Anda di halaman 1dari 15

BAB I

BENTUKAN ASAL KARST

I.1. Latar Belakang

GEOMORFOLOGI adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk bentuk lahan di


permukaan bumi yang menekankan pada sifat alaminya, proses terbentuknya, komposisi
material penyusunya serta hubungan antar bentuk lahan tersebut. Dalam geomorfologi tidak
hanya mengenal bentuk-bentuk lahanya saja namun, juga mempelajari tentang proses, sifat
alami,komposisi dan hubungan antar bentuk lahan di permukaan bumi.

Bentuk lahan, mengacu kepada sekelompok satuan lahan yang homogen atau heterogen
dengan susunan satuan lahan yang khusus. Suatu bentuklahan menunjukkan susunan tampilan
luar, seperti bentuk permukaan lahan (morfografi), proses/asal–usul (morfogenetik), nilai dari
bentuk permukaan/kemiringan lereng, panjang lereng dan kerapatan pola pengaliran
(morfometri) dan material penyusun (lithologi).

Bentuk lahan yang ada di permukaan bumi bermacam-macam salah satu bentuk yaitu
bentuk lahan solusional yang mana bentuk tersebut mendominasi topografi lahan karst. Istilah
karst yang dikenal di Indonesia sebenarnya diadopsi dari bahasa Yugoslavia/Slovenia. Istilah
aslinya adalah ‘krst / krast’ yang merupakan nama suatu kawasan di perbatasan antara
Yugoslavia dengan Italia Utara, dekat kota Trieste. Moore and Sullivan (197 menyebutkan
bahwa istilah karst diperoleh dari bahasa Slovenia, terdiri dari kar (batuan) dan hrast (oak), dan
digunakan pertama kali oleh pembuat peta-peta Austria mulai tahun 1774 sebagai suatu nama
untuk daerah berbatuan gamping berhutan oak di daerah yang bergoa di sebelah Barat laut
Yugoslavia dan sebelah Timur Laut Italia.

Beberapa ilmuwan lain menyebutkan pula bahwa asal mula ditemukannya daerah yang
akhirnya dinamakan karst adalah karena akibat adanya perumputan (grassing) oleh ternak-
ternak pada suatu kawasan, sehingga tersingkaplah batuan dan fenomena didalamnya yang
ternyata sangat khas dan unik. Istilah karst ini akhirnya dipakai untuk menyebut semua
kawasan berbatuan gamping di seluruh dunia yang mempunyai keunikan dan spesifikasi yang
sama, karena proses pelarutan (solusional), bahkan berlaku pula untuk fenomena pelarutan
pada batuan lain seperti gypsum, serta batuan garam dan anhidratnya. Beberapa istilah dalam
karst. yang juga diambil dari daerah ini diantaranya adalah bentukan Polje yang merupakan

VI - 1
nama suatu kota di Yugoslavia, Beberapa istilah bentukan karst yang lain diantaranya adalah
bukit dan tower karst, diaklas, pinacle, cockpit, uvala, doline, sinkhole, goa, lapies, speleothem,
dan sungai bawah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian bentuk lahan solusional atau karst?
2. Apa Syarat berkembangnya topografi karst?
3. Bagaimana proses terbentuknya bentuk lahan karts?
4. Bagaimana bentuk-bentuk lahan karst?
5. Bagaimana terjadinya bentuk lahan asal proses solusional
6. Apa saja stadia perkembangan topografi karst?
7. Apa saja sumberdaya alam karts?
8. Bagaimana persebaran kars di Indonesia?
9. Bagaimana konsep fisika sehingga terjadinya kars ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu lahan karts.
2. Untuk mengetahui Syarat berkembangnya topografi karst
3. Untuk mengetahui proses terbentuknya bentuk lahan karts
4. Untuk mengetahui bagaimana bentuk – bentuk lahan katrs.
5. Untuk mengetahui terjadinya bentuk lahan asal proses solusional
6. Untuk mengetahui apa saja stadia perkembangan topografi karts.
7. Untuk mengetahui apa saja sumberdaya alam karst.
8. Untuk mengetahui persebaran kars di Indonesia
9. Untuk mengetahui konsep fisika sehingga terjadinya kars

VI - 2
BAB II
DASAR TEORI

II.1. Bentukan asal Karst


Karst merupakan istilah dalam bahasa Jerman yang diturunkan dari bahasa Slovenia
(kras) yang berarti lahan gersang berbatu. Istilah ini di negara asalnya sebenarnya tidak
berkaitan dengan batugamping dan proses pelarutan, namun saat ini istilah kras telah diadopsi
untuk istilah bentuklahan hasil proses perlarutan. Ford dan Williams (1989) mendefinisikan
karst sebagai medan dengan kondisi hidrologi yang khas sebagai akibat dari batuan yang
mudah larut dan mempunyai porositas sekunder yang berkembang baik.

Istilah karst yang dikenal di Indonesia sebenarnya diadopsi dari bahasa


Yugoslavia/Slovenia. Istilah aslinya adalah krst / krast' yang merupakan nama suatu kawasan
di perbatasan antara Yugoslavia dengan Italia Utara, dekat kota Trieste . Karst adalah sebuah
bentukan di permukaan bumi yang pada umumnya dicirikan dengan adanya depresi tertutup
(closed depression), drainase permukaan, dan gua. Daerah ini dibentuk terutama oleh pelarutan
batuan, kebanyakan batu gamping.

Berikut ini adalah pengertian karst menurut para ahli:

Ford dan Williams (1989)

Karst adalah medan dengan kondisi hidrologi yang khas sebagai akibat dari batuan yang
mudah larut dan mempnyai porositas sekunder yang berkembang baik.

Haryono (2009)

Karst diartikan sebagai lahan gersang berbatu. Istilah ini di negara asalnya sebenarnya
tidak berkaitan dengan batugamping dan proses pelarutan, namun saat ini istilah karst telah
diadopsi untuk istilah bentuk lahan hasil proses pelarutan.

Adji dkk (1990)

Menjelaskan bahwa istilah karst berasal dari bahasa Jerman dan turunan dari bahasa
Slovenia yang memiliki arti lahan gersang berbatu.

Minanovic (1981)

VI - 3
Mengemukakan bahwa karst adalah suatu kawasan batugamping dengan bentuk
bentang alam yang khas di Slovenia yang menyebar ke Italia. Kawasan tersebut kemudian
menjadi lokasi tipe bentuk bentang alam karst.

Kepmen ESDM Nomor 17 Tahun 2012

Karst adalah bentang alam yang terbentuk karena pelarutan air pada batugamping/atau
dolomit. Bentang alam karst menunjukan eksokarst dan endokarst tertentu. Eksokarst
merupakan karst pada bagian permukaan, sedang endokarst merupakan karst pada bagian
bawah permukaan. Eksokarst teridiri dari mata air permanen, bukit karst, dolina, uvala, polje,
dan telaga. Endokarst terdiri dari sungai bawah tanah dan speleotem.

Jennings (1971)

Karst adalah suatu kawasan yang memiliki karakteristik berupa relief dan drainase yang
khas yang disebabkan oleh tingginya keterlarutan batuan didalam air.

Karst WCPA (2000)

Istilah karst diperuntukan bagi suatu kawasan yang memiliki morfologi tunggal atau
kumpulannya yang membentuk bentang alam, yang umumnya merupakan hasil dari proses
pelarutan oleh air, yang derajatnya lebih tinggi dari daerah lainnya. Secara sempit istilah karst
mengggambarkan kawasan-kawasan yang diwarnai oleh kegiatan pelarutan.

Ford dan Williams (1992)

Karst diartikan sebagai medan dengan kekhasan kondisi hidrologi sebagai akibat dari
batuan yang mudah larut dan mempunyai porositas sekunder yang berkembang baik.

Milanovic (1991)

Topografi kars adalah bentuk bentang alam tiga dimensional yang terbentuk akibat
proses pelarutan lapisan batuan dasar, khususnya batuan karbonat seperti batugamping kalsit
atau dolomit. Bentang alam ini mengakibatkan bentuk permukaan bumi yang khusus dan
drainase bawah permukaan.

SYARAT TERBENTUKNYA KARST


1. Adanya batuan yang mudah larut yang terletak di permukaan atau dekat permukaan dan
batuan yang paling cocok adalah batuan kapur.

VI - 4
2. Batuan tersebut mempunyai celah atau susunannya berlapis-lapis.
3. Terdapat lembah yang dalam dan lebih rendah dari permukaan rata-rata batuan yang mudah
larut tersebut. Hal ini diperlukan untuk mempermudah pengaliran air tanah yang telah
mengandung hasil pelarutan, sehingga proses pelarutan dapat berlangsung terus menerus.
4. Daerah yang bersangkutan harus cukup mendapatkan curah hujan sebagai media pelarutan.
Jika ke-empat syarat ini terpenuhi, barulah terbentuk daerah yang memiliki topografi karst.

PROSES KARSTIFIKASI
Karstifikasi adalah proses pelarutan batuan secara kimia oleh air pada batuan gamping,
gipsum, batu garam atau batuan lain yang mudah larut yang bertanggungjawab terhadap
terbentuknya fenomena karst baik di permukaan maupun bawah permukaan bumi
(Summerfield, 1991).
Karstifikasi atau proses pembentukan lahan karst didominasi oleh proses pelarutan.
Proses pelarutan batugamping diawali oleh larutnya CO2 di dalam air kemudian membentuk
H2CO3 (Maulana, 2011).
Larutan H2CO3 tidak stabil terurai menjadi H+ dan HCO32-. Ion H+ inilah yang selanjutnya
menguraikan CaCo3 menjadi Ca2+ dan HCO32-.
Secara ringkas proses pelarutan dirumuskan dengan reaksi sebagai berikut: CaCo3 + H2O +
CO2 ➝ Ca2+ + HCO3- .

CIRI-CIRI KAWASAN KARST

Bentuk lahan asal karst memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan bentuk
lahan lainnya, adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut:

Menurut Willian B. White (1988) dalam bukunya yang berjudul “Geomorphology and
Hydrology of Karst Terrains” menyebutkan, bahwa karakteristik bentuk lahan di kawasan karst
(dalam blog geoexploreindonesia) yaitu sebagai berikut:

1. Bentukan negatif yang tertutup, dengan berbagai ukuran dan susunan (disini bisa berbentuk
uvala dan doline).

2. Drainase permukaan yang terputus (biasanya berakhir pada sebuah sink hole, sinking creek,
swallow hole).

3. Gua-gua dan sistem aliran bawah permukaan.

VI - 5
Sedang ciri-ciri kawasan kars yang saya kutip dari blog hanageoedu, menyebutkan
bahwa kawasan karst memiliki sejumlah karakteristik, antara lain:

1. Terdapatnya sejumlah cekungan (deprest) dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi,
cekungan tersebut digenangi air atau tanpa anir dengan kedalaman dan jarak yang berbeda-
beda.

2. Bukit-bukit kecil dalam jumlah yang banyak yang merupakan sisi-sisi erosi akibat pelarutan
kimia pada batu gamping, sehingga terbentuk bukit-bukit (conical hills).

3. Sungai-sungai tidak mengalami perkembangan permukaan. Sungai pada daerah karst


umumnya terputus-putus, hilang kedalam tanah dan begitu saja muncul dari dalam tanah.

4. Terdapatnya sungai-sungai di bawah permukaan, adanya gua-gua kapur pada permukaan


atau di atas permukaan.

5. Terdapatnya endapan sedimen lumpur berwarna merah (terrarosa) yang merupakan endapan
resedual akibat pelapukan batu gamping.

6. Permukaan yang terbuka mempunyai kenampakan yang kasar, pecah-pecah atau lubang-
lubang maupun runcing-runcing (lapies).

BENTUK LAHAN KARST

Bentuk-bentuk lahan di daerah karst menurut Suharini dan Palangan (2009), secara
garis besar dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Bentuk lahan erosi;

2. Bentuk lahan sisa, dan;

3. Bentuk lahan endapan.

Masing-masing bentuk-bentuk lahan tersebut.

VI - 6
1.BENTUK LAHAN EROSI

.Sinkhole.

Sinkholes (Img: Popularmecanic)

Sinkholes adalah bentuk lahan berupa depresi dengan kedalaman antara 1 - 30 meter dan
luasnya dari beberapa meter persegi sampai setengah hektare.

Berdasarkan kejadiannya, sinkholes ada dua jenis yaitu "dolina" yang terbentuk sebagai hasil
pelarutan, dan "collapse sink" yang terjadi sebagai akibat proses peruntuhan. Perbedaan antara
dolina dan collapse sink yaitu jika dolina mempunyai tebing dan landai, sedangkan collapse
sink mempunyai tebing yang curam. Dari kedua bentukan ini, yang paling banyak dijumpai di
permukaan bumi adalah dolina. Pada dasar sinkkoles kadang-kadang terdapat lagi suatu lubang
tempat berlalunya air yang masuk dan disebut sebagai "swallow holes".

Bila tidak ada lubang ini, maka sinkholes dapat menjadi sebuah danau, yang disebut "danau
karst". Sudah tentu bahwa danau tersebut dapat terjadi kalau dasar sinkholes tertutup oleh tanah
liat. Untuk beberapa dolina yang bergabung menjadi satu, disebut sebagai "uvalla".
Karst Window

VI - 7
Karst Window (Img: Ifgeopark)

Salah satu jenis runtuhan yang lain pada bentuk lahan karst adalah kars window.
Bentuk lahan ini terjadi karena atap sebuah sungai bawah tanah mengalami runtuhan,
sehingga menyebabkan sungai tersebut terlihat dari atas. Penggabungan dari kars window
menyebabkan sungai bawah tanah tersebut sebagian besar kelihatan dari atas, atau yang disebut
juga sebagai uvala.

Gua

Gua Karst (Img: Pegipegi)

Gua-gua yang terdapat pada bentuk lahan karst terjadi karena adanya proses pelarutan batuan.
Bentuk guan ini sangat bervariasi, mulai dari yang bentuknya sederhana sampai bentuk
yang kompleks menyerupai terowongan bawah tanah. Selain itu, letak gua juga ada yang
mendatar, ada yang bercabagn-cabang, serta ada juga yang tegak. Kadang-kadang gua-gua ini
dilalui air atau bisa juga kering atau hanya basah.

Polje

Polje (Img: Wikipedia).

VI - 8
Disamping bentuk uvala, ada bentuk depresi lain yang disebut polje.
Polje yaitu suatu bentuk yang terjadi sebagai akibat adanya pelipatan dan bagian
sinklinal (lembah) dari pelipatan tersebut mengalami proses pelarutan. Pelarutan pada bagian
sinklinal lipatan menyebabkan terbentuknya suatu depresi yang lebih luas, atau kadang-
kadang disebut basin (cekungan). Contohnya yaitu cekungan Baturetno dan Wonosari.

Sungai-Sungai
Gejala lain yang terlihat pada bentuk lahan karst yaitu adanya sungai-saungai yang
menghilang secara perlahan-lahan atau menghilang secara tiba-tiba ke dalam suatu lubang.
Tempat menghilangnya lubang tersebut dinamakan "sink", sedangkan sungai-sungai yang
menghilang ke bawah tanah disebut "sinkingcreeks". Sebaliknya, ada juga sungai-sungai yang
muncul tiba-tiba dari suatu lubang berupa mata air yang besar. Sungai bawah tanah akan
memperlebar atau memperbesar dasarnya sehingga meninggalkan suatu bentuk terowongan
alam, maka sungai atau lembah tersebut seakan-akan melalui suatu jembatan alam (natural
bridge/karst bridge).

2. BENTUK LAHAN SISA

Bentuk-bentuk lahan sisa berupa bukit-bukit sisa (residual hill) seperti "hums" di
Yugoslavia atau "havstack hlls" di Porto Rico. Sedangkan di Perancis disebut "buttes
temonies" dan sebutan "mogotes" di Cuba. Selain daripada itu, masih ada sejenis tanah yang
dapat dikategorikan sebagai bentuk sisa, yaitu "terrarosa", berupa tanah liat berwarna merah di
permukaan atau cekungan. Terrarosa merupakan hasil dari proses pelarutan dan tidak terangkut
ke celah-celah batuan.

Dengan demikian, pada lereng yang curam tidak ditemukan jenis tanah ini. Oleh sebab
itu, tanah ini juga dapat digolongkan kedalam bentuk endapan. Disamping itu masih ada bentuk
lain yang disebut "lappies" yaitu suatu bentukan berupa lembah-lembah dangkal yang
diselingi oleh bukit-bukit kecil yang terjal. Biasanya bentuk ini terdapat pada daerah yang
tidak tertutup oleh tanah terrarosa.

3. BENTUK LAHAN ENDAPAN

VI - 9
Di dalam gua-gua daerha kapur dengan gejala topografi karst, terdapat bentukan hasil
endapan calcium carbonal (CaCo3) pada dasar dinding maupun langit-langit gua. Proses reaksi
kimia terbentuknya endapan-endapan ini adalah sebagai berikut: CaCo3 + CO2 +
H2O ⇆ Ca(HCO3)2. Larutan kapur dalam air yang mengandung CO2 sebagai Calcium
bicarbonat atau Ca(HCO3)3 bila keluar dari batuan akan melepaskan atau menguapkan air
(H2O) dan Carbon Dioksida (CO2) ke udara, sehingga terjadilah endapan kapur kembali
(CaCo3). Keseluruhan bentuk endapan yang terjadi dalam gua disebut "cave traventine" atau
"ciripstone". Bentuk endapan yang tumbuh dari langit-langit gua ke arah bawah disebut
stalaktit (stalactite), sedangkan yang tumbuh dari dasar gua ke arah atas disebut stalakmit
(stalagmite). Bila stalaktit dan stalakit telah bersambung disebut "pillars" atau "collumn".
Stalaktit yang tumbuh bercabang disebut heliktit (heliectites). Bila endapan terjadi di dasar gua
dan bentuknya seperti air mengalir maka disebut "flowstone" dan bila pengendapan pada
sebuah cekungan dan berebntuk lingkaran sekeliling cekungan disebut "rimstone".

PERINGKAT PERKEMBANGAN

Peringkat perkembangan pada kawasan dengan gejala karst menurut Suharini dan
Palangan (2009) dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Peringkat muda;

2. Peringkat dewasa, dan;

3. Peringkat tua

1. Peringkat Muda

Pada peringkat muda ditandai dengan pengaliran yang masih berlangsung diatas permukaan.
Perkembangan selanjutnya dari peringkat muda, yaitu peringkat muda lanjut. Pada
peringkat ini, sistem pengaliran di atas permukaan sudah beralih ke sistem pengaliran di bawah
tanah. Dolina sudah terbentuk serta gua di bawah tanah sudah berkembang.
2. Peringkat Dewasa

VI - 10
Pada peringkat dewasa, pengaliran di bawah tanah sudah mencapai maksimum. Pengaliran di
atas permukaan hanya terbatas pada "sinking creeks" yang pendek-pendek. Gua-gua dengan
segala macam endapannya menjadi ciri khusus peringkat ini telah mencapai tingkat optimum.

3. Peringkat Tua

Pada peringkat tua, gejala karst mulai berkurang. Uvala mulai berkembang. Kemudian bentuk-
bentuk sisa menjadi dominan (hums) dan pada akhirnya sistem pengaliran di permukaan
berulang kembali dan bentuk "hums" terbatas jumlahnya.

KLASIFIKASI KARST

Kawasan karst berdasarkan keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
1456.k/20/MEM/2000 (dalam blog Jembatan4), diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

1. Kawasan Karst Kelas 1 Kawasan ini berfungsi sebagai kawasan yang menyimpan
air, terdapat gua-gua dan sungai bawah tanah yang aktif, gua-gua yang ada
peninggalan sejarah. Berdasarkan hasil penelitian dari pola kelurusan lembah
(struktur) dapat dilihat bahwa kelurusan di daerah ini umumnya panjang dan lebar,
pola demikian dapat diterangkan bahwa proses pelarutan di daerah ini berjalan
sangat intensif, dengan lembah yang luas akan sangat mudah untuk menampung air
hujan yang kemudian diteruskan melalui pori-pori gerowong yang pada akhirnya
akan membentuk sistem pola pengaliran di bawah tanah. Pantai yang mask ke
daratan akan mempunyai flora dan fauna yang khas. Terdapatnya sungai permukaan
yang tiba-tiba hilang merupakan salah satu ciri adanya sungai bawah tanah.
2. Kawasan Karst Kelas 2 Kawasan ini mempunyai kriteria sebagai pengimbuh air
bawah tanah, mempunyai jaringan gua-gua yang tidak aktif. Kawasan ini terdapat
di daerah Purwosari dan Girisobo dari citra bahwa pola klurusan lembah pendek
dan sempit yang mengidentifikasikan bahwa daerah ini bukan merupakan daerah
penyimpan air. Keberadaan batugamping disini berbeda dengan batugamping di
kawasan kelas 1. Di kawasan kelas 2, batugampingnya relatif lebih tipis karena
berada di daerah tinggan, sehingga proses pelarutan pada daerah lembah tidak
seintensif pada kawasan kelas 1.

VI - 11
3. Kawasan Karst Kelas 3 Kawasan ini tidak memiliki kriteria seperti pada kelas 1 dan
2. Kawasan ini terletak di daerah Wonosari yang dicirikan oleh adanya bukit-bukit
yang bentuknya melengkung. Bentuk bukit yang demikian disebabkan karena
daerah ini terdiri dari perselingan batugamping berlapis, batupasir gampingan dan
napal yang mempunyai tingkat pelarutan berbeda. Menurut Cvijic (dalam
blog pencariilmu-geresantinta), kawasan karst dapat diklasifikasikan menjadi tiga,
yaitu:
1.Holokarst
Holokarst merupakan karst dengan perkembangan sempurna, baik dari sudut
pandang bentuk lahannya maupun hidrologi bawah permukaanya. Terjadi bila
perkembangan karst secara horisontal dan vertikal tidak terbatas batuan karbonat
masif dan murni dengan kekar vertikal yang menerus dari permukaan hingga batuan
dasarnya, serta tidak terdapat batuan impermeable yang berarti. Di Indonesia, karst
tipe ini jarang ditemukan karena besarnya curah hujan menyebabkan sebagaian
besar karst terkontrol oleh proses fluvial.
2.Merokarst
Merokarst merupakan karst dengan perkembangan tidak sempurna atau parsial
dengan hanya mempunyai sebagian ciri bentuk lahan karst. Merokarst berkembang
di batu gamping yang relatif tipis dan tidak murni, serta khususnya bila
batugamping diselingi oleh lapisan batuan napalan. Perkembangan secara vertikal
tidak sedalam perkembangan holokarst dengan evolusi relief yang cepat. Erosi
lebih dominan dibandingkan pelarutan dan sungai permukaan berkembang .
Merokarst pada umumnya tertutup oleh tanah, tidak ditemukan dolin, goa, swallow
hole berkembang hanya setempat-setempat. Sistem hidrologi tidak kompleks, alur
sungai permukaan dan bawah permukaan dapat dengan mudah diidentifikasi.
Drainase bawah tanah terhambat oleh lapisan impermeable. Contoh karst tipe ini
yang terdapat di Indonesia adalah karst disekitar Rangel Kabupaten Tuban.
3.Karst Transisi
Karst transisi berkembang di batuan karbonat relatif tebal yang memungkinkan
perkembangan karst bawah tanah, akan tetapi batuan dasar yang impermeable tidak
sedalam holokarst, sehingga evolusi karst lebih cepat. Lembah fluvial lebih banyak
dijumpai dan polje hampir tidak ditemukan. Contoh karst transisi di Indonesia
adalah Karst Gunung Sewu (Gunungkidul Wonogiri dan Pacitan), Karst
Karangbolong (Gombong), dan Karst Maros (Sulsel)
VI - 12
PERSEBARAN KARST

Kawasan karst di Indonesia mencakup luas wilayah sekitar 15,4 juta hektare dan
tersebar hampir di seluruh Indonesia (blog fadhligeo). Keberadaan kawasan ini menunjukkan
bahwa pulau-pulau di Indonesia banyak yang pernah menjadi dasar laut, namun kemudian pada
perkembangan selanjutnya mengalami proses pengangkatan dan menjadi daratan. Adapun
wilayah karst di Indonesia (blog fadhligeo), antara lain:

1. Gunung Leuser (Aceh)

2. Perbukitan Bohorok (Sumut)

3. Payakumbuh (Sumbar)

4. Bukit Barisan Baturaja (Kab. Ogan Kombering Ulu)

5. Sukabumi Selatan (Jabar)

6. Kawasan Karst Gombong Selatan Kebumen (Jateng)

7. Pegunungan Kapur Utara (Rembang, Jawa Tengah)

8. Pegunungan Kendeng (Jatim)

9. Pegunungan Sewu (dari Kab. Bantul, Jateng hingga Tulungagung Jatim)

10. Perbukitan Karst Sumba (NTT)

BAB III
PEMBAHASAN

Dari hasil interprestasi pada peta bentukan asal struktural daerah Laba-laba dan
sekitarnya terdapat 3 delinasi yang menggambarkan dari topografi peta tersebut.

VI - 13
 K5 Conical Karst Zone Topografi dengan lereng menengah - sangat curam,
bergelombang kuat - berbukit, perbukitan membundar bentuk conik & pepino & depr
esi poligonal (cockpits & glades).
 K9 Mayor Uvala/ Glades Sering ditamukan depresi polygonal atau hasil pelarutan
dengan tepi lereng curam menengah – curam, jarang banjir.
 K10 Poljes Bentuk depresi memanjang dan luas, sering berkembang pada sesar dan
kontak litologi. Sering banjir oleh air sungai, air hujan dan mata air karst.

BAB IV
KESIMPULAN

Karst merupakan istilah dalam bahasa Jerman yang diturunkan dari bahasa Slovenia
(kras) yang berarti lahan gersang berbatu. Istilah ini di negara asalnya sebenarnya tidak
berkaitan dengan batugamping dan proses pelarutan, namun saat ini istilah kras telah diadopsi
untuk istilah bentuklahan hasil proses perlarutan. Ford dan Williams (1989) mendefinisikan
karst sebagai medan dengan kondisi hidrologi yang khas sebagai akibat dari batuan yang
mudah larut dan mempunyai porositas sekunder yang berkembang baik.

Bentuk-bentuk lahan di daerah karst menurut Suharini dan Palangan (2009), secara
garis besar dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Bentuk lahan erosi;

2. Bentuk lahan sisa, dan;

3. Bentuk lahan endapan.

Dari hasil interprestasi pada peta bentukan asal struktural daerah Laba-laba dan sekitarnya
terdapat 3 delinasi yang menggambarkan dari topografi peta tersebut.

 K5 Conical Karst Zone Topografi dengan lereng menengah - sangat curam,


bergelombang kuat - berbukit, perbukitan membundar bentuk conik & pepino & depr
esi poligonal (cockpits & glades).
 K9 Mayor Uvala/ Glades Sering ditamukan depresi polygonal atau hasil pelarutan
dengan tepi lereng curam menengah – curam, jarang banjir.

VI - 14
 K10 Poljes Bentuk depresi memanjang dan luas, sering berkembang pada sesar dan
kontak litologi. Sering banjir oleh air sungai, air hujan dan mata air karst.

VI - 15

Anda mungkin juga menyukai