Anda di halaman 1dari 26

Diagenesis pada Batuan Karbonat

batuankarbonat merupakan jenis batuan dengan kandungan senyawa


karbonat (XCO3) >50%. contoh paling umum adalah batugamping
(limestone) dan dolomite (dolostone). bagaimana keterbentukan (ion
karbonat) hasil transfromasi reaksi karbon dioksida di dalam air
menghasilkan bikarbonat (HCO3 ), terus lingkungan semakin asam
melepaskan ion hidrogen (H )hingga membentuk karbonat (CO3 ),
penjelasannya sudah kita bahas beserta tetek bengek karbonat pada
postingan sebelumnya. :)
Diagenesis pada batuan karbonat secara umum mencakup berbagai macam
proses yang sama dengan batuan silisiklastik: reksristalisasi, pelarutan,
sementasi, replacement, bioturbasi, kompaksi, dan autigenesis (Raymond,
2002).

kompaksi pada batuankarbonat merupakan proses yang tidak begitu


signifikan tapi menurut Shin dan Robbin (1983) kompaksi pada karbonat
(melalui eksperimen) dapat menyebabkan berkurangnya volume hingga 30%
(berarti banyak juga ya sob.. so kompaksi juga berpengaruh pada diagenesis
karbonat). menurut gue kontroversi ini terjadi dikalangan geosaintis karena
karbonat ini kan dia isinya semen semua :D LOL.. jadi belum terdiagenesis aja
kerasnya udah amit amit liat aja cangkang hewan dan terumbu (reef) yang
tumbuh dipermukaan.. keras kan? kalo ketimbun (burial) apa lagi yang mau
digepengin??? but somehow, dia tetap akan mengalami kompaksi jika
tertimbun.
bioturbasi merupakan proses yang paling umum, da kumaha deuyi (mau
gimana lagi) orang karbonat keterbentukannya sangat erat dengan aktivitas
organisme di lingkungan laut dangkal. proses lain seperti pelarutan,
rekristalisasi, sementasi, autigenesis, dan replacement semuanya hadir pada
fase eogenesisi dan mesogenesisi.
pelarutan merupakan prosesa yang penting pada diagenesis batuan karbonat.
belum ketimbun aja dipermukaan karbonat mudah banget larut, bila kondisi

lingkungan menjadi asam. di kedalmaan laut karena perubahan tekanan,


kalsium karbonat mudah sekali larut pada temperatur rendah dan tekanan
yang tinggi. zona ini dikenal sebagai zona lysocline di laut dalam atau umum
dikenal sebagai batas kelarutan karbonat (Carbonate Compensation Depth)
alias CCD. bagaimana kelarutan karbonat di bawah permukaan (saat burial
terjadi)? oke, sirkulasi air tanah yang berada disekitar formasi batuan
karbonat yang tertimbun dapat melarutkan mineral karbonat yang telah ada
(selama eogenesis-mesogenesis), pada fase mesogenesis burial juga diikuti
dengan kehadiran senyawa baru pada air tanah, kandungan CO2 akan
menghasilkan partial pressure yang sangat berpotensi melarutkan karbonat.
pada tahap telogenesis juga sama, ketika batuan karbonat terangkat ke
permukaan air tanah normal di permukaan juga akan melarutkan karbonat.
tingkat pelarutan pada karbonat merupakan fungsi dari mineralogi, ukuran
butiran, deviatoric stress, temperatur sekitar, tekanan, pH, Eh, aliran fluida
yang melewati pori (permeabilitas), volume dan kimia fluida, tekanan parsial
dari CO2 (Fyfe dan Bischoff, 1965).
pressure solution dalam batuan karbonat hadir dipermukaan kontak antar
butiran (sudah kita diskusikan sebelumnya) produk dari pressure solution ini
dikenal dengan struktur styolite, yaitu sejenis struktur yang membentuk pola
zig-zag tidak beraturan akibat proses pelarutan pada batuan karbonat (pada
umumnya) dan senyawa yang tidak larut akan tetap berada pada larutan
ketika presipitasi (larutan mengendap atau terkristalisasi) senyawa tadi akan
ikut terendapkan dan membentuk strutkur semacam ini (sudah kita
diskusikan sebelumnya atau disini)
secara umum, pelarutan karean pergerakan air melewati batuan karbonat,
melarutkan akan mineral karbonat yang dilewatinya. maka imbasnya: (1) air
akan berubah kimianya (karena ada konsentrasi ion karbnoat di dalamnya),
(2) air akan masuk ke litologi berbeda atau sebaliknya air yang datang (air
tanah yang ngalir) membawa material asing lain dari batuan lain sebelum
menerobos karbonat dan membawa sistem baru, (3) perilaku pelarutan

bergantung pada variabel kontrol kelarutannya (misalnya P, T, Eh, PCO2, dll)


(Raymond, 2002).
fase karbonat apa saja karena dia unik (bisa kalsit, Mg-kalsit, aragonit,
dolomit) dapat menjadi semen. Mg-calcite dan aragonit secara khas
berkembang sebagai semen pada tahap awal eogenesis dan mesogenesis,
sementara kalsit dan dolomit umum pada fase mesogenesis. ada
kecenderungan untuk kalsit dan dolomit menjadi fase stabil dalam batuan
karbonat, meskipun jarang, semen aragonit juga diketahui haidr pada batuan
paleozoik (menurut Sandberg, 1985) (wow tentulah ada pembahasan how
could this happened tapi.. yah.. ini kan jarang dan pengecualian).
semen lain seperti ferooan calcite (ankerite mungkin?), ferroan dolomite,
anhidrit, gipisum, halist, sfalerit, selisit, dan kuarsa dapat hdir kemudian
sebagai replacement.
secara tekstural dan struktural semen karbonat memilik,i bentuk berupa fiber,
blade, dan equant grain secara lokal, void filling, dan surficial crust dan
tekstur lainnya (Folk, 1965) nanti kita bahas lebih komprehensip satu persatu
beserta ilustrasinya.
kemudian rekristalisasi, umumnya meliputi pengkasaran ukuran butiran dari
semen serta butiran framework yang sudah ada sebelumnya. sebagai contoh
karbonat halus (mikrit dan microspar) dapat terekristalisasi menjadi butiran
mineral kasar membentuk spar (smen itu kan nyaplok ngisi ruang kosong di
batuan karbonat jika ruang yang kosong ada (rongga) dan terisi semen dari
hasil presipitasi karbonat halus maka terbentuklah satu butiran mineral
karobnat yang kasar segede ruang yang ditempatinya. dolomit juga dapat
menjadi kasar karena rekristliasasi.
dikebanyakan batuan karbonat perubahan tekstural diikuti oleh formasi
keterbentukan mineral baru. Karena stabilitas individu fase mineral karbonat
yang sudah ada tidak bertahan karena perubahan kondisi (semakin asam, atau

banyaknya konsentrasi ion lain yang dapat mendesak replacement, pelarutan


dll), maka secara tidak langsung konsekuensinya, autigenesis dan replacement
dapat terjadi membentuk rekristliasasi mienral baru. aragonit akan terganti
oleh kasit. Mg-calcite akan terganti oleh kalsit, dan kalsit akan diganti oleh
dolomit kemudian.
nah proses perubahan batugamping (limestone) menjadi batuan dolomite
(dolostone) merupakan bukti paling penting dari proses diagenesis pada
batuan karbonat. (ini inti pembahasan kita pada diagenesisi karbonat). kita
akan bahas lebih detail nanti.
tapi dolomit yang sudah terbentuk bisa saja terubah kembali menjadi kalsit
secara lokal, proses ini oleh Woronick dan Land (1985) dikenal sebagai
dedolomititsasi. (sekali lagi ini lokal dan jarang).
kebanyakan karbonat diendapin laut dangkal, tapi ada juga yang diendapin di
laut dalam. di laut dalam tidak banyak karena ada zona CCD (batas kelarutan
karbonat) seperti yang kita singgung sedikit diatas atau pada
postingan sebelumnya.
Oke untuk tahap diagenesisnya sendiri dimulai pada fase eogenesis, pada fase
ini sedimen (karbonat) mulai diendapkan (baik secara biogenik or terumbu
maupun klastik) di lingkungan laut dangkal (kita ambil contoh laut dangkal).
pada tahap eogenesis (sampai menjelang mesogenesis) proses proses yang
terjadi adalah sebagai berikut (menurut Longmang, 1981):
1. mikritisasi (perkembangan butiran kecil pada karbonat jadi mikrit bisa saja
hadirnya bersifat diagentis gak keendap bareng sama butiran lain) dan
sementasi pori pada kondisi freatik laut/marine phreatic (air yang terjenuh
karbonat).
2. sementasi intergranular (antar butiran) pada kondisi marine phreatic.
3. presipitasi semen sparry calcite ketika air laut digantikan oleh air tawar.

4. leaching dari aragonit dan Mg-calcite dan konversi Mg-kalsit menjadi kalsit
di zona freatik air tawar.
5. pengisian mold oleh sparry calcite, konversi fase tidak stabil (aragonit)
untuk kemudian berubah menjadi kalsit, dan rekristliasasi dari mikrospar
atau spar.
6. pelarutan dari vuggy porosity (porositas yang bolong bolong), plus
rekrstalisasi berlanjut dari mikrit dalam zona vadose air tawar (zone tak
tersaturasi).
7. presipitasi dari sparry calcite dalam vug (rongga) tadi (abis larut seiiring
perubahan kondisi lingkungan karbonat ngendap lagi tapi yah.. disitu situ
juga di rongga vugs tadi pak dhe) terjadi pada zone freatik air tawar.
tahap ini kemudian diikuti dengan tahap mesogenesis dimana terjadi
penimbunan lebih dalam lagi maka batuan karbonat akan mengalami
beberapa proses selama fase ini yang menurut Choquette dan Pray (1970)
sebagai berikut:
8. kompaksi dan ekspulsi (keluarnya) fluida.
9. perubahan material organik kaerna peningkatan tempearatur.
10. formasi dari styolite oleh pressure solution (sudah kita bahas diatas yaitu
proses pelarutan pada ruang kontak butiran fragmen sukar larut akan
diendapkan kemudian bersama material yang mudah larut meninggalkan
jejak berupa garis zig-zag tidak beraturan).
11. formasi dolomit dan chert (dolomitisasi dan chertifikasi).
12. sementasi oleh kalsit

13. fracturing diikuti oleh penambahan dolomititasi dan chertifikasi.


14. pelarutan dari batuan kemudian diikuti oleh perkembangan porositas
sekunder dan syolite (tiap ada pelarutan pasti aja ada syolite).
selanjutnya bila tahap mesogenesisi ini diikuti oleh telogenesisi (uplift terjadi)
porositas sekunder tadi bisa saja diisi lagi oleh kalsit (sekunder), teradi juga
breksiasi (menurut Raymond, 2002), perkembangan biogenic borings, dan
infilling (pengisian) dari presipitasi mineral (kalsit atau apapun bisa juga
replacement lanjut mineral yang lebih stabil di permukaan kondisi oksidasi)
dapat terjadi kemudian dan mengakhiri sejarah diagensisi dari bastuan.
menguraikan sejarah diagenesisi batugamping ini cukup kompleks
dibandingin sama batuan lain, karena materialnya yang begitu mudah terlarut
dan menjadi tantangan tersendiri bagi para geologist.
kita tadi udah bahas satu persatu fasenya sekarang mari lebih spesifik ke
proses diagenetik yang umum-umum saja dari batugamping ini (kompaksi
gak masuk disini):
Alterasi biogenik
organisme dalam lingkungan pengendapan karbonat merework sedimen
dalam bentuk jejak boring, burrwoing, dan sedimen-ingesting activity
(memakan dan mencerna sedimen), seperti kelakukan makhluk-makhluk
kurang kerjaan ini di batuan sedimen silisiklastik di laut lainnya (apa aja
dimakan :D). aktivitas ini akan merusak struktur sedimen yang berkembang
pada sedimen karbonat dan menigkggalkan jejak jejak aktivitasnya saat
organisme ini beraktivitas.
semua jenis organisme kecil macam fungi bakteri, dan alga, membentuk
microboring dalam fragmen skeletal dan butiran karbonat lainnya yang
berukuran besar (stromatolit itu ulah bakteri alga om). boring dan presipitasi

mikrit dapat intensif di lingkungan yang berair hangat dimana butiran


karbonat menjadi berkurang dan terubah menjadi mikrit, proses pada kondisi
ini dikenal sebagai mikritisasi (Boggs, 2006).
jika boring kurang intensif, maka mungkin yang terbentuk adalah micrite rim
(matrik yang mengisi tepi butiran karbonat). bakteri dianggap mempengaruhi
diagenesisi karboant, sebagaimana diketahui pelarutan mikriti ni
menyumbangkan semendalam jumlah banyak di batuan karbonat (Vanneau,
1997). oragnisme yang lebih besar macam spongea dan moluska membentuk
macroboring dengan burirean skelatalnya yang gede dan carbonat substtrate
(entah eenya entah sisa cangkangnya), dan organisme lain seperti ikan,
teripang (jeli laut atau sea cucumber katanya bisa dimakan Sob :D lupakan
gak penting), gastropoda, dapat merusak butiran karbonat menjadi butiran
lebih kecil (ngerusak doang gak dimakan.. paling terdisintegrasi jadi mikrit
ujung ujungnya).
Sementasi
sementasi merupakan proses diagentik yang penting untuk semua jenis
batuan sedimens. di lantai laut, sementasi terjadi di air hangat dalam pori dari
butiran ruangan antar butiran karbonat. reef (terumbu), carbonate shand
shoal di tepi platform, dan carbonate beach sand (ooid banyak disini)
merupakan area yang pas buat sementasi awal awal karbonat. area di lantai
laut sepanjang platform margin dimana seidmen tersementasi dengan baik
(jadi batunya or lantai lautnya yang diisi karbonat udah keras) dikenal sebagai
hardground (ini juga struktur sedimen). semetnasi carbonate beach sand
dinamakan beachrock (kita udah bahas disini).
semen karbonat yang paling umum di lantai laut modern adalah aragonit,
sedikit sisa lainnya (tidak umum) adalah magnesian calcite (Mg-calcite
nantinya juga terubah jadi kalsit). proses-proses presipitasi dari mineral
karbonat pengisi semen juga unik. beachrock dapat mengandung meniscus
cement yang berasal dari air yang beregerak melewati pori kecil ke atas (gaya
kapilaritas) seiring dengan pergerakan ini sebagain ion karbonat halus yang

terkonsentrasi dalam air dapat tersementasi melewati pori yang dilewatinya


ketas (karena kehilangan air), pendant cement juga terjadi di bgian dasar dari
beachrock (mengisi butiran-butiran yang berada di bawah) ketika air daar
terjenuhkan oleh karbonat. isopahcous rinds, emrupakan jenis semen yang
mengelilingi butiran, terbentuk pada kondisi butiran yang dikelilingi oleh air
(kondisi subaqueous). semen aragonit juga dapat hadir dalam bentuk
menjarum yang berukuran sangat kecil (needle like) atau berupa kristal halus
betekstur fibrous radial (menjarum radial) atau bisa juga membentuk pola
botryoidal (menjarum radial dan jumlahnya banayk kayak bola bola).
di meteoric realm (lingkungan meteorik dimana air hujan bisa meresap baik
atau pengaruh air yang hadir hanya dari hujan saja biasanya tidak menyimpan
air tanah atau zona vadose) sementasi juga hadir disini, semennya dominan
kalsit. semennya umumnya brupa meniscus dan pendant. di zona freatik
(water saturated) semennya bisa isopahcous, blocky, atau syntaial rim.
syntaaxial rim dibentuk oleh presipitasi yang secara optical merupakan kristal
kalsit kontinu yang mengililigni kristal tunggal dari fragmen echinodermata,
dengan cara yang sama semen akan mengalami overgrowth juga pada butiran
lain (kuarsa, semen itu sendiri dll).
sementasi kalsit pada deep burial (lingkungan di bawah permukaan),
meskipun kondisi yang mengontrol sementasi pada kedalaman kurang
dipahami pasti, tapi beberapa faktor dapat diketahui mengontrol hal ini. air
pori, peningkatan temperatur, dan penurunan tekanan parsial dari
karbondioksida merupakan faktor faktor yang diperlukan untuk prespitasi
semen kalsit ini. suplai kalsium karbonat mutlak diperlukan untuk sementasi
batuankarbonat, sumbernya sendiri dari hasil pelarutan butiran (pressure
solution seperti halnya semen silika dengan mekanisme yang sama pada
batuan silisiklastik). tekstur semen yang khas terbentuk karena proses ini
diantaranya; tekstur mosaic, bladed prismatic, dan kombinasi coarse mosaic
dan bladed prismatic dikenal sebagai drussy cement dua tekstur ini dan
kombinasinya umum dijumpai pada batuan karbonat subsurface. ukuran
semennya kasar (karena pori yang diisi juga kasar dan nucleasi karena

tekanan dan temperatur tinggi juga memungkinkan kristalisasi yang lebih


sempurna.
barangkali pola tekstur kristal semen semen ini seperti yang telah kita bahas
diatas dan sebelumnya. sekarang ilustrasinya tekstur tekstur semen pada
batuan karbonat bisa kita lihat seperti dibawah ini.

tekstur-tekstur semen di berbagai lingkungan karbonat: lingkungan diagenetik di lantai laut dicirikan
oleh kehadiran semen aragonitic meniscus dan pendant cement (beachrock). untuk lingkunan meteorik,
semen terdiri dari kaslit yang termasuk di dalamnya meniscus dan pendant semuanya terdapat di zona
vadose. di lingkungan freatik (phreatic zone) yang hadir cenderung bertipe isopahcous, blocky,

syntaxial rim. semen di lingkungan subsurface burial umumnya disusun oleh kaslit juga termasuk
tekstur di dalamnya syntaxial rim, bladed prismatic, dan coarse mosaic.

diatas kita sudah diskusikan overview diagenesis pada batuan karbonat,


sekarang mari kita bahas lebih spesifik sedikit tentang diagenesis pada batuan
karbonat bagian yang umum-umumnya saja
Pelarutan
Sementasi merupakan proses diagenesis yang paling umum dalam batuan
karbonat. Adapun pelarutan sifatnya berlawanan dengan sementasi, dimana
sementasi membuat mineral semen (karbonat) terpresipitasi, sementara
pelarutan akan merusak struktur mineral yang telah terbentuk.
Pelarutan mineral karbonat memerlukan kondisi berlawanan dengan proses
presipitasi. Pelarutan akan terbantu oleh adanya mineral yang bisa larut
(mineral karbonat yang tidak stabil seperti aragonit dan Mg-calcite), nilai pH
yang rendah (lingkungan menjadi asam). Fluida air pori yang ada dalam
ruang antar butiran pada batuan karbonat biasanya akan sangat agresive
melarutkan karbonat jika terkandung konsentrasi gas CO2 yang
disumbangkan oleh lingkungan sekitar (misalnya karbon dan oksigen yang
dilepaskan oleh jasad oganik). Pelarutan karbonat kurang banyak terjadi di
lingkungan laut. Tapi pada lingkungan darat atau manapun yang ada
perkolasi (rembesan) dari air meteorik (air hujan maupun air tawar) maka
karbonat akan semakin mudah larut. Biasanya hal ini terjadi pada zona
vadose (zona yang berada diatas muka air tanah) tapi karena posisinya berada
diatas (dekat permukaan) maka air hujan paling pertama kali melewati zona
ini sebelum masuk ke zona air tanah (dibawah water table) atau zona freatik
pelarutan ekstensif dari aragonit dan high-magnesian calcite bahkan kalsit
sealipun Terjadi pada lingkungan ini (zona perkolasi air meteorik). Untuk
zona yang berada dekat zona freatik, pelarutan cenderung terkonsentrasi di
muka air tanahnya saja artinya di dalam akifer air tanah pelarutan tidak telalu
ektensif tapi pada muka air tanah (batas antara zona vadose dan zona freatik

atau water table) pelarutan cukup ektensif disini. Hal ini diketahui
berdasarkan bukti kehadiran cave (gua gua atau rongga, lubang dan
sejenisnya) pada batugamping yang mencirikan batas muka air tanah (pada
lokasi tepat dimana water table berada).
Tapi yang menarik, bila dipermukaan pelarutan karbonat cukup intensif, di
bawah permukaan (subsurface) justru sebaliknya, pelarutan tidak terlalu
signifikan terjadi.. kenapa? Hal ini bisa dijawab dengna dua alasan: pertama,
kebanyakan aragonit, dan high-magnesian calcite telah terubah (terkonversi)
menjadi menjadi mineral yang lebih stabil yang dikenal sebagai neomorphism
(neomorfisme akan kita bahas dibawah). Kedua, peningkatan temperatur
pada kedalaman cenderung akan menurunkan tingkat kelarutan, maksudnya,
karbonat itu akan terpresipitasi pada lingkungan yang hangat (masih ingat
kan gamping terumbu di laut aja tumbuhnya banyak di daerah yang hangat
(tropis-subtropis) malah ketika temperatur menjadi hangat bukan kelarutan
yang akan meningkat malah tingkat presipitasinya yang meningkat,
bandingkan dengan daerah yang dingin (dekat permukaan ketika kontak
dengan air permukaan (air hujan atau air meteorik) karbonat malah akan
larut.. ini uniknya doi sob
Kelarutan karbonat akan meiningkat di kedalaman atau dimanapun jika ada
penambahan gas CO2 dalam air pori (yang bisa saja berasal dari hasil
pembusukan jasad organisme yang tertimbun istilahnya decarboxylation),
maka meskipun temperatur meningkat kalau disana ada konsentrasi gas CO2
dalam air pori mineral-mineral karbonat yang ada disitu tetap akan larut..
Selain itu, pencampuran air di kedalaman (subsurface) juga bisa
menyebabkan pelarutan, penjelasannya begini, kita sudah tahu kalau air
meteorik atau air tanah dipermukaan yang tidak terjenuhkan oleh karbonat
(umumnya di lingkungan darat air ini kan bisa bisa aja merembes ke zona
yang dekat dengan laut dangkal soalnya kalau di lantai laut airnya kan
terjenuhkan oleh garam karbonat om atau brine water).. ketika terjadi

pencampuran antara air yang berasal dari atas yang terperkolasi (merembes)
dan bercampur dengan air tanah yang terkonsentrasi dengan kabonat
sekalipun, sifat air murni yang tidak terganggu ini justru akan menambah
kelarutan dari karbonat (Morse, Hanor, dan He, 1997). Pelarutan paling gila
bin agesif J hadir ketika terjadi uplift (pengangkatan) dari batuan karbonat
(kita mengenalnya sebagai tahap telogenesis) maka kondisi batuan karbonat
tadi akan beradaptasi dengan kondisi barunya di permukaan yang
lingkungannya bersifat oksidasi (kaya oksigen.. ya iyes lah.. wong dekat
permukaan), kenapa kenapa?? CO2 pasti banyak disitu
Neomorfisme (neomorphism)
Istilah ini dierkenalkan Folk tahun 1965 untuk menjelaskan proses kombinasi
inversi (perubahan aragonit menjadi kalsit) dan rekristaliasi. Inversi
beramakna perubahan suatu mineral menjadi mineral lain dengan rumus
(senyawa kimia) yang sama namun stuktur kristalnya berbeda alias
polymorph (polimorf) dari mineral tersebut. Contohnya kasit dan aragonit
dua duanya CaCO3 tapi yang satu ortorombik (aragonit) yang satunya lagi
rombohedral (kalsit).
Inversi dapat terjadi pada kondisi kering (dry) atau tidak ada air sekalipun
(murni proses pertukaran ion saja). Ketika transformasi aragonit menjadi
kaist terjadi pada lingkungan yang berair (air dala dalam pori misalnya) maka
ketika aragonit terlarutkan, secara simultan kalsit akan terpresipitasi
menggantikan si aragonit tadi. Proses ini dikenal oleh para geologis sebagai
kalsitisasi (bkan kalsitifikasi ya sob.. but calcitization). Rekristalisasi
mengindikaskan perubahan ukuran dari krstal dan bentuknya.
Neomorfisme dapat terjadi pada lingkungan diagenetik. Tapi secara khusus
terjadi pad alingkungan meteorik dan lingkungan diagentic di subsurface
(bawah permkaan). Nemorfisme akan mempengeruh butiran karbonat dan
micrite memperbesar ukurannya. Proses ini akan merusak tektur asli dari
mineral dan fabric yang telah terbentuk sebelumnya, ketika kristalisasi

pervasive (menyebar) ini terjadi pada berbagai tempat dalam tubuh batuan.
Maka, butiran kecil (mikrit), dapat terkonversi menjadi butiran karbonat
kasar (spar, semen arbonat itu ketika dia mengikat rongga dan ruang antar
butiran yang besar maka dia mirip butiran dan tentu saja ukurannya kasar
alias gede).
Pada skala yang lebih kecil, rekristalisasi menghasilkan formasi besar dari
kalsit (jika aragonitnya halus halus maka kalsitisasi akan semakin mudah),
tapi kendala yang dihadapi para petrografer adalah susahnya membedakan
antara semen spary calcite dan spar neomorfik.
Replacement
Replacement meliput pelarutan dari satu jenis mineral dan presipitasi
simultan dari mineral yang lain. Replacement dari mineral kalsium karbonat
dengan komposisi berbeda. Dolomitisasi merupakan salah satu proses yang
paling umum pada proses replacement ini. Selain itu replacement juga dapat
terjadi antara mineral karbonat dan non-karbonat; mineral minral seperti
mkuarsa mikrokristain, pirit (sulfida besi), hematit (oksida bes), apatit
(kalsium fosfat), dan anhidrit (kalsium fosfat). Replacement daat juga terjadi
pada semua lingkungan diagenesis (baik yang shallow burial maupun yang di
subsurface deep burial). Replacement kalsium karbonat oleh dolomit di lantai
laut juga terjadi pada lingkungan burial (subsurface). Pada sikuen karbonatevaporit, replacement karbonat oleh anhidrit adalah proses yang umum
terjadi. Replacement umum lainnya pada batuan karbonat terjadi yaitu
replacement karbonat dengan kuarsa mikrokristalin (chert) replacement ini
umum dijumpaipada lingkungan meteorik dan deep-burial (penimbunan
dalam di subsurface).
Kompaksi
Sedimen karbonat pertama kali diendapkan memiliki porositas 40-80%
(Boggs,2006). Seperti halnya pada batuan silisiklastik kompaksi terjadi
karena pembebanan sedimen yang berada diatasnya. Berkurangnya porositas

disebabkan oleh kompaksi ini, karena terjadi juga thining (penipisan) dari
bed (perlapisan batuan) pada kedalaman dangkal. Seiring bertambanya
kedalaman tekanan juga akan bertambah, porositas karbonat berkurang
sampai setengahnya atau lebih (porositas saat batuan mengendap) sekitar 5060% pada kedalaman sekitar 100 m(Boggs,2006).
Pada kedalaman burial sekitar 200-1500 m,kompaksi kimiadari sedimen
karboat dimulai. Pressure solution pada kontak antar butiran seperti pada
diagenesis sedimen klastik lainnya akan melarutkan permukaan butiran
mineral dan pada karbonat dapat membentuk kontak suture contact (kontak
begerigi). Pada skala yang lebih besar pressure solution pada batuan karbonat
membentuk pola bergerigi (zig-zag) yang kita kenal sebagai struktur styolite.
Styolite umum hadir pada batuan karbonat berbutir halus. Jadi Pressure
solution pada batuan karbonat diikuti perkembangan strktur styolite,
mecirikan hilangnya porositas dan thining (penipisan) dari bed (pelapis).
Kemudian yang paling penting dari produk diagenesis batuan karbonat adalah
terbentuknya formasi batuan dolomite (dolostone) hasil ubahan batugamping
(limestone) akibat dominasi kehadiran dolomite yang mengganti kalsit.
Bagaimana proses keterbentukan dari dolomit ini? Oke mari kita telusuri
perlahan dan sediki saja..
ada banyak model yang telah dibuat oleh para ahli sampai sekarang untuk
menjelaskan genesis dari dolomit ini, dari hasil studi kasus di beberapa
tempat kemudian dibuat model. kita ambil contoh yang populer saja..
beberapa model genesis dolomit yang umum diantaranya: (1) hypersaline
model (atau di beberapa sumber menyebutnya sebagai evaporite brine model
(dalam Raymond, 2002)) menjelaskan keterjadian dolomite (dolostone) pada
daerah sabkha (tidal flat di lingkungan arid atau kering), (2) mixed-water

model (mixing-zone model) di Raymond (2002) disebut juga sebagai


groundwater mixing model (atau dorag model), (3) sea water (shallowsubtidal) model, (4) methanogenesis model, dan (5) formation water model
dan banyak sekali model model dolomitisasi lainnya yang kalau pak dhe pak
dhe sekalian ketik di search engine gugel.. mbah gugel akan menunjukan link
paper-paper pdf dan lainnya yang menjelaskan model-model lain selain
diatas.. kenapa begitu banyak model untuk genetik (origin) dolomit atau
proses dolomitisasi ini? karena.. yah begitulah adanya sob, kondisi atau
setting geologi tiap tiap wilayah itu berbeda.. tapi bukan tidak mungkin
setting geologi yang sama kita temui di dua daerah yang berbeda (misalnya
lingkungan pantai bukan cuma ada di satu tempat doang.. di tempat lain
dimuka bumi pantai kan banyak lingkungan supratidal di daerah kering
alias sabkha bukan cuma di arab doang.. daerah gurun yang dekat pantai juga
ada di negara lain), artinya untuk menjelaskan satu model keterjadian dolomit
mungkin relevan di kondisi geologi yang sama, tapi keterdapatan dolomit di
setting geologi yang berbeda (unik) maka perlu model baru untuk
menjelaskannya karena kondisinya sudah berbeda dari penjelasan model
sebelumnya yang hanya berlaku pada setting geologi tertentu Oke lupakan
lets dig deeper about each type of dolomitisation model. get the ball rolling
pak dhe..
1. Hypersaline model (evaporite Brine model)
model ini menjelaskan keterjadian (origin) dari dolomit pada daerah sabkha,
sabkha ini daerah sekitar pantai di lingkungan yang kering (misalnya gurun
yang dekat dengan laut. lingkungan supratidal (dimana arus pasang dan
ombak pantai bisa mencapai darat). tapi karena lingkungannya unik berbeda
dari pantai biasa yaitu tingkat evaporasi (penguapan di sabkha ini) sangat
tinggi, maka saturasi garam menjadi tinggi juga dan presipitasi garam
(kristalisasinya) jadi ikut cepat juga (karena air laut atau brine water yang
terlalu jenuh oleh konsentrasi garam).

evaporasi pada lingkungan sabkha akan menghasilkan endapan mineral


evaporit (seperti kita diskusikan sebelumnya) yaitu berupa garam anhidrit
(dan gipsum) serta garam halit. ingat daerah supratidal di lingkungan sabkha
ini (ketika arus pasang terjadi) dapat menghasilkan genangan air membentuk
laut tertutup di darat (silahkan lihat diskusi kitasebelumnya) yang akan
membentuk formasi endapan evaporit. lantas bagaimana dolomitisasinya?
oke, ketika formasi evaporit terbentuk (ke arah proksimal darat di sabkha atau
landward) maka Ca+ yang ada di air laut akan hilang karena terpresipitasi
menjadi mineral (evaporit). evaporasi yang terjadi akan memicu
meningkatnya konsentrasi (tingkat kejenuhan) dari ion-ion garam yang akan
memudahkan presipitasi mienral evaporit (gipsum) dan karbonat (aragonit),
nah karena Ca banyak yang kesedot :D membentuk gipsum dan aragonit
tadi.. maka konsentrasi Mg yang ada di air menjadi meningkat (karena Ca+
nya diculik sama gipsum dan aragonit tadi). sebelumnya perlu diketahui
dalam air laut sudah ada rasio ion Mg/Ca yang terlarut.. konsetrasi Mg lebih
tinggi pada air laut normal rasionya 5:1 (Boggs, 2006). dan jika rasionnya
mencapai 10:1 (Mg/Ca atau Mg jadi makin banyak karena Ca nya udah ilang
terikat bereaksi dengan anion-anion yang ada (kayak karbonat, sulfat, dll)
maka dolomit mulai terbentuk (Boggs, 2006).
ketika evaporasi (penguapan) terjadi, air yang ada dipermukaan (atau bagian
atas sedimen) akan hilang atau menguap.. tekanan atau gaya kapilaritas
butiran akan memompa air yang berada dibawah untuk naik keatas (macam
tissue aja yang di taro di bibir gelas yang diisi aer.. nah aer yang ada dalam
gelas akan meresap masuk ke tissue ke atas kan pak dhe?) air dari bawah tadi
akan mengisi pori butiran yang berada diatasnya proses in dikenal sebagai
evaportive pumping (Boggs, 2006). air yang ada dipermukaan atau
tergenang di atas permukaan juga akan tenggelam (sink) ketika evaporasi
terjadi kerana densitasnya terlalu jenuh oleh konsetrasi larutan evaporit
proses ini juga merupakan hydraulic pumping (Hsu dan Siegenthaler, 1965
dalam Raymond, 2002) tapi menurut Boggs (2006) proses ini dikenal sebagai
Seepage refluxion. air yang naik maupun air yang turun (terutama yang
turun karena konsentrasi rasio Mg/Ca yang tinggi) akan melewati batuan

sedimen (dalam hal ini karbonat) selain mengendapkan evaporit, akibatnya


Mg-rich brine water ini akan bereaksi dengan batuan karbonat dan memicu
terjadinya dolomitisasi (Boggs, 2006) atau menurut Raymond (2002)
aragonit yang telah terbentuk tadi akan tergantikan oleh dolomite dan
gipsum.
bukti terjadinya dolomitasasi di Sabkha ini diantaranya: asosiasi litofasies
marine (transisi di sabkha) yang hadir (yah.. macam evaporit, gampingnya,
dan dolomitnya), kemudian di sabkha banyak evaporit, bukti ketiga adalah
berupa bukti isotopik (analisis isotop oleh geochemist.. nah yang ini gak usah
dibahas ribet :D).
dan bukti tekstural (mineralogi, atau petrografi) yang dapat menjelaskan
tahap awal dolomitisasi bisa juga membantu mendukung model ini (Dietrich,
Hobbs, dan Lowry, 1963).
oh hampir lupe aye bang ini gue sertain ilustrasi hasil nyulik dari bukubuku :D :Duntuk model model evaporite-brine model ini: untuk ilustrasi
gambar kedua yang dibawah itu gambar A dari 6.10.

seepage reflux dan evaporative pumping akan menyumplai air kaya Mg ke formasi batugamping yang
telah terbentuk (kayaknya menurut gue ini terjadi pada fase telogenesis-mesogenesis karena batunya
udah kebentuk dan keangkat terus bereaksi dengan air permukaan)

ilustrasi gambarnya yang 6.10 A ya pak dhe sama seperti ilustrasi diatas cuma dibuat lebih simpel
sama mbah Sam Boggs (2006), evaporative pumping terjadi menyebabkan adanya gradien hidrolik
karena evaporasi maka air mengalir ke bawah (merembes ke formasi gamping), terus air pori yang juga
berada dibawah yang mungkin terjenuhkan oleh Mg juga ikut naik menerobos pori karbonat
(ilustrasinya bisa dilihat di gambar diatasnya lagi dimana air ini menerobos datang dari evaporite pond
yang berada di sebelah kiri) yah.. konsepnya sami mawon lah pak dhe kakung ku :D :D

2. mixing model (groundwater mixing-model)


Di bagian subsurface daerah coastal dapat terjadi zona pencampuran (mixingzone) antara air laut dan air tawar (meteorik ataupun air tanah). Pada
pencampuran ini, air laut yang jenuh dengan konsentrasi ion-ion garam
dalam hal ini kita batasi dengan rasio Mg/Ca saja. Akibat pencampuran air
laut (brine water) dan air tawar (fresh water) maka akan terbetuk konsentrasi
baru dimana kejenuhan air laut (brine water) tadi berkurang. Kesetimbangan
baru ini, akan merubah konsentrasi dari rasio Mg/Ca. Bagaimana harga
rasionya? Menurut Boggs perubahan ini bisa mencapai 4:1 sampai 1:1 gue
juga gak ngerti kenapa Canya makin menuruntapi menurut Raymond
rasionya 1:4 sampai 1:1 (kebalikannya malah hahaha).. pokoknya konsentrasi
larutan garam (ion-ion) dalam air laut menjadi berubah setelah bercampur

dengan air tawar di mixing-zone. Nah menurut Raymond sistem di air yang
baru ini sifatnya akan terundersaturasi (tidak jenuh) oleh Ca (karena adanya
tambahan pelarut jadi dia berkurang) tapi dianggap tersupersaturasi (kelewat
jenuh) oleh Mg (meskipun dalam jumlah kecil).

tingkat saturasi (kejenuhan) kalsit dan dolomit dari hasil pencamp;uran air tawar dan air laut.. dari grafik
(punya Badiozamani, 1973 dalam Raymond, 2002) dolomitisasi terjadi ketika konsentrasi air laut sekitar
50% (kata Boggs, 95% bebas yang mana aja asalkan) asalkan terjenuhkan (tersupersaturasi) oleh
fase larutan dolomite (rasio Mg/Ca tinggi).

Kondisi air pada mixing-zone ini, salinitasnya lebih rendah dari hypersalinemodel diatas. Menurut Raymond (2002) dolomitisasi dapat terjadi jika
kondisi air tawar (Fresh water) pada pencampuran mencapai 95% (emang
ecer banget pak dhe). Keapa hal ini bisa terjadi? Menurut Boggs (2006)
meskipu konsetrasi (salinitas) ion Mg rendah kompetisi ion-ion (Mg dan Ca
serta ion logam lain) untuk bereaksi dengan batuan menjadi kurang rame
karena tidak terlalu jenuh (karena ada air tawar tadi yang ngencerin) dan
larutan ion tidak desak-desakan atau berebutan bereaksi dengan batuan.
Bukti keterjadian dolomit dari model ini diataranya: (1) volme esar dari
dolostone yang dijumpai pada (zona subsurface) tempat terjadinya
mesogenesis, (2) pemurnian dolomit (terbentuk dari hasil kristalisasi yang
lambat karena konsentrasi ion yang kecil atau kurang jenuh) tapi dolomitisasi
terjadi lebih baik dan perlahan, (3) bukti isotop. (Swart, Ruiz, Holmes, 1987,
Humphrey, 1988, dalam Raymond, 2002).

ilustrasinya yang gambar B gan :)

Menurut Hardie (1987) jenis dolomit yang akan terbentuk dari proses (model)
ini adalah Ca-rich dolomite, karena kosetrasi Ca nya tetap tinggi dibandingkan
degan hypersaline model. Menurut Machel dan Mountjoy (1986) dolomite

tidak terbentuk pada mixing zone modern. (artinya mungkin reaksi


dolomitisasi berjalan lambat. Interpretasi gue :D :D.. konsentrasi Ca kudu
gede buat ngendapin aragonit.. tapi dolomit gak usah gede2 amat Mg nya.

ilustrasi untuk graoundwater mixing model (water mixing model kalo kata Boggs, 2006).. air tawar
meteorik (freshwater) masuk menerobos dari permukaan dan air laut dari bawah sama sama
merembes masuk.. dan bertemu dalam pori batugamping reaksi yang terjadi akibat berkurangnya
konsentrasi Ca (Mg stabil atau dianggap meningkat) dan dolomitisasi terjadi merubah limestone
menjadi dolostone.

Shallow subtidal model


Pada model hypersaline, air laut termodifikasi oleh aktivitas evaporasi yang
akan membentuk evaporit, yang nantinya akan memicu keterbentukan
dolomit. Beberapa peneliti beranggapan bahwa dolomit juga dapat terbentuk

pada lingkungan air normal. Dengan catatan air laut masuk menerobos
(meresap) kedalam sedimen (karbonat), dan air laut baru ini meyuplai Mg ke
dalam sedimen sehingga konsentrasi Mg bertambah. Ca+ diabaikan karea
akan tergati oleh Mg, sementara ion lain yang lebih stabil dan dapat
berpotensi merusak struktur kristal dolomit. Pada daerah pasang surut (tidal
flat) dimana air laut mengalami periode pasang dan surut. Maka ada proses
penyuplayan air laut pada formasi batuan yang ada di pantai. Proses ini oleh
Caballo, Land, dan Miser (1987) dinamakan tidal pumping.
Meskipun evaporasi tidak signifikan tapi adanya suplai air laut ini maka
konsentrasi Mg+ juga bertambah, maka dapat disimpulka dolomitisasi dapat
terjadi ketika muka air laut naik. J
Meskipun rada sedikit radikal dan kontroversial, model ini masih
dipertimbangkan oleh geologis sebagai salah satu model yang juga bisa
menjelaskan origin (genesis) dari dolomit.

gambar C gan :D sewater pumping atau tidal pumping terjadi pada daerah pasang surut..
batugamping yang telah terbentuk di daerah tersebut dan tertimbun pada kedalaman dangkal di daerah
tersebut (tidal atau supratidal deket pantai) akan menerima suplai air laut baru dan membawa alias
menyuplai lebih banyak Mg.. meningkatkan rasio Mg/Ca dan.. dolomitisasi terjadi

Methanogenesis model
Agak beda yang ini modelnya pak dhe kenapa?? Kita gak ngomongin
pencampuran dua air (laut dan tawar), tapi dolomitisasi terjadi karena
pencampuran airlautdngan metana (gas metan). Metna bisa berasal
daraktivitasbakteriataurembesan reservoir hidrokarbon. Analisis Data isotop
oksigen dan Sr dapat digunakan untuk mendukung hal ini.
Menurut Vasconcelos dan McKezie (1997) meaporkan presiptasi dari dolomit
pada studi kasus di coastal lagoo (Lagoa Vermelha) dekat Rio de Jeneiro,
Brasil. Bakteri anaerobik akan mereduksi sulfat, ketika sulfat direduksi
bakteri ini mensekresi Mg, malahan gilanya lagi dari hasil penemuan mereka
sama dua ilmuan ini bakteri pemakan sulfat ini diculik buat dibawa ke lab
untuk memproduksi dolomit. :D
Convection flow model
Well, model yang ini banyak diteliti sama tukang batu yang tergila gila sama
dolomit. :Dmodel ini berkaitan dengan aktivitas hidrotermal yang
meyebabkan air laut menerobos keatas melewati formasi batugamping
diatasnya. Proses hidrotermal ini pada proses dolomitisasi diamati melalui
analisis inklusi fluida. Menurut Shelton (1992) dan Wendre et al (1998)
Kisaran temperaturnya sekitar 60-200 C untuk menghasilkan aliran konveksi
(istilahny convection flow dolostone).
Menrut Raymond (2002) fase dolomit ini stabil pada air laut panas, maka, air
laut panas menadi media yang efetif untuk proses dolomitisasi. Aktivitas
vulkanik di subsurface dan aktivitas radiogenik bawah permukaan, disinyalir
sebagai pemicu panas yang paling mungkin dibawah sana.
Model ini awalnya di desain untuk menjelaskan keterbentukan dolomit di
suatu setting geologi yang mana asal-usulnya (origin atau gensisnya) tidak
dapat dijelaskan oleh model model yang lain..ternyata eh teryata dolomit yang
banyak di alam, banyak yang terbentuk melalui proses yang bisa dijelasin
sama model ini.

ilustrasi model convection flow dari proses dolomitisasi (ada aktivitas geotermal disitu menyebabkan
fluida bermigrasi yang memicu dolomitisasi), gambarnya ane culik dari Nichols (2007) kata Nichols
gambarnya dari Tucker (1990)

Formation water model


Merupakan model dolomitisasi yang terjadi pada fase mesogenetik.
Dolomitisasi terjadi karena reaksi antara air pori (pore waters) dengan
sedimen (Leeder, 1982). Magnesium yang diperlukan untuk proses
dolomitisasi dibawa melalui proses alterasi diagenetis pada Mg-calcite di
batuan karbonat dan hasil konversi pada alterasi mineral lempung smektit
menjadi ilit yang berasosiasi dengan formasi pelapisan mudrock pada
lingkungan tersebut. Karena besi juga dilepaskan oleh reaksi diagenetik yang
terjadi di dalam mudrock, fase mineral lain juga bisa hadir bersama dolomit,
yaitu berupa ferroan doloite yang dikenal juga sebagai ankerite.
Maka bisa disimpulin, kehadiran asosiasi mineral-mineral ini dalam dolomit
dapat menjadi pendekatan kalo dolomitisasi yang terjadi dibentuk oleh model
ini.

ilustrasi formation water model (dari Tucker, 1990 dalam NIchols, 2007) model ini berkatian dengan
proses mesogenetik.. artinya batuan telah mengalami burial dan pressure yang tinggi perbedaan
densitas tekanan pada batuan dapat menyebabkan fluida bermigrasi dari pori batuan tertekan ke pori
batuan dengan tekanan lebih rendah maka batugamping yang dilewati fluida baru ini dapat
terdolomititsasi sebagian atau seluruhnya) ditambahin lagi oleh Raymond (2002) Mg dapat disuplai
dari formasi alterasi lempung yang hadir disitu (smektit ke ilit akan melepaskan Mg ke larutan) oleh
Morrow (1999) model ini dikenal juga sebagai Burial model tapi Purser (1994) menyebutnya seawater
model saja begitu juga penulis lain.. jadinya populer nama yang ini

apa lagi yah mmm.. mungkin kita bahas sedikit sebelum kita
berpisah :'( :'( (jadi terharu :D :D) mengenai regime (atau lebih tepatnya
lokasi, posisi, realm) dari diagnesis karbonat ini di alam kita sudah singgung
diartikel ini pada bagian awal awal tentang semen karbonat (ada kata-kata

meteoric realm.. subsurface realm masih ingat kan?? hehe) well dari
model model diatas kita bisa ketahui dari asosiasi batuan yang hadir bersama
dolostone dan setting geologinya maka dia masuk regime diagenesis yang
mana lets discuss em shortly..
meteoric realm ini maksudnya lingkungan diagenesis batuan karbonat yang
berada dekat dengan permukaan dan dapat mengalami interaksi (kontak)
dengan air meteorik secara langsung.. (yah. meskipun gak langsung langsung
amat tapi yang jelas air meteoriknya gak keubah terlalu jauh komposisinya
atau kemurniannya karena migrasi ke bawah). pada meteoric realm model
model dolomitisasi yang relevan di regime ini diatnaranya: evaporite (brine)
atau hypersaline model, formation water model, dan shallow subtidal model
(tidal pumping), atau water (groundwater)-mixing model atau mungkin
methanogenesis juga bisa hadir.
subsurface realm ini lingkungan regime diagenesis karbonat yang berada
dibawah permukaan, tentu saja berhubungan dengan proeses mesogenesis,
kalao yang meteoric realm lebih ke eo dan telogenesis. yang ini berhubungan
langsung dengan deep burial yang berasosiasi langusng dengan tekanan, dan
peningkatan temperatur. model model dolomititasi diatas yang relevan
dengan regime ini diantaranya: groundwater-mixing model, formation water
model (burial/compaction model), convection flow model, dan
methanogenesis model.
semua gambaran diatas (model-model dolomitisasi) adalah beberapa yang
umum dalam proses dolomitisasi yang juga merupakan salah satu proses yang
mencirikan terjadinya diagenesis pada batuan karbonat, yaitu berupa alterasi
batugamping (limestone) menjadi batudolomit (dolostone). seperti halnya
pada batuan-batuan lain yang dapat juga teralterasi dengan kehadiran
mineral autigenik, atau seperti transformasi opal menjadi berbagai macam
fase stabil dalam diagenesis rijang (chert), kemudian illite yang stabil
menggantikan smektit.. pada batuan karbonat ini lebih khas dan unik.. karena
dolomit yang terbentuk akibat dolomititasi menjadi daya tarik tersendiri
khususnya di bidang geologi migas karena porositas dolostone ini banyak
memproduksi porositas sekunder pada batuan karbonat (karena pelarutan,

replacement dan sebagainya saat dolomitisasi terjadi) sehingga reservoirreservoir berupa batuan karbonat umumnya disusun oleh dolomit.. mau tidak
mau suka tidak suka dolomit itu salah satu bukti diagenesis dari batuan
karbonat. barangkali dibawah ini ada satu ilustrasi lagi mengenai regime
diagneesis batuan karbonat di lingkungan laut dangkal dan transisi

Anda mungkin juga menyukai