I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Geomorfologi dapat didefinisikan sebagai Ilmu tentang yang membicarakan
tentang bentuklahan yang mengukir permukaan bumi, Menekankan cara
pembentukannya serta konteks kelingkungannya (Dibyosaputro, 1998). Kondisi
geomorfologi yang dimiliki suatu daerah merupakan sumberdaya alam. Salah satu
bagian dari sumberdaya alam adalah sumberdaya lahan. Bentuk lahan kawasan karst
memiliki karakteristik berupa bentukan negative yang tertutup dengan berbagai
ukuran dan susunan, pola drainase yang terputus–putus, gua–gua dan aliran
sungai bawah tanah. Bentukan alam permukaan kawasan karst sangat beragam
dan tiap daerah memiliki ciri atau bentukan yang berbeda. Ada yang berbentuk
seperti menara atau disebut Tower Karst, ada yang berbentuk Cawan Terbalik
atau biasa disebut Conical Hill. Antara bukit–bukit Karst Tower dan Conical bisa
terlihat lembah–lembah yang lebar atau sempit. Bukit–bukit tersebut terkadang
terpisah oleh suatu dataran yang luas akan tetapi terkadang juga ada yang saling
berdempetan dengan bentuk yang simetris atau asimetris dengan tinggi yang
relative hampir sama. Kawasan Karst yang belum dijamah oleh manusia (Agraris
dan Pertambangan) biasanya masih tertutup Vegetasi yang lebat bahkan bisa
tidak terlihat dari kejauhan bahwa daerah tersebut adalah daerah karst.
Terkecuali Vegetasi tersebut telah dibabat oleh aktivitas manusia seperti,
Pertanian, Pertambangan, Penebangan Liar. Vegetasi kawasan karst juga bisa
habis akibat gerakan Gletser yang menerjang kawasan tersebut beberapa juta
tahun yang lalu. Akibat dari aktivitas tersebut maka timbullah penggundulan dan
pengikisan permukaan karst.
Perkembangan bentuklahan karst sangat bervariasi dari satu tempat ke
tempat lain. Variasi tersebut disebabkan oleh faktor-faktor yang mengontrol
perkembangannya, seperti batuan, struktur geologi, vegetasi, dan iklim.
Faktor-faktor tersebut secara bersama-sama menentukan intensitas dan
kecepatan karstifikasi. Hasil dari proses karstifikasi tersebut adalah bentuklahan
karst.
Karst pada umumnya terjadi pada batuan gamping dan dolomite, yang
mengandung mineral gampingan yang mudah larut (kalsit dan dolomite).
Proses Karstifikasi dari suatu satuan batuan memerlukan aliran dari air tanah
dengan volume yang besar melalui batuan dasar, karena sifat pelarutan dari
mineral-mineral ini sangat rendah. Oleh karena itu proses karstifikasi
umumnya terjadi di daerah yang lembab dan beriklim tropic, dengan tingkat
penguapan (presipitasi) dan penurapan (recharge) air tanah yang tinggi.
II. INTERPRETASI
2.1. Lahan Karst
Asal mula topografi karst adalah adanya pengendapan gamping di
dasar laut, kemudian terangkat di atas muka air laut dan selanjutnya oleh
air hujan batu gamping tersebut terlarutkan menjadi bentuk-bentuk
kubah, dan cekungan. Bila batugamping sudah terlarut biasanya akan
menyisakan bagian-bagian yang tidak dapat larut dalam air, terbentuk
persenyawaan karbonat. Sisa-sisa ini berkomposisi besi, berwarna merah
atau merah coklat.
2.1.1. Klasifikasi Lahan Karst
Berdasarkan pengembangannya:
A. Klasifikasi Cvijic (1914)
Cvijic membagi topografi karst menjadi tiga kelompok, yaitu
holokarst, merokarst, dan karst transisi.
- Holokarst merupakan karst dengan perkembangan paling
sempurna, baik dari sudut pandang bentuklahannya maupun
hidrologi bawah permukaannya. Karst tipe ini dapat terjadi
bila perkembangan karst secara horisontal dan vertikal tidak
terbatas; batuan karbonat masif dan murni dengan kekar
vertikal yang menerus dari permukaan hingga batuan
dasarnya; serta tidak terdapat batuan impermeable.
- Merokarst merupakan karst dengan perkembangan tidak
sempurna atau parsial dengan hanya mempunyai sebagian
ciri bentuklahan karst. Merokarst berkembang di
batugamping yang relatif tipis dan tidak murni, serta
khususnya bila batugamping diselingi oleh lapisan batuan
napalan. Perkembangan secara vertikal tidak sedalam
perkembangan holokarst dengan evolusi relief yang cepat.
Erosi lebih dominan dibandingkan pelarutan dan sungai
permukaan berkembang. Merokarst pada umumnya tertutup
oleh tanah, tidak ditemukan karen, dolin, goa, swallow hole
berekembang hanya setempatsetempat. Sistem hidrologi
tidak kompleks, alur sungai permukaan dan bawah
permukaan dapat dengan mudah diidentifikasi. Drainase
bawah tanah terhambat oleh lapisan impermeabel.
Klasifikasi Karst berdasarkan morfologinya:
A. Klasifikasi Gvozdeckij (1965)
Gvozdeckij mengklasifikasi karst berdasarkan pengamatannya
di Uni Soviet (sekarang Rusia). Menurutnya karst dibedakan
menjadi bare karst, covered karst, soddy karst, buried karst,
tropical karst, dan permafrost karst.
- Bare karst lebih kurang sama dengan karst Dinaric
(holokarst)
- Covered karst merupakan karst yang terbentuk bila batuan
karbonat tertutup oleh lapisan aluvium, material fluvio-
glacial, atau batuan lain seperti batupasir.
- Soddy karst atau soil covered karst merupakan karst yang
berkembang di batugamping yang tertutup oleh tanah atau
terra rosa yang berasal dari sisa pelarutan batugamping.
- Buried karst merupakan karst yang telah tertutup oleh batuan
lain, sehingga bukti-bukti karst hanya dapat dikenalai dari
data bor.
- Tropical karst of cone karst merupakan karst yang terbentuk
di daerah tropis.
- Permafrost karst merupakan karst yang terbentuk di daerah
bersalju.
2.2. Morfometri
Klasifikasi warna morfometri sesuai kemiringan lerengnya menurut
Van Zuidam:
a. Kemiringan (0° - 2°) Hijau Tua
Menandakan wilayah dataran, pada kontur peta memiliki keinggian
yang sama.
b. Kemiringan (2° - 4°) Hijau Muda
Menandakan Perbukitan landai. Perbukitan landai, berdekatan
dengan dataran.
2.3. Morfologi
Berdasarkan klasifikasi Van Zuidam, maka ujtuk lahan Karst ini warna dari
morfologinya adalah jingga untuk setiap jenis bentukan lahan Karst.
III. KESIMPULAN