Anda di halaman 1dari 18

“TUGAS UAS ERGONOMI KERJA”

(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ergonomi K3)

Oleh

NANA MARDIANA H NIM 811416008


Kelas : 6C

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

2019

1
PENDAHULUAN
A. Pengertian Ergonomi
Ergonomi (human factor) merupakan disiplin ilmu yang mempelajari
tentang hubungan antara manusia dengan elemen lain dalam sebuah sistem
dengan menerapkan teori, prinsip data dan metode dalam proses perancangan
dengan tujuan untuk mengoptimalkan kesejahteraan manusia dan performansi
kesuluruhan sistem (IEA, 2003). Lebih dari 50 tahun, Ergonomi atau biasa yang
disebut dengan Human Factor (HFE), merupakan disiplin keilmuan yang
berfokus pada interaksi manusia, dilihat dari perspektif keilmuan engineering,
design, technology, management of humancompatible systems, including a
variety of natural and artificial products, processes, and living environments
(Karwowski, 2006).
B. Faktor-Faktor Resiko Ergonomi
Faktor-faktor Risiko ergonomi adalah unsur-unsur tempat kerja yang
berhubungan dengan ketidak nyamanan yang dialami pekerja saat bekerja, dan
jika diabaikan, lama-lama bisa menambah kerusakan pada tubuh pekerja
diakibatkan kecelakaan. (UCLA-LOSH). Faktor resiko yang terpenting dari
pengabaian faktor ergonomi dalam tempat kerja adalah MSDs (musculoskeletal
disorders). MSDs ini memungkinkan timbul dalam waktu yang cukup lama
(adanya kumulatif resiko). Menurut UCLA-LOSH (bagian K3 UCLA), ada
beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan ergonomi, seperti dibawah ini:
a. Pengaturan kerja yang buruk (Poor Work Organization) : Aspek-aspek
dimana suatu pekerjaan diorganisasikan dengan buruk.
b. Pengulangan Berkelanjutan (Continual Repetition) : Melakukan gerakan
yang sama secara terus menerus.
c. Gaya Berlebih (Excessive Force) : Pergerakan tubuh dengan penuh tenaga,
usaha fisik yang berlebih-menarik, memukul, dan mendorong.
d. Postur Janggal (Awkward Posture) : Memperpanjang pencapaian dengan
tangan,twisting, berlutut, jongkok.

2
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tuliskan 5 alat/benda di sekeliling anda yang menurutmu tidak ergonomis


secara antropometris dan jelaskan mengapa alat/benda tersebut tidak
memperhatikan antropometri penggunanya ? (Sertakan gambar)

1. Kursi Kantin

Ini adalah gambar kursi kantin yang terletak di kantin Fakultas Sastra dan
Bahasa Universitas Negeri Gorontalo. Di kantin tersebut terdapat 2 tempat duduk
yang memiliki bentuk dan ukuran meja yang berbeda. Di tempat A sangat penuh
dengan konsumen tetapi di tempat B terdapat sedikit konsumen dan banyak
konsumen yang sudah duduk di tempat B berpindah ke tempat A.
Setelah di amati ternyata meja yang terdapat pada tempat B sangat rendah sehingga
membuat konsumen harus menunduk saat makan di tempat itu.
Meja dan kursi tersebut sangat tidak nyaman digunakan karena tidak sesuai
dengan atropometri penggunanya. Ukuran tubuh mahasiswa yang makan di kantin
tersebut tidak sesuai degan tinggi meja dan kursi yang ada pada kantin tersebut,
sehingga mereka tidak nyaman saat menggunakannya, mereka harus menunduk,
yang mengakibatkan lelah pada otot leher, nyeri pada punggung akibat kursi yang
terlalu pendek sehingga menimbulkan nyeri punggung dan menimbulkan kelelahan
saat duduk di meja dan kursi makan tersebut.

Sebelum kita membahas apa yang salah pada meja di tempat B ,kita harus tau
bagian meja mana yang diperlukan untuk menggunakan ukuran antropometri di
dalamnya agar pengguna dapat menggunakanya dengan nyaman. Pada meja yang

3
harus di perhatikan adalah panjang lebar dan tinggi pada meja tersebut ,ke tiga
bagian tersebut lah yang harus menggunakan ukuran atrophometi untuk merancang
sebuah meja yang ergonomis. Setelah kita mengetahui bagianya tentu kita harus
mengetahui ukuran antropometri apakah yang di gunakan pada setiap bagian meja
tersebut.

a. Untuk panjang dari meja tersebut kita menggunakan ukuran


antropometri dimensi panjang rentang tangan kesamping dikarenakan
itu adalah ukuran batas yang di miliki manusia untuk menjangkau
barang di kiri atau kanannya sehingga kita menggunakan ukuran
tersebut.
b. Untuk lebar dari meja tersebut kita menggunakan ukuran antropometri
dimensi panjang rentang tangan ke depan dikarenakan dimensi tersebut
adalah ukuran batas dari manusia untuk menjangkau barang atau benda
yang berada di depannya.
c. Untuk tinggi dari meja tersebut kita juga menggunakan antropometri
dimensi tinggi popliteal di tambah dengan dimensi tinggi siku posisi
duduk dikarenakan kedua dimensi tersebut adalah tinggi yang nyaman
untuk manusia mengerjakan tugas atau pekerjaan dalam posisi duduk.

Setelah kita sudah mengetahui bagian meja dan ukuran antropometri yang di
butuhkan kita juga tentu saja aukuran tubuh setiap manusia berbeda beda sehingga
kita memerlukan yang namanya persentil. Persentil adalah suatu nilai yang
menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau
dibawah nilai tersebut. Persentil yang biasa di gunakan adalah prisentil ke-5,50,95
1. Persentil ke-95 akan menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau
dibawah ukuran tersebut. Dalam antropometri, angka persentil ke-95
akan menggambarkan ukuran manusia yang “terbesar”
2. Persentil ke-5 akan menunjukkan 5% populasi akan berada pada atau
dibawah ukuran itu. Dalam antrhopometri persentil ke-5 sebaliknya
akan menunjukkan ukuran “terkecil”
3. Persentil kr-50 akan menunjukan 50 % populasi akan berada pada atau
dibawah ukuran itu. Dalam anthophometri persentil 50 menunjukan
ukuran rata-rata.
4. Maka untuk data antrophometri pada setiap bagian dari meja tersebut
harus di berikan persentil shingga dapat menentukan bahwa untuk siapa
meja itu di tujukan atau di buat.
- Untuk panjang dari meja tersebut kita menggunakan persentil ke 50
di karenakan meja tersebut di tujukan untuk di gunakan oleh orang
banyak sehingga kita menggunakan data antrophometri dengan
ukuran rata-rata manusia.
- Untuk lebar dari meja tersebut kita menggunkan persentil ke 5
dikarenakan lebar dari sebuah meja tersebut menentukan panjang
jangkauan dari yang menggunakan sehingga jika di gunakan
persentil yang terkecil maka setiap orang dapat menjangkaunya.

4
- Untuk tinggi dari meja tersebut kita menggunakan persentil ke 50 di
karenakan meja tersebut di tujukan untuk di gunakan oleh orang
banyak sehingga kita menggunakan data antrhopometri dengan
ukuran rata-rata manusia. Karena jika menggunakan persentil ke 5
akan banyak yang merasa bahwa meje tersebut kependekan dan
sama juga jika menggunakan 95 maka akan banyak orang merasakan
bawa meja tersebut ketinggian .

Jadi dengan mengetahui apa itu ergonomic ,antrophometri,persentil kita dapat


mengaplikasikan langsung dalam kehidupan sehari-hari untuk merancang suatu alat
yang ergonomic di perlukan unsur antrhophometri dan persentilnya ataupun untuk
memilih barang atau alat yang dapat kita gunakan sehari hari tanpa menyebabkan
cidera

2. Tangga

Ini adalah gambar tangga yang terletak di dalam rumah saya. Tangga
merupakan salah satu elemen yang ada pada sebuah rumah tinggal. Rumah
tinggal merupakan tempat yang paling sering kita tempati. Oleh karena itu,
penerapan ergonomi dan antropometri penting untuk diterapkan karena akan
berhubungan dengan kita setiap saat. Salah satu elemen pada rumah tinggal
adalah tangga. Tangga yang berfungsi sebagai media berpijak dari lantai satu
ke lantai 2 ini harus memiliki ukuran-ukuran yang sesuai dengan bentuk
tubuh manusia
(Antopometri).
Dengan panjang
telapak kaki untuk
orang Asia yang rata-
rata sekitar 25cm
maka tinggi pijakan
ideal adalah 17,5cm.
proporsi inilah yang
dianggap paling ideal
untuk tipologi postur
masyarakat Indonesia

5
pada umumnya. Dengan proporsi ini pengguna tangga tidak merasa terlalu
berat dari sisi tenaga yang harus dikeluarkan dan cukup aman untuk
menghindarkan cedera. hal tersebut juga sesuai dengan standar internasional.

Gambar Anak Tangga yang Salah Dari gambar di samping terlihat


bahwa ukuran-ukuran pada anak tangga tidak ergonomis. Tinggi anak tangga
yang berbeda-beda, panjangnya tidak memenugi syarat untuk dua orang,
terjadi penyempitan pada tangga level II. Tangga tersebut memiliki dimensi
anak tangga yang terlalu sempit untuk orang dewasa sehingga menimbulkan
potensi terjadinya kecelakaan. Lebar tangga yang sempit juga membuat
tangga tersebut susah untuk dilewati oleh 2 orang pada saat berpapasan. Tidak
ditemukan adanya bordes pada anak tangga tersebut dikarenakan tinggi lantai
yang tidak terlalu tinggi. Tinggi anak tangga juga melebihi standar yang ada
sehingga timbul rasa lelah setelah menaiki tangga tersebut.
Desain tangga harusnya selalu berpedoman pada aspek ergonomi
sehingga pemakainya selau merasa nyaman dan dapat mengefisienkan energi
serta tidak bersiko menimbulkan kecelakaan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam konstruksi tangga :
a. Sudut elevansi pergerakan badan
b. Lebar dan tinggi dari setiap anak tangga
c. Tinggi badan manusia pada umumnya
d. Tingkat kecuraman tangga
3. Sapu lidi
a. Pada Batang atas / Pegangan
Pegangan pada sapu lidi kurang memerhatikan sisi ergonomi
terlebih dalam pembuatanya tidak menerapkan prinsip anthopometri
sehingga batang terlalu besar ketika dipegang untuk sebagian orang.
Jadi ketika sapu digunakan, pengguna akan cepat lelah karena jeri –jari
tangan mereka akan mereka akan mengeluarkan enargi yang cukup
besar.

6
Gambar 1 Gambar 2

 Gambar 1 : Sapu lidi yang belum


menerapkan prinsip antropometri
 Gambar 2 : Sapu lidi yang sudah
menerapkan prinsip antropometri

b. Tinggi Sapu Lidi


Bukan hanya pegangan sapu lidi yang tidak nyaman pada saat
digunakan, ternyata tinggi sapu lidi pun berpengaruh terhadap
kenyamanan pengguna ketika menggunakan sapu. Sapu lidi yang sering
dipakai sehari-hari terlalu pendek untuk ukuran orang dewasa . Ukuran
sapu lidi kurang dari satu meter dan rata-rata orang Indonesia untuk laki-
laki berkisar antara 160 cm – 170 cm dan perempuan antara 150 cm-
160cm sehingga pada saat menggunakan sapu lidi tersebut pengguna
akan membungkukan badannya. Hal ini mengakibatkan pengguna akan
mudah pegal yang juga akan berpengaruh terhadap hasil kerja yang dia
capai tidak akan optimal.

7
Gambar 3 Gambar
4

 Gambar 3 : Penggunaan menggunakan sapu yang


tidak ergonomis
 Gambar 4 : Penggunaan menggunakan sapu yang
ergonomis

4. Posisi duduk menggunakan komputer


Studi kasus lainnya adalah pada cara duduk pada saat menggunakan
komputer. Untuk mengoperasikan komputer tentunya kita akan bekerja
dengan menggunakan media seperti meja dan kursi. Selain itu untuk
menciptakan suasana yang nyaman kita juga perlu mengatur tempat dimana
kita bekerja. Dibawah ini adalah tata cara duduk didepan komputer yang
benar:

Pada gambar di atas. Gambar sebelah kiri merupakan posisi yang salah.
Posisi tersebut mengakibatkan ketidaknyamanan dan dapat menimbulkan
sakit pada pundak karena terlalu bungkuk. Oleh karena itu pada gambar di

8
kanan telah mendapatkan adanya tindakan sehingga dapat memberikan
kenyamanan dan lebih sehat. Terdapat penggantian jenis kursi sehingga
membuat tulang punggung menjadi tegak. Kemudian layar dari komputer
disesuaikan agar lurus dengan mata sehingga tidak membuat menoleh
kebawah. Selain itu keadaan ruangan juga dihindarkan dari sinar matahari
pada komputer agar layar monitor bisa lebih jelas dilihat mata.
Dengan adanya prinsip-prinsip ergonomi seperti diatas maka kita dapat
mengetahui bagaimana sebaiknya merancang desain agar desain tersebut
enak untuk dipergunakan dan memberikan dampak positif bagi kesahatan.
5. Sepeda motor
Sepeda motor menjadi pilihan praktis dan ekonomis sebagai alat
transportasi karena harga yang terjangkau oleh masyarakat, khususnya di
Indonesia. Selain itu, sepeda motor cukup ekonomis dengan perawatan yang
murah, irit bahan bakar serta pengendara dapat tiba di tempat tujuan lebih
cepat dibandingkan dengan kendaraan lainnya jika melihat kondisi
kemacetan lalu lintas yang terjadi di kota-kota besar Indonesia. Lebih dari
setengah pangsa pasar kendaraan di kawasan Asia terdiri dari sepeda motor,
sedangkan di Indonesia, menurut Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri,
pertambahan sepeda motor rata-rata 5 juta unit per tahun. Bahkan
pertambahan dari tahun 2007 ke tahun 2008 mencapai 7 juta unit. Jumlah
populasi kendaraan roda dua ini sampai dengan akhir Juli 2008 nyaris
menembus angka 50 juta unit, atau angka riilnya sekitar 49.487.052 unit
sepeda motor. Selain itu, Asosiasi Sepeda Motor Indonesia (AISI)
memprediksi angka penjualan tahun 2009 di atas 6 juta unit dengan
penjualan per segmen bulan Januari hingga September 2009, dari jenis
sepeda motor underbone (bebek) sebanyak 2.246.651 unit, skutik (matic)
sebanyak 1.543.903 unit dan motor sport sebanyak 349.157 unit. Pesatnya
pertumbuhan kendaraan sepeda motor dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan di jalan raya.

Kecelakaan lalu lintas di jalan raya merupakan penyebab terbesar ke


delapan kematian di seluruh dunia. Diperkirakan pada tahun 2030,
kecelakaan lalu lintas akan menjadi penyebab terbesar kelima kematian di
dunia. Di Indonesia, terungkap bahwa 72% kecelakaan lalu lintas yang
terjadi melibatkan kendaraan sepeda motor. Pada tahun 2009, tercatat
sebanyak 164.431 kejadian kecelakaan yang melibatkan sepeda motor.

9
Angka tersebut naik jika dibandingkan dengan tahun 2008 sebanyak 95.209
kejadian kecelakaan
Lingkungan kampus Universitas Negeri Gorontalo (UNG) memiliki
sistem transportasi, di antaranya adalah bus kampus. Lingkungan
Universitas Negeri Gorontalo dipenuhi oleh sepeda motor baik mahasiwa,
tukang parkir maupun masyarakat yang terdapat disekitar lingkungan
Universitas Negeri Gorontalo yang melintasi kawasan Universitas Negeri
Gorontalo. Berdasarkan data yang diperoleh dari Unit Pengelola Teknis
(UPT) Pembinaan
Lingkungan Kampus UI, pada tahun 2006 tercatat 48 kasus
kecelakaan transportasi. Pada tahun 2007, tercatat 82 kasus kecelakaan dan
pada tahun 2008 tercatat 71 kasus kecelakaan. Suatu kecelakaan disebabkan
oleh adanya interaksi dari berbagai faktor, yaitu faktor manusia (kelelahan),
faktor kendaraan (desain dan ukuran kendaraan yang tidak sesuai dengan
pengendara) dan faktor lingkungan (cuaca, kondisi jalan). Sebanyak 35%
sampai dengan 50% kecelakaan lalu lintas yang terjadi disebabkan oleh
kelelahan. Kelelahan yang dialami oleh pengendara salah satunya
disebabkan oleh kurang cocoknya ukuran kendaraan yang digunakan
sehingga tubuh membutuhkan energi yang lebih besar dalam
mengoperasikan kendaraan tersebut. Kurang cocoknya ukuran kendaraan
yang digunakan dalam hal ini adalah komponen tempat duduk sepeda motor
karena pengendara akan berada dalam posisi duduk selama mengendarai
sepeda motor, sehingga salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam
penelitian ini adalah risiko ergonomi dari ukuran tempat duduk sepeda
motor Dalam merancang desain ukuran tempat duduk sepeda motor yang
ideal harus sesuai dengan ukuran-ukuran antropometri
Data antropometri statis manusia pada sikap duduk diperlukan untuk
menyesuaikan antara ukuran tempat duduk sepeda motor dengan struktur
tubuh manusia. Tubuh manusia memiliki batas tertentu, sehingga bila suatu
tempat duduk mempunyai tinggi dari alas duduk ke lantai yang lebih tinggi
dari panjang tungkai bawah, maka tubuh tidak dapat menyesuaikan diri
dengan tempat duduk tersebut ataupun sebaliknya. Secara garis besar,
terdapat 10 variabel dasar pengukuran antropometri duduk statis manusia
yang terbagi dalam dua posisi duduk, yaitu posisi duduk samping dan posisi
duduk menghadap ke depan. Kurangnya interaksi ergonomi antara manusia
(pengendara) dengan mesin (sepeda motor) dapat mengakibatkan
ketidaknyamanan pada tubuh pengendara. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui risiko ergonomi dari ketidaksesuaian antara ukuran tempat
duduk sepeda motor dengan data antropometri statis yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas pada mahasiswa. Variabel

10
antropometri duduk statis manusia yang digunakan adalah lebar pinggul,
panjang tungkai bawah, dan panjang dari belakang lutut ke pinggul
berdasarkan dasar pengukuran antropometri duduk statis manusia.
Pengukuran dilakukan pada tempat duduk sepeda motor dan
antropometri statis mahasiswa pada saat duduk, yaitu lebar pinggul, panjang
tungkai bawah, dan panjang dari belakang lutut ke pinggul.12 Hal-hal
tersebut diukur karena terlalu lamanya pengendara berada dalam posisi
duduk statis dan tidak sesuainya ukuran tempat duduk dapat memengaruhi
kenyamanan pengendara dan menimbulkan kelelahan serta kurangnya
konsentrasi saat mengemudi, sehingga mengakibatkan terjadinya
kecelakaan. Pengukuran dimensi antropometri dilakukan sesuai dengan
dimensi antropometri berdasarkan International Standard Organization
(ISO) DIS 7250, Technical Committee 159.15 Batasan pengukuran tempat
duduk sepeda motor dan antropometri duduk statis ditunjukkan pada
Gambar.
Pengukuran dilakukan pada tiga jenis sepeda motor yang banyak
digunakan oleh mahasiswa, yaitu sepeda motor underbone (bebek manual)
dengan label A, skutik (bebek matic) dengan label B, dan motor sport
dengan label C. Data pengukuran yang diambil, meliputi lebar sadel, tinggi
sadel, panjang sadel, dan sudut kemiringan alas duduk. Hasil pengukuran
tempat duduk sepeda motor disajikan dalam Tabel 1.
Hasil pengukuran antropometri duduk statis pada responden
disajikan dalam Tabel 2. Tabel ini menunjukkan data pengukuran lebar
pinggul, panjang tungkai bawah, dan panjang dari belakang lutut ke pinggul
pada responden laki-laki dan perempuan.
Hasil pengukuran yang dilakukan pada ukuran tempat duduk sepeda
motor dan antropometri duduk statis responden kemudian dibandingkan dan
didapatkan hasil bahwa masing-masing sepeda motor, baik motor bebek
manual, bebek matic, dan motor sport, memiliki risiko ergonomi yang dapat
mempengaruhi pengendara sepeda motor. Perbandingan antara ukuran
tempat duduk sepeda motor dengan antropologi duduk statis disajikan
dalam Tabel 3.

Pembahasan Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu data


penelitian yang telah cukup lama. Penelitian dilakukan pada tahun 2009.
Keterbatasan lainnya adalah terbatas
Lebar Tempat Duduk Sepeda Motor Lebar alas tempat duduk sepeda
motor ditentukan oleh dimensi antropometri lebar pinggul dengan clearance
95%ile. Hasil pengukuran diperoleh data antropometri kategori 95%ile pada
lebar pinggul sebesar 43,5 centimeter untuk laki-laki dan 41,8 centimeter

11
untuk perempuan. Pengukuran lebar alas duduk dari tiga tipe sepeda motor
didapatkan hasil sebesar 25,5 centimeter pada motor bebek, 22 centimeter
pada bebek matic, dan 28 centimeter pada motor sport. Dari ketiga ukuran
tersebut, tidak ada yang mendekati ukuran ideal, sehingga dapat
menimbulkan risiko bagi pengendara.
Risiko ergonomi yang ditimbulkan bila lebar dari tempat duduk
sepeda motor tidak ideal, yaitu kurangnya dukungan dalam menyangga
paha pada saat duduk dan akan terjadi penekanan pada paha dan pinggul
yang memengaruhi kelancaran peredaran darah sehingga dapat
menyebabkan kesemutan dan kelelahan pada kaki. Selain itu, dapat
menyebabkan ketidakseimbangan saat mengendarai sepeda motor, sehingga
akan memperbesar terjadinya risiko kecelakaan sepeda motor. Tekanan
yang diberikan pada tempat duduk sepeda motor juga dapat mengakibatkan
kelelahan pada pengendara.
Tinggi Tempat Duduk dari Injakan Kaki Sepeda Motor Tinggi alas
tempat duduk dari foot step sepeda motor ditentukan oleh ukuran dimensi
antropometri panjang tungkai bawah dengan jangkauan 5%ile. Hasil
pengukuran diperoleh data antropometri kategori 5%ile pada panjang
tungkai bawah sebesar 38,3 centimeter pada laki-laki dan 37 centimeter
pada perempuan. Sedangkan hasil pengukuran tinggi alas duduk dari
injakan kaki didapatkan sebesar 50 centimeter pada motor bebek, 52,5 pada
bebek matic, dan 44 centimeter pada motor sport.
Dari data tersebut, motor sport hampir mendekati ukuran ideal.
Ukuran ideal yang digunakan adalah ukuran perempuan, yaitu sebesar 37
centimeter dengan penambahan faktor koreksi alas kaki sebesar 3
centimeter. Sedangkan pada motor bebek dan bebek matic terlalu tinggi.
Risiko ergonomi yang dapat ditimbulkan bila tinggi tempat duduk dari
injakan kaki sepeda motor terlalu tinggi, yaitu kurangnya dukungan dalam
menyangga badan karena telapak kaki tidak menapak pada posisi yang
benar atau sempurna pada injakan kaki. Hal ini yang akan menyebabkan
terjadi penekanan pada ujung paha yang memengaruhi aliran peredaran
darah sehingga dapat menyebabkan kesemutan dan kelelahan pada kaki
serta berkurangnya stabilitas tubuh pada saat mengendarai sepeda motor.
Panjang Alas Tempat Duduk Sepeda Motor Panjang alas tempat
duduk pengendara ditentukan oleh ukuran antropometri panjang dari
belakang lutut ke pinggul dengan jangkauan 5%ile. Hasil pengukuran
diperoleh data antropometri pada panjang dari belakang lutut ke pinggul
sebesar 43,3 centimeter pada laki-laki dan 42,1 centimeter pada perempuan.
Sedangkan hasil pengukuran panjang alas duduk didapatkan sebesar 33,5

12
centimeter pada motor bebek, 41 pada bebek matic, dan 28 centimeter pada
motor sport.
Berdasarkan data tersebut, motor bebek matic hampir mendekati
ukuran ideal. Ukuran ideal yang digunakan adalah ukuran perempuan, yaitu
sebesar 42,1 centimeter, sedangkan pada motor bebek dan bebek matic
terlalu tinggi. Risiko ergonomi yang dapat ditimbulkan bila tinggi tempat
duduk dari injakan kaki sepeda motor terlalu tinggi, yaitu kurangnya
dukungan dalam menyangga badan di mana telapak kaki tidak menapak
pada posisi yang benar atau sempurna pada injakan kaki. Hal ini yang akan
menyebabkan terjadi penekanan pada ujung paha yang memengaruhi aliran
peredaran darah sehingga dapat menyebabkan kesemutan dan kelelahan
pada kaki serta berkurangnya stabilitas tubuh pada saat mengendarai sepeda
motor. Kelelahan pada pengendara dapat mengakibatkan terjadinya
kecelakaan lalu lintas.
Kemiringan Tempat Duduk Sepeda Motor Ukuran dari sudut
kemiringan yang digunakan pada tempat duduk sepeda motor adalah sudut
kemiringan alas duduk. Untuk melihat kesesuaiannya, digunakan sudut
pinggul yang dihasilkan dari posisi duduk netral. Sudut yang menghasilkan
tekanan terkecil adalah kurang dari 15°. Hasil pengukuran didapatkan sudut
kemiringan alas duduk pada tiga tipe sepeda motor, yaitu 15° pada motor
bebek, 20° bebek matic, dan 50° motor sport. Dari hasil pengukuran
tersebut, diketahui derajat ukuran kemiringan alas tempat duduk sepeda
motor yang hampir mendekati adalah motor bebek dan bebek matic, namun
tetap berisiko. Sedangkan untuk motor sport, derajat kemiringannya terlalu
besar.
Postur yang salah yang timbul dari derajat kemiringan alas tempat
duduk pengendara dihasilkan dari gerakan membungkuk (fleksi). Posisi
membungkuk (fleksi) tersebut dapat menimbulkan gaya kompresi yang
besar antara discus tulang belakang terutama pada Lumbal 4 dan Lumbal 5
(bergerak kearah anterior), bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan
nyeri pada area pinggang bawah, akibat dari penekanan sistem saraf di
tulang belakang (low back pain). Posisi fleksi dalam jangka waktu yang
lama juga dapat mengakibatkan intervertebral stress serta tekanan
intradiscal pada lumbar dan toraks pada pengendara. Selain itu, dengan
postur duduk tersebut dapat membuat kelelahan pada otot pinggang. Postur
tubuh yang tidak sesuai dalam jangka waktu yang lama juga dapat
menyebabkan musculoskeletal disorder.

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat


ketidaksesuaian antara ukuran tempat duduk sepeda motor dengan

13
antropometri duduk statis pada mahasiswa. Ketidaksesuaian tersebut
terlihat pada ukuran tempat duduk sepeda motor yang tidak memenuhi
ukuran ideal untuk pengendara, dalam hal ini mahasiswa. Adanya
ketidaksesuaian yang terjadi dapat menimbulkan risiko ergonomi pada
pengendara. Pengendara merasa tidak nyaman dan kelelahan sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya kecelakaan lalu lintas.

6. Furniture Anak Usia Dini


Furniture anak usia dini yang ergonomis meliputi :
a. Meja yang ergonomis sebaiknya tidak bertekstur karena dapat
membahayakan pengguna yaitu anak tersebut dan dapat mengganggu
belajar mengajar anak karena hasil dari tugas belajar tersebut tidak dapat
maksimal.
b. Kursi yang nyaman seharusnya memiliki lebar dudukan melebihi dari
paha seseorang .
c. Kursi dapat dikatakan ergonomis apabila alas duduknya sesuai dengan
lebar pantat pengguna.
d. Meja baru dapat dikatakan nyaman digunakan apabila pada permukaan
meja bagian bawah memiliki ruang untuk ketebalan paha pengguna .
e. Untuk meja belajar supaya ergonomis maka menyesuaikan dengan
kursinya. Kemudian ketinggian permukaan bawah meja harus lebih di
atas permukaan dudukan kursi sekitar kurang lebih 21 cm.
f. Telapak kaki anak harus menyentuh lantai secara penuh sehingga dapat
beraktivtas dan menyesuaikan dengan mebel yang digunakan secara
nyaman dan santai karena kaki tidak perlu menggantung dan mengalami
pegal.
g. Dalam posisi duduk, lutut harus membentuk posisi melengkung dengan
sudut kurang lebih 90o

Gambar Furnitur meja belajar tersebut di gunakan oleh anak PAUD.


Antropometri anak PAUD usia 3-4 tahun yang nantinya dapat digunakan
untuk menentukan ukuran sarana pembelajaran yang sesuai dengan anak
paud tersebut. Berdasarkan hasil dari analisa desain mebel di PAUD adalah
:
a. Gambar meja PAUD tersebut khususnya untuk anak usia 3-4 tahun
ternyata memiliki gambaran mural di atas meja tersebut sehingga ini
menyebabkan anak menjadi tidak nyaman dalam menggunakan meja
tersebut dikarenakan hasil dari tugas yang dikerjakan tidak maksimal.
Padahal disebutkan bahwa meja yang ergonomis itu sebaiknya tidak

14
bertekstur karena akan membahayakan pengguna dan mengganggu
aktivitas belajarnya

Gambar Meja mural mengganggu proses belajar anak

b. Pada meja PAUD tersebut menggunakan meja lipat untuk menghemat


tempat dan mempersingkat waktu untuk meringkas namun
permasalahannya adalah adanya bracing pada kaki meja tersebut yang
mengganggu posisi kaki anak pada saat duduk karena tidak dapat
memasukkan kaki di bawah permukaan meja. Padahal dikatakan bahwa
meja yang ergonomis itu harus memiliki untuk ketebalan paha sehingga
lebih nyaman.

Gambar bracing mempengaruhi posisi duduk anak


c. Ketinggian dari meja yang ada di lapangan tidak sesuai dengan
pengguna dimana terlalu tinggi menyebabkan anak yang menggunakan
harus berlutut supaya dapat melihat dengan nyaman tugas yang
dikerjakan. Seharusnya tinggi meja disesuiakan dengan ukuran
pengguna karena meja yang ergonomis itu diseuaikan dengan pengguna.

Gambar Meja terlalu tinggi untuk pengguna

15
d. Kursi yang digunakan kurang tinggi dari pada yang seharusnya. Karena
data dilapangan menyatakan ukurannya adalah 18.5 cm seharusnya
berdasarkan perhitungan adalah 21-22 cm padahal dikatakan bahwa
kursi yang ergonomis seharusnya menyesuaikan dengan pengguna
dimana saat pengguna duduk kakinya dapat membentuk sudut sekitar
90o.

Gambar lutut tidak membentuk sudut 90o.


e. Di PAUD tersebut juga menggunakan mebel berbahan kayu salah
satunya kursi belajar namun ditemukan permasalahan ternyata dimana
lebar dudukannya tidak dapat mewadahi secara menyeluruh pantat anak.
Seharusnya kursi yang nyaman itu apabila lebar alas duduknya
diseuaikan dengan lebar pantat pengguna dan lebih besar dari paha
seseorang.

Gambar Alas permukaan duduk yang kurang ergonomis

f. Untuk rak sepatu dan rak barang sudah cukup sesuai dengan
pengunannya yaitu anak-anak usia 3-4 tahun karena anak sudah dapat
menggapai rak paling atas secara mandiri. Namun permasalahannya
adalah dimana rak tersebut tidak dapat mewadahi secara menyeluruh
untuk anak 3-4 tahun.

16
Gambar Rak sepatu dan rak tas sudah cukup ergonomis

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan


ternyata mebel yang ada di PAUD untuk anak usia 3-4 tahun tidak cocok dengan
penggunanya dan memiliki beberapa masalah terkait ergonomi sehingga
memang perlu dikaji melalui bidang ilmu antropometri. Selain itu ternyata
perbedaan umur dan jenis kelamin anak-anak juga sangat mempengaruhi besar
kecilnya dimensi tubuh mereka sehingga secara otomatis juga mempengaruhi
ukuran mebel yang digunakan. Dimana anak dengan umur yang lebih besar
secara dominan memiliki ukuran tubuh yang lebih besar. Karena hal ini, maka
dalam membuat ukuran mebel supaya ergonomis sebaiknya menerapkan hasil
pengukuran yang sesuai dengan penggunanya yaitu anak usia dini 3-4 tahun
karena mereka merupakan subjek yang paling sering berinteraksi dengan
mebel-mebel tersebut sehingga harus sangat dipertimbangkan.

7. Alat penumbuk

Gambar tersebut memperlihatkan posisi operator dalam bekerja tidak didukung


oleh alat kerja yang baik dan sikap kerja yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
ergonomi. Menurut Bridger hal tersebut menimbulkan rasa ketidaknyamanan
dan merasakan keluhan pada bagian leher, kedua bahu, kedua telapak tangan,
punggung bagian atas, punggung bagian bawah, kedua tangan, pinggul, kaki
bagian paha, kedua lutut, kedua betis, dan jari – jari.

Menurut saya alat/benda tersebut tidak ergonomis sesuai antropometris


penggunanya karena :
1. Telapak tangan : kelelahan saat memegam batang penumbuk ubi kayu
2. Jari – jari tangan : kelelahan saat menggegam batang penumbuk ubi kayu
3. Tangan : terejadi kelelahan saat menumbuk ubi kayu
4. Siku – diku : terjadi kelelahan dalam tumpuan tangan saat menumbuk
5. Lengan : lengan merasakan pegal saat proses penumbukan ubi kayu
6. Bahu : terjadi kelelahan saat menahan tangan melakukan prosess
penumbukan ubi kayu
7. Leher : merasakan pegal karna kepala mengarah focus kepada proses
penumbukan

17
8. Punggung : kelelahan dan pegal saat membungkuk pada proses penumbukan
ubi kayu
9. Paha : merasa keram saat menahan kaki ketika duduk
10. Lutut : terjadi kelelahan dalam tumpuan kaki saat duduk melakukan proses
penumbukan
11. Popliteal : merasa keram saat menahan lekukan kaki ketika duduk
12. Betis : merasa keram saat melakukan penumbukan
13. Pinggul : merasakan pegal saat duduk
14. Telapak kaki :Merasa keram saat menahan tubuh

18

Anda mungkin juga menyukai