Anda di halaman 1dari 13

TUGAS 3

PRINSIP SATIGRAFI DAN SEDIMENTOLOGI

DISUSUN OLEH :
Nama : Hapri Imanuel H.
NIM : 1801034
Kelas : Teknik Perminyakan A

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERMINYAKAN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MIGAS
BALIKPAPAN
2018/2019
1. Sifat Fisis, misalnya : struktur besar dari perlapisan; kontak dengan lapisan
di atas dan di bawahnya; struktur kecil yang mencirikan, seperti : flute
cast, gelembur gelombang, tekstur batuan, orientasi butir.

b. Sifat Kimia, misalnya : macam batuan, seperti batu gamping, batu pasir;
kandungan mineral tertentu yang dapat untuk penentuan lingkungan
terutama mineral autigenik; perbandingan unsur-unsur tertentu misalnya :
Ca dan Mg; Kandungan kimia dari organisme yang sering mengalami
pelarutan setelah terendapkan; Konsentrasi nodule batu gamping pada
dasar pulau penghalang serta pada tubuh pasir kuarsa yang dihasilkan dari
pengendapan CaCO3 dari pencucian cangkang organisme.

c. Sifat Biologis, misalnya : kelimpahan flora dan fauna, Perbandingan


masing-masing jenis, baik flora maupun fauna; Adanya gejala perpindahan
dan percampuran fauna; Flora dan fauna penunjuk lingkungan.
2. “kondisi fisis, kimia, dan biologis yang mencirikan keadaan yang
khas”
a. Sifat Fisis, misalnya :
- struktur besar dari perlapisan
- kontak dengan lapisan di atas dan di bawahnya
- struktur kecil yang mencirikan, seperti : flute cast, gelembur
gelombang.
- tekstur batuan
- orientasi butir.
b. Sifat Kimia, misalnya :
- macam batuan, seperti : batugamping, batupasir.
- kandungan mineral tertentu yang dapat untuk penentuan lingkungan,
terutama mineral autigenik.
- perbandingan unsur-unsur tertentu, misalnya : Ca dan Mg.
- Kandungan kimia dari organisme yang sering mengalami pelarutan
setelah terendapkan.
- Konsentrasi nodule batugamping pada dasar pulau penghalang, serta
pada tubuh pasir kwarsa, yang dihasilkan dari pengendapan CaCO3 dari
pencucian cangkang organisme.

c. Sifat Biologis, misalnya :


- kelimpahan flora dan fauna.
- Perbandingan masing-masing jenis, baik flora maupun fauna.
- Adanya gejala perpindahan dan percampuran fauna.
- Flora dan fauna penunjuk lingkungan.

“Lingkungan pengendapan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor


lainnya”
1. Kedalaman air
Kedalaman air disini penting, karena beberapa organisme dalam
hidupnya sangat dipengaruhi oleh kedalaman air, seperti : koral, algae.
Kedalaman air kadang-kadang memberikan kenampakan yang khas,
dengan melihat kenampakan dapat diketahui kedalaman dari batuan
pada aat diendapkan, kenampakan tersebut misalnya :
a. “Cut and Fill Structures”, dan perlapisan silang siur, yang menunjukkan
di daerah tersebut ada arus dan gelombang.
b. “Mud Crack”, yang menunjukkan daerah tersebut tersigkap pada
atmosfer.
c. Beberapa jenis “Trail and Burrow” ternyata berbeda bentuknya karena
disebabkan beberapa perbedaan kedalaman dari air.
2. Kecepatan
Energi kinetis dari air merupakan kontrol bagi pegerakan sedimen.
Sedimen yang berbutir halus tidak bisa terbentuk dalam lingkungan
turbulensi terlalu tinggi.
3. Temperatur
Temperatur akan mengontrol kelarutan dari CaCO3 dan kecepatan
pertukaran zat atau unsur dari tumbuh-tumbuhan dan hewan, sebagai
contoh : populasi yang besar dari organisme dan karbonat jarang
terdapat di dalam air dingin.
4, Kegaraman
Merupakan kontrol penting bagi aktifitas biologis. Populasi dari hewan
dan tumbuh-tumbuhan banyak yang dipengaruhi oleh kegaraman dari
air.
5. Eh (potensial oksidasi) dan pH (konsentrasi ion H)
Eh dan pH merupakan dua aspek kimia yang penting dalam lingkungan
pengendapan, yang akan mengontrol sedimen dan dauna yang hidup di
dasar.
6. Bentuk Fisik dari Lingkungan Pengendapan
Bentuk fisik dari lingkungan pengendapan kerap kali mengontrol
sedimen yang ada dalam cekungan. Bentuk fisik dari lingkungan
pengendapan dapat berupa : kemiringan dari permukaan, kedalaman
dari daerah deposisi.

3. A. Lingkungan pengendapan daratan

1. Kipas Aluvial (Alluvial fans): endapan menyerupai kipas yang terbentuk


di kaki gunung. Alluvial fans umum berada di daerah kering sampai semi-
kering dimana curah hujan jarang tetapi deras, dan laju erosi besar.
Endapan alluvial fan khas akan kwarsa, pasir dan gravel bersorting buruk.
2. Lingkungan Fluvial (Fluvial Environments): mencakup braided river,
sungai bermeander, dan jeram. Saluran-saluran sungai, ambang sungai,
tanggul, dan dataran-dataran banjir adalah bagian dari lingkungan fluvial.
Endapan di saluran-saluran sungai terdiri dari kwarsa, gravel dengan
kebundaran baik, dan pasir. Ambang sungai terbentuk dari gravel atau
pasir, tanggul-tanggul terbuat dari pasir berbutir halus ataupun lanau.
Sementara, dataran-dataran banjir ditutupi oleh lempung dan lanau.

3. Lacustrine environments (danau): mempunyai karakteristik yang


bermacam-macam; besar atau kecil, dangkal atau dalam; diisi oleh
sedimen evaporit, karbonatan, atau terrigeneous. Sedimen berbutir halus
dan bahan organic yang mengendap pada beberapa danau menghasilkan
serpih berlapis yang mengandung minyak.
4. Gurun (Aeolian or aolian environments): biasanya berupa daerah luas
dengan bukit-bukit dari endapan pasir. Endapan pasir mempunyai sorting
yang baik, kebundaran yang baik, cross-bedded tanpa adanya asosiasi
dengan gravel atau lempung.

5. Rawa (Paludal environments): air yang diam dengan tumbuhan hidup


didalamnya. Terdapat endapan batu bara.

1. Delta: endapan berbentuk kipas, terbentuk ketika sungai mengaliri


badan air yang diam seperti laut atau danau. Pasir adalah endapan yang
paling umum ditemui.
2. . Pantai dan barrier islands: didominasi oleh pasir dengan fauna marine.
Barrier islands terpisah dari pulau utama oleh lagoon. Umumnya
berasosiasi dengan endapan tidal flat.

3. Lagoons: badan dari air yang menuju darat dari barrier islands.
Lagoons dilindungi dari gelombang laut yang merusak oleh barrier
islands dan mengandung sediment berbutir lebih halus dibandingkan
dengan yang ada di pantai (biasanya lanau dan lumpur). Lagoons juga
hadir di balik reef atau berada di pusat atoll.

4. Tidal flats: membatasi lagoons, secara periodik mengalami pasang surut


(biasanya 2 kali sehari), mempunyai relief yang rendah, dipotong oleh
saluran yang bermeander. Terdiri dari lapisan-lapisan lempung, lanau,
pasir halus. Stromatolit dapat hadir jika kondisi memungkinkan.
C. Lingkungan pengendapan laut

Lingkungan pengendapan laut adalah semua lingkungan pengendapan


yang berada di laut atau samudera.

1. Reefs: tahan terhadap gelombang, strukturnya terbentuk dari kerangka


berbahan calcareous dari organisme seperti koral dan beberapa jenis alga.
Kebanyakan reef zaman resen berada pada laut yang hangat, dangkal,
jernih, laut tropis, dengan koordinat antara garis lintang 30 oN dan 30oS.
Cahaya matahari diperlukan untuk pertumbuhan reef.

2. Continental shelf: terletak pada tepi kontinen, relative datar (slope <
0.1o), dangkal (kedalaman kurang dari 200 m), lebarnya mampu mencapai
beberapa ratus meter. Continental shelf ditutupi oleh pasir, lumpur, dan
lanau.

3. Continental slope dan continental rise: terletak pada dasar laut dari
continental shelf. Continental slope adalah bagian paling curam pada tepi
kontinen. Continental slope melewati dasar laut menuju continental rise,
yang punya kemiringan yang lebih landai. Continental rise adalah pusat
pengendapan sedimen yang tebal akibat dari arus turbidity.
4. Abyssal plain: merupakan lantai dasar samudera. Pada dasarnya datar
dan dilapisi oleh very fine-grained sediment, tersusun terutama oleh
lempung dan sel-sel organisme mikroskopis seperti foraminifera,
radiolarians, dan diatom.

4. BATU BARA

Teori Pembentukan Batu Bara

Terdapat 2 teori yang menjelaskan tentang tempat dalam proses


pembentukan batu bara, yaitu :

1. Teori Insitu
Proses pembentukan batu bara terjadi di tempat asal tumbuhan tersebut
berada. Tumbuhan yang telah mati akan langsung tertimbun lapisan
sedimen dan kemudian mengalami proses pembatubaraan tanpa
mengalami proses perpindahan tempat. Batubara dihasilkan dari proses ini
memiliki kualitas yang baik. Penyebaran batubara jenis ini sifatnya merata
dan luas, bisa dijumpai di wilayah Muara Enim Sumatera Selatan.

2. Teori Drift
Berdasarkan teori ini, batubara terbentuk bukan di tempat asal tumbuhan
itu berada. Tumbuhan yang telah mamti akan terangkut air hingga
terkumpul di sutu tempat dan mengalami proses sedimentasi dan
pembatubaraan. Kualitas batubara yang dihasilkan dari proses ini
tergolong kurang baik karena tercampur material pengotor pada saat
proses pengangkutan. Penyebaran batubara ini tidak begitu luas, namun
dapat dijumpai dibeberapa tempat seperti di lapangan batubara delta
Mahakam Purba, Kalimantan Timur.

Proses Pembentukan BatuBara

a. Pembusukan, bagian-bagian tumbuhan yang lunak akan diuraikan oleh


bakteri anaerob (bakteri yang tidak memerlukan oksigen untuk hidup).
b. Pengendapan, tumbuhan yang telah mengalami proses pembusukan
selanjutnya akan mengalami pengendapan, biasanya di lingkungan yang
berair. Akumulasi dari endapan ini dengan endapan-endapan sebelumnya
akhirnya akan membentuk lapisan gambut.
c. Dekomposisi, lapisan gambut akan mengalami perubahan melalui proses
biokimia dan mengakibatkan keluarnya air dan sebagian hilangnya unsur
karbon dalam bentuk karbondioksida, karbonmonoksida, dan metana.
Secara relative, unsusr karbon akan bertambah dengan adanya pelepasan
unsur atau senyawa tersebut.
d. Geotektonik, lapisan gambut akan mengalami kompaksi akibat adanya
gaya tektonik dan kemudian akan mengalami perlipatan dan patahan.
Batubara low grade dapat berubah menjadi batubara high grade apabila
gaya tekbtonik yang terjadi adalah gaya tektonik aktif, karena gaya
tektonik aktif dapat menyebabkan terjadinya intrusi atau keluarnya
magma. Selain itu, lingkungan pembentukan batubara yang berair juga
dapat berubah menjadi area darat dengan adanya gaya tektonik setting
tertentu.
e. Erosi, proses pengikisan pada permukaan batubara yang telah mengalami
proses geotektonik. Permukaan yang telah terkelupas akibat erosi inilah
yang hingga saat ini dieksploitasi manusia.

2. BATU RIJANG.

Proses Pembentukan Batu rijang :


Batu rijang dapat terbentuk ketika mikrokristal silicon dioksida (SiO2) tumbuh
dalam sedimen lunak yang akan menjadi batu kapur. Dalam sedimen tersebut,
jumlah yang sangat besar dari mikrokristal silicon dioksida akan tumbuh menjadi
nodul yang terbentuk tidak teratur atau konkresi silika terlarut terangkut oleh air
ke sebuah lingkungan pengendapan.

Jika nodul-nodul atau konkresi tersebut bergabung dalam jumlah yang besar,
maka akan membentuk lapisan rijang dalam suatu massa sedimen. Rijang yang
terbentuk dengan cara seperti ini biasa disebut sebagai batuan sedimen kimia.
Beberapa silikon dioksida dalam rijang diperkirakan memiliki asal biologis.
Dibeberapa tempat baik itu dilingkungan ‘laut dalam’ maupun ‘laut dangkal’,
dimana lingkungan tersebut terdapat diatom atau radiolarian yang hidup di air.
Organisme ini memiliki cangkang kaca silica yang licin (glassy silica skeleton).

Beberapa spons juga menghasilkan ‘spikula’ yang terdiri dari silica. Ketika
organisme ini mati, skeleton silica mereka akan terlepas, larut, mengkristal fan
kemudian menjadi bagian fari nodul rijang atau lapisan rijang. Rijang yang
terbentuk dengan cara ini bisa dianggap sebagai batuan sedimen biologis.

3. BATU GAMPING

Pembentukan batu gamping pada lingkungan laut :

Kebanyakan batu gamping terbentuk di laut dangkal, tenang dan pada perairan
yang hangat. Lingkunagan ini merupakan lingkungan ideal dimana organisme
mampu membentuk cangkang kalsium karbonat dan skeleton sebagai sumber
bahan pembentuk batu gamping. Ketika organiskme tersebut mati, cangkang dan
skeleton mereka akan menumpuk membentuk sedimen yang selanjutnya akan
terlitifikasi menjadi batu gamping.

Produk sisa organisme tersebut juga dapat berkontribusi untuk pembentukan


sebuah massa sedimen. Batu gamping yang terbentuk dari sedimen sisa organisme
dikelompokkan sebagai batuan sedimen biologis. Asal biologis mereka sering
terlihat oleh kehadiran fosil.
Beberapa batu gamping dapat terbentuk oleh pengendapan langsung kalsium
karbonat dari air laut. Batu gamping yang terbentuk dengan cara ini
dekelompokkan sebagai batuan sedimen kimia. Batu gamping ini dianggap kurang
melimpah dibandingkan batu gamping biologis.

Pembentukan Batu Gamping pada Lingkungan Evaporasi :

Batu gamping juga dapat terbentuk melalui penguapan. Stalaktit, stalakmit, dan
formasi gua lainnya (sering disebut speleothemes) adalah contoh dari batu
gamping yang terbentuk melalui penguapan. Disebuah gua, tetesan air akan
merembes dari atas memasuki gua melaluirekahan ataupun ruang pori dilangit-
langit gua,kemudian akanmenguap sebelum jatuh ke lantai gua.

Ketika air menguap, setiap kalsium karbonat yang dilarutkan dalam air akan
tersimpan dilagit-langit gua. Seiring waktu, proses penguapan ini dapat
mengakibatkan akumulasi seperti es kalsium karbonat di langit-langit gua, deposit
ini dikenal sebagai stalaktit. Jika tertesan jatuh ke lantai dan menguap serta
tumbuh atau berkembang ke atas (dari lantai gua)depositnya disebut stalakmit.
Batu gamping yang membentuk formasi gua ini dikenal sebagai ‘travertine’ dan
masuk dalam kelompok batuan sedimen kimia.

4. BATU GARAM
Terbentuknya batu garam ini umumnya akibat dari penguapan air yang
mengandung garam seperti air laut yang banyak mengandung ion-ion Na+
(Sodium) dan Cl– (Cloride). Batu garam ini umumnya terbentuk di daerah danau
yang mengering akibat penguapan, teluk-teluk yang relative tertutup, daerah
estuarine yang ada di daerah arid, daerah-daerah di dekat laut seperti lagoon dan
lain-lain.

michiganbasin.jpgPada jaman dulu dalam skala waktu geologi, sejumlah air yang
sangat besar seperti misalnya Laut Mediterania atau laut yang mampu memasuki
cekungan Michigan di Era Paleozoic (600-230 juta tahun yang lalu) menguap dan
menghasilkan sedimen batu garam yang sangat tebal dan luas.

saltcycle.jpgBeberapa teori menjelaskan terbentuknya batu garam yang ada di


cekungan Michigan. Salah satunya adalah siklus garam dimana banyak
dipengaruhi oleh proses penguapan dan pengendapan garam akibat hilangnya
sejumlah air laut yang tidak dapat menahan ion-ion garam yang ada dalam larutan
seperti yang dijelaskan sebagai berikut:
Pada jaman Kambrium dan Ordovician (600-500 juta tahun yang lalu)
cekungan Michigan mulai terbentuk. Pada jaman Silur (425 juta tahun yang lalu),
batu gamping (limestone) mulai diendapkan di cekungan Michigan. Dengan
bertambah besarnya kecepatan penurunan cekungan di Michigan pada jaman ini,
sejumlah terumbu karang (coral reef) terbentuk dan terumbu-terumbu tersebut
menjadi semacam penghalang (barrier) sehingga membatasi aliran air laut.
Dengan dibantu oleh kondisi iklim daerha tersebut yang arid, maka sinar
matahari dan temperatur yang cukup panas menyebabkan air yang ada di
cekungan Michigan menguap .
Karena semakin banyaknya air yang menguap, maka air yang tersisa tidak
dapat menahan garam yang ada di larutan sehingga garam-garam tersebut mulai
diendapkan dan jatuh ke dasar laut.
Oleh karena air laut yang mampu masuk ke cekungan Michigan semakin
banyak maka siklus di atas terulang kembali dan terjadi lagi seterusnya sehingga
garam yang diendapkan semakin tebal.

michiganbasinrocks.jpgInilah kenapa Michigan menjadi salah satu negara bagian


yang menghasilkan dijumpai batu garam dan menjadi salah satu penghasil garam
terbesar di Amerika. Proses pembentukan garam yang terjadi sekarang juga bisa
dijumpai di beberapa tempat di dunia seperti di Laut Mati (Dead Sea) di Jordan
dan Israel.

5. STALASTIK DAN STALAGMIT


Stalaktit terbentuk dari pengendapan kalsium karbonat dan mineral lainnya, yang
terendapkan pada larutan air bermineral. Batu kapur adalah batuan kalsium
karbonat, yang dilarutkan oleh air yang mengandung karbon dioksida, sehingga
membentuk larutan kalsium bikarbonat. Larutan ini mengalir melalui bebatu
sampai mencapai sebuah tepi, dan jika tepi ini berada di atap gua maka larutan
akan menetes ke bawah. Ketika larutan mengalami kontak dengan udara, terjadi
reaksi kimia yang terbalik dari sebelumnya dan partikel kalsium karbonat
tersimpan sebagai endapan.
Stalagmit adalah pembentukan gua secara vertikal (tumbuh dari bawah ke atas).
Stalagmit terbentuk dari kumpulan kalsit yang berasal dari air yang menetes.
Stalagmit ditemukan di lantai gua, biasanya langsung ditemukan di bawah
stalaktit. Mineral yang dominan dalam pembentukan stalagmit adalah kalsit
(kalsium karbonat). Mineral lainnya meliputi karbonat lain, opal, kalsedon,
limonit dan beberapa sulfida.
5. - http://suarageologi.blogspot.com/2013/12/lingkungan-pengendapan-
batuan-sedimen.html
- https://www.geologinesia.com/2017/12/pengertian-lingkungan-
pengendapan.html
- http://eksplosive08-fajrinuh.blogspot.com/2011/10/defenisi-
lingkungan-pengendapan.html

Anda mungkin juga menyukai