Proses Solusional atau Karst adalah proses terbentuknya sebuah
lahan akibat pelarutan material batuan karbonat oleh air. Karst merupakan suatu daerah yang memiliki karakteristik relief dan drainase yang khas yang diakibatkan oleh proses pelarutan batuan yang tinggi oleh air. Karst karst adalah bentang alam yang terbentuk karena pelarutan air pada batu gamping atau dolomite. Karst ialah suatu kawasan yang mempunyai karakteristik relief dan drainase yang khas, yang disebabkan oleh tingginya keterlarutan batuan didalam air (Jennings, 1971). ciri-ciri Ford dan Williams (1989) 1. Daerahnya berupa cekungan – cekungan mendefinisikan karst sebagai 2. Terdapat bukit – bukit kecil medan dengan kondisi hidrologi 3. Sungai – sungai yang nampak di permukaan hilang dan terputus ke dalam tanah yang khas sebagai akibat dari 4. Adanya sungai – sungai di bawah permukaan tanah batuan yang mudah larut dan 5. Adanya endapan sedimen lempung berwarna merah mempunyai porositas sekunder hasil dari pelapukan batu gamping 6. Permukaan yang terbuka nampak kasar, berlubang – yang berkembang baik. Karst lubang, dan runcing dicirikan oleh: perkembangan karst
Perkembangan karst suatu 1. Muda: dicirikan oleh masih adanya
daerah dicirikan keberadaan sungai – sungai, lapies, dan lubang – lubang fenomenanya, Whitten dan larian Brooks (1972) membagi 2. Dewasa: dicirikan adanya saluran - perkembangan karst menjadi 3 saluran bawah permukaan, gua – gua, serta tingkatan, yakni: hilangnya drainase permukaan 3. Tua: sungai bawah tanah tersingkap oleh ambruknya gua, terbentuknya uvala dan drainase permukaan mulai kembali Jenis – Jenis Solusional atau Karst 1. Bentuk Lahan Negatif: terbentuk akibat proses pelarutan, runtuhan, maupun terban. Terdiri dari doline, uvala, polye, dan blind valley. • Doline • Uvala • Blind Valley • Polje 2. Bentuk Lahan Positif: terdiri 2 macam yaitu kygelkarst dan turmkarst (Oswald Sitanggang, 2012:5 dan 6). • Kygelkarst: • Turmkarst Proses Terbentuknya Solusional atau Karst Secara ringkas proses pelarutan dirumuskan dengan reaksi sebagai berikut: Ca𝐶𝑂3 + 𝐻2O + 𝐶𝑂2 𝐶𝑎2+ + 2 𝐻𝐶𝑂3−
Karstifikasi dipengaruhi oleh dua kelompok faktor, faktor pengontrol dan
faktor pendorong (Haryono E & Adji TN, 2004). Faktor pengontrol menentukan dapat tidaknya proses karstifikasi berlangsung, sedangnya faktor pendorong menentukan kecepatan dan kesempurnaan proses karstifikasi. Persebaran Solusional atau Karst di Indonesia Menurut Balazs (1968) terdapat 17 lokasi yang dapat dikategorikan sebagai kawasan karst. Karst di Indonesia seperti yang ditulis oleh Balazs tersebar di sebagian besar pulau – pulau di Indonesia, namun tidak semuanya berkembang dengan baik. Diantara 17 kawasan karst tersebut, terdapat 2 kawasan karst yang paling baik dan dianggap sebagai prototipe dari karst daerah tropis, yaitu karst Maros dan Gunung Sewu. 1. Karst Pesisir Barat Aceh
merupakan wilayah dengan bentang alam karst
terluas di Sumatera yang memiliki potensi keberadaan gua atau ceruk. Pemanfaatan gua dan ceruk sebagai lokasi hunian pada masa lalu juga telah dibuktikan pada penelitian – penelitian arkeologi. 2. Kawasan Karst Bahorok (Sumatera Utara)
kawasan karst bahorok ini memiliki luas + −
20.120.856 m2 atau sama dengan 2012 Ha. Formasi karst ini menyebar di daerah Desa Lau Damak, Desa Batu Jong Jong, serat kawasan hutan Taman Nasional Gunung Leuser (Hani & Razuda, 2019). 3. Ekosistem Karst Bukit Lindung Bulan (Sumatera Barat)
Penelitian mengenai karst dan gua di Solok Selatan belum
banyak dilakukan. Hal ini berakibat minimnya publikasi mengenai bentang alam karst tersebut. Kurangnya data terkait potensi karst menjadikan karst rentan dikelola secara tidak berkelanjutan. Sampai saat ini pemanfaatan karst hanya dilihat sebagai bahan tambang galian saja. 4. Sawarna (Lebak, Banten):
Goa di Sawarna berupa gua karst (batu
gamping) yang terbentuk dari masa Miosen awal (Heriyanto, 2015). 5. Pegunungan Sewu (Daerah Istimewa Yogyakarta):
Kawasan karst Gunung Sewu dihasilkan
oleh penangkatan yang dimulai pada Pleiosen Akhir. Terima Kasih Waktunya diskusi