wrenching dan kompresi. Rezim dasar ini juga berlaku dibeberapa tempat di Asia Tenggara,
dan suksesi stratigrafi skala besar (orde pertama transgressive, banjir, dan siklus regresif)
umum untuk berbagai wilayah geografis di kawasan ini (Koesoemadinata, 1969; Daly et al,
1991;. Doust dan Sumner , 2007; Hall, 2009).
Gaya extensional pada eosen sampai oligosen awal yang berarah NW-SE
menghasikan serangkayan horst dan graben yang berarah N-S dan zona shear dengan arah
NW-SE. Seiring dengan pembentukan horst dan graben tersebut pada Oligosen diendapkan
Formasi Bampo dan Formasi Bruksah dengan sedimen yang berasal dari dinding horst dan
graben. Kemudian sebelum berakhirnya rifting diendapkan Formasi Belumai dan Formasi
Petu dengan shallow marine sediment. Setelah rifting berakhir atau post-rift yaitu pada
miosen tengah terjadi subsidence. Pada awal miosen tengah diendapkan Formasi Baong
dengan sedimen laut dalam yaitu berupa lempung massive. Pada pertengahan miosen terjadi
uplift Barisan yang membentuk suatu daratan dan lingkungan pengendapan delta pada daerah
tersebut yang menghasilkan batupasir pada Formasi Baong. Pada akhir miosen tengan terjadi
pendalaman yang hingga diendapkan lagi massive lempung Formasi Baong. Kemudian pada
miosen akhir mulai terbentuk rezim kompresi beriringan dengan diendapkannya Formasi
ketapang pada laut dangkal. Pada Mio-Plosen kompresi semakin berlanjut mengakibatkan
Bukit Barisan mengalami pengangkatan, dan pada saat itu juga diendapkan Formasi Seurela
dan Formasi Julurayeu dengan lingkungan pengendapan alluvial sampai laut dangkal.
2.
c. dissected anticline
4.
4.1. Gross Sand (GS) thickness _ tebal stratigrafis antara dua top reservoir
4.2. Net Sand (NS) thickness _ tebal stratigrafis hasil GS yang di potong nilai cut off
Vshale
4.3. Net Effective Sand (NES) thickness _ tebal stratigrafis hasil NS yang di potong nilai
cut off Porosity.
4.4. Net Pay (NP) thickness_ tebal stratigrafis hasil NES yang di potong nilai kontak
fluida (OWC atau GWC)
GG
NENE
S S
N
P
N
N
5. Chronostratigrafi