dengan pola
garis kontur yang rapat) dan landai (pola garis kontur yang renggang). Arah
kemiringan lapisan batuan searah dengan kemiringan landai dari topografinya
(Gambar 6.1) dan karakteristik pola pengalirannya (6.2).
Gambar 6.1 Pola kontur pada lapisan miring (Military Maps & Air Photograph,
………..)
Gambar 6.2 Kenampakan lapisan miring yang dikontrol oleh pola pengaliran.
Lapisan Horisontal
Lapisan horisontal dicirikan oleh permukaan yang relatif datar dengan garis kontur
yang jarang, tebing-tebingnya dapat terjal, berundak dengan pola kontur yang relatif
seragam karena dikontrol oleh litologi yang sama. Bentuklahan penyusunnya adalah
dataran tinggi (plateau).
Pada kemiringan dua arah yang berlawanan dapat disebut sebagai lipatan, yaitu
antiklin atau sinklin, sedangkan kemiringan tiga arah dapat disebut sebagai lipatan
menunjam (Gambar 6.3; 6.4; 6.5, dan 6.6). Pada kemiringan kesegala arah, yaitu
mempunyai arah kemiringan lapisan batuan kesegala arah, dapat disebut sebagai
dome atau kubah (Gambar 6.7).
Gambar 6.4 Pola kontur pada antiklin menunjam, perhatikan pola garis konturnya,
kerapatan dan pelengkungannya, serta pola pengalirannya.
Sesar
Sesar pada peta topografi ditunjukkan oleh adanya kelurusan atau off set dari
punggungan, bukit, lembah, aliran sungai, atau gawir. Bentuk-bentuk tersebut
tercermin pada pola konturnya. Bentuklahan penyusunnya adalah pegunungan atau
perbukitan blok (Gambar 6.8 dan 6.9), perbukitan sesar, dan gawir sesar.
Pengamatan melalui karakteristik pola pengaliran sangat membantu di dalam
interpretasi sesar pada peta topografi.
Struktur kekar pada peta topografi ditandai oleh adanya kelurusan gawir, lembah
bukit dan celah atau berdasarkan pola pola pengaliran atau pola batang-batang
sungainya (Gambar 6.9).
Gambar 6.8 Pola kontur yang menunjukkan struktur sesar tangga (step fault) pada
suatu pegunungan blok (Military Maps & Air Photograph, ........).
Alat dan bahan yang dipergunakan di dalam praktikum ini terdiri atas:
1. Pensil 2B, pensil mekanik, penghapus, dan kalkulator
2. Kertas kalkir dan HVS minimal 10 lembar.
3. Busur derajat dan penggaris
ACARA 6
BENTUKAN ASAL FLUVIAL
Tujuan acara praktikum bentukan asal fluvial adalah agar praktikan dapat:
1. Menjelaskan ciri-ciri bentuklahan fluvial pada peta topografi.
2. Menjelaskan proses-proses fluvial yang berlangsung berdasarkan kenampakan
pada peta topografi.
Dalam siklus fluviatil, berkurang dan bertambahnya bentuklahan dapat terjadi karena
kombinasi proses pelapukan, mass wasting, dan erosi oleh air pada permukaan
tanah, baik yang terkonsentrasi dalam saluran (channel) atau tidak (banjir).
2. Local base level: batas erosi vertikal suatu daerah yang di tentukan oleh sungai
yang gradded di daerah tersebut.
3. Temporary base level: terjadi kalau terdapat batuan yang sangat keras atau
danau di suatu daerah yang membatasi erosi vertikal sungai.
Gambar 7.3 Dataran limpah banjir yang berkembang pada sungai stadia tua.
Gambar 7.4 Tanggul alam yang berkembang pada sungai stadia tua.
karena ada batuan atau endapan yang menghalangi arah aliran sungai, sehingga
alirannya membelok dan terus melakukan penggerusan ke batuan yang lebih lemah.
Danau tapal kuda adalah sebuah danau yang terbentuk jika lengkung meander
terpotong oleh pelurusan sungai (Gambar 7.6). Apabila bentuk tapal kuda tersebut
tidak berair, maka disebut dengan meander terpotong (Gambar 7.7).
Gambar 7.6 Meander sungai (atas) dan danau tapal kuda (bawah).
.
Gambar 7.7 Meander terpotong di
daerah Sentolo di barat Sungai Progo
Alat dan bahan yang dipergunakan di dalam praktikum ini terdiri atas:
1. Pensil 2B, pensil mekanik, pensil berwarna, penghapus, penggaris, dan
kalkulator
2. Kertas kalkir ukuran A3 dan kertas HVS masing-masing minimal 5 lembar.
ACARA 7
BENTUK ASAL VULKANIK
Bentukan asal vulkanik secara spesifik sangat mudah diidentifikasikan dari peta
topografi, bentuklahan vulkanik di bentuk dari akumulasi lava fragmen-fragmen
produk vulkanik yang sangat berbeda daripada bentukan asal lainnya ( Zuidam
1983)
1. cara untuk mengidentifikasi melalui peta topografi bedasarkan tekuk lereng dan
pola kontur
2. akumulasi lava dan produk vulkanik memberi peranan yang spesifik pada
permukaan bumi yang dapat di lihat dari pola kontur
8.3 Batasan
Bentang alam gunungapi mempunyai bentuk yang sangat khas sehingga sangat
mudah dikenal melalui foto udara atau peta topografi. Kumpulan bentuk-bentuk
gunungapi dibangun oleh aliran lava yang telah membeku sesuai dengan bentuk
alam itu sendiri. Bentuk - bentuk ini disamping melalui tahapan rangkaian erosi dari
muda hingga tua, juga sangat dipengaruhi oleh tipe-tipe kerangka dan material yang
dikeluarkan.
Hal ini akan dicerminkan oleh tekstur morfologi yang lebih kasar yang berarti
pengikisan lebih lanjut. Tekstur gunungapi yang lebih halus menandakan adanya
timbunan rempah-rempah yang lebih muda. Semua ini dapat tercermin dari variasi
pola kontur pada peta topografi dari penafsiran perbedaan umur relatif satuan
morfologi gunungapi.
Demikian untuk gunungapi yang berdekatan atau pada kawah ganda dengan
material yang dikeluarkan , pada kedua kawah tersebut akan nampak saling
memotong pola konturnya.
Gunungapi yang kita kenal mempunyai beberapa tipe letusan ,antara lain:
1. Eksplosif dicirikan oleh tekanan gas yang tinggi. Menghasilkan material lepas (
piroklastik ) yang cenderung membentuk gunungapi kerucut.
2. Effusif dicirikan dengan tekanan gas rendah.Cenderung menghasilkan
gunungapi strato ( berlapis ). Lava mengendap disekitar Crater sebagai dome ,
dataran lava , dan sebagainya.
3. Campuran terjadi antara ltusan eksplosif dan effusive. sebagai contoh : gunung
Merapi di jawa tengah.
Tipe Gunungapi menurut Lacrous ( 1909 ) dan Sapper ( 1931 ) , sebagai berikut :
1. Tipe Icelandic
adalah erupsi rekah dengan aliran magma basa yang mengandung sedikit
gas,dengan volume lava besar.Aliran berupa lembar – lembar membentang sebagai
kawasan luas membentuk dataran (plain / Plateau)
2. Tipe Hawaiian
Bentuk retakan , kaldera , lubang – lubang letusan , lava mengandung gas mengalir
menimbulkan bunga–bunga api serta abu kemudian mengendap membentuk kubah
lava.
3. Tipe Strombolian
Bentukan inin ditandai oleh puncak kepundan berbentuk kerucut berlapis ( strato
cones ) . Eksplositasnya secara terus menerus dengan pelepasan gas- gas serta
lava beku yang merupakan bomb , rombakan lava dan semburan abu awan lava
yang menjulang tinggi.
4. Tipe Vulkanian
Bentukan ini ditandai dengan bentuk kerucut berlapis ( strato volcanoes ) dengan
pipa sentral sebagai pusat erupsi , yang mengeluarkan lava kental , gas , abu dan
awan panas , pumice , bomb . Materi yang dilontarkan membentuk bunga kol yang
tegak menjulang vertical , pengendapan abu sepanjang lereng dinamakan “
Pseudovulkanis “ .
5. Tipe Vesuvian
Tipe letusan ini lebih hebat dari pada tipe strombolian dan volkanian . Hembusan
berulang – ulang yang berbahaya bersumber dari dapur magma , kawah kepundan
yang relative sempit dan pipa stratocone membentuk awan bunga kol yang
menjulang abu tinggi sehingga menimbulkan hujan.
6. Tipe Plinian
Kekuatan Erupsi lebih dahsyat dibandingkan tipe vesuvian . Hembusan gas yang
membawa aliran secara vertical dengan tinggi bermil – mil dengan pangkal yang
sempit , mengembang keatas . Umumnya kandungan abu rendah , tubuh
stratovulkano.
7. Tipe Pelean
Mempunyai lava yang sangat kental, dihamparkan oleh letusan eksplosif. Terjadi
perlapisan stratovolcanic yang tertumpangi kubah lava. Gas yang terlepas tampak
pada lereng – lereng yang rusak atau tersingkap oleh timbulnya kubah lava . tipe
letusan memberikan kenampakan khas yaitu terjadinya “ Nuee Ardantes “ ( guliran
lava blok , gas dan abu atau guguran material rombakan yang berpijar dalam
kecepatan tinggi )
Beberapa contoh dari produk gunung api akibat dariaktifitas magmatisme adalah:
1. Cider cones, adalah bentuk kerucut yang dibentuk dari hasil letusan yang berupa
tufadan breksi vulkanik, dengan kemiringan kerucut lebih dari 40 o.
2. Adventive cones, adalah bentuk kerucut yang hasil pembentukaanya
berhubungan langsung dengan kegiatan aktivitas gunungapi.
3. Composite cones atau strato vulkanik, adalah bentuk kerucut yang dibentuk
bergantian antara erupsi letusan dan aliran lava.
4. Gunungapi sekunder sebagai hasil gunungapi yang baru tumbuh didasar
kaidera.
5. Gunungapi tahapan tua kadang-kadang menghasilkan vulcanic neck.
Gambar 5.2. Perubahan cerun (break - in – slope, 1 dan 2), gunung berapi strato
merupakan sempandan antara jenis keluaran Gunung Berapi.
H.D. Tjia (1969).
8.4 Prosedur
Alat dan bahan yang digunakan dalam acara bentukan asal vulkanik adalah:
1. Pensil, Spidol OHP ukuran F warna biru, hitam dan merah.
2. Pensil warna 1 set
3. Mistar / penggaris minimal ukuran 30cm,
4. Kertas kalkir ukuran A3
5. Peta topografi.
6. Kertas HVS minimal 10 lembar
ACARA 8
BENTUKAN ASAL KARST
Tujuan mempelajari bentukan asal karst pada acara ini adalah agar praktikan dapat:
1. Menjelaskan macam-macam bentuklahan karst dan mengklasifikasikannya.
2. Menjelaskan faktor-faktor geologi yang mempengaruhinya berikut proses
karstifikasi yang berlangsung.
Menurut Esteban (1996), kars adalah suatu sistem yang merupakan kesatuan
pengeringan alamiah air meteorik dalam sistem terbuka yang berinteraksi dengan
formasi batuan. Mengacu Keputusan Menteri ESDM No: 1456 K/20/ Mem/2000, karst
juga diartikan sebagai bentangalam pada batuan karbonat yang bentuknya sangat
khas, yaitu dicirikan oleh terdapatnya bukit-bukit kecil, dolina atau daerahnya berupa
cekungan-cekungan, gua, dan sungai-sungai di bawah permukaan tanah.
Istilah karst dikemukakan oleh para ahli geologi untuk menerangkan gejala rupabumi
yang diakibatkan oleh proses kimia dan fisika pada kawasan berbatugamping atau
batuan yang mudah larut. Meskipun demikian, tidak berarti setiap tempat yang
terdapat batugamping akan terbentuk topografi karst. Berikut ini adalah syarat-syarat
terbentuknya karst:
1. Tebal lapisan batugamping >200 m, agar memungkinkan terbentuknya
bentuklahan kars yang sempurna.
2. Harus terdapat batuan mudah larut (batugamping) di permukaan atau sedikit di
bawah permukaan.
3. Batuan ini harus kompak, banyak memiliki rekahan-rekahan dan berlapis dan
sebaiknya berlapis tipis.
4. Terdapatnya lembah-lembah utama pada ketinggian lebih rendah dari batuan
yang mudah larut ini.
5. Memiliki iklim basah dan hangat, agar memungkinkan terjadinya proses
pelarutan dan pembentukan kars.
6. Harus terdapat sekurangnya curah hujan yang sedang.
7. Adanya proses tektonik (pengangkatan) yang perlahan dan merata di kawasan
batugamping.
Karst adalah bentangalam yang sangat spesifik secara morfologi, geologi, maupun
hidrogeologi. Dapat menghasilkan bentuklahan yang berkembang di permukaan
(eksokars) dan di bawah permukaan (endokars):
1. Eksokars adalah semua fenomena yang dijumpai di atas permukaan tanah
kawasan kars, yaitu bentuk negatif atau cekungan seperti doline, uvala, polje,
dan bentuk positif atau bukit seperti conical hill (Gambar 1).
2. Endokars adalah semua fenomena yang dijumpai di bawah permukaan tanah
kawasan kars, yang paling sering dijumpai adalah gua, sungai bawah tanah,
saluran, dan terowongan.
Gambar 9.1 Kenampakan topografi karst pada peta topografi yang memperlihatkan
bentukan positif (garis kontur konsentris yang mencirikan bukit) dan negatif (garis
kontur bergerigi yang menunjukkan lembah).
Dolina (doline)
Cekungan membundar atau depresi tertutup di permukaan yang terjadi akibat proses
pelarutan, runtuhan, atau amblegan (Gambar 8.1 dan 8.2). Bentuknya seperti
mangkuk, garis tengah 10-100 m, dan kedalamannya berkisar 2–100 m. Sudut
dinding dolina berkisar antara 20o-30o, kadang-kadang lebih curam bahkan berupa
tebing tegak seperti pada depresi runtuhan (collapse sink). Perbedaan geometri
tersebut disebabkan perbedaan kontrol struktur geologi, tingkat pelarutan, atau
gabungan keduanya.
Uvala
Uvala adalah depresi berukuran besar dan memanjang (uvala dari kata oval yang
berarti lonjong), merupakan gabungan dari beberapa doline akibat proses pelarutan
lanjut. Uvala juga terjadi akibat depresi besar karena runtuhnya atap sungai di bawah
tanah yang dicirikan oleh dinding relatif curam. Banyaknya uvala pada suatu bentang
alam kars, menunjukkan bahwa daerah tersebut berada pada stadium dewasa.
Polje
Depresi tertutup dengan ukuran sangat besar melebihi ukuran uvala. Polye terjadi
dari perluasan uvala atas proses solusi dan runtuhnya dinding yang telah lapuk.
Bentuk polye memanjang dengan dasar relatif datar dan ditutupi oleh endapan
aluvial, sumbu panjang searah jurus perlapisan atau struktur geologi. Polje bertebing
curam dengan pelarutan secara lateral relatif lebih besar, dan mempunyai pengaliran
di bawah permukaan.
Luweng
Luweng adalah depresi pada lahan kars yang berbentuk silindris, mulutnya benar-
benar membundar, seperti sumur, dinding vertikalnya memotong relatif tegak-lurus
terhadap struktur perlapisan batuan. Bagian alas dari suatu luweng biasanya
merupakan batuan dasar. Sebuah luweng sering kali mempunyai sistem
pengeringan di bagian alasnya. Sistem pengeringan yang ada berupa saluran-
saluran kecil yang berhubungan dengan suatu saluran pengering utama di bawah
permukaan.
Pinnacle
Pelarutan sepanjang kekar dan rekahan membuat masa batuan menjadi lebih
rendah dan menyisakan blok-blok batugamping yang terisolasi satu sama lain, yang
dikenal dengan istilah pinakel. Ketinggian sebuah pinakel dapat dimulai dari
beberapa meter hingga puluhan meter dari permukaan tanah di sekitarnya. Pinakel
biasanya mempunyai lereng terjal dan penampang horizontal bagian atasnya
berbentuk elips.
Bukit-bukit Residual
Bukit-bukit residual merupakan morfologi positif berbentuk kerucut atau kubah yang
terisolasi dikitari oleh dataran. Pada umumnya mereka memiliki lereng cukup terjal
atau lebih dari 45o. Morfologi demikian, dihasilkan oleh proses karsifikasi yang telah
cukup lanjut.
3. Catat ciri-ciri (adanya kontur bergerigi) dan pola garis kontur (misal bentuk-
bentuk konsentris) pada peta topografi dan kenampakan bentuknya melalui
penampang morfologi.
4. Tentukan aspek-aspek morfografi, morfometri, dan morfogenesanya.
5. Klasifikasi bentuklahan karst sesuai dengan ciri-ciri dan kenampakan yang
temukan pada peta topografi.
Alat dan bahan yang dipergunakan di dalam praktikum ini terdiri atas:
1. Pensil 2B, pensil mekanik, penghapus, penggaris, dan kalkulator
2. Kertas kalkir ukuran A3 dan kertas HVS masing-masing minimal 5 lembar.
ACARA 9
BENTUKAN ASAL MARINE DAN AEOLIAN
Gambar 10.1. Morfologi hasil sedimentasi (A). Bars; (B). Tombolo; (C). Salt
Marshes
Gambar 10.3. Kenampakan Morfologi akibar erosi pantai, (A). Gua Pantai/sea caves;
(B). Natural Arches Stack; (C). Geos, Blowbols.
Gambar 10.4 Bentuk – bentuk delta dan penamaan Weimer, 1975; (A).
Lobate; (B). Cuspate; (C). Elongated
Alat dan bahan yang digunakan dalam acara bentukan asal vulkanik adalah:
1. Pensil, Spidol OHP ukuran F warna biru, hitam dan merah.
2. Pensil warna 1 set
3. Mistar / penggaris minimal ukuran 30cm,
4. Kertas kalkir ukuran A3
5. Peta topografi.
6. Kertas HVS minimal 10 lembar
10.7 Prosedur
a. Mengamati dan menafsirkan bentuk lahan marine yang ada di dalam peta
topografi yang telah dibagikan.
b. Membagi bentuk lahan marine sesuai dengan ciri-ciri/kenampakan yang
ditemukan pada peta.
Bentuklahan asal angin dari hasil tiupan angin umumnya berukuran besar pada
kawasan beriklim kering.
Bentuk lahan asal angin dapat berupa hasil : tiupan angin, pengikisan/abrasi angin
yang membawa material, dan endapan material yang terbawa angin.
Bentuklahan asal angin dari hasil tiupan angin umumnya berukuran besar pada
kawasan beriklim kering, diantaranya :
a. Yardang
Yaitu alur yang menanjang searah dengan arah tiupan angin dan terdapat pada
batuan yang agak lunak/lembut misal batupasir.
b. Bolson
Basin, depression yang dikelilingi oleh pegunungan dan perbukitan. Kawasan bolson
dicirikan dengan kehadiran pediment, bahada, danau playa dan aliran air menuju
pusat (danau playa).
Bentulahan asal angin dari hasil pengikisan/abrasi yang membawa material (pasir-
debu). Abrasi oleh angin hanya berkesan terjadi dekat permukaan tanah, karena
angin tidak mampu mengangkat butiran pasir terlalu tinggi. Menurut Bagnold, 1941
yaitu abrasi oleh angin kadang – kadang melebihi 45 cm diatas permukaan bumi,
sedangkan butiran pasir hampir tidak pernah melayang diatas ketinggian 2 meter.
b. batu cendawan
Dibentuk oleh abrasi angin yang lebih kuat dibagian kaki (bawah) dibandingkan
dibagian atas pada batuan tersebut.
Gumuk pasir terbentuk karena aktivitas angin dan terdapatnya material pasir yang
melimpah, dimana angin yang mengangkut pasir dan bahan lepas lainnya pada
suatu waktu akan berkurangnya kecepatan, sehingga daya angkutnya berkurang
dengan muatannya dienclapkan.
Maka ditempatkan dimana pasir itu diendapkan, terdapat pengonggokan pasir,
disertai faktor-faktor lainnya misalnya rumput sebagai penghalang. Jika pasir ditiup
angin sehingga bergerak pada permukaan pada tempat itu terjadinya pembentukan
bukit-bukit pasir
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Bentukanasal Karst - 85
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Gambar 10.6. Sketsa penampang struktur gelombang (Ripple Mark) pada gumuk
pasir.
Alat dan bahan yang digunakan dalam acara bentukan asal vulkanik adalah:
7. Pensil, Spidol OHP ukuran F warna biru, hitam dan merah.
8. Pensil warna 1 set
9. Mistar / penggaris minimal ukuran 30cm,
10. Kertas kalkir ukuran A3
11. Peta topografi.
12. Kertas HVS minimal 10 lembar
10.13 Prosedur
a. Amatilah peta daerah yang telah disediakan.
b. Kenali bentuk-bentuk morfologi gumuk pasir dan berikan simbol.
Senarai :
1. Tujuan adalah sesuatu yang hendak dicapai.
2. Skala peta merupakan perbandingan jarak peta dengan jarak sebenarnya
yang dinyatakan dalam angka, garis atau gabungan keduannya. Skala
bermakna terhadap tingkat perincian peta.
3. Pembuat peta geomorfologi artinya orang yang membuat peta geomorfologi
dan tentunya dipengaruhi oleh tujuan dan latar belakang disiplin yang
dimilikinya.
PEMETAAN GEOMORFOLOGI
Senarai :
1. Survei adalah kegiatan mengumpulkan, mencari atau mendapatkan data.
BATASAN GEOMORFOLOGI
Perkembangan klasifikasi bentuk lahan seperti tertuang pada tabel 2 di bawah ini
(Widiyanto dan Suprapto Dibyosaputro, 1991).
Alasan lain yang mendukung penggunaan klasifikasi ITC adalah bahwa klasifikasi
yang diajukan oleh ITC termasuk katagori klasifikasi gabungan dari beberapa system
yang ada. Artinya telah mencakup/melengkapi kalsifikasi – klasifikasi yang ada, yaitu:
1. Klasifikasi secara kualitatif/genetik, antara lain diajukan oleh Davis(1884,
1900), Powel (1895), Johnson (1904), Herberton (1911), Lobeck (1939),
Desaunettes (1977), Zuidam (1979, 1983) dan Verstappen(1985).
2. Klasifikasi secara kuanitatif/morfometri, antara lain diajukan oleh Darymple
(1968), Desaunettes (1977), Zuidam (1979, 1983) dan Verstappen(1985).
Untuk Pemetaan Geomorfolgi ini yang bertujuan untuk kepentinag penelitian geologi,
artinya bahwa pembuatan peta geomorfologi bertujuan untuk menunjang
pemahaman kondisi geologinya, maka klasifikasi dari ITC dapat dipergunakan.
Kegunaan peta geomorfologi dapat bersifat umum dan khusus. Sumbangan bersifat
umum lebih menekankan pada kegunaan kajian yang bersifat analitik dan sintetik,
sedangkan sumbangan yang bersifat khusus berorientasi pada aspek terapan yang
bersifat pragmatik.
Catatan :
Dalam pembuatan peta geomorfologi perlu diketahui terlebih dahulu, yaitu :
1. Apakah peta geomorfologi dibuat untuk tujuan umum atau khusus?
2. Apakah peta geomorfologi tersebut dibuat oleh ahli geologi atau non geologi?
Salah satu hal yang dapat dicermati adalah bahwa data/informasi geologi untuk peta
geomorfologi :
1. Apabila dibuat oleh ahli geologi, maka statusnya adalah merupakan data
primer.
2. Apabila dibuat oleh non ahli geologi, maka statusnya sebagai data sekunder.
Senarai :
1. Peta geomorfologi menggambarkan aspek – apek utama lahan atau terrain
disajikan dalam bentuk symbol, huruf dan angka, warna, pola garis, dan hal itu
tergantung pada tingkat kepentingan masing – masing aspek.
2. Peta geomorfologi memuat aspek – aspek yang dihasilkan dari system survey
analitik (diantaranya, morfologi dan morfogenesa) an sintetik (diantaranya
proses geomorfolog, tanah/soil, tutupan lahan).
3. unit utama geomorfologi (geomorfological main unit) adalah kelompok bentuik
lahan didasarkan atas bentuk asalnya (structural, denudasional, fluvial, marin,
karst, angina dan es).
Menurut Verstappen (1985) ada empat aspek utama dalam analisa pemetaan
geomorfologi yaitu :
1. Morfologi : studi bentuk lahan yang mempelajari relief secara umum dan meliputi
:
a. Morfografi adalah susunan dari obyek alami yang ada dipermukaan bumi,
bersifat pemerian atau deskriptifsuatu bentuklahan, antara lain lembah,
Atas dasar aspek –aspek geomorfologi tersebut diatas, maka karakteristik bentuk
lahan dapat diklasifikasikan menjadi delapan bentuk lahan utama berdasarkan
genesanya, yaitu :
ANALISIS BENTUKLAHAN
Sistematika analisa bentuklahan perlu memperhatikan tiga hal, yaitu :
1. Analisis harus dikerjakan secara bertahap.
2. Mulailah dari hal yang bersifat umum hingga hal – hal yang bersifat
khusus.
3. Lakukan analisis dari bentuk – bentuk yang diketahui hungga bentuk –
bentuk yang sulit atau yang belum diketahui.
Tahapan analisis bentuklahan yang dibuat oleh ahli geologi untuk kepentingan
geologi adalah sebagai berikut:
1. Interpretasi peta dasar (Peta rupa Bumi)
a. Diawali dengan interpretasi pola pengaliran secara maksimal, perhatian
ditunjukan kepada pola pengaliran dasar atau ubahan, penyimpangan aliran,
tekstur pengaliran, bentuk lembah. Pada tahap ini analisis pola pengaliran
memberikan petunjuk mengenai bentuk lahan, litologi, struktur geologi, proses
geologi, resistensi batuan, kemiringan bidang lapisan dan proses fluvial (
Tabel 3 ).
1. Morfografi Datar
PERSYARATAN TEKNIS
Peta geomorfologi dapat dibuat berdasarkan hasil interpretasi inderaan
jauh, peta topografi dan atau pengamatan/penelitian lapangan yang disajikan dalam
bentuk gambar, melalui proses dan kaidah kartografi. Mengacu pada STANDAR
NASIONAL INDONESIA (SNI) Penyusunan Peta Geomorfologi nomor SNI 13-6185-
1999, maka ada 3 hal utama didalam persyaratan teknis teknis pembuatan peta
geomorfologi, yaitu penyiapan peta, penyajian peta dan symbol
PENYIAPAN PETA
Pada tahap penyusunan peta geomorfologi, semua unsure yang menjadi
persyaratan dalam pembuatan peta harus dimasukkan dan disesuaikan dengan
ketersediaan ruang pada lembar peta. Rinciannya adalah sebagai berikut :
1. Sumber data ; yang diperlukan dalam pelaksanaan pembuatan peta
geomorfologi, diantaranya : peta rupa bumi, foto udara, citra satelit dan lain –
lain. Peta rupabumi yang digunakan mengacu pada system penomoran
lembar peta Bakosurtanal.
2. Sistem referensi koordinat : mengacu kepada system referensi geodetic
nasional yang telah ditetapkan oleh Bakosurtanal.
3. Ukuran lembar peta : batas ukuran dan lembar peta ditentukan berdasarkan
koordinat, untuk skala 1 : 250.000 adalah 1,5 x 1 derajat, skala 1 : 100.000
adalah 30 x 30 menit, skala 1 ; 50.000 adala 15 x 15 menit, sedangkan untuk
skala 1 : 25.000 adalah 7,5 x 7,5 menit.
4. Pemerian geomorfologi ; unsure geomorfologi yang tercanyum dalam peta
geomorfologi meliputi satuan batuan geomorfologi (bentuk asal dan bentuk
lahan), morfologi, jenis batuan, proses geomorfologi, tanah/soil dan tutupan
lahan.
PENYAJIAN PETA
Penyajian peta disusun menurut bagan tata letak sesuai gambar 1.
Perubahan tata letak dapat dilakukan selama proses pengkartografian dengan
ketentuan peta geomorfologi memuat :
SIMBOL
Simbol merupakan tanda yang dipergunakan untuk mengutarakan informasi
geomorfologi pada peta, berupa huruf dan angka, warna garis dan corak, yaitu :
1. Huruf dan angka : digunakan untuk menunjukkan satuan geomorfologi. Huruf
digunakan untuk menunjukkan bentukan asal dari satuan bentuk lahan. Angka
digunakan untuk menunjukkan jenis bentuk lahan pada masing – masing
bentukan asal (Tabel 6). Contoh penamaan satuan peta, missal V.1.1, artinya
v adalah bentukan asal gunungapi dan angka 1 adalah jenis bentuklahan
(kerucut gunungapi), sedangkan .1) adalah bentuklahan rinci.
2. Warna : digunakan untuk membedakan satuan bentuk asal (Tabel 6.). Untuk
masing – masing bentuk lahan diberi symbol warna gradasi dari tua ke muda
sesuai dengan warna dasar bentukan asal.
3. Garis : digunakan untuk mengekspresikan elemen – elemen geomorfologi dan
batas sataun peta geomorfologi.
NAMA BENTUKLAHAN
PROSES BENTUKAN
NO KODE (Diantaranya ada litologi
GEOMORFOLOGI ASAL
belum tercantum)
1 A.ENDOGEN V1 Kepundan
1. Volkanisme V2 Kerucut Vulkanik
V3 Lereng Vulkanik Atas
V4 Lereng Vulkanik Tengah
V5 Lereng Vulkanik Bawah
V6 Kaki Vulkanik
V7 Dataran Kaki Vulkanik
V8 Datarn Fluvial Vulkanik
V9 Padang Lava
V10 Padang Lahar
V11 Lelehan Lava
Volkanik V12 Aliran Lahar
V13 Dataran Antar Vulkanik
V14 Dataran Tinggi Lava
V15 Planezea
V16 Padang Abu, Tuff, Lapilli
2. Diastrophisma V17 Solfatar
V18 Fumarol
Bukit Vulkanik
V19
Terdenudasi
V20 Leher Vulkanik
V21 Sumbat Vulkanik
V22 Kerucut Parasiter
V23 Baranko
S1 Blok Sesar
Struktural S2 Gawir Sesar
S3 Gawir Garis Sesar
S4 Pegunungan Antiklin
S5 Perbukitan Antiklin
S6 Pegunungan Sinklinal
S7 Perbukitan Sinklinal
S8 Pegunungan Monoklinal
S9 Perbukitan Monoklinal
S10 Pegunungan Dome
S11 Perbukitan Dome
S12 Dataran Tinggi ( Plato )
S13 Kuesta
S14 Hogback
S15 Flat Iron
S16 Lembah Antiklin
S17 Lembah Sinklinal
S18 Lembah Subsekuen
S19 Horst ( Tanah Sembul )
S20 Graben ( Tanah Terban )
2 B. EKSOGEN D1 Perbukitan Terkikis
D2 Pegunungan Terkikis
D3 Bukit Sisa
D4 Bukit Terisolasi
D5 Dataran Nyaris
Denudasional D6 Dataran Nyaris Terangkat
D7 Lereng Kaki
D8 Pedimen
D9 Piedmon
D10 Gawir ( Lereng Terjal )
D11 Kipas Rombakan Lereng
Daerah Dengan Gerak
D12
Denudasional massa Batuan Kuat
D13 Lahan Rusak
Pelarutan/ K1 Dataran Tinggi Karst
Karst K2 Lereng dan Perbukitan
Karstik Terkikis
K3 Kubah Karst
K4 Bukit Sisa Karst
K5 Datarn Alluvial Karst
K6 Uvala, Dolina
K7 Polje
K8 Lembah Kering
K9 Ngarai Karst
F1 Datarn Alluvial
F2 Dasar Sungai
F3 Danau
F4 Rawa
F5 Rawa Belakang
F6 Saluran Sungai Mati
F7 Dataran Banjir
F8 Tanggul Alam
F9 Ledok Fluvial
F10 Bekas Dasar Danau
Fluvial F11 Hamparan Celah
F12 Gosong Lengkung Dalam
F13 Gosong Sungai
F14 Teras Fluvial
F15 Kipas Alluvial Aktif
F16 Kipas Alluvial Tidak Aktif
F17 Delta
Fluvial F18 Igir Delta
F19 Ledok Delta
F20 Pantai Delta
F21 Rataan Delta
Pelataran Pengikisan
M1
Gelombang
Marine
Tebing Terjal dan Takik
M2
Pantai
M3 Gisik
M4 Beting Gisik ( Bura )
M5 Tombolo
M6 Depresi Antar Beting
M7 Gumuk Pantai Aktif
M8 Gumuk Pantai Tidak Aktif
Rataan Pasang Surut
M9
Bervegetasi
Rataan Pasang Surut
M10
Tidak Bervegetasi
Penggungan/Bukit Gumuk
A1 Pasir ( Sand dunes,
Angin
Barcan dunes)
A2 Dataran Gurun
Perbukitan/Dataran
G1
Morena
G2 Dataran Teras Glasial
G3 Lembah Cirques
Glasial
Lembah Aliran Glasial
G4 (Termasuk Lembah
Glasial
Gantung)
G5 Penggungan Arete