Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PETROLOGI

KLASIFIKASI BATUAN BEKU

Disusun Oleh:

Al Gracia de Rahmanov - 270110120201

Fakultas Teknik Geologi

Universitas Padjadjaran
PENDAHULUAN

Sebagai mahasiswa teknik geologi, tentu terdapat banyak ilmu dasar yang harus
dikuasai. Khususnya dalam ilmu petrologi subbab tentang klasifikasi batuan beku. Pada saat
di lapangan tentunya batuan beku memiliki banyak jenisnya karena memiliki ciri dan
karakteristik yang berbeda, sehingga dibutuhkan kemampuan untuk mengelompokkan batuan
beku tersebut. Ciri dan karakteristik dari batuan beku adalah jalan menuju informasi kepada
tempat terbentuknya, kondisi bagaimana batuan tersebut terbentuk dan komposisi kimia
batuannya.
PEMBAHASAN

Klasifikasi batuan beku adalah salah satu aspek geologi yang paling membingungkan.
Hal ini terjadi sebagian karena alasan sejarah, sebagian karena sifat magmanya, dan sebagian
karena berbagai kriteria yang memiliki potensi untuk digunakan dalam klasifikasi batuan
beku. Pada masa awal perkembangan ilmu geologi, hanya terdapat beberapa batu yang
dideskripsikan dan diklasifikasikan.

Pada masa tersebut, batuan yang dideskripsikan oleh ahli geologi umumnya
menunjukkan karakteristik yang berbeda dengan batuan yang telah dideskripsikan
sebelumnya, sehingga muncul kecenderungan untuk memberikan nama baru yang berbeda
pada batuan tersebut. Hal tersebut terjadi karena banyak faktor seperti kondisi pembekuan,
komposisi dari sumber magma, dan efek dari pelapukan. Terdapat potensi deskripsi batuan
beku yang bermacam – macam yang akhirnya menuntun kepada banyaknya nama batuan.
Namun, karena sejarah ilmu pengatahuan, banyak nama – nama batuan yang tertanam kuat
dalam literatur, sehingga mahasiswa harus mengetahui semua nama – nama tersebut, atau
setidaknya tahu di mana mencarinya untuk mengetahui arti dari berbagai nama – nama
batuan tersebut.

Magma yang menjadi sumber terbentuknya batuan beku adalah cairan larutan yang
kompleks. Karena magma adalah larutan, komposisi kimianya dapat berubah secara kontinyu
dalam kisaran komposisinya. Karena perubahan kontinyu komposisi kimianya, akibatnya
tidak ada jalan mudah untuk menetapkan batas dalam skema klasifikasi.

Terdapat berbagai kriteria yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan batuan


beku. Diantaranya:

 Kehadiran mineral dalam batuan. Kehadiran mineral dan proporsi


relatifnya dalam sebuah batu sebagian besar bergantung dari komposisi kimia
magmanya. Skema klasifikasi ini dapat bekerja dengan baik pada batuan yang
mineralnya mengkristal dengan baik. Biasanya digunakan pada batuan beku
plutonik yang membeku secara perlahan. Tetapi batuan beku vulkanik
biasanya akan terganggu dalam proses kristalisasinya oleh erupsi dan
pembekuan yang cepat di permukaan bumi. Hasilnya adalah tekstur gelas atau
mineral yang terlalu kecil untuk diidentifikasi.

 Tekstur batuan. Tekstur batuan sebagian besar bergantung pada sejarah


pembekuan magma. Batuan yang memiliki komposisi kimia yang sama dan
kehadiran mineral yang sama dapat sangat berbeda teksturnya. Faktanya,
kriteria tekstur umum digunakan untuk mengelompokkan jenis batuan
plutonik ( biasanya medium sampai berbutir kasar ) dan vulkanik ( biasanya
berbutir halus, glassy, atau porfiritik ).

 Warna. Warna batuan bergantung pada kehadiran mineral dan ukuran


butirannya. Umumnya batuan yang cerah mengandung banyak feldspar dan
kuarsa dan batuan yang gelap mengandung banyak piroksen, olivin, dan
amfibol. Tetapi warna dapat menyesatkan ketika diterapkan pada batuan yang
memiliki komposisi yang sama dengan ukuran butir yang berbeda. Contohnya,
sebuah granit terdiri dari banyak kuarsa dan feldspar yang umumnya berwarna
cerah. Tetapi batuan vulkanik yang memiliki komposisi yang sama seperti
granit kemudian mengalami pembekuan yang cepat dapat seluruhnya
bertekstur glassy dan berwarna hitam ( obsidian ).

 Komposisi kimia. Komposisi kimia dari batuan beku adalah fitur yang
istimewa.

 Komposisi dari batuan beku biasanya mencerminkan komposisi dari


magmanya dan dapat memberikan informasi pada sumber batuan tersebut.
 Komposisi kimia dari magma menentukan mineral yang akan mengkristal dan
proporsinya.
 Satu set mineral hipotetis yang dapat mengkristal dari sebuah magma dengan
komposisi kimia yang sama pada batuan dapat memberikan perbandingan
antara batuan yang satu dengan yang lain.
 Namun, karena komposisi kimia dapat bervariasi secara terus – menerus,
terdapat sedikit perubahan alami yang dapat memfasilitasi pembagian antara
batuan yang berbeda.
 Komposisi kimia tidak dapat ditentukan dengan mudah di lapangan, sehingga
membuat klasifikasi berdasarkan kimia tidak praktis.

Komposisi Batuan Beku

Komposisi dari batuan beku ditentukan oleh kehadiran mineral dalam sebuah sampel.
Mineralogi dari batuan beku adalah produk dari kombinasi silikon dioksida dengan elemen –
elemen lain yang ada dalam magma atau lava. Variasi komposisi kimia batuan beku adalah
hasil dari perbedaan waktu pembekuan magma. Proses pembekuan yang lambat pada suhu
yang tinggi akan membuat mineral dapat mengkristal seperti olivin dan plagioklas kaya
kalsium, sehingga dapat terpisah dari magma. Seiring waktu, prosesnya akan merubah
komposisi magma, sehingga membentuk mineral dengan suhu rendah seperti kuarsa dan
potassium feldspar. Deret dari perubahan kimia ini adalah hasil dari observasi N.L. Bowen
dan deret tersebut disebut dengan deret rekasi Bowen.
Klasifikasi Batuan Beku Secara Umum

Kadar SiO2 ( Silika )

Klasifikasi batuan berdasarkan kimia memperhitungkan jumlah silika ( SiO2 ) dan


komposisi dari mineral feldspar ( K, Na, Ca ). Kimia batuan beku utamanya ditentukan oleh
sumber magma dan interaksi antara magma dan batuan yang dilewatinya. Komposisi kimia
biasanya diindikasikan oleh mineral atau warna dari batuan beku tersebut. Terdapat empat
kategori utama yang menjadi hasil dari pendekatan ini ( berdasarkan Travis 1955 ).

1. Felsik, kaya akan feldpar dan silika. Kadar silika berkisar antara 55% sampai > 70%.
Potassium feldspar berjumlah satu pertiga dari total feldspar ; plagioklas ( Na & Ca )
feldspar kurang dari dua pertiga total feldspar. Lempeng benua memiliki tipikal batuan
felsik.
2. Intermediet, berada di antara felsik dan mafik. Kadar silika berkisar antara 55%
sampai 65%. Plagioklas feldspar berjumlah dua pertiga dari total feldspar. Plagioklas
kaya natrium lebih dominan dari plagioklas kaya kalsium. Berasosiasi dengan zona
subduksi.
3. Mafik, kaya akan magnesium dan besi dengan sedikit silika. Kadar silika antara 45%
sampai 50%. Plagioklas kaya kalsium mendominasi total feldspar. Lempeng samudra
memiliki tipikal batuan mafik.
4. Ultramafik, Lebih banyak magnesium dan besi dengan sedikit silika. Kadar silika
< 45% dan sedikit atau tidak ada kehadiran mineral feldspar. Berasal dari mantel.

Classification of common igneous rocks based on texture


and composition. Adapted from Travis 1955.
Composition Phaneritic (main minerals) Aphanitic Color
Granite (>10% quartz, >2/3s K-feldspar) Rhyolite 10
Felsic Syenite (<10% quartz, >2/3s K-feldspar) Trachyte 15
Monzonite (1/3 to 2/3s K-feldspar) Latite 20
Granodiorite (>10% quartz, >10% K-spar, >2/3s Na-
spar) Dacite 20
Intermediate Diorite (<10% quartz, <10% K-feldspar, >2/3s Na- Andesite 25
feldspar)
Mafic Gabbro (<10% quartz, >2/3s Ca-feldspar, olivine) Basalt 50
Lamprophyre*
Peridotite (pyroxene and olivine; no quartz or
Ultramafic feldspar)
95

* Lamprophyre adalah batuan beku yang spesial pada komposisi mafik. Bertekstur
porfiritik dan terbentuk dalam intrusi hypabisal. Fenokrisnya terdiri atas mineral mafik (
biotit, hornblende, dan piroksen ). Mineral mafik yang sama ditemukan dalam massa
dasar yang halus bersama dengan feldspar. Beberapa dike di daerah tinggi di Spanyol
adalah lamprophyres.

Indeks warna ( bagian kanan tabel ) mengindikasikan presentase mineral berwarna


gelap dalam batuan.

Terminologi ini berdasarkan pada gagasan bahwa batuan dengan % SiO2 yang tinggi
diendapkan dari air dengan konsentrasi tinggi dari asam hidrosilikat ( H4SiO4 ). Walaupun
sekarang kita tahu ini tidak benar, terminologi berdasarkan asam/basa terikat dengan kuat
dalam literatur.

Tekstur Batuan Beku

Tekstur mengacu kepada ukuran dari kristal, keberadaan gelas, dan porositas batuan.
Tekstur ditentukan oleh bagaimana magma atau lava membeku. Di bawah ini adalah istilah
umum tekstur batuan beku.

 Faneritik – Kristal besar yang sangat jelas terlihat oleh mata. Seluruh batuan terbuat
dari kristal – kristal besar, yang kebanyakan ukurannya ½ mm sampai beberapa cm.
Tidak ada matriks halus. Tekstur ini terbentuk oleh pembekuan magma yang lambat dan
terjadi jauh di bawah tanah dalam lingkungan plutonik.
 Afanitik – Kristal – kristal kecil yang tidak mampu dilihat tanpa menggunakan lensa
pembesar. Seluruh batuan terbuat dari kristal – kristal kecil yang kebanyakan lebih kecil
dari ukuran ½ mm. Tekstur ini merupakan hasil dari pembekuan yang cepat dalam
lingkungan vulkanik atau hypabisal.
 Porfiritik – Tekstur yang sebagiannya terbuat oleh matriks afanitik dan sebagian yang
lain terbuat oleh kristal – kristal besar. Kristal – kristal besar disebut fenokris. Tekstur
ini mengalami dua tahap pembekuan. Tahap yang pertama adalah pembekuan yang
perlahan yang membuat fenokris dapat berkembang, kemudian tahap dua adalah
pembekuan yang cepat yang membentuk matriks.
 Pegmatitik – Tekstur pegmatitik terdiri atas kristal –kristal yang sangat besar ( cm
sampai puluhan cm ). Tekstur ini biasanya menempati urat – urat atau lapisan - lapisan
tubuh plutonik yang lebih besar. Kristal – kristal besar terbentuk dari pembekuan
magma yang sangat lambat.
 Glassy – Tekstur Non-kristalin yang di dalamnya tidak terlihat keberadaaan mineral.
Gelas adalah hasil dari pembekuan magma yang sangat cepat, sehingga tidak
memberikan mineral kesempatan untuk mengkristal. Ini terjadi ketika magma atau lava
bertemu dengan material yang dingin dekat permukaan bumi. Gelas volkanik murni
dikenal dengan nama obsidian.
 Vesicular – Istilah ini mengacu pada vesicles ( lubang, pori, atau rongga ) yang ada di
batuan beku. Vesicles adalah hasil dari ekspansi gas yang seringnya terbentuk saat erupsi
volkanik. Pumice dan scoria adalah tipe yang umum dari batuan vesikular. Breccia – Sebuah
batuan yang terbuat dari campuran fragmen yang hancur dan menyudut. Tekstur ini terbentuk
di dalam gunung api, zona patahan, dan longsoran tanah.

Kejenuhan ( Saturated ) Silika

Jika magma oversaturated atas material silika, maka mineral silika seperti kuarsa,
kristobalit, tridimit, atau koesit seharusnya terendapkan dari magma dan hadir dalam batuan. Di
sisi lain, jika magma undersaturated atas material silika, maka mineral silika seharusnya tidak
terendapkan dari magma, dan seharusnya tidak hadir dalam batuan. Konsep kejenuhan silika
dapat digunakan untuk mengelompokkan batuan dengan undersaturated silika, saturated silika,
oversaturated silika.

 Batuan Undersaturated Silika, dalam batuan ini kita seharusnya dapat menemukan
mineral yang terbentuk bersama dengan kuarsa. Mineral tersebut di antaranya ialah :

Nefelin- NaAlSiO4 Leusit - KAlSi2O6


Forsteritik Olivin - Mg2SiO4 Sodalit - 3NaAlSiO4.NaCl
Nosean - 6NaAlSiO4.Na2SO4 Haüyne - 6NaAlSiO4.(Na2,Ca)SO4
Perovskit - CaTiO3 Melanit - Ca2Fe+3Si3O12
Melilit - (Ca,Na)2(Mg,Fe+2,Al,Si)3O7

Jadi jika kita menemukan mineral – mineral ini di dalam batu, maka kita dapat
memperkirakan batuan tersebut adalah undersaturated silika. Mineral yang umumnya
terbentuk dalam batuan undersaturated silika adalah nefelin dan/atau leusit.

 Batuan Oversaturated Silika, batuan ini dapat diidentifikasi pada batuan yang tidak
mengandung mineral – mineral pada batuan undersaturated silika. Batuan ini
umumnya akan mengandung kuarsa.
 Batuan Saturated Silika, Batuan ini mengandung cukup silika dan tidak
memunculkan mineral kuarsa. Beberapa mineral batuan undersaturated silika dapat
muncul. Umumnya batuan ini mengandung olivin, atau hipersten + olivin, tetapi
tidak memiliki kuarsa, nefelin, dan leusit.

Klasifikasi sistem IUGS

Karena batasan dari beragam kriteria yang dapat digunakan untuk mengklasifikasi
batuan beku, ahli geologi menggunakan pendekatan berdasarkan informasi yang dapat
diperoleh pada berbagai tahap dalam meneliti batuan.

Di lapangan, klasifikasi sederhana harus dilakukan. Biasanya klasifikasi ini


berdasarkan mineraloginya dan teksturnya. Untuk batuan beku plutonik, tabel di bawah ini
dapat digunakan.

Simple Field Classification of Volcanic Rocks


(For use in EENS 212)

Rock
Essential Minerals* Other Minerals (may or may not be present)
Name

Basalt Olivine Cpx, Opx, Plag.

Basanite Olivine + Feldspathoid (Nepheline/ Cpx, Plag.


Leucite)

Andesite No olivine, abundant Plagioclase Cpx, Opx, Hornblende

Trachyte Sanidine + Plagioclase Na-Cpx, Hornblende, Biotite

Dacite Plagioclase + Hornblende Cpx, Opx, Biotite

Rhyolite Quartz Sanidine, Biotite, Plag., Hornblende, Cpx, Opx

* The amount of glass in the groundmass increases, in general, from the top to the bottom of the chart.

Setelah batuan dibawa ke laboratorium, batuan diteliti. Dengan menggunakan kaca


pembesar, kadar mineraloginya dapat lebih jelas ditentukan, sehingga klasifikasi mineralogi
dan teksturnya dapat diperbaiki. Penamaan batuan berdasarkan IUGS.

Batuan yang lewat jenuh atau oversaturated dapat di plot pada sebuah diagram segitiga
yang puncak – puncaknya diisi oleh kuarsa, alkali feldspar, dan plagioklas. Batuan yang kurang
jenuh atau undersaturated dapat mengandung alkali feldspar dan plagioklas, tetapi tidak ada
kuarsa. Sebaliknya, batuan tersebut mengandung mineral seperti leusit dan nefelin. Mineral ini
dulunya disebut feldspatoid, sebuah nama yang tepat untuk menggambarkan “ekologi” sejak
jenis mineral tersebut memiliki sifat seperti feldspar tetapi terbentuk dari magma yang
undersaturated atau ketidakcukupan silika.
Dalam klasifikasi modern, mineral – mineral ini disebut “foids”, nama yang tidak
berarti dan tidak menggambarkan apa – apa. Batuan undersaturated dapat juga di plot pada
diagram segitiga dengan puncak yang diisi oleh foids, alkali feldspar, dan plagioklas.

Sejak dua segitiga memiliki kesamaan alkali feldspar dan plagioklas, adalah lazim
untuk bergabung pada dua basis dasar alkali feldspar dan palgioklas bersama dengan kuarsa
dan foids di atas dan di bawah puncak segitiga. Dua segitiga satu sama lain bersifat eksklusif.

Batuan dengan mineral palgioklas yang mendominasi disebut gabro atau diorit.
Terdapat beberap subkategori dari batuan – batuan ini.
Batuan dengan mineral ferromagnesian < 5% disebut anorthosit. Batuan dengan
mineral ferromagnesian > 40% secara umum disebut gabro. Batuan dengan mineral
ferromagnesian 5% - 40% disebut diorit jika feldsparnya terdiri dari anorthit < 50% atau
leukogabro jika feldsparnya terdiri dari anorthit > 50%.

Batuan Ultramafik

Batuan yang mengandung mineral ferromagnesian > 90% diklasifikasikan berdasarkan


mineral gelapnya. Jika mineral ferromagnesian terdiri hanya oleh olivin dan piroksen, batuan
tersebut diklasifikasikan berdasarkan kadar olivin, orthopiroksen ( biasanya enstatit dan
hipersten ), dan klinopiroksen ( biasanya augit ). Pada batuan ultramafik, terdapat tiga jenis
batuan yang sangat penting. Dunit hampir tidak pernah terbentuk langsung dari lelehan dunit,
tetapi hampir selalu hasil dari segregasi magma. Harzburgit dan lerzolit adalah tipe batuan yang
dominan pada sebagian besar mantel atas.
Jika terdapat mineral hornblende pada suatu batuan, maka klasifikasi berdasarkan
jumlah relatif olivin, piroksen, dan amfibol. Batuan yang terdiri atas lebih dari 90% untuk
komponen apapun masing – masing disebut dunit, piroksenit, atau hornblendit. Batuan yang
terdiri sebagian besar oleh olivin disebut peridotit.

Batuan beku vulkanik

Batuan beku vulkanik diklasifikasikan hampir sama dengan batuan beku plutonik.
Prinsip yang berbeda adalah nama batuan beku vulkanik adalah pengganti nama batuan beku
plutonik yang ekuivalen.

Plutonic Rock Volcanic Equivalent


Granite Rhyolite
Granodiorite Dacite
Tonalite Quartz Andesite
Syenite Trachyte
Monzonite Latite
Diorite Andesite
Gabbro Basalt
Monzogabbro (or Latite-basalt (or
diorite) andesite)

Batuan beku vulkanik dengan jumlah mineral foid yang tinggi atau berkomposisi
ultramafik sangat jarang ditemukan.
Untuk batuan yang terlalu berbutir halus diklasifikasikan berdasarkan komposisi
kimianya. Analisis kimia dan komposisi kimia dapat diperoleh berdasarkan total alkali [Na2O +
K2O] vs. SiO2 ditunjukkan di bawah ini.

Plot LeMaitre

Plot ini menggabungkan kejenuhan silika pada sumbu horizontal dengan klasifikasi
peralumina – peralkalin pada sumbu vertikal. Plot ini berguna ketika batuan terlalu
berbutir halus untuk diidentifikasi mineralnya, mengalami metamorfisme, dan
sebagainya.
Catatan bahwa setiap tahap dari proses dapat mengubah klasifikasi, tetapi penting
untuk diingat bahwa setiap tahap memiliki batasan dan klasifikasi pada setiap tahap memiliki
tujuan untuk mendeskripsikan batuan.
KESIMPULAN
Batuan beku terbentuk dari pembekuan batuan cair pijar yang disebut magma. Klasifikasi
batuan beku menghadapi banyak kesulitan sejak ilmu geologi baru berkembang. Batuan beku
diklsifikasikan menggunakan berbagai kriteria di antaranya adalah ukuran butir atau tekstur,
mineraloginya, kandungan silikanya, warna, dan komposisi kimianya. Tipe klasifikasi yang sederhana
menggunakan empat jenis gambaran kimianya ; felsik, intermediet, mafik, dan ultramafik; serta
teksturnya; glassy, afanitik, porfiritik, faneritik, pegmatitik, dan vesikular. Jenis batuan beku ditentukan
oleh tingkat larutan silikanya dan waktu pembekuannya.
DAFTAR PUSTAKA

 http://www.tulane.edu/~sanelson/eens212/igrockclassif.htm
 http://geology.about.com/od/rocks/a/Rock-Tables.htm
 http://academic.emporia.edu/aberjame/field/rocky_mt/igneous.htm
 http://www.geologyrocks.co.uk/tutorials/introduction_to_igneous_petrology
 http://www.uwgb.edu/dutchs/Petrology/classification_of_igneous_rocks.htm
 http://australianmuseum.net.au/Classification-of-igneous-rocks
 http://geology.campus.ad.csulb.edu/people/bperry/IgneousRocksTour/IntroToIgneousRocks.h
tml
 Wilson, J Richard. 2010. Minerals and Rocks. Frederiksberg : Ventus Publishing ApS
 Britannica Illustrated Science Library. 2008. Rocks and Minerals. Editorial Sol 90
 Farndon, John. 2012. The Practical Encyclopedia of Rocks and Minerals. Leicestershire :
Annes Publishing Ltd

Anda mungkin juga menyukai