3.1 Batugamping
Batugamping adalah batuan sedimen kedua yang jumlahnya berlimpah setelah sedimen klastik
terrigenous. Batugamping terbentuk dari material yang membentuk endapan kalsium karbonat dalam
suatu lingkungan (Tucker & Wright 1990). Banyak batugamping tersusun oleh kalsium karbonat yang
terbentuk dari proses biologi (biomineralized), terbentuk sebagai bagian organisme hidup. Material
biogenik juga dapat terbentuk sebagai endapan kimia dan beberapa endapan terbentuk dari kombinasi
proses biologi dan kimia (Gambar 2.1, Tabel 3.1).
3.1.1 Mineralogi
Secara mineralogi, kalsium karbonat berupa kalsit (bentuk kristal trigonal) dan aragonit (bentuk kristal
ortorombik). Aragonit tidak stabil di permukaan Bumi, temperatur dan tekanan akan merekristalisasi
aragonit menjadi kalsit. Ion-ion lain, terutama magnesium, mungkin menggantikan kalsium dalam kisikisi kristal kalsit, dan terbentuk dua jenis kalsit, low magnesium calcite (dengan magnesium lebih sedikit
dari 4%) dan high magnesium calcite (yang mungkin memiliki 11-19% magnesium). Dari kedua bentuk
ini, low magnesium calcite lebih stabil, dan high magnesium calcite dapat terekristalisasi. Strontium
mungkin menggantikan kalsium dalam kalsit dan aragonit, meskipun dalam jumlah kecil (kurang dari
1%); ini penting karena penggunaan isotop strontium dalam penanggalan batuan (20.1.2). Dolomit adalah
mineral yang berbeda, kalsium magnesium karbonat yang pembentukannya hampir semua berasal dari
penggantian kalsit dan aragonit (17.5.2).
Fragmen kerangka (skeletal) dalam sedimen karbonat adalah potongan seluruh atau hancuran bagian
tubuh yang keras dari organisme yang memiliki mineral kalsium karbonat sebagai pembentuk
strukturnya. Banyak organisme ini yang telah dikenal seperti bivalve dan gastropoda yang memiliki
cangkang keras yang mungkin terakumulasi sebagai satuan utuh atau pecahan fragmen yang masih dapat
dikenali sebagai bagian dari hewan tertentu.
Cangkang moluska (bivalve, gastropoda, cephalopoda) memiliki ciri kristal halus dengan sruktur berlapis.
Mineral yang paling umum adalah aragonit, dan karena rekristalisasi, struktur tidak dapat terlihat lagi
dalam fragmen kerangka dalam batuan sedimen. Hanya moluska tertentu-khususnya tiram (oyster), remis
(scallop) dan pelindung belemnite-memiliki rangka kalsit yang tetap awet. Brachiopoda juga organisme
cangkangan yang seluruh morfologi tubuhnya serupa dengan bivalve. Keduanya pada saat ini tidak
banyak tapi sangat berlimpah pada Paleozoikum dan Mesozoikum. Cangkangnya terbuat dari low
magnesium calcite dan kemungkinan dua-lapis struktur kristal berserabut terawetkan seutuhnya.
Kelompok lain organisme cangkangan, echinoida (sea urchins), dengan mudah dikenali karena penyusun
bagian keras tubuhnya terdiri dari kristal low magnesium calcite. Lempengan-lempengan bagian tubuh
echinoida terawetkan dalam sedimen karbonat. Crinoida (sea lilies) termasuk ke dalam filum yang sama
dengan echinoida dan penyusun bagian keras tubuhnya terdiri dari kristal kalsit, dan cakram sendi
penyusun batang crinoida membentuk akumulasi cukup besar dalam sedimen Carboniferous.
Foraminifera adalah hewan kecil, hewan laut bersel tunggal yang berdiameter dari beberapa puluh
mikrometer hingga puluhan milimeter. Foraminifera hidup melayang di dalam air (planktonik) atau hidup
di atas lantai laut (bentonik), dan hampir semua foraminifera tua dan modern memiliki bagian luar yang
keras (cangkang / test) yang tersusun dari high magnesium calcite atau low magnesium calcite. Di
sedimen modern dan lapisan batugamping tua telah ditemukan konsentrasi yang sangat banyak dari
Foraminifera dan membentuk sedimen.
Beberapa struktur biogenik kalsium karbonat terbesar dibangun oleh koral yang mungkin membentuk
koloni hinggga terbentang beberapa meter; koral lain hidup soliter. Kalsit terlihat sebagai kristal utama
pembentuk koral Paleozoikum, dan kristal aragonit membuat kerangka koral yang lebih muda. Koral
hermatypic memiliki hubungan simbiosis dengan ganggang yang memerlukan air laut dangkal, hangat,
dan bersih. Koral ini membentuk bangunan yang sangat penting daripada yang lainnya, koral ahermatypic
yang tidak memiliki ganggang dapat berada pada laut yang lebih dalam dan lebih dingin. Kelompok lain
koloni organisme yang berkontribusi terhadap endapan karbonat adalah Bryozoa. Protozoa bersel tunggal
ini saat ini umumnya terlihat sebagai organisme yang menjadi kerak tetapi di masa lampau membentuk
koloni yang besar. Strukturnya terbuat oleh aragonit, high magnesium calcite atau campuran keduanya.
Struktur yang terbangun oleh koloni organisme disebut bioherm jika membentuk gundukan atau
tumpukan dan disebut biostrom jika membentuk tubuh berlembar.
Ganggang dan organisme mikro adalah sumber penting karbonat biogenik dan merupakan kontributor
terpenting sedimen berbutir halus dalam banyak lingkungan karbonat. Tiga tipe ganggang penghasil
karbonat. Ganggang merah (Rhodophyta) atau dikenal sebagai ganggang koral. Beberapa bentuk
ditemukan menjadi kerak permukaan seperti fragmen cangkang dan kerakal. Ganggang ini memiliki
struktur berlapis dan efektif dalam mengikat substrat lunak. Ganggang hijau (Chlorophyta) memiliki
batang dan cabang kalsiuman dan bersegmentasi, merupakan kontributor butiran halus kalsium karbonat
dalam sedimen ketika organisme itu mati. Nannoplankton, ganggang planktonik yang termasuk ganggang
hijau-kuning, sangat penting sebagai kontributor sedimen laut sebagai penyusun rekaman stratigrafi.
Kelompok ini, chrysophyta, termasuk coccolith yang bertubuh menyerupai bola berdiameter beberapa
puluh mikrometer. Coccolith adalah penyusun penting batugamping pelagik, termasuk kapur tulis
(15.5.1).
Cyanobacteria diklasifikasikan terpisah dari ganggang. Karpet ganggang (Algal mat) terbentuk dari
organisme ini, yang lebih tepat disebut sebagai bakteri atau karpet mikrobial. Dikenal juga bentuk sheetlike mat, bentuk columnar dan domal. Permukaan kawat (filament) lengket cyanobacteria berlaku sebagai
perangkap untuk karbonat berbutir halus, dan pertumbuhan strukturnya membentuk biostrom atau
bioherm yang disebut stromatolit (13..4.3). Oncoid adalah struktur konsentris tidak beraturan, berukuran
milimeter hingga centimeter, terbentuk oleh lapisan-lapisan yang dibatasi oleh cyanobacteria dan
ditemukan sebagai klastik di dalam sedimen karbonat. Cyanobacteria yang lain membor hingga ke
permukaan puing-puing (debris) kerangka dan mengubah struktur original cangkang ke dalam bentuk
mikrit berbutir halus (micritization).
karbonat yang terlitifikasi dan berasosiasi dengan karang-karang dimana framework karang hancur oleh
gelombang dan badai (14.7.2) dan kemudian terendapkan kembali.
Partikel kalsium karbonat berbutir halus yang berukuran kurang dari 4m (cf. lempung: 2.5) disebut
lumpur gamping (lime mud), lumpur karbonat (carbonate mud) atau mikrit (micrite). Material halus ini
mungkin dihasilkan murni dari pengendapan kimia dari air jenuh kalsium karbonat, atau hancuran
fragmen kerangka, atau berasal dari ganggang atau bakteri. Partikel berukuran kecil biasanya
menyebabkan ketidakmungkinan dalam menentukan sumbernya. Lumpur gamping ditemukan dalam
banyak lingkungan pembentuk karbonat dan dapat menjadi penyusun utama batugamping.
Gambar 3.2 klasifikasi Dunham untuk batuan sedimen karbonat (Dunham 1962; AAPG 1962), dengan modifikasi oleh Embry dan
Klovan (1971). Skema ini sangat umum digunakan untuk deskripsi batugamping di lapangan dan hand specimen.
> 2 mm
63 m 2 mm
< 63 m
Calcirudite
Calcarenite
Calcilutite
tererosi dari batuan (bedrock) yang lebih tua dan terendapkan dalam suatu setting yang sungguh berbeda,
misalkan di dalam sungai atau di kipas aluvial (8.4).
Dengan menggunakan kombinasi kriteria tekstur dan komposisi, nama batugamping pada skema Dunham
memberikan informasi tentang kondisi proses terbentuknya sedimen: coral boundstone terbentuk dibawah
kondisi yang sungguh berbeda dari foraminiferal wackestone (14.6, 14.7). Klasifikasi Folk(Gambar 3.3)
adalah skema alternatif untuk deskripsi sayatan tipis (Folk 1959). Sedimen dideskripsikan berdasarkan
sifat alami butiran framework utama (ooid, bioklastik, intraklastik, dan lain-lain) dan material di antara
butiran, yang mungkin berupa mikrit atau semen sparry. Nama yang diberikan pada skema ini lebih
memberikan informasi tentang sejarah diagenesis batuan (17.5) namun sedikit memberikan informasi
tentang proses pengendapannya.
Ukuran debris piroklastik dari debu halus berukuran beberapa mikrometer hingga potongan-potongan
yang mungkin mencapai beberapa meter.
Consolidated
Bombs
Blocks
> 64 mm
Agglomerate
Volcanic breccia
Lapilli
> 2 64 mm
Lapillistone
Coarse ash
0.06 2 mm
Coarse tuff
(Volcanic sandstone)
Fine ash
< 0.06 mm
Fine tuff
(Volcanic mudstone)
3.4 Rijang
Rijang adalah batuan sedimen silikaan berbutir halus. Batuan keras, kompak yang terbentuk oleh kristal
kuarsa berukuran lanau (mikrokuarsa) dan kalsedon, sebuah bentuk silika yang terbuat dari serat
memancar dengan panjang beberapa puluh hingga ratusan mikrometer. Lapisan rijang terbentuk sebagai
sedimen primer atau oleh proses diagenesis.
Di atas lantai laut dan danau, kerangka silikaan dari organisme mikroskopik terakumulasi membentuk
ooze silikaan. Organisme ini adalah diatom, terdapat di danau dan mungkin juga terakumulasi dalam
kondisi laut, meskipun radiolaria lebih umum sebagai komponen utama ooze silikaan di laut. Radiolaria
adalah zooplankton (hewan mikroskopik dengan gaya hidup planktonik) dan diatom adalah fitoplankton
(tanaman mengambang bebas dan alga). Jika terkonsolidasi, ooze ini akan membentuk lapisan rijang.
Silika opalin diatom dan radiolaria adalah metastabil dan terekristalisasi membentuk silika kalsedon atau
mikrokuarsa. Rijang yang terbentuk dari ooze sering berlapis tipis dengan lapisan yang disebabkan oleh
variasi jumlah material berukuran lempung yang ada. Rijang ini sangat umum dalam lingkungan laut
dalam (15.5.2).
Beberapa rijang adalah hasil diagenesis (17.3.1), terbentuk oleh penggantian mineral lain oleh air kaya
silika yang mengalir melalui batuan. Umumnya mengganti batugamping (contoh sebagai batuapi / flint
dalam kapur) dan terkadang terjadi dalam batulumpur. Rijang ini dalam bentuk nodul-nodul atau lapisan
irreguler dan dari sini dengan mudah dapat dibedakan dari rijang primer. Jasper adalah rijang dengan
pewarnaan merah yang kuat karena adanya hematit.
3.5 Fosfat
Endapan sedimen fosfat disebut sebagai fosforit (phosphorites). Fosfor adalah unsur umum yang esensial
untuk segala bentuk kehidupan dan ada pada semua zat kehidupan. Secara mineralogi, fosforit tersusun
oleh kalsim fosfat, carbonate hydroxyl fluoroapatite. Jarang sekali sedimen fosforit ditemukan dalam
konsentrasi tinggi, dan sedimen fosforit konsentrasi tinggi ini sering berasosiasi dengan endapan paparan
kontinen laut dangkal (11.6.2). Material fosfatik dalam bentuk tulang, gigi dan sisik ikan juga terdapat
tersebar di dalam banyak batuan sedimen klastik dan biogenik.
menarik perhatian karena kepentingan nilai ekonominya. Besi mungkin dalam bentuk oksida, hidroksida,
karbonat, sulfida atau silikat (Berner 1971) (Tabel 3.5).
Besi ditransportasikan sebagai hidroksida dalam suspensi koloid atau terikat dengan mineral lempung dan
partikel organik. Pengendapan terjadi ketika sifat kimia lingkungan mendukung pengendapan mineral
besi. Jika ada lingkungan beroksigen baik maka terbentuk hematit, oksida besi, adalah mineral yang
paling umum terbentuk, jika pada kondisi sedikit teroksidasi, terbentuklah goetit, hidroksida besi. Hematit
berwarna merah hingga hitam sedangkan hidroksida berwarna kuning hingga coklat muda. Dalam
lingkungan gurun sepertinya goetit lebih dulu terbentuk dan kemudian hematit, goetit memberikan warna
kekuningan pada pasir gurun. Oksidasi lanjut membentuk hematit dan warna pasir gurun menjadi merah,
ini terlihat dalam beberapa endapan gurun tua karena proses post-depositional.
Di bawah kondisi reduksi, tipe mineral besi yang terbentuk tergantung pada ketersediaan ion sulfida atau
sulfat. Dalam setting kaya sulfur, umum terbentuk sulfida besi (pyrite), terdapat sebagai kristal berwarna
emas atau lebih umum sebagai partikel halus yang tersebar dan memberikan warna hitam pada sedimen.
Pirit berbutir halus ditemukan dalam lingkungan reduksi, lingkungan kaya organik seperti tidal mudflat
dan fetid lake. Jika tidak ada sulfida atau sulfat, maka mungkin terbentuk pengnedapan siderit, karbonat
besi: kondisi yang mendukung dalam pembentukan siderit umumnya terdapat dalam lingkungan
lumpuran non-marin seperti danau dan rawa atau paya (marsh). Mineral autigenik glaukonit (2.4.5)
adalah silikat besi, chamosite adalah mineral yang ditemukan dalam beberapa lapisan ironstone sebagai
ooid, terjadi karena penggantian kalsium karbonat.
Haematite
Magnetite
Fe2O3
Fe3O4
Hydroxides
Goethite
Limonite
FeO.OH
FeO.OH.H2O
Carbonate
Siderite
FeCO3
Sulphide
Pyrite
FeS2
Silicates
Glauconite
Chamosite
KMg(FeAl)(SiO3)6.3H2O
(Fe5Al)(Si3Al)O10(OH)8
mendefinisikan rangkaian litotipe batubara (Tabel 3.6). Batubara humic terbentuk dari serangkaian proses
yang mengubah gambut menjadi lignit dan kemudian batubara (17.8.2) yang penyusun utamanya adalah
vitrain, yang hitam mengkilat. Durain memiliki kilap pudar (dull), dan batubara yang tersusun dari
perselingan lapisan mengkilat dan pudar disebut clarain. Material batubara lunak dan mudah diremas
yang terbentuk dari maseral inertinit disebut fusain: aini terdapat dalam beragam batuan sedimen klastik
seperti halnya dalam batubara murni dan dalam banyak kasus dapat dengan jelas dikenali sebagai fosil
arang. Batubara sapropelik adalah akumulasi alga, spora dan material tanaman halus terbentuk di bawah
air dan tertimbun. Pembatubaraan zat karbonan ke dalam maseral dan litotipe adalah serangkaian proses
bakteri, kimia, dan fisika post-depositional (17.8.2).
Batulumpur yang mengandung sejumlah tinggi zat organik yang dapat digerakkan oleh pengaruh panas
dalam bentuk cairan atau gas disebut serpih minyak. Material organik biasanya berupa sisa-sisa alga yang
hancur selama diagenesis (17.8.2) membentuk kerogen, rantai panjang hidrokarbon yang membentuk
petroleum (minyak dan gas alam) ketika terpanaskan. Oleh karena itu serpih minyak penting sebagai
batuan sumber hidrokarbon yang akhirnya membentuk konsentrasi minyak dan gas, meskipun tidak
semua batuan sumber memiliki kandungan karbonan yang cukup tinggi untuk disebut serpih minyak.
Lingkungan termpat serpih minyak terbentuk harus merupakan lingkungan anaerobik untuk mencegah
oksidasi material organik; kondisi yang sesuai ditemukan di dalam danau dan lingkungan laut dangkal
tertentu yang terbatas (Eugster 1985).