Oleh
2019
1
PENDAHULUAN
A. Pengertian Ergonomi
Ergonomi (human factor) merupakan disiplin ilmu yang mempelajari
tentang hubungan antara manusia dengan elemen lain dalam sebuah sistem
dengan menerapkan teori, prinsip data dan metode dalam proses perancangan
dengan tujuan untuk mengoptimalkan kesejahteraan manusia dan performansi
kesuluruhan sistem (IEA, 2003). Lebih dari 50 tahun, Ergonomi atau biasa yang
disebut dengan Human Factor (HFE), merupakan disiplin keilmuan yang
berfokus pada interaksi manusia, dilihat dari perspektif keilmuan engineering,
design, technology, management of humancompatible systems, including a
variety of natural and artificial products, processes, and living environments
(Karwowski, 2006).
B. Faktor-Faktor Resiko Ergonomi
Faktor-faktor Risiko ergonomi adalah unsur-unsur tempat kerja yang
berhubungan dengan ketidak nyamanan yang dialami pekerja saat bekerja, dan
jika diabaikan, lama-lama bisa menambah kerusakan pada tubuh pekerja
diakibatkan kecelakaan. (UCLA-LOSH). Faktor resiko yang terpenting dari
pengabaian faktor ergonomi dalam tempat kerja adalah MSDs (musculoskeletal
disorders). MSDs ini memungkinkan timbul dalam waktu yang cukup lama
(adanya kumulatif resiko). Menurut UCLA-LOSH (bagian K3 UCLA), ada
beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan ergonomi, seperti dibawah ini:
a. Pengaturan kerja yang buruk (Poor Work Organization) : Aspek-aspek
dimana suatu pekerjaan diorganisasikan dengan buruk.
b. Pengulangan Berkelanjutan (Continual Repetition) : Melakukan gerakan
yang sama secara terus menerus.
c. Gaya Berlebih (Excessive Force) : Pergerakan tubuh dengan penuh tenaga,
usaha fisik yang berlebih-menarik, memukul, dan mendorong.
d. Postur Janggal (Awkward Posture) : Memperpanjang pencapaian dengan
tangan,twisting, berlutut, jongkok.
2
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kursi Kantin
Ini adalah gambar kursi kantin yang terletak di kantin Fakultas Sastra dan
Bahasa Universitas Negeri Gorontalo. Di kantin tersebut terdapat 2 tempat duduk
yang memiliki bentuk dan ukuran meja yang berbeda. Di tempat A sangat penuh
dengan konsumen tetapi di tempat B terdapat sedikit konsumen dan banyak
konsumen yang sudah duduk di tempat B berpindah ke tempat A.
Setelah di amati ternyata meja yang terdapat pada tempat B sangat rendah sehingga
membuat konsumen harus menunduk saat makan di tempat itu.
Meja dan kursi tersebut sangat tidak nyaman digunakan karena tidak sesuai
dengan atropometri penggunanya. Ukuran tubuh mahasiswa yang makan di kantin
tersebut tidak sesuai degan tinggi meja dan kursi yang ada pada kantin tersebut,
sehingga mereka tidak nyaman saat menggunakannya, mereka harus menunduk,
yang mengakibatkan lelah pada otot leher, nyeri pada punggung akibat kursi yang
terlalu pendek sehingga menimbulkan nyeri punggung dan menimbulkan kelelahan
saat duduk di meja dan kursi makan tersebut.
Sebelum kita membahas apa yang salah pada meja di tempat B ,kita harus tau
bagian meja mana yang diperlukan untuk menggunakan ukuran antropometri di
dalamnya agar pengguna dapat menggunakanya dengan nyaman. Pada meja yang
3
harus di perhatikan adalah panjang lebar dan tinggi pada meja tersebut ,ke tiga
bagian tersebut lah yang harus menggunakan ukuran atrophometi untuk merancang
sebuah meja yang ergonomis. Setelah kita mengetahui bagianya tentu kita harus
mengetahui ukuran antropometri apakah yang di gunakan pada setiap bagian meja
tersebut.
Setelah kita sudah mengetahui bagian meja dan ukuran antropometri yang di
butuhkan kita juga tentu saja aukuran tubuh setiap manusia berbeda beda sehingga
kita memerlukan yang namanya persentil. Persentil adalah suatu nilai yang
menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau
dibawah nilai tersebut. Persentil yang biasa di gunakan adalah prisentil ke-5,50,95
1. Persentil ke-95 akan menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau
dibawah ukuran tersebut. Dalam antropometri, angka persentil ke-95
akan menggambarkan ukuran manusia yang “terbesar”
2. Persentil ke-5 akan menunjukkan 5% populasi akan berada pada atau
dibawah ukuran itu. Dalam antrhopometri persentil ke-5 sebaliknya
akan menunjukkan ukuran “terkecil”
3. Persentil kr-50 akan menunjukan 50 % populasi akan berada pada atau
dibawah ukuran itu. Dalam anthophometri persentil 50 menunjukan
ukuran rata-rata.
4. Maka untuk data antrophometri pada setiap bagian dari meja tersebut
harus di berikan persentil shingga dapat menentukan bahwa untuk siapa
meja itu di tujukan atau di buat.
- Untuk panjang dari meja tersebut kita menggunakan persentil ke 50
di karenakan meja tersebut di tujukan untuk di gunakan oleh orang
banyak sehingga kita menggunakan data antrophometri dengan
ukuran rata-rata manusia.
- Untuk lebar dari meja tersebut kita menggunkan persentil ke 5
dikarenakan lebar dari sebuah meja tersebut menentukan panjang
jangkauan dari yang menggunakan sehingga jika di gunakan
persentil yang terkecil maka setiap orang dapat menjangkaunya.
4
- Untuk tinggi dari meja tersebut kita menggunakan persentil ke 50 di
karenakan meja tersebut di tujukan untuk di gunakan oleh orang
banyak sehingga kita menggunakan data antrhopometri dengan
ukuran rata-rata manusia. Karena jika menggunakan persentil ke 5
akan banyak yang merasa bahwa meje tersebut kependekan dan
sama juga jika menggunakan 95 maka akan banyak orang merasakan
bawa meja tersebut ketinggian .
2. Tangga
Ini adalah gambar tangga yang terletak di dalam rumah saya. Tangga
merupakan salah satu elemen yang ada pada sebuah rumah tinggal. Rumah
tinggal merupakan tempat yang paling sering kita tempati. Oleh karena itu,
penerapan ergonomi dan antropometri penting untuk diterapkan karena akan
berhubungan dengan kita setiap saat. Salah satu elemen pada rumah tinggal
adalah tangga. Tangga yang berfungsi sebagai media berpijak dari lantai satu
ke lantai 2 ini harus memiliki ukuran-ukuran yang sesuai dengan bentuk
tubuh manusia
(Antopometri).
Dengan panjang
telapak kaki untuk
orang Asia yang rata-
rata sekitar 25cm
maka tinggi pijakan
ideal adalah 17,5cm.
proporsi inilah yang
dianggap paling ideal
untuk tipologi postur
masyarakat Indonesia
5
pada umumnya. Dengan proporsi ini pengguna tangga tidak merasa terlalu
berat dari sisi tenaga yang harus dikeluarkan dan cukup aman untuk
menghindarkan cedera. hal tersebut juga sesuai dengan standar internasional.
6
Gambar 1 Gambar 2
7
Gambar 3 Gambar
4
Pada gambar di atas. Gambar sebelah kiri merupakan posisi yang salah.
Posisi tersebut mengakibatkan ketidaknyamanan dan dapat menimbulkan
sakit pada pundak karena terlalu bungkuk. Oleh karena itu pada gambar di
8
kanan telah mendapatkan adanya tindakan sehingga dapat memberikan
kenyamanan dan lebih sehat. Terdapat penggantian jenis kursi sehingga
membuat tulang punggung menjadi tegak. Kemudian layar dari komputer
disesuaikan agar lurus dengan mata sehingga tidak membuat menoleh
kebawah. Selain itu keadaan ruangan juga dihindarkan dari sinar matahari
pada komputer agar layar monitor bisa lebih jelas dilihat mata.
Dengan adanya prinsip-prinsip ergonomi seperti diatas maka kita dapat
mengetahui bagaimana sebaiknya merancang desain agar desain tersebut
enak untuk dipergunakan dan memberikan dampak positif bagi kesahatan.
5. Sepeda motor
Sepeda motor menjadi pilihan praktis dan ekonomis sebagai alat
transportasi karena harga yang terjangkau oleh masyarakat, khususnya di
Indonesia. Selain itu, sepeda motor cukup ekonomis dengan perawatan yang
murah, irit bahan bakar serta pengendara dapat tiba di tempat tujuan lebih
cepat dibandingkan dengan kendaraan lainnya jika melihat kondisi
kemacetan lalu lintas yang terjadi di kota-kota besar Indonesia. Lebih dari
setengah pangsa pasar kendaraan di kawasan Asia terdiri dari sepeda motor,
sedangkan di Indonesia, menurut Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri,
pertambahan sepeda motor rata-rata 5 juta unit per tahun. Bahkan
pertambahan dari tahun 2007 ke tahun 2008 mencapai 7 juta unit. Jumlah
populasi kendaraan roda dua ini sampai dengan akhir Juli 2008 nyaris
menembus angka 50 juta unit, atau angka riilnya sekitar 49.487.052 unit
sepeda motor. Selain itu, Asosiasi Sepeda Motor Indonesia (AISI)
memprediksi angka penjualan tahun 2009 di atas 6 juta unit dengan
penjualan per segmen bulan Januari hingga September 2009, dari jenis
sepeda motor underbone (bebek) sebanyak 2.246.651 unit, skutik (matic)
sebanyak 1.543.903 unit dan motor sport sebanyak 349.157 unit. Pesatnya
pertumbuhan kendaraan sepeda motor dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan di jalan raya.
9
Angka tersebut naik jika dibandingkan dengan tahun 2008 sebanyak 95.209
kejadian kecelakaan
Lingkungan kampus Universitas Negeri Gorontalo (UNG) memiliki
sistem transportasi, di antaranya adalah bus kampus. Lingkungan
Universitas Negeri Gorontalo dipenuhi oleh sepeda motor baik mahasiwa,
tukang parkir maupun masyarakat yang terdapat disekitar lingkungan
Universitas Negeri Gorontalo yang melintasi kawasan Universitas Negeri
Gorontalo. Berdasarkan data yang diperoleh dari Unit Pengelola Teknis
(UPT) Pembinaan
Lingkungan Kampus UI, pada tahun 2006 tercatat 48 kasus
kecelakaan transportasi. Pada tahun 2007, tercatat 82 kasus kecelakaan dan
pada tahun 2008 tercatat 71 kasus kecelakaan. Suatu kecelakaan disebabkan
oleh adanya interaksi dari berbagai faktor, yaitu faktor manusia (kelelahan),
faktor kendaraan (desain dan ukuran kendaraan yang tidak sesuai dengan
pengendara) dan faktor lingkungan (cuaca, kondisi jalan). Sebanyak 35%
sampai dengan 50% kecelakaan lalu lintas yang terjadi disebabkan oleh
kelelahan. Kelelahan yang dialami oleh pengendara salah satunya
disebabkan oleh kurang cocoknya ukuran kendaraan yang digunakan
sehingga tubuh membutuhkan energi yang lebih besar dalam
mengoperasikan kendaraan tersebut. Kurang cocoknya ukuran kendaraan
yang digunakan dalam hal ini adalah komponen tempat duduk sepeda motor
karena pengendara akan berada dalam posisi duduk selama mengendarai
sepeda motor, sehingga salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam
penelitian ini adalah risiko ergonomi dari ukuran tempat duduk sepeda
motor Dalam merancang desain ukuran tempat duduk sepeda motor yang
ideal harus sesuai dengan ukuran-ukuran antropometri
Data antropometri statis manusia pada sikap duduk diperlukan untuk
menyesuaikan antara ukuran tempat duduk sepeda motor dengan struktur
tubuh manusia. Tubuh manusia memiliki batas tertentu, sehingga bila suatu
tempat duduk mempunyai tinggi dari alas duduk ke lantai yang lebih tinggi
dari panjang tungkai bawah, maka tubuh tidak dapat menyesuaikan diri
dengan tempat duduk tersebut ataupun sebaliknya. Secara garis besar,
terdapat 10 variabel dasar pengukuran antropometri duduk statis manusia
yang terbagi dalam dua posisi duduk, yaitu posisi duduk samping dan posisi
duduk menghadap ke depan. Kurangnya interaksi ergonomi antara manusia
(pengendara) dengan mesin (sepeda motor) dapat mengakibatkan
ketidaknyamanan pada tubuh pengendara. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui risiko ergonomi dari ketidaksesuaian antara ukuran tempat
duduk sepeda motor dengan data antropometri statis yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas pada mahasiswa. Variabel
10
antropometri duduk statis manusia yang digunakan adalah lebar pinggul,
panjang tungkai bawah, dan panjang dari belakang lutut ke pinggul
berdasarkan dasar pengukuran antropometri duduk statis manusia.
Pengukuran dilakukan pada tempat duduk sepeda motor dan
antropometri statis mahasiswa pada saat duduk, yaitu lebar pinggul, panjang
tungkai bawah, dan panjang dari belakang lutut ke pinggul.12 Hal-hal
tersebut diukur karena terlalu lamanya pengendara berada dalam posisi
duduk statis dan tidak sesuainya ukuran tempat duduk dapat memengaruhi
kenyamanan pengendara dan menimbulkan kelelahan serta kurangnya
konsentrasi saat mengemudi, sehingga mengakibatkan terjadinya
kecelakaan. Pengukuran dimensi antropometri dilakukan sesuai dengan
dimensi antropometri berdasarkan International Standard Organization
(ISO) DIS 7250, Technical Committee 159.15 Batasan pengukuran tempat
duduk sepeda motor dan antropometri duduk statis ditunjukkan pada
Gambar.
Pengukuran dilakukan pada tiga jenis sepeda motor yang banyak
digunakan oleh mahasiswa, yaitu sepeda motor underbone (bebek manual)
dengan label A, skutik (bebek matic) dengan label B, dan motor sport
dengan label C. Data pengukuran yang diambil, meliputi lebar sadel, tinggi
sadel, panjang sadel, dan sudut kemiringan alas duduk. Hasil pengukuran
tempat duduk sepeda motor disajikan dalam Tabel 1.
Hasil pengukuran antropometri duduk statis pada responden
disajikan dalam Tabel 2. Tabel ini menunjukkan data pengukuran lebar
pinggul, panjang tungkai bawah, dan panjang dari belakang lutut ke pinggul
pada responden laki-laki dan perempuan.
Hasil pengukuran yang dilakukan pada ukuran tempat duduk sepeda
motor dan antropometri duduk statis responden kemudian dibandingkan dan
didapatkan hasil bahwa masing-masing sepeda motor, baik motor bebek
manual, bebek matic, dan motor sport, memiliki risiko ergonomi yang dapat
mempengaruhi pengendara sepeda motor. Perbandingan antara ukuran
tempat duduk sepeda motor dengan antropologi duduk statis disajikan
dalam Tabel 3.
11
untuk perempuan. Pengukuran lebar alas duduk dari tiga tipe sepeda motor
didapatkan hasil sebesar 25,5 centimeter pada motor bebek, 22 centimeter
pada bebek matic, dan 28 centimeter pada motor sport. Dari ketiga ukuran
tersebut, tidak ada yang mendekati ukuran ideal, sehingga dapat
menimbulkan risiko bagi pengendara.
Risiko ergonomi yang ditimbulkan bila lebar dari tempat duduk
sepeda motor tidak ideal, yaitu kurangnya dukungan dalam menyangga
paha pada saat duduk dan akan terjadi penekanan pada paha dan pinggul
yang memengaruhi kelancaran peredaran darah sehingga dapat
menyebabkan kesemutan dan kelelahan pada kaki. Selain itu, dapat
menyebabkan ketidakseimbangan saat mengendarai sepeda motor, sehingga
akan memperbesar terjadinya risiko kecelakaan sepeda motor. Tekanan
yang diberikan pada tempat duduk sepeda motor juga dapat mengakibatkan
kelelahan pada pengendara.
Tinggi Tempat Duduk dari Injakan Kaki Sepeda Motor Tinggi alas
tempat duduk dari foot step sepeda motor ditentukan oleh ukuran dimensi
antropometri panjang tungkai bawah dengan jangkauan 5%ile. Hasil
pengukuran diperoleh data antropometri kategori 5%ile pada panjang
tungkai bawah sebesar 38,3 centimeter pada laki-laki dan 37 centimeter
pada perempuan. Sedangkan hasil pengukuran tinggi alas duduk dari
injakan kaki didapatkan sebesar 50 centimeter pada motor bebek, 52,5 pada
bebek matic, dan 44 centimeter pada motor sport.
Dari data tersebut, motor sport hampir mendekati ukuran ideal.
Ukuran ideal yang digunakan adalah ukuran perempuan, yaitu sebesar 37
centimeter dengan penambahan faktor koreksi alas kaki sebesar 3
centimeter. Sedangkan pada motor bebek dan bebek matic terlalu tinggi.
Risiko ergonomi yang dapat ditimbulkan bila tinggi tempat duduk dari
injakan kaki sepeda motor terlalu tinggi, yaitu kurangnya dukungan dalam
menyangga badan karena telapak kaki tidak menapak pada posisi yang
benar atau sempurna pada injakan kaki. Hal ini yang akan menyebabkan
terjadi penekanan pada ujung paha yang memengaruhi aliran peredaran
darah sehingga dapat menyebabkan kesemutan dan kelelahan pada kaki
serta berkurangnya stabilitas tubuh pada saat mengendarai sepeda motor.
Panjang Alas Tempat Duduk Sepeda Motor Panjang alas tempat
duduk pengendara ditentukan oleh ukuran antropometri panjang dari
belakang lutut ke pinggul dengan jangkauan 5%ile. Hasil pengukuran
diperoleh data antropometri pada panjang dari belakang lutut ke pinggul
sebesar 43,3 centimeter pada laki-laki dan 42,1 centimeter pada perempuan.
Sedangkan hasil pengukuran panjang alas duduk didapatkan sebesar 33,5
12
centimeter pada motor bebek, 41 pada bebek matic, dan 28 centimeter pada
motor sport.
Berdasarkan data tersebut, motor bebek matic hampir mendekati
ukuran ideal. Ukuran ideal yang digunakan adalah ukuran perempuan, yaitu
sebesar 42,1 centimeter, sedangkan pada motor bebek dan bebek matic
terlalu tinggi. Risiko ergonomi yang dapat ditimbulkan bila tinggi tempat
duduk dari injakan kaki sepeda motor terlalu tinggi, yaitu kurangnya
dukungan dalam menyangga badan di mana telapak kaki tidak menapak
pada posisi yang benar atau sempurna pada injakan kaki. Hal ini yang akan
menyebabkan terjadi penekanan pada ujung paha yang memengaruhi aliran
peredaran darah sehingga dapat menyebabkan kesemutan dan kelelahan
pada kaki serta berkurangnya stabilitas tubuh pada saat mengendarai sepeda
motor. Kelelahan pada pengendara dapat mengakibatkan terjadinya
kecelakaan lalu lintas.
Kemiringan Tempat Duduk Sepeda Motor Ukuran dari sudut
kemiringan yang digunakan pada tempat duduk sepeda motor adalah sudut
kemiringan alas duduk. Untuk melihat kesesuaiannya, digunakan sudut
pinggul yang dihasilkan dari posisi duduk netral. Sudut yang menghasilkan
tekanan terkecil adalah kurang dari 15°. Hasil pengukuran didapatkan sudut
kemiringan alas duduk pada tiga tipe sepeda motor, yaitu 15° pada motor
bebek, 20° bebek matic, dan 50° motor sport. Dari hasil pengukuran
tersebut, diketahui derajat ukuran kemiringan alas tempat duduk sepeda
motor yang hampir mendekati adalah motor bebek dan bebek matic, namun
tetap berisiko. Sedangkan untuk motor sport, derajat kemiringannya terlalu
besar.
Postur yang salah yang timbul dari derajat kemiringan alas tempat
duduk pengendara dihasilkan dari gerakan membungkuk (fleksi). Posisi
membungkuk (fleksi) tersebut dapat menimbulkan gaya kompresi yang
besar antara discus tulang belakang terutama pada Lumbal 4 dan Lumbal 5
(bergerak kearah anterior), bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan
nyeri pada area pinggang bawah, akibat dari penekanan sistem saraf di
tulang belakang (low back pain). Posisi fleksi dalam jangka waktu yang
lama juga dapat mengakibatkan intervertebral stress serta tekanan
intradiscal pada lumbar dan toraks pada pengendara. Selain itu, dengan
postur duduk tersebut dapat membuat kelelahan pada otot pinggang. Postur
tubuh yang tidak sesuai dalam jangka waktu yang lama juga dapat
menyebabkan musculoskeletal disorder.
13
antropometri duduk statis pada mahasiswa. Ketidaksesuaian tersebut
terlihat pada ukuran tempat duduk sepeda motor yang tidak memenuhi
ukuran ideal untuk pengendara, dalam hal ini mahasiswa. Adanya
ketidaksesuaian yang terjadi dapat menimbulkan risiko ergonomi pada
pengendara. Pengendara merasa tidak nyaman dan kelelahan sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya kecelakaan lalu lintas.
14
bertekstur karena akan membahayakan pengguna dan mengganggu
aktivitas belajarnya
15
d. Kursi yang digunakan kurang tinggi dari pada yang seharusnya. Karena
data dilapangan menyatakan ukurannya adalah 18.5 cm seharusnya
berdasarkan perhitungan adalah 21-22 cm padahal dikatakan bahwa
kursi yang ergonomis seharusnya menyesuaikan dengan pengguna
dimana saat pengguna duduk kakinya dapat membentuk sudut sekitar
90o.
f. Untuk rak sepatu dan rak barang sudah cukup sesuai dengan
pengunannya yaitu anak-anak usia 3-4 tahun karena anak sudah dapat
menggapai rak paling atas secara mandiri. Namun permasalahannya
adalah dimana rak tersebut tidak dapat mewadahi secara menyeluruh
untuk anak 3-4 tahun.
16
Gambar Rak sepatu dan rak tas sudah cukup ergonomis
7. Alat penumbuk
17
8. Punggung : kelelahan dan pegal saat membungkuk pada proses penumbukan
ubi kayu
9. Paha : merasa keram saat menahan kaki ketika duduk
10. Lutut : terjadi kelelahan dalam tumpuan kaki saat duduk melakukan proses
penumbukan
11. Popliteal : merasa keram saat menahan lekukan kaki ketika duduk
12. Betis : merasa keram saat melakukan penumbukan
13. Pinggul : merasakan pegal saat duduk
14. Telapak kaki :Merasa keram saat menahan tubuh
18