Anda di halaman 1dari 24

15

BAB IV
Ergonomi Mesin Jahit


A. Permasalahan Ergonomi Pada Pekerjaan Tukang Jahit Tradisional
Ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari sifat, kemampuan dan
keterbatasan manusia, dimana secara hakiki akan berhubungan dengan segala aktivitas
manusia yang dilakukan untuk menunjukkan performansinya yang terbaik (Anita,dkk).
Upaya dari ergonomi yaitu berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi
tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban yang bertujuan
agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita
temui berbagai pekerjaan yang bisa menimbulkan permasalahan kesehatan akibat
kurangnya antisipasi dari para pekerja, salah satunya adalah pada pekerjaan tukang jahit.
Menjahit adalah salah satu pekerjaan manual, yang jika dilakukan secara terus-menerus
dengan waktu yang relatif lama maka akan menimbulkan kelelahan atau bisa juga disebut
penyakit akibat kerja. Pekerjaan menjahit yang selalu berulang-ulang dan dalam waktu
yang relatif lama dapat menyebabkan kelelahan secara fisiologis, yang disebabkan karena
aktivitas kerja dan mempertahankan tubuh ketika bekerja (Anita, dkk).
Berdasarkan analisis ilmu ergonomi pada pekerjaan tukang jahit, dapat penulis paparkan
beberapa permasalahan ergonomi yang ditimbulkan akibat pekerjaannya, diantaranya:
1. Pegal pada bagian kaki
Pegal pada bagian kaki ini dapat disebabkan karena menggerakkan mesin jahit secara
terus-menerus, sehingga lama-kelamaan dapat menimbulkan gangguan fisiologis pada
kaki, seperti pegal-pegal, keram, dan tapalan pada kaki.
2. Pegal pada bagian lengan dan pergelangan tangan
Pegal pada bagian lengan dan pergelangan tangan ini bisa disebabkan oleh karena
aktivitas menjahit yang monoton, sehingga bisa menyebabkan pegal-pegal pada bagian
lengan dan pergelangan tangan.
3. Sakit punggung dan nyeri pada pinggang bagian bawah
Sakit punggung dan nyeri pada pinggang bagian bawah ini sama-sama disebabkan oleh
karena posisi duduk terlalu lama, yaitu selama 15-20 menit sehingga otot-otot punggung
biasanya mulai letih. Maka akibatnya mulai dirasakan nyeri pada pinggang bagian
bawah. Nyeri pada pinggang bagian bawah ini akan menyebabkan otot-otot pinggang
menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak di sekitarnya. Apabila hal ini
berlanjut terus, akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang
mengakibatkan hernia nukleus pulposus, yaitu saraf tulang belakang terjepit di antara
kedua ruas tulang belakang sehingga menyebabkan nyeri pada pinggang dan juga rasa
kesemutan yang menjalar ke tungkai sampai ke kaki. Bahkan, bila parah, dapat
menyebabkan kelumpuhan (Diana, 2009).
4. Sakit leher
Sakit leher ini bisa disebabkan oleh karena posisi duduk yang bungkuk dan monoton
dalam waktu lama pada saat menjahit, sehingga mengakibatkan leher menjadi pegal-
pegal dan sakit.

16

Berdasarkan permasalahan di atas, maka upaya pencegahan yang bisa penulis berikan,
diantaranya :
1. Jagalah postur tubuh agar tetap stabil dan rileks.
2. Hindari duduk dengan posisi yang sama lebih dari 20-30 menit.
3. Lakukan peregangan setiap 30-45 menit.
4. Lakukan posisi duduk yang tegak untuk menghindari sakit punggung dan nyeri
pinggang.
5. Makan makanan yang bergizi.

B. Ergonomi Mesin Jahit
Santoso (2004) menjelaskan bahwa dari berbagai pendapat di atas, ergonomi masih
tidak lepas dari makna dasar yakni ergon adalah kerja (work) dan nomon adalah hukum-
hukum alam (natural laws). Pengertian kerja secara sempit adalah kegiatan yang
mendapatkan upah. Tetapi, pengertian kerja secara luas adalah semua gerakan manusia
merupakan kerja, meski tidak mendapatkan upah. Ergo (gerak/kerja) dan nomos
(alamiah) adalah gerakan yang efektif, efisien, nyaman, aman, tidak menimbulkan
kelelahan dan kecelakaan sesuai kemampuan tubuh tetapi mendapatkan hasil kerja yang
lebih optimal. Oleh karena itu dalam pendekatan ergonomi memerlukan keseimbangan
antara kemampuan tubuh dan tugas kerja. Biasanya, jika ingin meningkatkan kemampuan
tubuh manusia, maka beberapa hal disekitar lingkungan alam manusia misal peralatan,
lingkungan fisik, posisi gerak (kerja) perlu direvisi atau dimodifikasi atau didesain ulang
disesuaikan dengan kemampuan tubuh manusia. Dengan kemampuan tubuh manusia
meningkat secara optimal, maka tugas kerja yang dikerjakan juga akan meningkat. Begitu
juga sebaliknya, jika lingkungan alam sekitar manusia tidak sesuai dengan kemampuan
alamiah tubuh manusia, maka akan menimbulkan hasil kerja yang tidak optimal.
Pendekatan ergonomi dapat dilihat pada gambar dibawah ini (Santoso, 2004).








Gambar Pendekatan Ergonomi (Santoso, 2004)
Manuaba (1996) antropometri merupakan ilmu yang berhubungan dengan
dimensidimensi tubuh manusia. Dimensi-dimensi disini dibagi menjadi kelompok
statistic dan ukuran presentil. Jika seratus orang berdiri berjajar dari yang terkecil sampai
yang terbesar dalam suatu ukuran atau
Manusia Lingkungan
Tujuan
o Optimasi
o Efisiensi
o Kesehatan
o Keselamata
o Aman
o Nyaman
Anatomi, fisiologi, psikologi, biomekanik,
kinesiologi, Enginering, manajemen, desain

17

urutan, hal ini akan bisa diklasifikasikan dari satu presentil sampai seratus presentil.
Lelaki 2,5 presentil berarti bahwa desain tersebut berdasarkan seri dari dimensi yang
berkisar 2,5% dari sistem yang digunakan dalam suatu populasi. Jadi 50 presentil berarti
bahwa 50% dari populasi akan cocok juga pada sistem yang berdasarkan
pengukuranpengukuran, ini tentu saja termasuk 2,5 presentil sebelumnya.
Agar rancangan tersebut nantinya dapat sesuai dengan dimensi tubuh manusia yang
akan menggunakannya, maka prinsip-prinsip yang harus diambil dalam aplikasi data
antropometri tersebut ditetapkan dahulu seperti: pertama, prinsip perancangan produk
bagi individu dengan ukuran tubuh ekstrim, dimana rancangan produk dibuat agar dapat
memenuhi dua sasaran produk, yaitu :
dapat sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dalam
arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan ukuran rata-ratanya, dan tetap dapat
digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain, yaitu mayoritas dari populasi yang
ada. Secara umum aplikasi data antropometri untuk perancangan produk atau fasilitas
kerja akan menetapkan nilai persentil 95 untuk dimensi minimum dan persentil 5 untuk
dimensi maksimum. Kedua, prinsip perancangan produk yang dapat dioperasikan
diantara rentang ukuran tertentu (design for adjustable range). Rancangan pada prinsip
ini dapat diubahubah ukurannya sehingga cukup fleksible untuk dioperasikan oleh setiap
orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Dalam kaitannya untuk memperoleh
rancangan yang fleksible, maka data antropometri yang umum diaplikasikan adalah
dalam rentang nilai persentil 5 sampai dengan persentil 95. Ketiga, prinsip perancangan
produk denganuku ran rata-rata. Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap
rata-rata ukuran tubuh manusia (Sanders, 1991).
Antropometri posisi duduk terpenting yang harus diukur adalah: tinggi lutut, lipat lutut
punggung, tinggi duduk, lipat lutut telapak kaki, dan panjang lengan bawah dan lengan
(Santoso, 2004). Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.2.
Sebuah kursi yang secara antropometri benar, belum tentu nyaman. Jika rancangan
suatu tempat duduk tidak memperhatikan sama sekali hal-hal yang berkenanan dengan
dimensi-dimensi manusia dan besar tubuhnya, tidaklah aneh bila rancangan tersebut tidak
nyaman (Panero dan Zelnik, 1979).


C. Pertimbangan Antropometri
Sehubungan dengan sulitnya merumuskan kenyaman duduk dan fakta bahwa duduk
merupakan suatu aktifitas dinamik, maka pendekatan antropometri bagi rancangan tempat
duduk merupakan suatu tantangan. Sebuah rancangan harus didasarkan pada data
antropometri yang terpilih dengan tepat. Jika tidak, akan muncul keraguan bahwa hasil
rancangan tersebut dapat menciptakan kenyamanan bagi pemakainya. Dimensi-dimensi
antropometri yang penting bagi suatu perancangan tempat duduk ditunjukan pada gambar
2.5 dan tabel 2.1 (Panero dan Zelnik, 1979).




18














Gambar. Antropometri Posisi Duduk (Panero dan Zelnik, 1979).


Gambar. Dimensi-dimensi antropometri yang dibutuhkan bagi perancangan kursi
(Panero dan Zelnik, 1979).
Tinggi Lutut
Panjang Lengan
Bawah dan Lengan
Lipat Lutut Punggung
Tinggi Duduk
Lipat Lutut
Telapak
Kaki
A
B
C
D
E

19

Tabel. Beberapa dimensi tubuh yang berguna untuk perancangan tempat duduk.

Pengukuran
Pria Wanita
Persentil Persentil
5(cm) 95(cm) 5(cm) 95(cm)
A Tinggi lipatan dalam lutut. 39.4 49 35,6 44,5
B Jarak pantat-lipatan dalam lutut 43,9 54,9 43,2 53,3
C Tinggi siku posisi istirahat 18,8 29,5 18 27,9
D Tinggi bahu 53,3 63,5 45,7 63,5
E Tinggi duduk normal 80,3 93 75,2 88,1
F Rentang antar siku 34,8 50,5 31,2 49
G Rentang panggung 31 40,4 31,2 43,4
H Rentang bahu 43,2 48,3 33 48,3

D. Presentil
Penerapan data antropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai rata-rata dan
standar deviasi dari suatu distribusi normal. Adapun distribusi normal ditandai dengan
nilai rata-rata dan standar deviasi.
Sedangkan presentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu
dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari data
tersebut. Misalnya, 95% populasi adalah sama dengan atau lebih rendah dari 95 presentil,
5% dari populasi adalah sama dengan atau lebih rendah dari 5 presentil. Besarnya nilai
presentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi normal. Dalam pokok bahasan
antropometri, 95 presentil menunjukan tubuh berukuran besar, 5 presentil menunjukan
tubuh berukuran kecil. Jika diinginkan dimensi untuk mengakomodasi 95% populasi
maka 2,5 dan 97,5 presentil adalah batas rentang yang dapat dipakai dan ditunjukan pada
tabel dibawah ini (Nurmianto, 1991).

Table. Presentil dan perhitungan dalam distribusi normal
Presentil Perhitungan
1
2.325 x
2,5
1.960 x
5
1.645 x
10
1.280 x
50
90
1.280 x
95
1.645 x
97,5
1.960 x
99
2.325 x

E. Prancangan Kursi dan Meja Kerja Operator Menjahit
Kursi kerja operator jahit yang ergonomis adalah kursi kerja yang sesuai dengan
operatornya, hal ini dapat dilihat dari ukuran kursi kerja operator jahit dengan
antropometri tubuh operatornya sehingga operator dapat merasakan kenyamanan pada
saat menggunakannya. Antropometri tubuh operator yang diilustrasikan dengan bantuan
perangkatlunak ( software) Manikin In Catiam V5R13. Gambar bentuk fisik kursi kerja.

20

operator jahit yang ergonomis dapat dilihat pada gambar 4.8. Hasil rancangan kursi
kerja operator jahit yangdivisualisasikan dalam perangkat lunak (software) Manikin In
Catia V5R13 kemudian dianalisa dengan melakukan simulasi penempatan manikin
operator jahit pada desain kursi kerja operator jahit yang baru. Simulasi tersebut dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.


(Pandangan Isometri)

(Pandangan Atas)

(Pandangan Depan)

(Pandangan Samping)

Gambar. Desain kursi kerja operator jahit.

Gambar di atas menunjukan kursi kerja operator yang ergonomis, adapun kursi kerja
tersebut terdiri dari: alas duduk, kedalaman alas duduk sebesar 40 cm, lebar 50 cm, serta
ketinggian atau ketebalan alas duduk sebesar 4.499 cm. Dimensi kaki kursi yang
ergonomis sebesar 60 cm. Sedangkan untuk dimensi penyangga kaki kursi yang ergonomis
memiliki diagonal sebesar 40 cm.
Sedangkan untuk meja jahit direkomendasikan tinggi duduk sekitar 41,5 cm untuk
wanita dan untuk pria 43 cm dan posisi betis 105 dari paha ketika menginjak pedal. Dan
kursi kerja diberi pelapis (busa untuk) memberi kenyamanan pada pekerja. Meja dan kursi
juga harus dapat diatur ketinggiannya dan sudut sandarannya untuk mengurangi sakit pada
bahu dan leher. Untuk pencahayaan Parimalam dkk (2006) merekomendasikan minimum
sebesar 400lux untuk general lighting dan untuk operator jahit di tambahkan pencahayaan
lokal. Sedangkan menurut Industrial Accident Prevention Assosiation (IAPA,2006) untuk

21

pekerjaan menjahit pencahayaan disarankan sekitar 2000-5000 lux. Untuk mengurangi
kebisingan perlu dilakukan pemeliharaan, pelumasan dan penggantian spare part secara
rutin. Pekerja yang terpapar bising perlu diberikan pelindung telinga ataupun perlu rotasi
setiap 4 jam untuk level kebisingan 90 DB. Untuk mengurangi getaran diperlukan isolator
getaran misalnya dengan memasang karpet/karet pada kaki-kaki mesin. Diperlukan
pemasangan mesin penghisap untuk menghisdap debu kain dan pekerja diberikan masker
untuk melindungi dari debu. Jarak antar mesin 4-5 feet untuk meminimalkan paparan panas
pada operator jahit. Di setiap unit perlu disediakan kotak P3K dan orang yang mampu
memberikan perawatan/pertologan darurat.

F. Mengoperasikan Mesin Jahit
Pada saat akan menjahit, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehingga proses
pekerjaan berlangsung dengan baik tanpa menimbulkan efek negatif terhadap tubuh
pekerja/siswa. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Posisi Duduk yang Tepat
a. Posisi badan saat menjahit
o Badan tegak
o Kaki kanan bertumpu pada pedal
o Kaki kiri bertumpu pada samping pedal
o Badan setara/lurus dengan posisi jarum
b. Kegunaan pedal kaki
Fungsi pedal kaki menyerupai kegunaan pedal kaki di mobil yaitu rem, akselerasi,
dan kopeling.





Cara Menggunakan Pedal Kaki
REM gerakan tumit yang menghentikan mesin seketika, bersamaan dengan
gerakan tumit menginjak pedal kaki.
AKSELERASI tekanan ujung kaki yang menggerakkan motor dan
memungkinkan mesin untuk menjahit semakin keras kaki menginjak pedal,
semakin cepat mesin bergerak.
KOPELING tekanan ujung kaki yang ringan, hal ini memungkinkan pergerakan
roda tangan dengan mudah untuk manuver posisi jarum. Misalnya, jahitan
penggabungan kembali hanya memerlukan sedikit tekanan pada pedal.

22

2. Posisi Kontrol Mesin Yang Tepat
Pegangan mesin dapat mengalami sakit punggung jika kontrol mesin, seperti
pedal kaki dan bantalan penyangga lutut (atau penyangga kaki) berada pada posisi yang
salah. Untuk kenyamanan yang maksimal, pedal sebaiknya diletakkan pada
pertengahan antara bench mesin bagian depan dan belakang. Jika pedal diletakkan
terlalu dekat dengan bagian depan, kursi harus digeser ke belakang, yang menyebabkan
pengguna mesin tidak dapat bersandar pada sandaran kursi ketika menjahit.
Bantalan penyangga lutut sebaiknya diletakkan dengan baik sehingga dapat
dioperasikan dengan lutut bukan dengan paha yang akan menyebabkan kaki bergerak
terlalu banyak sehingga cepat lelah. Jika mesin disesuaikan dengan penyangga kaki dan
bukan penyangga lutut, maka mesin harus diletakkan sedekat mungkin dengan pedal
dan benar.










Posisi Kontrol yang Benar
Keterangan gambar :
(a) Posisi duduk yang benar
(b) Posisi operatif yang benar
(c) Posisi yang benar untuk pedal mesin, bantalan penyangga lutut dan penyangga kaki.
3. Teknik Menjahit
a. Posisi tangan ketika mengoperasikan mesin jahit seperti terlihat di bawah ini :









Posisi Tangan pada Saat Menjahit

23

Jauhkan tangan dari jarum ketika mesin dinyalakan dan ketika mesin sedang
berjalan.
b. Tegangan benang pada kain
Kekuatan keliman tergantung pada tegangan yang tepat. Sebelum menjahit garmen,
sebuah contoh lapisan bahan ganda sebaiknya digunakan untuk menentukan
panjang dan tekanan jahitan, dengan menggunakan benang dan jarum yang sesuai.
c. Tegangan yang sesuai
Jika tegangan bagian atas benang (jarum) dan benang (bobin) bagian bawah benar,
formasi jahitan akan terlihat, kedua jahitan interlock dibagian dalam lapisan bahan
dan keliman akan terlihat sama di kedua sisi bahan. Tidak diperlukan penyesuaian
lebih lanjut.
d. Tegangan yang tidak sesuai
Jika tegangan benang bagian atas terlalu rapat, benang bagian atas akan terlihat
datar pada bahan.
Jika tegangan benang bagian atas terlalu tegang, benang bagian bawah akan terlalu
ketat di sepanjang bagian bawah bahan. Benang bagian atas tertarik ke bawah ke
dalam bahan dan terlihat membentuk lompatan kecil. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar melintang di bawah ini :







Tegangan Benang pada Kain
e. Penyesuaian tegangan benang
Tegangan bagian atas dan bawah harus disesuaikan untuk menghasilkan jahitan
yang sempurna dengan cara melakukan penyesuaian-penyesuaian berikut :
f. Penyesuaian tegangan bagian atas
Dengan cara memutar tension nut benang searah jarum jam, tegangan benang
bagian atas dapat dinaikkan atau dirapatkan.
Dengan cara memutar tension nut benang berlawan arah jarum jam, tegangan
benang bagian atas dapat diturunkan atau direnggangkan.


24






Penyesuaian Tegangan Benang
g. Penyesuaian tegangan bagian bawah
Tegangan bawah diatur oleh baut, yang mengencangkan atau melonggarkan
per/pegas yang berada di luar wadah bobin.
Dengan memutar baut searah jarum jam, tegangan benang bagian bawah akan
meningkat, dengan memutar baut berlawanan arah jarum jam, tegangan benang
bagian bawah akan menurun.
Untuk memeriksa tegangan bagian bawah, ayun bobin dengan jari bobin harus
bergerak hanya sedikit. Jika bobin benang lari, berarti terlalu renggang. Jika tidak
ada gerakan sama sekali, berarti terlalu rapat.
Tegangan yang benar akan menahan bobin case.











Penyesuaian Tegangan Benang Bagian Bawah



25



G. Ergonomi Kondisi Kerja Di Industri atau Tempat Praktik
Permasalahan ergonomi kerja di industri atau tempat praktik terutama sangat terkait
dengan posisi postur tubuh dan pergelangan tangan yang tidak baik dan harus melakukan
pekerjaan yang berulang-ulang pada hanya satu jenis otot sehingga sangat berpotensi
menimbulkan cumulative trauma disorder (CTD)/ Repetitive Strain Injuries (RSI) (Work
Safe bulletin:1997 dan FoCUS:1999). Zvonko Gradcevic mengungkapkan bahwa operasi
kerja di bagian penjahitan adalah dari tangan-mesin-tangan dan sub operasi mesin
berdasarkan cara kerja dan bagian (piece) yang dijahit menurut struktur produk garmennya.
Lebih lanjut Zvonko Gradcevic menggambarkan operasi kerja di bagian penjahitan seperti
pada gambar 3 berikut.



Gambar Operasi kerja pada proses penjahitan


Pekerjaan di bagian jahit membutuhkan kordinasi gerakan postur tubuh dan
pergelangan tangan yang baik dan konsentrasi tinggi. Dimana perubahan gerakan ini
berlangsung sangat cepat tergantung bagian yang dijahit dan tingginya frekuensi
pengulangan gerakan untuk kurun waktu yang lama akan mendorong timbulnya gangguan
interabdominal, mengalami tekanan inersia, tekanan pada pinggang dan tulang punggung
dan tengkuk.
Setiap pekerjaan mengandung resiko kesehatan dan keselamtan. Demikian juga sistem
kerja di industri atau tempat praktik menjahit, potensi penyakit dan kecelakaan kerja juga
sangat tinggi. diantara penyakit kerja yang terkaiat dengan kondisi lingkungan kerja yang
tidak baik diantaranya adalah.
1. Operator jahit mengalami sakit punggung
2. Melaporkan mengalami low back pain secara persisten
3. Menderi akibat Cumulative Trauma Disorder (CTD)
4. Mengalami CTD pada pergelangan tangan
5. Mengalami CTDs pada siku
6. CTDs pada bahu

26

7. Pekerja mengalami nyeri leher

Adapun beberapa prosedur untuk memperbaiki kondisi kerja di industri atau tempat
praktik melalui pendekatan ergonomi antara lain.
1. Jenifer Gunning (2001) banyak cara yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit akibat kerja di industri garmen yang meliputi:
a. Komunikasi
b. Melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan
c. Pendidikan dan pelatihan bagi pekerja dan manajemen tentang strategi pencegahan
dan peningkatan lingkungan kerja yang ergonomi.

2. Jenifer Gunning dkk mengungkapkan 5 prinsip dasar dalam bekerja secara ergonomis
guna mengurangi ganguan otot yaitu:
a. Gunakan alat yang baik dan sesuai dengan pekerjaan dan pekerja
b. Meminimkan pengulangan gerakan pada satu jenis otot
c. Hindari posisi tubuh yang tidak baik
d. Gunakan teknik angkat-angkut yang benar
e. Beristirahat secara baik dan benar

3. Sedangkan David Mahone menyatakan untuk meningkatkan kondisi kerja yang
ergonomi dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Melaksankan program ergonomi yang komprehensif
b. Melakukan redesign stasiun kerja seperti yang direkomendasikan NIOSH
c. Peningkatan cara Sistem Kerja
d. Menggunakan peralatan material handling yang otomatis
e. Pengembangan Konsep Modular Manufacturing

H. APD (Alat Perlindungan Diri)
Berbicara mengenai kesehatan dan keselamatan kerja tidak bisa dilepaskan dari yang
namanya APD singkatan dari Alat Pelindung Diri. APD adalah seperangkat alat yang
digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap
kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan dan bisa mengurangi risiko kecelakaan
kerja. Betapa pentingnya APD digunakan sampai ada dasar hukumnya untuk menggunakan
APD pada saat melakukan pekerjaan entah itu yang mempunyai resiko kecil atau besar.
Berikut adalah dasar hukum penerapan APD:
4. Undang-undang No.1 tahun 1970.
a. Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat
untuk memberikan APD
b. Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada
tiap tenaga kerja baru tentang APD.
c. Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak
tenaga kerja untuk memakai APD.
5. Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981
Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan alat pelindung
diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk menggunakannya untuk pencegahan penyakit
akibat kerja.

27

6. Permenakertrans No.Per.03/MEN/1982
Pasal 2 butir I menyebutkan memberikan nasehat mengenai perencanaan dan
pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta
penyelenggaraan makanan ditempat kerja.
7. Permenakertrans No.Per.03/Men/1986
Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang mengelola Pestisida harus
memakai alat-alat pelindung diri yg berupa pakaian kerja, sepatu lars tinggi, sarung
tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka dan pelindung pernafasan.

Perusahaan diharuskan untuk menentukan bahwa APD harus digunakan untuk
melindungi pekerja dan memiliki kewajiban untuk menyediakan APD, termasuk peralatan
pelindung pribadi untuk mata, wajah, kepala, dan kaki, dan pakaian pelindung dan
penghalang (barrier). Perusahaan juga harus memastikan bahwa karyawan menggunakan
dan memelihara APD dalam kondisi steril dan handal.

Alat perlindungan diri ini ada berbagai macam:
a. Alat pelindung kepala
Melindungi rambut pekerja
supaya tidak tertarik mesin
yang berputar.








b. Alat pelindung mata
Digunakan untuk melindungi mata
dari terkena patahan jarum,serta
melindungi mata agar terkena debu.






c. Pelindung kaki
Pada industri ringan/ tempat kerja biasa
cukup dengan sepatu yang baik Sepatu
pelindung ( safety shoes) dapat terbuat dari
kulit, karet, sintetik atau plastik.
Penggunaaan alas kaki berfungsi untuk
mencegah tergelincir dipakai sol anti
slip.Untuk mencegah tusukan dapat

28

memakai sol dari logam. Apabila lingkungan kerja terdapat bahaya listrik maka
hendaknya sepatu seluruhnya harus di jahit atau direkat tak boleh memakai paku.


d. Pelindung kaki
Hal ini penting ada untuk melindungi tangan
dari benda-benda tajam serta







e. Pakaian kerja/ celemek
Alat pelindung diri yaitu berupa celemek
yang biasa serta wajib digunakan oleh
mahasiswa/mahasiswi teknologi industri
untuk melindungi tubuh dari sisa benag
yang berkeliaran. Selain itu pada bagian
depan celemek khas teknologi industr
terdapat sebuah kantong ajaib yang
berfungsi sebgai tempat menyimpan
peralatan jahit yang berukuran kecil. Hal
ini berfungsi agar peralatan jahit yang
berukuran kecil tersebut tidak berceceran
kemana mana, karena jika berserakan
dan berceceran kemana- mana maka dapat
mengganggu proses menjahit. Karena bisa
saja jika alat alat tersebut jatuh maka
akan membuat tergelincir, hal ini sangat
membahayakan karena di dalam laboraturim teknologi industri terdapat banyak
mesin jahit dan banyak terdapat kabel kabel yang beraliran listrik.









29

BAB VI
SOP K3 Lab PKK

A. SOP (Standar Oprational Prosedur)
Dalam merancang suatu Standard Operating Procedure (SOP), diperlukan suatu
pemahaman tentang defenisi dari SOP tersebut, fungsi dan tujuan SOP, Manfaat SOP,
maupun bentuk dan cara pembuatan SOP. Berikut penjelasan dari hall-hal yang di sebut
di atas :
Defenisi Standar Operational Prosedur
1. Ada banyak defenisi tentang Standard Operating Procedure (SOP) adalah suatu
panduan yang menjelaskan secara terperinci bagaimana suatu proses harus
dilaksanakan.
2. Standard Operating Procedure (SOP) adalah serangkaian instruksi yang
mengambarkan pendokumentasian dari kegiatan yang dilakukan secara berulang pada
sebuah organisasi.
3. Standard Operating Procedure (SOP) adalah sebuah panduan yang dikemukakan
secara jelas tentang apa yang diharapkan dan diisyaratkan dari semua karyawan
dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.
4. Standard Operating Procedure (SOP) adalah serangkaian instruksi yang digunakan
untuk memecahkan suatu masalah.

Fungsi Dan Tujuan Standard Operating Procedure
Fungsi Dan Tujuan Standard Operating Procedure (SOP) adalah untuk
mendefenisikan semua konsep dan teknik yang penting serta persyaratan dibutuhkan,
yang ada dalam setiap kegiatan yang dituangkan ke dalam suatu bentuk yang langsung
dapat digunakan oleh karyawan dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari.
SOP yang dibuat harus menyertakan langkah kegiatan yang harus dijalankan oleh semua
karyawan dengan cara yang sama. Oleh sebab itu, SOP dibuat dengan tujuan memberikan
kemudahan dan menyamakan presepsi semua orang yang berkepentingan sehingga dapat
lebih dipahami dan dimengerti.

Manfaat Standard Operating Procedure
Standard Operating Procedure (SOP) dibuat dengan maksud dan tujun tertentu,
sehingga memberikan manfaat bagi pihak yang bersangkutan.

Berikut beberapa manfaat dari SOP :
1. Menjelaskan secara detail semua kegiatan dari proses yang dijalankan.
2. Standarisasi semua aktifitas yang dilakukan pihak yang bersangkutan.
3. Membantu untuk menyederhanakan semua syarat yang diperlukan dalam proses
pengambilan keputusan.
4. Dapat mengurangi waktu pelatihan karena kerangka kerja sudah distandarkan.

30

5. Membantu menganalisa proses yang berlangsung dan memberikan feedback bagi
pengembangan SOP.
6. Dapat meningkatkan konsistensi pekerjaan karena sudah ada arah yang jelas.
7. Dapat meningkatkan komunikasi antar pihak-pihak yang terkait, terutama pekerja
dengan pihak manajemen.

B. Bentuk Dan Cara Pembuatan Standard Operating Procedure

Bentuk Standard Operating Procedure
Tujuan utama dari pembuatan Standard Operating Procedure (SOP) adalah
memberikan kemudahan bagi para orang yang berkepentingan dalam membacanya,
sehingga orang tersebut dapat mengerti dan dapat menjalankan prosedurnya dengan
benar. Oleh sebab itu diperlukan suatu pertimbangan untuk dapat menentukan bentuk
SOP yang digunakan, yaitu jumlah keputusan yang akan diambil dan jumlah langkah
yang akan dilakukan dalam suatu proses.

Berikut macam-macam bentuk SOP yang dapat dipilih untuk digunakan :
1. Simple Steps
Bentuk SOP ini dipakai untuk prosedur rutin yang singkat dan tidak terlalu
membutuhkan banyak keputusan.
2. Hierarchical Steps
Bentuk ini dipakai untuk prosedur yang cukup panjang (lebih dari 10 langkah) tetapi
tidak memerlukan banyak keputusan.Bentuk ini memudahkan orang yang sudah
berpengalaman karena bagian dari masing-masing langkah dijelaskan secara
terperinci. Sedangkan untuk orang baru, dapat memudahkan untuk mempelajari
prosedur tersebut.
3. Graphic Procedures
Bentuk ini dipakai untuk prosedur yang cukup panjang (lebih dari 10 langkah) tetapi
ini tidak memerlukan banyak keputusan, sama seperti Hierarchical Steps, Grafik
dapat membantu menyederhanakan suatu proses dari bentuk yang panjang menjadi
bentuk yang singkat. Gambar ataupun diagram juga dapat digunakan untuk
mengilustrasikan apa yang menjadi tujuan dari suatu prosedur.
4. Flowchart
Flowchart merupakan grafik sederhana yang menjelaskan langkah-langkah prosedur
dalam pembuatan suatu keputusan. Bentuk flowchart digunakan untuk prosedur yang
memiliki banyak keputusan. Dalam pembuatan SOP bentuk flowchart ini diperlukan
simbol-simbol yang dapat membantu menjelaskan setiap langkah. Berikut simbol-
simbol yang di gunakan.

Penulisan Standard Operating Procedure
Standard Operating Procedure (SOP) dapat dikaitkan baik jika semua yang tertulis
didalamnya dapat dibaca dan dimengerti oleh setiap orang yang menggunakannya. Oleh
sebab itu diperlukan suatu cara yang benar dalam pembuatan Standard Operating
Procedure. Berikut cara efektif dalam membuat Standard Operation Procedure :
1. Menuliskan setiap tahapan proses pada suatu prosedur dalam kalimat yang pendek.
Kalimat yang panjang lebih susah dimengerti.
2. Menuliskan setiap tahapan proses pada suatu prosedur dalam bentuk kalimat perintah.

31

Kalimat perintah menunjukan langsung apa yang harus dilakukan.
3. Mengkomunikasikan dengan jelas setiap kata yang digunakan pada suatu prosedur.
4. Menggunakan istilah-istilah atau singkatan yang memang sudah umum digunakan
dalam kegiatan sehari-hari.
Pembuatan Standard Operating Procedure harus dengan format yang konsisten,
sehingga pihak yang menggunakan menjadi terbiasa dan mudah.

Memahami Standard Operating Procedure yang dimaksud. Berikut susunan isi
Standard Operating Procedure :
1. Lembar Data Dokumen (Document Data Sheet).
Berisi tentang semua informasi yang mewakili dokumen itu sendiri, antara lain nama
dokumen, siapa yang membuat, kapan dokumen disetujui, siapa yang menyetujui,
ringkasan dar isi dokumen, dll.
2. Tujuan dan Ruang Lingkup.
Berisi tentang penjelasan tujuan dibuatnya prosedur dan alasan mengapa prosedur
tersebut dibutuhkan serta penjelasan batasan-batasan dan area pembahasan prosedur
yang dibuat.
3. Prosedur
Prosedur merupakan bagian utama dari dokumen. Prosedur yang dibuat merupakan
gambaran dari suatu proses yang menjelaskan dalam detail setiap urutan prosesnya.
Form yang digunakan pada suatu proses juga dijelaskan.
4. Tugas dan Tanggung Jawab
Berisi tentang tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak yang terkait dalam
suatu proses.

Pelaksanaan Standard Operating Procedure
Ada tujuh tahapan atau langkah yang dapat digunakan untuk membuat suatu prosedur
yang baik dan memaksimalkan semua potensi yang ada, antara lain sebagai berikut :
1. Menentukan tujuan yang ingin dicapai.
Langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan tujuan yang ingin dicapai.
Suatu prosedur akan berjalan dengan baik apabila dirancang dengan tujuan yang
spesifik yang ingin dicapai. Selanjutnya menentukan tujuan akhir oleh perusahaan
melalui manajemen yang baik dengan SOP yang sudah dibuat.
2. Membuat rancangan awal
Setelah tujuan selesai dibuat, langkah selanjutnya adalah menentukan bentuk SOP
yang akan digunakan. Jika bentuk awalnya adalah flowchart, langkah awalnya adalah
menentukan point utama yang menjadi pokok permasalahan. Selanjutnya,
menentukan keputusan tentang apa yang dibutuhkan oleh pekerja untuk dilakukan
dan tindakan penanganannya.
Dalam membuat rancangan awal disarankan tidak membuat secara detail, sampai
didapatkan prosedur yang benar-benar sesuai dengan kenyataan.
3. Melakukan evaluasi internal
Setelah prosedur selesai dibuat, lakukan evaluasi dengan cara menyerahkan prosedur
kepada orang-orang yang bersangkutan. Dengan menyerahkan tersebut diharapkan
dapat menerima saran-saran perbaikan sehingga dapat dilakukan perbaikan supaya
menjadi dipahami dan lebih akurat.

32

4. Melakukan evaluasi eksternal
Hal yang paling penting dalam melakukan evaluasi eksternal adalah keberadaan tim
penasehat yang berasal dari perusahaan. Tim penasehat tersebut akan menilai dan
mengevaluasi secara murni berdasarkan ilmu yang dimiliki dan hasil perbandingan
dengan perusahaan lain yang sejenis.
5. Melakukan uji coba
Satu-satunya cara untuk mengetahui prosedur yang dibuat sudah efektif yaitu dengan
mencoba menjalankan langsung prosedur tersebut. Setelah dijalankan langsung, maka
akan diketahui apakah ada langkah-langkah pada prosedur yang tidak benar dan tidak
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
6. Menempatkan Prosedur pada unit terkait
Setelah dilakukan uji coba, SOP diletakan pada bagian atau unit yang terkait.
Peletakan SOP sebaiknya pada tempat yang memungkinkan setiap orang yang
berkepentingan dapat melihat dengan mudah. Jika memungkinkan, prosedur dicetak
dalam ukuran yang besar sehingga para operator dapat dengan mudah melihat dan
membacanya.
7. Menjalankan Prosedur yang sudah dibuat
Langkah terakhir yang harus dilakukan dalam pembuatan SOP adalah menjalankan
prosedur yang sudah dibuat sesuai dengan rancangan yang sudah dibuat. Pastikan
semua pihak bersangkutan mengerti mengapa pelaksanaan SOP harus benar-benar
dijalankan.

Konsep Work Instruction (WI)
Work Instruction (WI) menyediakan seluruh yang dibutuhkan secara detail untuk
melakukan pekerjaan yang spesifik dengan benar dan sesuai standar yang baku. Work
Instruction (WI) menunjukan bagaimana organisasi menghasilkan suatu produk atau
menyediakan pelayanan dan system control untuk meningkatkan system kualitas dari
produk tersebut agar sesuai dengan standar.
Work Instruction (WI) merupakan bagian dari Standard Operating Procedure (SOP).
Pembuatan Work Instruction (WI)harus jelas, akurat, dan selalu didokumentasikan serta
tidak boleh mengandung penjelasan yang meragukan. WI harus menggambarkan kenapa
WI tersebut dibuat, kapan harus selesai, apa yang harus dikerjakan, perlengkapan apa saja
yang akan dipakai, dan kriteria apa saja yang harus dipenuhi. Penyusunan WI membuat
berbagai komponen didalamnya, yaitu sebagai berikut :
1. Lembar Data Dokumen (Document Data Sheet).
Berisi tentang semua informasi yang mewakili dokumen itu sendiri, antara lain nama
dokumen, siapa yang membuat, kapan dokumen disetujui, siapa yang menyetujui,
ringkasan dari isi dokumen, dll.
2. Tujuan dan Ruang Lingkup.
Berisi tentang penjelasan tujuan dibuatnya dokumen dan alas an mengapa dokumen
tersebut dibutuhkan serta penjelasan batasan-batasan dan area pembahasan prosedur
yang dibuat.
3. Peosedur
Prosedur merupakan bagian utama dari dokumen. Prosedur yang dibuat merupakan
gambaran dari suatu proses yang menjelaskan dengan detail setiap urutan prosesnya.
Form yang digunakan pada suatu proses juga dijelaskan.

33

C. Standar Operating Procedur (Sop) Kedaruratan
Adapun tujuan dari Standar Operating Procedur (SOP) kedaruratan untuk
Memberikan sistem kondisi umum dan petunjuk khusus sebagai bantuan dalam
menghadapi kondisi darurat dan Menciptakan kondisi yang aman dan selamat di
lingkungan Universitas Negeri Yogyakarta khususnya fakultas teknik jurusan tataboga
dan busana terkait dengan kedaruratan serta menciptakan suasana aman dan selamat di
lingkungan UNY.
1. Beberapa istilah atau definisi dalam Standar Operating Procedur (SOP) Kedaruratan
APAR atau alat pemadam api ringan (fire extinguisher) adalah alat yang dipakai
untuk memadamkan api/kebakaran pada tahap dini untuk mencegah kebakaran
berskala besar.
Assembly point (tempat berkumpul) adalah tempat evakuasi sementara untuk tiap
kejadian kebakaran, gempa bumi, tumpahan bahan kimia, bencana alam, huru hara
dan lain-lain.
Bencana adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat
sehingga menyebabkan kerugian yang meluas kepada kehidupan masyarakat dari
segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat
tersebut untuk mengatasi dengan menggunakan sumber daya mereka sendiri.
Emergency exit adalah pintu keluar darurat yang dapat diakses apabila terjadi
keadaan darurat.
Emergency route adalah rute darurat yang digunakan apabila terjadi keadaan
darurat.
Gempa bumi adalah suatu guncangan yang cepat di bumi disebabkan oleh patahan
atau pergeseran lempengan tanah di bawah permukaan bumi.
Keadaan darurat adalah situasi/kondisi/kejadian yang tidak normal, terjadi tiba-tiba,
menganggu kegiatan/organisasi/komunitas dan perlu segera ditanggulangi.
Kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung cepat dari
suatu bahan yang disertai dengan timbulnya nyala api atau penyalaan.
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan
kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja demikian pula
kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat
kerja dan pulang kerumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui.
Tanda peringatan adanya keadaan bahaya adalah bunyi alarm panjang sebanyak
satu kali. Bila keadaan telah aman akan diumumkan kembali dengan alarm pendek
sebanyak tiga kali.











34

2. Prosedur Diagram :














































35

3. Tanda-tanda Kedaruratan































36














37

BAB VI
Evaluasi


Tugas

1. Jelaskan pengertian Ergonomi pada tempat praktik?
2. Jelaskan tujuan dari Ergonomi pada tempat praktik?
3. Jelaskan Aplikasi/Penerapan Ergonomi pada tempat praktik?
4. Sebutkan 12 prinsip Ergonomi?
5. Sebutkan beberapa permasalahan ergonomi yang ditimbulkan akibat pekerjaan saat
menjahit?
6. Jelaskan Ukuran meja dan kursi yang digunakan pada saat menjahit yang ergonomis?
7. Jelaskan Pengoprasiankan mesin jahit yang benar?
8. Sebutkan APD (alat perlindungan diri) apa saja yang digunakan saat praktik menjahit
berlangsung?serta fungsi dari APD tersebut.
9. Diskusikan pentingnya Ergonomi pada tempat praktek untuk para mahasiswa pada saat
praktik berlangsungMenjahit.




























38


Referansi

Dias. 2009. Definisi dan ruang lingkup ergonomi.
http://diasrw.blogspot.com/2009/01/difinisi-dan-ruang-lingkup.html, 2011
Ivan, Havosan. 2008. Ergonomi.
http://ehsindonesia.edublogs.org/2008/12/24/ergonomi/, 2011
Sutalaksana. 2010. Pengertian ergonomi.
http://sobatbaru.blogspot.com/2010/03/pengertian-ergonomi.html, 2011
Wignjosoebroto, Sritomo. 2003. Ergonomi studi gerak dan waktu. Surabaya: Guna
Widya
elib.unikom.ac.id/download.php?id=15869, 2011
http://qhseconbloc.files.wordpress.com/2011/07/modul-1-peraturan-norma-dan-
standar-k3-listrik.pdf
http://bambangtriatma.wikispaces.com/file/view/higieneambarsari.pdf/474773680/hi
gieneambarsari.pdf
David Mahone, Ergonomics in the Textile and Apparel Industries, CNA Insurance
Companies, Chicago Il.
www.physorg.com/news96608587.html. Adjustable chairs reduce shoulder and neck
pain in garment workers diakses 2 Juni 2014.
http://garmenstudionline.blogspot.com/2013/01/mengoperasikan-mesin-jahit.html.
http://www.tf.itb.ac.id/files/2011/11/KEPUTUSAN-sop-kedaruratan.pdf

Anda mungkin juga menyukai