Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batuan karbonat didefinisikan sebagai batuan dengan kandungan material karbonat
lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat
kristalin hasil presipitasi langsung (Reijers & 1986). Bates & Jackson (1987) mendefinisikan
batuan karbonat sebagai batuan yang komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan
berat keseluruhan lebih dari 50 %. Sedangkan batugamping, menurut definisi Reijers & Hsu
(1986) adalah batuan yang mengandung kalsium karbonat hingga 95 %. Sehingga tidak
semua batuan karbonat merupakan batugamping.
Endapan sedimen (sedimentary deposit) adalah tubuh material padat yang
terakumulasi di permukaan bumi atau di dekat permukaan bumi, pada kondisi tekanan dan
temperatur yang rendah. Sedimen umumnya (namun tidak selalu) diendapkan dari fluida
dimana material penyusun sedimen itu sebelumnya berada, baik sebagai larutan maupun
sebagai suspensi. Definisi ini sebenarnya tidak dapat diterapkan untuk semua jenis batuan
sedimen karena ada beberapa jenis endapan yang telah disepakati oleh para ahli sebagai
endapan sedimen: (1) diendapkan dari udara sebagai benda padat di bawah temperatur yang
relatif tinggi, misalnya material fragmental yang dilepaskan dari gunungapi; (2) diendapkan
di bawah tekanan yang relatif tinggi, misalnya endapan lantai laut-dalam.

1.2 Ruang Lingkup Pembahasan


Petrologi sedimen (sedimentary petrology) adalah cabang petrologi yang membahas
batuan sedimen, terutama pemerian-nya. Di Amerika Serikat, istilah sedimentasi
(sedimentation) umumnya digunakan untuk menamakan ilmu yang mempelajari proses
pengakumulasian sedimen, khususnya endapan yang asalnya merupakan partikel-partikel
padat dalam suatu fluida. Pada 1932, Wadell mengusulkan istilah sedimentologi
(sedimentology) untuk menamakan ilmu yang mempelajari segala aspek sedimen dan batuan
sedimen.
Sedimentologi dipandang memiliki ruang lingkup yang lebih luas daripada petrologi
sedimen karena petrologi sedimen biasanya terbatas pada studi laboratorium, khususnya studi

sayatan tipis, sedangkan sedimentologi meliputi studi lapangan dan laboratorium (Vatan,
1954:3-8). Pemakaian istilah sedimentologi untuk menamakan ilmu yang mempelajari semua
aspek sedimen dan batuan sedimen disepakati oleh para ahli sedimentologi Eropa, bahkan
akhirnya dikukuhkan sebagai istilah resmi secara internasional bersamaan dengan
didirikannya International Association of Sedimentologists pada 1946.
Batas pemisah antara sedimentologi dengan stratigrafi sebenarnya tidak jelas.
Stratigrafi secara luas diartikan sebagai ilmu yang membahas tentang segala aspek strata,
termasuk studi tekstur, struktur, dan komposisi. Walau demikian, dalam prakteknya, para ahli
stratigrafi lebih banyak menujukan perhatiannya pada masalah penentuan urut-urutan
stratigrafi dan penyusunan kolom geologi. Jadi, masalah sentral dalam stratigrafi adalah
penentuan urut-urutan batuan dan waktu yang dicerminkan oleh berbagai penampang lokal,
pengkorelasian penampang-penampang lokal, dan penyusunan suatu penampang yang dapat
digunakan secara sahih sebagai wakil dari tatanan stratigrafi dunia. Walau demikian,
pengukuran ketebalan dan pemerian litologi umum (gross lithology) masih dipandang sebagai
tugas para ahli stratigrafi. Karena itu, tidak mengherankan apabila banyak pengetahuan
tentang ciri khas endapan sedimenmisalnya perlapisan, perlapisan silang-siur, dan ciri-ciri
lain yang sering terlihat dalam singkapandiperoleh dari hasil penelitian stratigrafi.
Pemelajaran batuan sedimen tidak dapat dipisahkan dari disiplin ilmu lain. Banyak
diantara disiplin ilmu itumisalnya mineralogi, geokimia, dan geologi kelautan
memberikan sumbangan pemikiran yang berharga untuk memperoleh pengertian yang lebih
mendalam mengenai endapan sedimen. Sedimentologi sendiri banyak memberikan
sumbangan pemikiran yang berharga dalam penelitian stratigrafi dan geologi ekonomi.

BAB II
BATUAN SEDIMEN KARBONAT DAN BATUAN SEDIMEN NON KLASTIK

2.1. Pendahuluan
Batuan karbonat didefinisikan sebagai batuan dengan kandungan material karbonat
lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat
kristalin hasil presipitasi langsung (Reijers & 1986). Bates & Jackson (1987) mendefinisikan
batuan karbonat sebagai batuan yang komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan
berat keseluruhan lebih dari 50 %. Sedangkan batugamping, menurut definisi Reijers & Hsu
(1986) adalah batuan yang mengandung kalsium karbonat hingga 95 %. Sehingga tidak
semua batuan karbonat merupakan batugamping.

2.2. Batuan sedimen Karbonat


Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mempunyai komposisi yang dominan
(lebih dari 50%) terdiri dari garam-garam karbonat, yang dalam prakteknya secara umum
meliputi Batugamping dan Dolomit. Proses Pembentukannya dapat terjadi secara insitu, yang
berasal dari larutan yang mengalami proses kimiawi maupun biokimia dimana pada proses
tersebut, organism turut berperan, dan dapat pula terjadi butiran rombakan yang telah
mengalami transportasi secara mekanik dan kemudian diendapkan pada tempat lain, dan
pembentukannya dapat pula terjadi akibat proses diagenesa dari batuan karbonat yang lain
(sebagai contoh yang sangat umum adalah proses dolomitisasi, dimana kalsit berubah
menjadi dolomite). Seluruh proses pembentukan batuan karbonat tersebut terjadi pada
lingkungan laut, sehingga praktis bebas dari detritus asal darat. Batuan karbonat memiliki
nilai ekonomi yang penting, sebab mempunyai porositas yang memungkinkan untuk
terkumpulnya minyak dan gas alam, terutama batuan karbonat yang telah mengalami proses
dolomitisasi, sehingga hal ini menjadikan perhatian khusus pada geologi minyak bumi.
Disamping sebagai reservoir minyak dan gas alam, batuan karbonat juga dapat berfungsi
sebagai reservoir airtanah, dan dengan adanya porositas dan permeabilitasnya serta mineralmineral batuan karbonat yang mudah untuk bereaksi maka batuan karbonat dapat menjadi
tempat berkumpulnya endapan-endapan bijih. Karena pantingnya Batuan karbonat sebagai
batuan yang dapat menyimpan mineral ekonomis maka penting untuk mengatahui genesa,

dan energi yang mempengaruhi pembentukan batuan karbonat tersebut, sehingga dapat
diperoleh gambaran untuk kegiatan eksplorasi. Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang
mempunyai komposisi yang dominan (lebih dari 50%) terdiri dari garam-garam karbonat,
yang dalam prakteknya secara umum meliputi Batugamping dan Dolomit. Proses
Pembentukannya dapat terjadi secara insitu, yang berasal dari larutan yang mengalami proses
kimiawi maupun biokimia dimana pada proses tersebut, organism turut berperan, dan dapat
pula terjadi butiran rombakan yang telah mengalami transportasi secara mekanik dan
kemudian diendapkan pada tempat lain, dan pembentukannya dapat pula terjadi akibat proses
diagenesa dari batuan karbonat yang lain (sebagai contoh yang sangat umum adalah proses
dolomitisasi, dimana kalsit berubah menjadi dolomite). Seluruh proses pembentukan batuan
karbonat tersebut terjadi pada lingkungan laut, sehingga praktis bebas dari detritus asal darat.
Batuan karbonat memiliki nilai ekonomi yang penting, sebab mempunyai porositas yang
memungkinkan untuk terkumpulnya minyak dan gas alam, terutama batuan karbonat yang
telah mengalami proses dolomitisasi, sehingga hal ini menjadikan perhatian khusus pada
geologi minyak bumi. Disamping sebagai reservoir minyak dan gas alam, batuan karbonat
juga dapat berfungsi sebagai reservoir airtanah, dan dengan adanya porositas dan
permeabilitasnya serta mineral-mineral batuan karbonat yang mudah untuk bereaksi maka
batuan karbonat dapat menjadi tempat berkumpulnya endapan-endapan bijih. Karena
pantingnya Batuan karbonat sebagai batuan yang dapat menyimpan mineral ekonomis maka
penting untuk mengatahui genesa, dan energi yang mempengaruhi pembentukan batuan
karbonat tersebut, sehingga dapat diperoleh gambaran untuk kegiatan eksplorasi.Pengertian
Batuan Karbonat Menurut Pettijohn (1975), batuan karbonat adalah batuan yang fraksi
karbonatnya lebih besar dari fraksi non karbonat atau dengan kata lain fraksi karbonatnya
>50%. Apabila fraksi karbonatnya <50% maka, tidak bisa lagi disebut sebagai batuan
karbonat. Fraksi-fraksi yang umum dapat dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Mineral
Karbonat yang Umum Dijumpai
Mineral
Aragonit
Kalsit
Magnesit
Dolomit
Ankerit
Siderit

Rumus Kimia
CaCO3
CaCO3
MgCO3
CaMg(CO3)2
Ca(FeMg)(CO3)2
FeCO3

Sistem Kristal
Orthorombik
Heksagonal(rombohedral)
Heksagonal(rombohedral)
Heksagonal(rombohedral)
Heksagonal(rombohedral)
Heksagonal(rombohedral)

Endapan-endapan karbonat pada masa kini terutama tersusun oleh aragonite, disamping itu
juga

kalsit

dan

dolomite.

Aragonite

tersebut

kebanyakan

berasal

dari

proses

biogenic(ganggang hijau ataucalcareous green algae) atau hasilpresipitasi langsung dari air
laut secara kimiawi. Aragonite ini bersifat tidak stabil, aslinya segera setelah terbentuk akan
berubah menjadi kalsit. Oleh karena adanya proses substitusi Cu dan Mg, maka endapan
kalsit pada endapan masa kini ada dua macam, yaitu :
1. Low-Mg calcite, apabila kandungan MgCO3<4% dan terbentuk pada daerah yang
dingin.
2. High-Mg calcite, apabila kandungan MgCO3>4% dan terbentuk pada daerah yang
hangat.
Komposisi Kimia dan Mineralogi Batuan Karbonat Mineralogi dan Komposisi kimia
batuan karbonat tidak memperlihatkan lingkungan pengendapan, tetapi penting sebagai
derajat diagenesa rekristalisasi dan penggantian kalsium karbonat (Graha, 1987).
a. Aragonit : CaCO3 (Ortorombik) Bentuk yang paling tidak stabil, sering dalam bentuk
serabut. Jarum-jarum aragonit biasanya diendapkan secara kimiawi, dari prespitasi langsung
dari air laut. Diagenesanya berubah menjadi kalsit, juga organisme membuat rumah (test) dari
aragonit seperti moluska.
b. Kalsit : CaCO3 (Heksagonal) Mineral ini lebih stabil, dan biasanya merupakan hablur
yang baik. Terdapat sebagai rekristalisasi dari aragonit, sering merupakan cavity filling atau
semen, dalam bentuk kristal kristal yang jelas. Kebanyakan gamping terdiri dari kalsit.
c. Dolomit : CaMg (CO3)2 Juga merupakan mineral penting, terutama sebagai batuan
reservoir, kristal sama dengan kalsit berbedanya pada bidang refraksi dari kalsit. Terjadi
secara primer (precipitasi langsung dari air laut), tetapi kebanyakan hasil dolomotisasi dari
kalsit.
d. High Magnesium Kalsit Larutan padat dari MgCO3 dalam kalsit. Tidak begitu banyak
terdapat, sering merupakan batuan dolomit Ls.
e. Magnesit : MgCO3 Biasanya berasosiasi denga evaporit.

Untuk batuan karbonat bertekstur klastika :


1. Kalsirudit, adalah breksi atau konglomerat dengan fragmen batugamping.
2. Kalkarenit, adalah batupasir yang tersusun oleh mineral karbonat.
3. Kalsilutit, adalah batugamping klastis berbutir halus (lanau lempung).
Untuk batugamping bertekstur non klastika, cukup diberi nama batugamping non
klastika. Apabila di dalam batugamping banyak mengandung fosil maka dapat
disebut batugamping berfosil. Sedangkan batuan karbonat yang sudah tersusun oleh kristal
kalsit atau dolomit disebut batugamping kristalin. Napal adalah terminologi untuk batuan
sedimen berbutir lanau dan lempung, tersusun oleh bahan silisiklastika dan karbonat.
Untuk batuan klastika gunungapi, tata namanya mengikuti batuan piroklastika yang
telah dijelaskan pada acara analisis batuan beku, yaitu terdiri dari tuf (halus dan
kasar), batulapili, breksi gunungapi dan aglomerat (Gambar 3.8). Dalam beberapa hal, secara
megaskopik, warna yang sangat khas dapat ditambahkan untuk penamaan batuan, contoh tuf
hijau, batupasir merah, batulempung hitam dsb.
Batuan sedimen jenis kedua pada umumnya bertekstur non-klastika. Tetapi
batuan sedimen jenis ketiga dan keempat dapat merupakan batuan sedimen klastika ataupun
batuan sedimen non-klastika.
Berdasar komposisi penyusun utamanya, batuan sedimen klastika (bertekstur klastika) dapat
dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1.

Batuan sedimen silisiklastika, adalah batuan sedimen klastika dengan mineral


penyusun utamanya adalah kuarsa dan felspar.

2. Batuan sedimen klastika gunungapi adalah batuan sedimen dengan material penyusun
utamanya berasal dari hasil kegiatan gunungapi (kaca, kristal dan atau litik), dan
3. Batuan sedimen klastika karbonat, atau batugamping klastika adalah batuan sedimen
klastika dengan mineral penyusun utamanya adalah material karbonat (kalsit).

Warna Batuan Sedimen

Pada umumnya, batuan sedimen berwarna terang atau cerah, putih, kuning atau abu-abu
terang. Namun demikian, ada pula yang berwarna gelap, abu-abu gelap sampai hitam, serta
merah dan coklat. Dengan demikian warna batuan sedimen sangat bervariasi, terutama sangat
tergantung pada komposisi bahan penyusunnya.
Kekompakan
Proses pemadatan dan pengompakan, dari bahan lepas (endapan) hingga menjadi batuan
sedimen disebut diagenesa. Proses diagenesa itu dapat terjadi pada suhu dan tekanan
atmosferik sampai dengan suhu 300 oC dan tekanan 1 2 kilobar, berlangsung mulai
sedimen mengalami penguburan, hingga terangkat dan tersingkap kembali di permukaan.
Berdasarkan hal tersebut, ada 3 macam diagenesa, yaitu :
1. Diagenesa eogenik, yaitu diagenesa awal pada sedimen di bawah muka air.
2. Diagenesa mesogenik, yaitu diagenesa pada waktu sedimen mengalami penguburan
semakin dalam.
3. Diagenesa telogenik, yaitu diagenesis pada saat batuan sedimen tersingkap kembali di
permukaan oleh karena pengangkatan dan erosi.
Dengan adanya berbagai macam diagenesa maka derajat kekompakan batuan sedimen juga
sangat bervariasi, yakni :
1. Bahan lepas (loose materials, masih berupa endapan atau sedimen)
2. Padu (indurated), pada tingkat ini konsolidasi material terjadi pada kondisi kering, tetapi
akan terurai bila dimasukkan ke dalam air.
3. Agak kompak (padat), pada tingkat ini masih ada butiran/fragmen yang dapat dilepas
dengan tangan atau kuku.
4. Kompak (keras), butiran tidak dapat dilepas dengan tangan/kuku.
5. Sangat kompak (sangat keras, biasanya sudah mengalami rekristalisasi).

Tekstur

Seperti diuraikan di atas, maka batuan sedimen dapat bertekstur klastika atau non klastika.
Namun demikian apabila batuannya sudah sangat kompak dan telah terjadi rekristalisasi
(pengkristalan kembali), maka batuan sedimen itu bertekstur kristalin. Batuan sedimen
kristalin umum terjadi pada batugamping dan batuan sedimen kaya silika yang sangat
kompak dan keras.
Bentuk Butir
Berdasar perbandingan diameter panjang (long) (l), menengah (intermediate) (i) dan pendek
(short) (s) maka terdapat empat bentuk butir di dalam batuan sedimen, yaitu (Gambar 3.2):
1. Oblate, bila l = i tetapi tidak sama dengan s.
2. Equant, bila l = i = s.
3. Bladed, bila l tidak sama dengan i tidak sama dengan s.
4. Prolate, bila i = s, tetapi tidak sama dengan l.
Apabila bentuk-bentuk teratur tersebut tidak dapat diamati, maka cukup disebutkan
bentuknya tidak teratur. Pada kenyataannya, bentuk butir yang dapat diamati secara
megaskopik adalah yang berukuran paling kecil granule (kerikil, f 2 mm). Bentuk butir itu
dapat disebutkan seperti halnya pemerian kebundaran di bawah ini.

Gambar 2.1 Empat kelas bentuk butir berdasarkan perbandingan diameter panjang (l),
menengah (i) dan pendek (s) menurut T. Zingg. Kelas A = oblate (tabular atau bentuk disk); B
= equant (kubus atau bulat); C = bladed dan D = prolate (bentuk rod). Masing-masing kelas
bentuknya digambarkan seperti terlihat pada gambar 2.2.

Kebundaran
Berdasarkan kebundaran atau keruncingan butir sedimen maka Pettijohn, dkk., (1987)
membagi kategori kebundaran menjadi enam tingkatan ditunjukkan dengan pembulatan
rendah dan tinggi (Gambar 3.3). Keenam kategori kebundaran tersebut yaitu:
1. Sangat meruncing (sangat menyudut) (very angular)
2. Meruncing (menyudut) (angular)
3. Meruncing (menyudut) tanggung (subangular)
4. Membundar (membulat) tanggung (subrounded)
5. Membundar (membulat (rounded), dan
6. Sangat membundar (membulat) (well-rounded).

Gambar 2.2 kategori kebundaran dan keruncingan butiran sedimen (Pettijohn, dkk., 1987).
Tekstur Permukaan
1. Kasar, bila pada permukaan butir terlihat meruncing dan terasa tajam. Tekstur permukaan
kasar biasanya dijumpai pada butir dengan tingkat kebundaran sangat meruncing-meruncing.
2. Sedang, jika permukaan butirnya agak meruncing sampai agak rata. Tekstur ini terdapat
pada butir dengan tingkat kebundaran meruncing tanggung hingga membulat tanggung.
3. Halus, bila pada permukaan butir sudah halus dan rata. Hal ini mencerminkan proses abrasi
permukaan butir yang sudah lanjut pada saat mengalami transportasi. Dengan demikian

butiran sedimen yang mempunyai tekstur permukaan halus terjadi pada kebundaran
membulat sampai sangat membulat.
Gambar 2.2, sekalipun hal itu dinyatakan sebagai katagori kebundaran, tingkatan ini
nampaknya lebih didasarkan pada tekstur permukaan daripada butir.
Ukuran Butir
Ukuran butir batuan sedimen klastika umumnya mengikuti Skala Wentworth (1922, dalam
Boggs, 1992) seperti tersebut pada Tabel 3.7.
Butir lanau dan lempung tidak dapat diamati dan diukur secara megaskopik. Ukuran butir
lanau dapat diketahui jika material itu diraba dengan tangan masih terasa ada butir seperti
pasir tetapi sangat halus. Ukuran butir lempung akan terasa sangat halus dan lembut di
tangan, tidak terasa ada gesekan butiran seperti pada lanau, dan bila diberi air akan terasa
sangat licin.
Tabel 3.7 Skala ukuran butir sedimen (disederhanakan).
Ukuran butir (mm)

Nama Butiran
Boulder

> 256

(bongkah)

Nama batuan
block
Breksi
(bentuk

kebundaran

64 256

Cobble (kerakal)

butiran meruncing)

4 64

Pebble

Konglomerat
(bentuk

kebundaran

24

Granule (kerikil)

butiran membulat)

1/16 2

Sand (pasir)

Batupasir

1/16 1/256

Silt (lanau)

Batulanau

< 1/256

Clay (lempung)

Batulempung

Kemas atau Fabrik


1. Kemas tertutup, bila butiran fragmen di dalam batuan sedimen saling bersentuhan atau
bersinggungan atau berhimpitan, satu sama lain (grain/clast supported). Apabila ukuran butir
fragmen ada dua macam (besar dan kecil), maka disebut bimodal clast supported. Tetapi bila
ukuran butir fragmen ada tiga macam atau lebih maka disebutpolymodal clast supported.
2. Kemas terbuka, bila butiran fragmen tidak saling bersentuhan, karena di antaranya terdapat
material yang lebih halus yang disebut matrik (matrix supported).
Gambar 2.3 memperlihatkan kemas di dalam batuan sedimen, meliputi bentuk pengepakan
(packing), hubungan antar butir/fragmen (contacts), orientasi butir atau arah-arah memanjang
(penjajaran) butir, dan hubungan antara butir fragmen dan matriks.

Gambar 2.3 Batuan sedimen berkemas butir: paking, kontak dan orientasi butir serta
hubungan antara butir matrik.
Pemilahan

Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen, artinya bila
semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka pemilahan semakin baik.
1. Pemilahan baik, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen tersebut seragam. Hal ini
biasanya terjadi pada batuan sedimen dengan kemas tertutup.
2. Pemilahan sedang, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen terdapat yang seragam
maupun yang tidak seragam.
3. Pemilahan buruk, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen sangat beragam, dari halus
hingga kasar. Hal ini biasanya terdapat pada batuan sedimen dengan kemas terbuka.

Gambar 2.4 Pemilahan ukuran butir di dalam batuan sedimen.


Porositas
Porositas adalah tingkatan banyaknya lubang (porous) rongga atau pori-pori di dalam batuan.
Batuan dikatakan mempunyai porositas tinggi apabila pada batuan itu banyak dijumpai
lubang (vesicles) atau pori-pori. Sebaliknya, batuan dikatakan mempunyai porositas
rendah apabila kenampakannya kompak, padat atau tersemen dengan baik sehingga sedikit
sekali atau bahkan tidak mempunyai pori-pori.
2.3. Evaporites
Batuan

sedimen

evaporit

tidak

dapat

membentuk

reservoir

seperti sandstone (batupasir) dan limestone, tetapi sangat penting untuk eksplorasi minyak
bumi karenan berfungsi sebagai cap rock yang baik maupun trap yang umum dijumpai.

Penamaan evaporite digunakan untuk semua jenis batuan sedimen evaporit seperti
batugaram, yang terbentuk oleh mineral akibat hasil dari presipitasi larutan garam yang
mengalami evaporasi. Hasil presipitasi yang lain dapat dijumpai seperti kalsit, gypsum,
anhidrit, halit dan garam pahit.
Evaporite dapat membentuk cap rocks yang baik karena memiliki sifat impermeabel,
dan tidak seperti shale, evaporit bersifat plastis dan sulit mengalami fracture. Formasi dari
struktur kubah garam dapat membentuk tipe trap (cebakan) yang berbeda. Trap dapat tercipta
dari patahan maupun lipatan yang berasosiasi dengan pertumbuhan kubah garam ke samping
maupun ke atas, dan juga dapat tercipta dari garam yang tumbuh menggantung pada suatu
stata batuan sedimen tertentu.
2.4. Batuan Sedimen yang Mengandung Silika
Batuan karbonat tersusun oleh ion kalsium (Ca2+), ion Magnesium (Mg2+), dan
tentu saja karbonat (CO3-). kalsium adalah logam umum yang dijumpai pada hampir semua
batuan karbonat (baik batugamping maupun dolomit) dan magnesium merupakan komponen
yang penting dalam dolomit. Kadar SiO2nya rendah. Kelimpahan silika yang banyak pada
batuan karbonat tergantung pada kandungan lempung silisiklastik yang ikut terendapkan
bersama butiran karbonat yang mengakibatkan kadar besi, silikat, dan alumina juga
meningkat saat dianalisis kandungan kimianya.
Banyak juga unsur lain yang hadir sebagai komponen minor atau elemen jejak.
Elemen-lemen jejak ini seperti: B, Be, Ba, Sr, Br, Cl, Co, Cr, Cu, Ga, Ge, dan Li. Konsetnrasi
elemen jejak ini dikontrol bukan hanya oleh mineralogi dari batuan tapi juga oleh tipe dari
kelimpahan relatif dari butiran fosil skeletal dalam batuan. Banyak konsetnrat organisme dan
unsur jejak yang ikt terbawa oleh fosil konsentrat ini diantaranya Ba, Sr, dan Mg dalam
struktur sekeltalnya.
Pada batuan karbonat secara umum komposisi mineral utamanya adalah aragonite.
Aragonit ini akan berubah menjadi kalsit dan dolomit. Kalsit (CaCO3) juga mengandung
magnesium dalam formulanya. Pada kristal rombohedral kalsit kalsium dapat diganti oleh
magnesium yang mampu mempertahankan struktur yang sama ketika kalsium ini larut
dalam air untuk membentuk polimorf dolomit. Ion magnesium dan ionkalsium ini
mempunyai ukuran yang sama. Maka, kita mengenal istilah low-magnesium calcite (atau
disebut kalsit) nilai MGCO3nya kurang dari 4% dan high magnesian calcite mengandung
MgCO3 lebih dari 4%. Kandungan kalsit yang tinggi ini menjadikan batugamping berubah

menjadi dolomit. Dikenal juga istilah stoichiometric dolomite, merupakan jenis dolomite
dengan perbandingan mol massa Mg dan Ca dalam dolomite 50% dan susunan ioannya
teratur, beberapa sumber lain menyebutkan bahwa suhu yang tinggi (mencapai 100 deg C)
mampu mempercepat pertukaran ion Mg dan Ca dalam struktur yang teratur maka produknya
disebut stoichiometric dolomite tadi.
Mineralogi dan kimia dari sedimen karbonat dapat secara kuat dipengaruhi oleh
komposisi fosil organisme kalkareous yang hadir, sebagai contoh, banyak moluska seperti
pelecypoda, gastropoda, pteropoda, chotons, dan chepalopoda, alga hijau, stromatoporoid,
scleractinian corals, dan annelida (skeletal grain semua) membentuk cangkang aragonit.
Echinoid, crinoid, foram bentik, dan corallin alga merah secara umum kaya akan magnesium
kalsit. Beberapa organisme lain yang mensekresi karbonat seperti foram planktonik,
coccolith, dan brachiopoda, memiliki low-magnesian calcite pada cangkangnya.
Beberapa studi elemen jejak telah dilakukan pada mienral karbonat (Parekh et al
1977., Tlig dan MRAbet 1985; Thomas, 1993). Secara umum nilai elemen rendah, karena
kebanyakan unsur jejak tidak mengganti secara langsung unsur unsur lain dalam mineral
karbonat (originnya gak bareng sama keterbentukan karbonat itu sendiri). Sebagai contoh
dolostone dan batugamping (induk) yang berhubungan di Tunisia memiliki kelimpahan REE
yang rendah (Tlig dan MRAbet, 1985). lebih jauh lagi, kerja Tlig dan MRabet ini
menunjukan bahwa dolomitisasi tidak menghasilkan perubhan radikal dari bentuk pola REE
yang hadir tapi menurunkan nilai REE secara umum. maka, jika pola REE terntentu
menggambarkan provenance atau kondisi lingkungan pengendapan, pola ini dapat
terpreservasi selama proses diagensis.
Analisis isotop dari material karbonat lebih umum dipakai dalam aspek geokimia
karbonat dibandingkan studi unsur jejak. Studi-studi isotop yang digunakan, dimanfaatkan
untuk menunjukan nature (ciri alami) dan jumlah relatif dari kehadiran air selama
pengendapan atau diagenesis (Land, 1980). isotop stabil yang dipakai disini adalah hidrogen,
karbon, dan oksigen (rasio oksigen 18 dan 16 sering dipake disini).
Mekanisme dasar bagaimana presipitasi karbonat ini terbentuk secara kimiawi
Ketika karbon dioksida (CO2) larut dalam air akan menghasilkan asam karbonat
(carbonic acid), selanjutnya asam karbonat ini akan terdisosiasi (terurai) ketika berada dalam
air melepaskan ion hidrogen (H+) dan ion asam bikarbonat (HCO3-). Terlepasnya ion

Hidrogen dari terurainya (terdisosiasi) asam bikarbonat (HCO3-) meningkatkan keasaman


larutan (nilai pH menurun) rekasi terkahir (6.3) diatas menunjukan bahwa ion karbonat
(CO3-) yang lepas inilah yang akan berikatan dengan kation-kation logam lain pembentuk
mineral karbonat. menurut Boggs, penambahan CO2 pada reaksi ini menyebabkan disolusi
(pelarutan) dari ion karbonat yang akan menurunkan pH (atau meningkatnya keasaman
penyebab terlepasnya ion H dalam air pada reaksi pertama).

2.5. Batuan Sedimen yang Kaya Zat Besi


Batuan sedimen yang kaya zat besi adalah batuan sedimen yang mengandung 15%
atau lebih zat besi.Namun, sebagian besar batuan sedimen mengandung zat besi dalam derajat
yang bervariasi. Sebagianbesar batuan ini diendapkan selama periode waktu geologi tertentu:
The

Prakambrium

(3800-570,000,000

tahun

yang

lalu),

awal

Paleozoic

(570-

410000000 tahun yang lalu), dan pertengahan sampaiakhir Mesozoikum (205-66000000


tahun yang lalu) . Secara keseluruhan, mereka membuat sebagian kecil dari catatan sedimen
keseluruhan. Batuan sedimen yang kaya zat besi memiliki kegunaan ekonomi sebagai bijih
besi. Deposito besi yang terletak di semua benua besar dengan pengecualian Antartika.
Mereka adalah sumber utama zat besidan ditambang untuk penggunaan komersial. Bijih besi
utama adalah dari kelompok oksida yang terdiridari hematit, goetit, dan magnetit. Karbonat
siderit juga biasanya ditambang. Sebuah sabuk produktif formasi besi dikenal sebagai rentang
besi.
Klasifikasi
Skema klasifikasi untuk batuan sedimen yang kaya zat besi adalah dibagi menjadi dua
bagian: ironstonesdan formasi besi atau batu rijang yang mengandung zat besi yang banyak.
Ironstones
Mempunyai komposisi 15% atau lebih zat besi . Hal ini diperlukan untuk batuan yang
dianggap sebagai batuan sedimen yang kaya zat besi. Umumnya, mereka berasal
dari Fanerozoikum yang berarti bahwatelah berusia 540 juta tahun yang lalu . Pasir
besi mengandung mineral besi dari kelompok berikut:.Oksida, karbonat, dan silikat. Beberapa
contoh mineral dalam batuan yang kaya zat besi yang mengandung oksida adalah limonit,
hematit, dan magnetit. Contoh dari mineral dalam kaya zat besibatuan yang mengandung
karbonat adalah siderit dan contoh mineral dalam batuan yang kaya zat besi yang
mengandung silikat chamosite. Mereka sering interbedded dengan batugamping, serpih, dan

batupasir halus. Mereka biasanya nonbanded, namun dapat sangat kasar banded pada .
Mereka kerasdan noncherty. Komponen berbagai batu dalam ukuran dari pasir untuk lumpur,
tapi tidak mengandung banyak silika. Batu pasir besi tidak dilaminasi dan kadang-kadang
mengandung ooids. Ooids bisa menjadi karakteristik yang jelas meskipun mereka biasanya
bukan komponen utama ironstones. Dalam ironstones, ooids terdiri dari silikat besi dan / atau
besi oksida dan kadang-kadang terjadi di bolak lamina. Mereka biasanya berisi puing-puing
fosil dan terkadang sebagian atau seluruhnya, fosil akan digantikan oleh mineral besi. Sebuah
contoh yang baik dari ini adalah pyritization. Mereka lebih kecil dalam ukuran dan lebih kecil
kemungkinannya untuk menjadi cacat ataubermetamorfosis dari formasi besi.] Bola besi
Istilah kadang-kadang digunakan untuk menggambarkan suatu nodul ironstone.
Formasi besi
Berkomposisi minimal15% zat besi , seperti ironstones dan semua batuan sedimen kaya zat
besi.Namun, formasi besi terutama Prakambrium di usia yang berarti bahwa mereka berusia
4.600-500 juta tahun yang lalu . Mereka jauh lebih tua dari ironstones. Mereka cenderung
cherty, meskipun rijang tidak dapat digunakan sebagai cara untuk mengklasifikasikan formasi
besi karena merupakan komponen umum dalam berbagai jenis batuan. Mereka
banded dengan baik bisa dimana saja terdiri dari beberapa milimeter sampai puluhan meter
ketetebalannya. Lapisan memiliki suksesi banded sangat berbeda yangterdiri dari besi yang
kaya lapisan yang bergantian dengan lapisan rijang. Formasi besi sering asosiasi dengan
dolomit, batu pasir yang kaya kuarsa, dan shale hitam. Mereka kadang-kadang rijang
ataudolomit. Mereka dapat memiliki banyak tekstur yang berbeda yang menyerupai batu
kapur. Beberapatekstur ini micritic, pellet, intraclastic, peloidal, Oolitic, pisolitic, dan
stromatolitic. Dalam formasi besikelas rendah, ada mineral dominan yang berbeda tergantung
pada jenis facies. Mineral yang dominandalam facies oksida adalah magnetit dan hematit.
Mineral yang dominan dalam facies silikat yanggreenalite, minnesotaite, dan glauconite.
Mineral yang dominan dalam fasies karbonat adalah siderit.Mineral yang dominan dalam
facies sulfida pirit. Kebanyakan formasi besi cacat atau bermetamorfosishanya karena usia
mereka sangat tua, tapi mereka masih mempertahankan komposisi kimia khasmereka yang
unik;

bahkan

pada

nilai

metamorf

tinggi.

Semakin

tinggi

kelas, semakin

bermetamorfosis.Batuan kelas rendah hanya dapat dipadatkan sementara kelas tinggi batu
sering tidak dapatdiidentifikasi. Mereka sering mengandung campuran banded formasi besi
dan formasi besi granular.Formasi besi dapat dibagi menjadi subdivisi dikenal sebagai:.
Formasi banded iron (BIF) dan formasi besigranular (GIF).

Banded formasi besi


Formasi besi banded (juga dikenal sebagai formasi ironstone banded atau BIF) adalah jenis
khas daribatuan sering ditemukan dalam primordial (Prakambrium) batuan sedimen. Struktur
terdiri dari lapisantipis berulang oksida besi, baik magnetit (Fe3O4) atau hematit (Fe2O3),
bergantian dengan band-banddari serpih besi dan rijang. Beberapa formasi batuan tertua yang
diketahui, terbentuk lebih dari 3.700 juta tahun yang lalu, termasuk banded lapisan besi, dan
lapisan banded adalah fitur umum dalamsedimen untuk sebagian besar sejarah awal bumi.
Formasi berlimpah sekitar waktu oksigenasi acarabesar, [ 2.400.000.000 tahun yang
lalu .Kemunculan kembali kondisi BIF pada 1.900 juta tahun yanglalu.Jumlah total oksigen
terkunci di dasar besi banded diperkirakan mungkin dua puluh kali volume saatoksigen di
atmosfer modern. Dasar atau alas besi banded merupakan sumber komersial yang
pentingbijih besi, seperti wilayah Pilbara Australia Barat dan Animikie Group di
Minnesota.Formasi besiGranular.Apa semua ini harus dilakukan dengan BIF? salah satu hal
yang menarik tentang besi adalah bahwaunsur besi (Fe) larut dalam air, sedangkan berbagai
oksida besi (seperti yang ditemukan dalam bandedformasi besi) mengendap. Air dari awal
Bumi pasti akan memiliki sumber zat besi, seperti emisi darigunung berapi bawah laut, dan
besi dibebaskan dari batuan dengan pelapukan kimia. Oleh karena itu,ketika organisme
muncul yang menghasilkan oksigen, besi terlarut di lautan akan dikombinasikandengan
oksigen terlarut membentuk oksida besi yang kemudian akan diendapkan, menghasilkan
oksidabesi yang menjadi ciri BIF.
2.6. Phosphorite Atau Batuan Fosfata
Fosfotit, batuan fosfat atau fosfat adalah batuan sedimen non-detrital yang
mengandung jumlah tinggi mineral dasar fosfat. Kandungan fosfat pada phosphorite
setidaknya 15 sampai 20%, yang merupakanpengayaan besar atas isi batuan sedimen khas
kurang dari 0,2%. Fosfat hadir sebagai fluorapatite CA5(PO4) 3F (CFA) biasanya dalam
massa cryptocrystalline (ukuran butir <1 mm) disebut sebagaicollophane. Hal ini juga hadir
sebagai hidroksi apatit CA5 (PO4) 3OH atau Ca10 (PO4) 6 (OH) 2, yang sering kali terlarut
dari tulang vertebrata dan gigi, sedangkan fluorapatite dapat berasal dari pembuluh
hidrotermal. Sumber-sumber lain juga mencakup mineral fosfat dilarutkan kimia dari batuan
beku dan metamorf. Endapan fosfotit sering terjadi di lapisan yang luas, yang secara
kumulatif mencakup puluhan ribu kilometer persegi kerak bumi. Batugamping dan
mudstones umum batuan dasar fosfat. Batuan sedimen yang mengandung banyakfosfat

memperlihatkan warna coklat gelap - hitam. Batuan sedimen fosfat umumnya disertai dengan
atau interbedded withshales, cherts, batu kapur, dolomit dan kadang-kadang batu pasir.
Lapisan iniberisi tekstur yang sama dan struktur batu gamping berbutir halus dan dapat
mewakili pengganti diagenetic mineral karbonat dengan fosfat. Juga dapat terdiri
dari peloids, ooids, fosil, dan clasts yangterdiri dari apatit. Ada beberapa phosphorites yang
sangat kecil dan tidak memiliki tekstur granularkhas. Ini berarti bahwa tekstur mereka mirip
dengan collophane, atau tekstur micrite seperti baik-baiksaja. Butir fosfat dapat disertai
dengan bahan organik, mineral lempung, lanau ukuran butir detrital, dan pirit. Phosphorites
dikenal dari periode Proterozoikum banded formasi besi di Australia, tetapi lebih sering
terjadi dari Paleozoic dan Cenozoic sediments. Formasi Permian Phosphoria dari Amerika
Serikat bagian barat merupakan sekitar 15 juta tahun sedimentasi. Mencapai ketebalan 420
meter dan mencakup areaseluas 350.000 km2. Phosphorites komersial ditambang terjadi di
Perancis, Belgia, Spanyol, Maroko,Tunisia dan Aljazair. Di Amerika Serikat phosphorites
telah ditambang di Florida, Tennessee, Wyoming,Utah, Idaho and Kansas.
Klasifikasi batuan sedimen fosfat
(1) Pristine: Fosfat yang dalam kondisi murni tidak mengalami bioturbation.
Dengan kata lain kata murni digunakan ketika sedimen fosfat, stromatolit
phosphatized dan hardgrounds fosfat belum terganggu.
(2) condensed : partikel fosfat, lamina dan bedded dianggap terkondensasi ketika mereka
telah terkonsentrasi. Hal ini dibantu oleh ekstraksi dan pengerjaan ulang proses
partikel fosfat ataubioturbation.
(3) allochthonous: partikel fosfat yang dipindahkan oleh arus turbulen atau dorongan
gravitas dandiendapkan oleh arus ini.
Pembentukan fosfor
Penimbunan yang paling berat fosfor terutama di dasar laut. Akumulasi fosfor terjadi
dari curah hujan diatmosfir, debu, limpasan glasial, aktivitas kosmik, aktivitas vulkanik
hidrotermal bawah tanah, dan pengendapan bahan organik. Namun, larutan fosfor berupa
lapukan utamanya adalah dari pelapukan benua, dibawa oleh sungai ke laut. Hal ini kemudian
diproses oleh kedua mikro dan makro-organisme. Plankton diatom, fitoplankton, dan
zooplankton proses dan melarutkan fosfor dalam air. Tulang dan gigiikan tertentu (misalnya
teri) menyerap fosfor dan kemudian diendapkan dan terkubur dalam endapan laut. Tergantung
pada tingkat pH dan salinitas air laut, bahan organik akan membusuk dan melepaskan
fosfordari sedimen di cekungan dangkal. Bakteri dan enzim melarutkan bahan organik pada

interface bawah air, sehingga kembali fosfor ke awal siklus biogenik nya. Mineralisasi bahan
organik juga dapat menyebabkan pelepasan fosfor kembali ke dalam air laut.
Lingkungan pengendapan
Fosfat yang diketahui diendapkan pada berbagai lingkungan pengendapan. Biasanya
fosfat disimpan dalam sangat dangkal, dekat laut pantai atau lingkungan energi rendah. Ini
termasuk lingkungan seperti zona supratidal, zona pesisir atau intertidal, dan yang terpenting
adalah muara. Saat ini, bidangupwelling laut menyebabkan pembentukan fosfat. Hal ini
karena aliran konstan fosfat dibawa dari besar,dalam waduk laut (lihat di bawah). Siklus ini
memungkinkan pertumbuhan yang berkesinambungan dariorganisme.
1.Zona supratidal: Zona subtidal (zona twilight) adalah zona setelah zona intertidal. Secara
umum zonaini selalu terendam oleh air laut. Zona ini masih ditembus sinar matahari, tapi
tidak sebanyak zonaintertidal.
2.Lingkungan pesisir / zona intertidal: zona intertidal merupakan zona di antara pasang
tertinggi dansurut terendah.
3.Lingkungan muara: lingkungan Estuari, atau muara, yang terletak di bagian bawah sungai
yang mengalir ke laut terbuka. Karena mereka berada di bagian arah laut dari sistem lembah
jatuh sehingga menerima endapan dari sumber fluvial. Mengandung facies yang dipengaruhi
oleh pasang surut air laut dan gelombang proses fluvial. Phosphorites sering disimpan di
fjords dalam lingkungan muara. Ini adalah muara dengan konstriksi ambang dangkal.
Diendapkan selama kenaikan permukaan laut, muara ini membangun profil lembah berbentuk
U terbentuk karena tenggelamnya lembah glacially terkikis.
Terjadinya paling umum dari phosphorites terkait dengan upwelling yang kuat .
Upwelling disebabkan oleh arus air dalam yang besarka untuk permukaan pantai dimana
deposisi besar phosphorites mungkin terjadi. Jenis lingkungan adalah alasan utama mengapa
phosphorites yang umumnya terkait dengan silika dan rijang. Muara juga dikenal sebagai
fosfor "perangkap".

2.7. Karbon Batuan Sedimen

Bahan organik sedimen meliputi komponen karbon sedimen dan batuan sedimen.
Bahan organik biasanya komponen bahan sedimen bahkan jika itu hadir dalam kelimpahan
yang rendah (biasanya lebih rendah dari 1%). Petroleum (atau minyak) dan gas alam adalah
contoh khusus bahan organik sedimen. Batubara dan aspal serpih adalah contoh batuan
sedimen kaya bahan organik sedimen.

DAFTAR PUSTAKA
www.iron-rich-sedimentary-rocks#force_seo
http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/40386/ca49df431397092cc65ffd0a8faad454

http://sedimentologiduaribusembilan.blogspot.com/2010/12/sedimen-klastika-dankarbonat.html
http://mandeleyev-rapuan.blogspot.com/2012/10/batuan-karbonat.html
http://wingmanarrows.wordpress.com/geological/petrologi/batuan-sedimen/
http://ptbudie.wordpress.com/2010/12/24/petrologi-dan-faktor-lingkungan-pengendapanbatuan-karbonat/
http://en.wikipedia.org/wiki/Sedimentary_organic_matter

Anda mungkin juga menyukai