Anda di halaman 1dari 6

BAB 5

SEJARAH GEOLOGI

Sejarah geologi merupakan suatu pemahaman tentang sejarah ataupun


genesa terbentuknya suatu lahan yang ada pada bumi yang dalam kaitannya
menggunakan prinsip-prinsip ilmu geologi didalamnya. Sejarah geologi dapat
menjadi petunjuk bagaimana proses yang akan terjadi selanjutnya dari kejadian
sebelumnya yang pernah terjadi. Sejarah geologi pada daerah penelitian kaitannya
dengan sejarah geologi pegunungan selatan karena sebagian besar hasil dari
produk pegunungan selatan.

5.1. Sejarah Geologi Pegunungan Selatan

Menurut Surono (2009) sejarah geologi zona Pegunungan Selatan Jawa


Timur dimulai pada Kala Eosen Tengah sampai dengan Eosen Akhir . Mula-mula
terendapkan Formasi Wungkal-Gamping, di bagian bawah terdiri dari perselingan
antara batupasir dan batulanau. Sebagian dari satuan batuan ini semula merupakan
endapan laut dangkal yang kaya akan fosil. Karena pengaruh gaya berat di lereng
bawah laut, formasi ini kemudian meluncur ke bawah dan diendapkan kembali di
laut dalam. Pada Formasi ini terdapat terobosan yaitu intrusi diorite pendul.
Kemudian terjadi pengangkatan yang menyebabkan erosi pada kisaran umur
Oligosen Awal – Tengah. Kemudian terjadi sedimentasi pada umur Oligosen
Akhir – Miosen Awal, yaitu formasi Kebo-Butak. Litologi penyusun formasi ini
di bagian bawah berupa batupasir berlapis baik, batulanau, batulempung, serpih,
tuf dan aglomerat.
Bagian atasnya berupa perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan
tipis tuf asam. Setempat di bagian tengahnya dijumpai retas lempeng andesit-basal
dan di bagian atasnya dijumpai breksi andesit. Lingkungan pengendapannya
adalah laut terbuka yang dipengaruhi oleh arus turbid, pada akhir pembantukan
formasi ini dipengaruhi oleh adanya aktivitas gunungapi.Pada Kala Miosen Awal
(N6 – N7) terjadi peningkatan aktivitas gunungapi yang ditandai dengan adanya
piroklastik yang cukup luas. Endapan piroklastik menyusun satuan tuf Semilir.

28
29

Satuan ini terendapakan dengan mekanisme endapan jatuhan piroklastik. Endapan


hasil erupsi gunungapi tersebut terendapkan pada lingkungan laut dangkal.
Aktivitas gunungapi memuncak pada Kala Miosen Awal (N7).
Pada kala ini terjadi letusan besar yang bersifat destruktif, membentuk
sistem kaldera. Letusan tersebut bersifat eksplosif dan menghasilkan material
gunungapi berupa pumis yang membentuk satuan breksi pumis Semilir. Satuan
breksi pumis Semilir ini terendapkan dengan mekanisme jatuhan piroklastik. Pada
fase ini pula terbentuk kaldera pada bagian puncak gunungapi dan merusak
sebagian besar dari tubuh gunungapi. Kemudian diikuti oleh fase konstruktif
dengan adanya aliran lava yang menyusun bagian bawah dari satuan breksi
andesit Nglanggran.Selain menghasilkan material gunungapi melalui mekanisme
jatuhan piroklastik, gunungapi tersebut juga menghasilkan material melalui
mekanisme aliran lava dan aliran piroklastik yang menempati lembah-lembah
berupa endapan channel. Pada Kala Miosen Awal bagian atas hingga Miosen
Tengah bagian bawah (N7 – N9) tersebut juga terendapkan breksi andesit
epiklastik yang menyusun satuan breksi andesit Nglanggran. Bagian bawahnya
tersusun oleh breksi basal piroklastik. Satuan ini terendapkan pada lingkungan
darat dengan mekanisme high density flows. Pada fase ini, kegiatan gunungapi
sudah mulai menurun.
Kemudian pada Kala Miosen Tengah, terendapkan satuan batupasir
karbonatan Sambipitu yang didominasi oleh batupasir karbonatan yang bergradasi
secara normal menjadi batulempung karbonatan. Material ini terendapkan pada
lingkungan laut dangkal dengan mekanisme pengendapan arus turbid.Pada kala
Miosen Tengah (N9-N10) cekungan mengalami pengangkatan kepermukaan,
sehingga mengalami erosi dan terendapkan secara tidak selaras satuan
batugamping klastik. Dijumpainya batugamping yang korelasi hasil analisis
foraminifera kecil, batugamping ini masuk dalam satuan batugamping Oyo. Hal
ini menandai bahwa cekungan sedimen pada waktu itu semakin tenang yang
menendakan aktifitas vulkanisme menurun. Dalam
30

hal ini tentunya akan berkembang dengan baik secara normal yang
berkarakteristik klastik.
Pada saat pengendapan terus berlangsung dan vulkanisme menurun, tetapi
secara setempat dijumpainya tuf yang mempunyai hubungan melensa dengan
satuan batugamping Oyo. Kedapatan tuf pada satuan batugamping Oyo bisa
terjadi karena pada saat kegiatan vulkanisme menurun berarti kegiatan vulkanisme
masih berjalan. Secara genesa tuf sangat dipengaruhi oleh arah angin dan gravitasi
dan itu membentuk satuan tuf Oyo.Pada Kala Resen, sebagian material pada
tinggian Zona Baturagung mengalami pelapukan, erosi dan penggerusan oleh
aktivitas fluvial. Material hasil rombakan ini kemudian terendapkan di sebelah
utara tinggian tersebut dan membentuk satuan endapan lempung-bongkal.
Formasi wonosari tebentuk berikutnya dengan umur Miosen Tengah hingga
Pliosen. Lingkungan pengendapannya adalah laut dangkal (zona neritik) yang
mendangkal ke arah selatan dengan litologi didominasi oleh batuan karbonat yang
terdiri dari batugamping berlapis dan batugamping terumbu. Pada bagian bawah
adanya hubungan menjari dengan formasi Oyo yang berarti pembentukannya
seumur dengan formasi oyo bagian atas.Akhir pembentukan formasi Wonosari
bersamaan dengan terbentuknya formasi Kepek, batuan penyusunnya adalah napal
dan batugamping berlapis. umur Formasi Kepek adalah Miosen Akhir hingga
Pliosen.Lingkungan pengendapannya adalah laut dangkal (zona neritik)
Endapan permukaan ini sebagai hasil dari rombakan batuan yang lebih tua
yang terbentuk pada Kala Plistosen hingga masa kini. Terdiri dari bahan lepas
sampai padu lemah, berbutir lempung hingga kerakal.FormasiBesole secara
umum tersusun oleh satuan batuan volkanik (intrusi), lava dan volkanoklastik
(breksi, sisipan batupasir tufan). Urutan Formasi Besole: bagian bawah terdiri dari
breksi volkanik (pyroclastic), batupasir tufan (greywacke), sisipan crystal tuf, dan
dibeberapa tempat dijumpai intrusi (korok dasit). Bagian tengah tersusun oleh
lava dasitik, tuf dasitik, breksi volkanik, batupasir volkanik, dan sisipan lava
basaltik dengann kekar-kekar kolom, dibe-berapa tempat dijumpai intrusi korok
berkomposisi basaltis, dan dasitik.
31

Bagian atas didominasi oleh batuan volkanoklastik (perulangan


konglomerat, batupasir tufan, tuf, dengan sisipan breksi dan batulempung).
Didapat intrusi berupa volcanic neck berkomposisi andesitik. Juga dijumpai
sisipan tipis batulempung gampingan yang mengandung foraminifera planktonik
serta bongkah batu-gamping . formasi ini berumur Miosen Bawah. Fiendapakan
pada lingkungan laut dangkal.Kemudian Diendapkan formasi Jaten pada
lingkungan transisi – neritik tepi pada Kala Miosen Tengah (N9 – N10) tersusun
oleh konglomerat, batupasir kuarsa, batulempung.Selaras diatas formasi Jaten
diendapkan Formasi Wuni Berdasarkan fauna koral satuan ini berumur Miosen
Bawah (Te.5 –Tf.1), berdasarkan hadirnya Globorotaliasiakensi,
Globigerinoidestrilobus & Globigerinapraebuloides berumur Miosen Tengah
(N9-N12) (Tim Lemigas).
Formasi Nampol dengan susunan batuan sebagai berikut: bagian bawah
terdiri dari konglomerat, batupasir tufan, dan bagian atas: terdiri dari perselingan
batulanau, batupasir tufan, dan sisipan serpih karbonan dan lapisan lignit.
Diendapkan pada Kala Miosen Awal (Sartono,1964) atau Nahrowi (1979),
Pringgoprawiro (1985), Samodaria & Gafoer (1990) menghitungnya berumuri
Miosen Awal – Miosen Tengah. Ketiga formasi (Jaten, Wuni, Nampol) berhu-
bungan jari-jemari dengan bagian bawah Formasi Punung.
Pada miosen tengah terjadi pengangkatan yang menyebabkan terjadi erosi.
Sehingga Formasi Punung menumpang tidak selaras di atas forrmasi Jaten, Wuni,
Nampol. Formasi ini diendapkan pada Miosen Tengah – Atas yang terendapkan
pada lingkungan neritik tepi.Endapan yang paling muda adalah endapan terarosa
dan endapan sungai yang secara tidak selaras menutupi seri endapan Tersier.
Endapan ini berumur kuarter.

5.2. Sejarah Geologi Daerah Penelitian

Sejarah geologi daerah penelitian menjelaskan mengenai urut-urutan


pengendapan satuam batuan beserta tahapan proses geologi lain yang terjadi di
daerah penelitian. Sejarah geologi daerah penelitian dibagi menjadi beberapa fase
yaitu fase I, fase II, fase III dan fase IV.
32

A. Fase I
Pada fase ini terdapat gunungapi yang terbentuk ditengah laut yang
merupakan hasil dari zona subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng
indo-australia. Gunungapi tersebut mengalami pertumbuhan sehingga
setengah dari tubuhnya berada di permukaan.

Gambar 5.1 Ilustrasi fase I


(penyusun,2021)
B. Fase II
Pada fase ini terjadinya erupsi di gunungapi tersebut baik freatik maupun
ekplosif. Hal ini menyebabkan terendapkannya beberapa litologi secara
bersamaan yaitu tuf, breksi andesit serta aglomerat.

Gambar 5.2 Ilustrasi fase II


(penyusun,2021)
33

C. Fase III
Pada fase ini terjadilah kenaikan air laut yang menyebabkan
terendapkannya batupasir karbonatan diatas litologi tuf,breksi andesit,
serta aglomerat. Hal ini terjadi setelah adanya erupsi yang menghancurkan
sebagian tubuhnya juga.

Gambar 5.3 Ilustrasi fase III


(penyusun,2021)
D. Fase IV
Pada fase ini yaitu keadaan di saat ini terjadilah erosi serta adanya
denudasi di gunungapi tersebut serata adanya penurunan muka air laut
menyebabkan beberapa litologi tersebut tersingkap dipermukaan.

Gambar 5.4 Ilustrasi fase IV


(penyusun,2021)

Anda mungkin juga menyukai