Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI

PETA BENTUK ASAL KARST


MINGGU KE-7

H. Riri, A. Ilham, A. Sirait, Depri, P. Arlan, Y. Sutantry


Shift 1
Program Studi Teknik Geologi,Jurusan TeknikManufaktur dan Mineral Kebumian
Institut Teknologi Sumatera
hasnur.119150007@student.itera.ac.id

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Geomorfologi dapat didefinisikan sebagai Ilmu tentang yang membicarakan
tentang bentuklahan yang mengukir permukaan bumi, Menekankan cara
pembentukannya serta konteks kelingkungannya (Dibyosaputro, 1998). Kondisi
geomorfologi yang dimiliki suatu daerah merupakan sumberdaya alam. Salah satu
bagian dari sumberdaya alam adalah sumberdaya lahan. Bentuk lahan kawasan karst
memiliki karakteristik berupa bentukan negative yang tertutup dengan berbagai
ukuran dan susunan, pola drainase yang terputus–putus, gua–gua dan aliran
sungai bawah tanah. Bentukan alam permukaan kawasan karst sangat beragam
dan tiap daerah memiliki ciri atau bentukan yang berbeda. Ada yang berbentuk
seperti menara atau disebut Tower Karst, ada yang berbentuk Cawan Terbalik
atau biasa disebut Conical Hill. Antara bukit–bukit Karst Tower dan Conical bisa
terlihat lembah–lembah yang lebar atau sempit. Bukit–bukit tersebut terkadang
terpisah oleh suatu dataran yang luas akan tetapi terkadang juga ada yang saling
berdempetan dengan bentuk yang simetris atau asimetris dengan tinggi yang
relative hampir sama. Kawasan Karst yang belum dijamah oleh manusia (Agraris
dan Pertambangan) biasanya masih tertutup Vegetasi yang lebat bahkan bisa
tidak terlihat dari kejauhan bahwa daerah tersebut adalah daerah karst.
Terkecuali Vegetasi tersebut telah dibabat oleh aktivitas manusia seperti,
Pertanian, Pertambangan, Penebangan Liar. Vegetasi kawasan karst juga bisa
habis akibat gerakan Gletser yang menerjang kawasan tersebut beberapa juta
tahun yang lalu. Akibat dari aktivitas tersebut maka timbullah penggundulan dan
pengikisan permukaan karst.
Perkembangan bentuklahan karst sangat bervariasi dari satu tempat ke
tempat lain. Variasi tersebut disebabkan oleh faktor-faktor yang mengontrol
perkembangannya, seperti batuan, struktur geologi, vegetasi, dan iklim.
Faktor-faktor tersebut secara bersama-sama menentukan intensitas dan
kecepatan karstifikasi. Hasil dari proses karstifikasi tersebut adalah bentuklahan
karst.

1.2. Tinjauan Pustaka


Menurut Esteban (1996), kars adalah suatu sistem yang merupakan kesatuan
pengeringan alamiah air meteorik dalam sistem terbuka yang berinteraksi
dengan formasi batuan. Mengacu Keputusan Menteri ESDM No: 1456 K/20/
Mem/2000, karst juga diartikan sebagai bentangalam pada batuan karbonat
yang bentuknya sangat khas, yaitu dicirikan oleh terdapatnya bukit-bukit kecil,
dolina atau daerahnya berupa cekungancekungan, gua, dan sungai-sungai di
bawah permukaan tanah.
Menurut Milanovic (1992), proses karstifikasi adalah kejadian eksodinamik
yang melibatkan air dan mengakibatkan struktur massa batuan mudah larut,
berubah secara berkesinambungan. Karsifikasi dapat terjadi pada tubuh batuan
mulai dari permukaan yang bersentuhan langsung dengan atmosfer, hingga
kedalaman 200-250 m. Mengacu Kep-Men ESDM No: 1456 K/20/ Mem/2000,
karstifikasi adalah proses alam yang menyebabkan terbentuknya kars akibat
peresapan dan pelarutan air (hujan) pada lapisan batugamping yang terjadi
secara alami selama ruang dan waktu geologi.
Istilah karst dikemukakan oleh para ahli geologi untuk menerangkan gejala
rupabumi yang diakibatkan oleh proses kimia dan fisika pada kawasan
berbatugamping atau batuan yang mudah larut. Meskipun demikian, tidak
berarti setiap tempat yang terdapat batugamping akan terbentuk topografi karst.
Berikut ini adalah syarat-syarat terbentuknya karst:
1. Tebal lapisan batugamping >200 m, agar memungkinkan terbentuknya
bentuklahan kars yang sempurna.
2. Harus terdapat batuan mudah larut (batugamping) di permukaan atau
sedikit di bawah permukaan.
3. Batuan ini harus kompak, banyak memiliki rekahan-rekahan dan berlapis
dan sebaiknya berlapis tipis.
4. Terdapatnya lembah-lembah utama pada ketinggian lebih rendah dari
batuan yang mudah larut ini.
5. Memiliki iklim basah dan hangat, agar memungkinkan terjadinya proses
pelarutan dan pembentukan kars.
6. Harus terdapat sekurangnya curah hujan yang sedang.
7. Adanya proses tektonik (pengangkatan) yang perlahan dan merata di
kawasan batugamping. Ukuran bentukan bentuklahan kars dipengaruhi
oleh:
a. Karakteristik mekanik (strenght), fisik (porositas dan permeabilitas),
kemurnian mineral atau kimianya.
b. Perekahan (fracturation) adalah proses mekanis yang menimbulkan
rekahan dan celahan pada batugamping. Faktor lain adalah sesar,
lipatan, bukaan pada bidang batas perlapisan, peringanan beban akibat
erosi dan pelapukan.
c. Melalui rekahan/celahan inilah air hujan dan air permukaan akan
masuk, kemudian mengakibatkan terjadinya proses pelarutan pada
batugamping.

Gambar 1. Bentuk Kawasan Karst

Karst pada umumnya terjadi pada batuan gamping dan dolomite, yang
mengandung mineral gampingan yang mudah larut (kalsit dan dolomite).
Proses Karstifikasi dari suatu satuan batuan memerlukan aliran dari air tanah
dengan volume yang besar melalui batuan dasar, karena sifat pelarutan dari
mineral-mineral ini sangat rendah. Oleh karena itu proses karstifikasi
umumnya terjadi di daerah yang lembab dan beriklim tropic, dengan tingkat
penguapan (presipitasi) dan penurapan (recharge) air tanah yang tinggi.
II. INTERPRETASI
2.1. Lahan Karst
Asal mula topografi karst adalah adanya pengendapan gamping di
dasar laut, kemudian terangkat di atas muka air laut dan selanjutnya oleh
air hujan batu gamping tersebut terlarutkan menjadi bentuk-bentuk
kubah, dan cekungan. Bila batugamping sudah terlarut biasanya akan
menyisakan bagian-bagian yang tidak dapat larut dalam air, terbentuk
persenyawaan karbonat. Sisa-sisa ini berkomposisi besi, berwarna merah
atau merah coklat.
2.1.1. Klasifikasi Lahan Karst
Berdasarkan pengembangannya:
A. Klasifikasi Cvijic (1914)
Cvijic membagi topografi karst menjadi tiga kelompok, yaitu
holokarst, merokarst, dan karst transisi.
- Holokarst merupakan karst dengan perkembangan paling
sempurna, baik dari sudut pandang bentuklahannya maupun
hidrologi bawah permukaannya. Karst tipe ini dapat terjadi
bila perkembangan karst secara horisontal dan vertikal tidak
terbatas; batuan karbonat masif dan murni dengan kekar
vertikal yang menerus dari permukaan hingga batuan
dasarnya; serta tidak terdapat batuan impermeable.
- Merokarst merupakan karst dengan perkembangan tidak
sempurna atau parsial dengan hanya mempunyai sebagian
ciri bentuklahan karst. Merokarst berkembang di
batugamping yang relatif tipis dan tidak murni, serta
khususnya bila batugamping diselingi oleh lapisan batuan
napalan. Perkembangan secara vertikal tidak sedalam
perkembangan holokarst dengan evolusi relief yang cepat.
Erosi lebih dominan dibandingkan pelarutan dan sungai
permukaan berkembang. Merokarst pada umumnya tertutup
oleh tanah, tidak ditemukan karen, dolin, goa, swallow hole
berekembang hanya setempatsetempat. Sistem hidrologi
tidak kompleks, alur sungai permukaan dan bawah
permukaan dapat dengan mudah diidentifikasi. Drainase
bawah tanah terhambat oleh lapisan impermeabel.
Klasifikasi Karst berdasarkan morfologinya:
A. Klasifikasi Gvozdeckij (1965)
Gvozdeckij mengklasifikasi karst berdasarkan pengamatannya
di Uni Soviet (sekarang Rusia). Menurutnya karst dibedakan
menjadi bare karst, covered karst, soddy karst, buried karst,
tropical karst, dan permafrost karst.
- Bare karst lebih kurang sama dengan karst Dinaric
(holokarst)
- Covered karst merupakan karst yang terbentuk bila batuan
karbonat tertutup oleh lapisan aluvium, material fluvio-
glacial, atau batuan lain seperti batupasir.
- Soddy karst atau soil covered karst merupakan karst yang
berkembang di batugamping yang tertutup oleh tanah atau
terra rosa yang berasal dari sisa pelarutan batugamping.
- Buried karst merupakan karst yang telah tertutup oleh batuan
lain, sehingga bukti-bukti karst hanya dapat dikenalai dari
data bor.
- Tropical karst of cone karst merupakan karst yang terbentuk
di daerah tropis.
- Permafrost karst merupakan karst yang terbentuk di daerah
bersalju.

Klasifikasi berdasarkan iklim:


C. Klasifikasi Sweeting (1972)
Karst menurut Sweeting diklasifikasikan menjadi true karst,
fluviokarst, glaciokarst, tropical karst, arid an semiarid karst.
Klasifikasi Sweeting terutama didasarkan pada iklim.
- True karst merupakan karst dengan perkembangan sempurna
(holokarst). Karst yang sebenarnya harus merupakan karst
dolin yang disebabkan oleh pelarutan secara vertikal.
- Fluviokarst dibentuk oleh kombinasi antara proses fluvial dan
proses pelarutan. Fluviokarst pada umumnya terjadi di daerah
berbatuan gamping yang dilalui oleh sungai alogenik (sungai
berhilir di daerah non-karst). Sebaran batugamping baik secara
lateral maupun vertikal jauh lebih kecil daripada true karst.
Perkembangan sirkulasi bawah tanah juga terbatas disebabkan
oleh muka air tanah lokal.
- Glasiokarst merupakan karst yang terbentuk karena
karstifikasi didominasi oleh proses glasiasi dan proses glasial
di daerah yang berbatuan gamping. Glasiokarst terdapat di
daerah berbatugamping yang mengalami glasiasi atau pernah
mengalami glasiasi. Glasiokarst dicirikan oleh kenampakan-
kenamapakan hasil penggogosan, erosi, dan sedimentasi
glacier. Hasil erosi glacier pada umumnya membentuk
limstone pavement. Erosi lebih intensif terjadi di sekitar kekar
menhasilkan cekungan dengan lereng terjal memisahkan
pavement satu dengan lainnya. Dolin-dolin terbentuk terutama
disebabkan oleh hujan salju. Pencairan es menhasilkan ngarai,
pothole, dan goa, Karakteristik lain dari glasiokarst adalah
goa-gaoa yang terisi oleh oleh es dan salju.
- Tropical karst berbeda dengan karst di iklim sedang dan kutub
terutama disebabkan oleh presipitasi dan evaporasi yang besar.
Presipitasi yang yang besar menghasilkan aliran permukaan
sesaat yang lebih besar, sedangkan evaporasi menhasilkan
rekristalisasi larutan karbonat membentuk lapisan keras di
permukaan. Hal ini menyebabkan dolin membulat seperti di
iklim sedang jarang ditemukan digantikan oleh dolin
berbentuk bintang yang tidak beraturan. Dolin tipe ini sering
disebut kockpit. Di antara dolin ditemukan bukit-bukit yang
tidak teratur disebut dengan bukit kerucut.
Karst tropis secara lebih rinci dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu: kegelkarst (sinoid karst, cone karst, atau
karst a piton), turmkarst (karst tower, pinacle karst, atau karst
a tourelles)
- Kegelkarst dicirikan oleh kumpulan bukit-bukit berbentuk
kerucut yang sambung menyambung. Sela antar bukit kerucut
membentuk cekungan dengan bentuk seperti bintang yang
dikenal dengan kockpit. Kockpit seringkali membentuk pola
kelurusan sebagai akibat kontrol kekar atau sesar.
Depresi atau kockpit yang terkontrol kekar atau sesar ini oleh
Lemann disebut gerichteter karst (karst oriente).
- Turmkarst/menara karst/pinacle karst merupakan tipe karst
kedua yang sering dijumpai di daerah tropis. Tipe karst ini
dicirikan oleh bukitbukit dengan lereng terjal, biasanya
ditemukan dalam kelompok yang dipisahkan satu sama lain
dengan sungai atau dataran aluvial. Tower karst dibentuk
berkembang apabila pelarutan lateral oleh muka air tanah yang
sangat dangkal atau oleh sungai alogenik yang melewati
singkapan batugamping. Beberapa ahli beranggapan bahwa
turmkarst merupakan perkembangan lebih lanjut dari
kegelkarst karena kondisi hidrologi tertentu.

2.1.2. Istilah penting lahan karst


- Doline: Monroe (1970) sebagai suatu ledokan atau lobang
yang berbentuk corong pada batu gamping dengan diameter
dari beberapa meter hingga 1 KM dan kedalamannya dari
beberapa meter hingga ratusan meter. Karena bentuknya
cekung, doline sering terisi oleh air hujan, sehingga menjadi
suatu genangan yang disebut danau doline.
Macam-macam doline:
Doline Reruntuhan, Doline Solusi, Doline Terban, Doline
Aluvial.
- Uvala: cekungan tertutup yang luas yang terbentuk oleh
gabungan dari beberapa danau doline. Uvala memiliki dasar
yang tak teratur yang mencerminkan ketinggian sebelumnya
dan karakteristik dari lereng doline yang telah mengalami
degradasi serta lantai dasarnya tidak serata polje (Whittow,
1984)
- Polje: istilah di Karst Dinaric yang berasal dari bahasa
Slovenia yang berarti ladang yang dapat ditanami. Definisi
formal pertama tentang polje dikemukaan oleh Cvijic tahun
1985 (dalam Gams, 1978) bahwa polje merupakan
bentuklahan karst yang mempunyai elemen: cekungan yang
lebar, dasar yang rata, drainase karstik, bentuk memanjang
yang sejajar dengan struktur lokal, dasar polje mempunyai
lapisan batuan Tersier.
Karakteristik Polje Menurut Gams ialah dasar yang rata dapat
merupa batuan dasar (dapat berteras) maupun tertutup sedimen
lepas atau alluvium. Cekungan tertutup yang dibatasi oleh
perbukitan dengan lereng terjal pada dua sisi atau salah satu
sisinya. Mempunyai drainase karstic, dan jika ketiga syarat
tersebut dipenuhi, dasar yang rata harus mempunyai lebar
minimum 400 meter.
- Blind Valley adalah satu lembah yang mendadak berakhir/
buntu dan sungai yang terdapat pada lembah tersebut menjadi
lenyap dibawah tanah.
- Kygelkarst merupakan satu bentuklahan karst tropic yang
didirikan oleh sejumlah bukit berbentuk kerucut, yang kadang-
kadang dipisahkan oleh cockpit. Cockpit - cockpit inisialing
berhubungan satu sama lain dan terjadi pada suatu garis yang
mengikuti pola kekar.
- Turmkarst merupakan istilah yang berpadanan dengan menara
karst, mogotewill, pepinohill atau pinnacle karst. Turmkarst
merupakan bentukan positif yang merupakan sisa proses
solusional. Menara karst/ tumkarst terdiri atas perbukitan
belerang curam atau vertical yang menjulang tersendiri
diantara dataran alluvial.
- Beberapa bentukan lain di daerah Karst:
a. Sinking cree Ialah sungai yang mengalir di daerah karst
tetapi menghilang karena masuk ke aliran bawah tanah.
b. Swallow Hole Swallow hole terjadi apabila sungai
permukaan menghilang melalui lubang yang nyata terlihat.

2.2. Morfometri
Klasifikasi warna morfometri sesuai kemiringan lerengnya menurut
Van Zuidam:
a. Kemiringan (0° - 2°) Hijau Tua
Menandakan wilayah dataran, pada kontur peta memiliki keinggian
yang sama.
b. Kemiringan (2° - 4°) Hijau Muda
Menandakan Perbukitan landai. Perbukitan landai, berdekatan
dengan dataran.

c. Kemiringan (4° - 8°) Kuning


Menandakan Perbukitang bergelombang, halini diterjadi pada
lipatan, yang disebabkan jarak antar kontur utama yang jauh dan
kontur bantu yang berbentuk landai.

d. Kemiringan (8° - 16°) Jingga


Menandakan wilayah Perbukitan gelombang curam. Lahan memiliki
kemiringan lereng yangcuram, rawan terhadap bahaya longsor dan
erosi.

e. Kemiringan (16° - 35°) Merah Muda


Menandakan wilayah Perbukitan curam. Lahan memiliki
kemiringan lereng yangcuram sampai terjal, sering terjadi erosidan
gerakan tanah dengan kecepatanyang perlahan - lahan. Daerah
rawanerosi dan longsor.

f. Kemiringan (35° - 55°) Merah


Menandakan wilayah Perbukitan sangat curam. Lahan memiliki
kemiringan lereng yang terjal, sering ditemukan singkapan batuan,
rawan terhadap erosi.

g. Kemiringan (> 55°) Ungu


Menandakan wilayah Perbukitan tegak/terjal. Lahan memiliki kemiringan
lereng yang terjal, singkapan batuan muncul dipermukaan, rawan tergadap
longsor batuan.

2.3. Morfologi
Berdasarkan klasifikasi Van Zuidam, maka ujtuk lahan Karst ini warna dari
morfologinya adalah jingga untuk setiap jenis bentukan lahan Karst.
III. KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditari kesimpulan:


1. Bentuk lahan kawasan karst memiliki karakteristik berupa bentukan
negative yang tertutup dengan berbagai ukuran dan susunan, pola
drainase yang terputus–putus, gua–gua dan aliran sungai bawah tanah.
Bentukan alam permukaan kawasan karst sangat beragam dan tiap
daerah memiliki ciri atau bentukan yang berbeda.
2. Karst pada umumnya terjadi pada batuan gamping dan dolomite, yang
mengandung mineral gampingan yang mudah larut (kalsit dan
dolomite).
3. Variasi bentuk lahan karst disebabkan oleh faktor-faktor yang
mengontrol perkembangannya, seperti batuan, struktur geologi,
vegetasi, dan iklim.

IV. DAFTAR PUSTAKA

Herlambang,Sudarno, 2004, Dasar-dasar Geomorfologi, Bahan Ajar Jurusan


geografi.Buranda,J.P. 1990, Geologi Umum, Buku penunjang
PerkuliahanJurusan geografi

Dibyosaputra, S. 1998. Geomorfologi Dasar. Catatan Kuliah. Yogyakarta:


Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Ford, D. and Williams, P. 1992. Karst Geomorphology and Hydrology,


Chapman and Hall, London

Anda mungkin juga menyukai