Anda di halaman 1dari 5

Rifting

Istilah rift merupakan suatu terminologi yang berkaitan dengan suatu sistem tektonik
regangan (rezim ekstensional) yang diikuti oleh pembentukan sesar-sesar normal yang
berorientasi tegak lurus terhadap arah tegasan tektonik terlemah dan disertai dengan gejala
pembentukan cekungan. Enam penyebab terjadinya rifting dapat dijelaskan melalui Gambar
1.

Gambar 1. Penyebab terjadinya rifting (Van der Pluijm & Marshak, 2004).
Half Graben

Pembentukan sesar-sesar normal selama rifting berlangsung mengakibatkan adanya bagian


kerak yang berkait dengan bidang sesar yang turun (mengalami subsiden). Bagian yang turun
ini secara tidak langsung membentuk cekungan yang kemudian terisi oleh lapisan-lapisan
sedimen. Bentukan horst dan graben merupakan hasil dari rifting. Bagian kerak yang relatif
naik disebut dengan horst sedangkan yang turun disebut graben. Apabila bagian yang turun
tersebut hanya dibatasi oleh satu bidang sesar normal saja, maka cekungan yang terbentuk
pada bagian yang turun tersebut disebut sebagai cekungan half graben (Gambar 2). Pada
mula-mula berkembangnya konsep rifting pembentukan cekungan sedimentasi dianggap
terjadi melalui konsep horst dan graben, namun beberapa fakta yang terdapat pada Teluk
Suezz (dan cekungan-cekungan rifting lainnya) menunjukan bahwa konsep half graben lebih
cocok digunakan untuk menjelaskan terjadinya rifting.

Gambar 2. Dua konsep pensesaran pada zona rifting. (a) Penampang yang mengilustrasikan
salah satu konsep half graben dan (b) Penampang yang menunjukan
konsep horst dan graben (Van der Pluijm & Marshak, 2004).

Rift-related sediments

Ada tiga penamaan umum yang berkaitan dengan lapisan-lapisan sedimen yang terbentuk di
zona rifting, ketiga istilah tersebut yaitu: sedimen pre-rift, sedimen syn-rift, dan
sedimen post-rift. Sedimen pre-rift merupakan sedimen yang terendapkan pada saat sesar-
sesar normal yang mengontrol terjadinya rifting belum aktif. Sedimen syn-rift merupakan
sedimen yang terendapkan pada saat rifting berlangsung (sesar-sesar normal aktif).
Sedimen post-rift merupakan sedimen yang terendapkan pada saat sesar-sesar normal yang
mengontrol terjadinya rifting tidak aktif lagi. Jadi urut-urutan pembentukan sedimen pada
daerah yang pernah mengalami rifting adalah pre-rift, syn-rift, dan post-rift.

Sedimen Pre-rift

Pada umumnya sedimen pre-rift ini adalah sedimen-sedimen berumur tua pada cekungan.
Salah satu ciri yang dapat digunakan untuk mencirikan sedimen ini adalah memiliki
ketebalan yang hampir sama di bagian graben, sedangkan di bagian horst biasanya lebih tipis
atau nyaris tidak ada disebabkan oleh erosi yang terjadi pada saat bagian ini berkembang
menjadi daerah tinggian ketika rifting berlangsung. Sedimen ini tidak selaras dengan
sedimen syn-rift yang diendapkan diatasnya. Kadangkala sedimen post-rift tidak hadir pada
suatu cekungan rifting. Konsekuensinya, sedimen syn-riftdiendapkan langsung di atas batuan
dasar beku dan metamorf.

Sedimen Syn-rift

Sedimen syn-rift pada konsep half graben memiliki ciri memiliki ketebalan yang tidak
seragam pada bagian graben. Sedimen ini menebal mendekati bidang sesar normal, menipis
menjauhi bidang sesar normal, dan nyaris tidak diendapkan pada bagian horst. Seringkali
sedimen syn-rift ini terdiri dari urut-urutan endapan sungai, fan delta dan lacustrine, dan laut
dangkal.

Sedimen Post-rift

Sedimen post-rift pada umumnya diendapkan secara selaras di atas sedimen syn-rift. Sedimen
ini memiliki ciri memiliki ketebalan yang relatif seragam di bagian horst maupun graben.
Untuk kasus dimana terjadi kenaikan air laut yang cepat pada saat rifting berhenti,
batugamping terumbu dapat tumbuh pada daerah-daerah tinggian (biasanya horst) dan
bersifat lebih napalan di bagian yang lebih rendah.
Zona Rifting Afrika Timur (www.flashearth.com). Lembah yang memanjang pada gambar di
atas dari Great Rift Valleysamai Danakil Depression (melewati selatan Addis Ababa sampai
Djibouti) merupakan bagian dari zona pemekaran (rifting) tengah benua Afrika Timur.

Contoh Cekungan Rift

Dari sekian banyak cekungan rift di dunia, Cekungan Jawa Barat Utara merupakan contoh
yang menarik. Beberapa peneliti, seperti Amril Adnan, Sukowinoto, dan Supriyanto (1991)
serta Peter J. Butterworth dan Christopher D. Atkinson (1993) menyatakan bahwa ada 2
fasa/tahapan sedimentasi syn-rift pada cekungan ini, fasa pertama terjadi pada saat
pengendapan Formasi Jatibarang lalu fasa kedua terjadi pada saat pengendapan Formasi
Talang Akar Bawah (Lower TAF). Sedangkan sedimen Formasi Talang Akar Atas (Upper
TAF) dan Baturaja dianggap berperan sebagai sedimen post-rift. Meskipun demikian, tetap
ada peneliti yang menganggap Jatibarang tidak sebagai endapan syn-rift dan
menggolongkannya sebagai pre-rift.
Gambar 3. Profil Stratigrafi Cekungan Jawa Barat Utara (Butterworth dan Atkinson, 1993).

Referensi:

Butterworth, Peter J. dan Christopher D. Atkinson, 1993. Syn-rift Deposits of The Northwest
Java Basin: Fluvial Sandstone Reservoirs and Lacustrine Source Rocks. Indonesian
Petroleum Association, Clastic Core Workshop.

Van der Pluijm, Ben A. dan Stephen Marshak, 2004. Earth Structure: An Indroduction to
Structural Geology and Tectonics(2nd Editon). New York: W. W. Norton & Company, Inc.

Anda mungkin juga menyukai