Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki kawasan karst yang sangat luas mencapai lebih dari 15,4 juta hektar.
Tersebar di beberapa di wilayah Pulau Sumatera, Papua dan pulau-pulau kecil lainnya.
Kawasan karst yang fenomenal diantaranya Gunung Sewu, Gombong, Maros, Sangkulirang
dan Papua. Kawasan karst Indonesia pada umumnya mengandung keanekaragaman hayati
dan non hayati yang mempunyai nilai-nilai keindahan, keunikan, ilmiah, ekonomi, social-
budaya, sejarah, dan kemanusiaan sehingga menarik minat nasional dan dunia Internasional.
Karenanya salah satu kawasan tersebut yaitu, kawasan karst di sangkulirang ditetapkan
sebagai salah satu keindahan alam menurut National Geographic.
Indonesia adalah negara dengan bentang alam karst yang sangat luas, namun demikian
hingga kini belum dapat ditemukan data tentang lokasi dan luas kawasan karst di Indonesia
yang pasti. Hal tersebut semakin ditambah parah dengan adanya pengeksplorasian sumber
daya karst yang berlebihan sehingga merusak kawasan yang bersifat tidak dapat diperbaharui
ini. Hal ini berarti kawasan karst saat ini sangat memerlukan perhatian, karena pemanfaatan
yang ada sekarang tidak dimulai dengan studi kelayakan yang pas untuk karakteristik
kawasan karst yang unik.
Aktivitas penambangan Batugamping baik skala besar maupun secara kecil masih menjadi
ancaman terbesar bagi kelestarian kawasan karst. Daya rusak kegiatan penambangan ini
berdampak sistemik terhadap ekosistem karst dan sekitarnya serta bersifat permanen.
Kawasan karst Sangkulirang tidak luput dari ancaman penambangan bahkan beritanya
kawasan ini ingin dijadikan pabrik semen, hal ini cukup sangat mengkhawatirkan.
Daya rusak penambangan Batugamping secara kasat mata bisa dilihat dari rusaknya bentang
alam karst. Bukit-bukit batu gamping yang menyusun kawasan karst terpotong-potong di
banyak tempat. Pengupasan lahan dan pemotongan bikut inilah yang merusak system suplai
air di daerah karst. Bukit karst, yang seharusnya menyimpan dan mensuplai air ke sungai
bawah tanah melalui saluran-saluran mikronya, menjadi kehilangan fungsinya karena
terpotong oleh aktivitas tambang. Akibatnya, pada musim kemarau debit sungai bawah tanah
di Bribin dan Seropan berkurang drastis. Di musim hujan fluktuasi air sungai bawah menjadi
tidak terkendali.
Oleh karena itu praktikum karst, Aeolian dan marin ini bertujuan agar praktikan dapat
menambah wawasan dengan mengetahui pengertian dari karst, Aeolian dan marin,
penyebabnya, bagian-bagian atau bentuk lahan, serta keberadaannya secara luas khususnya
di Indonesia.
BAB 11
PEMBAHASAN

2.1 Pembahasan tentang karst


Istilah karst dikemukakan oleh para ahli geologi untuk menerangkan gejala rupabumi yang
diakibatkan oleh proses kimia dan fisika pada kawasan berbatugamping atau batuan yang
mudah larut. Meskipun demikian, tidak berarti setiap tempat yang terdapat batugamping
akan terbentuk topografi karst.
Berikut ini adalah syarat-syarat terbentuknya bentuk lahan karst :
1. Tebal lapisan batugamping >200 m. agar memungkinkan terbentuknya bentuklahan
karst yang sempurna.
2. Harus terdapat batugamping di permukaan atau sedikit di bawah permukaan.
3. Terdapatnya lembah-lembah utama pada ketinggian lebih rendah dari batuan ini.
4. Memiliki iklim basah dan hangat, agar memungkinkan terjadinya proses pelarutan
dan pembentukan karst.
5. Adanya proses tektonik (pengangkatan) yang perlahan dan merata di kawasan
batugamping.
Karst disebut juga sebagai bentangalam perbukitan yang dibangun oleh batugamping dan
dicirikan oleh adanya gua-gua, uvala dan dolina sebagai hasil pelarutan air. Dimana dolina
ini adalah merupakan cekungan tertutup berbentuk bulat atau lonjong atau dapat berupa
seperti mangkuk yang terjadi akibat proses pelarutan, runtuhan atau amblegan. dengan
ukuran beberapa meter hingga lebih kurang 1 km dengan kedalaman 100-200 m. dolina ini
merupakan bentang alam yang paling banyak di jumpai di kawasan karst. Bahkan di daerah
beriklim sedang, karstifikasi selalu diawali dengan terbentuknya dolina tunggal akibat dari
proses pelarutan yang terkonsentrasi. Dolina majemuk di literature karst sering disebut
dengan uvala. Uvala merupakan gabungan dari dolina-dolina yang terbentuk di karst pada
stadium perkembangan karst agak lanjut. Ukuran uvala berkisar antara 500-1000 m dengan
kedalaman kurang dari 200 m. yang terjadi akibat depresi besar karena runtuhnya atap sungai
dibawah tanah yang dicirikan oleh dinding relative curam.
Selain dolina dan juga uvala bentuk lahan lainnya dari karst yaitu polje dimana polje ini
adalah depresi tertutup dengan ukuran sangat besar melebihi ukuran uvala. Polje terjadi dari
perluasan uvala atau proses solusi dan runtuhnya dinding yang telah lapuk. Bentuk polje ini
memanjang dengan dasar relative datar dan ditutu[I oleh endapan alluvial, sumbu panjang
searah jurus perlapisan atau struktur geologi. Polje bertebing curam dengan pelarutan secara
lateral relative lebh besar dan mempunyai pengaliran di bawah permukaannya.
Sinks atau sinkhole adalah tempat masuknya air ke dalam tanah atau disebut pula dengan
ponour. Awalnya berukuran kecil, kemudian berkembang lebih lanjut akibat peristiwa
runtuhnya atap rongga bawah dekat permukaan atau runtuhnya dinding sinkhole.
Rise atau voclus , rise adalah tempat timbul atau keluarnya airtanah, pada peta topografi
diketahui sebagai adanya mata air atau hulu sungai.
Luweng adalah tempat depresi pada lahan karst yang berbentuk silindris, mulutnya benar-
benar membundar, seperti sumur, dinding vertikalnya memotong relative tegak lurus
terhadap struktur perlapisan batuan.
Pinnacle adalah pelarutan sepanjang kekar dan rekahan membuat masa batuan menjadi lebih
rendah dan menyisakan blok-blok batugamping yang terisolasi satu sama lain. Pinakel
biasanya mempunyai lereng terjal dan penampang horizontal bagian atasnya berbentuk elips.
Bukit-bukit residual , merupakan morfologi positif berbentuk kerucut atau kubah yang
terisolasi disekitari oleh daratan
Kerucut dan menara karst, kerucut adalah lereng miring sedangkan menara adalah bukit-
bukit residual dengan lereng vertical.
Adapun proses pembentukan karst atau karstifikasi dipengaruhi oleh dua faktor penentu,
yaitu faktor pengontrol yang meliputi batuan mudah larut, curah hujan dan batuan terekspos
di ketinggian sirkulasi air dan faktor pendorong yang manvakup temperature atau suhu dan
penutupan lahan. Kedua faktor tersebut berpengaruh pada morfologi medan atau bentang
alam karst dan batuan yang mengandung kadar CaCo3 yang tinggi akan mudah larut, curah
hujan yang tinggi akan membentuk morfologi endokarst dan eksokarst.
Dimana Eksokarst adalah semua fenomena yang dijumpai di atas permukaan tanah kawasan
kars, yaitu bentuk negative atau cekungan seperti dolina, uvala, polje dan bentuk positif atau
bukit seperti conical hill. Endokarst adalah semua fenomena yang dijumpai di bawah
permukaan tanah kawasan kars, yang paling sering dijumpai adalah gua, sungai bawah tanah,
saluran, dan terowongan.
Ukuran bentuk lahan dipengaruhi oleh :
1. Karakteristik mekanik, fisik dan kemurnian mineral atau kimianya
2. Perekahan ,
3. Melalui rekahan/celah inilah air hujan dan air permukaan akan masuk, kemudian
akan mengakibtkan terjadinya proses pelarutan pada batugamping.
Ciri-ciri daerah karst antara lain :
- Daerahnya berupa cekungan-cekungan
- Terdapat bukit-bukit kecil
- Sungai-sungai yang Nampak dipermukaan hilang dan terputus ke dalam tanah
- Adanya sungai-sungai di bawah permukaan tanah
- Adanya endapan sedimen lempung berwarna merah hasil dari pelapukan batugamping
- Permukaan yang terbuka Nampak kasar, berlubang-lubang dan runcing
2.2 Pembahasan tentang Aeolian
Lahan Aeolian merupakan lahan yang terjadi karena bentukan asal proses angin dan
gabungan pelapukan dengan aliran air. Di mana dalam proses terjadinya melalui pengikisan,
pengangkutan dan juga pengendapan.
Atau singkatnya bentuk lahan Aeolian adalah bentuk lahan yang terbentuknya akibat proses
angina yang mana memiliki kemampuan untuk mengikis, mengangkut dan mengendapkan
material-material pasir ataupun debu.
Syarat-syarat berkembangnya lahan Aeolian :
1. Tersedia material berukuran pasir halus-kasar dalam jumlah banyak
2. Adanya periode kering yang panjang dan tegas
3. Adanya angina yang mampu mengangkat dan mengendapkan bahan pasir tersebut
gerakan angina tidak banyak terha;ang oleh vegetasi/objek lain

Proses terbentuknya lahan Aeolian dapat terjadi melalui 3 tahap yaitu pengikisan oleh angin,
pengangkutan oleh angin, dan pengendapan oleh angina.
Pengikisan oleh angin terjadi dalam 2 tahap yaitu Deflasi dan Korasi . Deflasi merupakan
gerakan tiupan angin yang membawa materi batuan, baik berupa debu halus, pasir maupun
materi yang kasar dan berat. Sedangkan korasi gerakannya hanya dapat terjadi di dekat
permukaan tanah. Hal ini terjadi karena angina tidak dapat mengangkut pasir ke tempat yang
lebih tinggi lagi.
Pengangkutan oleh angin , terbagi dalam 3 jenis gerakan pengangkutan yaitu, suspensi
dimana merupakan gerakan vertical tiupan angina yang mengangkut materi-materi halus ke
tempat yang lebih jauh. Saltasi yaitu gerakan melocat materi butiran yang disebabkan oleh
tabrakan dan pantulan angina yang bermuatan pasir. Gerakan ini secara langsung disebabkan
tekanan angina terhadap butiran pasir, pasir yang ditiup angina pada umumnya mempunyai
gerakan saltasi. Rayapan permukaan disebabkan oleh karena tubrukan materi butiran oleh
gerakan saltasi. Oleh karena tubrukan ini gerakan materi butiran menjadi lambat yang
selanjutnya menjadi rayapan permukaan. Kadang-kadang angina yang mengangkut debu
atau pasir bergerak berputar seperti spiral (badai debu).
Pengendapan oleh angin, terjadi apabila butiran yang telah terbawa tadijatuh setelah gerakan
menjadi lambat.bentuk endapan dari proses ini tidak datar atau halus tetapi bergelombang.
Setelah mengendap butiran-butiran tersebut mengumpul menjadi suatu bentuk lahan yang
baru.
Bentuk lahan aeolin
1. Loess yaitu endapan oleh angina berupa debu, pada umumnya berwarna kekuningan,
tersusun dari berbagai mineral tidak berlapis-lapis tetapi cukup kuat terikat
2. Endapan pasir, a. sand sheer ( pasir tipis yang menutup daerah relative datar ), b.
ripple ( endapan pasir yang permukaannya bergelombang), c. sand shadow (
timbunan pasir di belakang suatu rintangan,seprti semak-semak/batu ), d. sand fall
(timbunan pasir dibawah gawir), e. sand drift ( timbunan pasir pada suatu celah).
3. Gumuk pasir adalah gundukan bukit dari pasir yang terhembus angin, dapat dibagi
menjadi 5 yaitu, a. gumuk pasir sabit (sisi yang menghadap arah angin landau dan
yang di belakang terjal) ketinggian maks.100 m , b. gumuk pasir melintang ( posisi
melintang arah angina / tegak lurus arah angina, terbentuk pada daerah yang banyak
cadangan pasirnya), c. gumuk pasir parabolic ( berbentuk sabit dengan tanduk yang
panjang kearah datangnya angin), d. gumuk pasir memanjang ( berupa gundukan
pasir yang hamper lurus sejajar dengan arah datangnya angin), e. whelback dunes
(gumuk pasir longitudinal yang sangat besar, puncaknya datar dan di atasnya
terbentuk barchan dan seif kecil-kecil.
2.3 Pembahasan tentang Marine
Geomorfologi asal marine adalah bentuk lahan yang terdapat di sepanjang pantai. Proses
perkembangan daerah pantai itu sendiri sangat dipengaruhi oleh kedalaman laut. Semakin
dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam daerah pantai, dan
semakin dalam laut maka akan memperlambat proses terjadinya bentang alam di daerah
pantai.
Selain dipengaruhi oleh kedalaman laut, perkembangan bentang alam daerah pantai juga
dipengaruhu oleh :
1. Struktur, tekstur dan komposisi batuan di daerah pantai
2. Keadaan bentang alam atau relief dari daerah pantai atau sekitarnya
3. Proses geomorfologi yang terjadi di daerah pantai tersebut yang disebabkan oleh
tenaga eksogen misalnya angina,es, gelombang dll
4. Proses endogen, misalnya tenaga vulkanis, patahan, perlipatan dll
Daerah pesisir pantai banyak difungsikan sebagai tempat wisata. Hal ini karena daerah
Indonesia banyak memiliki pulau dan garis pantai dan karakteristik lautan seperti arus laut,
ombak, jenis pasir pada setiap pantai berbeda-beda.
Berdasarkan tahap-tahap perkembangannya, karakteristik garis pantai dapat dibedakan
menjadi
1. Pantai , adalah daerah yang terletak antara air pasang dan surut
2. Garis pantai, garis yang membatasi permukaan daratan dan permukaan air
3. Pantai depan, daerah sempit yang terdapat pada pantai yang terletak di antara garis
pasang naik tertinggi dengan garis pasang surut terendah
4. Pantai belakang, bagian pantai yang terletak diantara pantai depan dengan garis batas
laut tetap
5. Pesisir, daerah pantai yang cenderung meluas ke daratan
6. Endapan pantai, merupakan hasil kegiatan laut yang terdapat di pantai
Bentang lahan hasil kegiatan gelombang yaitu :
1. Goresan gelombang pantai ,kenampakan ini banyak dijumpai pada pantai yang
berusia tua, bekas dari gelombang akan terlihat jelas apabila struktur batuan yang
tidak tahan erosi dihantam gelombang yang cukup tinggi
2. Pantai curam, apabila batuan disekitar pantai tidak resisten maka ketika dihantam
gelombang yang cukup tinggi batuan tersebut akan hancur sekaligus.
Bentang lahan hasil pengendapan gelombang, yaitu :
1. Gisik, terletak tinggi di atas pantai belakang atau pada posisi lainnya pada pantai
depan. Kadang-kadang terlihat seperti jembatan yang bertingkat-tingkat turun kea
rah laut.
2. Penampang gisik yang seimbangan, apabila penyeimbangan ini terjadi maka lereng
akan terlihat bertingkat-tingkat sesuai arah arus ke laut. Inilah penampang melintang
pantai yang mengalami keseimbangan, jenis pantai ini biasanya berbentuk cembung
ke atas dan bertingkat-tingkat kea rah daratan.
3. Gisik puncak, pada sisi yang mengarah ke arah laut dari beberapa gisik terdapat
endapan pasir, kerikil atau batuan yang seragam. Di bagian bawah terdapat semacam
bukit kecil yang merupakan puncak gisik yang berbentuk agak cembung.
4. Gosong pasir, gelombang pantai yang besar mampu memecah daratan dan akan
membentuk semacam jembatan yang arahnya sejajar dengan garis pantainya.

Kenampakan hasil arus litoral


1. Tasik , merupakan laut kecil yang terdapat di antara garis pantai dan gosong lepas
pantai
2. Teluk pasang surut,
3. Gosong lepas pantai yang berpindah-pindah
Stadium dewasa , pada stadium ini perkembangan garis pantai mengalami pengankatan,
tasik, rawa-rawa, teluk pasang surut telah mengalami pengrusakan. Dalam keadaan asli,
lereng yang landau serta dataran rendah yang lembek dapat tererosi ke bawah hingga ke
dasar gelombang dan pada air dalam merupakan tenaga perusak yang sangat kuat kea rah
pantai atau pantai kliff yang landai.
Stadium tua, kenampakan pantai yang terangkat pada stadium ini sama dengan stadium
dewasa. Garis pantai akan selalu terus mundur sebelum pengikisan gelombang. Hasil
pembuangan atau pengikisan dari daratan akan segera diangkut oleh arus air dan diendapkan
pada dasar laut yang dalam.
Klasifikasi pantai
Antara pantai yang satu dengan garis pantai yang lainnya mempunyai perbedaan. Perbedaan
dari masing-masing jenis pantai tersebut umumnya disebabkan oleh kegiatan gelombang dan
arus laut
Menurut Johnson, pantai dapat dibedakan menjadi empat macam,yaitu:
1. Pantai yang tenggelam , merupakan jenis pantai yang terjadi apabila permukaan air
mencapai atau menggenangi permukaan daratan yang mengalami penenggelaman.
Jenis-jenis pantai ini antara lain :
a. Lembah sungai yang tenggelam
b. Lembah glasial yang tenggelam
Bentuk pengendapan sungai dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu :
1. Delta ,yaitu endapan sungai di pantai yang berbentuk segitiga dan cembung kea rah
laut
2. Dataran banjir, yaitu sungai yang terdapat di kanan dan kiri sungai yang terjadi
setelah mengalami banjir
3. Kipas alluvial, bentuk pengendapan sungai seperti segitiga, biasanya terdapat di
daerah pedalaman dan ukurannya lebih kecil dari delta.
Bentuk pengendapan glasial, bentuk pengendapan ini terjadi akibat proses pencairan es
Bentuk permukaan hasil diastrofisme, dapat diilustrasikan sebagai bidang patahan, bidang
patahan yang sudah tidak asli, graben (terban) dan hocgbacks. Setelah mengalami
penenggelaman, bidang patahan dsb akan langsung menjadi pantai
Bentuk permukaan hasil kegiatan gunung api, dibedakan menjadi 2 yaitu : a. merupakan
hasil kegiatan kerucut vulkanis yang menyebabkan terbentuknya pantai yang cembung ke
luar, b. merupakan hasil kegiatan aliran lava yang menyebabkan terbentuknya pantai yang
cekung ke luar.
2. Pantai yang terangkat , pantai ini terjadi akibat adanya pengangkatan daratan atau
adanya penurunan permukaan air laut. Pengangkatan pantai ini dapat diketahui dari
gejala-gejala yang terdapat di lapangan dengan sifat khas, yaitu :
- Terdapatnya bagian atau lubang dataran gelombang yang terangkat
- Terdapatnya teras-teras gelombang, teras ini merupakan batas permukaan air
- Terdapatnya gisik
- Terdapatnya laut terbuka
- Garis pantai yang lurus
3. Pantai yang netral, jenis pantai ini terjadi diluar proses penenggelaman dan
pengangkutan, misalnya pantai yang terjadi pada delta, plain hanyutan, terumbu
karang, gunung api, gumuk-gumuk pasir dll
4. Pantai majemuk, jenis pantai ini terjadi sebagai gabungan dua atau lebih proses di
atas. Berarti dalam suatu daerah bisa terjadi proses penenggelaman, pengangkatan,
pengendapan dan sebagainya.
1.2 Tujuan
- Untuk mengetahui perbedaan dolina dan uvala
- Untuk mengetahui syarat-syarat berkembangnya lahan Aeolian
- Untuk mengetahui pengaruh perkembangan bentang alam daerah pantai
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan :
- Dolina adalah merupakan cekungan tertutup berbentuk bulat atau lonjong atau dapat
berupa seperti mangkuk yang terjadi akibat proses pelarutan, runtuhan atau
amblegan. dengan ukuran beberapa meter hingga lebih kurang 1 km dengan
kedalaman 100-200 m. Sedangkan Uvala adalah Dolina majemuk di literature karst
merupakan gabungan dari dolina-dolina yang terbentuk di karst pada stadium
perkembangan karst agak lanjut. Ukuran uvala berkisar antara 500-1000 m dengan
kedalaman kurang dari 200 m. yang terjadi akibat depresi besar karena runtuhnya
atap sungai dibawah tanah yang dicirikan oleh dinding relative curam.
- Syarat-syarat berkembangnya lahan Aeolian yaitu,1. Tersedia material berukuran
pasir halus-kasar dalam jumlah banyak, 2.Adanya periode kering yang panjang dan
tegas, 3.Adanya angin yang mampu mengangkat dan mengendapkan bahan pasir
tersebut gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi/objek lain.
- Selain dipengaruhi oleh kedalaman laut, perkembangan bentang alam daerah pantai
juga dipengaruhu oleh :Struktur, tekstur dan komposisi batuan di daerah pantai,
Keadaan bentang alam atau relief dari daerah pantai atau sekitarnya, tenaga eksogen
dan tenaga endogen.

3.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya dijelaskan terlebih dahulu materi yang akan
dibuat makalah agar praktikan lebih mudah memahami dan tidak terjadi kesalahan
pengertian yang fatal.
DAFTAR PUSTAKA

Noor, Djauhari . 2012 . Pengantar Geologi . Deepublish : Yogyakarta


Noor, Djauhari . 2012 . GEOMORFOLOGI . Deepublish : Yogyakarta
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/danau/danau-karst
https://www.academia.edu/17825199/Bentuk-lahan-asal-marin

Samarinda, 30 April 2019


Asisten Praktikan

Firmansyah Noor Mega Aulia Fitriani


Nim : 1609085019 Nim : 1809085021

Anda mungkin juga menyukai