Anda di halaman 1dari 67

BATUAN KARBONAT/BATUGAMPING

Batugamping adalah batuan yang mengandung setidaknya 50% berat


kalsium karbonat dalam bentuk mineral kalsit. Sisanya, batu gamping
dapat mengandung beberapa mineral seperti kuarsa, feldspar, mineral
lempung, pirit, siderit dan mineral-mineral lainnya. Bahkan batu
gamping juga dapat mengandung nodul besar rijang, nodul pirit
ataupun nodul siderit.
Kalsium karbonat berasal dari sisa- sisa organisme laut seperti kerang,
siput laut, dan koral yang sudah mati.
Identifikasi batugamping dilakukan dengan meneteskan 5% asam
klorida (HCl), jika bereaksi maka dapat dipastikan batuan tersebut
adalah batugamping.
Secara umum jenis-jenis batugamping yang telah dikenal meliputi:
1. Batugamping klastik (Kalsirudit, Kalkarenit, Kalsilutit:
termasuk bat. sedimen mekanis
2. Batugamping Bioklastik: termasuk sedimen mekanis dan
organik
3. Batugamping Kristalin: termasuk bat sedimen kimiawi (an-
organik)
4. Oolith: termasuk bat sedimen mekanis dan kimiawi (an-
organik)
5. Dolomit: termasuk bat sed kimiawi (an-organik)
6. Batugamping terumbu: termasuk sedimen organik
Penulisan yang benar terhadap nama batuan ini sebenarnya
adalah "batugamping" (tanpa spasi)
1. Batugamping Klastik
Batugamping ini merupakan batuan yang
terendapkan secara sekunder, terjadi dari
rombakan bahan batu gamping yang telah
terbentuk sebelumnya, kemudian terbawa arus
dan umumnya diendapkan tidak jauh dari
sumbernya. Ciri batugamping jenis ini:
kenampakannya berlapis menyerupai batu pasir
dengan struktur sedimen silang-siur, gelembur
gelombang, dan laminasi.
Batugamping klastik fragmentar umumnya
diendapkan secara mekanis oleh air laut.
Tebal setiap lapisan berkisar antara beberapa
centimeter hingga puluhan meter sehingga
sekilas tampak seperti berstruktur pejal atau
tidak berlapis.
Di dalam suatu kompleks terumbu, kemungkinan
terdapat batugamping non-klastik yang
tersingkap bersama-sama dengan batugamping
klastik.
Batugamping klastik dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
Batugamping klastik fragmenter; tersusun atas
fragmen yang asalnya tidak jelas (merupakan
campuran).
Batugamping klastik non fragmenter; jarang
dijumpai di Indonesia, dan merupakan batuan
reservoir minyak bumi.
Batuan ini sering merupakan gradasi dari
batugamping bioklastik dan batugamping klastik
fragmentar, atau bahkan merupakan campuran
dari ketiga unsur batuan tersebut.
Unsur butir pada batugamping klastik non-
fragmentar terdiri atas oolit, lump, dan pelets.
Oolit adalah butiran karbonat yang berbentuk
spheroid dan memperlihatkan struktur dalam
radial atau perlapisan konsentris, berukuran 30 -
40 mikron dengan kilap mutiara.
Oolit terbentuk di lingkungan laut dengan kadar
kalsium karbonat lewat jenuh (supersaturated,
illing, 1954).
Gambar kenampakan Oolit pada sayatan tipis di bawah mikroskop
Lump adalah butiran karbonat yang merupakan
agregasi butiran yang membentuk butir pasir
komposit, dengan tipe:
ü Grapestone (buah anggur); berupa butir-butir
komponen menonjol seperti setangkai buah anggur,
diikat oleh aragonit dengan komponen skeletal (butir
karbonat).
ü Botryoidal; berupa komponen butir-butir oolit dengan
hubungan antar butir yang saling mengisi dan
mengikat.
ü Enctrusted; sementasi laut menutupi butir-butir
komponen, bersifat tidak teratur, rongga-rongga diisi
oleh jarum aragonit.
Kenampakan grapestone pada sayatan tipis
(sumber:www.geol.umd.eduz)
Pelets adalah butiran karbonat yang berbentuk
bulat lonjong, ovoid dengan permukaan halus
kadang tidak rata dan menunjukkan jejak
agregasi, kilap kusam, serta tidak ada struktur
dalam.
Pelets terbentuk oleh sedimentasi partikel
berukuran lanau; kotoran binatang dengan
bentuk seperti batang, chitine; butir dari butiran
kerangka organik (pengisian dan rekristalisasi);
komposit.
Contoh batugamping klastik: Kalsirudit, Kalkarenit,
Kalsilutit
Pemerian Batugamping Klastik
a.Tekstur Batugamping Klastik
Sama pada pemerian batuan sedimen klastik, hanya
saja istilahnya meliputi:
Struktur Batugamping Klastik
Pemerian sama halnya dengan pada batuan
sedimen klastik.
Komposisi Batugamping Klastik
Terdapat juga pemerian fragmen, matrik, dan
semen hanya terdapat perberdaan istilah, yaitu :
1) Allochem : adalah fragmen yang tersusun oleh
kerangka atau butiran klastik abrasi batugamping
yang sebelumnya telah ada.
Macam ± macam Allochem :
- Skeletal (Kerangka Organisme), berupa cangkang
binatang ataukerangka hasil pertumbuhan
- Interclas, merupakan butiran ± butiran dari hasil
abrasi batugampingyang telah ada.
- Pisolit, merupakan butiran ± butiran oolit yang
berukuran lebih dari 2mm
- Pellet, fragmen menyerupai oolit tetapi tidak
menunjukkan struktur konsentris
Mikrit : Merupakan agregat halus berukuran 1 ± 4
mikron, berupa kristal -kristal karbonaterbentuk
langsung dari sedimentasi t terbentuk secara
biokimia atau kimia langsung dari presipitisasi dari
air luat dan mengisirongga antar butir.
Sparit: Merupakan semen yang mengisi ruang antar
butir dan rekahan, berukuran halus (0,02 ± 0,1 mm),
dapat terbentuk langsung darisedimentasi secara
insitu atau rekristalisasi dari mikrit.
Kalkarenit adalah batuan sedimen yang terdiri
dari fragmen batugamping dan fosil berukuran
sedang berwarna abu-abu kecoklatan. kadang-
kadang memperlihatkan perlapisan. Semen
karbonat, oksida besi atau lempung, struktur
Oolitik, tekstur arenit karena ukuran butir batuan
ini 0,062 mm. Komposisi mineralnya adalah:
Allohem: interclas, mikrit: kalsit, sparit: karbonat.
Kalsilutit: batuan ini memiliki struktur septaria
karena batu ini sejenis konkresi tetapi mempunyai
komposisi lempungan,ciri khasnya adanya rekaan-
rekaan yang tidak teratur akibat penyusutan
bahan-bahan lempungan karena proses dehidrasi
yang kemudian celah-celah yang terbentuk terisi
oleh kristal-kristal karbonat yang kasar. Batuan ini
memiliki tekstur lutit. Komposisinya: Allochem:
interklas, mikrit: kalsit, sparit: karbonat
2. Batugamping Kristalin

Btpg Kristalin terbentuk dari hasil rekristalisasi


batugamping klastik, batugamping terumbu, atau
batugamping afanitik, tanpa mengalami
transportasi dan tidak terbentuk secara langsung
dari pengendapan.
Proses pembentukan batugamping kristalin
terjadi pada saat diagenesis yang disebut
neomorphoisme.
Pemerian Batu Gamping Non Klastik

Pemeriannya sama dengan pemerian pada batuan


sedimen non klastik lainnya, hanya saja untuk
batugamping non klastik menggunakan kata
batuan Karbonat Non Klastik.
Batugamping kristalin terbentuk secara insitu,
atau tanpa mengalami proses transportasi, dan
lingkungan tempat terbentuknya di laut dan di
pesisir. Terbentuk dari kerangka kalsit yang
mengalami proses pengendapan dan lithifikasi.
3.Batugamping Bioklastik

Batugamping bioklastik tersusun oleh cangkang


atau fragmen kerangka organisme, umumnya
dicirikan oleh fragmen/cangkang lepas terutama
jika telah tertransportasi. Penamaan batuan
bioklastik umumnya berdasarkan organisme
penyusun utama, yaitu:
1. Batugamping (bioklastik) foraminifera
2. Batugamping Koral (bioklastik, fragmental)
3. Batugamping coquina (jika seluruhnya terdiri
dari cangkang-cangkang moluska)
4. Batugamping globigerina
5. Kerak ganggang sering pula pecah-pecah
membentuk butir
Lingkungan pengendapan gamping bioklastik meliputi:
1. Lingkungan laut dangkal dekat pantai, dengan partikel-
partikel telah terabrasi.
2. Lingkungan sekitar terumbu, laguna, dan terumbu
bagian depan. Endapan merupakan pecahan dari
terumbu akibat gelombang dengan butiran yang telah
terabrasi, sedangkan di terumbu depan merupakan
talus pelongsoran terumbu dan berupa kepingan koral.
3. Lingkungan daerah neritik, misalnya foraminifera besar
membentuk bank/gundukan.
4. Batugamping Kerangka (Batugamping
Terumbu)
Batugamping terumbu, termasuk dalam
kelompok batuan sedimen organik yang
terbentuk dari hasil aktivitas organisme (mahluk
hidup), karena itu sisa-sisa tubuh mahluk hidup
merupakan bagian yang paling dominan dalam
menyusun struktur batuan sedimen organik
tersebut.
Berbagai macam jenis organisme yang umum
dijumpai menyusun batuan sedimen organik
Koral, lebih umum disebut terumbu karang
adalah sekumpulan hewan karang yang
bersimbiosis dengan beberapa jenis tumbuhan
dari kelas algae. Hasil endapan koral akan
membentuk karang.
Organisme utama pembentuk terumbu adalah:
bioklas atau fragmen-fragmen lainnya, seperti
foraminifera terutama foram besar dan moluska
yang biasanya merupakan kerangka tersendiri
seperti Ostrea; Bryzoa; Crinoid, terutama pada
Paleozoik (Devon);
Seperti pada kebanyakan spesies hewan tingkat
rendah, polip akan berkembang menjadi banyak
individu membentuk koloni. Polifera memiliki
bentuk unik dan menghasilkan karbonat
(CaCO3). Karena itu batu karang mengandung
banyak senyawa karbonat.
Macam-macam struktur koloni organisme yang
dikenal yakni bank, bioherm, biostrome, dan reef
(terumbu).
Ganggang antara lain Halimeda (termasuk
family Codicea) dan Lithothamnism (termasuk
Corallinaceae), Lithophyllum, Coniophyllum,
Penicillus (Codideae), Acialaria dan Meomen
(Pascycladoceae, Amphiro), yang umumnya
merupakan ganggang yang memiliki struktur
berlapis halus, berombak, dan sebagai
pengikat atau mengisi kerangka organisme.
Organisme penyusun utama koral adalah:
porites, meandrina, acropora, siderastrea,
dan rudits (lamellibranches, terutama pada
zaman Kapur)
Batugamping terumbu atau sering disebut “Batu
karang” terbentuk dari terumbu karang yang
sudah mati. Terumbu karang sebenarnya bukan
organisme tunggal, tapi terdiri dari kumpulan
organisme kecil yang disebut polip (porifera).
Dalam bentuk sederhananya, karang hanya
terdiri dari satu polip berbentuk tabung, dengan
mulut di bagian atas dan dikelilingi tentakel.
Pada terumbu karang, terdapat berlapis-lapis batu
karang ataupun koloni koral.
Koloni yang sudah mati akan mengendap di lapisan
dasar dan melalui proses sedimentasi akan menjadi
batu karang.
Koloni yang masih hidup akan menempel pada batu
karang. Begitu seterusnya.
Pada beberapa kondisi, koloni porifera pada terumbu
karang ada yang tidak bertahan hidup sehingga
terumbu karang itu membatu seluruhnya.
Terumbu karang baik yang masih memiliki koloni
hidup ataupun yang sudah mati seluruhnya
menjadi habitat bagi beberapa spesies ikan.
Beberapa manfaat terumbu karang adalah
sebagai berikut:
1. Pelindung ekosistem pantai; batu karang yang
terbawa ke permukaan berkumpul dan
membentuk perlindungan alami di bibir pantai.
Batu-batu karang ini menahan energi dari
gelombang yang menghantam pantai, sehingga
mencegah terjadinya abrasi pantai.
2. Sebagai obat-obatan. Selain senyawa karbonat
yang dominan, batu karang juga mengandung
banyak unsur kimia lain yang dipercaya bisa
mengobati penyakit tertentu. Penelitian tentang
hal ini masih terus dilakukan.
3. Sebagai objek wisata, terumbu karang memiliki
bentuk yang sangat indah yang berpotensi
menjadi tempat wisata. Hal ini disebabkan
karena koloni porifera yang menyusunnya tidak
hanya dari satu spesies. Selain itu terumbu
karang juga menjadi habitat bagi sebagian
besar biota laut.
Gambar Batugamping Terumbu dan Koral
Kunci mempelajari jenis batugamping ini yaitu
pada perkembangan terumbu, koloni
organismenya, dan lingkungan pembentukannya.
Terumbu mempunyai potensi ekologi untuk
membentuk kerangka yang kokoh, jadi terumbu
yang dimaksudkan disini bukan merupakan hasil
akumulasi hancuran kerangka, karena
akumulasi hancuran kerangka pada umumnya
mengacu kepada pembentukan batugamping
bioklastik
Beberapa bentuk struktur koloni organisme yang
dikenal dan masing-masing memiliki pengertian
yang berbeda, yaitu:
1. Bank
2. Bioherm
3. Biostrome
4. Reef
Bank adalah akumulasi kerangka dan cangkang
yang dibentuk oleh organisme, akan tetapi tidak
mempunyai potensi ekologi untuk tumbuh tegak
dan membentuk struktur yang tahan gelombang
(Nelson, 1960)
Bioherm adalah suatu struktur yang dibentuk
oleh bangunan kerangka organisme (Cummings
& Shrock, 1928). Cummings (1930) memberikan
batasan pengertian untuk bioherm, yakni suatu
bentuk yang menyerupai kubah, tonjolan bukit
kecil, lensa, ataupun bentuk lain yang
penyebarannya terbatas, dibangun seluruhnya
atau terutama oleh organisme seperti koral,
stromatoporoid, algae, brachiopoda, moluska,
dan organisme lain yang dikelilingi oleh litologi
yang berbeda.
Bioherm merupakan terumbu, bukit kecil, lensa
atau yang serupa, mempunyai struktur
penyebaran terbatas, terbentuk dari kerangka
dan cangkang organisme keras, serta terikat
pada litologi yang berbeda.
Biostrom adalah struktur batugamping yang
berlapis sebagai shell-beds, crinoid-beds, coral-
beds yang merupakan hasil akumulasi sisa
organisme yang belum terangkut dan tidak
membentuk bukit atau lensa (Cummings, 1932).
Reef adalah hasil aktifitas membangun dari
suatu ikatan sedimen biotik tertentu (Lowenston,
1950). Reef mempunyai potensi tahan
gelombang, sehingga mampu untuk tumbuh
tegak membentuk struktur topografi yang tahan
terhadap gelombang.
Terumbu menurut bentuknya dibagi menjadi
3 jenis, yaitu:
1. Atol adalah batugamping terumbu/kerangka
yang diendapkan di laut yang berair jernih,
banyak sinar matahari, dengan kedalaman
maksimal 60 m, dan kondisi laut yang
bergelombang. Bentuk atol umumnya agak
melingkar, shingga membentuk laguna dan
seringkali terdapat celah-celah yang luas di
sekitar terumbu.
2. Terumbu Menepi (Fringing Reef) adalah
terumbu dengan bentuk kecil yang membatasi
pulau dan pantai benua. Terumbu ini terletak
dekat pantai yang hanya dipisahkan oleh
terusan sempit berair dangkal. Permukaan
bagian atasnya berada pada posisi pasang
rendah.
3. Terumbu Penghalang, jenis terumbu ini terletak
di lepas pantai benua dan pulau, umumnya terletak
lebih jauh dari pantai apabila dibandingkan dengan
terumbu menepi. Umumnya pada terumbu
penghalang terdapat retakan dan terbuka akibat
aktifitas air pasang, sehingga membentuk laguna
yang relatif dalam diantara pantai dan terumbu
penghalang. Terumbu penghalang umumnya
mempunyai ketinggian kurang dari 3 meter.
Terumbu tumbuh di lingkungan laut yang tidak
begitu dalam antara 50 m hingga 65 m, berair jernih
sehingga sinar matahari dapat menembus
kedalaman laut, suhu air antara 25 - 29 derajad
celcius, Kadar garam berkisar antara 35 - 38 %,
agitasi air yg cukup.
Terumbu memerlukan batuan dasar yang kokoh
dan tidak berlumpur. Kuenen (1933) dan Umbgrove
(1947) menyebutkan bahwa bioherm dapat memulai
pertumbuhannya pada lantai dasar yang stabil,
berlumpur, dan lunak.
Contoh sedeimen organik lainnya
5. Batugamping Afanitik

Batugamping afanitik sering juga disebut


batugamping mikrokristalin, terdiri dari butir-butir
berukuran 0,005 mm sehingga tidak diketahui
apakah terdiridari fragmen halus (pecahan
gamping) atau kristal halus. Batugamping
afanitik dapat terbentuk dengan beberapa cara,
yaitu:
Penggerusan batugamping yang telah ada
sebelumnya, misalkan dari penghancuran
terumbu oleh gelombang laut.
Pengendapan langsung secara kimiawi dari air
laut yang jenuh CaCO3.
Pengendapan dengan batuan ganggang hijau
(chlorophycese) sebagai jarum-jarum aragonit.
Batugamping afanitik diendapkan di lingkungan
pengendapan laut dangkal yang terlindung
seperti laguna di belakang terumbu dengan
temperatur yang tinggi atau di daerah tropis
sehingga terjadi penguapan kuat. Umumnya
batugamping afanitik kaya akan zat organik dan
tidak memiliki struktur perlapisan.
Batu gamping juga dikelompokkan berdasarkan
kandungan senyawa karbonat dalam batuan
misalnya batugamping murni, batugamping
napalan, batugamping tufan.Pengelompokkan
batugamping berdasarkan grade atau
kandungan karbonatnya banyak digunakan
dalam kajian pedology dan edaphology.
Kalsifikasi Batugamping
a. Klasifikasi Dunham (1962) dan Embry & Klovan (1971)
Klasifikasi Dunham (1962) didasarkan pada tekstur
deposisi dari batugamping. Karena menurut Dunham,
dalam sayatan tipis, tekstur deposisional merupakan
aspek yang tetap. Kriteria dasar dari tekstur deposisi
yang diambil Dunham (1962) berbeda dengan Folk
(1959).
ü Dasar yang dipakai oleh Dunham untuk menentukan
tingkat energi adalah fabrik batuan.
ü Batuan bertekstur mud supported diinterpretasikan
terbentuk pada energi rendah karena Dunham
beranggapan lumpur karbonat hanya terbentuk pada
lingkungan yang berarus tenang.
ü Batuan dengan fabrik grain supported terbentuk pada
energi gelombang kuat sehingga hanya komponen
butiran yang dapat mengendap.
Batugamping menurut Dunham
Batugamping menurut Dunham
a. Mudstone: Batugamping dengan kandungan beberapa butir
(< 10 %) di dalam matriks Lumpur karbonat
b. Wackestone: bila mudstone mengandung butiran tidak saling
bersinggungan
c. Packstone: bila antar butirannya saling bersinggungan, masih
ada mud
d. Grainstone: butiran saling bersinggungan tanpa mud
e. Boundstone:merupakan batu kapur yang terikat oleh
ganggang: karang: atau organisme uiseluler lainnya ketika
terbentuk. Boundstone ditemukan di daerah sekitar terumbu
karang. boundstone dapat diklasifikasikan sebagai
framestone, bindstone, atau baflestone.
Mudstone

Packstone

Grainstone
a. Mud Stone

Termasuk dalam jenis batuan sedimen non klastik


Warna segar putih abu – abu dan warna lapuknya putih
kecoklatan.
Tekstur : Non klastik, non kristalin
Struktur : tidak berlapis
Komposisi kimia: karbonat
Contoh: Kalsilutit ( Grabau ) atau Mudstone ( Dunham ) ,
Nama berbeda, karena klasifikasi yang digunakan
dengan interprestasi yang berbeda.
Batuan ini dinamakan kalsilutit, karena batuan ini
merupakan batuan karbonat dan menurut klasifikasi
dunham: mudstone, karena batuan ini mempunyai
kesan butiran kurang dari 10 % dan pada batuan ini
tidak ditemukan adanya fosil.
Petrogenesa: Dari teksturnya, menunjukkan bahwa
batuan ini terbentuk dari adanya pelarutan batuan
asal yang merupakan material –material penyuplai
terbentuknya batuan ini adapun batuan asal dari
batuan ini adalah seperti pelarutan terumbu karang
Proses terbentuknya batuan in berlangsung
perlahan – lahan dan bertingkat – tingkat , dimana
batas antara tingkatan tidak jelas , bahkan dapat
saling melingkup, tingkatan tersebut adalah
penyemenan, pelarutan pengendapan, perubahan
mineralogy butir – butir dan rekristalisasi.
Kegunaan dari batuan ini adalah sebagai reservoir
dalam pencarian minyak bumi.
KLASIFIKASI FOLK (1959)
Menurut Folk, ada 3 macam komponen utama penyusun
batugamping :
a. Allochem, hasil presipitasi kimiawi atau biokimia yang telah
mengalami transportasi (intrabasinal), analog dengan butiran pasir
atau gravel. Ada 4 macam : intraclast, oolite, pellet, dan fosil.
b. Mycrocrystalline calcite ooze (micrite), analog dengan lempung
pada batulempung atau matrik lempung pada batupasir.
c. Sparry calcite (sparite), analog dengan semen pada clean
sandstone.
Berdasarkan perbandingan relatif antara allochem, micrite, dan
sparite serta jenis allochem yang dominan :
a) Allochemical rock (allochem > 10%)
b) Orthochemical rock (allochem ≤10%)
KLASIFIKASI Embry & Klovan (1971)
q Merupakan pengembangan dari klasifikasi Dunham (1962).
q Seluruhnya didasarkan pada tekstur pengendapan dan lebih
tegas didalam ukuran butir, yaitu ukuran grain >= 0,03-2 mm dan
ukuran lumpur karbonat < 0,03 mm.
q Berdasarkan cara terjadinya, Embry & Klovan membagi
batugamping menjadi 2 kelompok :
1. Batugamping allochthon: mudstone, wackestone,
2. Batugamping autochthon: bafflestone, bindstone, dan
framestone.
q Sangat tepat untuk mempelajari fasies terumbu dan tingkat
energi pengendapan

Anda mungkin juga menyukai