GEOMORFOLOGI
TIM PENYUSUN:
KOESHADI SASMITO
ANDREW SETIAWAN
SEPTIAN ADE PRADANA
SINDY ARYANI
RISAL PRABOWO H
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya
penyusun dapat menyelesaikan modul praktikum untuk mata kuliah
GEOMORFOLOGI ini tepat pada waktunya.
Modul praktikum ini dimaksudkan sebagai petunjuk bagi mahasiswa yang akan
melaksanakan praktikum GEOMORFOLOGI pada Program Studi Teknik Geologi
Fakultas Teknik Universitas Mulawarman. Pada praktikum ini mahasiswa diharapkan
dapat menganalisis tentang apa saja yang ada didalam ruang lingkup GEOMORFOLOGI.
Modul praktikum ini berisi prosedur praktikum: a) Peta Topografi b) Morfologi; c) Pola
Pengaliran; d) Stadia Geomorfologi; e) Vulkanik; f) Struktural, Fluvial dan Denudasional;
f) Karst, Aeolian dan Marine; g) Pemetaan Geomorfologi. Dalam penyusunan modul
praktikum ini, penyusun menyampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada
pihak Laboratorium Geology dan Survey, dan para asisten praktikum Geomorfologi
atas bantuan dan kerja sama dalam pelaksanaan praktikum Geomorfologi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
3. Manfaat
PETUNJUK UMUM
1. Tata Tertib
2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium
MODUL 2 MORFOLOGI
MODUL 3 KOAGULASI-FLOKULASI
MODUL 4 SEDIMENTASI II
1. Tujuan Praktikum
2. Deskripsi Praktikum
3. Landasan Teori
4. Alat yang Digunakan
5. Bahan yang Digunakan
6. Prosedur Pelaksanaan Praktikum
7. Pembahasan / Analisa Perhitungan
8. Form
1. Format Penulisan
1.1 Pengetikan
1.2 Cara Mengacu
1.3 Penomoran
2. Format Penulisan
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
vii
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi dan
perubahan-perubahan yang terjadi pada bumi itu sendiri. Geomorfologi biasanya
diterjemahkan sebagai ilmu bentang alam. Mula-mula orang memakai kata fisiografi untuk
ilmu yang mempelajari tetang ilmu bumi ini, hal ini dibuktikan pada orang-orang di Eropa
menyebut fisiografi sebagai ilmu yang mempelajari rangkuman tentang iklim, meteorologi,
oceanografi, dan geografi. Akan tetapi orang, terutama di Amerika, tidak begitu sependapat
untuk memakai kata ini dalam bidang ilmu yang hanya mempelajari ilmu bumi saja dan
lebih erat hubungannya dengan geologi. Mereka lebih cenderung untuk memakai kata
geomorfologi.
Konsep dasar Geomorfologi 10 Konsep dasar geomorfologi yang berada dalam buku
Principles of Geomorphology adalah: Proses-proses fisik dan hukumnya yang terjadi saat
ini berlangsung selama waktu geologi, Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang
dominan dalam evolusi bentuk lahan, Tingkat perkembangan relief permukaan bumi
tergantung pada proses-proses geomorfologi yang berlangsung, Proses-proses geomorfik
terekam pada land forms yang menunjukan karakteristik proses yang berlangsung,
Keragaman erosional agents tercermin pada produk dan urutan land forms yang terbentuk,
Evolusi geomorfologi bersifat kompleks, Obyek alam di permukaan bumi umumnya
berumur lebih muda dari Pleistosen, Interpretasi yang sempurna mengenai landscapes
melibatkan beragam faktor geologi dan perubahan iklim selama Pleistosen,
Apresiasi iklim global diperlukan dalam memahami proses-proses geomorfik yang
beragam, dan Geomorfologi, umumnya mempelajari land forms / landscapes yang terjadi
saat ini dan sejarah pembentukannya.
1
keseluruhannya bekerja bersama-sama dalam melakukan perubahan terhadap permukaan
muka bumi. Tenaga-tenaga perusak ini dapat kita golongkan dalam tenaga asal luar
(eksogen), yaitu yang datang dari luar atau dari permukaan bumi, sebagai lawan dari tenaga
asal dalam (endogen) yang berasal dari dalam bumi. Tenaga asal luar pada umumnya
bekerja sebagai perusak, sedangkan tenaga asal dalam sebagai pembentuk. Kedua tenaga
inipun bekerja bersama-sama dalam mengubah bentuk permukaan muka bumi ini.
2. Tujuan
3. Manfaat
2
PETUNJUK UMUM
1. Tata Tertib
16. Hal-hal yang belum tercantum dalam tata tertib ini akan diatur kemudian.
2. Praktikan harus memakai jas laboratorium serta pakaian yang sopan dan
rapi (tidak boleh memakai kaos oblong), memakai sepatu terutup, kaos
kaki selama praktikum berlangsung.
3. Praktikan dilarang merokok dan bahan yang sifatnya dapat merusak
alat/peralatan ke dalam laboratorium.
4. Praktikan dilarang makan dan minum di dalam laboratorium.
9. Limbah cair dari praktikum wajib dimasukkan ke dalam tempat yang telah
disediakan dengan dicatat volumenya.
10. Setelah praktikum selesai, praktikan harus membersihkan sampah atau
tumpahan air hingga bersih.
11. Praktikan wajib menjaga kebersihan dan kenyamanan laboratorium.
5
ACARA I
PETA TOPOGRAFI
Maksud dan tujuan ini adalah agar dapat mengenal unsur-unsur dalam peta topografi, praktikan dapat
mengenal garis kontu dan praktikan dapat menghitung titik interpolasi. Tujuannya adalah mahasiswa
dapat menganalisa sifat-sifat pada kontur berdasarkan titik-tik elevasi yang ada.
Praktikum Peta Topografi dilakukan untuk tujuan mengenal unsur – unsur dalam peta topografi. Peta
topografi adalah jenis peta yang ditandai dengan skala besar dan detail, biasanya
menggunakan garis kontur dalam pemetaan modern. Sebuah peta topografi biasanya terdiri dari dua
atau lebih peta yang tergabung untuk membentuk keseluruhan peta. Sebuah garis kontur merupakan
kombinasi dari dua segmen garis yang berhubungan namun tidak berpotongan, ini merupakan titik
elevasi pada peta topografi.
Struktur geologi yang terdapat pada permukaan bumi, dapat dianalisa melalui pola morfologi yang
tercermin dari pola kontur pada peta topografi. Lapisan horizontal dicirikan oleh dataran tinggi
dengan tebing terjal, bervariasi dan berundak, tergantung pada resistensi batuannya. Pola kontur
renggang dibagian puncak dan rapat pada sisi-sisinya.
Pola kontur renggang dibagian landai, rapat dibagian tebing dan menutup di bagian puncak-puncak
punggungan. Unsur-unsur yang terdapat pada struktur ini dapat di ketahui dengan menafsirkan
kedudukan lapisan batuannya.
6
Kedudukan lapisan batuan dapat di tafsirkan berlawanan dengan kenampakan kerapatan kontur arah
kemiringan batuan searah kemiringan landai dari topografinya (pola kontur renggang). Struktur sesar
yang berbentuk gawir dicirikan dengan bentuk gawir yang lurus memanjang. Sesar mendatar
diperkirakan terdapat dibagian tengah, hal ini diperkuat dengan adanya pembelokan sungai utama
yang berada di beberapa tempat pada dataran alluvial.
Berdasarkan sifat garis kontur yang harus diketahui adalah sebagai berikut :
INTERVAL KONTUR
Adalah jarak vertical antara garis kontur yang satu dengan yang lainnya secara berurutan. Dalam
keadaan umum jika tidak ada masalah – masalah khusus interval kontur di tentukan dengan rumus
sebagai berikut :
2000
KONTUR INDEKS
Adalah garis kontur yang dicetak lebih dari garis kontur yang lainnya. Merupakan kelipatan tertentu
dari beberapa garis kontur biasa, umumnya kelipatan 5 atau 10.
PROFIL TOPOGRAFI
8
Profil topografi memperagakan konfigurasi dari permukaan disepanjang suatu penampang vertical
dari kerak bumi. Fungsi utama dari proifil topografi adalah untuk memvisualisasikan karakter muka
bumi.
METODE INTRAPOLASI
Suatu metode penentuan titik –titik yang telah mempunyai ketinggian yang telah diketahui dengan
menganggap bahwa titik sama tersebut berada pada suatu bidang yang beraturan.
a. Bila titik ketinggian bersesuaian dengan interval kontur, maka rumus yang di gunakan adalah
X= IK xY
( T2 – T1 )
b. Bila titik ketinggian tidak bersesuaian dengan batas atas, maka rumus yang dipergunakan
sebagai berikut
a : ( T 2 – Ta ) x Y atau X = IK xY
( T2 – T1 ) ( Ta – T1 )
c. Bila titik ketinggian tidak bersesuaian dengan batas bawah, maka rumus yang di gunakan
sebagai berikut
b : ( T b – T1 ) x Y atau X = IK xY
( T2 – T1 ) ( T b – T2 )
d. Bila titik ketinggian tidak bersesuaian sama sekali, maka rumus yang digunakan sebagai
berikut
ab : ( T2 – Ta ) x Y
( T2 – T1 )
b : ( T b – T1 ) x Y
( T2 – T1 )
X: IK x { Y – (a+b) }
( Ta – Tb )
Keterangan :
9
IK : Interval kontur
Ta & Tb : Titik ketinggian yang tidak sesuai dengan interval kontur bagian atas dan bawah
1. Praktikan melakukan konturing pada tiap-tiap titik ketinggian yang ada hingga terbentuk sebuah
peta kontur pada kertas A4 yang telah disediakan menggunakan pensil 2B.
2. Setelah pola kontur terbentuk, kemudian memindahkan pola kontur tersebut kedalam kertas kalkir
di sesuaikan dengan format yang ada dengan menggunakan rotring.
1.7 Form
10
A. Peta dengan ketinggian tertentu
B. Perhitungan Interpolasi
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
11
ACARA 2
MORFOLOGI
Maksud dan tujuan dalam acara ini adalah agar praktikan dapat mengenalkan bentuk morfologi pada
peta topografi dan melakukan pengukuran secara kuantitatif pada setiap peta topografi. Praktikan
diharapkan mampu menjelaskan aspek morfografi, morfometri, dan morfokronologi suatu
bentuklahan dan mengetahui ciri-cirinya pada peta topografi.
Praktikum morfologi dilakukan untuk tujuan mengenal bentuk morfologi pada peta topografi.
Praktikum ini dilakukan dengan mengamati peta topografi dan melakukan perhitungan kemiringan
lereng yang telah ditentukan. Untuk mengetahui morfologi apa yang ada pada peta topografi sesuai
dengan klasifikasi (van zuidam,1979).
Bentuklahan memiliki kesan topografis dan ekspresi topografik. Kesan topografis adalah konfigurasi
permukaan bersifat pemerian atau deskriptif suatu bentuklahan. Ekspresi topografik diperlihatkan
oleh aspek kuantitatif dari suatu bentuklahan. Apabila kesan dan ekspresi topografi tersebut diamati,
maka akan memberikan penjelasan tentang sifat dan watak suatu bentuklahan.
Penentuan kesamaan sifat dan perwatakan bentuklahan berdasarkan kesan topografis dan ekspresi
topografik akan membantu di dalam penentuan klasifikasi suatu bentuklahan berbasis morfologi.
Aspek-aspek Geomorfologi
12
Menurut Verstappen (1985) ada empat aspek utama dalam analisa pemetaan geomorfologi yaitu :
1. Morfologi: studi bentuk lahan yang mempelajari relief secara umum dan meliputi:
a. Morfografi adalah susunan dari obyek alami yang ada dipermukaan bumi, bersifat pemerian
atau deskriptif suatu bentuklahan, antara lain lembah, bukit, dataran, gunung, gawir, teras,
beting, dan lain-lain.
b. Morfometri adalah aspek kuantitatif dari suatu aspek bentuk lahan, antara lain kelerengan,
bentuk lereng, panjang lereng, ketinggian, beda tinggi, bentuk lembah, dan pola pengaliran.
2. Morfogenesa: asal usul pembentukan dan perkembangan bentuklahan serta proses–proses
geomorfologi yang terjadi, dalam hal ini adalah struktur geologi, litologi penyusun dan proses
geomorfologi merupakan perhatian yang penuh. Morfogenesa meliputi :
a. Morfostruktur pasif: bentuklahan yang diklasifikasikan berdasarkan tipe batuan yang ada
kaitannya dengan resistensi batuan dan pelapukan (denudasi), misal mesa, cuesta, hogback
and kubah.
b. Morfostruktur aktif: berhubungan dengan tenaga endogen seperti pengangkatan, perlipatan
dan pensesaran, termasuk intrusi, misal gunungapi, punggungan antiklin, gawir sesar dll.
c. Morfodinamik: berhubungan dengan tenaga eksogen seperti proses air, fluvial, es, gerakan
masa, dan gunungapi, misal gumuk pasir, undak sungai, pematang pantai, lahan kritis.
3. Morfokronologi: urutan bentuklahan atau hubungan aneka ragam bentuklahan dan prosesnya di
permukaan bumi sebagai hasil dari proses geomorfologi. Penekanannya pada evolusi
(ubahangsur) pertumbuhan bentuklahan.
4. Morfokonservasi: hubungan antara bentuklahan dan lingkungan atau berdasarkan parameter
bentuklahan, seperti hubungan antara bentuklahan dengan batuan, struktur geologi, tanah, air,
vegetasi dan penggunaan lahan.
Atas dasar aspek-aspek geomorfologi tersebut di atas, maka karakteristik bentuklahan dapat
diklasifikasikan menjadi delapan bentuklahan utama berdasarkan genesanya, yaitu bentukan asal
structural, vulkanik, fluvial, marin, angin, kars, denudasional, dan glasial.
Analisis Morfologi
Pembuatan peta lereng dapat dilakukan dengan metode Wenworth, prinsip metode ini adalah
membuat jaring bujursangkar/grid. Kemudian tarik garis tegak lurus pola umum kontur yang
memotong grid bujur sangkar. Semakin kecil ukuran grid, maka tingkat ketelitiannya menjadi
13
semakin tinggi, tetapi memerlukan waktu yang lama apabila dikerjakan secara manual. Sudut lereng
dlitentukan dengan rumus:
B = ( N – 1) x IK x 100 %
JH x SP
Dimana: B = sudut lereng N = jumlah kontur yang terpotong garis sayatan
SP= skala peta IK = interval kontur (m)
JH= jarak horisontal
14
Tahapan pembuatan penampang morfologi:
1. Amati peta topografi pada lembar kerja peta topografi Saudara.
2. Tarik garis pada peta usahakan tegak lurus terhadap pola memanjang garis kontur (Gambar 2.1).
3. Kemudian buat penampang morfologi berdasarkan skala peta yang digunakan (Gambar 2.2).
4. Lakukan lagi dan buat beberapa penampang morfologi yang lain.
15
Gambar 2.2 Pembuatan penampang morfologi.
2.7 Form
17
B. Form peta
18
ACARA III
POLA PENGALIRAN
Maksud dan tujuan acara pola pengaliran adalah agar praktikan mengenal jenis-jenis pola pengaliran
dasar maupun pola pengaliran yang sudah mengalami ubahan. Mampu menganalisis pola pengaliran
serta dapat mengklasifikasikan bagaimana arah dan pola dari air.
Praktikum pola pengaliran dilakukan untuk tujuan menganalisis dan mengetahui jenis-jenis pola
pengaliran dasar maupun pola pengaliran yang sudah mengalami ubahan. Praktikum dilakukan
dengan cara mengamati dan menganalisis aliran sungai yang ada pada peta topografi lalu
mengklasifikasikannya sebagai pola aliran tertentu sesuai dengan bentuk yg dibuat oleh sungai itu
sendiri.
Pola pengaliran adalah rangkaian bentuk aliran-aliran sungai pada daerah lemah tempat erosi menga
mbil bagian secara aktif serta daerah rendah tempat air permukaan mengalir dan berkumpul (A.D.
Howard, 1967).
19
4. Daerah rendah tempat air permukaan mengalir dan berkumpul: faktor lereng dan bentuklahan.
Berdasarkan pemahaman di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pola pengaliran merupakan fungsi
dari:
1. Topografi (kelerengan).
2. Bentuklahan.
3. Tingkat erosi (resistensi batuan).
4. Litologi (ukuran butir-pelapukan).
5. Struktur geologi (kekar, sesar, lipatan, dan perlapisan batuan).
6. Iklim (curah hujan dan vegetasi) serta infiltrasi (peresapan).
Dengan mengamati dan menganalisis pola pengaliran, maka dapat ditafsirkan kondisi kelerengannya,
bentuklahan, litologi dan resistensinya, serta struktur geologi.
4. Rectangular
a. Aliran cabang sungai tegak lurus terhadap sungai induk
b. Aliran memotong daerah secara tidak menerus,
c. Mencerminkan kekar/sesar yang saling tegak lurus, tidak serumit pola trellis.
5. Radial
a. Bentuk aliran seolah memancar dari satu titik pusat berasosiasi dengan tubuh gunungapi
atau kubah berstadia muda,
b. Dalam konsep Davis, pola radial ini adalah menyebar dari satu titik pusat (sentrifugal),
sedangkan kalsifikasi lain menyatakan pola radial mencakup dua sistem pola pengaliran
yaitu ; sentrifugal dan sentripetal.
6. Annular
a. Cabang sungai mengalir tegak lurus sungai utama yang melingkar,
b. Pada struktur kubah, cekungan, atau pada intrusi stock yang tererosi,
c. Sungai dikontrol pola sesar atau kekar pada bedrock.
7. Multibasinal
a. Pada daerah endapan antar bukit, batuan dasar yang tererosi,
b. Ditandai adanya cekungan-cekungan yang kering atau terisi air yang saling terpisah, aliran
yang terputus dan arah aliran yang berbeda-beda,
c. Pada daerah aktif gerakan tanah, vulkanik, dan pelarutan batugamping.
8. Contorted
21
a. Terbentuk dari aliran cabang-cabang sungai yang relatif tegak lurus terhadap sungai induk
subsekuen yang melengkung,
b. Dibedakan dari recurved trellis dengan ciri daerahnya yang tidak teratur, dikontrol struktur
sesar, lipatan menunjam, atau pada daerah labil.
22
Gambar 3.1. Pola pengaliran dasar (Howard, 1967).
3. Joint trellis
a. Kontrol strukturnya adalah kekar,
b. Ditandai oleh aliran sungai yang pendek-pendek, lurus dan sejajar.
24
Gambar 3.2 Pola pengaliran ubahan (Howard, 1967).
25
Gambar 3.3 Pola pengaliran ubahan (Howard, 1967).
Alat dan bahan yang dipergunakan di dalam praktikum ini terdiri atas:
6. Pensil 2B, rotring, penghapus, dan penggaris
7. Peta topografi
8. Kertas kalkir dan HVS minimal 10 lembar.
26
3. Perhatikan ciri-cirinya, baik karakteristik pola kontur maupun sudut antara ranting/cabang dan
sungai utama, jarak dan panjang batang sungai, bentuk aliran (lurus, lengkung, atau meliuk), dan
rangkaian bentuk aliran sungai.
4. Tentukan faktor-faktor yang mengendalikan pola pengaliran tersebut, yaitu faktor lereng,
bentuklahan, litologi, atau struktur geologi.
5. Buat diagram roset untuk arah sungai utama, cabang, atau ranting sungai dari masing-masing
pola pengaliran yang sudah Saudara plot (Gambar 3.4).
Gambar 3.4 Contoh diagram kipas batang sungai pada pola pengaliran
radial, parallel, trellis, dan rectangular.
27
4. Lakukan analisis pola aliran menggunakan pendekatan gambar 3.1 , 3.2, dan 3.3
28
3.7 Form
29
ACARA 4
STADIA GEOMORFOLOGI
Maksud dan tujuan dalam acara ini adalah praktikan mampu mengenal bentuk-bentuk lembah pada
tiap-tiap lokasi pengamatan yang nantinya akan bertujuan untuk mengetahui stadia morfologi dan
dapat menentukan tingkat resistensi batuan.
Praktikum Stadia Geomorfologi dilakukan untuk tujuan mengetahui berbagai macam bentuk-bentuk
lembah serta mengetahui stadia morfologi. Fungsi dari Stadia geomorfologi ini sendiri ialah
praktikan dapat menentukan tingkat resisintensi batuan. Praktikum ini dilakukan dengan mengamati
peta topografi dan menganalisis penampang sayatan. Untuk mengetahui apakah batuan tersebut
memiliki resistensi lemah maka lembah yang akan tergambar berbentuk (U) lebar itu menandakan
stadia morfologinya tua.
Proses geomorfologi adalah perubahan – perubahan baik secara fisik maupun kimiawi yang di alami
oleh permukaan bumi. Penyebab dari proses – proses perubahan tersebut dinamakan dengan “
Geographic Agent” dimana factor – factor pengubah terbagi menjadi dua yaitu tenaga asal dalam
(endogen) dan tenaga asal luar (eksogen). Tenaga eksogen dan endogen ini bekerja bersama
membentuk roman muka bumi. Stadia dari suatu bentang alam dimulai dari stadia muda , dewasa,
tua dan akhirnya teremajakan kembali, hal ini erat sekali kaitannya dengan kedua factor pengubah
diatas.
Berdasarkan pola Davis (1966) dari suatu siklus erosi, tahapan bentang alam dapat dibedakan
menjadi tahapan muda, tahapan dewasa dan tahapan tua.
30
Tahapan Muda : Keadaan permukaanya yang masih rata, luas, dan umumnya sedidkit sekali
perajangan sungai, lembah – lembahnya sempit dan dangkal.
Tahapan Dewasa : Lembah – lembahnya menjadi besar dan dalam, reliefnya menjadi lebih
curam dan hampir semua permukaan daratan miring.
Tahapan Tua : Permukaan daratan menjadi lebih rendah, kemiringan menjadi semakin
membulat dan relatif menjadi datar dengan lembah – lembah sungai yang
lebar, bila erosi semakin berkurang daerah tersebut membentuk bukit – bukit
yang relatif datar dengan lembah yang relatif datar dengan yang lebar dan
dangkal.
31
Penentuan Stadia Geomorfologi Secara Kuantitatif.
Tahapan Muda : Ditunjukkan oleh frekuensi distribusi sekuennya ke arah tinggian yang
rendah, sebagian besar permukaan daratannya masih tinggi.
Tahapan Dewasa : Kurva distribusinya berbentuk lonceng dan normal, sedidkit menyolok ketika
daerah mempunyai kemiringan.
Tahapan Tua : Memperlihatkan lebih banyak permukaan yang datar, kurva akan
menunjukkan distribusi sekuen ke arah tinggian yang besar.
RE = E – Er
Et- Er
RE : Rasio Elevasi
Er : Elevasi terendah
Et : Elevasi tertinggi.
Pike dan Wilson (1971), beranggapan bahwa derajat dai penelanjangan memiliki karakteristik yang
khas dengan relief Rasio elevasi. Relief elevasi ini menunjukkan karakteristik rasio dari
pengangkatan terhadap pendataran permukaan tanah. Nilai terendah dari RE merupakan batas
permukaan dengan relief kecil, Rasio elevasi dengan nilai tinggi memperlihatkan permukaan yang
kasar dengan elevasi tinggi.
( f. E)
E = E med +
f
32
Keterangan :
E : Elevasi rata – rata
E med : Elevasi Median
f : Frekuensi
E : Beda Elevasi
f : Jumlah Elevasi
Ketentuan Nilai RE :
1. < ½ adalah stadia tua
2. ½ - ½ √3 adalah stadia dewasa
3. ≥ ½ √3 adalah stadia muda
1. Peta topografi
2. Pensil 2B, Pensil warna, rotring, dan penggaris
3. Kertas kalkir
1. Melakukan grid pada peta topografi dengan besar kotak 1 cm x 1 cm dan dipindah pada
kertas kalkir.
2. Menghitung nilai rasio berdasarkan tabel rasio elevasi, perhitungan tersebut dimasukkan
kelapan pelaporan.
3. Membuat peta resistensi batuan berdasarkan titik ketinggian elevasi yang ada pada kertas
kalkir.
33
4.7 Form
A. Penentuan stadia
Tabel 1.2 hasil penentuan stadia sungai
Frekuensi Ttik %
Elevasi d f.d %f
Notasi F Tengah komulatif
Keterangan:
Elevasi : titik ketinggian
Notasi : dinyatakan dalam bentuk angka romawi
F : Frekuensi dalam angka
D : notasi
%f : presentase dari frekuensi
% kumulatif : presentase dari % kumulatif
B. Perhitungan Stadia
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
B. Form Peta
34
35
ACARA 5
BENTUK ASAL VULKANIK
Maksud dan tujuan dalam acara ini adalah agar praktikan dapat mengenal ciri-ciri bentuk lahan
morfologi gunung api pada peta topografi, praktikan dapat menjelaskan proses-proses terbentuknya
bentuk morfologi gunung api dan praktikan diharapkan mampu mengetahui jenis pola pengaliran
pada lahan gunung api.
Praktikum vulkanik dilakukan untuk mengenal ciri-ciri bentuk lahan morfologi gunung api pada peta
topografi. Bentukan asal vulkanik secara spesifik sangat mudah diidentifikasikan dari peta topografi,
bentuklahan vulkanik di bentuk dari akumulasi lava fragmen-fragmen produk vulkanik yang sangat
berbeda daripada bentukan asal lainnya ( Zuidam 1983 )
Bentukan asal vulkanik secara spesifik sangat mudah diidentifikasikan dari peta topografi,
bentuklahan vulkanik di bentuk dari akumulasi lava fragmen-fragmen produk vulkanik yang sangat
berbeda daripada bentukan asal lainnya ( Zuidam 1983)
Bentang alam gunungapi mempunyai bentuk yang sangat khas sehingga sangat mudah dikenal
melalui foto udara atau peta topografi. Kumpulan bentuk-bentuk gunungapi dibangun oleh aliran
lava yang telah membeku sesuai dengan bentuk alam itu sendiri. Bentuk - bentuk ini disamping
melalui tahapan rangkaian erosi dari muda hingga tua, juga sangat dipengaruhi oleh tipe-tipe
kerangka dan material yang dikeluarkan.
36
Hal ini akan dicerminkan oleh tekstur morfologi yang lebih kasar yang berarti pengikisan lebih lanjut.
Tekstur gunungapi yang lebih halus menandakan adanya timbunan rempah-rempah yang 003Evlebih
muda. Semua ini dapat tercermin dari variasi pola kontur pada peta topografi dari penafsiran
perbedaan umur relatif satuan morfologi gunungapi.
Demikian untuk gunungapi yang berdekatan atau pada kawah ganda dengan material yang
dikeluarkan , pada kedua kawah tersebut akan nampak saling memotong pola konturnya.
Gunungapi yang kita kenal mempunyai beberapa tipe letusan ,antara lain:
1. Eksplosif dicirikan oleh tekanan gas yang tinggi. Menghasilkan material lepas ( piroklastik )
yang cenderung membentuk gunungapi kerucut.
2. Effusif dicirikan dengan tekanan gas rendah.Cenderung menghasilkan gunungapi strato (
berlapis ). Lava mengendap disekitar Crater sebagai dome , dataran lava , dan sebagainya.
3. Campuran terjadi antara ltusan eksplosif dan effusive. sebagai contoh : gunung Merapi di jawa
tengah.
Tipe Gunungapi menurut Lacrous ( 1909 ) dan Sapper ( 1931 ) , sebagai berikut :
1. Tipe Icelandic
adalah erupsi rekah dengan aliran magma basa yang mengandung sedikit gas,dengan volume lava
besar.Aliran berupa lembar – lembar membentang sebagai kawasan luas membentuk dataran (plain /
Plateau)
2. Tipe Hawaiian
Bentuk retakan , kaldera , lubang – lubang letusan , lava mengandung gas mengalir menimbulkan
bunga–bunga api serta abu kemudian mengendap membentuk kubah lava.
3. Tipe Strombolian
Bentukan inin ditandai oleh puncak kepundan berbentuk kerucut berlapis ( strato cones ) .
Eksplositasnya secara terus menerus dengan pelepasan gas- gas serta lava beku yang merupakan
bomb , rombakan lava dan semburan abu awan lava yang menjulang tinggi.
37
4. Tipe Vulkanian
Bentukan ini ditandai dengan bentuk kerucut berlapis ( strato volcanoes ) dengan pipa sentral sebagai
pusat erupsi , yang mengeluarkan lava kental , gas , abu dan awan panas , pumice , bomb . Materi
yang dilontarkan membentuk bunga kol yang tegak menjulang vertical , pengendapan abu sepanjang
lereng dinamakan “ Pseudovulkanis “ .
5. Tipe Vesuvian
Tipe letusan ini lebih hebat dari pada tipe strombolian dan volkanian . Hembusan berulang – ulang
yang berbahaya bersumber dari dapur magma , kawah kepundan yang relative sempit dan pipa
stratocone membentuk awan bunga kol yang menjulang abu tinggi sehingga menimbulkan hujan.
6. Tipe Plinian
Kekuatan Erupsi lebih dahsyat dibandingkan tipe vesuvian . Hembusan gas yang membawa aliran
secara vertical dengan tinggi bermil – mil dengan pangkal yang sempit , mengembang keatas .
Umumnya kandungan abu rendah , tubuh stratovulkano.
7. Tipe Pelean
Mempunyai lava yang sangat kental, dihamparkan oleh letusan eksplosif. Terjadi perlapisan
stratovolcanic yang tertumpangi kubah lava. Gas yang terlepas tampak pada lereng – lereng yang
rusak atau tersingkap oleh timbulnya kubah lava . tipe letusan memberikan kenampakan khas yaitu
terjadinya “ Nuee Ardantes “ ( guliran lava blok , gas dan abu atau guguran material rombakan yang
berpijar dalam kecepatan tinggi )
Morfologi ini bertujuan untuk melengkapi usaha penelitian geologi didaerah gunungapi terutama
dalam penentuan perkembangan atau evolusi gunungapi. Pola kontur morfologi gunungapi pada
umumnya konsentrik dengan berbagai variasi yang tergantung pada tingkat aktivitas stadia, jenis
gunungapi, bentuk pusat erupsi.c v
Beberapa contoh dari produk gunung api akibat dariaktifitas magmatisme adalah:
1. Cider cones, adalah bentuk kerucut yang dibentuk dari hasil letusan yang berupa tufadan breksi
vulkanik, dengan kemiringan kerucut lebih dari 40o.
38
2. Adventive cones, adalah bentuk kerucut yang hasil pembentukaanya berhubungan langsung
dengan kegiatan aktivitas gunungapi.
3. Composite cones atau strato vulkanik, adalah bentuk kerucut yang dibentuk bergantian antara
erupsi letusan dan aliran lava.
4. Gunungapi sekunder sebagai hasil gunungapi yang baru tumbuh didasar kaidera.
5. Gunungapi tahapan tua kadang-kadang menghasilkan vulcanic neck.
39
5.4 Alat dan Bahan
1. Peta topografi
2. Pensil 2B, Pensil warna, rotring, dan penggaris
3. Kertas kalkir
1. Menganalisa bentuk morfologi gunung apa pada peta kontur yang telah diberikan.
2. Dalam menganilasa menggunakan aspek morfologi pembagian bentuk lahan dan bentuk asal
vulkanik
3. Setelah membagi menjadi beberapa bentuk lahan dan bentuk asal membuat peta sesuai format
dengan media kalkir
4. Selain membuat peta bentuk lahan, buat juga peta pola alirannya
40
ACARA 6
BENTUKAN ASAL STRUKTURAL, FLUVIAL, DAN
DENUDASIONAL
Maksud dari acara ini adalah praktikan mampu mengenal pola dan jenis kontur bentukan asal
struktural, fluvial dan denudasional, praktikan mampu membuat sayatan 2 dimensi dari peta kontur
bentuk asal struktural, fluvial dan denudasional, dan mampu menganalisa pola aliran pada peta
Tujuannya adalah praktikan dapat menjelaskan bagaimana proses-proses bentukan asal struktural,
fluvial dan denudasional ini dapat terbentuk.
Praktikum bentuk asal structural, fluvial, denudasional dilakukan untuk mengenal pola dan jenis
kontur bentukan asal struktural, fluvial dan denudasional. Tujuan dari praktikum ini sendiri dapat
menjelaskan bagaimana proses-proses bentukan asal struktural, fluvial dan denudasional ini dapat
terbentuk.
Geomorfologi ( geomorphology ) adalah ilmu tentang roman muka bumi beserta aspek -
aspek yang mempengaruhinya. Geomorfologi bisa juga merupakan salah satu b a g i a n
dari geografi. Di mana geomorfologi yan g merupakan cabang
d a r i i l m u geografi, mempelajari tentang bentuk muka bumi, yang meliputi
pandangan luas sebagai cakupan satu kenampakan sebagai bentang alam (landscape)
sampai pada satuan terkecil sebagai bentuk lahan (landform) (2012)
Struktur geologi adalah faktor dominan yang mengontrol atau mengendalikan evolusi (ubah angsur)
bentuk-bentuk permukaan bumi dan struktur geologi tersebut tercermin dalam bentuklahannya.
Berdasarkan konsep dasar geomorfologi tersebut di atas, maka:
1. Struktur geologi yang dimaksud adalah lipatan, sesar, kekar, bidang perlapisan, ketidakselarasan,
dan kekerasan batuan serta segala sifat-sifat yang memberikan perbedaan bentuk erosi.
2. Struktur geologi adalah faktor dominan yang mengontrol evolusi bentuk-bentuk permukaan
bumi (bentuklahan), termasuk karakteristik pola garis konturnya.
3. Struktur geologi tersebut tercermin dalam bentuklahan, artinya struktur geologi yang ada dapat
menghasilkan bentuklahan yang berbeda-beda.
Lapisan miring
42
Lapisan miring ditunjukkan oleh kemiringan lapisan batuan ke satu arah atau yang mengarah pada
daerah yang lebih landai (dip slope). Kemiringan lapisan batuan pada peta topografi dicirikan oleh
adanya gawir terjal (ditunjukkkan dengan pola garis kontur yang rapat) dan landai (pola garis kontur
yang renggang). Arah kemiringan lapisan batuan searah dengan kemiringan landai dari topografinya
(Gambar 6.1) dan karakteristik pola pengalirannya (6.2).
Gambar 6.1 Pola kontur pada lapisan miring (Military Maps & Air Photograph, ………..)
Bentuklahan penyusunnya antara lain pegunungan monoklin atau homoklin, punggungan monoklin
atau homoklin, perbukitan monoklin atau homoklin, cuesta, hogback, dan flat iron.
43
Gambar 6.2 Kenampakan lapisan miring yang dikontrol oleh pola pengaliran.
Lapisan Horisontal
Lapisan horisontal dicirikan oleh permukaan yang relatif datar dengan garis kontur yang jarang,
tebing-tebingnya dapat terjal, berundak dengan pola kontur yang relatif seragam karena dikontrol
oleh litologi yang sama. Bentuklahan penyusunnya adalah
dataran tinggi (plateau).
Bentuklahan penyusunnya antara lain pegunungan lipatan (antiklin dan sinklin), perbukitan antiklin
atau sinklin, lembah antiklin atau sinklin, serta perbukitan atau pegunungan dome (kubah).
Sesar
Sesar pada peta topografi ditunjukkan oleh adanya kelurusan atau off set dari punggungan, bukit,
lembah, aliran sungai, atau gawir. Bentuk-bentuk tersebut tercermin pada pola konturnya.
Bentuklahan penyusunnya adalah pegunungan atau perbukitan blok (Gambar 6.3), perbukitan sesar,
dan gawir sesar. Pengamatan melalui karakteristik pola pengaliran sangat membantu di dalam
interpretasi sesar pada peta topografi.
Struktur kekar pada peta topografi ditandai oleh adanya kelurusan gawir, lembah bukit dan celah atau
berdasarkan pola pola pengaliran atau pola batang-batang sungainya.
44
Gambar 6.3 Pola kontur yang menunjukkan struktur sesar tangga (step fault) pada suatu pegunungan
blok (Military Maps & Air Photograph, ........).
45
Dalam siklus fluviatil, berkurang dan bertambahnya bentuklahan dapat terjadi karena kombinasi
proses pelapukan, mass wasting, dan erosi oleh air pada permukaan tanah, baik yang terkonsentrasi
dalam saluran (channel) atau tidak (banjir).
Siklus bentangalam merupakan suatu deretan sistematis, sehingga setiap tahap siklus ditandai oleh
bentangalam dengan kumpulan bentuklahan yang khas. Sewaktu satu siklus berjalan, dapat terjadi
perubahan yaitu pengurangan dan penambahan bentuklahan. Siklus dapat dibedakan menjadi youth,
maturity, dan old age.
Terdapat kemungkinan bahwa daratan yang terangkat direduksi sampai stadium akhir yang dikenal
dengan istilah base level, yaitu limit (batas) dari erosi vertikal. Base level dapat dibedakan menjadi:
1. Ultimate base level: permukaan air laut.
2. Local base level: batas erosi vertikal suatu daerah yang di tentukan oleh sungai yang gradded
di daerah tersebut.
3. Temporary base level: terjadi kalau terdapat batuan yang sangat keras atau danau di suatu
daerah yang membatasi erosi vertikal sungai.
Perubahan bentuklahan dapat terjadi karena:
1. Medium alamiah (pelaksana atau agent) adalah sesuatu yang dapat mengerosi dan mengangkut
bahan-bahan di permukaan bumi. Agen geomorfologi tersebut antara lain air permukaan yang
terkonsentrasi (sungai, danau, rawa dll) serta air permukaan yang tidak terkonsentrasi.
2. Adanya kombinasi pelapukan, mass wasting, dan erosi oleh air pada permukaan tanah, baik yang
terkonsentrasi dalam saluran (sungai) maupun tidak (banjir).
3. Sewaktu atau sesudah pengangkatan dan dapat berjalan cepat atau lambat.
4. Bentuklahan yang dihasilkan tergantung kepada struktur geologi, proses geomorfologi, dan tahap
silklus fluvial.
46
gosong sungai. Karena adanya gosong sungai yang banyak, maka alirannya memberikan kesan
teranyam (Gambar 6.4).
47
Gambar 6.5 Bentukan asal Fluvial sungai stadia tua
Danau tapal kuda adalah sebuah danau yang terbentuk jika lengkung meander terpotong oleh
pelurusan sungai (Gambar 6.6). Apabila bentuk tapal kuda tersebut tidak berair, maka disebut dengan
meander terpotong (Gambar 6.5).
48
.
49
Denudasimeliputi proses pelapukan, erosi, gerakmasabatuan (mass wating) dan proses
pengendapan/sedimentasi.
1. Pelapukan
Pelapukan (weathering) dari perkataan weather dalam bahasa Inggris yang berarti cuaca, sehingga
pelapukan batua nadalah proses yang berhubungan dengan perubahan sifat (fisis dan kimia) batuan
di permukaan bumi oleh pengaruh cuaca. Secara umum, pelapukan diartikan sebagai proses
hancurnya massa batuan oleh tenaga Eksogen, menurut Olliver(1963) pelapukanadalah proses
penyesaiankimia, mineral dan sifat fisik batuan terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya.
1. Pegunungan Denudasional
50
Karakteristikumum unit mempunyai topografi bergunung dengan lereng sangat curam (55>140%),
perbedaan tinggi antara tempat terendah dan tertinggi (relief) > 500 m. Mempunyai lembah yang
dalam, berdinding terjal berbentuk V karena proses yang dominan adalah proses pendalaman lembah
(gambar 6.7).
2. Perbukitan Denudasional
Mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan lereng berkisar antara 15 > 55%,
perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50 -> 500 m.Terkikis sedang hingga kecil tergantung pada
kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup daik alami maupun tata guna lahan.
3. Dataran Nyaris (Peneplain)
Akibat proses denudasional yang bekerja pada pegunungan secara terus menerus, maka permukaan
lahan pada daerah tersebut menurun ketinggiannya dan membentuk permukaan yang hamper datar
yang disebutdatarannyaris (peneplain).
4. Perbukitan Sisa Terpisah (inselberg) Apabila bagian depan (dinding) pegunungan/perbukitan
mundur akibat proses denudasi dan lereng kaki bertambah lebar secara terus menerusakan
meninggalkan bentuk sisa dengan lereng dinding yang curam.
1. Ploting pola pengaliran pada daerah yang mengindikasikan adanya kontrol struktur geologi pada
peta topografi.
2. Berdasarkan pola garis kontur (kelurusan, pergeseran, dan kerapatan kontur), ditafsirkan
bagaimana bentuk lahannya pada lembar peta topografi Saudara.
3. Dalam interpretasi bentuklahan struktural, Fluvial, dan denudasi, perhatikan juga aspek-aspek
geomorfologi dan pola pengaliran yang ada.
4. Setelah langkah 1-3 dilaksanakan, tafsirkan bentuk lahan yang ada pada peta topografi Saudara.
Kemudian cantumkan unsur-unsur geologi yang Saudara tafsirkan (contoh: sesar, kemiringan
lapisan, dll).
5. Buat penampang morfologi atau geologi tentatif untuk peta topografi Saudara.
6.7 Form
52
53
ACARA 7
BENTUKAN ASAL KARST, AEOLIAN, DAN MARINE
Maksud acara ini adalah praktikan mampu menganalisa peta topografi pada daerah karst, Aeolian
dan marine, mampu mengklasifikasikan peta topografi kedalam bentuk lahan arst, Aeolian dan
marine, Membuat sayatan 2 dimensi peta topografi, serta menganalisis pola pengaliran tiap bentuk
lahan. Tujuannya adalah praktikan dapat menjelaskan morfologi 2 dimensi pada topografi, dan
menjelaskan faktor-faktor proses terbentuknya bentuk asal arst, Aeolian dan marine.
Praktikum bentuk asal karst, aeoliaan dam marine dilakukan untuk mengenal pola dan jenis kontur
bentukan asal struktural, fluvial dan denudasional. Tujuan dari praktikum ini sendiri dapat
menjelaskan bagaimana proses-proses bentukan asal karst, aeoliaan dam marine ini dapat terbentuk
Istilah karst dikemukakan oleh para ahli geologi untuk menerangkan gejala rupabumi yang
diakibatkan oleh proses kimia dan fisika pada kawasan berbatugamping atau batuan yang mudah
larut. Meskipun demikian, tidak berarti setiap tempat yang terdapat batugamping akan terbentuk
topografi karst. Berikut ini adalah syarat-syarat terbentuknya karst:
1. Tebal lapisan batugamping >200 m, agar memungkinkan terbentuknya bentuklahan kars yang
sempurna.
2. Harus terdapat batuan mudah larut (batugamping) di permukaan atau sedikit di bawah
permukaan.
3. Batuan ini harus kompak, banyak memiliki rekahan-rekahan dan berlapis dan sebaiknya berlapis
tipis.
54
4. Terdapatnya lembah-lembah utama pada ketinggian lebih rendah dari batuan yang mudah larut
ini.
5. Memiliki iklim basah dan hangat, agar memungkinkan terjadinya proses pelarutan dan
pembentukan kars.
6. Harus terdapat sekurangnya curah hujan yang sedang.
7. Adanya proses tektonik (pengangkatan) yang perlahan dan merata di kawasan batugamping.
Karst adalah bentangalam yang sangat spesifik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi.
Dapat menghasilkan bentuklahan yang berkembang di permukaan (eksokars) dan di bawah
permukaan (endokars):
1. Eksokars adalah semua fenomena yang dijumpai di atas permukaan tanah kawasan kars, yaitu
bentuk negatif atau cekungan seperti doline, uvala, polje, dan bentuk positif atau bukit seperti
conical hill (Gambar 7.1).
2. Endokars adalah semua fenomena yang dijumpai di bawah permukaan tanah kawasan kars, yang
paling sering dijumpai adalah gua, sungai bawah tanah, saluran, dan terowongan.
55
Gambar 7.1 Kenampakan topografi karst pada peta topografi yang memperlihatkan bentukan positif (garis
kontur konsentris yang mencirikan bukit) dan negatif (garis kontur bergerigi yang menunjukkan lembah).
Uvala
Uvala adalah depresi berukuran besar dan memanjang (uvala dari kata oval yang berarti lonjong),
merupakan gabungan dari beberapa doline akibat proses pelarutan lanjut. Uvala juga terjadi akibat
depresi besar karena runtuhnya atap sungai di bawah tanah yang dicirikan oleh dinding relatif curam.
Banyaknya uvala pada suatu bentang alam kars, menunjukkan bahwa daerah tersebut berada pada
stadium dewasa.
57
Polje
Depresi tertutup dengan ukuran sangat besar melebihi ukuran uvala. Polye terjadi dari perluasan
uvala atas proses solusi dan runtuhnya dinding yang telah lapuk. Bentuk polye memanjang dengan
dasar relatif datar dan ditutupi oleh endapan aluvial, sumbu panjang searah jurus perlapisan atau
struktur geologi. Polje bertebing curam dengan pelarutan secara lateral relatif lebih besar, dan
mempunyai pengaliran di bawah permukaan.
Luweng
Luweng adalah depresi pada lahan kars yang berbentuk silindris, mulutnya benar-benar membundar,
seperti sumur, dinding vertikalnya memotong relatif tegak-lurus terhadap struktur perlapisan batuan.
Bagian alas dari suatu luweng biasanya merupakan batuan dasar. Sebuah luweng sering kali
58
mempunyai sistem pengeringan di bagian alasnya. Sistem pengeringan yang ada berupa saluran-
saluran kecil yang berhubungan dengan suatu saluran pengering utama di bawah permukaan.
Pinnacle
Pelarutan sepanjang kekar dan rekahan membuat masa batuan menjadi lebih rendah dan menyisakan
blok-blok batugamping yang terisolasi satu sama lain, yang dikenal dengan istilah pinakel.
Ketinggian sebuah pinakel dapat dimulai dari beberapa meter hingga puluhan meter dari permukaan
tanah di sekitarnya. Pinakel biasanya mempunyai lereng terjal dan penampang horizontal bagian
atasnya berbentuk elips.
Bukit-bukit Residual
Bukit-bukit residual merupakan morfologi positif berbentuk kerucut atau kubah yang terisolasi
dikitari oleh dataran. Pada umumnya mereka memiliki lereng cukup terjal atau lebih dari 45 o.
Morfologi demikian, dihasilkan oleh proses karsifikasi yang telah cukup lanjut.
59
Gambar 7.5 Sketsa penampang berbagai morfologi positif kars (White, 1988)
Lahan aeolian merupakan lahan yang terjadi karena bentukan asal proses angin dan gabungan
pelapukan dengan aliran air (Herlambang, 2009). Di mana dalam proses terjadinya melalui
pengikisan, pengangkutan, dan juga pengendapan. Pengikisan oleh angin seperti halnya air yang
mengalir, adapun sebagai kekuatan untuk mengikis adalah pasir yang halus. Istilah aeolian berasal
dari nama dewa Yunani, Æolus, penjaga angin . Aeolian (atau Eolian atau Aeolian) berkaitan dengan
proses aktivitas angin dan lebih khusus lagi, kepada angin kemampuan untuk membentuk permukaan
bumi dan planet-planet. Angin dapat mengikis, mengangkut, dan mengendapkan, bahan-bahan
material di daerah yang jarang terdapat vegetasi dan wilayah sedimen yang luas. Meskipun air jauh
lebih kuat daripada angin, proses aeolian merupakan proses yang penting pada daerah kering seperti
gurun.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk lahan aeolian adalah bentuk lahan yang
terbentuknya akibat proses angin. Yang mana memiliki kemampuan untuk mengikis, mengangkut,
dan mengendapkan material-material pasir ataupun debu (Gambar 7.6).
60
Syarat-Syarat Berkembangnya Lahan Aeolian
1. Tersedia material berukuran pasir halus-kasar dalam jumlah banyak.
2. Adanya periode kering yang panjang dan tegas.
3. Adanya angin yang mampu mengangkat dan mengendapkan bahan pasir tersebut.
4. Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi/objek lain.
Endapan angin terbentuk karena pengikisan, pengangkutan, dan pengendapan bahan-bahan tidak
kompak oleh angin.
1. Deflasi (deflation)
Proses deflasi merupakan gerakan tiupan angin yang membawa materi batuan, baik berupa debu
halus, pasir, maupun materi yang kasar dan berat. Proses ini sering terjadi di daerah yang merupakan
tempat terkumpulnya pasir, misalnya di basin kecil atau pada bukit pasir. Deflasi cenderung
menyebabkan terbentuknyaa formasi-formasi baru di daerah depresi. Dibandingkan dengan erosi air
atau sungai keadaannya berlawanan, erosi air di daerah yang berelief tinggi sangat kuat, sebaliknya
erosi angin/deflasi di daerah cekungan/basin sangat kuat.
2. Korasi (corrasion)
Korasi angin dapat menimbulkan beberapa bentuk atau bentang alam yang sangat luas. Gerakannya
hanya dapat terjadi di dekat permukaan tanah. Ini terjadi karena angin tidak dapat mengangkut pasir
ke tempat yang lebih tinggi lagi.
1. Suspensi (suspension)
61
Merupakan gerakan vertikal tiupan angin yang mampu mengangkut materi-materi halus ke tempat
yang lebih jauh. Gerakan ini tidak besar peranannya dalam mengangkut pasir karena kemampuan
mengangkut ke atas sangnt terbatas.
Pada saat angin mengangkut debu kadang-kadang disertai dengan gerakan turbuler. Kecepatan angin
tidak selalu tetap tetapi selalu mengalami variasi periode yang pendek sehingga menyebabkan adanya
tekanan angin. Tekanan angin ini menyebabkan udara berputar ke segala arah, putaran udara ke
segala arah inilah yang dapat menyebabkan terjadinya gerakan suspensi.
2. Saltasi (saltation)
Yaitu gerakan meloncat materi butiran yang disebabkan oleh tabrakan dan pantulan angin yang
bermuatan pasir. Gerakan saltasi secara langsung disebabkan tekanan angin terhadap butiran pasir,
pasir yang ditiup angin pada umumnya mempunyai gerakan saltasi.
Gerakan rayapan permukaan disebabkan oleh karena tubrukan materi butiran oleh gerakan saltasi.
Terjadinya tubrukan materi butiran ini secara teratur, tetapi kadang-kadang juga tersebar menjadi
pecahan-pecahan di atas tempat jatuhnya pasir. Oleh karena benturan ini gerakan materi butiran
menjadi lambat yang selanjutnya menjadi rayapan permukaan.Kadang-kadang angin yang
mengangkut debu atau pasir bergerak berputar seperti spiral, gerakan seperti ini disebut dengan badai
debu.
Proses pengendapan ini terjadi apabila butiran yang telah terbawa angin tadi jatuh setelah gerakan
menjadi lambat. Selain karena kecepatan yang menjadi lambat, pengendapan juga dapat terjadi
karena butiran yang terbawa oleh angin mengalami benturan terhadap permukaan kejadian ini
sebagai hasil dari proses saltasi dan rayapan tanah. Apabila butiran tersebut tidak membentur
permukaan dan terus terbawa angin, maka butiran tersebut akan mengalami gerakan sepanjang
permukaan hingga menemukan tempat mengendap, pada umumnya tempat pemberhentian tersebut
berupa cekungan. Bentuk endapan dari proses ini tidak datar atau halus tetapi bergelombang. Setelah
mengendap butiran-butirabn tersebut mengumpul menjadi suatu bentuk lahan yang baru.
62
Bentuk Lahan Hasil Aeolian
A. Bentuk Lahan Hasil Erosi Angin
1. Loess
Aktivitas angin dalam mengendapkan material dipengaruhi oleh kecepatan angin, rintangan (batu,
vegetasi), dan material yang dibawa oleh angin.
yaitu endapan oleh angin berupa debu, pada umumnya berwarna kekuningan, tersusun dari berbagai
mineral tidak berlapis-lapis tetapi cukup kuat terikat.
2. Endapan pasir
ada beberapa tipe yang ditentukan oleh jumlah pasir dan vegetasi:
a. Sand sheet adalah hamparan pasir tipis yang menutup daerah relatif datar, permukaannya tidak
bergelombang.
b. Ripple (riak) adalah endapan pasir yang permukaannya bergelombang, tinggi bervariasi 1-500mm,
panjang 50-300m. endapan pasir tebal yang permukaannya bergelombang ripple tetapi lebih
besar disebut undulasi; yang tingginya sampai 400m dan panjang 4km disebut draa (Mcgadune).
c. Sand shadow, adalah timbunan pasir di belakang suatu rintangan, seperti semak-semak/batu.
d. Sand fall adalah timbunan pasir di bawah cliff atau gawir.
e. Sand drift yaitu timbunan pasir pada suatu gap/celah antara dua rintangan.
63
Gambar 7.7 Vegetasi gumuk pasir cenderung bergeser ke arah datangnya angin.
b. Gumuk pasir melintang (transversal dunes), posisi melintang arah angin/ tegak lurus arah
angin. Terbentuk pada daerah yang banyak cadangan pasirnya dan sedikit tumbuhan. Sering meliputi
daerah luas dan berkembang berbentuk seperti ombak dengan punggung melengkung dan melintang
tegak lurus arah angin. Penampang tidak simetri, lebar tujuh kali ketinggian. Ketinggian 5-15m
maksimum 100m. dapat berubah menjadi sabit apabila sumber pasirnya berkurang.
c. Gumuk pasir parabolik (parabolic dunes), berbentuk sabit dengan tanduk yang panjang ke arah
datangnya angin. Terbentuk di mana vegetasi menahan bagian tanduk. Memungkinkan bagian tengah
gumuk berpindah dan menghasilkan gumuk berbentuk jepit rambut. Penampang tidaksimetri pada
puncak dan hampir simetri pada tanduk, sisi belakang gumuk lebih curam daripada sisi depannya.
Gumuk tidak mudah berpindah, dengan ketinggian 1:15m. Gumuk pasir parabolik dapat terbentuk
karena blow out.
64
d. Gumuk pasir memanjang (longitudinal dunes/seif), berupa gundukan pasir yang hampir klurus
sejajar arah angin. Terjadi karena pengaruh angin yang kuat terkumpul dan berhembus dengan arah
tetap. Penampang gumuk simetris, ukuran lebar beberapa kali ketinggian. Ketinggian <15m,panjang
beberapa kilometer, pada gurun yang luas ketinggian mencapai 200m dan panjang 300km. Gumuk
pasir memanjang di gurun seperti di atas disebut seif. Ukuran partikel material pada gumuk pasir ini
mempunyai kisaran 0,05-0,5mm karena sortasi angin sangat baik.
e. Whaleback dunes, adalh gumuk pasir longitudinal yang sangat besar, puncaknya datar dan di
atasnyadapat terbentuk barchan, dan seif, kecil-kecil.
Geomorfologi asal marin merupakan bentuk lahan yang terdapat di sepanjang pantai. Proses
perkembangan daerah pantai itu sendiri sangat dipengaruhi oleh kedalaman laut. Semakin dangkal
laut maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam daerah pantai, dan semakin dalam
laut maka akan memperlambat proses terjadinya bentang alam di daerah pantai. Selain dipengaruhi
oleh kedalaman laut, perkembangan bentang lahan daerah pantai juga dipengaruhi oleh:
1. Struktur, tekstur, dan komposisi batuan.
2. Keadaan bentang alam atau relief dari daerah pantai atau daerah di daerah sekitar pantai tersebut.
3. Proses geomorfologi yang terjadi di daerah pantai tersebut yang disebabkan oleh tenaga dari luar,
misalnya yang disebabkan oleh angin, air, es, gelombang, dan arus laut.
4. Proses geologi yang berasal dari dalam bumi yang mempengaruhi keadaan bentang alam di
permukaan bumi daerah pantai, misalnya tenaga vulkanisme, diastrofisme, pelipatan, patahan, dan
sebagainya.
5. Kegiatan gelombang, arus laut, pasang naik dan pasang surut, serta kegiatan organisme yang ada
di laut.
Di Indonesia, pantai yang ada pada umumnya dialih fungsikan sebagai tempat wisata yang notabene
dapat membantu tingkat pendapatan suatu wilayah. Apabila masyarakat mengetahui bahwa garis
pantai bisa mengalami perubahan, maka akan muncul pemikiran-pemikiran agar pantai tersebut tetap
bisa dinikmati keindahannya meskipun sudah mengalami perubahan.
65
TOPOGRAFI PANTAI
Erosi gelombang sangat mempengaruhi terjadinya garis pantai. Banyak faktor yang mempengaruhi
terjadinya erosi gelombang, misalnya ukuran dan kekuatan gelombang, kemiringan lereng dan
ketinggian garis pantainya, komposisi batuannya, kedalaman airnya, serta lamanya proses tersebut
berlangsung.
Apabila gelombang di laut dalam menghempas pantai yang curam, maka sebagian besar air akan
membalik kembali ke laut dan mengerosi lereng kliff tersebut dan naik dari permukaan air yang
dangkal.
1. Kekuatan Gelombang
Gelombang pasang yang menghempas pantai merupakan penyebab pengikisan gelombang secara
langsung. Bekas-bekas pengikisan gelombang tersebut menyebabkan semakin besarnya kekuatan
gelombang.
a. Gisik (beach)
Gisik merupakan suatu bentuk pengendapan yang terjadi di pantai. Gisik terletak tinggi di atas pantai
belakang atau pada posisi lainnya pada pantai depan. Kadang-kadang gisik ini terlihat seperti
jembatan yang bertingkat-tingkat turun ke arah laut. Material pada gisik ini terdiri dari kerikil yang
bulat-bulat, kerikil yang kasar (gravel), dan pasir.
67
Arus litoral bekerja secara langsung pada permukaan tanah, terutama pada tanah atau batuan yang
lunak dan tidak kompak akan menjadi tenaga pengikis yang sangat hebat. Hasil dari pengikisan ini
akan diendapkan pada dasar air yang dalam dan hanya sebagian saja yang ikut terbawa oleh arus.
68
tersebut akan melalui tempat-tempat yang rendah. Apabila aliran air pasang-surut tersebut sama atau
melebihi kekuatan gelombang, maka tempat-tempat yang lebih rendah akan terbuka.
1. Peta topografi
2. Pensil 2B, Pensil warna, rotring, dan penggaris
3. Kertas kalkir
69
7.4 Prosedur Kerja
70
7.6 Form
Form peta
71
72
ACARA 8
PEMETAAN GEOMORFOLOGI
Maksud dari acara ini praktikan mampu mengaplikasikan hasil praktikum sebelumnya kedalam
aplikasi di lapangan, sebelum ke lapangan praktikan mampu membaca peta topografi, praktikan
mampu mencari data foto sebagai pembuktian terhadap pembagian bentuk asal maupun lahan.
Tujuannya dalah praktikan diharapkan dapat menjelaskan proses geomorfologi apa saja yang terjadi
pada daerah yang di teliti.
Pemetaan adalah kegiatan pemrosesan data survey sampai menyajikannya menjadi geoinformasi.
Jadi pemetaan dapat dilakukan dilapangan atau distudio.
Pemetaan geomorfologi adalah usaha pembuatan peta geomorfologi dengan tujuna untuk mengenal,
memeri, melokalisir dan menggambarkan setiap aspek bentuk lahan pada peta berdasarkan kesamaan
sifat dan perwatakan yang dicermninkan oleh struktur geologi dan kesan topografi. Caranya dapat
lansung survey dilapangan (pengukuran dan pengamatan) dan tidakmlangsung ( interpretasi peta
topografi/rupa bumi dan indera jauh).
Jadi, peta geomorfologi adalah peta tematik yang menggambarkan permukaan bumi dalam satuan –
satuan bentuk lahan dengan selalu mempertimbangkan faktor jenis litologi penyusun, proses endogen
dan proses eksogen dalam berbagai skala.
BATASAN GEOMORFOLOGI
Sutikno (1990) menjelaskan perkembangan definisi geomorfologi dari berbagai pakar geomorfologi,
yaitu seperti pada tabel 7.1 berikut ini.
73
PENELITI BATASAN GEOMORFOLOGI
Lobeck (1939) Geomorfologi adalah studi tentang bentuk lahan.
Worcester (1939) Geomorfologi adalah deskripsi dan penafsiran genetic dari
bentuk – bentuk relief bumi, mencakup bentuk relief didaratan
dan dibawah permukaan laut.
Thornbury (1954) Geomorfologi adalah ilmu pengetahuan tentang bentuk lahan.
Cooke, et al (1974) Geomorfologi adalah studi mengenai bentuk lahan dan terutama
tentang sifat alami, asal mula, proses perkembangan dan
komposisi materialnya.
Zuidam, et al (1979) Geomorfolgi adalah studi yang menguraikan bentuk lahan dan
proses yang mempengaruhi pembentukkannya serta
menyelidiki hubungan timbal balik antara bentuk lahan dan
proses dalam tatanan keruangan
Verstappen (1983) Geomorfologi adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
bentuk lahan sebagai pembentuk muka bumi, baik diatas
maupun dibawah laut dan menekankan pada genesa dimasa
depan dan dalam konteks ke lingkungan.
Perkembangan klasifikasi bentuk lahan seperti tertuang pada tabel 2 di bawah ini (Widiyanto dan
Suprapto Dibyosaputro, 1991).
74
PENULIS/PENELITI
Dana, 1863 Topografi yan
Davis, 1884 Struktur geolo
Powel, 1895 Genesa yang te
Davis, 1899 -1900 Genesa yang t
terganggu (per
Johnson, 1904 Genesa yang t
Herberton, 1911 Penutup permu
Lobeck, 1939 Genesa yang t
Desaunnetes, 1977 System pembe
Verstappen,1985 Mengkaitkan
bersama dalam
tentang mor
morfokronolog
Berdasarkan berbagai klasifikasi bentuk lahan tersebut, maka dapat diketahui bahwa:
1. Dasar klasifikasi tersebut ada yang sama, berbeda-beda dan bahkan saling melengkapi.
2. Mempunyai tujuan sama, yaitu mempermudah dalam penelitian geomorfologi dengan
membagi bentuk lahan kedalam satuan – satuan bentuk lahan.
3. Sataun bentuk lahan mencakup 3 sifat dan perwatakan yang sama, yaitu struktur geologi,
proses dan kesan topografi.
4. Bentuk lahan dipengaruhinoleh tiga faktor utama yang saling berbenturan, yaitu jenis litologi,
proses endogen dan proses eksogen. Dalam kenyataannya dapat terjadi salah satu faktor
mendominasi faktor yang lain.
Klasifikasi yang diajukan oleh pakar dari ITC seperti Verstappen (1970), Verstappen dan Zuidam
(1975), Zuidam dan Cancelado (1979), Zuidam (1983) serta Verstappen (1985) mempunyai ciri :
1. Klasifikasinya bersifat terbuka.
2. Mencakup berbagai aspek geomorfologi.
3. Penelitiannya banyak dilakukan di Indonesia.
4. Penekanan satuan bentuk lahan berdasarkan genesa.
75
5. Sistem klasifikasinya memungkinkan diterapkan dalam berbagai skala dan berbagai tujuan
kegunaan.
Ciri – ciri tersebut diatas mempermudah dalam penbelitian geomorfologi serta mencakup tiga sifat
dan perwatakan yang utama,yaitu struktur geologi, proses dan kesan topografi. Jauh telah
mengakomodasi aspek kualitatif/genetik dan kuantitatif/morfometri serta gabungan, baik didaerah
tropis, subtropis, kering dan agak kering.
Alasan lain yang mendukung penggunaan klasifikasi ITC adalah bahwa klasifikasi yang diajukan
oleh ITC termasuk katagori klasifikasi gabungan dari beberapa system yang ada. Artinya telah
mencakup/melengkapi kalsifikasi – klasifikasi yang ada, yaitu:
1. Klasifikasi secara kualitatif/genetik, antara lain diajukan oleh Davis(1884, 1900), Powel
(1895), Johnson (1904), Herberton (1911), Lobeck (1939), Desaunettes (1977), Zuidam
(1979, 1983) dan Verstappen(1985).
2. Klasifikasi secara kuanitatif/morfometri, antara lain diajukan oleh Darymple (1968),
Desaunettes (1977), Zuidam (1979, 1983) dan Verstappen(1985).
Untuk Pemetaan Geomorfolgi ini yang bertujuan untuk kepentinag penelitian geologi, artinya bahwa
pembuatan peta geomorfologi bertujuan untuk menunjang pemahaman kondisi geologinya, maka
klasifikasi dari ITC dapat dipergunakan.
76
Pendekatan analitik menyajikan satuan – satuan pemetaan dan informasi geomorfologi yang
meliputi aspek – aspek geologi utama, yaitu morfometri, morfografi, morfogrnrsa, morfokronologi,
dll. Pada pendekatan analitik satuan bentuk lahan diklasifikasikan berdasdarkan genesannya.
Salah satu hal yang dapat dicermati adalah bahwa data/informasi geologi untuk peta geomorfologi :
1. Apabila dibuat oleh ahli geologi, maka statusnya adalah merupakan data primer.
2. Apabila dibuat oleh non ahli geologi, maka statusnya sebagai data sekunder.
77
yang dinamis termasuk gunung api, tektonik (lipatan dan sesar), missal : Gunugapi,
punggungan antiklin dan gawir sesar.
c. Morfodinamik, berupa tenaga eksogen yang berhubungan dengan tenaga air, es, gerakan
masa dan kegunungapian. Dengan kata lain, bentuk lahan yang berkaitan erat dengan hasil
kerja gaya eksogen ( air, es, angin, dan gerakan tanah), missal gumuk pasir, undak sungai,
pematang pantai, lahan kritis.
7. Morfokronologi merupakan urutan bentuk lahan atau hubungan aneka ragam bentuklahan dan
preosesnya yang ada dipermukaan bumi sebagai hasil dari proses geomorfologi. Penekanannya
pada evolusi (ubahangus) pertumbuhan bentuk lahan.
8. Morfokonservasi adalah hubungan antara bentuk lahan dan lingkungan atau berdasarkan
parameter bentuk lahan, seperti hubungan antara bentuk lahan dengan unsure bentuk lahan seperti
batuan, struktur geologi, tanah, air, vegetasi dan penggunaan lahan.
Atas dasar aspek –aspek geomorfologi tersebut diatas, maka karakteristik bentuk lahan dapat
diklasifikasikan menjadi delapan bentuk lahan utama berdasarkan genesanya, yaitu :
1. Bentukan asal struktural.
2. Bentukan asal vulkanik.
3. Bentukan asal fluvial.
4. Bentukan asal marin.
5. Bentukan asal angin.
6. Bentukan asal karst.
7. Bentukan asal denudasional.
8. Bentukan asal glasial.
ANALISIS BENTUKLAHAN
Sistematika analisa bentuklahan perlu memperhatikan tiga hal, yaitu :
1. Analisis harus dikerjakan secara bertahap.
2. Mulailah dari hal yang bersifat umum hingga hal – hal yang bersifat khusus.
3. Lakukan analisis dari bentuk – bentuk yang diketahui hungga bentuk – bentuk yang sulit
atau yang belum diketahui.
78
Tahapan analisis bentuklahan yang dibuat oleh ahli geologi untuk kepentingan geologi adalah
sebagai berikut:
1. Interpretasi peta dasar (Peta rupa Bumi)
a. Diawali dengan interpretasi pola pengaliran secara maksimal, perhatian ditunjukan kepada
pola pengaliran dasar atau ubahan, penyimpangan aliran, tekstur pengaliran, bentuk lembah.
Pada tahap ini analisis pola pengaliran memberikan petunjuk mengenai bentuk lahan, litologi,
struktur geologi, proses geologi, resistensi batuan, kemiringan bidang lapisan dan proses
fluvial ( Tabel 7.3 ).
Tabel 7.3 Hubungan aspek – aspek pola pengaliran dan makna geologi
ASPEK POLA MAKNA GEOLOGI MODEL
PENGALIRAN
Pola Pengaliran Fungsi dari litilogi, struktur dan proses Howard (1967)
geologi
Penyimpangan Aliran Fungsi dari resistensi batuan, struktur Howard (1967)
geologi, bidang perlapisan
Tekstur Pengaliran Fungsi dari litologi (ukuran butir dan Way (1968)
permeabilitas).
Tempat Mengalir Fungsi dari proses fluvial Thonbury (1954)
Bentuk Lembah Sungai Fungsi dari litologi ( ukuran butir ) Zuidam (1979)
b. Lakukan pemerian bentuk lahan, apakah berupa lembah, bukit, dataran, pegunungan dan lain
lain. Pada tahapan ini aspek morfografi dapat ditentukan.
c. Lakukan pengukuran kelerengan, bentuk lereng, panjang lereng, ketinggian, jarak antara
bukit, arah punggungan, bentuk lembah dan tingkat pengikisan. Pada tahap ini aspek
morfometri dapat ditentukan.
d. Perhatikan ciri – ciri garis kontur, bagaimana kerapatannya, pola kemenerusannya dan
hubungan pola garis kontur pada sungai atau lembah. Pada tahap ini akan memberikan
petunjuk mengenai bentuk lahan, struktur geologi, litologi dan pola kedudukan bidang
lapisan.
e. Setelah tahap ini aspek morfogenesa secara tidak langsung sudah dapat diketahui, yaitu
melalui interpretasi pola pengaliran dan karakteristik garis kontur.
f. Kemudian lakukan deliniasi dan sampai tahap ini sudah dihasilkan peta geomorfologi tentatif
79
2. Kerja Lapangan
a. Tahap kerja lapangan ditentukan untuk memperoleh data dari setiap satuan bentuk lahan,
sekaligus menguji peta tentative hasil tafsiran di studio.
b. Data pada setiap satuan bentuk lahan yang perlu diperoleh antara lain:
Pengukuran morfometri langsung dilapangan.
Pengamatan litologi, kedudukan lapisan, struktur geologi, dan proses – proses fluvial.
3. Kerja Studio/Laboratorium
Pada tahap ini dilakukan interpretasi ulang terhadap peta tentative setelah mendapatkan data
lapangan secara langsung, misal membetulkan tafsiran yang keliru atau menegaskan hal – hal
yang masih riragukan (seperti batas satuan bentuklahan, dll).
4. Penyusunan laporan
Dilakukan sesuai kebutuhan dan tujuan pembuatan peta geomorfologi.
80
SIMBOL
Simbol merupakan tanda yang dipergunakan untuk mengutarakan informasi geomorfologi pada peta,
berupa huruf dan angka, warna garis dan corak, yaitu :
1. Huruf dan angka : digunakan untuk menunjukkan satuan geomorfologi. Huruf digunakan
untuk menunjukkan bentukan asal dari satuan bentuk lahan. Angka digunakan untuk
menunjukkan jenis bentuk lahan pada masing – masing bentukan asal (Tabel 7.4). Contoh
penamaan satuan peta, missal V.1.1, artinya v adalah bentukan asal gunungapi dan angka 1
adalah jenis bentuklahan (kerucut gunungapi), sedangkan .1) adalah bentuklahan rinci.
2. Warna : digunakan untuk membedakan satuan bentuk asal. Untuk masing – masing bentuk
lahan diberi symbol warna gradasi dari tua ke muda sesuai dengan warna dasar bentukan
asal.
3. Garis : digunakan untuk mengekspresikan elemen – elemen geomorfologi dan batas sataun
peta geomorfologi.
82
S5 Perbukitan Antiklin
S6 Pegunungan Sinklinal
S7 Perbukitan Sinklinal
S8 Pegunungan Monoklinal
S9 Perbukitan Monoklinal
S10 Pegunungan Dome
S11 Perbukitan Dome
S12 Dataran Tinggi ( Plato )
S13 Kuesta
S14 Hogback
S15 Flat Iron
S16 Lembah Antiklin
S17 Lembah Sinklinal
S18 Lembah Subsekuen
S19 Horst ( Tanah Sembul )
S20 Graben ( Tanah Terban )
2 B. EKSOGEN D1 Perbukitan Terkikis
D2 Pegunungan Terkikis
D3 Bukit Sisa
D4 Bukit Terisolasi
D5 Dataran Nyaris
Denudasional D6 Dataran Nyaris Terangkat
D7 Lereng Kaki
D8 Pedimen
D9 Piedmon
D10 Gawir ( Lereng Terjal )
D11 Kipas Rombakan Lereng
Daerah Dengan Gerak massa
D12
Denudasional Batuan Kuat
D13 Lahan Rusak
Pelarutan/ K1 Dataran Tinggi Karst
83
Karst Lereng dan Perbukitan
K2
Karstik Terkikis
K3 Kubah Karst
K4 Bukit Sisa Karst
K5 Datarn Alluvial Karst
K6 Uvala, Dolina
K7 Polje
K8 Lembah Kering
K9 Ngarai Karst
F1 Datarn Alluvial
F2 Dasar Sungai
F3 Danau
F4 Rawa
F5 Rawa Belakang
F6 Saluran Sungai Mati
F7 Dataran Banjir
F8 Tanggul Alam
F9 Ledok Fluvial
F10 Bekas Dasar Danau
Fluvial F11 Hamparan Celah
F12 Gosong Lengkung Dalam
F13 Gosong Sungai
F14 Teras Fluvial
F15 Kipas Alluvial Aktif
F16 Kipas Alluvial Tidak Aktif
F17 Delta
Fluvial F18 Igir Delta
F19 Ledok Delta
F20 Pantai Delta
F21 Rataan Delta
Pelataran Pengikisan
Marine M1
Gelombang
84
Tebing Terjal dan Takik
M2
Pantai
M3 Gisik
M4 Beting Gisik ( Bura )
M5 Tombolo
M6 Depresi Antar Beting
M7 Gumuk Pantai Aktif
M8 Gumuk Pantai Tidak Aktif
Rataan Pasang Surut
M9
Bervegetasi
Rataan Pasang Surut Tidak
M10
Bervegetasi
Penggungan/Bukit Gumuk
A1 Pasir ( Sand dunes, Barcan
Angin
dunes)
A2 Dataran Gurun
G1 Perbukitan/Dataran Morena
G2 Dataran Teras Glasial
G3 Lembah Cirques
Glasial
Lembah Aliran Glasial
G4
(Termasuk Lembah Gantung)
Glasial
G5 Penggungan Arete
85
7. pembuatan penampang stadia geomorfologi
8. pembuatan penampang geomorfologi
8.4 Form
Form peta
86
LAMPIRAN A
KATA PENGANTAR 14 pt
Tuliskan secara ringkas tujuan penulisan laporan praktikum, ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang membantu dan kata penutup yang berisi harapan 12 pt
penulis, termasuk penulis menerima kritikk dann sara jika terdapat kekurangan.
87
A.2 Daftar Isi
DAFTAR ISI 14 pt
(8 pt) halaman
Halaman Judul.............................................................................................................. i
Lembar Pengesahan ..................................................................................................... ii
Kata Pengantar ............................................................................................................. iii
Daftar Isi ....................................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................... vii
Daftar Tabel ................................................................................................................ viii
Daftar Lampiran ........................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
Catatan:
Font 12 pt
Single space
88
A.3 Bab 1
BAB 1
14 pt
PENDAHULUAN
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi dan
perubahan-perubahan yang terjadi pada bumi itu sendiri. Geomorfologi biasanya
12 pt
diterjemahkan sebagai ilmu bentang alam. Mula-mula orang memakai kata
fisiografi untuk ilmu yang mempelajari tetang ilmu bumi ini.
a. Mengetahui ....
b. Mengetahui ....
c. Mengetahui ....
89
A.4 Bab 2
BAB 2
14 pt
LANDASAN TEORI
2.1 Geomorfologi 13 pt
90
A.5 Bab 3
BAB 3
14 pt
METODE PRAKTIKUM
3.2.1 Alat
1. ............
2. ............
3.2.3 Bahan
1. ............
2. ............
91
3.3 Cara Kerja
1. ............
2. ............
92
A.6 Bab 4
BAB IV
14 pt
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keterangan:
IK : jarak antara kontur
JH : Jarak horizontal pada tiap kolom (cm)
N : Jumlah Kontur yang terkena garis JH
93
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Stadia Daerah
Frekuensi Ttik %
Elevasi d f.d %f
Notasi F Tengah komulatif
Keterangan:
Elevasi : titik ketinggian
Notasi : dinyatakan dalam bentuk angka romawi
F : Frekuensi dalam angka
D : notasi
%f : presentase dari frekuensi
% kumulatif : presentase dari % kumulatif
4.2 Perhitungan 13 pt
a. Kran 1
h set t lin g − h k r an
Vo = t
12 pt
b. Kran 2
h set t lin g − h k
Vo =
r an
t
94
4.3 Pnampang
Gambar 4.1 Grafik Penurunan Kekeruhan 11 pt
4.4 Pembahasan
95
A.7 Bab 5
BAB 5
14 pt
PENUTUP
5.1 Kesimpulan 13 pt
a. ......
b. ..... 12 pt
c. ......
5.2 Saran
96
A.8 Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA 14 pt
2. Maulina, S.M., 2012, Perencanaan Penyediaan Air Minum di Kota Sanggau, 12 pt
Vol 12 No. 2, Universitas Tanjungpura, Pontianak.
3. Tambun, N., 2009, Perhitungan Debit Andalan Sebagai Sumber Air Bersih
PDAM Jayapura, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya
97
A.9 Cover
LAPORAN PRAKTIKUM
16pt
GEOMORFOLOGI
14 pt
Disusun Oleh: 12 pt
Kelompok X
Nama NIM
Xxxxx Xxxx 13090450xx
Xxxxx Xxxxx 13090450xx
Disusun Oleh:
Kelompok X
Nama NIM
Xxxxx Xxxx 13090450xx
Xxxxx Xxxxx 13090450xx
Mengetahui, N
Koordinator Asisten a
m
a
N
Nama I
P
NIM
Menyetujui, 12
Dosen Pengampu
99
LAMPIRAN B
KOMPONEN
NO. SCORE PENILAIAN KETERANGAN
PENILAIAN
1. Kehadiran Tepat Waktu Terlambat
5 menit 7 menit 10 menit >10 menit
100 80 70 60 0
4 3 2 1 0
KOMPONEN
NO. PENILAIAN SCORE PENILAIAN KETERANGAN
5. Proses Asistensi Lengkap, Lengkap, Lengkap, Lengkap, Lengkap, Laporan per acara harus
tulisan rapi tulisan rapi, tulisan tidak tulisan tidak tulisan tidak diserahkan sebelum acara
tanpa revisi revisi 1x rapi, rapi, rapi, praktikum berikutnya
100 80 70 60 0
revisi 1x revisi 2x revisi 3x dilaksanakan
4 3 2 1 0
6. Penilaian Laporan Akhir Lengkap, Lengkap, Lengkap, Lengkap, Tidak Keterlambatan pengumpulan
sesuai format, tidak sesuai sesuai tidak sesuai lengkap, laporan dari jadwal yang
susunan rapi format, format, format, tidak sesuai ditentukan, poin minus 5 per hari
susunan rapi susunan tidak susunan format, (maksimal 6 hari)
rapi tidak rapi susunan tidak
rapi
100 80 70 60 0
4 3 2 1 0