Anda di halaman 1dari 6

Tugas Mata Kuliah Geologi Minyak dan Gas Bumi

Ringkasan Basin Formation dan Basin Infilling


Tugas Ini Dipergunakan Untuk Memenuhi Syarat Geologi Minyak dan Gas Bumi

Disusun oleh:
Fuad Aulia Bahri
3713100007

Dosen Pengampu:
I Putu Krishna Wijaya, S.T, M.Eng

Jurusan Teknik Geofisika


Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2015

Ringkasan Basin Formation dan Basin Infilling

Basin (Cekungan) adalah suatu keadaan geologi berbentuk seperti sinklin di bawah
permukaan tanah dimana terdapat akumulasi sedimen. Pembentukan basin erat kaitanya
dengan proses tektonik dan geologi struktur dari suatu daerah.
Menurut Ingersol dan Busby, basin dapat terbentuk dalam 5 kelompok keadaan
tektonik, yaitu Intraplate, divergen, konvergen, transform, dan hyrbrid (campuran). Dimana
ke empat daerah tersebut memiliki karakteristik masing-masing (Ingersol & Busby, 1995)
Intraplate adalah suatu kondisi tektonik yang terjadi pada satu lempeng tanpa diganggu
oleh aktivitas lempeng sekitar, basin dapat terjadi dengan adanya gempa lokal dalam suatu
lempeng. Contoh kondisi terjadinya basin dalam keadaan intraplate seperti adanya aktivitas
vulkanik, dimana magma menerobos hingga terbentuk sinklin yang kemudiaan terisi sedimen.
Terjadinya gempa akibat adanya dislokasi bawah tanah seperti patahan dll. Terjadinya gempa
jatuhan akibat benda-benda luar angkasa yang dapat mempengaruhi proses geologi dan
sedimentasi sekitar. Menurut Ingersol & Busby terdapat beberapa jenis pembentukan basin di
daerah intraplate, yaitu: continental rises and terraces, continental embankments, intracratonic
basins, continental platforms, oceanic basins, oceanic islands, dan dormant ocean basins.
Continental rises and terraces adalah daerah dimana adanya pengangkatan daratan yang
berbeda jauh dari daratan lainya seperti adanya tebing (terraces). Continental embankments
adalah daratan tanggul yang berasosiasi dengan sungai dimana terjadi tumpukan sedimen pada
proses progradational pada tepi retakan batas lempeng. Intracractonic basin adalah basin yang
terjadi pada cratonic yaitu suatu kedaan geologi rekahan yang gagal (failed rifts). Oceanic
basins tempat dimana terjadinya basin pada kerak samudera yang berbatas dengan kerak benua
tetapi berbeda dengan arch trench system. Oceanic Islands terjadi pada barisan pegunungan
yang kemudian terisi oleh sedimentasi yang juga dipengaruhi oleh busur magma. Dormant
ocean basin adalah basin yang gagal terbentuk sehingga membentuk aulogens dengan sudut
yang tinggi.
Pembentukan basin di daerah divergen ditandai dengan adanya mid oceanic ridge
(MOR) pada lautan atau adanya rift valley pada daratan. Di daerah divergen adalah tempat
dimana keluarnya magma dan terbentuk batuan baru dengan pergerakan lempeng saling
menjauh. Terdapat 2 jenis pembentukan basin di daerah divergen, yaitu terrestrial basin dan
proto oceanic rift throughs. Di daerah divergen akan terbentuk adanya rift yang akan
memrbentuk menjadi basin (terestrial basin). Proto oceanic rift throughs secara bahasa adalah

retakan laut kecil yang melewati sesuatu. Artinya pada daerah proto oceanic rift throughs
dimana terbentuk lempeng samudera baru di lempeng benua yang diapit oleh lempeng benua.
Pembentukan basin di daerah konvergen dimana pada daerah konvergen terjadi adanya
pertemuan dari dua lempeng yang saling bertabrakan. Terdapat beberapa jenis pembentukan
basin pada daerah ini. Trenches, Trench-slope Basins, Fore arc basins, Intra arc Basins, Back
arc Basins, Retro arc foreland basins, remnant ocean basins, peripheral forelan basins,
piggyback basins, foreland intermontane basins. Trench adalah palung merupakan daerah yang
dalam yang terjadi karena zona subduksi antara lempeng benua dan lempeng samudera.
Trench-slope basins merupakan struktur local yang terjadi karena perkembangan tunjaman dari
zona subduksi kompleks. Fore arc basins ialah basin yang terjadi antara subduksi kompleks
dan magmatic arcs. Intra-arc basins adalah basin lokal pada magmatic arcs. Back arc basins
ialah basin yang terjadi dibelakang intra arc basin. Retro arc basins adalah foreland basin yang
menyusut diatantara di tepi continental arc trench system. Remnant Ocean basins adalah basin
yang menyusut kemudian bertabrakan dan diapit oleh continental margin dan arch trench
system. Peripheral foreland basins adalah foreland basins diatas retakan continental margin
yang sebagian telah ditarik ke dalam zona subduksi. Piggyback basins: basin yang terbentuk
dan terbawa ke atas hingga berbentuk lembaran. Foleland intermontane basins adalah basin
yang terbentuk saat terjadi uplift di foreland settings.
Transform adalah suatu daerah dimana terjadinya pergerakan lempeng geser. Terdapat
3 jenis pembentukan basins pada daerah transform, yaitu: transtensional basins,
transpressional basins, transrotational basins. Transtensional basins karena terjadi
perpanjangan seralah patahan strike slip, transpressional basins terjadi karena kompresi searah
sumbu patahan strike slipe, dan transrotational basin terhjadi rotasi block patahan secara
vertikal.
Pembentukan basin juga dapat tebentuk secara campuran (hybrid) erdapat 4 jenis basins
pada daerah hybrid yaitu: Intracontinental wrench basins, Aulacogens, Impactogens,
Successor basins. Intracontinental wrench basins adalah basin berbeda yang terbentuk oleh
kerak benua jauh dari proses tubrukan. Succesor basins: basis yang terbentuk intermontane
yang dipengaruhi oleh pengaruh orogenesa lokal.
Berikut proses umum mekanisme terbentuknya basin. Proses ini tidak semua terjadi
pada setiap basin, tergantung dari dimana basin itu terjadi. Mekanisme terbentuknya basin
antara lain antara lain berupa Crustal thinning: gaya ektensional atau tarikan, erosi selama
terjadi pengangkatan, dan magmatic withdrawal. Mantle-lithosperic thickening: pendinginan
dari litosfer baik dikarenakan proses tarikan atau pemanasan oleh peleburan adiabatic dari

pencairan astenosferik. Sedimentary and volcanic loading: Kompensasi isostatik local dari
suatu kerak dan flexure litosfer regional, tergantung dari kerapatan flexural dari litosfer bagian
bawah, selama terjadi overthrusting dan underpulling. Subcrustal loading: Flexure pada litosfer
selama terjadi proses underthrusting pada suatu litosfer yang padat. Astenosferik flow: efek
dinamik dari aliran astenosferik, pada umumnya dikarenakan proses delaminasi dari litosfer
yang mengalami subduksi. Penebalan Krustal: Bertambahnya densitas dari suatu kerak
dikarenakan perubahan tekanan atau temperatur dan proses emplacement dari cairan dengan
densitas lebih tinggi yang menuju kerak dengan densitas lebih rendah. Berikut tabel mekanisme
terbentuknya basin serta letak terbentuknya basin

Gambar.1. Mekanisme terbentuknya basin (Ingersol & Busby, 1995)

Setelah terjadinya basin atau siklin namun belum terdapat adanya akumulasi sedimen.
Proses penempatan sedimen pada cekungan disebut oleh sedimen infilling. Berikut mekanisme
pengisian sedimen pada cekungan. Sedimen yang pertama kali mengendap berupa sedimen
fluvial yaitu sedimentasi yang terjadi oleh bantuan air sungai. Setelah terbentuknya sedimen
fluvial kemudian kembali diisi oleh endapan fluvial namun dalam fase yang berbeda.
Kemudian naiaknya permukaan air membuat terjadinya sedimentasi dari lacustrine. Kemudian
turunya permukaan air laut akan membuat sedimentasi baru. Sehingga terjadi adanya suatu
rekahan rekahan atau dapat disebut dengan reservoir yang mana batuan ini akan diisi oleh
source rock yang terdapat lebih bawah, dan disini akan terjadi akumulasi sedimen.

Gambar.2. Mekanisme pengisian sedimen pada cekungan

Dalam terjadinya proses infilling sediment. Geologist juga harus mengetahui tentang
geologic time. Yang mana geologic time ini membantu geologis agar dapat mengetahui lapisan
stratigraphy dari suatu daerah. Karna proses sedimentasi terjadi dari waktu yang lama hingga
sekarang. Sehingga akan terjadi perbedaan susunan batuan tiap zamanya. Terjadi 3 bagian
mekanisme infilling yaitu pre-rift, sycn-rift, dan post-rift yang terjadi secara berurutan. Maka
menurut stratigraphy batuan tertua dan terdalam merupakan pre rift, sycn rift, dan post rift.
Pre-rift stage: fase awal pembentukan rift sangat berkaitan oleh adanya keterlibatan
upwelling matle plume atau tidak yang disebut biasa active rifting (mantle plume involved :
Pure continental rift biasanya ditandai oleh munculnya aktivitas vulkanik dan dikuti oleh
endapannya) dan passive rifting (non mantle plume involved : biasa diakibat oleh
trasform/strike slip, roll back of slab subduction, dan mountain chain dan ini tidak sama sekali
melibatkan aktivitas vulkanik, sedimen pengisinya didominasi oleh endapan-endapan terestrial
seperti: Back arch basin, Transtensional basin,).
Synrift stage : di fase ini pada active rifting biasa ditandai oleh kehadiran bounding
fault dan munculnya flood basalt di pusat rifting, ketebalannya pun bervariasi mengikuti
morphology cekungan, pada flexure marginnya bisa saja di dominasi endapan terestrial,
fluvial- deltaic yg lebih tipis dari pada di bagian bounding fault yang cendrung lebih tebal dan
kasar seperti : alluvial fan,debris dll. Serta tidak ditemuai ketidakhadiran aktivitas volkanik
(flood basalt dll).
Post-rift :pada fase ini biasa disebut fase "sagging" dimana mulai istirahatnya aktifasi
dari bounding fault, untuk passive rifting biasa ditandai kehadiran endapan marine yg
ketabalannya relatif konstan seperti : carbonate platform dll, sedangkan pada active rifting basa
memiliki fase lanjut menjadi passive margin basin yg mana endapannya memiliki ketebalan
relatif konstan seperti : open marine.
Berikut contoh analisa stratigraphy dengan urutan basin infilling pre rift, sync rift, dan
post rift.

Gambar.3. Mekanisme Basin Infilling, merah (pre rift); hijau (sync rift) ; kuning
(post rift)

Anda mungkin juga menyukai