Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Petrologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan geologi yang
mempelajari batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf, asal mula
pembentukan batuan, pembentuk kulit bumi, serta penyebarannya baik
didalam maupun dipermukaan bumi, mencakup aspek deskripsi dan aspek
genesa-interpretasi. Batuan didefinisikan sebagai semua bahan yang menyusun
kerak (kulit) bumi dan merupakan suatu agregat (kumpulan) mineral-mineral
yang telah menghablur (mengkristal). Aspek pemberian nama antara lain
meliputi warna, tekstur, struktur, komposisi, berat jenis, kekerasan,
kesarangan (porositas), kelulusan (permebilitas) dan klasifikasi atau penamaan
batuan.
Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan, dimana bagian lautan
lebih besar dari pada bagian daratan. Akan tetapi daratan adalah bagian dari
kulit bumi yang dapat diamati langsung dengan dekat, maka banyaksekali hal-
hal yang dapat diketahui secara cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah
kenyataan bahwa daratn tersusun oleh jenis batuan yang berbeda satu sama
lain dan berbeda-beda materi penyusun serta berbeda pula dalam proses
terbentuknya.
Aspek genesa – interpretasi mencakup tentang sumber asal (“source”)
hingga proses atau cara terbentuknya batuan. Batuan didefinisikan sebagai
semua bahan yang menyusun kerak (kulit) bumi dan merupakan suatu agregat
(kumpulan) mineral-mineral yang telah menghablur (mengkristal). Dalam arti
sempit, yang tidak termasuk batuan adalah tanah dan bahan lepas lainnya
yang merupakan hasil pelapukan kimia, fisika maupun biologis, serta proses
erosi dari batuan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan diadakannya pratikum ini adalah :
1. Mengetahui pengertian dari batuan sedimen karbonat
2. Memahami klasifikasi Grabau 1904
3. Mengetahui perbedaan batugamping klastik dan non klastik
1.3 Alat dan Bahan
1.3.1 Alat
Alat yang digunakan pada pratikum ini adalah:
1. Alat tulis
2. Lup geologi
3. Skala pembanding
4. Kamera
5. Komperator batuan sedimen
1.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada pratikum ini adalah:
1. 7 sample batuan sedimen
2. Larutan HCl
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan, dimana bagian lautan
lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi daratan adalah bagian dari
kulit bumi yang dapat diamati langsung dengan dekat, maka banyak hal-hal
yang dapat diketahui secara cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah
kenyataan bahwa daratan tersusun oleh jenis batuan yang berbeda satu sama
lain dan berbeda-beda materi penyusun serta berbeda pula dalam proses
terbentuknya. Batuan karbonat sebenarnya telah banyak dipergunakan orang
dalam kehidupan sehari-hari hanya saja kebanyakan orang hanya mengetahui
cara mempergunakannya saja, dan sedikit yang mengetahui asal kejadian dan
seluk-beluk mengenai batuan karbonat ini. Secara sederhana adalah batuan
dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas
partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil
presipitasi langsung (Reijers, 1986).
Secara umum batuan karbonat ini mengandung fase primer, sekunder dan
butiran reworked. Fase primer ini merupakan mineral presipitasi yang
dihasilkan oleh organisme, sementara mineral karbonat sekunder dihasilkan
oleh presipitasi alami non organik yang terjadi saat proses diagenesis
berlangsung. Material reworked ini sama dengan mekanisme yang terjadi pada
batuan terigen klastik yaitu hasil abrasi pelapukan batuan sebelumnya. Lime
mud merupakan istilah untuk material karbonat dengan butiran yang sangat
halus lebih kecil dari ukuran pasir (kurang lebih kayak matrik atau lempung
versi karbonatlah) dibagi dua jenis yaitu micrite yaitu butiran karbonat
berukuran <0.004 mm dan microsparite berukuran atnara 0.004 dan 0.06 mm
(Noor, 2012).
Secara umum klasifikasi didasarkan pada kenampakan fisik (klasifikasi
deskriptif) dan pada asal-usul (klasifikasi genetik). Ada klasifikasi Grabau (1904)
Menurut Grabau batugamping dapat dibagi menjadi 5 berdasarkan ukuran dan
teksturnya yaitu: Kalsirudit, yaitu batugamping yang ukuran butirnya >2 mm
atau lebih besar dari ukuran pasir. Kalkarenit yaitu batugamping yang ukuran
butirnya sama dengan ukuran pasir (1/16 – 2 mm). Kalsilulit yaitu
batugamping yang ukuran butirnya lebih kecil dari ukuran pasir (<1/16 mm).
Kalsipulverit yaitu batugamping hasil presipitasi kimiawi, sifatnya kristalin.
Batugamping organik yaitu hasil pertumbuhan organisme secara insitu,
misalnya terumbu dan stromatolit (Boggs, 1992).
Klasifikasi Folk (1959) Folk mengklasifikasikan batuan karbonat
berdasarkan tekstur pengendapan dan perbandingan fraksi komponen
penyusunnya, yaitu butiran/allochem, mikrit dan sparit/orthochem.
Berdasarkan perbandingan relief antara allochem, micrite dan sparit serta jenis
allochem yang dominan. Klasifikasi Dunham (1962) Dunham membuat
klasifikasi batuan karbonat berdasarkan tekstur pengendapannya, meliputi
ukuran butir dan pemilahan/sortasi. Hal yang perlu diperhatikan dalam
klasifikasi ini antara lain: Derajat perubahan tekstur pengendapan, komponen
asli terikat atau tidak terikat selama proses deposisi, tingkat kelimpahan antar
butiran (grain) dengan lumpur karbonat (Noor, 2012).

Gambar 2.2 Klasifikasi Dunham (1962)

Klasifikasi Embry&Klovan (1971) Embry dan Klovan (1971)


mengembangkan klasifikasi Dunham (1962) dengan membagi batugamping
menjadi dua kelompok besar yaitu Autochnous Limestone dan Allochtonous
Limestone berupa batugamping yang komponen-komponen penyusunnya tidak
terikat secara organis sesama proses deposisi (Boggs, 1992).

Gambar 2.3 Klasifikasi Embry&Klovan (1971)


Komponen yag membentuk batuan sedimen karbonat anatara lain
adalah: Allochem (Grain) Allochem merupakan komponen batuan karbonat
berupa partikel/butiran yang berukuran lebih dari atau sama dengan pasir.
Macam-macam grain (Allochem) adalah: Non Skeletal Grain yang merupakan
grain atau butiran dalam batuan karbonat yang bukan berasal dari cangkang
atau rangka organisme karbonatan. Macam-macam non skeletal grain antara
lain: Ooid merupakan butiran berbentuk spheroidal/elipsoid yang struktur
laminasi konsentris mengelilingi satu pusat inti dengan ukuran <2 mm
(berukuran pasir), yang menjadi partikel inti biasanya berupa fragmen cangkang
atau butiran kuarsa yang kemudian terlingkupi oleh karbonat halus karena
proses agitasi gelombang. Pisoid merupakan butiran karbonat seperti ooid tapi
mempunyai ukuran > 2 mm. Pelloid adalah butiran karbonat berbentuk
spheroidal atau ellipsoidal atau runcing tapi tidak memiliki struktur dalam
seperti ooid. Ukuran pellet relatif lebih kecil, tapi biasanya berdiameter 0,1 – 0,5
mm. Peloid berasal dari sekresi organisme, terutama organisme peakan lumpur.
Intraclast merupakan fragmen dari batuan karbonat yang telah ada sebelumnya
yang kemudian mengalami proses rombakan dan terendapkan kembali sebagai
grain dalam batugamping yang lebih muda. Biasanya akibat storm deposit atau
endapan turbidit. Klastika karbonat merupakan butiran karbonat yang berasal
dari proses erosi batugamping purba yang telah tersingkap di darat, atau
berasal dari proses erosi endapan-endapan karbonat terkonsolidasi lemah pada
cekungan pengendapan (Karyadi, 2015).
Skeletal grain merupakan fragmen karbonat yang berasal dari bagian
keras oraganisme atau cangkang atau tubuh organisme. Orthochem merupakan
komponen batuan karbonat yang mineralnya terkristalisasi langsung di tempat
pengendapan sehingga tidak memiiki butiran-butiran bawaan. Macam-macam
orthochem adalah: Micrite (Microcrystalin Calcite) Berupa lumpur (mud)
karbonat, yang tersusun oleh interlocking anhedral calcite atau aragonit yang
berukuran halus atau lumpur. Sparit (Spary Calcite) merupakan semen
karbonat yang umumnya mengisi ruang kosong pada batuan karbonat, berupa
kristal-kristal kalsit. Kenampakannya lebih jernih, kristalin dan berukuran
lebih besar daripada micrite. Sparit tersusun oleh kristal-kristal kaslsit
berbentuk equant. Sparit terbentuk akibat proses diagenesis, yaitu dari
pelarutan karbonat yang kemudian mengkristal (Maryanto, 2009).
Lingkungan pengendapan pembentukan karbonat dapat terjadi mulai
zona supratidal sampai dengan cekungan yang lebih dalam, paparan cekungan
dangkal, yang meliputi middle shelf dan outer shelf. Cekungan pembentukan
karbonat ini disebut sebagainya subtidal carbonate factory (Ridho, 2018).
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan pratikum kali ini adalah :
1. Batuan sedimen karbonat adalah batuan dengan kandungan material
karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik
yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung
2. Menurut Grabau batugamping dapat dibagi menjadi 5 berdasarkan
ukuran dan teksturnya yaitu: Kalsirudit yaitu batugamping yang
ukuran butirnya >2 mm atau lebih besar dari ukuran pasir. Kalkarenit
yaitu batugamping yang ukuran butirnya sama dengan ukuran pasir
(1/16 – 2 mm). Kalsilulit yaitu batugamping yang ukuran butirnya
lebih kecil dari ukuran pasir (<1/16 mm). Kalsipulverit yaitu
batugamping hasil presipitasi kimiawi, sifatnya kristalin. Batugamping
organik yaitu hasil pertumbuhan organisme secara insitu, misalnya
terumbu dan stromatolit.
3. Batugamping klastik adalah batuan yanterbentuk dari
pengendapan kembali rombakan batu gamping asal. Sedangkan
batugamping non klastik adalah batuan yang terbentuk dari
proses kimia maupun aktifitas organisme dan umunya
monomineralik.
5.2 Saran
Sebaiknya pratikan bisa lebih kondusif dan bertanya sesuai
dengan materi yang sedang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Boggs, S. J. 1992. Petrology of Sedimentary Rocks University of Oregon.
Macmillan Publishing Company New York USA.
Karyadi, Reghina, Abdurrokhim, dan Fauzielly, L. 2015. ”Mikrofasies dan
Diagenesa Batugamping Formasi Klapanunggal Daerah Cileungsi,
Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat”. Bandung
Seminar Nasional Geologi keII.
Maryanto, S., 2009. “Pendolomitan Batugamping Formasi Rajamandala di
Lintasan Gua Pawon, Bandung Barat”. Pusat Survei Geologi Bandung. No
57.
Noor, D. 2012. Pengantar geologi. Bogor : Universitas Pakuan.
Ridho, M, dkk. 2018. “Mikrofasies Dan Diagenesa Batuan Karbonat Formasi
Baturaja, Lapangan Merah, Cekungan Sumatra Selatan”. Padjadjaran
Geoscience Journal. Vol 2 (6).
T.J.A reijers & K.J. Hsu. 1986. Manual of Carbonate Sedimentology A
Lexicographical Approach. Academic Press Inc.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.2 Pembahasan
Pratikum petrologi kali ini juga membahas tentang batuan sedimen
namun pada kali ini yaitu batuan sedimen karbonat. Batuan sedimen karbonat
juga terbagi menjadi dua yaitu karbonat klastik dan non klastik. Batuan
karbonat klastik merupakan batuan yang terbentuk karena proses
pengendapan dari rombakan kembali batuan asal. Sedangkan batuan karbonat
non klastik adalah batuan yang terbentuk dari reaksi kimia ataupun aktifitas
organisme dan umumnya monomineralik.
Dalam pemerian batuan sedimen karbonat sama halnya dengan batuan
sedimen, hanya saja ukuran butir dan komposisinya yang berbeda. Untuk
klassifikasi kali ini yang digunakan adalah klasifikasi Grabu (1904), yaitu
kalkirudit, kalkarenit, kalsilutit, kalsivulverit, dan batu gamping organik.
Pratikum kali ini ada 7 batuan sedimen karbonat yang dideskripsikan

Batuan yang dideskripsikan pertama merupakan batuan sedimen


karbonat berwarna putih ke abu-abuan dan mempunyai warna lapuk
kecoklatan. Ukuran butir dari batuan ini ada 0,062 mm (Lutit) dengan derajat
pembundaran agak membundar dan memiliki kemas tertutup. Struktur dari
batuan sedimen karbonat ini berstruktur masif. Batuan ini bernama kalsilutit
dengan allochem non skeletal karena terbentuk dari rombakan batuan yang
sudah terbentuk dahulu .

Batuan karbonat yang kedua yaitu batuan dengan warna abu-abu dan
warna lapuknya adalah kecoklatan. Batuan ini memiliki ukuran butir blok
(64mm) dengan derajat pemilahan yaitu terpilah baik dan derajat pembundaran
yaitu menyudut serta memiliki kemas terbuka. Batuan ini berstruktur masif
dengan fragmen pumice. Batuan ini adalah breksi yang terbentuk karena
tereosinya dan terlapukan kemudian mengalami pengendapan dan selanjutnya
mengalami proses terlitifikasi.

Pada batuan ketiga ini memiliki warna putih keabu-abuan dan lapuknya
berwarna kecoklatan. Batuan ini bertekstur amorf karena semua bagian
tubuhnya tersusun atas glass sehingga strukturnya adalah masif. Batuan
sedimen karbonat dengan tektur amorf dan tersusun atas glass memiliki
komposisi monomineralik karbon. Batuan ini disebut gamping kristalin karena
terbentuk dilingkungan laut dangkal dan karena adanya presipitasi kimia.

Untuk batuan ke 4 yaitu merupakan batuan sedimen karbonat dengan


warna putih keabu-abuan. Batuan ini memiliki ukuran butir 0,062 mm dengan
derajat pemilahannya terpilah baik dan derajat pembundarannya yaitu agak
membundar. Batuan ini memiliki ruang antar batuan yang agak merenggang
sehingga kemas nya terbuka. Batuan ini terbentuk dari reaksi kimia dan
aktifitas organisme sehingga batuan ini memiliki komposisi allochem skeletal
dan nama batuan ini adalah kalkarenit

Selanjutnya yaitu batuan kelima dengan warna fresh yaitu abu-abu


kehitaman. Batuan ini merupakan jenis batuan sedimen karbonat non klastik
karena terbentuk dari aktifitas organisme dan reaksi kimia sehingga membuat
batuan ini bukan merupakan kelompok batuan sedimen karbonat klastik.
Tekstur dari batuan ini adalah amorf dan strukturnya masif karena pada
batuan ini tidak terlihat lapisan yang mencirikan batuan sedimen. Karena
batuan ini merupakan batuan sedimen non klastik sehingga komposisi
penyusunnya adalah monomineralik karbon, dari karakteristik di atas dapat
disimpulkan batuan ini adalah batuan dolomit.

Batuan keenam adalah batuan sedimen karbonat klastik yang berwarna


agak gelap yaitu hitam keabu-abuan. Batuan ini memiliki ukuran butir
0,062mm (Arenit) dengan derajat pemilahan baik dan bentuk butirnya
membundar. Jika ditetesi larutan hcl tampak bahwa kemasnya yaitu terbuka.
Dari penampilan batuan sedimen tersebut tampak bahwa strukturnya adalah
masif. Komponen dari batuan ini adalah non skeletal dengan mikrit kalsit dan
sparitnya adalah karbonat. Sehingga dari deksripsi diatas batuan ini disebut
batu kalkarenit yang terbentuk di lingkungan laut dangkal dengan adanya
proses pengendapan oleh batuan asal dari batu tersebut.

Deksripsi yang praktikan lakukan pada batuan terakhir adalah jenis


batuan klastik yang memilki warna abu-abu. Batuan ini memilki ukuran butir
yaitu 2mm (Rudit) dengan derajat pemilahan baik dan bentuk butirnya yaitu
menyudut. Batuan ini berstruktur masif karena tidak adanya bentuk perlapisan
pada tubuh batuan. Batuan ini merupakan non skeletal dengan mitrik kalsit
dan sparitnya adalah karbonat. Karena pada saat meneteskan larutan hcl
batuan tersebut bereaksi dengan mengeluarkan gelembung semacam gas. Dari
klasifikasi diatas batuan ini adalah batu kalkarudit yang terbentuk di
lingkungan laut dangkal dengan adanya proses pengendapan oleh batuan asal
dari batu tersebut.
Namun pada praktikum kelima yaitu tentang batuan sedimen karbonat
ini praktikan tidak hanya melakukan pendeskripsikan batuan saja namun juga
mempelajari pengertian batuan sedimen karbonat klastik maupun non klastik,
mengetahui tektur dari batuan tersebut, dan mengetahui berbagai macam
komponen penyusun batuan sedimen karbonat. Pada umunya batuan sedimen
karbonat yang banyak kita ketahui adalah batu gamping dan batu dolomit.
Batuan sedimen karbonat ini cendrung terbentuk di laut dangkal yang suhunya
sekitar 380 dan terkena sinar matahari. Zona batimetri adalah zona yang
mengukur kedalaman suatu lautan yang berhubungan juga dengan tempat
pembentukan batuan sedimen karbonat. Pada zona batimetri batuan sedimen
karbonat yang dapat terbentuk yaitu pada zona neritik dengan kedalaman 5-20
m, zona batial kedalamannya 20-200 m, dan zona abisal dengan kedalaman
200-700 m.

Anda mungkin juga menyukai