Anda di halaman 1dari 30

PETROGRAFI BATUAN EVAPORIT

Disusun Oleh :
Kelompok 12 :
Dhio Alief Rizaldy
(15/385048/TK/43710)
Lalu Aliyya Tirangga A.B
(15/381194/TK/43372)
Syilvia Manurung
(15/385086/TK/43748)
Hanuladsih Eko Wulan
(15/385056/TK/43718)

OUTLINE
1.

Introduction

2.

Compositions

3.

Climate and Tectonic Setting of Evaporites

4.

Depositional Environment, Texture, and Facies of


Evaporites

5.

Case Study

INTRODUCTION
Batuan evaporite adalah batuan sedimen yang terbentuk melalui proses
evaporasi dari saline water. Umumnya batuan evaporite terbentuk pada
lingkungan marine namun pada kasus-kasus tertentu batuan evaporite dapat
juga terendapkan pada lingkungan non-marine. Batuan evaporit biasanya
terbentuk pada kondisi temperatur tinggi dengan tingkat presipitasi yang
rendah. Endapan evaporit banyak terbentuk pada saat Kambrian Akhir,
Permian, Jura, dan Miosen.

COMPOSITIONS
Mineral-mineral mayor yang umum dijumpai pada batuan evaporit adalah halite
(NaCl), anhydrite (CaSO4) dan gypsum (CaSO42H2O) (Boggs, 2006). Kurang lebih
80 mineral yang telah diidentifikasi pada batuan evaporit (Stewart dalam Boggs,
2006). namun hanya 60 mineral yang dianggap penting pada batuan evaporit
berdasarkan komposisi kimianya (Warren dalam Boggs, 2006).

COMPOSITIONS

Warren dalam Boggs, 2006

COMPOSITIONS

Warren dalam Boggs, 2006

COMPOSITIONS (MARINE EVAPORITE)


MINERALS)
Pada lingkungan marine, terdapat 12 unsur dengan kadar >1 ppm yang berperan
dalam proses pembentukan mineral-mineral evaporit asal marine, di antaranya Cl
(18.98), Na+ (10.56), SO42 (2.65), Mg2+ (1.27), Ca2+ (0.40), K+ (0.38), dan
HCO3 (0.14). Sedangkan trace element dapat berupa Br, Sr2+, B3+, F, dan H4SiO4.
Unsur-unsur tersebut nantinya akan membentuk mineral-mineral evaporit asal marine.

COMPOSITIONS (MARINE EVAPORITE


MINERALS)

Warren dalam Boggs, 2006

COMPOSITIONS (NON-MARINE EVAPORITE)


MINERALS)
Mineral Evaporit yang berasal dari lingkungan non-marine berasal dari presipitasi
air sungai ataupun air tanah. Komposisi kimianya akan bergantung pada jenis batuan
yang dilalui oleh air tersebut. Mineral-mineral evaporit asal non-marine tidak umum
dijumpai pada lingkungan marine. Namun beberapa mineral evaporit asal marine dapat
juga dijumpai pada lingkungan non-marine seperti anhydrite, gypsum, dan halite.

CLIMATE AND TECTONIC SETTING OF EVAPORITES


Umumnya batuan evaporit terbentuk pada iklim hangat dengan
temperatur tinggi. Namun batuan evaporit juga dapat terbentuk pada iklim
dingin walaupun dengan depositional rate yang lebih rendah dibandingkan
di iklim hangat. Kondisi cekungan yang terisolasi dari lingkungan terbuka
menjadi kondisi yang bagus untuk pengendapan evaporit.

CLIMATE AND TECTONIC SETTING OF EVAPORITES


Setting tektonik pembentukan batuan evaporite umumnya pada setting
continent dan telah berlangsung sejak proses rifting dari Pangea pada
Triassic-Jurrasic. Hal tersebut dijelaskan melalui Wilson Cycle yang
menjelaskan kondisi setting tektonik yang berpeluang untuk membentuk
cekungan evaporit.

CLIMATE AND TECTONIC SETTING OF EVAPORITES

Warren, 2006

CLIMATE AND TECTONIC SETTING OF EVAPORITES

Warren, 2006

DEPOSITIONAL ENVIRONMENT OF EVAPORITE


Secara umum lingkungan
pengendapan Batuan Evaporit
dibagi menjadi tiga, yakni
lingkungan
Sabkha,
lingkungan laut dangkal, dan
lingkungan laut dalam.

SUBAERIAL EVAPORITES
Lingkungan subaerial yang paling umum dikenali adalah lingkungan Sabkha.
Lingkungan Sabkha adalah sebuah lingkungan dataran garam yang dapat
terbentuk dalam 2 kondisi, yakni lingkungan non-marine dan marine. Menurut
Hanford (1981), lingkungan Sabkha non-marine contohnya adalah danau playa
yang dikontrol oleh fluvial-lacustrine. Sedangkan Sabkha marine (Coastal
Sabkha) berada pada zona pantai intertidal dan supratidal. Karakteristik
endapan evaporit Sabkha tidak seluruhnya mengandung mineral evaporit.
Endapannya dapat bercampur dengan endapan karbonat atau endapan
terrigenous klastik. Endapan evaporit non-marine banyak mengandung
mineral borax, epsomite, dan trona yang tidak dijumpai pada endapan evaporit
marine. Sedangkan gypsum, anhydrit, dan halit kurang dijumpai pada
endapan evaporit non-marine.
(Melvin,J.L,1991)

SUBAERIAL EVAPORITES (TEXTURE)

(Kendall dalam Boggs, 2006)

SUBAERIAL EVAPORITES (FACIES)

(Kendall dalam Boggs, 2006)

SHALLOW SUBAQUAEOUS EVAPORITES


Shallow suaqueous evaporit terakumulasi dalam lingkungan marginal-marin
di coastal lakes yang disebut Salinas (Warren and Kendall,1985). Salinas
modern terdapat di Southern dan Western Australia, dan ada di daerah
Mediterania, Laut merah. Salinas terbentuk pada lingkungan karbonat, pada
depresi antar coastal carbonate dunes atau berasosiasi dengan reef. Gypsum
menjadi mineral evaporit yang paling sering muncul pada sebagian besar
salinas.
Shallow subaqueous evaporit juga terdapat di lingkungan lacustrin pada
continental basin, seperti di Danau Magadi yang berada pada African Rift.
Trona (NaHCO3Na2CO32H2O) dan mineral sodium silikat,seperti magadiite
[NaSi7O13(OH)3H2O] menjadi penciri dari zona ini.

SHALLOW SUBAQUAEOUS EVAPORITES (TEXTURE)

(Kendall dalam Boggs, 2006)

SHALLOW SUBAQUAEOUS EVAPORITES (TEXTURE)

(Kendall dalam Boggs, 2006)

SHALLOW SUBAQUAEOUS EVAPORITES (FACIES)

(Kendall dalam Boggs, 2006)

DEEP WATER EVAPORITES


Evaporit dicirikan dengan lapisan tipis, laminasi, dan adanya kontinuitas lateral yang secara
dominan tersusun secara laminer oleh karbonat evaporit, sulfat dan halit. Tebalnya dapat
mencapai ratusan meter, dan dapat dikorelasikan dari 10-100kilomter (Scheiber et al., 1986)
Meskipun sebagian besar deep water-Evaporites terbentuk oleh presipitasi secara insitu, namun
juga dapat terbentuk akibat turbidit. Batuan evaporit-turbidit ini didominasi oleh gypsum atau
karbonat-gypsum, meskipun bisa jadi terdapat halite-turbidit (langka)
Evaporit-turbidite terdapat di lingkungan paling dalam pada cekungan evaporite purba. Terbentuk
akibat presipitasi secara cepat di cekungan evaporit bagian bagian dangkal, mengakibatkan
adanya akumulasi material evaporit yang tidak stabil sehingga akan terdeposisikan kembali akibat
arus turbidit
Di bumi ini, tidak ada model deep water-evaporite modern, kecuali di Laut Mati, Timur Tengah.
Oleh karena itu, model untuk Deep Water-Evaporite banyak didasari oleh penelitian secara teoritis

DEEP WATER EVAPORITES

(Kendall dalam Boggs, 2006)

EVOLUSI DIAGENESIS
Gypsum primer lebih mudah terpresipitasi daripada anhidrit,
kecuali pada kondisi lingkungan ekstrim, dengan temperatur tinggi
dan salinitas tinggi (Zen, 1965; Hardie, 1967; Shearman,1985). Oleh
karena itu, Murray,1964 menyatakan anhidrit merupaka produk
diagaenesis, yang berawal dari dehidrasi primary gypsum .
Analisis mikroskopik menunjukkan bahwa, microcrystaline
gypsum,gypsarenite,dan gypsum laminites berasal dari petrofasies
yang sama, namun memiliki tekstur yang berbeda (cloudy ameboid,
subidiotopic,idiotopic, porphyrotopic). Hal ini terjadi karena adanya
proses hidrasi pada anhidrit.

Gypsum laminite

gypsarenite

Microcrystaline gypsum

Gipsum primer yang belum mengalami


diagenesis dapat berupa selenitic gypsum,
gypsarenite,maupun gypsum laminites

(Testa & Lugli,2015)

Terjadi proses hidrasi, yang melibatkan air permukaan,


sehingga
menghasilkan
satin
spar
sypsum
dan
microcrystaline gypsum

Proses selanjutnya adalah


proses dehidrasi yang
melibatkan hyperhaline
groundwater dan atau air
meteorik,sehingga satin spar
dan pinggiran nodul akan
terdehidrasi

Terjadi hidrasi kedua persial yang menyebabkan satin spar


dan pinggiran nodul yang terdehidrasi akan bertekstur cloudy
ameboid

Testa & Lugli, 1999

STUDI KASUS: CONTOH DIAGENESIS PADA


MICROCRYSTALLINE GYPSUM DI VOLTERA
BASIN,CENTRAK TUSCANY,ITALY

REFERENSI
Abdioglu, Emel., et al. 2015. Stratigraphy, Mineralogy, and Depositional
Environment of the Evaporite Unit in the Askale (Erzurum) sub-basin, Eastern
Anatolia (Turkey). Elsevier Ltd (Journal of African Earth Sciences). Page: 100-112.
Al-Hamdani, Abdul-Aziz M., et al. 2004. Petrography and Mineralogy of Jabal
Sanam Gypsum Rocks, Southern Iraq. Iraqi Journal Earth Sciences Volume 5 No.1.
Page: 18-29.
Boggs, Sam Jr. 2006. Petrology of Sedimentary Rocks. USA: Cambridge University
Press. Page: 461-477.
Boggs, Sam Jr. 2006. Principles of Sedimentology and Stratigraphy. USA: Pearson
Education, Inc. Page: 390-393.
Walker, Roger G. and James Noel P. 1992. Facies Models. Ontario: Geological
Association of Canada. Page: 375.
Warren, John K. 2009. Evaporites through time: Tectonic, Climatic, and Eustatic
Controls in Marine and Non-marine Deposits. Elsevier ltd (Earth Science Reviews).
Page: 217-268.

DEMIKIAN PRESENTASI KAMI

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai