PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Batuan Karbonat
Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mengandung mineral karbonat
lebih dari 50%. Sedangkan mineral karbonat adalah mineral mengandung CO 3 dan
satu atau lebih kation Ca, Mg, Fe, dan Mn. Pada umumnya, mineral karbonat adalah
kalsit (CaCO3) dan dolomit (CaMg (Co3)2). Batuan karbonat umumnya terdiri atas
batugamping (kalsit sebagai mineral utama) dan batudolomit (dolostone). Umur
batuan ini sangat bervareasi mulai dari pra-Kambrium sampai Kuarter. Batuan
2.
3.
dengan komposisi utama kalsit akan mengalami proses diagenesa yang berbeda
dibandingkan dengan batuan karbonat yang berkomposisi dominan aragonit maupun
juga dolomit. Lingkungan pelarutan dan lithifikasi yang berbeda, misal di lingkungan
air laut dan air tawar akan menghasilkan batuan yang berbeda. Demikian juga halnya
dengan tekstur semen dan butiran batuan, juga akan bervariasi bergantung pada
tekanan dan temperatur lingkungan diagenesanya.
Lingkungan diagenesa yang berbeda akan memiliki proses kimia dan fisika
yang relatif berbeda pula, sehingga produk diagenesanya pun akan berbeda. Hal
inilah yang dapat dijadikan indikator untuk mengetahui lingkungan diagenesa yang
bersangkutan. Ada beberapa lingkungan diagenesa beserta produknya, yaitu:
1.
2.
3.
4.
Pelarutan (Dissolution)
Merupakan proses melarutnya komponen karbonat yang terjadi saat fluida
pori tidak jenuh (undersaturated) oleh mineral-mineral karbonat. Pelarutan akan
terbantu oleh adanya mineral yang bisa larut (mineral karbonat yang tidak stabil
seperti aragonit dan Mg-calcite), serta nilai pH yang rendah (lingkungan menjadi
asam). Fluida air pori yang ada dalam ruang antar butiran pada batuan karbonat
biasanya akan sangat agresif melarutkan karbonat jika terkandung konsentrasi gas
CO2 yang disumbangkan oleh lingkungan sekitar (misalnya karbon dan oksigen yang
dilepaskan oleh jasad oganik). Pelarutan karbonat kurang banyak terjadi di
lingkungan laut. Tapi justru banyak terjadi pada lingkungan darat atau manapun yang
ada perkolasi (rembesan) dari air meteorik (air hujan maupun air tawar). Bentang
alam karst merupakan hasil dari proses pelarutan batuan karbonat. Pembentukkannya
dipengaruhi oleh proses pelarutan yang sangat tinggi di bandingkan dengan batuan di
tempat lainnya dimanapun. Proses pelarutan tersebut umumnya dibarengi dengan
proses-proses lainnya seperti runtuhan, transport dalam bentuk larutan melalui
saluran bawah tanah, juga longsoran dan amblesan dipermukaan. Pelarutan yang
terjadi secara terus menerus, pada akhirnya menciptakan bentukan alam yang sangat
beragam. Proses pelarutan tersebut dapat digambarkan dalam reaksi kimia yaitu :
CaCO3
(batu gamping)
Salah satu bentangan Karst yang ada di Indonesia yaitu Kawasan Karst
Gunung Sewu, dimana daerah ini memiliki topografi Karst yang terbentuk oleh
proses pelarutan batuan kapur. Kabupaten Wonogiri merupakan bagian dari
bentangan Karst Gunung Sewu yang dimana daerah ini memiliki topografi karst yang
terbentuk oleh proses pelarutan batuan kapur.
Secara umum, pelarutan karena pergerakan air melewati batuan karbonat akan
melarutkan mineral karbonat yang dilewatinya, maka imbasnya: (1) air akan berubah
kimianya (karena adanya konsentrasi ion karbonat di dalamnya), (2) air akan masuk
ke litologi berbeda atau sebaliknya air datang membawa material asing dari batuan
lain sebelum menerobos karbonat dan membawa sistem baru, (3) perilaku pelarutan
Sementasi (Cementation)
Merupakan proses presipitasi yang terjadi pada saat lubang antar pori batuan
karbonat terisi oleh fluida jenuh karbonat. Dalam proses ini butiran-butiran sedimen
direkat oleh material lain yang terbentuk kemudian, dapat berasal dari air tanah atau
pelarutan mineral-mineral dalam sedimen itu sendiri. Proses ini merupakan proses
diagenetik yang penting untuk semua jenis batuan sedimen, termasuk didalamnya
batuan karbonat. Di lantai laut, sementasi terjadi di air hangat dalam pori dari butiran
ruangan antar butiran karbonat. Di meteoric realm (lingkungan meteorik dimana
pengaruh air yang hadir hanya dari hujan saja) sementasi juga hadir disini, semennya
dominan kalsit. Meskipun kondisi yang mengontrol sementasi pada kedalaman
kurang dipahami pasti, tapi beberapa faktor dapat diketahui mengontrol hal ini. Air
pori, peningkatan temperatur, dan penurunan tekanan parsial dari karbondioksida
merupakan faktor-faktor yang diperlukan untuk presipitasi semen kalsit ini. Pada
proses sementasi ini diperlukan suplai kalsium karbonat secara mutlak. Sifat
sementasi ini berlawanan dengan pelarutan, dimana sementasi membuat mineral
semen (karbonat) terpresipitasi, sementara pelarutan akan merusak struktur mineral
yang telah terbentuk.
Dolomitisasi (Dolomitization)
Merupakan proses penggantian mineral-mineral kalsit menjadi dolomit.
Dolomit mempunyai komposisi CaMg(CO3)2 dan secara kristalografi serupa dengan
kalsit, namun lebih besar densitasnya, sukar larut dalam air, dan lebih mudah patah
(brittle). Secara umum, dolomit lebih porous dan permeable dibandingkan limestone.
Dalam proses dolomitisasi, kalsit (CaCO3) ditransformasikan menjadi dolomite
(CaMg(CO3)2) menurut reaksi kimia :
2CaCO3 + MgCl3 ==> CaMg(CO3)2 + CaCl2
Menurut para ahli, batugamping yang terdolomitasi mempunyai porositas
yang lebih besar dari pada batugamping itu sendiri. Dolomitisasi bisa terjadi dilaut
dangkal-campuran fresh dan sea water, tidal flat, di danau, lagoon, dll, apalagi kalau
ada batuan yang mengandung Mg yang dilewati sungai-sungai dan membawanya ke
lingkungan dimana batu gamping berada atau terjadi.
Mechanical Compaction
Merupakan proses diagenesa yang terjadi akibat adanya peningkatan tekanan
overburden. Seperti halnya pada batuan silisiklastik, kompaksi terjadi karena adanya
pembebanan sedimen yang berada diatasnya. Proses kompaksi ini menyebabkan
berkurangnya porositas batuan, karena terjadi juga thining (penipisan) dari bed
(perlapisan batuan) pada kedalaman dangkal. Seiring bertambahnya kedalaman,
tekanan juga akan bertambah, sedangkan porositas karbonat berkurang sampai
setengahnya atau lebih (porositas saat batuan mengendap) sekitar 50-60% pada
kedalaman sekitar 100 m (Boggs, 2006). Proses kompaksi ini terjadi karena adanya
gaya berat/gravitasi dari material-material sedimen yang semakin lama semakin
bertambah sehingga volume akan berkurang dan cairan yang mengisi pori-pori akan
bermigrasi ke atas, menyebabkan hubungan antar butir menjadi lebih lekat dan juga
air yang dikandung dalam pori terperas keluar.. Kompaksi menyebabkan
berkurangnya porositas batuan karena adanya rearangement (penyusunan ulang) dari
butiran butiran yang jarang (tidak bersentuhan) menjadi saling bersentuhan atau
makin rapat. Ketika sedimen pertama kali terendapkan tentu saja berupa material
lepas (loose) dan sifatnya porous (berpori), ketika kompaksi terjadi material lepas ini
akan menjadi lebih rapat dan padat yang otomatis akan mengurangi porositasnya.
Berikut adalah gambaran butiran sedimen karbonat sebelum dan sesudah
mengalami kompaksi:
Chemical Compaction
a. Butiran
Butiran atau grain adalah semua komponen dalam batuan karonat yang
berkomposisi kalsium karbonat (CaCO3) baik yang berasal dari proses biologi seperti
terumbu maupun dari proses biokimia. Butiran ini merupakan komponen yang
menunjukkan kesan berbutir dengan batas-batas antar butir. Komponen tersebut dapat
berupa hasil rombakan batuan karbonat itu sendiri atau batuan karbonat yang telah
terbentuk sebelumnya (luar lingkungan pengendapan), fragmen-fragmen organisme
ataupun hasil aktifitas organisme dan presipitasi mineral-mineral karbonat atau hasil
diagenesis.
Jika dianalogikan terhadap batuan silisiklastik, butiran merupakan fragmen
yang berada dalam massa matriks dan semen. Butiran dibagi menjadi dua kelompok
yaitu yang berasal dari organisme atau skeletal dan yang berasal dari non-organisme
atau non-skeletal.
Skelektal
Skeletal adalah komponen batuan karbonat yang berasal dari organisme baik dalam
bentuk utuh maupun berupa fragmental. Komponen tersebut merupakan penyusun batuan
karbonat yang umum dijumpai. Komponen ini dapat berupa organisme utuh (dikenal dengan
fosil) atau sebagai fragmen-fragmen organisme. Jenis organisme yang bertindak sebagai
komponen skeletal dalam batuan karbonat bervariasi sepanjang sejarah geologi. Penyusun
batuan karbonat dalam hal ini diambil referensi adalah terumbu mulai dari kala Paleozoikum
hingga Kenozoikum.
sangat kecil dan semakin ke arah resen (umur muda) keaneka ragaman organisme pembentuk
batuan karbonat semakin banyak. Diversitas (keaneka ragaman) jenis organisme mulai
berkembang pesat pada Era Mesozoikum khususnya pada Zaman Karbon. Khusus untuk
Tersier, organisme yang umum dijumpai adalah koral, algae dan foraminifera dengan spesies
yang cukupberagam. Selain itu juga dijumpai molluska, stromatoporoid dan lain-lain. Pada
umumnya untuk batuan berumur Tersier, terutama pada kala Neogen maka komponen
skeletalnya atau fosilnya hampir sama dengan yang hidup sekarang ini. Ada tiga kelompok
utama penyusun batuan karbonat pada kala Tersier yaitu Algae, Koral dan Foraminifera.
Jenis-jenis skeletal yang umum dijumpai pada batuan karbonat. Sketsa organisme yang hidup
sekarang berupa algae (A), koral (B), dan Sponge (C).
Non-skelektal
Komponen Non-skeletal adalah material penyusun batuankarbonat yang
berasal dari non organisme. Material tersebut terakumulasi pada suatu cekungan
atau lingkungan pengendapan dengan proses yang berbeda-beda. Komponenkomponen tersebut adalah lithoklas (intraklas dan ekstraklas), ooids, peloids dan
coated grain. Sedangkan yang berasal dari organisme dengan proses tertentu
misalnya onkoliths, rhodoliths.
- Ooid (oolite)
yang
menjadikan
penggunaannya
dalam
interpretasi
lingkungan
matriks. Komponen ini sangat umum dijumpai dalam batuan karbonat dan
diinterpretasi terbentuk pada lingkungan berenergi rendah. Matriks harus dibedakan
dengan mikrit yang terbentuk melalui proses diagenesis (mikritisasi). Mikrit yang
terbentuk dengan proses tersebut bisa berasal dari komponen lain seperti butiran atau
semen. Jika dianalogikan dengan batuan sedimen silisiklastik, matriks disamakan
dengan lempung yang terendapkan pada lingkungan berenergi rendah.
c. Semen
Semen merupakan komponen batuan karbonat yang mengisi pori-pori dan
merupakan hasil diagenesis atau hasil presipitasi dalam pori batuan dari batuan yang
telah ada. Semen sering disamakan dengan sparit hasil neomorphisme, padahal sparit
hasil neomorphisme adalah perubahan (rekristalisasi) dari komponen karbonat yang
telah ada.
Kenampakan lapangan dari semen adalah bening seprti kaca, sedangkan
dibawah mikroskop memperlihatkan warna tranparan. Semen dapat terbentuk pada
ruang antar komponen dan dapat juga terbentuk pada ruang dalam komponen atau
ruang hasil pelarutan.
D.
karbonat
merupakan batuan yang mudah mengalami perubahan (diagenesis) oleh karena itu
studi tentang batuan karbonat tidak akan memberikan hasil yang maksimal jika tidak
mengetahui proses-proses yang terjadi pada saat dan setelah batuan tersebut
terbentuk.
fabrik batuan, misal mud supported atau grain supported bila ibandingkan dengan
komposisi batuan. Variasi kelas-kelas dalam klasifikasi didasarkan pada perbandingan
kandungan lumpur. Dari perbandingan lumpur tersebut dijumpai 5 klasifikasi
Dunham (1962). Nama nama tersebut dapat dikombinasikan dengan jenis butiran dan
mineraloginya. Batugamping dengan kandungan beberapa butir (<10%) di dalam
matriks lumpur karbonat disebut mudstone dan bila mudstone tersebut mengandung
butiran yang tidak saling bersinggungan disebut wackestone. Lain halnya apabila
antar butirannya saling bersinggungan disebut packstone / grainstone. Packstone
mempunyai tekstur grain supported dan punya matriks mud. Dunham punya istilah
Boundstone untuk batugamping dengan fabrik yang mengindikasikan asal-usul
komponenkomponennya yang direkatkan bersama selama proses deposisi.
Klasifikasi Dunham (1962) punya kemudahan dan kesulitan. Kemudahannya
tidak perlu menentukan jenis butiran dengan detail karena tidak menentukan dasar
nama batuan. Kesulitannya adalah di dalam sayatan petrografi, fabrik yang jadi dasar
klasifikasi kadang tidak selalu terlihat jelas karena di dalam sayatan hanya memberi
kenampakan 2 dimensi, oleh karena itu harus dibayangkan bagaimana bentuk 3
dimensi batuannya agar tidak salah tafsir. Pada klasifikasi Dunham (1962) istilahistilah yang muncul adalah grain dan mud. Nama-nama yang dipakai oleh Dunham
berdasarkan atas hubungan antara butir seperti mudstone, packstone, grainstone,
wackestone dan sebagainya. Istilah sparit digunakan dalam Folk (1959) dan Dunham
(1962) memiliki arti yang sama yaitu sebagai semen dan sama-sama berasal dari
presipitasi kimia tetapi arti waktu pembentukannya berbeda. Sparit pada klasifikasi
Folk (1959) terbentuk bersamaan dengan proses deposisi sebagai pengisi pori-pori.
Sparit (semen) menurut Dunham (1962) hadir setelah butiran ternedapkan. Bila
kehadiran sparit memiliki selang waktu, maka butiran akan ikut tersolusi sehingga
dapat mengisi grain. Peristiwa ini disebut post early diagenesis. Dasar yang dipakai
oleh Dunham untuk menentukan tingkat energi adalah fabrik batuan. Bila batuan
bertekstur mud supporteddiinterpretasikan terbentuk pada energi rendah karena
Dunham beranggapan lumpur karbonat hanya terbentuk pada lingkungan berarus
tenang. Sebaliknya grain supported hanya terbentuk pada lingkungan dengan energi
gelombang kuat sehingga hanya komponen butiran yang dapat mengendap.
E.
MINERAL
SISTEM
KRISTAL
KOMPOSISI
KIMIA
KELOMPOK KALSIT
Kalsit
Rombohedral
CaCo3
Magnesit
--
MgCo3
Rodosit
--
MnCo3
Siderit
--
FeCo3
Smitsonit
--
ZnCo3
KELOMPOK DOLOMIT
Dolomit
-Ankerit
--
CaMg(Co3)2
Ca(Mg,Fe,Mn)
(Co3)2
KELOMPOK ARAGONIT
Aragonit
Ortorombik
CaCo3
Kerusit
Strontianit
---
PbCo3
SrCo3
Witerit
--
BaCo3
KETERANGAN
Pengenalan tiga mineral utama batuan karbonat (kalsit, aragonit dan dolomit)
menjadi hal yang sangat penting dalam mempelajari komposisi batuan karbonat.
Akan tetapi, pengenalan itu sering mengalami kesulitan, baik secara kasatmata (mata
F.
Batas platform
Transisi dari shelf ke slope berpengaruh pada perubahan yang cepat dari pola
fasies karbonat. Pola pertama yang dicari oleh kebanyakan interpreter adalah bentuk
mound yang merepresentasikan reef. Beberapa contoh dengan seismik yang bagus
adalah karbonat Cretaceous di timur laut Amerika Serikat dan Teluk Meksiko,
karbonat Jurassic di Maroko, karbonat Miosen di Papua Nugini dan karbonat Permian
di Texas Barat. Beberapa buildup dapat mencapai ketinggian melebihi 1000 meter.
Salah satu signature kunci adalah adanya refleksi shingled kecil yang miring ke arah
lingkungan paparan (shelf). Ini adalah hasil dari transpor endapan karbonat oleh badai
dan arus dari puncak reef menuju bagian dalam platform. Signature internal dari
buildup biasanya adalah hilangnya amplitudo dan kemenerusan walaupun ini tidak
selalu benar. Karena kemiringan utama dari slope karbonat dapat melebihi 300 maka
transisi dari buildup ke slope bagian atas dapat terjadi secara mendadak.
Fasies Shelves
Fasies Shelves (shelf) lokasi pengendapan karbonat relatif sempit ratusan
meter sampai beberapa km saja). Endapan karbonat pada daerah ini dicirikan dengan
adanya break slope pada daerah tepi paparan, terdapatnya terumbu dan sand body
karbonat. Kompleks terumbu pada fasies ini terbagi menjadi : Fasies terumbu muka
(Force reef), inti terumbu (reef core) dan terumbu belakang (back reef).
Pasokan Sedimen
Suplai sedimen juga ikut berpengaruh terhadap sedimentasi batuan karbonat.
Suplai sedimen yang dimaksudkan adalah suplai sedimen asal darat. Hal ini dapat
mempengaruhi kondisi lingkungan pembentukan batuan karbonat. Suplai sedimen
yang sangat melimpah dapat mengganggu organisme untuk tumbuh dengan baik.
Selain itu, suplai sedimen dengan kecepatan yang cepat akan mengganggu
ketenangan dan kejernihan air laut dan dapat menghambat pertumbuhan batuan
karbonat karena suplai oksigen dan intensitas cahaya matahari menjadi berkurang.
5. Aktivitas Organisme
Aktivitas organisme merupakan faktor utama dalam pembentukan batuan
karbonat. Batuan karbonat dapat terbentuk ketika terjadi akumulasi dari organisme
sehingga organisme diibaratkan seperti produsen batuan karbonat. Ketika tidak ada
aktivitas organisme yang berkembang di suatu lokasi maka batuan karbonat tidak
akan pernah terbentuk.
6. Salinitas
Batuan karbonat memiliki kisaran salinitas antara 22% - 40% namun
terbentuk pada kisaran 25% - 35%. Oleh sebab itu, lingkungan laut merupakan
kondisi dengan salinitas yang relatif tinggi sehingga batuan karbonat dapat terbentuk
dengan baik.
7. Kedalaman
Pada umumnya dan kebanyakan, batuan karbonat diendapkan di perairan
dangkal dimana masih terdapat sinar matahari yang bisa menembus kedalaman air.
Terdapat suatu garis yang merupakan batas kedalaman air, dimana sedimen karbonat
dapat
ditemukan
pengendapannya
Compensation Depth).
8. Cahaya Matahari
yang
disebut
dengan
CCD
(Carbonate
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mengandung mineral karbonat
lebih dari 50%. Sedangkan mineral karbonat adalah mineral mengandung CO 3
dan satu atau lebih kation Ca, Mg, Fe, dan Mn. Pada umumnya, mineral
karbonat adalah kalsit (CaCO3) dan dolomit (CaMg (Co3)2).
2. Proses diagenesa batuan karbonat yaitu pelaruta, sementasi, dolomitasi, akibat
organism, mechanical compaction, dan chemical compaction.
3. Komponen komponen batuan karbonat terdiri 3 bagian yaitu butiran, semen dan
matriks. Butiran pada komponen ini terbagi menjadi dua yaitu da yang skelektal
dan ada yang non sklektal.
4. Klasifikasi batuan karbonat terdiri dari 4 yaitu klasifikasi folk, klasifikasi
dunham, klasifikasi embry & klovan dan klasifikasi mount.
5. Kelompok mineral batuan karbonat terbagi atas 3 kelompok yaitu kelompok
mineral kalsit, kelompok mineral dolomite, dan kelompok mineral aragonite.
6. Fasies dan lingkungan pengendapan batuan karbonat terdiri dari 3 yaitu fasies
karbonat platform, fasies karbonat shelf dan fasies karbonat ramps. Factor yang
mempengaruhi terbentuknya lingkungan pengendapan batuan karbonat yaitu
iklim, tektonik eseanografi, pasokan sedimen, aktivitas organisme, salinitas,
kedalaman cahaya matahari, dan kekeruhan.
B. Saran
Adapun saran penulis untuk makalah ini adalah semoga pembaca yang
membaca makalah ini dapat menambah wawasan pembaca tentang batuan karbonat.
Dan penulis juga meminta maaf bila ada huruf ataupun kata-kata yang kurang
dipahami dan tidak dimengerti