Anda di halaman 1dari 6

BAB VIII

BENTANGALAM KARST

VIII.1 Dasar Teori


Bentangalam karst adalah bentangalam khas yang berkembang di suatu
kawasan batuan karbonat atau batuan lain yang mudah larut, dan telah mengalami
proses kartifikasi sampai pada kondisi tertentu.
Faktor-faktor Pengontrol
A. Klasifikasi Bentangalam Karst (Verstappen dan Van Zuidam)
Tabel 8.1. klasifikasi bentang alam Karst menurut Vertappen, 1985
(Sumber:www.klasifikasibentangalamkarstmenurutvertappen.com)
Sub Satuan Bentangalam Simbol
Dataran Tinggi Karst K1
Lereng dan Perbukitan Karst Terkikis K2
Kubah Karst K3
Bukit Sisa Karst K4
Dataran Aluvial Karst K5
Uvala, Dolina K6
Polje K7
Lembah Kering K8
Ngarai Karts K9

Tabel 8.2. klasifikasi bentang alam Karst menurut Van Zuidam, 1985
(Sumber:www.klasifikasibentangalamkarstmenurutvanzuidam.com)
Sub Satuan Bentangalam Simbol
Dataran karst K1
Kubah karst K2
Lereng perbukitan K3
Perbukitan sisa karst K4
Uvala atau polye K5
Ledok Karts K6
Dolina K7

VIII.2 Faktor-faktor Pembentuk Bentang Alam Karst


1. Faktor Fisik
a. Ketebalan Batugamping, batuan yang mudah larut (dalam hal ini
batugamping) yang baik untuk perkembangan topografi karst harus tebal.
Batugamping tersebut dapat masif atau terdiri dari beberapa lapisan yang

57
58

membentuk satu unit batuan yang tebal, sehingga mampu menampilkan


topografi karst sebelum batuan tersebut habis terlarutkan dan tererosi.
b. Porositas dan permeabilitas, berpengaruh dalam sirkulari air dalam batuan.
Semakin besar porositas sirkulasi air akan semakin lancar sehingga proses
karstifikasi akan semakin intensif.
c. Intensitas struktur (kekar), zona kekar adalah zona lemah yang mudah
mengalami pelarutan dan erosi sehingga dengan adanya kekar dalam batuan,
proses pelarutan berlangsung intensif. Kekar yang baik untuk proses
karstifikasi adalah kekar berpasangan (kekar gerus), karena kekar tersebut
berpasangan sehingga mempertinggi porositas dan permeabilitas. Namun
apabila intensitas kekar sangat tinggi batuan akan mudah tererosi atau hancur
sehingga proses karstifikasi terhambat.
2. Faktor Kimiawi
a. Kondisi Kimia Batuan, kondisi kimia batuan yang dimaksud adalah
komposisi dan sifat kimia (kelarutannya). Secara umum berdasarkan
komposisinya batugamping dapat dikelompokkan menjadi beberapa
kelompok, tetapi sesuai dengan namanya, batugamping sedikitnya
mengnadung 50% mineral karbonat ynag umumnya berupa kalsit (CaCO3).
b. Kondisi Kimia Media Pelarut, media pelarut dalam proses karstifikasi adalah
air alam (natural water) (Jehning, 1971 Vide Bloom, 1979). Kondisi kimiawi
media pelarut ini sangat berpangaruh pada proses karstifikasi.
c. Faktor Biologis, aktifitas biologis dapat mempengaruhi pembentukan
topografi karst, baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Bloom
(1979) aktifitas biologis (dalam hal ini tumbuh-tumbuhan dan mikrobiologis)
dapat menghasilkan humus yang akan menutupi batuan dasar. Humus ini
menyebabkan batuan dasar tersebut menadi anaerobik, sehingga air
permukaan yang masuk sampai kebatuan dasar (sampai zona anaerob)
tekanan parsial CO2nya bertambah besar sampai 10 kali lipat dibanding
dengan saat dia berada dipermukaan. Karena tekanan parsial CO2 naik, maka
kemampuan air untuk melarutkan batuan menjadi lebih tinggi. Dengan
59

demikian berarti dengan terbentuknya humus oleh aktifitas biologis, maka


proses karstifikasi berjalan lebih internsif.
d. Faktor Iklim dan Lingkungan, iklim dan lingkungan merupakan dua hal yang
sering kali sulit untuk dipisahkan. Lingkungan dalam arti sempit adalah
kondisi disekitar tempat yang dimaksud (dalam hal ini adalah lahan
pembentukan topografi kars) dan lingkungan dalam arti luas meliputi seluruh
aspek biotik dan abiotik yang ada didaerah yang dimaksud.
VIII.3 Macam-macam Bentuk Lahan Karst
Bentuklahan yang terjadi pada daerah karst dapat dikelompokkan menjadi 2
bagian, yaitu bentuklahan negatif dan bentuklahan positif.
1. Bentuklahan Negatif
Bentuklahan negatif dimaksudkan bentuklahan yang berada dibawah rata-
rata permukaan setempat sebagai akibat proses pelarutan, runtuhan maupun
terban. Bentuklahan-bentuklahan tersebut antara lain terdiri atas doline,
uvala, polje, cockpit, blind valley.
a. Doline
Doline adalah depresi tertutup hasil pelarutan dengan diameter mulai dari
beberapa meter sampai beberapa kilometer, kedalaman bisa sampai ratusan
meter dan mempunyai bentuk bundar atau lonjong.

Gambar VIII.1. Doline


(http://anugrany.blogspot.com/2012/02/)

b. Uvala
Uvala adalah cekungan tertutup yang luas yang terbentuk oleh gabungan
dari beberapa danau doline. Uvala memiliki dasar yang tak teratur yang
mencerminkan ketinggian sebelumnya dan karakteristik dari lereng doline
60

yang telah mengalami degradasi serta lantai dasarnya tidak serata polje
(Whittow, 1984).

Gambar VIII.2. Uvala


(http://anugrany.blogspot.com/2012/02/)
c. Polje
Merupakan cekungan di daerah kapur yang mempunyai drainage di bawah
permukaan. Terjadi dari perluasan uvala karena proses solusi dan collapse. Polje
ini adalah ledokan tertutup yang luas, memanjang, dasarnya mendatar, dan
dindingnya terjal di daerah kars.
d. Lembah Buta (Blind Valley)
Merupakan lembah yang mendadak berkhir atau buntu dan sungai yang
terdapat pada lembah tersebut lenyap di bawah tanah

Gambar VIII.3. Lembah Buta


(http://anugrany.blogspot.com/2012/02/l)

2. Bentuk Lahan Positif


Berada di atas permukaan rata-rata setempat akibat proses pelarutan.Bentuk
lahan positif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Kerucut Karst
61

Merupakan bentuk lahan karst tropic yang berupa sejumlah bukit berbentuk
kerucut yang kadang dipisahkan oleh cockpit saling berhubungan dan terjadi
pada suatu garis yang mengikuti pola kekar.  Lereng bukit-bukit terdiri atas
Cliff dan endapan-endapan berupa scree.
b. Menara Karst
Merupakan perbukitan belerang curam (vertikal) yang menjulang bersendiri
diantara dataran alluvial.

Gambar VIII.4. Sungai Bawah Tanah


(http://anugrany.blogspot.com/2012/02/l)
Alur di permukaan daerah karst, terjadi karena pelarutan di permukaan karst
melalui sistem diklas/kekar.
1. Gua kapur (Caves), awal terbentuknya terjadi sink hole kemudian karena
pelarutan meluas menjadi lubang tiga dimensi (Cavern), lubang terus meluas
membentuk gua kapur (Caves). Gua kapur luas yang dasarnya bertingkat
disebut Galleri.

Gambar VIII.5. Gua Kapur


(http://anugrany.blogspot.com/2012/02/)
2. Stalagtit dan Stalagmit, terjadi dari tetesan air yang mengandung larutan
kapur. Untuk membentuk Stalagtit (batu tetes yang menggantung di dinding
62

gua) dan Stalagmit (batu tetes tegak di dasar gua) diperlukan penguapan,
sehingga udara di dalam gua tidak lembab.

Gambar VIII.6. Stalagtit dan Stalagmit


(Sumber:www.stalagtitdanstalagmit.com)

VIII.4 Kesimpulan
Bentangalam karst adalah bentangalam khas yang berkembang di suatu
kawasan batuan karbonat atau batuan lain yang mudah larut, dan telah mengalami
proses kartifikasi, Faktor-faktor pengontrolyang mempengaruhi bentangalam karst
terdiri dari faktor fisik dan faktor kimiawi Bentuklahan yang terjadi pada daerah
karst dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu bentuklahan negatif dan
bentuklahan positif.hasil dari analisis dikelas menggunakan peta topografi adalah
dengan menentukan sungai bawah tanah

Anda mungkin juga menyukai