4. leaching dari aragonit dan Mg-calcite dan konversi Mg-kalsit menjadi kalsit
di zona freatik air tawar.
5. pengisian mold oleh sparry calcite, konversi fase tidak stabil (aragonit)
untuk kemudian berubah menjadi kalsit, dan rekristliasasi dari mikrospar
atau spar.
6. pelarutan dari vuggy porosity (porositas yang bolong bolong), plus
rekrstalisasi berlanjut dari mikrit dalam zona vadose air tawar (zone tak
tersaturasi).
7. presipitasi dari sparry calcite dalam vug (rongga) tadi (abis larut seiiring
perubahan kondisi lingkungan karbonat ngendap lagi tapi yah.. disitu situ
juga di rongga vugs tadi pak dhe) terjadi pada zone freatik air tawar.
tahap ini kemudian diikuti dengan tahap mesogenesis dimana terjadi
penimbunan lebih dalam lagi maka batuan karbonat akan mengalami
beberapa proses selama fase ini yang menurut Choquette dan Pray (1970)
sebagai berikut:
8. kompaksi dan ekspulsi (keluarnya) fluida.
9. perubahan material organik kaerna peningkatan tempearatur.
10. formasi dari styolite oleh pressure solution (sudah kita bahas diatas yaitu
proses pelarutan pada ruang kontak butiran fragmen sukar larut akan
diendapkan kemudian bersama material yang mudah larut meninggalkan
jejak berupa garis zig-zag tidak beraturan).
11. formasi dolomit dan chert (dolomitisasi dan chertifikasi).
12. sementasi oleh kalsit
tekstur-tekstur semen di berbagai lingkungan karbonat: lingkungan diagenetik di lantai laut dicirikan
oleh kehadiran semen aragonitic meniscus dan pendant cement (beachrock). untuk lingkunan meteorik,
semen terdiri dari kaslit yang termasuk di dalamnya meniscus dan pendant semuanya terdapat di zona
vadose. di lingkungan freatik (phreatic zone) yang hadir cenderung bertipe isopahcous, blocky,
syntaxial rim. semen di lingkungan subsurface burial umumnya disusun oleh kaslit juga termasuk
tekstur di dalamnya syntaxial rim, bladed prismatic, dan coarse mosaic.
atau water table) pelarutan cukup ektensif disini. Hal ini diketahui
berdasarkan bukti kehadiran cave (gua gua atau rongga, lubang dan
sejenisnya) pada batugamping yang mencirikan batas muka air tanah (pada
lokasi tepat dimana water table berada).
Tapi yang menarik, bila dipermukaan pelarutan karbonat cukup intensif, di
bawah permukaan (subsurface) justru sebaliknya, pelarutan tidak terlalu
signifikan terjadi.. kenapa? Hal ini bisa dijawab dengna dua alasan: pertama,
kebanyakan aragonit, dan high-magnesian calcite telah terubah (terkonversi)
menjadi menjadi mineral yang lebih stabil yang dikenal sebagai neomorphism
(neomorfisme akan kita bahas dibawah). Kedua, peningkatan temperatur
pada kedalaman cenderung akan menurunkan tingkat kelarutan, maksudnya,
karbonat itu akan terpresipitasi pada lingkungan yang hangat (masih ingat
kan gamping terumbu di laut aja tumbuhnya banyak di daerah yang hangat
(tropis-subtropis) malah ketika temperatur menjadi hangat bukan kelarutan
yang akan meningkat malah tingkat presipitasinya yang meningkat,
bandingkan dengan daerah yang dingin (dekat permukaan ketika kontak
dengan air permukaan (air hujan atau air meteorik) karbonat malah akan
larut.. ini uniknya doi sob
Kelarutan karbonat akan meiningkat di kedalaman atau dimanapun jika ada
penambahan gas CO2 dalam air pori (yang bisa saja berasal dari hasil
pembusukan jasad organisme yang tertimbun istilahnya decarboxylation),
maka meskipun temperatur meningkat kalau disana ada konsentrasi gas CO2
dalam air pori mineral-mineral karbonat yang ada disitu tetap akan larut..
Selain itu, pencampuran air di kedalaman (subsurface) juga bisa
menyebabkan pelarutan, penjelasannya begini, kita sudah tahu kalau air
meteorik atau air tanah dipermukaan yang tidak terjenuhkan oleh karbonat
(umumnya di lingkungan darat air ini kan bisa bisa aja merembes ke zona
yang dekat dengan laut dangkal soalnya kalau di lantai laut airnya kan
terjenuhkan oleh garam karbonat om atau brine water).. ketika terjadi
pencampuran antara air yang berasal dari atas yang terperkolasi (merembes)
dan bercampur dengan air tanah yang terkonsentrasi dengan kabonat
sekalipun, sifat air murni yang tidak terganggu ini justru akan menambah
kelarutan dari karbonat (Morse, Hanor, dan He, 1997). Pelarutan paling gila
bin agesif J hadir ketika terjadi uplift (pengangkatan) dari batuan karbonat
(kita mengenalnya sebagai tahap telogenesis) maka kondisi batuan karbonat
tadi akan beradaptasi dengan kondisi barunya di permukaan yang
lingkungannya bersifat oksidasi (kaya oksigen.. ya iyes lah.. wong dekat
permukaan), kenapa kenapa?? CO2 pasti banyak disitu
Neomorfisme (neomorphism)
Istilah ini dierkenalkan Folk tahun 1965 untuk menjelaskan proses kombinasi
inversi (perubahan aragonit menjadi kalsit) dan rekristaliasi. Inversi
beramakna perubahan suatu mineral menjadi mineral lain dengan rumus
(senyawa kimia) yang sama namun stuktur kristalnya berbeda alias
polymorph (polimorf) dari mineral tersebut. Contohnya kasit dan aragonit
dua duanya CaCO3 tapi yang satu ortorombik (aragonit) yang satunya lagi
rombohedral (kalsit).
Inversi dapat terjadi pada kondisi kering (dry) atau tidak ada air sekalipun
(murni proses pertukaran ion saja). Ketika transformasi aragonit menjadi
kaist terjadi pada lingkungan yang berair (air dala dalam pori misalnya) maka
ketika aragonit terlarutkan, secara simultan kalsit akan terpresipitasi
menggantikan si aragonit tadi. Proses ini dikenal oleh para geologis sebagai
kalsitisasi (bkan kalsitifikasi ya sob.. but calcitization). Rekristalisasi
mengindikaskan perubahan ukuran dari krstal dan bentuknya.
Neomorfisme dapat terjadi pada lingkungan diagenetik. Tapi secara khusus
terjadi pad alingkungan meteorik dan lingkungan diagentic di subsurface
(bawah permkaan). Nemorfisme akan mempengeruh butiran karbonat dan
micrite memperbesar ukurannya. Proses ini akan merusak tektur asli dari
mineral dan fabric yang telah terbentuk sebelumnya, ketika kristalisasi
pervasive (menyebar) ini terjadi pada berbagai tempat dalam tubuh batuan.
Maka, butiran kecil (mikrit), dapat terkonversi menjadi butiran karbonat
kasar (spar, semen arbonat itu ketika dia mengikat rongga dan ruang antar
butiran yang besar maka dia mirip butiran dan tentu saja ukurannya kasar
alias gede).
Pada skala yang lebih kecil, rekristalisasi menghasilkan formasi besar dari
kalsit (jika aragonitnya halus halus maka kalsitisasi akan semakin mudah),
tapi kendala yang dihadapi para petrografer adalah susahnya membedakan
antara semen spary calcite dan spar neomorfik.
Replacement
Replacement meliput pelarutan dari satu jenis mineral dan presipitasi
simultan dari mineral yang lain. Replacement dari mineral kalsium karbonat
dengan komposisi berbeda. Dolomitisasi merupakan salah satu proses yang
paling umum pada proses replacement ini. Selain itu replacement juga dapat
terjadi antara mineral karbonat dan non-karbonat; mineral minral seperti
mkuarsa mikrokristain, pirit (sulfida besi), hematit (oksida bes), apatit
(kalsium fosfat), dan anhidrit (kalsium fosfat). Replacement daat juga terjadi
pada semua lingkungan diagenesis (baik yang shallow burial maupun yang di
subsurface deep burial). Replacement kalsium karbonat oleh dolomit di lantai
laut juga terjadi pada lingkungan burial (subsurface). Pada sikuen karbonatevaporit, replacement karbonat oleh anhidrit adalah proses yang umum
terjadi. Replacement umum lainnya pada batuan karbonat terjadi yaitu
replacement karbonat dengan kuarsa mikrokristalin (chert) replacement ini
umum dijumpaipada lingkungan meteorik dan deep-burial (penimbunan
dalam di subsurface).
Kompaksi
Sedimen karbonat pertama kali diendapkan memiliki porositas 40-80%
(Boggs,2006). Seperti halnya pada batuan silisiklastik kompaksi terjadi
karena pembebanan sedimen yang berada diatasnya. Berkurangnya porositas
disebabkan oleh kompaksi ini, karena terjadi juga thining (penipisan) dari
bed (perlapisan batuan) pada kedalaman dangkal. Seiring bertambanya
kedalaman tekanan juga akan bertambah, porositas karbonat berkurang
sampai setengahnya atau lebih (porositas saat batuan mengendap) sekitar 5060% pada kedalaman sekitar 100 m(Boggs,2006).
Pada kedalaman burial sekitar 200-1500 m,kompaksi kimiadari sedimen
karboat dimulai. Pressure solution pada kontak antar butiran seperti pada
diagenesis sedimen klastik lainnya akan melarutkan permukaan butiran
mineral dan pada karbonat dapat membentuk kontak suture contact (kontak
begerigi). Pada skala yang lebih besar pressure solution pada batuan karbonat
membentuk pola bergerigi (zig-zag) yang kita kenal sebagai struktur styolite.
Styolite umum hadir pada batuan karbonat berbutir halus. Jadi Pressure
solution pada batuan karbonat diikuti perkembangan strktur styolite,
mecirikan hilangnya porositas dan thining (penipisan) dari bed (pelapis).
Kemudian yang paling penting dari produk diagenesis batuan karbonat adalah
terbentuknya formasi batuan dolomite (dolostone) hasil ubahan batugamping
(limestone) akibat dominasi kehadiran dolomite yang mengganti kalsit.
Bagaimana proses keterbentukan dari dolomit ini? Oke mari kita telusuri
perlahan dan sediki saja..
ada banyak model yang telah dibuat oleh para ahli sampai sekarang untuk
menjelaskan genesis dari dolomit ini, dari hasil studi kasus di beberapa
tempat kemudian dibuat model. kita ambil contoh yang populer saja..
beberapa model genesis dolomit yang umum diantaranya: (1) hypersaline
model (atau di beberapa sumber menyebutnya sebagai evaporite brine model
(dalam Raymond, 2002)) menjelaskan keterjadian dolomite (dolostone) pada
daerah sabkha (tidal flat di lingkungan arid atau kering), (2) mixed-water
seepage reflux dan evaporative pumping akan menyumplai air kaya Mg ke formasi batugamping yang
telah terbentuk (kayaknya menurut gue ini terjadi pada fase telogenesis-mesogenesis karena batunya
udah kebentuk dan keangkat terus bereaksi dengan air permukaan)
ilustrasi gambarnya yang 6.10 A ya pak dhe sama seperti ilustrasi diatas cuma dibuat lebih simpel
sama mbah Sam Boggs (2006), evaporative pumping terjadi menyebabkan adanya gradien hidrolik
karena evaporasi maka air mengalir ke bawah (merembes ke formasi gamping), terus air pori yang juga
berada dibawah yang mungkin terjenuhkan oleh Mg juga ikut naik menerobos pori karbonat
(ilustrasinya bisa dilihat di gambar diatasnya lagi dimana air ini menerobos datang dari evaporite pond
yang berada di sebelah kiri) yah.. konsepnya sami mawon lah pak dhe kakung ku :D :D
dengan air tawar di mixing-zone. Nah menurut Raymond sistem di air yang
baru ini sifatnya akan terundersaturasi (tidak jenuh) oleh Ca (karena adanya
tambahan pelarut jadi dia berkurang) tapi dianggap tersupersaturasi (kelewat
jenuh) oleh Mg (meskipun dalam jumlah kecil).
tingkat saturasi (kejenuhan) kalsit dan dolomit dari hasil pencamp;uran air tawar dan air laut.. dari grafik
(punya Badiozamani, 1973 dalam Raymond, 2002) dolomitisasi terjadi ketika konsentrasi air laut sekitar
50% (kata Boggs, 95% bebas yang mana aja asalkan) asalkan terjenuhkan (tersupersaturasi) oleh
fase larutan dolomite (rasio Mg/Ca tinggi).
Kondisi air pada mixing-zone ini, salinitasnya lebih rendah dari hypersalinemodel diatas. Menurut Raymond (2002) dolomitisasi dapat terjadi jika
kondisi air tawar (Fresh water) pada pencampuran mencapai 95% (emang
ecer banget pak dhe). Keapa hal ini bisa terjadi? Menurut Boggs (2006)
meskipu konsetrasi (salinitas) ion Mg rendah kompetisi ion-ion (Mg dan Ca
serta ion logam lain) untuk bereaksi dengan batuan menjadi kurang rame
karena tidak terlalu jenuh (karena ada air tawar tadi yang ngencerin) dan
larutan ion tidak desak-desakan atau berebutan bereaksi dengan batuan.
Bukti keterjadian dolomit dari model ini diataranya: (1) volme esar dari
dolostone yang dijumpai pada (zona subsurface) tempat terjadinya
mesogenesis, (2) pemurnian dolomit (terbentuk dari hasil kristalisasi yang
lambat karena konsentrasi ion yang kecil atau kurang jenuh) tapi dolomitisasi
terjadi lebih baik dan perlahan, (3) bukti isotop. (Swart, Ruiz, Holmes, 1987,
Humphrey, 1988, dalam Raymond, 2002).
Menurut Hardie (1987) jenis dolomit yang akan terbentuk dari proses (model)
ini adalah Ca-rich dolomite, karena kosetrasi Ca nya tetap tinggi dibandingkan
degan hypersaline model. Menurut Machel dan Mountjoy (1986) dolomite
ilustrasi untuk graoundwater mixing model (water mixing model kalo kata Boggs, 2006).. air tawar
meteorik (freshwater) masuk menerobos dari permukaan dan air laut dari bawah sama sama
merembes masuk.. dan bertemu dalam pori batugamping reaksi yang terjadi akibat berkurangnya
konsentrasi Ca (Mg stabil atau dianggap meningkat) dan dolomitisasi terjadi merubah limestone
menjadi dolostone.
pada lingkungan air normal. Dengan catatan air laut masuk menerobos
(meresap) kedalam sedimen (karbonat), dan air laut baru ini meyuplai Mg ke
dalam sedimen sehingga konsentrasi Mg bertambah. Ca+ diabaikan karea
akan tergati oleh Mg, sementara ion lain yang lebih stabil dan dapat
berpotensi merusak struktur kristal dolomit. Pada daerah pasang surut (tidal
flat) dimana air laut mengalami periode pasang dan surut. Maka ada proses
penyuplayan air laut pada formasi batuan yang ada di pantai. Proses ini oleh
Caballo, Land, dan Miser (1987) dinamakan tidal pumping.
Meskipun evaporasi tidak signifikan tapi adanya suplai air laut ini maka
konsentrasi Mg+ juga bertambah, maka dapat disimpulka dolomitisasi dapat
terjadi ketika muka air laut naik. J
Meskipun rada sedikit radikal dan kontroversial, model ini masih
dipertimbangkan oleh geologis sebagai salah satu model yang juga bisa
menjelaskan origin (genesis) dari dolomit.
gambar C gan :D sewater pumping atau tidal pumping terjadi pada daerah pasang surut..
batugamping yang telah terbentuk di daerah tersebut dan tertimbun pada kedalaman dangkal di daerah
tersebut (tidal atau supratidal deket pantai) akan menerima suplai air laut baru dan membawa alias
menyuplai lebih banyak Mg.. meningkatkan rasio Mg/Ca dan.. dolomitisasi terjadi
Methanogenesis model
Agak beda yang ini modelnya pak dhe kenapa?? Kita gak ngomongin
pencampuran dua air (laut dan tawar), tapi dolomitisasi terjadi karena
pencampuran airlautdngan metana (gas metan). Metna bisa berasal
daraktivitasbakteriataurembesan reservoir hidrokarbon. Analisis Data isotop
oksigen dan Sr dapat digunakan untuk mendukung hal ini.
Menurut Vasconcelos dan McKezie (1997) meaporkan presiptasi dari dolomit
pada studi kasus di coastal lagoo (Lagoa Vermelha) dekat Rio de Jeneiro,
Brasil. Bakteri anaerobik akan mereduksi sulfat, ketika sulfat direduksi
bakteri ini mensekresi Mg, malahan gilanya lagi dari hasil penemuan mereka
sama dua ilmuan ini bakteri pemakan sulfat ini diculik buat dibawa ke lab
untuk memproduksi dolomit. :D
Convection flow model
Well, model yang ini banyak diteliti sama tukang batu yang tergila gila sama
dolomit. :Dmodel ini berkaitan dengan aktivitas hidrotermal yang
meyebabkan air laut menerobos keatas melewati formasi batugamping
diatasnya. Proses hidrotermal ini pada proses dolomitisasi diamati melalui
analisis inklusi fluida. Menurut Shelton (1992) dan Wendre et al (1998)
Kisaran temperaturnya sekitar 60-200 C untuk menghasilkan aliran konveksi
(istilahny convection flow dolostone).
Menrut Raymond (2002) fase dolomit ini stabil pada air laut panas, maka, air
laut panas menadi media yang efetif untuk proses dolomitisasi. Aktivitas
vulkanik di subsurface dan aktivitas radiogenik bawah permukaan, disinyalir
sebagai pemicu panas yang paling mungkin dibawah sana.
Model ini awalnya di desain untuk menjelaskan keterbentukan dolomit di
suatu setting geologi yang mana asal-usulnya (origin atau gensisnya) tidak
dapat dijelaskan oleh model model yang lain..ternyata eh teryata dolomit yang
banyak di alam, banyak yang terbentuk melalui proses yang bisa dijelasin
sama model ini.
ilustrasi model convection flow dari proses dolomitisasi (ada aktivitas geotermal disitu menyebabkan
fluida bermigrasi yang memicu dolomitisasi), gambarnya ane culik dari Nichols (2007) kata Nichols
gambarnya dari Tucker (1990)
ilustrasi formation water model (dari Tucker, 1990 dalam NIchols, 2007) model ini berkatian dengan
proses mesogenetik.. artinya batuan telah mengalami burial dan pressure yang tinggi perbedaan
densitas tekanan pada batuan dapat menyebabkan fluida bermigrasi dari pori batuan tertekan ke pori
batuan dengan tekanan lebih rendah maka batugamping yang dilewati fluida baru ini dapat
terdolomititsasi sebagian atau seluruhnya) ditambahin lagi oleh Raymond (2002) Mg dapat disuplai
dari formasi alterasi lempung yang hadir disitu (smektit ke ilit akan melepaskan Mg ke larutan) oleh
Morrow (1999) model ini dikenal juga sebagai Burial model tapi Purser (1994) menyebutnya seawater
model saja begitu juga penulis lain.. jadinya populer nama yang ini
apa lagi yah mmm.. mungkin kita bahas sedikit sebelum kita
berpisah :'( :'( (jadi terharu :D :D) mengenai regime (atau lebih tepatnya
lokasi, posisi, realm) dari diagnesis karbonat ini di alam kita sudah singgung
diartikel ini pada bagian awal awal tentang semen karbonat (ada kata-kata
meteoric realm.. subsurface realm masih ingat kan?? hehe) well dari
model model diatas kita bisa ketahui dari asosiasi batuan yang hadir bersama
dolostone dan setting geologinya maka dia masuk regime diagenesis yang
mana lets discuss em shortly..
meteoric realm ini maksudnya lingkungan diagenesis batuan karbonat yang
berada dekat dengan permukaan dan dapat mengalami interaksi (kontak)
dengan air meteorik secara langsung.. (yah. meskipun gak langsung langsung
amat tapi yang jelas air meteoriknya gak keubah terlalu jauh komposisinya
atau kemurniannya karena migrasi ke bawah). pada meteoric realm model
model dolomitisasi yang relevan di regime ini diatnaranya: evaporite (brine)
atau hypersaline model, formation water model, dan shallow subtidal model
(tidal pumping), atau water (groundwater)-mixing model atau mungkin
methanogenesis juga bisa hadir.
subsurface realm ini lingkungan regime diagenesis karbonat yang berada
dibawah permukaan, tentu saja berhubungan dengan proeses mesogenesis,
kalao yang meteoric realm lebih ke eo dan telogenesis. yang ini berhubungan
langsung dengan deep burial yang berasosiasi langusng dengan tekanan, dan
peningkatan temperatur. model model dolomititasi diatas yang relevan
dengan regime ini diantaranya: groundwater-mixing model, formation water
model (burial/compaction model), convection flow model, dan
methanogenesis model.
semua gambaran diatas (model-model dolomitisasi) adalah beberapa yang
umum dalam proses dolomitisasi yang juga merupakan salah satu proses yang
mencirikan terjadinya diagenesis pada batuan karbonat, yaitu berupa alterasi
batugamping (limestone) menjadi batudolomit (dolostone). seperti halnya
pada batuan-batuan lain yang dapat juga teralterasi dengan kehadiran
mineral autigenik, atau seperti transformasi opal menjadi berbagai macam
fase stabil dalam diagenesis rijang (chert), kemudian illite yang stabil
menggantikan smektit.. pada batuan karbonat ini lebih khas dan unik.. karena
dolomit yang terbentuk akibat dolomititasi menjadi daya tarik tersendiri
khususnya di bidang geologi migas karena porositas dolostone ini banyak
memproduksi porositas sekunder pada batuan karbonat (karena pelarutan,
replacement dan sebagainya saat dolomitisasi terjadi) sehingga reservoirreservoir berupa batuan karbonat umumnya disusun oleh dolomit.. mau tidak
mau suka tidak suka dolomit itu salah satu bukti diagenesis dari batuan
karbonat. barangkali dibawah ini ada satu ilustrasi lagi mengenai regime
diagneesis batuan karbonat di lingkungan laut dangkal dan transisi