Anda di halaman 1dari 19

TUGAS TERSTRUKTUR

MATA KULIAH STRATIGRAFI ANALISIS

“TIDE-DOMINATED DELTA”

DISUSUN OLEH:
M. ZULFIKRI R (I1C006018)
AGUNG WAHID W (I1C006019)
TAUFIQ ANDIKA (I1C006020)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
PURBALINGGA
2009
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Delta adalah suatu “discrete shoreline protuberances” yang terbentuk ketika sungai-
sungai memasuki samudera, laut semi-tertutup, danau atau laguna dengan suplai sedimen
yang masuk ke dalam lautan lebih cepat dari pada proses-proses redistribusi cekungan
(Elliott, 1986, p. 113).
Beberapa delta meng-cover lautan yang luas dan telah dipengaruhi oleh variasi dari
proses-proses fluviatil dan marine. Beberapa perbedaan dari sub-lingkungan pengendapan
dapat diidentifikasi dari dalam delta. Hal ini dapat membuat kita kesulitan pada saat
mengkarakterisasi suatu endapan ‘deltaic’ purba secara sederhana pada suatu single core atau
cross section. Identifikasi delta purba, secara ekonomi menjadi penting, karena umumnya
berasosiasi dengan cadangan batubara mayor, minyak, dan gas. Sebagai hasilnya, studi
mengenai delta telah dipelajari secara intensif, dan deltaic facies model merupakan salah satu
konsep yang cukup mapan (established) untuk saat ini.

Bentuk dari suatu delta dipengaruhi oleh input sedimen, energi gelombang, dan energi
pasang-surut. Delta yang terbentuk akibat dari interaksi energi pasang-surut yang kuat
diklasifikasikan sebagai tide-dominated deltas. Ketika sedimen dari delta dibawa masuk ke
dalam laut, arus pasang-surut dan flood tides membawa sedimen menuju delta plain dan arus
pasang-surut yang lemah membawa sedimen ke arah lautan. Tide-dominated delta secara
khas muncul di daerah-daerah dengan tingkat pasang-surut yang luas dan kecepatan pasang-
surut yang tinggi. Dalam situasi tersebut, di mana suplai sedimen sangat kuat akibat arus
pasang-surut yang kuat, delta yang terbentuk cenderung sangat kecil. Kenampakan lain yang
dihasilkan dari suatu tide-dominated delta adalah dijumpainya banyak struktur linear yang
parallel dengan aliran pasang-surut dan tegak lurus dengan pantai.

Erosi merupakan salah satu kontrol penting pada tide-dominated delta, seperti pada Delta
Gangga (India), terutama yang diendapkan pada lingkungan submarine, dengan sand bars
dan punggungan yang menonjol. Hal ini cenderung untuk menghasilkan struktur dendritik.
Tide-dominated deltas dapat dibedakan dari river- atau wave-dominated deltas, yang
cenderung mempunyai beberapa distributaries utama. Satu kali river- atau wave-distributary
tertimbun lumpur, maka river- atau wave-distributary tersebut rusak, dan satu channel baru
terbentuk di beberapa tempat. Pada tide-dominated deltas, distributaries baru terbentuk
ketika air mendominasi lingkungan sekitarnya (banjir atau gelombang badai).

1.2 Tujuan
a. Mengetahui morfologi tide-dominated delta
b. Mengetahui karakteristik fisik dari tide-dominated delta
c. Mengetahui kenampakan khusus dari tide-dominated delta
d. Mengetahui transportasi sedimen pada tide-dominated delta
e. Mengetahui proses hidrologi pada tide-dominated delta
f. Mengetahui dinamika Nitrogen pada tide-dominated delta
g. Mengetahui habitat dan ekologi pada tide-dominated delta
h. Mengetahui evolusi pembentukan tide-dominated delta
i. Melihat contoh studi kasus mengenai tide-dominated delta
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Morfologi

Tide-dominated deltas berhubungan dengan suatu sungai yang terhubung secara langsung
ke dalam lautan melalui channel-channel yang diapit oleh dataran banjir bervegetasi rendah
dan daerah-daerah berawa. Akibat dari dominasi proses pasang-surut ini, geomorfologi tide-
dominated deltas memperlihatkan suatu tonjolan bukit berbentuk corong ke arah daratan,
kemudian sungainya terhubung dengan laut melewati suatu seri distributary channels.
Channel-channel ini kemungkinan terpisahkan oleh adanya ekspansi yang besar pada daerah-
daerah rawa (Bhattacharya et al., 1992, Woolfe et al., 1996).

Di Australia, tide-dominated deltas sangat melimpah, terutama di pantai sebelah timur-


laut. Morfologi ini merepresentasikan bentuk ‘mature’ dari tide-dominated estuaries, yang
secara luas telah diisi oleh sedimen terrigenous dan sedimen laut (Heap et al., In Press).
Karena proses transportasi net-bedload terjadi pada offshore, tide-dominated deltas tidak
menunjukkan morfologi channel 'straight-meandering-straight' seperti kebanyakan pada
tide-dominated estuaries (Dalrymple et al., 1992). Disebabkan adanya perbedaan tingkat
derajat pengisian sedimen, satuan geomorfologi mungkin tidak menunjukkan adanya
morfologi antecedent valley.

Tidal sand banks merupakan suatu elemen struktur mayor pada tide-dominated deltas
yang orientasinya tegak lurus dengan arah pantai dan parallel dengan arah arus pasang-surut
dominan. Tidal sand banks biasanya dipotong oleh deep channel yang memiliki arus pasang-
surut yang kuat (Jones et al., 1993).

Australia memiliki musim kering yang relatif tinggi, berelief rendah, dan kekhasan
geologi yang dihasilkan dari perbedaan delta-delta yang besar (world standards). Asosiasi
sistem sungai kontinen dan total discharge material terrigenous kecil (Fryirs et al., 2001).
Dominansi transportasi sedimen offshore secara umum berenergi gelombang rendah pada
pantai, yang diartikan bahwa tide-dominated deltas secara umum mengkonstruksi lobate
shoreline 'protuberance’ yang memanjang ke arah inner continental shelf. Arus pasang-surut
yang kuat dihasilkan oleh tingkat pasang-surut yang luas, tide-dominated deltas secara umum
ber-turbiditas tinggi.

Geomorphology

Limmen Bight River (NT)

Norman River (QLD)


Burdekin River (QLD)

Gambar 1. Morfologi tide-dominated delta

2.2 Karakteristik fisik

a. Karakteristik tide-dominated delta dicirikan dengan adanya energi pasang-surut yang


relatif tinggi dibandingkan dengan energi gelombang pada mulut sungai. Energi ini dapat
dibedakan dari tide-dominated estuaries yang disebabkan oleh energi sungai yang tinggi.
b. Energi pasang-surut yang sangat besar sedikit berkurang ketika mencapai arah daratan
dan membentuk funnel shaped mouth.
c. Energi gelombang berkurang ketika mencapai laut lepas, dan dapat membelok secara
cepat ke arah daratan.
d. Energi sungai masih tersisa di sepanjang channel dengan kekuatan yang sedang-tinggi,
akan tetapi drop secara signifikan sebagai channel yang meluas ke arah mulut sungai.
e. Pada mulut sungai, arus pasang-surut berenergi sedang-tinggi mentransport sedimen-
sedimen kasar ke dalam channel dari offshore dan membentuk tidal sand banks yang
memanjang.
f. Daerah ekstensi dari intertidal flats, mangroves, dan saltflat/ saltmarshes terbentuk di
sisi-sisi channel.

Gambar 2. Karakteristik fisik tide-dominated delta


2.3 Kenampakan khusus

a. Keanekaragaman bentuk morfologi seperti marine, brackish, subtidal, intertidal dan


supratidal estuarine habitats terbentuk. Daerah intertidal dan supratidal bersifat
ekstensif, di mana pada beberapa area arus turbidit menghalangi pertumbuhan rumput
laut.
b. Saluran masuk (entrance) yang luas akan menaikkan efisiensi marine flushing.

c. Aliran sungai secara khas tinggi, banjir mungkin dapat mencapai air laut, dan terbilasnya
air dari delta.

d. Secara alamiah, arus turbidit tinggi dengan turbulensi kuat yang diinduksikan oleh proses
pasang-surut.

e. Lingkungan di sekitarnya seperti intertidal flats, mangroves, saltmarshes dan saltflats


kemungkinan di-trapping oleh sedimen terrigenous dan polutan. Aliran sungai dan
marine flushing mengakibatkan beberapa material laut hilang ke arah pantai. Perubahan
pasang surut di lingkungan sekitanya mendorong trapping dan proses denitrifikasi
igenous nutrient loads.

f. ‘Mature’—dalam istilah evolusi, artinya bahwa morfologi daerah tersebut cenderung


stabil (stable sea level).

2.4 Transportasi sedimen

a. Pengisian sedimen dari catchment

Sedimen halus dan kasar masuk ke dalam delta dari catchment aliran sungai dengan
suplai yang bervariasi, bergantung pada kondisi iklim, catchment lokal, dan volume
masukan sungai. Bagaimanapun, masukan sedimen yang berasal dari catchment ke dalam
muara dan delta umumnya cukup tinggi.

b. Pengendapan sedimen halus

Pengendapan sedimen halus (termasuk lempung, lumpur, dan material organik) terjadi
pada dataran banjir selama high flow events (Jones et al., 1993). Proses-proses ini
ditingkatkan lagi akibat adanya buffling karena terdapat vegetasi pada dataran banjir yang
berasosiasi dengan lahan gambut dan marsh, melewati akresi vertikal yang pelan pada
dataran banjir. Beberapa pengendapan sedimen secara lateral terjadi, termasuk di
dalamnya berkembang endapan-endapan sedimen kasar pada point bar.

c. Suspensi sedimen

Sedimen terlarut dalam jumlah besar merupakan ciri khas dari tide-dominated deltas; arus
pasang-surut yang kuat secara kontinu mengendapkan kembali sedimen halus di dalam
channel, dengan demikian kolom air secara alamiah tinggi (Turner et al., 1994, Wells,
1995). Suspensi sedimen halus dan sedimen kasar (sebagai bedload), bergerak sepanjang
dasar channel-channel delta. Jumlah sedimen halus dan kasar dapat terkumpul secara
temporer di dalam channel, membentuk tidal sand banks. Satu zona dengan suspensi
sedimen yang abnormal dapat terjadi di beberapa tide-dominated deltas, dikenal sebagai
turbidity maximum (Wells, 1995). Kenampakan transient secara khas berkembang sebagai
suatu hasil dari trapping dan resuspensi partikel-partikel yang berkontribusi dalam
pengendapan material pada tidal sand banks. Ebb tides dan flood tides dapat mengikuti
channel mutually-evassive yang bermigrasi secara periodik. Pengendapan secara khas
tidak terjadi pada dasar channel akibat adanya arus yang kuat (Nichols 1999, Green et al.,
2000, Harris, 1988).

d. Erosi dan pengendapan sedimen halus

Sedimen halus mengalami proses pengendapan dan erosi terjadi pada extensive intertidal
flats (Dyer, 1998, Woodroffe et al., 1999, Masselink et al., 2000). Pengendapan dibantu
oleh aktivitas biologi seperti proses burrowing dan improved cohesiveness (Ruddy et al.,
1998, Murray et al., 2002), di mana erosi secara khas berhubungan dengan badai dan arus
pasang-surut (Dyer, 1998). Material yang lebih kasar juga diendapkan pada sisi
lingkungan delta oleh arus pasang-surut dan adanya peristiwa banjir. Saat ini, intertidal
flats cenderung meluas ke arah daratan (Nichols 1999, Green et al., 2001).

e. Lingkungan mangrove
Lingkungan mangrove yang diselingi tidal drainage channels dan flank tide-dominated
deltas, dianggap sebagai suatu depocentre untuk sedimen halus. Tidal asymmetry (high
flood dan low Ebb tides energy) di-buffling oleh vegetasi mangrove dan perkolasi air
pasang-surut. Geronggangan binatang dihasilkan dari pengendapan sedimen halus dan
material organik yang cepat (Bowers et al., 1997, Alongi et al., 2001). Saat ini,
lingkungan mangrove cenderung meluas ke arah lautan dan menggantikan intertidal flats
(Woodroffe et al., 1999).

f. Lingkungan saltflat

Lingkungan saltflat hanya terbentuk selama king tides, di mana beberapa pengendapan
sedimen halus terbentuk (Flood et al., 1986). Sedimen pada lingkungan supra-tidal
(termasuk dataran banjir) kebanyakan didominasi oleh lumpur yang diendapkan selama
terjadinya banjir sungai atau arus pasang-surut yang tinggi (Roy et al., 1981). Ebb tide
waters sering mengalir balik ke arah channel muara sungai utama melewati tidal drainage
channels.

g. Pertukaran sedimen pada mulut delta

Mayoritas pengendapan ke arah daratan terjadi pada mulut delta serta hasil ekspor
sedimen ke arah lingkungan laut (Jones et al., 1993). Suspensi sedimen halus biasanya
tertransport ke arah off-shore, di mana sedimen-sedimen yang berukuran kasar cenderung
terakumulasi ke dalam off-shore membentuk Ebb-tidal delta. Sejumlah sedimen kasar
dapat terkumpul di dalam channel, membentuk tidal-sand banks yang dihasilkan ketika
terjadi ekspansi ke arah lautan pada intertidal habitats. Kemampuan men-trapping
sedimen pada tide-dominated deltas cenderung medium-rendah, seperti kebanyakan
sedimen yang terbilas melalui channel-channel delta dan diendapkan ke dalam laut (Harris
et al., In Press).
Gambar 3. Proses transportasi sedimen dalam lingkungan tide-dominated delta

2.5 Proses hidrologi


a. Suplai air tawar

Suplai air tawar berasal dari catchment. Meskipun demikian, volume masukan air tawar
bervariasi secara regional dan bergantung pada catchment, iklim, dan musim.

b. Volume Air tawar

Jumlah volume air tawar kemungkinan dapat menyebabkan stratifikasi yang signifikan
pada channel, yang bervariasi sesuai dengan musim (seasonal flow). Gaya buoyant yang
bekerja pada air tawar bersalinitas rendah cenderung untuk membuatnya mengambang di
atas air berdensitas tinggi (air laut). Turbulensi dan tingkat pasang-surut yang tinggi yang
berasosiasi dengan arus pasang-surut cenderung mempercepat proses mixing antara air
tawar dengan air laut.

c. Salt-wedge

Salt-wedge, merupakan suatu proses intrusi dari air laut bersalinitas tinggi yang
menembus delta melalui entrance yang lebar. Proses mixing terjadi antara less-dense
freshwater dan higher-density marine water. Salt-wedge secara khas menembus
kebanyakan sistem deltaik (melewati large tidal prism dan tidal amplification). Jarak
penetrasi salt-wedge masuk ke dalam delta bergantung pada angka aliran fluvial dan
tingkat pasang-surut yang terbentuk (Kurup et al., 1998, Wolanski, 1986b). Aliran arus
yang terbentuk pada channel sangat besar, mengikuti suatu cross-sectional area yang
kecil, dan residence time of water (waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir
melewati delta) secara khas pendek. Selama periode extreme flow, air tawar dapat
mendorong air asin ke arah lautan, di luar mouth.

d. Pertukaran air tawar dengan air laut

Pertukaran terjadi melalui entrance yang lebar pada suatu delta. Daerah pada tide-
dominated deltas secara umum terbilas dengan baik (well-flushed), diikuti suatu delta
prism dengan magnitude yang lebih besar dibandingkan dengan input air sungai.
Konsekuensinya adalah air dengan salinitas tinggi terbentuk ke arah head dari tide-
dominated delta yang secara langsung dipengaruhi oleh sungai, di mana daerah yang lebih
rendah dan entrance secara khas mengandung air dengan salinitas yang mendekati laut
terbuka. Banjir dan Ebb tides kemungkinan mengikuti rute yang berbeda, baik di dalam
maupun di luar delta, dan tidal prism cenderung menjadi besar. Kecuali selama kondisi
banjir, volume airtawar secara khas kecil dibandingkan dengan volume tidal prism yang
besar (Heap et al., 2001).

e. Delta-top environments

Delta-top environments (marshes berelevasi rendah) merupakan subjek dari tidal


influence, sedangkan channel-channel adalah subjek cadangan dalam aliran yang terbentuk
pada periode stagnasi ketika suatu flood tide seimbang dengan fluvial discharge. Daerah
overbank pada top delta menjadi lebih banjir selama periode-periode fluvial discharge
yang berpasangan dengan arus pasang-surut yang tinggi (Nichols, 1999). Masa
pembanjiran cukup jarang terjadi pada lingkungan saltflats (3-4 hari per bulan),
menghasilkan air tanah bersalinitas tinggi dan seringkali suatu saline crust pada
permukaannya (Ridd et al., 1997).

f. Evaporasi

Evaporasi merupakan suatu proses yang siginifikan dalam tide-dominated deltas pada
extensive intertidal area (bergantung pada kondisi iklim). Meskipun demikian, proses
evaporasi yang terbentuk tetap tidak dapat melampaui input air sungai.

Gambar 4. Proses-proses hidrodinamik dalam tide-dominated delta


2.6 Dinamika Nitrogen

a. Total Nitrogen dari dalam catchment

Nitrogen, baik sebagai partikel maupun larutan, masuk ke channel-channel delta dari titik
sumber dalam catchment. Aliran sungai dan nutrient yang masuk secara regional
bervariasi, bergantung pada kondisi iklim dan catchment lokal. Secara khas, proporsi
catchment yang tinggi berasal dari material nutrient yang tertrasport ke dalam estuaries
dan delta (Harris, 2001).

b. Limited depositions

Limited deposition pada partikel Nitrogen terbentuk pada sedimen-sedimen dataran banjir
ketika kenaikan aliran air terjadi. Proses-proses ini ditingkatkan lagi dengan adanya efek-
efek buffling akibat adanya vegetasi pada dataran banjir. Proses-proses biologi juga
menaikkan Nitrogen inorganik terlarut yang muncul pada sisi-sisi channel sungai.

c. Sediment mangrove

Sediment mangrove adalah suatu ‘net sink’ untuk Nitrogen inorganik particular dan
terlarut (Alongi, 1996). Kenaikan jumlah nutrient dikendalikan oleh produktivitas tanaman
yang tinggi dan aktivitas mikroba. Fiksasi Nitrogen (percampuran Nitrogen atmosfer
membentuk campuran Nitrogen organik) aktif terjadi pada zona perakaran dan
berkontribusi terhadap jumlah Nitrogen inorganik terlarut (Kristensen et al., 1998).
Beberapa Nitrogen bebas yang ada di atmosfer membentuk gas N 2 melalui proses
denitrifikasi (Rivera-Monroy et al., 1996, Trott et al., 2000). Partikel Nitrogen secara khas
dibentuk oleh biota-biota laut seperti kepiting, terekspor ke pantai dalam bentuk daun
busuk dan materi partikel yang baik (Ayukai et al., 1998). Material ini ter-redistribusi
selama terjadi Ebb tides dan mungkin dapat terekspor dari delta.

d. River-borne Nitrogen

Mayoritas total Nitrogen river-borne tertransport menuju delta akibat adanya perubahan
arus bawah yang kuat. Pengendapan tidak terjadi dalam channel akibat gaya pasang-surut
yang kuat dan fluvial scouring. Penetrasi dari arus pasang surut yang kuat dihasilkan
dalam channel delta berturbiditas tinggi yang cenderung untuk membatasi aktivitas
phythoplankton (Cloern, 1987, Monbet, 1992).

e. Aktivitas pasang-surut

Ativitas pasang-surut pada sisi-sisi delta memindahkan partikel Nitrogen dan Nitrogen
inorganik terlarut ke dalam intertidal flats (Alongi et al., 1999), di mana beberapa
Nitrogen inorganik terlarut dikonversi menjadi partikel Nitrogen melalui aktivitas micro-
algae benthik.

f. Perubahan muka air laut

Suatu proporsi dari beban total Nitrogen yang besar diendapkan melalui mulut delta ke
dalam lingkungan laut. Asimilasi nutrien-nutrien yang dihasilkan dari phythoplankton laut
memiliki kekhasan, bergantung pada lingkugan laut itu sendiri.

Gambar 5. Proses-proses dinamika Nitrogen pada tide-dominated deltas


2.7 Habitat dan ekologi

Tide-dominated deltas terdiri dari channel-channel, intertidal mudflats, mangrove,


saltrmarshes, dan saltflats (Semeniuk, 1982). Habitat ini secara umum dapat mensupport
spesies-spesies laut untuk berkembang, meskipun biota pada sistem ini kurang
terdokumentasi secara baik dibandingkan dengan wave-dominated counterparts (Dalrymple
et al., 1992). Produktivitas tanaman naik dengan naiknya jumlah pasang-surut (Morrisey,
1995). Hutan mangrove littoral banyak dijumpai di tide-dominated deltas Australia,
meskipun tide dominated deltas memiliki hutan mangrove dan saltmarsh yang relative lebih
jauh dengan estuaries (Woodroffe et al., 1989). Datarannya ditumbuhi rerumputan dan
tanaman obat seperti halnya pada daerah berair tawar dan vegetasi dataran banjir (contohnya
Melaleuca spp.) yang dipengaruhi oleh proses pasang-surut. Air turbidit pada delta
menghalangi pertumbuhan subaquatic benthic macrophytes (seperti rumput laut) secara luas,
juga membatasi distribusi dan habitat phytoplankton di kedalaman laut. Organisme ini
mampu bertahan dengan baik pada lautan dengan turbiditas yang rendah (Semeniuk, 1996).

2.8 Evolusi

Pada tahap akhir evolusi delta/ pengisian sedimen, hubungan antara channel sungai dan
delta inlet mengalami kenaikan. Sedimen fluvial secara langsung ditransmisikan ke dalam
lautan, seperti pada kebanyakan system yang dibentuk oleh suatu dataran banjir (Evans et al.,
1992). Distribusi lingkungannya terdiri dari intertidal flats, mangrove, dan saltmarshes
secara signifikan dibedakan dari tide-dominated estuaries, kecuali dari formasi tidal sand
banks ke arah lautan pada mulut sungai sampai pada transportasi net off-shore bedload. Tide-
dominated deltas telah melewati satu titik perkembangan di mana evolusi lebih lanjut terjadi
(progradasi garis pantai ke dalam inner continental shelf), meskipun proses ini dapat dibatasi
oleh suplai sedimen dan efek redistribusi sedimen akibat arus pasang-surut (Heap et al., In
Press).
BAB III

STUDI KASUS

The Sedimentologi of the Early Miocene, Lower Sihapas Sandstone Reservoirs in the
Kurau Field, Malacca Strait PSC, Central Sumatera Basin, Indonesia

Abstraksi

Sumur eksplorasi MSBG-1 telah dibor pada tahun 1986 sebagai sumur onshsore pertama
untuk mengetes low relief structural play di Malacca Strait PSC. Objek penelitian primer dari
sumur tersebut adalah Early Miocene Lower Sihapas fluvio-deltaic sands terbukti produktif
tidak hanya di Malacca Strait PSC, tetapi juga di tempat lain di Central Sumatera Basin.
Ketersediaan seluruh data termasuk suatu complete single parasequence menunjukkan suatu
siklus progradasional dengan ketebalan sekitar 110 kaki dari delta front melalui tidal flat
sampai endapan-endapan distributary channel yang ditutupi oleh channel abandonment
facies.

Data dari core wireline logs mengindikasikan bahwa Lower Sihapas sediments
diendapkan pada suatu lingkungan tidally dominated delta akibat dari perubahan relatif
muka air laut, dihasilkan dari penumpukan satuan-satuan reservoir secara berulang-ulang.
Tidak jelas apakah perubahan relatif muka air laut yang menyebabkan lobe switching,
tektonisme, atau eustacy.

Stratigrafi Lower Sihapas Formation secara langsung berkontribusi terhadap besarnya


cadangan Kurau Field dengan jalan penumpukan reservoir dan seal couplets yang
memungkinkan terjadinya penumpukan kolam-kolam minyak yang sangat besar dalam suatu
single anticlinal structure. Angka kumulatif minyak pada umur eksplorasi MSBG-1 adalah
sekitar 8447 BOPD dari lima interval dan terbukti menjadi discovery well pada Kurau Field
yang saat ini diperkirakan mengandung lebih dari 150 juta barrel minyak.
Gambar 6. Model pengendapan pada Formasi Sihapas Bawah
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Delta yang terbentuk akibat dari interaksi energi pasang-surut yang kuat diklasifikasikan
sebagai tide-dominated deltas. Ketika sedimen dari delta dibawa masuk ke dalam laut, arus
pasang-surut dan flood tides membawa sedimen menuju delta plain dan arus pasang-surut
yang lemah membawa sedimen ke arah lautan.

Tide-dominated deltas secara khas muncul di daerah-daerah dengan tingkat pasang-surut


yang luas dan kecepatan pasang-surut yang tinggi. Erosi yang kuat pada lingkungan tide-
dominated deltas cenderung menghasilkan struktrur dendritik.

Studi kasus di Lapangan Kurau, Selat Malaka PSC (Cekungan Sumatera Tengah)
menunjukkan bahwa tide-dominated deltas berperan sebagai lingkungan pengendapan
sedimen-sedimen pada Formasi Sihapas Bawah, dan juga secara langsung berkontribusi
terhadap jumlah cadangan minyak di Lapangan Kurau, Selat Malaka PSC.

4.2 Saran

Penyusun menyadari bahwa di dalam paper ini masih terdapat banyak kekurangan, baik
dari isi materi, referensi, maupun sistematika penulisan. Untuk itu, penyusun sangat
mengharapkan kritik maupun saran dari pembaca agar dalam penyusunan paper selanjutnya
menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Murphy, Jon. 1993. The Sedimentary of the Early Miocene, Lower Sihapas Sandstones
Reservoirs in the Kurau Field, Malacca Strait PSC, Central Sumatera Basin,
Indonesia. Proceedings Indonesian Petroleum Association, October 1993.

Walker, R.G. and James, N.P. 1992. Facies Models: Response to Sea Level Change.
Geological Associations of Canada.

Anda mungkin juga menyukai